You are on page 1of 11

ISSN 2549-3922 EISSN 2549-3930 Journal of Regional and Rural Development Planning

(Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)


Oktober 2019, 3 (3): 189-199
DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jp2wd.2019.3.3.189-199

Peranan Pemangku Kepentingan


dalam Pengelolaan Berkelanjutan BUMDes Barokah
Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor
The Role of Stakeholders in Sustainable Management of BUMDes Barokah
Tugu Utara Village, Cisarua District, Bogor Regency

Yuyun Yunardi1*, Akhmad Fauzi1 & Sri Mulatsih1


1
Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan,
Institut Pertanian Bogor, Jalan Kamper, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia;
*
Penulis korespondensi. e-mail: yoen.yoenardi@gmail.com
(Diterima: 5 Juli 2019; Disetujui: 10 Oktober 2019)

ABSTRACT

The establishment of village-owned business entity (BUMDes) is a mandate of the Village


Law as an effort to encourage or stimulate rural economy, as well as an effort to increase village
income. The village of Tugu Utara has formed a BUMDes institution to utilize its very abundant
spring water sources. Utilization of spring water resources, which is a common resource, must be
managed properly and involve all stakeholders so that clean water sources could be maintained in
a sustainable manner. This study aims to investigate the role and influence of each stakeholder, as
well as patterns of interaction between them as an effort to improve the management of BUMDes in
Tugu Utara Village. The method used is Mactor Analysis. Results of analysis show that the
stakeholder with the highest influence is Perhutani, meanwhile the stakeholder with the highest
dependency is the manager of BUMDes. Good interaction is given by the head of village, the
manager of the BUMDes, and Save Puncak Consortium of IPB University. Negative responses are
given by stakeholders from PT Lintas Daya Kreasi and PT Sumber Sari Bumi Pakuan.
Collaborative planning is needed among stakeholders in order to build a shared understanding of
spring water governance.
Keywords: BUMDes, stakeholders, sustainability.

ABSTRAK

Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan amanat Undang-Undang Desa
dalam upaya mendorong atau menstimulasi roda perekonomian perdesaan dan juga sebagai upaya
peningkatan sumber pendapatan desa. Desa Tugu Utara membentuk BUMDes untuk
memanfaatkan sumber mata air yang sangat berlimpah. Pemanfaatan sumber daya mata air, yang
merupakan sebuah common resource, harus dikelola dengan baik dan melibatkan semua pemangku
kepentingan (aktor) agar sumber mata air yang bersih terus terjaga. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh dan pola interaksi setiap aktor dalam upaya peningkatan pengelolaan
BUMDes di Desa Tugu Utara. Metode yang digunakan adalah Mactor Analysis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktor yang memiliki pengaruh paling tinggi adalah Perhutani, sedangkan yang
memiliki ketergantungan yang paling tinggi adalah pengelola BUMDes. Interaksi yang baik
diberikan oleh Kepala Desa, pengelola BUMDes, dan Konsorsium Save Puncak IPB.

189
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2019, 3 (3): 189-199

Respons negatif diberikan oleh aktor PT Lintas Daya Kreasi dan PT Sumber Sari Bumi Pakuan.
Perencanaan kolaboratif antar aktor diperlukan dalam rangka membangun pemahaman bersama
dalam tata kelola sumber mata air.
Kata kunci: BUMDes, keberlanjutan, pemangku kepentingan.

PENDAHULUAN desa, manajemen bisnis yang tidak semata


mencari keuntungan bisnis tetapi juga
Semangat Otonomi Daerah semakin memperhatikan keselarasan sosial, dan
diperjelas pasca lahirnya Undang-undang pengelolaannya perlu pengaturan dan
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Desa sinkronisasi antara bisnis dan masalah sosial.
mengalami era baru dimana, desa sebagai Kehadiran BUMDes diharapkan mampu
penyangga kehidupan yang paling dekat dengan menstimulasi dan menggerakkan roda
masyarakat dan secara langsung menyentuh perekonomian di perdesaan serta memperkuat
kebutuhan masyarakat untuk disejahterakan. modal sosial yang ada di desa. Kusumastuti
Desa memasuki era self-governing community, (2015) menjelaskan bahwa peranan modal
dimana Desa memiliki otonomi dan sosial sangat penting dalam mengawal stabilitas
kewenangan dalam perencanaan, pelayanan pembangunan dan pengelolaan infrastruktur
publik, dan keuangan. Fenomena ini Desa.
menunjukkan bahwa pengelolaan desa hampir Dukungan dari kepemimpinan
sama dengan pengelolaan kabupaten sehingga transformasional sangat diperlukan untuk
harus diawasi dengan baik karena desa adalah meningkatkan peranan serta optimalisasi peran
subsistem dari pemerintah pusat (Santoso, dari modal sosial (Cahyono, 2012). Ada
2017), lebih lanjut Kushandajani (2016) beberapa tipologi yang harus dipahami dalam
menyatakan pentingnya perubahan cara modal sosial menurut Abdullah (2013) yaitu
pandang pemerintah pusat dan pemerintah sebagai perekat warga komunitas, penyambung
daerah terhadap tata kelola pemerintahan desa, dan akses untuk mengefektifkan modal dan
untuk tidak menerapkan perlakuan yang sama potensi-potensi yang ada pada suatu wilayah.
antara desa dengan kelurahan. Adanya masalah yang secara umum dihadapi
Dalam rangka menerapkan perbaikan oleh pemerintah desa dalam menentukan badan
kehidupan masyarakat perdesaan, UU Desa hukum yang cocok dan pas untuk konsistensi
telah mengamanatkan bahwa desa dapat BUMDes dalam struktur kelembagaan desa
mendirikan badan usaha milik desa (BUMDes). (Dewi, 2014). Sementata Ulumiyah, et al.
BUMDes merupakan badan usaha yang seluruh (2013) melaporkan desa telah menjalankan
atau sebagian modalnya dimiliki oleh desa perannya dengan baik, dimana terjadi
melalui penyertaan secara langsung yang peningkatan peran serta masyarakat dalam
berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan pembangunan, namun faktor penghambat yang
guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha dihadapi dalam partisipasi masyarakat adanya
lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan budaya malas yang ada dalam diri masyarakat.
masyarakat desa. Desa Tugu Utara terletak di Kecamatan
Pendirian BUMDes merupakan inisiatif Cisarua, Kabupaten Bogor merupakan desa
dari masyarakat dan dimusyawarahkan dalam yang memiliki sumber daya alam didominasi
musyawarah desa bersama Badan hutan dan perkebunan. Tata kelola sumber
Permusyawaratan Desa (BPD) untuk mendapat daya yang baik membuat Desa Tugu Utara
persetujuan bersama. Peranan pemerintah meraih prestasi sebagai juara pertama lomba
daerah masih dominan, hal ini dapat dipahami Desa se Kabupaten Bogor, dan runner up
karena pendirian BUMDes merupakan lembaga tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2014. BPS
baru yang belum banyak dikenal masyarakat (2015) melaporkan jumlah penduduk

Y. Yunardi, A. Fauzi & S. Mulatsih 190


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2019, 3 (3): 189-199

sebanyak 11,067 jiwa dengan luas wilayah Pengelolaan SDA sangat rentan konflik.
1,702 ha, tersebar di 6 RW dan 43 RT. Hal ini dikarenakan adanya tujuan yang berbeda
Kegiatan ekonomi warga Desa Tugu Utara di setiap aktor yang terlibat. Air merupakan
terhimpun dalam BUMDes Barokah yang sumber daya milik bersama (commonpool
bergerak dalam penyaluran dan pengolahan resources/CPRs) yang memiliki tingkat
air bersih. Desa Tugu Utara memiliki 12 (dua persaingan yang tinggi dalam pengelolaannya
belas) sumber mata air, 3 (tiga) diantaranya dan tidak memiliki sifat untuk diekslusifkan
yaitu mata air Talaga Saat, Situ Beunteur, dan (Rustiadi et al., 2011) . Untuk menghindari
Situ Cikoneng dijadikan unit usaha BUMDes adanya konflik yang terjadi, diperlukan suatu
yang disalurkan keseluruh warga melalui mekanisme yang menyebabkan individu
pipanisasi sampai ke rumah warga dan (kelompok) yang menggunakan sumber daya
diperjualbelikan dalam bentuk air minum air melalui pembentukan kelembagaan dengan
dalam kemasan (AMDK). aturan yang disepakati dan disesuaikan dengan
Pengelolaan air bersih oleh BUMDes kearifan lokal yang ada. Kehadiran negara
Barokah sudah memiliki pedoman yang jelas dibutuhkan untuk mengatur dan mengelola
mulai dari penetapan tarif, pelayanan kepada distribusi air bagi seluruh masyarakat.
konsumen, dan tranparansi keuangan. Hardjono Masyarakat patut mendapatkan pemenuhan
et al. (2013) dalam mengelola air bersih, kebutuhan dasar/vital akan air bersih.
pengelola air bersih (PAB) Pucung tidak Pembangunan infrastruktur yang menopang dan
memiliki aturan tertulis mengakibatkan banyak menjamin distribusi air ke seluruh masyarakat
permasalahan, seperti tidak mematikan kran, menjadi prioritas utama, karena dengan
tetapi justru membuka sedikit agar jarum water terpenuhinya kebutuhan air maka dapat
meter tidak berjalan, menunda kewajiban mendorong roda perekonomian melalui usaha
membayar iuran. Bahkan pengelola terpaksa pertanian dan menjamin kesehatan masyarakat
memutus jaringan karena pelanggan tidak (Jacom et al., 2016).
membayar lebih dari 3 bulan. Dari sisi PAB Dengan melihat gambaran realita
dalam membuat laporan keuangan belum sebelumnya, maka untuk mengoptimalkan
disosialisasikan kepada pelanggan, hanya potensi sumber air bersih di Desa Tugu Utara
dilaporkan ke pemerintah desa, sehingga tersebut diperlukan suatu kajian untuk
pengelolaan keuangan kurang transparan. mengetahui pengaruh dan pola interaksi setiap
Yuliani dan Rahdriawan (2015) aktor dengan berbagai tujuan yang berbeda
menghitung kriteria kepuasan pelanggan dari dalam pengelolaan air bersih oleh BUMDes
custumer satisfaction indeks (CSI) ini dapat yang sedang berlangsung. Kelembagaan
dijelaskan oleh importance performance BUMDes juga harus mampu untuk melihat
analysis (IPA) dimana pelanggan merasa faktor-faktor yang dapat mendukung dan/atau
“Puas” diantaranya dengan atribut, yaitu menghambat dalam perkembangan jenis usaha
kualitas fisik air, lokasi tempat pelayanan, BUMDes. Isa & Magifera (2017) menganalisis
kemampuan petugas administrasi/keuangan, aktor untuk mengurang resiko banjir, dan
kecermatan petugas pencatat meter air, Ahmed et al. (2009) menganalisis aktor dengan
biaya/harga tarif yang terjangkau, kelengkapan dilakukan di wilayah padang pasir di Mesir
sambungan pelayanan, dan kepastian biaya dalam penanganan kelangkaan air bersih.
yang dibayar. Masih terdapat 5 (lima) atribut Dengan meneliti pengaruh dan pola interaksi
yang belum sesuai dengan harapan pelanggan antar aktor akan mempercepat tujuan bersama
yaitu kuantitas air, kontinuitas, kedisiplinan tercapai dan menjadi penentu dalam
petugas distribusi air, cepat dan tanggap keberhasilan pengembangan BUMDes.
terhadap keluhan pelanggan, serta petugas
mudah dihubungi.

191 Peranan Pemangku Kepentingan...


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2019, 3 (3): 189-199

METODE PENELITIAN Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian


dilaksanakan selama 2 bulan yakni bulan
Lokasi Penelitian Februari sampai dengan Maret 2019.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Jenis dan Sumber Data Analisis Keterlibatan Aktor


Data yang digunakan adalah data primer Pada Gambar 2 menunjukkan pengaruh
dan data sekunder. Pengumpulan data primer A terhadap C merupakan penjumlahan dari
didapatkan melalui wawancara dengan panduan pengaruh langsung dari A ke C dan juga
kuesioner serta pengamatan langsung penjumlahan secara tidak langsung yang
(observasi). Data primer diperoleh dan diperoleh melalui A dan B. Metode Mactor
dikumpulkan langsung dari narasumber (aktor) dapat memetakan pengaruh langsung dan tidak
yang langsung terlibat dalam pengelolaan langsung antar aktor serta ketergantungan para
BUMDes di Desa Tugu Utara, aktor yang aktor.
terlibat sebanyak 17 aktor. Data sekunder
diperoleh dari berbagai literatur maupun
referensi, dari berbagai laporan maupun
penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Data
sekunder juga diperoleh dari instansi dan dinas-
dinas yang terkait dengan penelitian ini.

Gambar 2. Model pengaruh antar aktor


Sumber: Fauzi (2019)

Y. Yunardi, A. Fauzi & S. Mulatsih 192


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2019, 3 (3): 189-199

Metode Mactor menggunakan tiga input Keterangan:


utama yaitu: pertama, matriks yakni posisi aktor Ia : Pengaruh tidak langsung aktor a
terhadap tujuan, ini akan terekam dalam matriks Da : Pengaruh langsung aktor a
∑b : Jumlah hasil pengurangan aktor a & b
1MAO (matrix actors objective), kedua adalah
MIDIa,b : Hubungan langsung & tidak langsung
2MAO yang menggunakan variabel salience
antara antor a & b
dari aktor terhadap tujuan (objective), dan
MIDIa,a : Hubungan langsung & tidak langsung
ketiga adalah MID atau Matrix of Influence aktor a
Direct yang menggambarkan variabel pengaruh
(influence). Dalam penghitungan dengan Ia dan Da adalah pengaruh tidak langsung
software Mactor, input dari penguna (user) dan langsung dari aktor A, yang diperoleh dari
hanya membutuhkan matriks MID, matriks matriks pengaruh langsung dan tidak langsung
1MAO, dan matriks 2MAO kemudian akan (MIDI). Dengan menggunakan nilai-nilai pada
dihitung oleh komputer melalui proses persamaan 2 dan 3 kemudian
algoritma matematika (Fauzi, 2019). Dengan membandingkannya dengan pengaruh aktor-
demikian, perhitungan matriks pengaruh aktor lain, maka kekuatan masing-masing aktor
langsung dan tidak langsung (Matrix Indirect dapat dihitung seperti yang terlihat dalam
and Direct Influence atau MIDI) berisi setiap persamaan 4.
pasangan aktor (persamaan 1).
Model Mactor yang digunakan dalam
(4)
penelitian ini mengacu pada model Godet
(1991) dan Bendahan et al. (2003) dengan
formula dan langkah-langkah sebagai berikut: Keterangan:
ra : Koefisien aktor a
MIDIa,b = MIDa,b + Σc (min(MIDa,cMIDc,b)) (1) Ia : Pengaruh tidak langsung aktor a
Da : Pengaruh langsung aktor a
Keterangan: ∑b : Jumlah hasil pengurangan aktor a & b
MIDIa,b : Hubungan langsung & tidak langsung MIDIa,a : Hubungan langsung & tidak langsung
antara 2 aktor aktor a
MIDa,c : Hubungan langsung lemah aktor a & c
MIDc,b : Hubungan langsung lemah aktor c & b Langkah yang harus dilakukan dalam model
∑c : Jumlah hubungan lemah (hubungan Mactor adalah:
tidak langsung) 1. Menentukan aktor (principal). Dalam
penelitian ini diidentifikasi terlebih dahulu
Dalam model tersebut, penentuan aktor yang berperan dalam mendorong
pengaruh tidak langsung diperoleh dari meningkatnya kinerja BUMDes.
minimum dua pengaruh langsung yang 2. Menentukan tujuan yang akan dicapai
dihasilkan dari nilai penjumlahan pengaruh (objective).
langsung yang tidak tertimbang dan semua nilai 3. Menentukan strategi yang akan dilakukan
pengaruh langsung. Matriks ini memungkinkan untuk mencapai objektif.
untuk menentukan pengaruh secara umum 4. Menentukan pengaruh antar aktor dengan
maupun keterkaitan koefisien. Ini diperoleh dari skala 0–4 skor (0 = aktor Ai tidak memiliki
penjumlahan masing-masing baris dan kolom pengaruh terhadap aktor Aj; 1 = aktor Ai
dari matriks MIDI, seperti yang terlihat dalam dapat membahayakan rencana Aj; 2 = aktor
persamaan 2 dan 3. Ai dapat membahayakan kegiatan aktor Aj; 3
= aktor Ai dapat membahayakan misi aktor
Ia = ∑b(MIDIa,b) – MIDIa,a (2) Aj; 4 = aktor Ai dapat membahayakan
Da = ∑bMIDIb,a) – MIDIa,a (3) keberadaan aktor Aj).

193 Peranan Pemangku Kepentingan...


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2019, 3 (3): 189-199

5. Menentukan pengaruh aktor terhadap suatu dengan nilai 362, PT SSBP dengan nilai 354,
isu. Kades dengan nilai 338, dan KTH dengan nilai
330. Artinya kelima aktor tersebut sangat
HASIL DAN PEMBAHASAN berpengaruh dalam menentukan beberapa
tujuan pengelolaan BUMDes Barokah yang
Hasil identifikasi terdapat 17 (tujuh berkelanjutan. Sementara itu, aktor yang
belas) aktor yang terlibat dalam interaksi untuk memiliki ketergantungan secara langsung atau
melihat keberlanjutan usaha BUMDes Barokah tidak langsung terhadap aktor yang lainnya
yaitu Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan adalah Pengelola BUMDes dengan nilai 385,
Pemerintahan Desa (BPMPD), Perum Perhutani diikuti oleh Kades dengan nilai 354, PHR
(Perhutani), Balai Konservasi Sumber Daya dengan nilai 340, Petani sayuran dengan nilai
Alam (BKSDA), Kepala Desa (Kades), 322 serta IPB dan SIBAT masing masing
Pengurus BUMDes (BUMDes), Konsorsium dengan nilai 316. Semakin besar nilainya
Save Puncak IPB (IPB), Komunitas Eco Village semakin tinggi tingkat ketergantungan terhadap
(Evil) , Siaga Bencana Berbasis Masyarakat aktor lainnya.
(SIBAT), Paguyuban Ketua RT & RW Tabel 1. Pengaruh dan ketergantungan antar aktor
(PAKAR), Lembaga Masyarakat Desa Hutan dengan aktor lainnya
(LMDH), Kelompok Tani Hutan (KTH) Nilai Nilai
Aktor Pengaruh Ketergantungan
Cibulao, PT Sumber Sari Bumi Pakuan (PT
(Li) (Di)
SSBP), PT Lintas Daya Kreasi (LDK), DPMPD 124 153
Pengusaha Hotel dan Restauran (PHR), PERHUTANI 398 313
Pengusaha Air Isi Ulang (isi ulang), Petani BKSDA 327 246
KADES 338 354
sayur (petani), dan Kebun Organik Pondok BUMDES 291 385
Caringin (KOPC). Sementara tujuan (objective) Konsorsium IPB 362 316
adalah kontinuitas air bersih (air bersih), ECOVILLAGE 292 310
pendapatan asli desa (PADes), kelestarian SIBAT 307 316
PAKAR 313 300
lingkungan (lestari), pelayanan publik (publik), LMDH 289 305
peningkatan investasi (investasi), penyerapan KTH 330 289
tenaga kerja (labour), dan peningkatan PT SSBP 354 291
kesejahteraan (sejahtera). LDK 149 220
PHR 261 340
Air Isi Ulang 40 61
Tingkat Pengaruh dan Ketergantungan Petani Sayur 287 322
Antar Aktor KOPC 208 149
Sumber: Data diolah, 2019
Pemetaan posisi dan daya tawar setiap
aktor terkait terhadap pengelolaan BUMDes Nilai pengaruh (Li) yang tinggi
Barokah Desa Tugu Utara. Peranan dan menggambarkan kekuatan yang dimiliki aktor
keterlibatan setiap aktor dilihat dari tingkat untuk memengaruhi perilaku aktor lain,
pengaruh dan tingkat ketergantungan yang sementara nilai ketergantungan (Di)
dimiliki oleh setiap aktor dengan aktor lainnya menggambarkan total pengaruh langsung dan
dalam melihat eksistensi keberlanjutan usaha tidak langsung yang diterima aktor dari aktor
pemanfaatan mata air oleh BUMDes Barokah. lain. Apabila nilai pengaruh yang dimiliki aktor
Hasil wawancara dengan semua aktor yang lebih besar dari nilai ketergantungannya, maka
terlibat diolah untuk melihat pengaruh langsung aktor tersebut memiliki kesempatan untuk
dan tidak langsung antar aktor. memengaruhi aktor lain dengan kekuatan yang
Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa dimiliki dalam mencapai tujuan awal.
aktor yang memiliki pengaruh langsung dan Pengaruh tinggi yang diberikan oleh
tidak langsung dengan nilai paling tinggi adalah perhutani karena memiliki wewenang dalam
Perhutani dengan nilai 398, diikuti oleh IPB mengawasi hutan dan pemanfaatan hutan.

Y. Yunardi, A. Fauzi & S. Mulatsih 194


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2019, 3 (3): 189-199

Menjaga sumber mata air yang ada di hutan a. Pemetaan Konvergensi Aktor
dengan sistem reboisasi agar penyerapan air Pada tahapan ini menunjukkan seberapa
menjadi tinggi. Sedangkan untuk tingkat besar intensitas yang dimiliki oleh setiap aktor
ketergantungan aktor BUMDes yang tinggi dan seberapa banyak kepentingan yang sama
dibandingkan dengan aktor lainnya karena dimiliki oleh setiap aktor. Tahapan ini
BUMDes sangat tergantung dari peranan para memungkinkan terbentuknya aliansi diantara
aktor yang terlibat untuk mendukung aktor, karena adanya jumlah posisi tujuan yang
keberlanjutan usaha pengelolaan air bersih yang sama pada masing-masing aktor. Secara umum
dijalaninya, agar tersedia baik secara kualitas, dapat dilihat pada Gambar 3 terkait pemetaan
kuantitas, dan kontinuitas. konvergensi (kecenderungan untuk
bekerjasama) aktor yang terlibat secara
Pola Hubungan/Interaksi Antar Aktor langsung dan tidak langsung dan berperan
Penentuan hubungan antar aktor dalam pengelolaan berkelanjutan BUMDes
dituangkan dalam bentuk pemetaan, yaitu: Barokah. Konvergensi antar aktor dapat
konvergensi dan divergensi masing-masing dikategorikan dalam konvergensi yang sangat
aktor. Pemetaan konvergensi antar aktor lemah, lemah, sedang, kuat dan sangat kuat.
menjelaskan bahwa semakin dekat aktor satu Hasil pemetaan antara satu aktor dengan aktor
sama lainnya, semakin memiliki konvergensi lainnya (1CAA) terhadap tujuan, bagaimana
yang semakin intens. Sedangkan untuk hubungan yang kuat terjadi pada aktor-aktor
pemetaan divergensi mengidentifikasi jumlah yang sejalan dengan tujuan.
potensi konflik dengan melihat hierarki tujuan
dari aktor yang lainnya.

Gambar 3. Grafik pemetaan konvergensi 1CAA

Pada Gambar 3 menjelaskan bahwa garis beberapa aktor diantaranya LMDH, BUMDes,
berwarna merah menjelaskan keterkaitan IPB, dan Kades. Keempat aktor ini menandakan
adanya kekuatan yang sangat kuat terhadap bahwa mereka bisa bersinergi untuk mencapai

195 Peranan Pemangku Kepentingan...


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2019, 3 (3): 189-199

tujuan. Sedangkan untuk aktor yang memiliki terkait tujuan BUMDes baik secara langsung
konvergensi yang lemah yaitu petani sayur, PT maupun tidak langsung ke semua aktor.
SSBP, LDK, dan SIBAT. Para aktor ini b. Pemetaan Divergensi Aktor
dikategorikan tidak dapat melakukan sinergi Analisis divergensi (perbedaan) antar
karena tidak ada kesesuain dengan beberapa aktor menjelaskan tentang setiap pasangan
tujuan perusahaan sehingga nantiya akan aktor yang memiliki tujuan dan tidak
menimbulkan sebuah konflik. memegang posisi yang sama. Hasil ini
Para aktor yang memiliki pengaruh menunjukkan adanya kemungkinan konflik
sangat kuat yaitu pengurus BUMDes, LMDH, antar aktor sangat tinggi, dikarenakan adanya
Kades, dan IPB merupakan aktor kunci yang jumlah posisi yang berbeda pada masing-
dapat bekerja sama karena memiliki tujuan masing aktor terhadap tujuan yang sudah
yang sama, yakni pengelolaan air bersih untuk ditetapkan. Matrik divergensi satu aktor
masyarakat Desa. Peranan kepala desa harus (1DAA), akan menunjukkan pola hubungan
menjadi aktor utama yang dalam memfasilitasi antar aktor yang bisa diklasifikasikan dalam
tujuan BUMDes, LMDH merupakan aktor yang beberapa tingkatan seperti memiliki hubungan
harus menjembatani mengenai fungsi yang sangat lemah (weakest), lemah (weak),
kelestarian lingkungan yang akan menjamin moderate, kuat (strong) dan sangat kuat
keberlangsungan pasokan air, sedangkan aktor (strongest).
IPB berperan dalam mengedukasi para pihak

Gambar 4. Grafik pemetaan divergensi 1DAA

Divergensi satu aktor yang ditunjukkan tinggi dengan aktor-aktor tersebut. Hasil
pada Gambar 4 menjelaskan bahwa LDK wawancara menerangkan bahwa LDK tidak
memiliki tingkat intensitas yang tinggi dan memberikan profit sharing yang jelas kepada
memiliki kepentingan yang berbeda terkait Perhutani, sedangkan dengan Desa Tugu Utara
dengan tujuan yang sudah ditetapkan. tidak ada kontribusi sama sekali dari retribusi
Divergensi sangat kuat yang diperlihatkan oleh yang di dapat dari para pengunjung. Hubungan
LDK terhadap Perhutani, LMDH, BUMDes, LDK dengan LMDH adalah mereka memiliki
Kades, dan IPB. Potensi konflik LDK sangat produk dan jasa yang sama berupa penginapan

Y. Yunardi, A. Fauzi & S. Mulatsih 196


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2019, 3 (3): 189-199

dan tempat rekreasi yang memicu adanya dan divergen untuk mengamankan prioritas
persaingan usaha yang tidak sehat. Sedangkan yang menjadi tujuan utama dan
hubungan LDK dengan IPB terkait terbatasnya mengesampingkan tujuan yang berbeda
akses masuk (portal) ke wilayah padahal sudah dengannya. Kondisi ambivalensi ini dapat
ada perjanjian dengan Pemda dan SSBP untuk dilihat dalam grafik histogram Gambar 5.
memberikan keleluasaan akses masuk ke lokasi Gambar 5 menjelaskan bahwa LDK
tempat penelitian yang dilakukan oleh pihak adalah aktor yang memiliki ambivalensi, karena
IPB. IPB juga menolak pembangunan fisik oleh kepentingan mereka dapat berubah sesuai
LDK di kawasan Talaga Warna yang akan dengan tujuannya dan tidak ada yang bisa
mempengaruhi daerah resapan air. mengintervensi. Aktor ini menunjukkan sikap
Peranan beberapa aktor yang sangat yang sejalan dengan tujuan yang sudah
lemah divergensinya adalah isi ulang dan ditetapkan, namun bersikap kontra terhadap
KOPC. Kedua aktor ini memiliki intensitas tujuan yang tidak sejalan dengan mereka. Sikap
yang rendah dikarenakan kedua aktor ini tidak ambivalensi LDK sebagai perusahaan swasta
berpotensi memiliki konflik kepentingan yang memiliki kebijakan sendiri dalam
dengan tujuan yang sudah ditetapkan. peningkatan pendapatan mereka.
c. Ambivalensi antar Aktor
Aktor yang ambivalensi (sifat mendua
tergantung tujuan) memiliki posisi konvergen

Gambar 5. Histogram ambivalensi aktor

Selain itu, ada beberapa aktor yang SIMPULAN


berpotensi memiliki ambivalensi kuat yaitu 1. Aktor yang memiliki pengaruh paling tinggi
KOPC, Petani sayur, PHR, dan SSBP. Para adalah Perhutani, sedangkan aktor yang
aktor ini merupakan aktor yang kegiatannya memiliki ketergantungan yang paling tinggi
hanya mencari keuntungan. Keberadaan aktor adalah BUMDes.
ambivalen ini harus menjadi prioritas utama 2. Aktor yang memiliki konvergensi paling
dalam bernegosiasi demi keberlangsungan kuat terkait dengan adanya tujuan yang sama
usaha pengelolaan air BUMDes Barokah. adalah IPB, Kades, BUMDes, dan LMDH.

197 Peranan Pemangku Kepentingan...


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2019, 3 (3): 189-199

3. Aktor yang memiliki divergensi paling kuat [BPS]. 2015. Kabupaten Bogor dalam Angka.
karena adanya perbedaan tujuan dengan Badan Pusat Statistik.
aktor yang lain adalah LDK dan SSBP. Cahyono, B. & Ardian, A. (2012). Peranan
4. Aktor dengan ambivalensi yang kuat adalah Modal Sosial dalam Peningkatan
LDK, KOPC, PHR, petani sayur, dan SSBP. Kesejahteraan Masyarakat Petani
5. Berdasarkan kesimpulan 1 hingga 4, Tembakau di Kabupaten Wonosobo.
pengaruh dan pola interaksi para aktor yang Jurnal Cbam-Fe Unissula, 1, 131–144.
dapat mendukung tujuan utama BUMDes Dewi, A. S. K. (2014). Peranan Badan Usaha
adalah; perum Perhutani yang memiliki Milik Desa (BUMDes) sebagai Upaya
pengaruh paling tinggi, dan harus bersinergi dalam Meningkatkan Pendapatan Asli
dengan IPB, Kades, dan LMDH karena Desa (PADes) serta Menumbuhkan
memiliki tujuan yang sama. Melakukan Perekonomian Desa. Journal of Rural
pendekatan dan mereformulasikan and Development, 5 (1), 1–14.
kepentingan karena ada perbedaan tujuan Fauzi, A. (2019). Teknik Analisis
dengan LDK, KOPC, petani sayur, PHR, Keberlanjutan. PT Gramedia Pustaka
dan SSBP. Utama.
Hardjono, Astuti, N. D., Widiputranti, C. S.
SARAN (2013). Model Pengelolaan Air Bersih
Desa di Bantul Yogyakarta. Jurnal
1. Membuat perencanaan kolaboratif tata Komunitas Research & Learning in
kelola air di Desa Tugu Utara dengan para Sociology and Anthropology, 5 (2), 185–
aktor yang terlibat untuk mempercepat 196.
tujuan bersama tercapai. Isa, M, Mangifera, L. (2017). Analisis
2. Membangun skema reward and punishment Stakeholder dalam Pengurangan Risiko
terkait dengan tata kelola air dengan para Banjir di Kabupaten Klaten. University
aktor yang terlibat untuk menunjang Research Coloquium Universitas
keberhasilan tata kelola BUMDes yang Muhammadiyah, 237–244.
optimal dimasa depan. Jocom, H., Kameo, D. D., Utami, I., &
3. Pihak pengelola BUMDes harus membuat Kristijanto, A. I. (2016). Air dan Konflik:
intensifikasi produk BUMDes guna Studi Kasus Kabupaten Timor Tengah
memaksimalkan potensi sumber air dan Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan, 14 (1),
meningkatkan nilai guna air bersih. 51–61.
Kusumastuti, A. (2015). Modal Sosial Dan
DAFTAR PUSTAKA Mekanisme Adaptasi Masyarakat
Pedesaan dalam Pengelolaan
Abdullah, S. (2013). Potensi dan Kekuatan
Pembangunan Infrastruktur. Jurnal
Modal Sosial dalam Suatu Komunitas.
Labsosio, 20 (1), 81–97.
Jurnal Socius, 12, 15–21.
Kushandajani. (2016(. Implikasi UU Nomor 6
Ahmed, M. T., Saleh, M., Abdelkadir, A. F., &
tahun 2014 tentang Desa terhadap
Abdelrahim, A. (2009). El Maghara
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Scenario a Search for Sustainability and
Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 2 (1),
Equity: an Egyptian Case Study. Journal
53–64.
of Futures Studies, 14 (2), 55–90.
Rustiadi, E., Saefulhakim, S., & Panuju, D. R.
Bendahan, S., Camponovo, G., Pigneur, Y.
(2011). Perencanaan dan Pengembangan
(2003). Multi-Issue Actor Analysis: Tool
Wilayah. Yayasan Obor Indonesia.
and Models for Assesing Technology
Enviroment. Journal of Decision
Systems, 12 (4), 1–31.

Y. Yunardi, A. Fauzi & S. Mulatsih 198


Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2019, 3 (3): 189-199

Santoso, R. (2017). Relasi Antar Kelembagaan


Desa dalam Pembangunan Infrastruktur
di Desa Mayang Pongkai Kecamatan
Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar.
Jurnal Online Mahasiwa FISIP, 4 (2), 1–
12.
Ulumiyah, I., Gani, A. J. A., & Mindarti, L. I.
(2013). “Peran Pemerintah Desa dalam
Memberdayakan Masyarakat Desa”
(Studi pada Desa Sumberpasir
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang)”.
Jurnal Administrasi Publik (JAP), 1 (5),
890–899.
Yuliani, Y. & Rahdriawan, M. (2015). Kinerja
Pelayanan Air Bersih Berbasis
Masyarakat di Kelurahan Tugurejo Kota
Semarang. Jurnal Pengembangan Kota
(JPK), 3 (1), 11–25.

199 Peranan Pemangku Kepentingan...

You might also like