Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
ABSTRAK
Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan amanat Undang-Undang Desa
dalam upaya mendorong atau menstimulasi roda perekonomian perdesaan dan juga sebagai upaya
peningkatan sumber pendapatan desa. Desa Tugu Utara membentuk BUMDes untuk
memanfaatkan sumber mata air yang sangat berlimpah. Pemanfaatan sumber daya mata air, yang
merupakan sebuah common resource, harus dikelola dengan baik dan melibatkan semua pemangku
kepentingan (aktor) agar sumber mata air yang bersih terus terjaga. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh dan pola interaksi setiap aktor dalam upaya peningkatan pengelolaan
BUMDes di Desa Tugu Utara. Metode yang digunakan adalah Mactor Analysis. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktor yang memiliki pengaruh paling tinggi adalah Perhutani, sedangkan yang
memiliki ketergantungan yang paling tinggi adalah pengelola BUMDes. Interaksi yang baik
diberikan oleh Kepala Desa, pengelola BUMDes, dan Konsorsium Save Puncak IPB.
189
Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan)
Oktober 2019, 3 (3): 189-199
Respons negatif diberikan oleh aktor PT Lintas Daya Kreasi dan PT Sumber Sari Bumi Pakuan.
Perencanaan kolaboratif antar aktor diperlukan dalam rangka membangun pemahaman bersama
dalam tata kelola sumber mata air.
Kata kunci: BUMDes, keberlanjutan, pemangku kepentingan.
sebanyak 11,067 jiwa dengan luas wilayah Pengelolaan SDA sangat rentan konflik.
1,702 ha, tersebar di 6 RW dan 43 RT. Hal ini dikarenakan adanya tujuan yang berbeda
Kegiatan ekonomi warga Desa Tugu Utara di setiap aktor yang terlibat. Air merupakan
terhimpun dalam BUMDes Barokah yang sumber daya milik bersama (commonpool
bergerak dalam penyaluran dan pengolahan resources/CPRs) yang memiliki tingkat
air bersih. Desa Tugu Utara memiliki 12 (dua persaingan yang tinggi dalam pengelolaannya
belas) sumber mata air, 3 (tiga) diantaranya dan tidak memiliki sifat untuk diekslusifkan
yaitu mata air Talaga Saat, Situ Beunteur, dan (Rustiadi et al., 2011) . Untuk menghindari
Situ Cikoneng dijadikan unit usaha BUMDes adanya konflik yang terjadi, diperlukan suatu
yang disalurkan keseluruh warga melalui mekanisme yang menyebabkan individu
pipanisasi sampai ke rumah warga dan (kelompok) yang menggunakan sumber daya
diperjualbelikan dalam bentuk air minum air melalui pembentukan kelembagaan dengan
dalam kemasan (AMDK). aturan yang disepakati dan disesuaikan dengan
Pengelolaan air bersih oleh BUMDes kearifan lokal yang ada. Kehadiran negara
Barokah sudah memiliki pedoman yang jelas dibutuhkan untuk mengatur dan mengelola
mulai dari penetapan tarif, pelayanan kepada distribusi air bagi seluruh masyarakat.
konsumen, dan tranparansi keuangan. Hardjono Masyarakat patut mendapatkan pemenuhan
et al. (2013) dalam mengelola air bersih, kebutuhan dasar/vital akan air bersih.
pengelola air bersih (PAB) Pucung tidak Pembangunan infrastruktur yang menopang dan
memiliki aturan tertulis mengakibatkan banyak menjamin distribusi air ke seluruh masyarakat
permasalahan, seperti tidak mematikan kran, menjadi prioritas utama, karena dengan
tetapi justru membuka sedikit agar jarum water terpenuhinya kebutuhan air maka dapat
meter tidak berjalan, menunda kewajiban mendorong roda perekonomian melalui usaha
membayar iuran. Bahkan pengelola terpaksa pertanian dan menjamin kesehatan masyarakat
memutus jaringan karena pelanggan tidak (Jacom et al., 2016).
membayar lebih dari 3 bulan. Dari sisi PAB Dengan melihat gambaran realita
dalam membuat laporan keuangan belum sebelumnya, maka untuk mengoptimalkan
disosialisasikan kepada pelanggan, hanya potensi sumber air bersih di Desa Tugu Utara
dilaporkan ke pemerintah desa, sehingga tersebut diperlukan suatu kajian untuk
pengelolaan keuangan kurang transparan. mengetahui pengaruh dan pola interaksi setiap
Yuliani dan Rahdriawan (2015) aktor dengan berbagai tujuan yang berbeda
menghitung kriteria kepuasan pelanggan dari dalam pengelolaan air bersih oleh BUMDes
custumer satisfaction indeks (CSI) ini dapat yang sedang berlangsung. Kelembagaan
dijelaskan oleh importance performance BUMDes juga harus mampu untuk melihat
analysis (IPA) dimana pelanggan merasa faktor-faktor yang dapat mendukung dan/atau
“Puas” diantaranya dengan atribut, yaitu menghambat dalam perkembangan jenis usaha
kualitas fisik air, lokasi tempat pelayanan, BUMDes. Isa & Magifera (2017) menganalisis
kemampuan petugas administrasi/keuangan, aktor untuk mengurang resiko banjir, dan
kecermatan petugas pencatat meter air, Ahmed et al. (2009) menganalisis aktor dengan
biaya/harga tarif yang terjangkau, kelengkapan dilakukan di wilayah padang pasir di Mesir
sambungan pelayanan, dan kepastian biaya dalam penanganan kelangkaan air bersih.
yang dibayar. Masih terdapat 5 (lima) atribut Dengan meneliti pengaruh dan pola interaksi
yang belum sesuai dengan harapan pelanggan antar aktor akan mempercepat tujuan bersama
yaitu kuantitas air, kontinuitas, kedisiplinan tercapai dan menjadi penentu dalam
petugas distribusi air, cepat dan tanggap keberhasilan pengembangan BUMDes.
terhadap keluhan pelanggan, serta petugas
mudah dihubungi.
5. Menentukan pengaruh aktor terhadap suatu dengan nilai 362, PT SSBP dengan nilai 354,
isu. Kades dengan nilai 338, dan KTH dengan nilai
330. Artinya kelima aktor tersebut sangat
HASIL DAN PEMBAHASAN berpengaruh dalam menentukan beberapa
tujuan pengelolaan BUMDes Barokah yang
Hasil identifikasi terdapat 17 (tujuh berkelanjutan. Sementara itu, aktor yang
belas) aktor yang terlibat dalam interaksi untuk memiliki ketergantungan secara langsung atau
melihat keberlanjutan usaha BUMDes Barokah tidak langsung terhadap aktor yang lainnya
yaitu Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan adalah Pengelola BUMDes dengan nilai 385,
Pemerintahan Desa (BPMPD), Perum Perhutani diikuti oleh Kades dengan nilai 354, PHR
(Perhutani), Balai Konservasi Sumber Daya dengan nilai 340, Petani sayuran dengan nilai
Alam (BKSDA), Kepala Desa (Kades), 322 serta IPB dan SIBAT masing masing
Pengurus BUMDes (BUMDes), Konsorsium dengan nilai 316. Semakin besar nilainya
Save Puncak IPB (IPB), Komunitas Eco Village semakin tinggi tingkat ketergantungan terhadap
(Evil) , Siaga Bencana Berbasis Masyarakat aktor lainnya.
(SIBAT), Paguyuban Ketua RT & RW Tabel 1. Pengaruh dan ketergantungan antar aktor
(PAKAR), Lembaga Masyarakat Desa Hutan dengan aktor lainnya
(LMDH), Kelompok Tani Hutan (KTH) Nilai Nilai
Aktor Pengaruh Ketergantungan
Cibulao, PT Sumber Sari Bumi Pakuan (PT
(Li) (Di)
SSBP), PT Lintas Daya Kreasi (LDK), DPMPD 124 153
Pengusaha Hotel dan Restauran (PHR), PERHUTANI 398 313
Pengusaha Air Isi Ulang (isi ulang), Petani BKSDA 327 246
KADES 338 354
sayur (petani), dan Kebun Organik Pondok BUMDES 291 385
Caringin (KOPC). Sementara tujuan (objective) Konsorsium IPB 362 316
adalah kontinuitas air bersih (air bersih), ECOVILLAGE 292 310
pendapatan asli desa (PADes), kelestarian SIBAT 307 316
PAKAR 313 300
lingkungan (lestari), pelayanan publik (publik), LMDH 289 305
peningkatan investasi (investasi), penyerapan KTH 330 289
tenaga kerja (labour), dan peningkatan PT SSBP 354 291
kesejahteraan (sejahtera). LDK 149 220
PHR 261 340
Air Isi Ulang 40 61
Tingkat Pengaruh dan Ketergantungan Petani Sayur 287 322
Antar Aktor KOPC 208 149
Sumber: Data diolah, 2019
Pemetaan posisi dan daya tawar setiap
aktor terkait terhadap pengelolaan BUMDes Nilai pengaruh (Li) yang tinggi
Barokah Desa Tugu Utara. Peranan dan menggambarkan kekuatan yang dimiliki aktor
keterlibatan setiap aktor dilihat dari tingkat untuk memengaruhi perilaku aktor lain,
pengaruh dan tingkat ketergantungan yang sementara nilai ketergantungan (Di)
dimiliki oleh setiap aktor dengan aktor lainnya menggambarkan total pengaruh langsung dan
dalam melihat eksistensi keberlanjutan usaha tidak langsung yang diterima aktor dari aktor
pemanfaatan mata air oleh BUMDes Barokah. lain. Apabila nilai pengaruh yang dimiliki aktor
Hasil wawancara dengan semua aktor yang lebih besar dari nilai ketergantungannya, maka
terlibat diolah untuk melihat pengaruh langsung aktor tersebut memiliki kesempatan untuk
dan tidak langsung antar aktor. memengaruhi aktor lain dengan kekuatan yang
Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa dimiliki dalam mencapai tujuan awal.
aktor yang memiliki pengaruh langsung dan Pengaruh tinggi yang diberikan oleh
tidak langsung dengan nilai paling tinggi adalah perhutani karena memiliki wewenang dalam
Perhutani dengan nilai 398, diikuti oleh IPB mengawasi hutan dan pemanfaatan hutan.
Menjaga sumber mata air yang ada di hutan a. Pemetaan Konvergensi Aktor
dengan sistem reboisasi agar penyerapan air Pada tahapan ini menunjukkan seberapa
menjadi tinggi. Sedangkan untuk tingkat besar intensitas yang dimiliki oleh setiap aktor
ketergantungan aktor BUMDes yang tinggi dan seberapa banyak kepentingan yang sama
dibandingkan dengan aktor lainnya karena dimiliki oleh setiap aktor. Tahapan ini
BUMDes sangat tergantung dari peranan para memungkinkan terbentuknya aliansi diantara
aktor yang terlibat untuk mendukung aktor, karena adanya jumlah posisi tujuan yang
keberlanjutan usaha pengelolaan air bersih yang sama pada masing-masing aktor. Secara umum
dijalaninya, agar tersedia baik secara kualitas, dapat dilihat pada Gambar 3 terkait pemetaan
kuantitas, dan kontinuitas. konvergensi (kecenderungan untuk
bekerjasama) aktor yang terlibat secara
Pola Hubungan/Interaksi Antar Aktor langsung dan tidak langsung dan berperan
Penentuan hubungan antar aktor dalam pengelolaan berkelanjutan BUMDes
dituangkan dalam bentuk pemetaan, yaitu: Barokah. Konvergensi antar aktor dapat
konvergensi dan divergensi masing-masing dikategorikan dalam konvergensi yang sangat
aktor. Pemetaan konvergensi antar aktor lemah, lemah, sedang, kuat dan sangat kuat.
menjelaskan bahwa semakin dekat aktor satu Hasil pemetaan antara satu aktor dengan aktor
sama lainnya, semakin memiliki konvergensi lainnya (1CAA) terhadap tujuan, bagaimana
yang semakin intens. Sedangkan untuk hubungan yang kuat terjadi pada aktor-aktor
pemetaan divergensi mengidentifikasi jumlah yang sejalan dengan tujuan.
potensi konflik dengan melihat hierarki tujuan
dari aktor yang lainnya.
Pada Gambar 3 menjelaskan bahwa garis beberapa aktor diantaranya LMDH, BUMDes,
berwarna merah menjelaskan keterkaitan IPB, dan Kades. Keempat aktor ini menandakan
adanya kekuatan yang sangat kuat terhadap bahwa mereka bisa bersinergi untuk mencapai
tujuan. Sedangkan untuk aktor yang memiliki terkait tujuan BUMDes baik secara langsung
konvergensi yang lemah yaitu petani sayur, PT maupun tidak langsung ke semua aktor.
SSBP, LDK, dan SIBAT. Para aktor ini b. Pemetaan Divergensi Aktor
dikategorikan tidak dapat melakukan sinergi Analisis divergensi (perbedaan) antar
karena tidak ada kesesuain dengan beberapa aktor menjelaskan tentang setiap pasangan
tujuan perusahaan sehingga nantiya akan aktor yang memiliki tujuan dan tidak
menimbulkan sebuah konflik. memegang posisi yang sama. Hasil ini
Para aktor yang memiliki pengaruh menunjukkan adanya kemungkinan konflik
sangat kuat yaitu pengurus BUMDes, LMDH, antar aktor sangat tinggi, dikarenakan adanya
Kades, dan IPB merupakan aktor kunci yang jumlah posisi yang berbeda pada masing-
dapat bekerja sama karena memiliki tujuan masing aktor terhadap tujuan yang sudah
yang sama, yakni pengelolaan air bersih untuk ditetapkan. Matrik divergensi satu aktor
masyarakat Desa. Peranan kepala desa harus (1DAA), akan menunjukkan pola hubungan
menjadi aktor utama yang dalam memfasilitasi antar aktor yang bisa diklasifikasikan dalam
tujuan BUMDes, LMDH merupakan aktor yang beberapa tingkatan seperti memiliki hubungan
harus menjembatani mengenai fungsi yang sangat lemah (weakest), lemah (weak),
kelestarian lingkungan yang akan menjamin moderate, kuat (strong) dan sangat kuat
keberlangsungan pasokan air, sedangkan aktor (strongest).
IPB berperan dalam mengedukasi para pihak
Divergensi satu aktor yang ditunjukkan tinggi dengan aktor-aktor tersebut. Hasil
pada Gambar 4 menjelaskan bahwa LDK wawancara menerangkan bahwa LDK tidak
memiliki tingkat intensitas yang tinggi dan memberikan profit sharing yang jelas kepada
memiliki kepentingan yang berbeda terkait Perhutani, sedangkan dengan Desa Tugu Utara
dengan tujuan yang sudah ditetapkan. tidak ada kontribusi sama sekali dari retribusi
Divergensi sangat kuat yang diperlihatkan oleh yang di dapat dari para pengunjung. Hubungan
LDK terhadap Perhutani, LMDH, BUMDes, LDK dengan LMDH adalah mereka memiliki
Kades, dan IPB. Potensi konflik LDK sangat produk dan jasa yang sama berupa penginapan
dan tempat rekreasi yang memicu adanya dan divergen untuk mengamankan prioritas
persaingan usaha yang tidak sehat. Sedangkan yang menjadi tujuan utama dan
hubungan LDK dengan IPB terkait terbatasnya mengesampingkan tujuan yang berbeda
akses masuk (portal) ke wilayah padahal sudah dengannya. Kondisi ambivalensi ini dapat
ada perjanjian dengan Pemda dan SSBP untuk dilihat dalam grafik histogram Gambar 5.
memberikan keleluasaan akses masuk ke lokasi Gambar 5 menjelaskan bahwa LDK
tempat penelitian yang dilakukan oleh pihak adalah aktor yang memiliki ambivalensi, karena
IPB. IPB juga menolak pembangunan fisik oleh kepentingan mereka dapat berubah sesuai
LDK di kawasan Talaga Warna yang akan dengan tujuannya dan tidak ada yang bisa
mempengaruhi daerah resapan air. mengintervensi. Aktor ini menunjukkan sikap
Peranan beberapa aktor yang sangat yang sejalan dengan tujuan yang sudah
lemah divergensinya adalah isi ulang dan ditetapkan, namun bersikap kontra terhadap
KOPC. Kedua aktor ini memiliki intensitas tujuan yang tidak sejalan dengan mereka. Sikap
yang rendah dikarenakan kedua aktor ini tidak ambivalensi LDK sebagai perusahaan swasta
berpotensi memiliki konflik kepentingan yang memiliki kebijakan sendiri dalam
dengan tujuan yang sudah ditetapkan. peningkatan pendapatan mereka.
c. Ambivalensi antar Aktor
Aktor yang ambivalensi (sifat mendua
tergantung tujuan) memiliki posisi konvergen
3. Aktor yang memiliki divergensi paling kuat [BPS]. 2015. Kabupaten Bogor dalam Angka.
karena adanya perbedaan tujuan dengan Badan Pusat Statistik.
aktor yang lain adalah LDK dan SSBP. Cahyono, B. & Ardian, A. (2012). Peranan
4. Aktor dengan ambivalensi yang kuat adalah Modal Sosial dalam Peningkatan
LDK, KOPC, PHR, petani sayur, dan SSBP. Kesejahteraan Masyarakat Petani
5. Berdasarkan kesimpulan 1 hingga 4, Tembakau di Kabupaten Wonosobo.
pengaruh dan pola interaksi para aktor yang Jurnal Cbam-Fe Unissula, 1, 131–144.
dapat mendukung tujuan utama BUMDes Dewi, A. S. K. (2014). Peranan Badan Usaha
adalah; perum Perhutani yang memiliki Milik Desa (BUMDes) sebagai Upaya
pengaruh paling tinggi, dan harus bersinergi dalam Meningkatkan Pendapatan Asli
dengan IPB, Kades, dan LMDH karena Desa (PADes) serta Menumbuhkan
memiliki tujuan yang sama. Melakukan Perekonomian Desa. Journal of Rural
pendekatan dan mereformulasikan and Development, 5 (1), 1–14.
kepentingan karena ada perbedaan tujuan Fauzi, A. (2019). Teknik Analisis
dengan LDK, KOPC, petani sayur, PHR, Keberlanjutan. PT Gramedia Pustaka
dan SSBP. Utama.
Hardjono, Astuti, N. D., Widiputranti, C. S.
SARAN (2013). Model Pengelolaan Air Bersih
Desa di Bantul Yogyakarta. Jurnal
1. Membuat perencanaan kolaboratif tata Komunitas Research & Learning in
kelola air di Desa Tugu Utara dengan para Sociology and Anthropology, 5 (2), 185–
aktor yang terlibat untuk mempercepat 196.
tujuan bersama tercapai. Isa, M, Mangifera, L. (2017). Analisis
2. Membangun skema reward and punishment Stakeholder dalam Pengurangan Risiko
terkait dengan tata kelola air dengan para Banjir di Kabupaten Klaten. University
aktor yang terlibat untuk menunjang Research Coloquium Universitas
keberhasilan tata kelola BUMDes yang Muhammadiyah, 237–244.
optimal dimasa depan. Jocom, H., Kameo, D. D., Utami, I., &
3. Pihak pengelola BUMDes harus membuat Kristijanto, A. I. (2016). Air dan Konflik:
intensifikasi produk BUMDes guna Studi Kasus Kabupaten Timor Tengah
memaksimalkan potensi sumber air dan Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan, 14 (1),
meningkatkan nilai guna air bersih. 51–61.
Kusumastuti, A. (2015). Modal Sosial Dan
DAFTAR PUSTAKA Mekanisme Adaptasi Masyarakat
Pedesaan dalam Pengelolaan
Abdullah, S. (2013). Potensi dan Kekuatan
Pembangunan Infrastruktur. Jurnal
Modal Sosial dalam Suatu Komunitas.
Labsosio, 20 (1), 81–97.
Jurnal Socius, 12, 15–21.
Kushandajani. (2016(. Implikasi UU Nomor 6
Ahmed, M. T., Saleh, M., Abdelkadir, A. F., &
tahun 2014 tentang Desa terhadap
Abdelrahim, A. (2009). El Maghara
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Scenario a Search for Sustainability and
Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 2 (1),
Equity: an Egyptian Case Study. Journal
53–64.
of Futures Studies, 14 (2), 55–90.
Rustiadi, E., Saefulhakim, S., & Panuju, D. R.
Bendahan, S., Camponovo, G., Pigneur, Y.
(2011). Perencanaan dan Pengembangan
(2003). Multi-Issue Actor Analysis: Tool
Wilayah. Yayasan Obor Indonesia.
and Models for Assesing Technology
Enviroment. Journal of Decision
Systems, 12 (4), 1–31.