You are on page 1of 110

1

Inilah Kitab yang bernama :

Duruts
Tsamin
(PERMATA YANG BERHARGA)

Menjelaskan
I'tiqod/Keyakinan Mukminin

Karangan

Al-'Alim al-'Alamah wal 'Arifur Robbani


Syaikh Daud bin Syaikh 'Abdulloh al-Fathoni

Diterjemahkan oleh :

Mulyadi
2

ِ ْ ِ ‫اﻟﺮﲪ ِﻦ‬
‫اﻟﺮﺣﲓ‬ ْٰ ‫ﷲ‬ ِ ‫ِﺴﻢ‬ ِ ْ
ِ ْ َ َ ‫وﺟﻌﻞ اﻟﺸﻬ‬
‫َﺎدﺗﲔ‬ ِ َ ُْ ْ َْ ‫ﰻ‬
َ َ َ َ ‫اﻟﻤ;ﻠﻮﻗﺎت‬ > ُ ‫ادﻩ‬ ٖ ِ ‫ﻪ َوا ْ ِﻧﻘ َﺮ‬%ٖ ِ َ/‫و&ﺪَ ا ِﻧ‬ ْ َ ‫ َ(ﻗﺮ َ َﲆ‬1 ‫ﻨﺎت َو‬ ِ َ ‫اﻟﲀ ِﺋ‬ َ ْ ‫وﺟﻮدﻩ َ ِﲨ ْ ُﻴﻊ‬
ٖ ِ ْ ُ ُ ‫وﺟﻮب‬ ِ ْ ُ ُ ‫اﻟﺤﻤﺪ ِ ٰ ّ ِ ِا"ى َدل َ َﲆ‬ ُ ْ َ َْ
S‫ِﺪ‬َ ِ ‫ ّﻴ‬T‫ﺴﻼم َ ٰﲆ َﺳ‬ ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬ ُ َ ‫ َو‬,‫ت‬M‫اﻟﱪ‬ ِ ِ َ ْ ‫ﻣﻦ‬ َ ِ ‫ﺎرﻩ‬%ٗ َ َ ‫ﻣﻦ ا ْﺧ‬ ِ َ ‫ﺪ‬Fِ ْ ‫ﻋﻘﺎﺋﺪ اﻟ ْﺘﻮ ِﺣ‬ ِ ِ َ َ ‫ﻟﻤﻌ ِﺮ َ ِﻓﺔ‬ ْ َ ِ ‫وﺧﺺ‬ َ َ ‫ﺴﻌﺎدات‬ِ َ َ ‫(ﻫﻞ اﻟ‬ ِ ْ 1 ‫ل‬C ِ َ َ ‫َد ِﻟ ْ ًﻴﻼ َ ٰﲆ‬
ِ َ ‫^ﻟﻜ َﺮ‬
.‫اﻣﺎت‬ َ ْ ِ ‫ﺘﺎﺑﻌﲔ ﻟَﻬ ُْﻢ‬
َ ْ ِ ِ ‫(ﲱﺎﺑﻪ َواﻟ‬ ٖ ِ َ ْ 1 ‫اﲵﺎت َو َ ٰﲆ ٰاِٖ[ َو‬ ِ َ ِ ‫ت اﻟْ َﻮ‬M ِ َ ‫ﺑﻼ‬ ِ ْ ُ ْ ‫ﻣﺤﻤﺪ ِناﻟْ َﻤ‬
ٰ ْ ِ ‫ﺒﻌﻮث‬ ِ َُ
‫وﻋﻘﲆ‬ ُ ِ َ ْ ‫ﻫﺎج َ ْ ِﻗﻠﱮ‬
ِ ْ َ َ ‫ﺮ‬g‫اﻟﻔﺎ‬ َ َ .‫ﺴﻼم‬ ِ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬ ِ َ ‫(ﻓﻀﻞ‬ ُ َ ْ 1 ‫ﻨﱮ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬ ّ ِ ِ ‫ﳗﺮة اﻟ‬ ٍ َ ْ ِ ‫ﺛﻼﺛﲔ ِ ْﻣﻦ‬ ِ ْ َ َ َ ‫ﻨﲔ َو‬ ِ ْ َ ‫ﺘﲔ َو ِا ْﺛ‬ِ ْ َ َ ‫ ْ ِ(ﻟﻒ َ ِوﻣﺎﺋ‬1 ‫ َ ُﻨﺔ‬T‫ﰷن َﺳ‬ َ َ ‫ﺑﻌﺪ َﻓﻠَﻤﺎ‬ ُ ْ َ ‫َو‬
‫ﺮ ِﻏ ْﻴ ًﺒﺎ‬gْ َ ‫ﺮﻛﺖ َﺻﺪَ ﻓَﻬَﺎ‬g ُ ْ َ َ ‫ُررﻫﺎ َو‬ ُ ُ ْ َ ‫ﺪ َو‬Fِ ْ ‫(ﻫﻞ اﻟ ْﺘﻮ ِﺣ‬
َ َ َ ‫اذﻛﺮ د‬ ِ ْ 1 ‫ﻋﻘﺎﺋﺪ‬ِ ِ َ َ ‫ﻦ َو‬jk‫ا‬ ِ ْ ِ ّ ‫(ﺻﻮل‬ ِ ْ ُ q ‫اﻟﻤﺤﻘﻘﲔ ِﰱ‬ َ ْ ِ ِّ َ ُ ْ ‫اﻟﻌﻠﻤﺎء‬ ِ َ َ ُ ْ ‫م‬o َ َ َ ‫(ﲨﻊ‬ َ َ ْ 1 ‫اﻟﻘﺎﴏ َ ْان‬ ُ ِ َْ
‫ﷲ‬ِ ‫ﺘﻤﺪت َ َﲆ‬ ُ ْ َ َ ‫ﻜﻦ ِا ْﻋ‬ ْ ِ ‫(ﻫﻼ ِ ٰ" ِ َ~ َو ٰﻟ‬ ً ْ 1 ‫اﻛﻦ‬ ْ ُ َ ‫اﻟﻌﺮب َو ِ ْان َ ْﻟﻢ‬ ِ َ َ ْ ‫م‬o َ َ َ ‫ﻻﻳﻌﺮف‬ ُ ِ ْ َ َ ‫اﻟ|ﺎوى َ ْﰽ َ ْﻳﻔﻬ َ َُﻤﻪ َ ْﻣﻦ‬ ِ ِ ْ ‫ﺴﺎن‬ ِ َ ‫ﻣﱰﲨﺎ ِ ِﺑﻠ‬ ً َ َ ُ .‫ﻠﻄﻼب‬w ِ َ ِ
َ ْ T‫ﷲ ُﺳ‬
‫ﺒˆﺎ َ ُﻧﻪ‬ َ ‫(رﺟﻮ‬ ْ ُ ْ 1 ‫ َو‬,‫…ﲔ‬ ْ ُ ْ ‫ﻋﻘﺎﺋﺪ‬
َ ْ ِ ‫اﻟﻤﺆ ِﻣ‬ ِ ِ َ َ ‫ﺜﻤﲔ ِﰱ‬ َ ْ ِ ‫ر اﻟ‬k‫ا‬ َ > َ ‫ َو َﲰ ْﻴ ُ ٗﺘﻪ‬,‫ﺘﺎر‬ ِ َ ْ‫ﶊﺪِناُْﻟﻤﺨ‬ ِ S‫ِﺪ‬ َ ِ ‫ ّﻴ‬T‫ﲜﺎﻩ َﺳ‬ ِ َ ِ ‫ﻠﺼ َﻮ ِاب‬wِ ‫ﻳﻮﻓﻘﲎ‬ ِ َ ّ ِ َ ُ ‫ﺘﺎر َ ْان‬ِ T‫ﺮﱘ اﻟﺴ‬ َ
ِ ْ ِ ‫اﻟﻜ‬
‫ﺗﻮﳇﺖ‬ُ ْ َ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬Ž^ ِ ِ ‫ﻖ ِاﻻ‬Fِ ْ ‫اﻟﻤﺎ(ب َ َوﻣﺎ َ ْﺗﻮ ِﻓ‬ ِ ٓ َ ْ ‫ﻴﻮم‬ ِ ْ َ ‫وذ•ﲑة ِﻟ‬
ً َ ْ ِ َ َ j ‫ﶊﺪ‬ ٍ S‫ِﺪ‬ َ ِ ‫ ّﻴ‬T‫ﻫﺪﻳﺔ ِ َاﱃ ُ ْروحِ َﺳ‬ ً ِ َ ‫ﳚﻌﻞ ﺛَ َﻮ َ ُاﺑﻪ‬ َ َ ْ َ ‫ ْ(ن‬1 ‫ﻖ َو‬Fَ ْ ‫ﺗﻌﺎﱃ َاﻟ ْﺘﻮ ِﻓ‬ َ َ َ ‫َو‬
ِ َ ْ ‫اﻟﻜﺮﱘ‬
.‫اﻟﻮﻫﺎب‬ ِ ْ ِ َ ْ ‫ﺑﻔﻀﻞ‬ ِ ْ َ ِ ‫ َ ِﺘﻌ ْﻴ ًﻨﺎ‬T‫اﻟﻤﻘﺼﻮد ُﻣ ْﺴ‬ ِ ْ ُ ْ َ ْ ‫ﴍوﻋﻰ ِﰱ‬ ِ ْ ُ ُ ‫( َو ٌان‬1 ‫ﺐ َ ٰوﻫ َﺬا‬/( ُ ْ ‫ ِﻧ‬q ‫َو ِاﻟَ ْ ِﻴﻪ‬
Dengan nama Allah Tuhan yang sangat Murah bagi sekalian hamba-Nya yang mukmin dan
yang kafir didalam negeri dunia ini dan lagi sangat Mengasihani bagi sekalian hamba-Nya yang
mukmin didalam negeri akhirat, kumulai kitab ini. Segala puji tertentu bagi Allah Tuhan yang
sekalian kainat1 ini menunjukkan atas bersifat Wajib wujud-Nya. Mengaku aku atas ke-Esaan-Nya
dan atas ketunggalan-Nya oleh sekalian makhluk. Dia menjadikan orang yang mengucap dua
kalimat syahadat sebagai tanda atas kesempurnaan untuk orang yang mendapat kebahagiaan2. Dia
menentukan dengan mengenal 'aqoid tauhid pada orang-orang yang dipilih-Nya dari antara
manusia.
Sholawat dan salam atas penghulu kita Nabi Muhammad yang dibangkitkan dengan beberapa
mu'jizat yang nyata; dan atas sekalian keluarga dan sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang
mengikut mereka dengan amal-amal sholih. Untuk merekalah dengan keramat.
Adapun kemudian daripada itu maka tatkala tahun 1232 dari hijrah Nabi yang atasnya selebih-
lebih sholawat dan salam, bergerak-gerak hatiku yang limpah dan akalku yang pendek bahwa aku
menghimpunkan beberapa perkataan ulama yang muhaqqiqin yang membicarakan tentang ilmu
Ushuluddin dan aqidah-aqidah ahli tauhid. Aku sebutkan permata lukluknya dan kutinggalkan
shodafnya yaitu kulitnya untuk menggemarkan orang yang menuntutnya. Kuter-jemahkan dalam
bahasa Jawi (Melayu) supaya memahaminya orang yang tidak mengetahui bahasa Arab, walaupun
aku bukan ahlinya dalam hal itu akan tetapi aku berpegang pada Allah Tuhan Yang Pemurah dan
Sangat Menutupi kesalahan hamba-Nya supaya aku diberi-Nya kemampuan untuk benar dengan
kemegahan penghulu kami Muhammad j yang pilihan. Kunamai kitab ini Duruts Tsamin (Permata
yang berharga) yang menerangkan tentang i'tiqod orang mukmin. Aku berharap pada Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ُﺳ‬
taufik dan dijadikan-Nya pahalanya kepada ruh penghulu kami Nabi Muhammad j dan dijadikan-
Nya sebagai simpanan pada hari kembali (kiamat). Aku tidak memiliki kemampuan kecuali dengan
pertolongan Allah dan atas-Nya aku berserah dan kembali. Maka masuk aku kepada maksudku
dengan meminta pertolongan pada anugerah Tuhan Yang Pemurah dan Maha Pemberi karunia-Nya
pada sekalian hamba-Nya. Amin.

1
Kainat = yang ada.
2
Mengucap syahadat adalah tanda iman yang merupakan tanda pertama bahwa seseorang itu termasuk
orang yang dibahagiakan Allah.
3

MUKADDIMAH

: ‫ﻣﺤﻤﺪ َاﻟ >ﺴ َﺤ ْ ِﻴﻤﻰ‬ ُ َ َ ْ ‫ﻗﺎل‬


ْ َ ْ 1 ‫ ْ ُﻴﺦ‬T‫اﻟﻌﻼﻣﺔ اﻟﺸ‬
ْ َ ُ ‫(ﲪﺪ ِ ْ—ﻦ‬ َ َ
Berkata Al-'Alamah (orang yang sangat alim) Syeikh Ahmad bin Muhammad as-Suhaimi didalam
syarah Hudhudi :
َ َ ْ ‫ﺒﺎدي ا ْ َﻟﻌ‬
‫ﴩة‬ َ ِ َ ‫ﻳﻌﺮف ا ْ َﻟﻤ‬ ِ َ ْ 1 ْ ‫ﻪ‬œ‫اﻟﻮ‬
َ ِ ْ ‫ ْ(ن‬1 ‫ا›ﳈﻞ‬ ِ ْ َ ْ ‫ﻟﺨﻮض ِﰱ ِ ْ ٍﲅ َ َﲆ‬
َ ْ َ ْ ‫( َر َاد‬1 ‫ﻟﻤﻦ‬
ْ َ ِ ‫َ َوﻻ ُﺑﺪ‬
Artinya : "Tidak dapat tiada (yaitu mestilah) orang yang berkeinginan membahas ilmu secara
sempurna bahwa diketahuinya dahulu mabadi (dasar-dasar) ilmu yang sepuluh".
‫ﻪ‬%ٗ ُ َ¤‫ ْﺴ‬¥ِ ‫وﻓﺎﺋﺪَ ُ ٗﺗﻪ َو‬
ِ َ َ ‫ ِ ْﺘﻤﺪَ اد ُٗﻩ‬T‫وﻣﻘﺼﻮد ُٗﻩ َو ِا ْﺳ‬ ٗ ُ ْ ُ َ ‫اﲰﻪ َ َو¡ﺎﻳ َ ُﺘ ُﻪ‬
ْ ُ ْ َ َ ‫وﺣﳬﻪ‬ ُ ُ ِ َ َ ‫وﻣﻮﺿﻮ ُ ُﻪ‬
ُ ُ ْ ِ ‫وواﺿﻌﻪ َو‬ ُ>َ
ْ ُ ْ َ َ ‫&ﺪﻩ‬
Artinya : "Hadnya (defenisinya), maudhu'nya (bahasannya), wadho'nya (pelopornya), namanya,
kesudahannya, hukumnya, maksudnya, tempat mengambilnya, faedahnya dan nisbahnya".
Inilah yang dinamakan dengan Mabadi yang sepuluh perkara itu. Maka Had ilmu Ushuluddin yang
kita maksudkan disini adalah :
‫ﻨِ ِﻴﺔ‬Fْ ‫اﻻد¦ اﻟْ َ ِﻴﻘ‬
ِ ِ َ ْ ‫ﻋﻦ‬ ِ ِ َ َ ْ ِ ‫اﻟﻌﲅ‬
ِ َ ‫ َ ِﺌﺔ‬T‫ﺔ اﻟﻨﺎ ِﺷ‬Fِ ©‫ ْ ِﻳ‬k‫^ﻟﻌﻘﺎﺋﺪ ّ ِا‬ ُْ َِْ
Artinya : “Ilmu dengan beberapa akidah agama yang bersumber dari dalil yang yakin”.
Maudhu-nya adalah Dzat Allah dan dzat sekalian Rasul-Nya dalam perkara yang kita bahas tentang
sifat-sifat yang wajib, mustahil dan harus.
Wadho'-nya yaitu orang yang mula-mula menghantarkannya adalah Abul Hasan al-Asy'ari.
(Adapun ceritanya) Adalah Abu Hasyim al-Juba`i guru Abul Hasan al-Asy'ari sekaligus ayah tirinya
yaitu suami ibunya. Maka ia tinggal mengikut apa yang diambil (dipelajari) darinya dari paham
Mu'tazilah selama 40 tahun. Lalu ia melihat dalam mimpinya Nabi j tiga kali, beliau berkata
dalam tiap mimpinya, "Hai Abul Hasan, tolong olehmu 'aqoid yang diriwayatkan daripadaku yang
sebenarnya". Kata Abul Hasan pada yang ketiga kalinya, "Bagaimana aku meninggalkan mazhab
yang sudah kutashowurkan3 masalahnya dan kuketahui dalilnya 30 tahun dari pembahasanku
dengan ilmunya". Maka sabda Rasululloh j, "Jika tidak kuketahui bahwasanya Allah ta'ala
menolongmu dengan pertolongan-Nya maka tidak kusuruh padamu". Kemudian dia terjaga dari
tidurnya maka dia berkata, "Tidak ada sesudah nyata yang haq kecuali sesat". Kemudian dia
mengambil beberapa kitab hadits yang menolong akan i'tiqod Ahlus-sunnah wal Jama'ah yang
menjelaskan tentang melihat Allah pada hari kiamat dan hadits bahwa Nabi j memberi syafaat
dan lainnya. Maka dia ditolong Allah dengan pertolongan-Nya, maka dibuka-kan padanya
beberapa bahasan dan beberapa dalil yang tidak pernah dia mendengar dari Syeikhnya sekalipun
dan tidak pernah dilihatnya didalam kitab. Kemudian dia menghilangkan diri dari masyarakat
dirumahnya selama 15 hari, setelah itu dia keluar menuju Mesjid Jami' dan naik keatas mimbar. Dia
berkata, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku menyembunyi-kan diri dari kamu beberapa
waktu ini karena bahwasanya aku memperhatikan beberapa dalil. Kudapati bersama-sama padaku
beberapa dalil yang berlawanan yang tidak dapat kulebihkan satu atas yang lain. Maka aku
memohon petunjuk dari Allah ta'ala maka ditunjuki-Nya aku pada i'tiqod yang haq yang
kuletakkan didalam kitabku ini. Sungguhnya telah kutanggalkan dari sekalian ilmu yang aku
i'tiqodkan selama ini seperti aku tanggalkan pakaianku (jubbahnya) ini". Maka ditanggalkannya
pakaian yang dia pakai dan dilemparkannya kemudian maka diangkat-kan kitab yang ia karang
atas mazhab Ahlussunnah kepada manusia maka adalah dia pertama-tama orang yang
menyebarkan ilmu 'aqidah atas jalan Kitab dan Sunnah yaitu mengikut Qur`an dan Hadits dan

3
Tashowur maksudnya terupa/tergambar atau dapat diterima atau sudah dikuasai.
4

ijma' sahabat yang dahulu-dahulu yang sholih-sholih maka jadi hinalah sekalian ahli I'tizal
(Mu'tazilah).
Adapun nama ilmu ini adalah Ilmu Tauhid dan Ilmu Sifat dan Ilmu 'Aqo'id dan Ilmu Ushulluddin dan
Ilmu Kalam. Maka seluruhnya itu adalah nama ilmu ini. Sebab dinamakan Ilmu Kalam karena
kebanyakan pembahasannya tentang Kalam adakah Qodim atau hawadits (baharu). Telah banyak
orang yang dicoba dengan diperintahkan mengatakan bahwa Qur`an itu makhluk seperti
diriwayatkan tentang Ahmad bin An-Nashor al-Khuza'i salah seorang ulama ahli hadits
diperintahkan ia oleh Watsiq untuk mengatakan Qur`an makhluk, ia enggan maka dipotong
lehernya dan digantungkan kepalanya di Baghdad. Diperintahkannya orang menunggu dan
memalingkan mukanya dari kiblat maka berkata yang menunggu itu kepada Watsiq bahwasanya ia
melihat pada malam hari mukanya berpaling sendiri ke kiblat dengan membaca surat Yasiin dengan
lidah yang fashih. Pada satu riwayat ia membaca :
‫ﻨﻮن‬ ْ ُ َ ‫ﻳﱰﻛ ْﻮا َ ْان َ ُﻳﻘ ْﻮﻟُ ْﻮا ( ٓ َﻣ…ﺎ‬
َ ْ ُ َ%‫وﱒ َﻻ ُ ْﻳﻔ‬ ُ َ ْ > ‫ ْ(ن‬1 ‫ﻨﺎس‬ َ ِ ‫( َﺣ‬1 ,‫ﻢ‬ªٓٓ ‫اﻟ‬
ُ ‫ﺴﺐ اﻟ‬
Ghoyah ilmu ini atau kelebihannya membedakan antara beberapa aqidah yang shohih dan fasid
yaitu diketahuinya akan yang shohih dan yang binasa. Karena hukum ilmu ini wajib a'ini atas tiap-
tiap orang yang mukallaf dan merupakan ilmu pertama yang ditanya padanya manusia didalam
kuburnya dan adalah Rasululloh j bersabda :
َ ْ ُ ‫ﻓﺎ®ﲂ َﻣ ْﺴ ُﺆ‬
‫ﻟﻮن‬ ْ ُ ِ َ ‫ﺘﲂ‬
ْ ُ ُ ‫ﺗﻌﻠﻤ ْﻮا ُﺣﺠ‬
ُ ََ
Artinya : “Belajarlah kamu akan hujjah kamu maka kamu semua akan ditanya”.
Yaitu pada hari kiamat.
Maksud-nya adalah beberapa masalah yang tsabit (tetap) pada ilmu Ushuluddin ini dengan burhan
(dalil). Seperti kita tetapkan baharu jauhar4 dan a'rodh5 dan menetapkan Tuhan yang menjadikan
alam dan baginya beberapa sifat dan dengan beberapa dalil yang sam'iyyat (didengar) yakni diambil
daripada hadits seperti kita tsabitkan dikembalikan tubuh yang sudah hancur, syurga dan neraka.
Istimdad-nya yaitu tempat keluarnya (sumber pengambilannya) itu daripada Qur`an dan hadits
Nabi j.
Faedah-nya adalah tercapainya kebahagiaan dua negeri yaitu dunia dan akhirat, masuk kedalam
syurga kekal selama-lamanya dan melihat akan Wajah (Zat) Tuhan yang tidak ada yang seperti-Nya
sesuatu.
Nisbah-nya (penggolongannya) adalah termasuk dari ilmu agama. Inilah akhir dari mabadi sepuluh
yang seyogyanya dipelajari sebelum mengerjakan (mempelajari) sesuatu.
(Syahdan) adalah maksud yang paling utama dari ilmu ini adalah mengenal Tuhan Robbul arbab,
maka mengenal-Nya itu fardhu yang wajib untuk yang aqil baligh. Maka hendaklah diketahuinya
dengan i'tiqod yang jazim6, mufakat dengan yang benar. Tidak hasil i'tiqod kecuali mengikut Qur`an
dan hadits Nabi j. Mengikut keduanya itu akan mengangkat hijab syak7, zhon8 dan waham9
sehingga didapatnya ilmu yang jazim yang yaqin. Kemudian diketahuinya bahwa seluruh alam ini
merupakan tanda yang menunjukkan adanya Tuhan yang menjadikannya itu Maha Kuasa, Maha
Mengetahui dan yang mendirikan tujuh lapis langit dan bumi, Dialah Tuhan yang Wajibal Wujud,
Yang Qodim, Yang Baqi (yang kekal), Dialah yang mengatur seluruh yang ada, Dia-lah yang sangat

4
Jauhar adalah unsur terkecil yang menyusun benda dalam istilah kimia seperti atom yang menyusun
molekul.
5
A'rodh adalah sifat dari yang baharu seperti gerak dan diam.
6
Jazim artinya putus maksudnya kokoh atau teguh yaitu yakin tanpa ada keraguan sedikitpun.
7
Syak artinya ragu.
8
Zhon artinya dugaan kuat (diatas syak mendekati jazam).
9
Waham artinya menyangka-nyangka (dibawah ragu).
5

nyata dari tiap-tiap sesuatu, Dia-lah yang menyatakan tiap-tiap sesuatu karena bahwasanya Dia
yang menerangkan (mencahayai) tujuh lapis langit dan bumi. Jika tidak meliputi Nur-Nya akan tiap-
tiap sesuatu maka bagaimana dapat nyata tiap-tiap sesuatu. Jangan kita menduga bahwa Dia
ِ ِ َ ‫ﻓﻮق ِﻋ‬
terdinding dengan alam ini karena yang terdinding itu maqhur yaitu ter-gagah. (‫ﺒﺎدﻩ‬ ُ ِ َ ْ ‫وﻫﻮ‬
َ ْ َ ‫اﻟﻘﺎﻫﺮ‬ َ ُ َ)
artinya “Dia-lah yang mengerasi atas sekalian hamba-Nya”. Maka bagai-mana Dia dapat
tersembunyi padahal Dia-lah yang terlebih zhohir daripada tiap-tiap sesuatu, bahkan makhluk itu
terdinding disebabkan Dia sangat nyata dan sangat cemerlang cahaya-Nya. Dia-lah yang terlebih
zhohir dari mengambil dalil atas-Nya; dan terlebih besar dari menyampaikan kepada-Nya dengan
sesuatu yang lain dari-Nya. Dia-lah yang Awal dan yang Akhir; yang Zhohir dan yang Batin; Dia yang
mengetahui tiap-tiap sesuatu; Dia yang meliputi (ilmu-Nya) atas tiap-tiap sesuatu; Dia yang terlebih
dekat dari urat leher. Sesungguhnya yang mendinding itu adalah waham yang aghyar 'adamiyah10 di
hati kita. Hal itulah yang mendindingkan dari melihat yang nyata wujudnya dan sebab bersusun 'ain
atsar11 yang terpateri pada matahati. Jika hilang aghyar dan atsar itu dari hatinya dengan dirobek
hijab yang wahamiyah (bangsa keraguan) 'adamiyah itu niscaya terbukalah pintu hakikat dan
memahami Dia-lah yang maujud yang amat nyata, keluarlah cahaya matahari makrifat dan ilmu.
Melihat dia akan 'ain maujud yang terlebih dari mengambil dalil atasnya dan nyatalah Dia yang
menyatakan tiap-tiap sesuatu.
Maksud dari ilmu ini hendak menetapkan kesempurnaan Dzat-Nya Tuhan kita dan menetapkan sifat
yang sempurna dan tunggal dalam menjadikan alam ini dan menafikan dari sifat yang kekurangan
dan sama dengan yang baharu. Maksud ilmu ini juga hendak menetapkan keberadaan Rasul-rasul-
Nya yang merupakan manusia yang paling sempurna pada zamannya yang memiliki sifat-sifat
terpuji dan menafikan dari mereka sfat-sifat tercela. Wajib atas tiap-tiap orang membenarkan
perkara yang diceritakan dari perkara yang ghaib yang akan terjadi nanti. Demikian juga tentang
perkara-perkara yang sudah terjadi.
Ketahui olehmu : Manusia terdiri atas beberapa tingkatan dalam iman. Adakalanya dengan taklid
dan adakalanya 'arif. Orang taklid itu yaitu orang yang beri'tikad jazam mufakat (sesuai) dengan
kebenaran, keluar hal itu dari hatinya, membenarkan perkara yang diceritakan dan tanpa dalil atau
burhan. Arif itu adalah i'tikad yang jazam, mufakat dengan yang pada sisi Allah dengan dalil. Ini
adalah untuk yang banyak dari ahli zhohir. Adakalanya i'tikad itu jazam, muthobaqoh (sesuai)
dengan yang hak, mustaqirun (tetap di hati) didapatnya dengan wijdan (langsung ditanamkan Allah
dihatinya) tanpa memerlukan dalil. Ini adalah iman ahli Khowas. Adakalanya imannya itu sebab
syuhud (memandang/menyaksikan) tajalli (menyatakan) Tuhannya pada matahatinya maka
terhapuslah wujud yang lain dan Allah saja yang maujud tiada bersama-Nya sesuatu seperti
disebutkan pada hadits :
‫ﰷن َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬
َ َ Cَ َ ‫وﻫﻮ ْ ٰاﻻ َن‬
َ ُ َ ﴾‫ﻣﻌﻪ‬ َ ْ َ ََ ‫ﷲ‬
ُ َ َ ‫وﻻﳾء‬ َ َ﴿
ُ ‫ﰷن‬
Artinya : ”Adalah Allah maujud dan tidak ada sesuatu bersamanya” dan sekarang Dia seperti apa
yang dahulunya.
Ini adalah derajat iman yang paling tinggi diatas derajat iman Khowasul khowas, seperti firman Allah
ta'ala :
‫ﺎت ِﻣﻤﺎ َ ِﲻﻠُ ْﻮا‬œ‫در‬ ِّ ُ ِ ‫َو‬
ٍ َ َ َ ‫ﻟﲁ‬
Artinya : ”Dan bagi tiap-tiap orang itu derajat dari apa yang diperbuatnya”.
Demikian juga firman-Nya :
‫ﺎت‬œ َ ْ ِ ْ ‫ﻦ ُا ْوﺗُ ْﻮا‬j"‫ا‬
ٍ َ ‫اﻟﻌﲅ َ َدر‬ ْ ُ ْ ‫ﻦ ( ٓ َﻣ…ُ ْﻮا ِﻣ‬j"‫ا‬
َ ْ ِ ‫…ﲂ َو‬ َ ِْ ‫ﷲ‬
ُ ِ ‫َ ْﺮ َﻓﻊ‬j

10
Aghyar 'adamiyah = berubah-ubah atau baharu yang dibangsakan tidak ada.
11
'ain atsar = adanya bekas-bekas dari yang baharu.
6

Artinya : “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang
berilmu beberapa derajat”.
‫ﻴﻄﻮن ِ ٖﺑﻪ ِ ْﻠًﻤﺎ‬ َ ْ ِ ِ ‫وﺻﻒ اﻟْ َﻮ‬
َ ْ ُ ْ ‫اﺻﻔﲔ َ َوﻻ ُ ِﳛ‬ َ ْ ِ‫ﻓﻮق َ ْﻣﻌ ِﺮ َ ِﻓﺔ ْ َاﻟﻌﺎ ِر‬
ِ ْ َ ‫( ْ َﲆ ِ ْﻣﻦ‬1 ‫ﻓﲔ َو‬ َ َ َ ‫ﺒˆﺎ َ ُﻧﻪ َو‬
َ ْ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ ْ T‫وﷲ ُﺳ‬
ُ َ
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬diatas tiap-tiap pengetahuan orang yang arif dan terlebih tinggi dari yang
Artinya : ”Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
dapat disifatkan orang yang mensifatkan dan tidak dapat diliputi pengetahuan”.
Bahkan jika nyata Dia pada hati orang arif niscaya terbakarlah perkara yang sampai pada
penglihatan matanya, seperti firman Allah ta'ala :
ً ِ َ ‫ﻣﻮﳻ‬
‫ﺻﻌﻘﺎ‬ َ َ ‫دﰷ‬º َ ¸‫ﺟﻌ‬
َ ْ ُ ‫وﺧﺮ‬ ِ َ ‫ﻠ َﺠ‬wِْ ‫َ َﻓﻠﻤﺎ َ َﲡﲆ َر > ٗﺑﻪ‬
ٗ َ َ َ ‫ﺒﻞ‬
Artinya : “Maka tatkala tajalli Tuhannya bagi bukit jadilah bukit itu hancur dan Musa terjatuh pingsan”.
Disanalah putus isyarat orang yang arif dan kelu sekalian lidah dari ibarat. Hanyasanya orang arif itu
mengetahui had dirinya dan menggayung dari laut makrifat-Nya seukuran pertolongan-Nya. Orang
yang alim yang terang matahatinya berkata seukuran apa yang didapat dari bagiannya yang
diberikan-Nya. Keadaan hakikat kunhu (maddah) Dzat-Nya tersembunyi dari sampainya ilmu
makhluk dan yang didapat mereka sekadar tajalli-Nya. Maka disebutkan dengan rumus dan isyarat
ٌ ْ ِ َ ‫ﰻ ِذى ِ ْ ٍﲅ‬
saja. ‫ﻠﲓ‬ ّ ِ ُ ‫ﻓﻮق‬
َ ْ َ ‫وﷲ‬
ُ َ (dan Allah diatas tiap-tiap pengetahuan dan Dia Aliim).
Kata Syeikh Nizamuddin an-Nasafi rohimahulloh ta'ala didalam kitab 'Aqoid-nya :
ُ ْ ِ ْ ‫ﻴﺎء َ¼ ِﺑ َ ٌﺘﺔ َو‬
َ ُ ‫اﻟﻌﲅ ِ َﲠﺎ‬
‫ﻣﺤﻘٌﻖ‬ ِ َ T‫ﺣﻘﺎﺋﻖ ْ َاﻻ ْﺷ‬ ِ ّ َ ْ ‫(ﻫﻞ‬
ُ ِ َ َ ‫اﻟﺤﻖ‬ َ َ
ُ ْ 1 ‫ﻗﺎل‬
Artinya : “Telah berkata ulama ahli hak (ahli Ushuluddin) : Haqoiq (yaitu hakikat setiap perkara yang
kita i'tiqodkan adanya) sesuatu itu tsabit (telah tetap atau maujud pada khorij/panca indra) dan
mengetahuinya adalah hak”
Hakikat sesuatu itu adalah kejadiannya sesuatu itu yang ia berdiri dengannya12. Seperti manusia itu
apa hakikatnya?" Maka dikatakan bahwa hakikatnya adalah hewan13 yang dapat berkata-kata. Kata
Syeikh "mengetahui dengannya (dengan hakikat sekalian perkara) adalah hak" yaitu tetap
ditashowurkan dan ditasdiqkan dengan adanya. Inilah kata ahlul hal. Berbeda dengan perkataan
kaum yang sesat yaitu kaum Sufasthoiyyah14.
Kata Syeikh Nizamuddin rhm. :
ُ ْ َ ْ ‫اﻟﺼﺎدق َو‬
‫اﻟﻌﻘﻞ‬ ُ َ َ ْ ‫ﻴﻤﺔ َو‬
ُ ِ ‫اﻟ;ﱪ‬ َ ْ َ ‫ﺛﻼث‬
ُ َ ْ ‫اﻟﺤ َﻮ ُاس اﻟﺴ ِﻠ‬ ٌ َ َ ‫ﻠ;ﻠﻖ‬w ِ ْ ِ ْ ‫ﺒﺎب‬
ِ ْ َ ْ ِ ‫اﻟﻌﲅ‬ ُ َ T‫( ْﺳ‬1 ‫َو‬
Artinya : “Sebab-sebab ilmu pada makhluk ada tiga yaitu hawasus salimah, khobar shodiq dan akal”.
Yaitu sebab-sebab manusia bisa mendapatkan ilmu atau pengetahuan yang baharu itu ada tiga
sebab dengan istiqro'15 : 1. hawasus-salimah yaitu pendapatan yang lima yaitu pancaindera yang
sejahtera; 2. khobar yang shodiq yaitu cerita yang benar sesuai dengan yang terjadi; 3. akal yaitu nur
yang diletakkan didalam suwaidah (lubang) hati maka berbeda-beda derajatnya. Ada yang sedikit
dan ada yang banyak maka berbeda-beda manusia. Adapun yang paling sempurna akal-nya adalah
Nabi Muhammad j.
1. Pancaindera.
‫ﻠﻤﺲ‬w ُ ْ > ‫ﺸﻢ َو‬
ُ ْ ‫ا"وق َوا‬ ُ َ َ ْ‫ﺴﻤﻊ َو ﻟ‬
> ‫اﺒﴫ َواﻟ‬ ُ ْ ‫ﲬﺲ َاﻟ‬ ََْ
ٌ ْ َ ‫ﻓﺎﻟﺤ َﻮ ُاس‬

12
Maksudnya hakikat sesuatu adalah seperti apa yang kita ketahui tentang sesuatu itu.
13
Hewan maksudnya makhluk yang bergerak dengan ikhtiyarnya jadi termasuk manusia.
14
Sebagian dari aliran filsafat yang diantara apa yang mereka katakan “Yang baik itu adalah apa yang engkau
pandang baik dan yang buruk adalah apa yang engkau pandang buruk”.
15
Istiqro' artinya dengan pemeriksaan atau penyelidikan bukan karena dalil syara' yang mengatakan seperti
itu.
7

Artinya : “Hawas itu ada lima yaitu pendengaran, penglihatan, penciuman, perasa dan peraba”.
Pendengaran itu adalah kuat (sifat) yang dijadikan pada telinga yang didapat dengannya sekalian
suara. Penglihatan adalah kuat yang dijadikan Allah pada mata yang didapat dengannya sekalian
warna, rupa dan seumpama keduanya. Penciuman adalah kuat yang dijadikan pada hidung yang
didapat dengannya sekalian bau-bauan. Perasa adalah kuat yang dijadikan pada lidah yang didapat
dengannya sekalian rasa seperti manis, masam dan lainnya. Peraba adalah kuat yang dijadikan
tersebar pada seluruh tubuh yang didapat dengannya panas, dingin dan seumpamanya.
[ُ َ ‫ﱔ‬ ْ َ ِ ُ َ ‫ﺘﻮﻗﻒ َ ٰﲆ‬
َ ِ ‫ﻣﺎوﺿﻌﺖ‬ ٍ َ ‫—ﲁ‬
َ ْ ِ ‫&ﺎﺳﺔ‬
ُ َ َ َ ‫ﻣﳯﺎ ﻳ‬ ِّ ُ ِ ‫َو‬
Artinya : “Untuk tiap-tiap indera dari yang lima itu terhenti ia atas apa yang dijadikan ia baginya”.
Maka didapatkan sekalian penglihatan dengan mata tidak dengan telinga. Didapat sekalian
pendengaran dengan telinga, penciuman dengan hidung. Demikianlah dikatakan untuk setiap satu
daripadanya. Tertentunya bagi tiap-tiap sesuatu yang tersebut itu dengan dijadikan Allah ta'ala dan
diberlakukan menurut adat bukan dengan makna bahwasanya tiada dapat melainkan dengan
demikian itu, bahkan Allah ‫ﺒˆﺎﻧﻪ وﺗﻌﺎﱃ‬T‫ ﺳ‬kuasa menjadikan mendengar pada anggota yang lain dari
telinga, maka didengar dengan sekalian tubuhnya. Demikian pula dikatakan dengan yang lainnya.
2. Khobar Shodiq
ِ ِ َ ْ ‫اﻃﺆﱒ َ َﲆ‬
‫اﻟﻜﺬب‬ ٍ ْ َ ‫ َ ِﻨﺔ‬T‫(ﻟْ ِﺴ‬1 ‫ﺜﺎﺑﺖ َ ٰﲆ‬
ُ َ َ َ ‫ﻗﻮم َﻻﻳ‬
ْ ُ ُ ُ ‫ﺘﺼﻮر ﺗَ َﻮ‬ ُ ِ ‫ﺮ اﻟ‬g‫اﻟ;ﱪ اﻟْ ُﻤ َﺘ َﻮ ِ ُا‬
ُ َ َ ْ ‫(&ﺪﳘﺎ‬
َ ُ ُ َ 1 ‫اﻟﺼﺎدق َ ٰﲆ َ ْﻧﻮ َ ْ ِﲔ‬ ُ َ َ ْ ‫َو‬
ُ ِ ‫اﻟ;ﱪ‬
Khobar Shodiq itu terbagi atas dua, salah satunya Khobar Mutawatir yang tetap atas lidah beberapa
kaum yang tidak dapat terupa mufakat mereka atas berdusta.
ِ َ ْ ُ ْ‫اﻻز ِﻣ َ ِ…ﺔ ْ َاﻟﻤﺎ ِﺿ َ ِﻴﺔ َواﻟ‬
‫ان اﻟﻨﺎ ِﺋ ِﻴﺔ‬Ä‫ﺒ‬ َ ْ ‫^ﻟﻤﻠﻮك‬
ْ َ ْ ‫اﻟ;ﺎ ِﻟ َ ِﻴﺔ ِﰱ‬ ِ ْ ُ ُ ْ ِ ‫ﰷﻟﻌﲅ‬
ِ ْ ِ ْ َ ‫اﻟﴬ ْ ِورى‬ ٍ ْ ِ ْ wِ ‫ﻣﻮﺟﺐ‬
ُ ‫ﻠﻌﲅ‬ ٌ ِ ْ ُ ‫وﻫﻮ‬
ََُ
Khobar Mutawatir itu mewajibkan untuk ilmu yang dhoruri (mudah) yaitu pengetahuan yang tidak
berkehendak untuk memeriksa dan usaha seperti kita ketahui adanya raja-raja yang dahulu seperti
kerajaan Nabi Sulaiman dan Zulkarnain pada waktu yang telah beberapa tahun, beberapa bulan,
beberapa hari, beberapa negeri yang jauh-jauh seperti negeri Romawi, Syam, Baghdad, dan lainnya.
Maka sekalian itu ilmu yang putus, nyata adanya tidak dapat dusta.
Khobar Shodiq yang kedua itu dimaksud dengan kata Syeikh :
ِ َ ِ ْ ُ ْ ِ ‫اﻟﺮﺳﻮل ْ ُاﻟﻤ َﺆ ُﻳﺪ‬
‫^ﻟﻤﻌﺠﺰة‬ ُ ْ ُ ‫•ﱪ‬
ُ َ َ ‫ﻨﻮع اﻟ ِﺜﺎﱏ‬
ُ ْ ‫َواﻟ‬
Bahagian yang kedua adalah Khobar Rosululloh yang dikuatkan dengan mu'jizat. Yaitu khobar yang
keluar dari lidah Rasululloh yang mana menunjukkan benarnya itu dengan perkara yang menyalahi
adat, menunjukkan benar ia utusan Allah.
ِ َ ‫ﻴﻘﻦ َواﻟﺜ‬
‫ﺒﺎت‬ ِ َ ْ ‫^ﻟﴬ‬
ِ > َ ‫ورة ِﰱ اﻟﺘ‬ ُ ِ ‫ﺜﺎﺑﺖ‬
َ ِ ‫اﻟﻌﲅ اﻟ‬ ِ َ ُ ‫ﺜﺎﺑﺖ ِ ِﺑﻪ‬
َ ْ ِ ْ ‫ﻳﻀﺎﱓ‬ ُ ْ ِ ْ ‫ﺘﺪﻻل َو‬
ُ ِ ‫اﻟﻌﲅ اﻟ‬ ِ َ ْ ِ T‫ﻠﻌﲅ َو ْاﻻ ْﺳ‬w
ِ ْ ِ ْ ِ ‫ﻣﻮﺟﺐ‬
ٌ ِ ْ ُ ‫وﻫﻮ‬
ََُ
Ì
Khobar Rosululloh mewajibkan pengetahuan baik yang membutuhkan dalil yaitu memerlukan
pemeriksaan dalil seperti dikatakannya "Ini khobar orang yang telah tetap utusan-Nya dengan
mu'jizat, maka tiap-tiap khobar yang tetap dengan mu'jizat adalah khobar shodiq pasti”. Hasil
pengetahuan dengan khobar shodiq pasti. Ilmu yang tetap dengan khobar Rosululloh itu serupa
dengan ilmu yang tetap dengan dhoruri pada sisi yakin dan tetapnya, yakni khobar Rasul dan khobar
Mutawatir maka keduanya menghasilkan yakin dan jazam. Perbedaan keduanya bahwa ilmu yang
hasil dari khobar Rosul itu tidak hasil kecuali untuk orang yang ahli istidlal dan ilmu yang hasil dari
khobar Mutawatir tidak disyaratkan untuknya istidlal.
3. Akal
‫ﺖ ِ ِﺑﻪ‬¤
َ َ َ‫(ﻋﻈﻢ ِ ْﻣﻦ ُﺟ ْﺰ ِ ِﺋﻪ َ َوﻣﺎ ﺛ‬ ُ ْ ‫ن‬Ñ‫ﺑ‬1 ِ ‫ﰷﻟﻌ ْ ِﲅ‬
ُ َ ْ 1 ‫اﻟﲁ‬ ِ ْ َ ‫ورى‬ ِ َ ْ ِ َ ْ‫ﺖ ِﻣ ْ ُ…ﻪ ِ^ﻟ‬¤
ُ َ ‫ﺒﺪﳞﺔ ﻓَﻬ َُﻮ‬
Ï ِ ْ‫ﴐ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ﺐ‬¤
ً ْ 1 ‫اﻟﻌﲅ‬
َ َ َ‫(ﻳﻀﺎ َ َوﻣﺎ ﺛ‬ ُ َ ‫اﻟﻌﻘﻞ ﻓَﻬ َُﻮ َﺳ‬ ُ ْ َ ْ ‫(ﻣﺎ‬1 ‫َو‬
ِ َ Óِ ‫ﺘﺪﻻل ﻓَﻬ َُﻮ ِا ْﻛ‬
‫ﺴﺎﰉ‬ ُ َ ْ ِ T‫ْاﻻ ْﺳ‬
Ì
8

Adapun akal maka merupakan sebab pengetahuan pula, dan apa yang tsabit darinya dengan nyata,
maka dinamakan dhoruri seperti kita mengetahui bahwa keseluruhan lebih besar dari sebahagian dan
seperti satu itu setengah dari dua dan kurang dari sepuluh, adapun yang tsabit dengan mengambil
dalil baik dengan nazhri (dipikirkan dahulu/dibahas dengan mendalam) dinamakan kasbi (yang
diusahakan) seperti dihukumkan alam ini baharu sebab kita melihat ia berubah-ubah maka tiap-tiap
yang berubah itu dihukumkan baharu.
(Masalah) Ketahuilah olehmu bahwasanya ilmu itu adakalanya tashowur dan adakalanya tashdiq.
Makna tashowur adalah mendapatkan kejadian sesuatu dengan tiada dihukumkan atasnya dengan
nafi atau itsbat seperti kita tashowurkan makna alam yaitu tiap-tiap yang maujud yang lain dari
Allah ta'ala. Makna tashdiq adalah mendapatkan kejadian sesuatu serta kita hukumkan atasnya
dengan nafi atau itsbat seperti kita kata : Alam ini baharu dan bukan qodim.
9

HUKUM
Defenisi Hukum :
‫ﻪ‬Fُ ُ ‫ ْ(و ﻧ َ ْﻔ‬1 ‫(ﻣﺮ‬ ُ َ ْ‫ِاﺛ‬
ٍ ْ 1 ‫ﺒﺎت‬
Artinya : ”Mentsabitkan (menetapkan) suatu perkara atau menafikannya (mengingkarinya)”.
Seperti kita kata ”Adapun alam ini baharu pada itsbatnya atau alam ini bukan Qodim pada nafinya”.
ُ ْ َ ْ ‫اﻟﻌﺎدة َواﻣﺎ‬
‫اﻟﻌﻘﻞ‬ ُ َ َ ْ ‫اﴩع َواﻣﺎ‬ ِ َ َْ
ِ َ ‫اﻟˆﺎﰼُ ِ ْ^ﻻ ْﺛ‬
ُ ْ ‫ ِ(و اﻟ ْﻨﻔ ِﻲ ِاﻣﺎ ﻟ‬1 ‫ﺒﺎت‬
Ì Ì Ì
Hakim (yang menghukumkan) dengan itsbat atau nafi itu adakalanya Syara', adakalanya Adat
(kebiasaan) dan adakalanya 'Akal.
Dari karena inilah terbagi hukum itu atas tiga bagian, yaitu 1. Hukum Syara'; 2. Hukum Adat, dan 3.
Hukum Akal.
1. Hukum Syara'
Hukum Syara' adalah :
ْ َ ْ ‫اﻻ^&ﺔ َو‬
‫اﻟﻮﺿﻊ ِ ﻟ َﻬ َُﻤﺎ‬ ِ َ َ ْ ‫ ِ(و‬1 ‫^ﻟﻄﻠﺐ‬ َ ْ ِ ّ ِ َ ُ ْ ‫ﻓﻌﺎل‬Ñ‫ﺑ‬
ِ َ ِ ‫اﻟﻤﳫﻔﲔ‬ ُ ّ ِ َ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ ا ْ ُﻟﻤ‬
ِ َ ْ 1 ِ ‫ﺘﻌﻠﻖ‬ َ ََ ‫ﷲ‬ ُ َ ِ ‫وﻫﻮ‬
ِ ‫ﺧﻄﺎب‬ ََُ
Ì
Artinya : ”Khitob Allah ta'ala yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf dengan tholab (tuntutan)
atau dengan pembolehan dan dengan tanda pada keduanya”.
ٌ َ ْ (Wajib), 2. ‫( َﻧﺪَ ٌب‬Sunat), 3. ‫ﲢﺮ ْ ٌﱘ‬
Pada tuntutan itu empat perkara, 1. ‫اﳚﺎب‬ ٌ ْ ُْ َ.
ِ ْ َ (Haram), 4. ‫ﻣﻜﺮوﻩ‬
Ì
a. Iijaab
ِ َ ْ Ì ْ ‫ورﺳﻮ[ َوﻗَ َﻮا ِ ِﺪ‬
‫اﻻﺳﻼم‬ ِ ِ ‫ﰷﻻﻳﻤﺎن‬
ٖ ِ ْ ُ َ َ Ž^ ِ ْ ِ ْ ‫ﻃﻠﺐ‬
ِ َ ْ ْ َ ‫ﺎ ِ ًزﻣﺎ‬œَ ‫اﻟﻔﻌﻞ َﻃﻠَ ًﺒﺎ‬ ُ َْ ْ َ
ُ َ َ ‫ﻓﺎﻻﳚﺎب‬
Ì
Artinya : ”Wajib adalah tuntutan untuk berbuat dengan tuntutan putus seperti beriman dengan
Ì
Allah dan Rosul-Nya dan dengan Qowa'id Islam (rukun Islam yang lima)”.
b. Nadab
ِ ْ َ ْ ‫ﻛﺼﻼة‬
‫اﻟﻔﺠﺮ‬ ِ َ َ َ ‫ﺎزم‬œ ِ ْ ِ ْ ‫ﻃﻠﺐ‬
َ ْ َ ‫اﻟﻔﻌﻞ َﻃﻠَ ًﺒﺎ‬
ٍ ِ َ ‫¡ﲑ‬ ُ َ َ ‫َواﻟﻨﺪَ ُب‬
Artinya : ”Sunat adalah tuntutan untuk berbuat dengan tuntutan yang tidak putus seperti
perintah mengerjakan sembahyang sunat Shubuh”.
c. Tahriim
ِ ْ َ ْ ‫ﴩب‬
‫اﻟﺨﻤﺮ‬ ِ ْ ُ ‫ﺎز ًﻣﺎ َﻛ‬œ ِ ْ ِ ْ ‫ﻋﻦ‬
ِ َ ‫اﻟﻔﻌﻞ َﻃﻠَ ًﺒﺎ‬ ِّ َ ْ ‫ﻃﻠﺐ‬
ِ َ ‫اﻟﻜﻒ‬ ُ َ َ ‫ﺘﺤﺮﱘ‬
ُ ْ ِ ْ ‫َواﻟ‬
Artinya : ”Haram adalah tuntutan melarang dengan tuntutan yang putus seperti meminum
khomar”.
d. Makruh
ْ ُ > ‫ﺎزم َ ِﻛﻘ َﺮٰٔ( ِة ْ ُاﻟﻘ ْﺮٰٔ( َن ِﰱ‬œ
ِ‫اﻟﺮﻛﻮع‬ ٍ ِ َ ‫¡ﲑ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ﻋﻦ‬
َ ْ َ ‫اﻟﻔﻌﻞ َﻃﻠَ ًﺒﺎ‬ ِّ َ ْ ‫ﻃﻠﺐ‬
ِ َ ‫اﻟﻜﻒ‬ ُ َ َ ‫اﻫﺔ‬ َ ْ ‫َو‬
ُ َ ‫اﻟﻜ َﺮ‬
Artinya : ”Makruh adalah tuntutan melarang dengan tuntutan yang tidak putus seperti
membaca Qur'an saat ruku'”.
Adapun makna Ibahah adalah :
ِ ْ ُ ْ ‫ﺲ‬¤‫و‬
‫اﻟﻘﻄﻦ‬ ِ ْ ُ ْ ‫ﰻ‬Û
ِ ْ ُ‫اﻟ;ﱫ َ ﻟ‬ ِ َ ‫›&ﺪﳘﺎ َ َﲆ ْ ٰاﻻ‬
ِ ْ 1 َ ‫ﺧﺮ‬ َ ِ ِ َ 1 ِ ‫ﺢ‬F ِ ْ َ ‫اﻟﱰك ِ ْﻣﻦ‬
ٍ ْ ‫ﺮ ِﺟ‬gْ َ ‫¡ﲑ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ﴩعِ ِﰱ‬
ِ ْ ‫اﻟﻔﻌﻞ َو‬ ُ ِْ ‫ﱔ‬
ْ ‫اذن اﻟ‬ َِ
Artinya : ”Izin dari Syara' untuk melakukan atau tidak melakukan tanpa ada berat salah satu dari
keduanya atas lainnya seperti makan roti dan memakai kain katun”.
Makna Wadho' (yang menghantarkan) keduanya adalah :
ِ َ ‫ا›ﺣﲀم اَْﻟﺨ ْﻤ‬
‫ﺴﺔ‬ ِ َ ْ 1 ْ Ü‫ﺗ‬
َ ْ ِ ‫ﺣﲂ ِ ْﻣﻦ‬
ٍ ْ ُ ‫(ﻣﺎرة َ ٰﲆ‬
ً َ َ 1 ِ‫ﺸﺎرع‬
ِ ‫ﻧﺼﺐ اﻟ‬
ِ ْ َ ‫ﻋﻦ‬ ٌ َ َ ‫ِﻋ‬
ْ َ ‫ﺒﺎرة‬
10

Artinya : ”Ibarat dari mendirikan oleh Syara' tanda berlakunya suatu hukum dari hukum yang
lima”.
Hukum wadh'i itu ada lima, yaitu 1. Syarat, 2. Mani', 3. Sebab, 4. Shohih, dan 5. Fasid. Bila
dikalikan lima hukum wadh'i ini dengan hukum taklifi yang lima pertama yaitu wajib, nadb,
haram, makruh dan boleh hasilnya dua puluh lima.
Arti Syarat adalah :
ِ ِ َ ِ ‫وﺟﻮ ُد َ َوﻻ َﺪَ ُم‬
‫"اﺗﻪ‬ ُ َ ْ َ َ َ ‫ﻳﻠﺰم ِ ْﻣﻦ َﺪَ ِ ِﻣﻪ ْ َاﻟﻌﺪَ ُم‬
ِ ِ ْ ُ ُ ‫وﻻﻳﻠﺰم ِ ْﻣﻦ‬
ْ ُ ُ ‫وﺟﻮدﻩ‬ ُ َ ْ َ ‫َﻣﺎ‬
Artinya : ”Perkara yang lazim/mesti dimana ketiadaan syarat maka ketiadaan masyrut (yang
disyaratkan) tapi tidak lazim adanya syarat maka ada masyrut atau tiadanya pada dirinya”.
Seperti haul syarat wajib zakat, lazim dari tiada haul maka tidak wajib zakat tapi tidak lazim
adanya haul wajib zakat atau tidak wajib zakat dengan kita sandarkan pada haul saja karena jika
kita kaitkan dengan yang lain maka terkadang ada haul tapi tidak wajib zakat karena ada yang
menghalangnya yaitu hutang atau ketiadaan sebab nishab.
Arti Mani' adalah :
ِ ِ َ ِ ‫وﺟﻮ ُد َ َوﻻ َﺪَ ُم‬
‫"اﺗﻪ‬ ْ ُ ُ ‫وﻻﻳﻠﺰم ِ ْﻣﻦ َﺪَ ِ ِﻣﻪ‬
ُ َ ْ َ َ َ ‫وﺟﻮدﻩ ْ َاﻟﻌﺪَ ُم‬ ُ َ ْ َ ‫َﻣﺎ‬
ِ ِ ْ ُ ُ ‫ﻳﻠﺰم ِ ْﻣﻦ‬
Artinya : ”Perkara yang lazim dengan adanya mani' maka tiada hukum tapi tidak lazim tiadanya
mani' ada hukum atau tiadanya pada dirinya”.
Seperti haidh umpamanya, maka lazim adanya haidh tidak diperoleh kewajiban sembahyang
tapi tidak lazim tiada haidh maka ada sembahyang atau tiada dengan semata-mata dikaitkan
dengan diri haidh saja. Kalau kita kaitkan dengan yang lain terkadang tiada haidh tapi tetap
tidak wajib sembahyang karena ketiadaan syarat seperti berakal atau ketiadaan sebab seperti
masuk waktu.
Arti Sebab adalah :
ِ ِ َ ِ ‫اﻟﻮﺟﻮ ُد َو َﺪَ ِ ِﻣﻪ ْ َاﻟﻌﺪَ ُم‬
‫"اﺗﻪ‬ ْ ُ ُ ْ ‫وﺟﻮدﻩ‬ ُ َ ْ َ ‫َﻣﺎ‬
ِ ِ ْ ُ ُ ‫ﻳﻠﺰم ِ ْﻣﻦ‬
Artinya : ”Perkara yang lazim dengan wujudnya sebab maka wujud musabab dan dengan
ketiadaannya maka tiada wujud musabab pada dirinya”.
Seperti tergelincir matahari sebagai sebab wajibnya sembahyang zhuhur, maka lazim dengan
adanya tergelincir matahari wajib Zhuhur dan lazim dengan ketiadaannya maka ketiadaan
kewajiban Zhuhur jika dilihat dari diri sebab itu. Jika kita perhatikan dengan perkara yang lain
terkadang didapat tergelincir matahari tapi tidak wajib sembahyang Zhuhur karena ketiadaan
syarat yaitu berakal atau karena ada mani' yaitu haidh.
Arti Shohih (sah) adalah :
‫ﻨﻔﻮذ َوﻳُ ْﻌ َ >ﺘﺪ ِ ِﺑﻪ‬
ُ ْ ُ > ‫ﺘﻌﻠﻖ ِ ِﺑﻪ اﻟ‬
ُ َ َ َ ‫َﻣﺎﻳ‬
Artinya : ”Perkara yang bergantung dengannya lulus dan disebutkan dengannya”.
Arti Batal adalah :
‫ﻨﻔﻮذ َ َوﻻﻳُ ْﻌ َ >ﺘﺪ ِ ِﺑﻪ‬
ُ ْ ُ > ‫ﺘﻌﻠﻖ ِ ِﺑﻪ اﻟ‬ ََ
ُ َ َ َ ‫ﻣﺎﻻﻳ‬
Artinya : ”Perkara yang tidak bergantung dengannya lulus dan disebutkan dengannya”.
Seperti sembahyang maka yang sah itu adalah yang lengkap sekalian syarat dan rukunnya dan
batal apabila ketiadaan satu syarat dari beberapa syaratnya atau ketiadaan satu rukun dari
beberapa rukunnya.
2. Hukum Adat
11

ِ ْ ِ Þ َ ‫ﺘ;ﻠﻒ َو َﺪَ ِم‬


‫ﺛﲑ‬Ñ‫ﺗ‬ ِ ِ ‫اﺳﻄﺔ ِناﻟ ِّ ْﺘﻜ َﺮ ِار َ َﻣﻊ‬
ِ > َ ‫ﲱﺔ اﻟ‬ ِ َ ِ ‫ ْ(و َﺪَ ًﻣﺎ ِﺑ َﻮ‬1 ‫وﺟﻮدا‬ ٍ ْ 1 ‫(ﻣﺮ َو‬
ً ْ ُ ُ ‫(ﻣﺮ‬ ٍ ْ 1 ‫ﺑﲔ‬ ُ َ ْ‫ﻌﺎدى ُ َﻫﻮ ِاﺛ‬
َ ْ َ ِ‫ﺒﺎت اﻟﺮﺑْﻂ‬ ِ َ ْ‫اﻟﺤﲂ اﻟ‬
ُ ْ ُ ْ ‫َو‬
‫(ﻟْ َﺒ َﺘﺔ‬1 ‫ﺧﺮ‬
ِ َ ‫(&ﺪﳘﺎ ِﰱ ْ ٰاﻻ‬ َِ ِ َ 1
Artinya : ”Hukum Adat adalah kita tetapkan tambatan (ikatan) antara satu perkara dengan satu
perkara pada adanya dan tiadanya dengan sebab berulang-ulang kejadiannya serta sah
berbeda dan tidak memberi bekas16 salah satu dari keduanya pada yang lainnya sedikitpun”.
Adapun pembagian tambatan itu atas empat, yaitu :
a. Pertambatan wujud dengan wujud, seperti kita tambatkan wujudnya kenyang sebab ada
wujud makan.
b. Pertambatan 'adam (tiada wujud) dengan 'adam, seperti kita tambatkan ketiadaan kenyang
sebab ketiadaan makan.
c. Pertambatan wujud dengan 'adam, seperti kita tambatkan ada lapar sebab ketiadaan
makan.
d. Pertambatan 'adam dengan wujud, seperti kita tambatkan ketiadaan lapar sebab ada
makan.
3. Hukum Akal
ْ َ َ َ ‫ﻜﺮر‬g
ٍ ‫وﻻوﺿﻊ ِ َو ِاﺿﻊ‬ ٍ > َ َ ‫ﺗﻮﻗﻒ َ ٰﲆ‬ ِ ْ َ ‫ﻪ َﻋ ْ ُﻨﻪ ِ ْﻣﻦ‬Fُ ُ ‫ ْ(و َ ْﻧﻔ‬1 ‫›ﻣﺮ‬
ٍ > َ َ ‫¡ﲑ‬ ٍ ْ 1 ِ ‫(ﻣﺮ‬
ٍ ْ 1 ‫ﺒﺎت‬ ُ ِ ْ َ ْ ‫اﻟﺤﲂ‬
ُ َ ‫اﻟﻌﻘﲆ ُ َﻫﻮ ِا ْﺛ‬ ُ ْ ُ ْ ‫َو‬
Artinya : ”Hukum Akal adalah kita tetapkan satu perkara pada satu perkara atau kita nafikan
darinya dengan tidak terhenti karena berulang-ulang dan tidak karena ada hantaran dari
yang menghantarkan”.
Adapun yang diinginkan dari hukum yang tiga ini pada Ilmu Ushulluddin adalah hukum akal,
bukan hukum syara' karena yang dihukumkan adalah Zat Tuhan kita seperti kita katakan wajib
bagi Allah ta'ala bersifat dengan Kudrat, maka arti wajib bagi Allah bersifat Kudrat itu wajib akli
(secara akal) yaitu perkara yang tidak terupa pada akal tiadanya. Tidak bisa dikata-kan wajib
syar'i (secara syara') yaitu perkara yang diberi pahala bagi yang mengerjakannya dan disiksa
orang yang meninggalkannya. Karena itulah tidak terupa wajib syar'i itu pada Tuhan kita tetapi
wajib syar'i itu bagi mukallaf saja. Maka wajib akli itu bagi Zat Tuhan kita atau pada sebagian
perkara pada Rasul dan wajib syar'i itu tertentu bagi tiap-tiap mukallaf. Jadi berbeda antara
keduanya. Wajib akli itu dijarkan sesudah wajib dengan ‫ﻻم‬ ْ َ atau ‫ ِﰱ‬seperti dikatakan : ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
ٰ َ َ [ٗ َ ‫وﳚﺐ‬
ُ َِ َ
atau dikatakan : ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ِ ّ ِ َ ‫وﳚﺐ ِﰱ‬
ٰ َ َ ‫ﺣﻘﻪ‬ ُ َِ َ dan wajib syar'i itu di-jarkan sesudahnya dengan ‫َ ٰﲆ‬ seperti
dikatakan : ‫ﻣﳫﻒ‬ ّ ِ ُ ‫وﳚﺐ َ ٰﲆ‬
َُِ‫ﰻ‬ ُ َِ َ .
Karena inilah maka berkata Syeikh Sanusi ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬:
َ ْ ‫ﺘˆﺎ¦ َو‬
‫اﻟﺠ َﻮ ُاز‬ ُ ْ ُ ُ ْ َ :‫ﺴﺎم‬
ُ َ َ ِ T‫اﻟﻮﺟﻮب َو ْاﻻ ْﺳ‬ ٍ َ ِ َ َ َ ‫ﻨﺤﴫ ِ ْﰲ‬
‫( ْﻗ‬1 ‫ﺛﻼﺛﺔ‬ ِ ْ َ ْ ‫اﻟﺤﲂ‬
ُ ِ َ ْ َ ‫اﻟﻌﻘﲇ ﻳ‬ َ ْ ُ ْ ‫(ن‬1 ‫ِا ْ َ ْﲅ‬
Ì
Artinya : ”Ketahui olehmu, bahwasanya hukum akal itu tersimpan (terbatas) atas tiga bagian
Wajib, Mustahil dan Jawaz (Harus)”.
‫وﺟﻮد ُُﻩ‬ ِ ْ َ ْ ‫ﻣﺎﻳﺼﺢ ِﰱ‬
ْ ُ ُ ‫اﻟﻌﻘﻞ‬ ُ ِ َ ْ ‫وﺟﻮد ُُﻩ َو‬
> ِ َ َ ‫ﺰ‬â‫اﻟ|ﺎ‬ ِ ْ َ ْ ‫ﺘﺼﻮر ِﰱ‬
ْ ُ ُ ‫اﻟﻌﻘﻞ‬ ُ َ َ َ ‫ﻣﺎﻻﻳ‬ ُ ْ ‫ َ ِﺘﺤ‬T‫اﻟﻌﻘﻞ َﺪَ ُ ُﻣﻪ َوا ْ ُﻟﻤ ْﺴ‬
َ َ ‫ﻴﻞ‬ ِ ْ َ ْ ‫ﺘﺼﻮر ِﰱ‬ ُ ِ ‫َﻓﺎﻟْ َﻮ‬
َ َ ‫اﺟﺐ‬
ُ َ َ َ ‫ﻣﺎﻻﻳ‬
‫َو َﺪَ ُ ُﻣﻪ‬
Artinya : ”Yang wajib adalah perkara yang tidak dapat pada akal tiadanya17, yang mustahil adalah
perkara yang tidak dapat pada akal adanya18 dan yang harus adalah perkara yang sah pada
akal adanya dan tiadanya19”.

16
Memberi bekas maksudnya mempunyai pengaruh atau menimbulkan akibat seperti api dapat
menghanguskan dan lainnya.
17
Wajib adalah yang tidak diterima akal kalau tiada yaitu mesti ada.
12

Kata Syeikh Talimsani : ”Maka tiap-tiap perkara yang menghukumkan akal akan tetapnya tiada
ٌ َ َ َ (bergerak) atau
sah pada akal nafinya yaitu wajib. Misalnya bersifat jirim (benda) dengan ‫ﺣﺮﻛﺔ‬
ٌُ ُ
‫ﺳﻜﻦ‬ (diam) yaitu salah satu dari keduanya dengan tiada tertentu. Tiap-tiap perkara yang
menghukumkan akal dengan nafinya dan tidak sah pada akal tetapnya, yaitu mustahil. Seperti
sunyi jirim dari gerak dan diam, maka perkara ini tidak diterima akal adanya bahwa tidak
bergerak dan tidak diam pada jirim maka mustahil. Tiap-tiap yang sah pada akal adanya dan
tiadanya maka yaitu yang jaiz, misalnya bersifat jirim itu dengan gerak atau dengan diam yang
tertentu keduanya. Maka sah pada akal bahwa jirim itu bergerak selama-lamanya tiada diam
atau selama-lamanya diam tidak bergerak”.
Tiap-tiap satu dari yang tiga itu adakalanya dhoruri (mudah) dan adakalanya nazhri (perlu
pembahasan). Adapun wajib dhoruri adalah perkara yang tidak berkehendak akal dalam
menyimpulkan hukum wajib itu dengan banyak berpikir dan membahas seperti ‫ ََﲢ>ْﲒ‬bagi jirim
yaitu mengambil tempat seukuran dirinya. Arti ‫ ََﲢ>ْﲒ‬adalah mengambil tempat seukuran zatnya
dari lapang. Makna jirim adalah tiap-tiap yang memenuhi lapang (memiliki volume) seperti batu,
kayu dan badan sekalian hewan. Adapun wajib Nazri adalah perkara yang berkehendak pada
akal untuk mendapatkannya dengan berpikir dan membahas seperti Qidam bagi Tuhan kita Jalla
wa 'Azza. Adapun mustahil dhoruri itu seperti sunyi jirim dari gerak dan diam. Dan yang nazhri
seperti sekutu bagi Allah ta'ala (‫ﻮا َﻛ ِﺒ ْ ًﲑا‬º ُ‫~ ُﻠ‬
َ ِ ‫ﻋﻦ ٰذ‬
َْ ‫ﷲ‬ َ َ َ = Tinggi Allah dari yang demikian itu, Dia
ُ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
adalah Yang Maha Tinggi dan Yang Maha Besar). Mustahil sekutu bagi Allah tidak dapat kecuali
sesudah nazhri. Jaiz dhoruri itu seperti gerak bagi jirim atau diamnya yang tertentu. Yang nazhri
ٌ ْ ‫( ُ ِﻣﻄ‬yang taat) dan memberi pahala orang ‫( َ ِﺎﴅ‬yang maksiat).
seperti menyiksa orang ‫ﻴﻊ‬
Kata Syeikh Hudhudi rhm. :
ُ ْ ‫ َﺘ ِﺤ‬T‫ َ ْﺴ‬å‫وﻣﺎﳚﻮز َ َوﻣﺎ‬
‫ﻴﻞ‬ َ ََ ‫ﷲ‬
ُ ْ ُ َ َ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ِ ِّ َ ‫ﻣﺎﳚﺐ ِﰱ‬
ِ ‫ﺣﻘﻪ‬ ُ ِ َ َ ‫ﺑﻤﻌ ِﺮ َ ِﻓﺔ‬ ُ ْ ُ ْ َ ‫اﻟﻤﳫﻒ‬
ْ َ ِ ‫ﻣﻄﻠﻮب‬ َ َ ُ ْ ‫›ن‬1 ِ ‫اﻟﻌﻘﲆ‬ ِ ْ َ ْ ‫اﻟﺤﲂ‬
ِ ْ ُ ْ ‫ﻢ‬ªFِ ْ ‫( ﺑ َ ِْﺘﻘ ِﺴ‬1 َ‫َوِا َﻧﻤﺎ َﺑﺪ‬
~َِ‫ﻘﺔ ٰذ‬F ِ َ ‫ﻳﻌﺮف‬
َ َ ْ ‫ﺣﻘ‬ ّ ٰ َ ‫ﻴﻞ‬
َ ِ ْ َ ‫ﺣﱴ‬ ٌ ْ ‫ َ ِﺘﺤ‬T‫ ْ(و ُﻣ ْﺴ‬1 ‫ﺰ‬â‫ﺎ‬œ‫(و‬
ٌ ِ َ ْ 1 ‫اﺟﺐ‬ٌ ِ ‫ ُﻧﻪ َو‬1Ñ‫ ِﺑ‬çTٍ ْ ‫وﻻﳛﲂ َ ٰﲆ َﺷ‬ َُ ُْ َ َ
Artinya : ”Sesungguhnya memulai penulis dengan pembagian hukum akal karena bahwasa-nya
mukallaf dituntut mengenal perkara yang wajib pada haq Allah ta'ala dan yang harus dan
yang mustahil. Tidak dapat dia (mukallaf) menghukumkan dengan sesuatu dengan wajib
atau jaiz atau mustahil hingga diketahuinya hakikat dari perkara itu”.
Yaitu tidak dapat seseorang menghukumkan sesuatu hukum hingga diketahui artinya seperti
kita hukumkan wajib bagi jirim mengambil seukuran zatnya dari lapang, maka sudah
diketahuinya arti wajib sebelum dihukumkan.

18
Mustahil adalah yang tidak diterima akal jika ada yaitu mesti tidak ada.
19
Harus atau jaiz adalah yang dapat diterima akal baik ada maupun tiadanya.
13

MAKRIFAT

Kata Syeikh Sanusi rhm. :


‫ﳚﺐ َﻠَ ْ ِﻴﻪ َ ْان‬ َ َ َ ,‫وﻣﺎﳚﻮز‬
ُ ِ َ ‫وﻛﺬا‬ ُ ْ ‫ َﺘ ِﺤ‬T‫ َ ْﺴ‬å‫ َ َوﻣﺎ‬,‫وﻋﺰ‬
ُ ْ ُ َ َ َ ‫ﻴﻞ‬ َ ْ َ ‫ﺣﻖ‬
َ َ ‫ﻞ‬œَ Sَ ‫ﻣﻮﻻ‬ َ ِ ْ َ ‫ﴍ ًﺎ َ ْان‬
ُ ِ َ َ ‫ﻳﻌﺮف‬
ِ ّ َ ‫ﻣﺎﳚﺐ ِ ْﰲ‬ ْ َ ‫ﻣﳫﻒ‬ ٍَُ ‫ﰻ‬ ّ ِ ُ ‫وﳚﺐ َ ٰﲆ‬
ُ َِ َ
َ ‫اﻟﺼﻼ ُة َواﻟ‬
‫ﺴﻼُم‬ َ ‫ﻠﳱﻢ‬ُ ِ ْ َ َ ‫اﻟﺮﺳﻞ‬
ِ ُ > ‫ﺣﻖ‬ َ ْ ‫ﻳﻌﺮف ِﻣ‬
ِ ّ َ ‫ﻞ ٰذ ِ َ~ ِ ْﰲ‬è َ ِ َْ
Artinya : ”Wajib atas tiap-tiap mukallaf pada syara' bahwa mengetahui perkara yang wajib pada haq
Maulana (junjungan kita) Jalla wa 'Azza dan perkara yang mustahil dan perkara yang harus.
Demikian lagi wajib atasnya bahwa mengetahui seumpamanya pada haq sekalian Rasul-Nya ‫ﻠﳱﻢ‬ ُ َِْ َ
ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬
‫ﺴﻼم‬ ُ َ ”.
Arti mukallaf yaitu orang 'akil, baligh yaitu orang yang diberatkan (dibebankan) atasnya dari sekalian
yang wajib, yang haram, yang sunat dan yang makruh. Keluar (tidak termasuk) dengan kata syara'
adalah Mazhab Mu'tazilah, pada mereka bahwa mengenal Allah itu wajib dengan akal dan mufakat
dengan perkataan ini Mazhab Maturidiyah. Kata Abu Hanifah pada satu riwayat :
ّ ٰ َ ‫ﻣﻌﺬﺑﲔ‬
ُ َ ْ َ ‫ﺣﱴ ﻧ‬
‫ﺒﻌﺚ‬ َ ْ ِ َ ُ ‫ َ َوﻣﺎ ُﻛﻨﺎ‬:‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ِ ِ ْ ُ ِ ‫ﺑﻮن ِ َ ْﺑﱰ ِﻛﻬَﺎ‬
َ َ َ [‫ﻟﻘﻮ‬ َ ُ َ ‫ﻜﻦ‬
َ ْ ُ ‫ﻻﻳﻌﺬ‬ ْ ِ ªَ‫ﺑﻌﻘﻮ ِﻟﻬ ِْﻢ ﻟ‬
ْ ُ ُ ِ ‫ﻪ‬%‫ﻣﻌﺮ‬ ِ ْ َ ْ ‫ﻟﻮﺟﺐ َ َﲆ‬
ُ ُ َ‫اﻟ;ﻠﻖ َ ْ ِﻓ‬ َ َ َ َ ‫رﺳﻮﻻ‬
ًَُْ‫ﷲ‬ ِ َ ْ َ ‫َ ْﻟﻮ َ ْﻟﻢ ﻳ‬
ُ ‫ﺒﻌﺚ‬
ًَُْ
‫رﺳﻮﻻ‬
Artinya : ”Jikalau tidak bangkit Rasul, niscaya wajib atas sekalian makhluk mengenal Allah dengan akal
mereka tetapi tidak disiksa-Nya dengan meninggalkannya karena firman Allah ta'ala : 'Tidak
Kami siksa manusia hingga Kami bangkitkan Rasul”.
Kata Asya'iroh, "Tidak wajib makrifat kecuali dengan syara' karena firman Allah :
ً ْ ُ َ ‫ﺒﻌﺚ‬
‫رﺳﻮﻻ‬ ّ ٰ َ ‫ﻣﻌﺬﺑﲔ‬
ُ َ ْ ُ ‫ﺣﱴ ﻧ‬ َ ْ ِ َ ُ ‫َ َوﻣﺎ ُﻛﻨﺎ‬
Maka dipahami darinya tidak ada hukum sebelum adanya syara' yaitu dibangkitkannya Rasul.
َ ِ ْ َ ‫ َ ْان‬. Adapun hakikat makrifat itu adalah :
Berkata pengarang ‫ﻳﻌﺮف‬

ِ ْ ‫ﻋﻦ َد ِﻟ‬
‫ﻴﻞ‬ ْ َ ‫ﻠﺤﻖ‬w ُ ِ ‫اﻟﺠﺰم ْ ُاﻟﻤ َﻮ‬
ِ ّ َ ْ ِ ‫اﻓﻖ‬ ُ ْ َ َْ
Artinya : ”Jazam (putus) mufakat dengan haq (sebenarnya) dengan dalil”.
Keluar dengan kata jazam itu syak, zhon dan waham. Makna syak adalah taradud20 antara dua
perkara, sama keduanya tidak lebih salah satunya atas yang lainnya. Zhon adalah berat adanya dan
ringan tiadanya. Waham adalah berat tiadanya ringan adanya. Ketiganya tidak dinamakan makrifat
dan tidak memadai pada perkara yang dituntut dengannya mukallaf bahwa dii'tiqod-kannya pada
ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬
haq Allah ta'ala dan haq sekalian rosul ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ َِْ َ .
Keluar dengan perkataan mufakat lil haq adalah jazam yang tidak mufakat dengan yang haq karena
tidak disebut makrifat bahkan dikatakan jahil murokkab. Seperti jazamnya orang nashrani dengan
tiga Tuhan, yaitu mereka berkata ”Allah salah satu dari Tuhan yang tiga dikatakan bagi-Nya Bapak,
satunya anak yaitu Isa dan satunya ibu yaitu Maryam. Demikian juga jazam Majusi dua Tuhan, yang
satu menyendiri dalam mengerjakan kebaikan namanya ‫َْﺰَدْان َواﻟﻨُﻮْر‬j yaitu Allah dan karena itulah terus-
menerus mereka menyalakan api dan yang satu lagi menyendiri dengan melakukan kejahatan
namanya ‫اﻟﻈﻠَْﻤُﺔ‬
> ‫ َاْﻫُﺮَﻣْﻦ َو‬yaitu setan. Tidak mengenal mereka akan Nabi dan tidak ada pada mereka kitab
َ ُْ َ ُْ
yang diturunkan (‫ﻳﺆﻓﻜﻮن‬ ُ ‫َﻗﺎﺗَﻠَﻬ ُُﻢ‬
‫ﷲ َاﱏ‬ = Allah telah membunuh mereka, bagaimana Dia menuduh
mengadakan yang tiada).

20
Taradud artinya goncang atau tidak tetap hatinya atau tidak dapat menetapkan secara pasti.
14

Keluar dengan kata dengan dalil adalah jazam yang mufakat dengan tiada dalil, dinamakan dengan
taklid bukan makrifat. Arti taklid adalah ia mengikuti perkataan atau i'tiqod orang, ia tidak
mengetahui dengan dalil. Adapun taklid itu tidak boleh dalam ilmu Ushuluddin dan haram.
Sedangkan pada ilmu Fiqih wajib ain seperti kita taklid pada salah satu dari imam yang empat. Tidak
boleh ijtihad dalam masalah fiqhiyah.
Kata Syeikh Hudhudi rhm. : ”Adapun jika engkau ketahui dalilnya maka engkau 'arif tidak dinamakan
taklid”.
(Soal) Jika dikatakan orang bahwa taklid pada Ilmu Ushul adalah tercela dan yang dipuji itu orang
yang tidak taklid. Hal itu adalah sukar gholibnya (biasanya) karena bahwasanya tiada jalan
mengetahui dalil kecuali dengan mengambil dari mulut guru-guru pada kebanyakan manusia?
(Jawab) Tidak lazim karena kita mengambil ilmu dari mulut masyaikh dan ulama kampung dikatakan
kita taklid pada mereka. Bahwasanya kita mengambil dari mulut guru-guru jalan untuk belajar dan
sesudah kita ketahui maka jadilah mujtahid padanya. Hal ini tidak dicela dan yang dicela itu kita
ambil dalil dari orang lain dan tinggal atas taklidnya21. Misalnya, ada beberapa orang hendak melihat
bulan (hilal), lalu yang seorang melihat terlebih dahulu dari temannya maka iapun memberitahukan
pada teman-temannya yang tidak melihat dengan dalilnya. Maka orang yang melihat tandanya tapi
tidak melihat bulannya dia mengikut dalil orang yang melihat atau dia tidak melihat dalilnya22.
Kedua orang itu dinamakan taklid akan tetapi yang melihat dalil taklid pada dalil dan yang tidak
melihat dalil dinamakan taklid pada sifat. Barangsiapa yang terus memperhatikan sehingga
dilihatnya bulan dengan beberapa tanda maka dinamakan ia orang arif tidak lagi dinamakan taklid.
Demikianlah yang kita mengambil dalil dari guru-guru kita sampai nyatalah maksudnya maka
dinamakan arif, taklid yang seperti ini dipuji sedang yang dicela itu taklid yang tetap sesudah belajar
tapi tidak nyata/jelas baginya sedikitpun.
‫ﻳﻌﴡ‬ِ ْ َ ‫ ْ(و‬1 ‫ﻴﺎن‬
ٍ َ ‫ﻋﺼ‬ْ ِ ‫ُون‬
َ ْ ‫ﻣﻌﻪ د‬ َ َ َ ‫ﺎزﻣﺎ ِ ِﺑﻪ‬œ
ُ َ َ ‫ﺮد َ>د‬g‫ﻻ‬ ً ِ َ ‫ﰷن‬َ َ ‫ﻴﺪﻩ ِ َاذا‬ ِ ْ َ ‫ﻫﻞ‬
ُ ُ ْ ‫ﻜﻔﻰ َ ْ ِﺗﻘﻠ‬j ْ َ ‫ﺪ‬Fِ ْ ‫ﻋﻘﺎﺋﺪ اﻟ ْﺘﻮ ِﺣ‬
ِ ِ َ َ ‫ ِﰱ‬Ä‫ﻗ‬ ُ َ َ ُ ْ ‫ﻠﻔﺖ‬%
َ َ ‫اﻟﻌﻠﻤﺎء ِﰱ َ ْﻣﻦ‬ َ َ َ َ ‫وﻗﺪ ا ْﺧ‬
ََِ
ِ ِ َ ‫ﻳﻌﺮف ِ َ ِﻻﰉ‬
‫ﻫﺎﴌ‬ ُ َ ْ ُ ‫ﰷﻓﺮ ﻓَﺎ َﻧﻤﺎ‬
Ì
ُ ْ َ ْ ‫(ﻣﺎ‬1 ‫ﻨﻈﺮ َو‬
ٌ ِ َ ‫ ُﻧﻪ‬1Ñ‫اﻟﻘﻮل ِﺑ‬ ْ ِ ْ ‫( ْ ِﻫﻠ ًﻴﺔ اﻟ‬1 ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫ﰷن ِﻓ‬
ُ ْ َ ‫ﻨﻈﺮ َو َ ْﻟﻢ ﻳ‬ َ َ ‫ﻳﻌﴡ ِ ْان‬ ِ َ َ ُ ْ ‫ﻗﺎل ُ ْﲨﻬ ْ ُُﻮر‬
ِ ْ َ ‫اﻟﻌﻠﻤﺎء‬ َ َ ‫ﻨﻈﺮ‬َ ِ ِ َْ ِ
ْ ‫ﺑﱰﻛﻪ اﻟ‬
ِ َ ِ َ ْ ُ ْ ‫ﻣﻦ‬
.¦‫اﻟﻤﻌﱱ‬ َ ِ ‫اﻟْ ُﺠ َ ِﺒﺎﰃ‬
Artinya : "Sungguh berbeda pendapat ulama tentang orang yang taklid dalam ilmu 'aqoid tauhid
adakah cukup taklidnya bila jazam tanpa disertai syak padanya dengan tidak berdosa atau
maksiat jika dia meninggalkan nazhor (belajar). Kata Jumhur ulama, ”Ia berdosa jika ia ahli
nazhor tapi ia tidak melakukannya. Tetapi ada juga yang menghukumkan dia kafir. Hal ini
diketahui dari Abi Hasyim al-Juba'I dari Mu'tazilah”.
Sungguh berbeda pendapat ulama tentang orang yang taklid dalam ilmu 'aqoid tauhid adakah
cukup taklidnya bila jazam dengannya tanpa disertai syak tidak berdosa dimana sekiranya jika
berbalik (murtad atau berubah pahamnya) orang yang diikutnya tapi dia tidak berubah dari yang
ditaklidinya. Demikianlah taklid yang shohih yang khilaf ulama padanya. Adapun taklid yang tidak
jazam seperti jika orang yang diikutnya berbalik maka iapun ikut berbalik maka taklid ini tidak sah
yaitu kafir dengan sepakat. Ataukah berdosa orang yang taklid itu jika dia meninggalkan nazhor.
Kata Jumhur ulama, ”Ia berdosa jika ia mampu untuk nazhor tapi ia tidak melakukannya akan tetapi
jika yang taklid itu bukan ahli Nazhor sah taklidnya dan tidak berdosa”. Tetapi ada juga yang

21
Tinggal atas taklidnya maksudnya seperti bila ditanya orang dirinya, "Apakah engkau yakin Allah Esa?".
Jawabnya, "Benar". Dan ditanya lagi, "Apa dalilmu?". Jawabnya, "tidak kutahu tetapi begitu-lah kata guruku".
22
Seumpama kata orang pertama bahwa hilal ada diarah demikian dekat dengan awan yang ber-bentuk
demikian itu. Orang kedua melihat arah tadi dan awan itu tetapi ia belum melihat hilal tetapi ia percaya ada
hilal dikatakan ia taklid pada dalil. Orang ketiga tidak dilihatnya tanda itu tetapi ia percaya ada hilal dikatakan
ia taklid pada sifat. Orang keempat dilihatnya dengan seksama dalil-dalil itu hingga akhirnya tampak olehnya
hilal dengan nyata.
15

menghukumkan dia kafir. I'tibar kafirnya diakhirat sedang di dunia dihukumkan dia itu Islam,
diberlakukan padanya hukum seperti orang Islam seperti haram kita bunuh dan diambil hartanya
dan lainnya karena dia mengucap dua kalimat syahadat. Tidak ada hukum untuk orang mengucap
dua kalimat syahadat kecuali ada baginya perbuatan kufur seperti sujud pada berhala dan
seumpamanya baru dihukumkan kafir didunia dan akhirat seperti yang dihukumkan Nabi j dengan
Islam orang yang mengucap dua kalimat syahadat kemudian dia bersabda : ‫ﷲ‬ ْ ُ ُ َ ‫" َو ِﺣ‬dan hisab
ِ ‫ﺴﺎﲠﻢ َ َﲆ‬
mereka itu atas Allah ta'ala". Maka kata Abu Hasyim al-Juba`i dari Mu'tazilah dan sepakat
dengannya Imam Sanusi didalam syarah Kabirnya dimana ia menukil dari Imam Asy'ari. Demikian
juga Qodhi Abu Bakar dan beberapa ulama. Akan tetapi perkataan mereka ini dhoif karena lazimlah
dengan kafir orang taklid maka akan mengkafirkan kebanyakan awam Mukminin karena
bahwasanya tidak ada nazhor pada mereka maka tidak ada iman pada mereka sedang-kan mereka
itu adalah kebanyakan dari umat ini. Hal itu akan menimbulkan cacat pada keadaan-nya Nabi kita
yang umatnya paling banyak diantara para nabi seperti yang disebutkan pada hadits yang
diriwayatkan Ibnu Majah dan Turmudzi dari Buraidah bin al-Khotib, sabda Nabi j :
ِ َ q ْ ‫ﺮ‬â‫ﺳﺎ‬
(‫ا›ﻣﻢ )ﻗﺎل اﻟﱰﻣﺬى &ﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ‬ ِ ِ َ ‫ﺑﻌﻮن ِ ْﻣﻦ‬ ِ q ْ ‫ﻣﳯﺎ ِ ْﻣﻦ ٰﻫ ِ ِﺬﻩ‬
َ ْ ُ َ ‫( ْر‬1 ‫ا›ﻣﺔ َو‬ َ ْ ِ ‫ﻧﻮن‬
َ ْ ُ ‫ﺻﻒ َ َﺛﻤﺎ‬ َ ْ ُ ْ ‫(ﻫﻞ ا ْ َﻟﺠ ِﻨﺔ ِﻋ‬
ُ َ ِ َ ‫ﴩون‬
ٍّ َ ‫وﻣﺎﺋﺔ‬ ُ ْ1
Artinya : ”Penghuni syurga terdiri atas 120 shof, 80 shof daripadanya adalah umat ini (umatku) dan 40
shof dari umat Nabi yang sebelumku”.
Kata Syeikh Muhammad bin Manshur al-Hudhudi :
ِ َ ْ ‫و&ﻞ ُﺷ‬
‫ﳢﺔ‬T ّ ِ َ َ ‫ﺮ ِﻩ‬jِ ْ‫ﻋﻦ َ ْﺗﻘ ِﺮ‬ ُ ْ ُ ْ َ ْ ‫وﻫﻮ‬
ْ َ ‫اﻟﻤﻌﺠﻮز‬ ِ ْ ُ ْ ‫اﻟﻤﻌ ِﺮ َ ِﻓﺔ ُ َﻫﻮ‬
َ ُ َ ‫اﻟﺠﻤﲆ‬ ْ َ ْ ‫ﺑﻮﺟﻮب‬ ِ ِ َ ْ َ‫اﻟﻤﳫﻒ ِﻋ ْﻨﺪ‬
ِ ْ ُ ُ ِ ‫اﻟﻘﺎﺋﻞ‬ ِ َ ُ ْ ‫ﻣﻦ‬ ُ ْ ُ ْ َ ْ ‫ﻴﻞ‬
َ ِ ‫اﻟﻤﻄﻠﻮب‬ ُ ْ ‫ ِﻟ‬k‫َوا‬
Artinya : ”dan dalil yang dituntut dari mukallaf atas orang yang mewajibkan makrifat adalah dalil
jumli (umum) saja. Dalil Jumli itu adalah dalil yang lemah dari menetapkan dalilnya dan lemah
dari menguraikan syubhat”.
Yaitu syubhat yang didatangkan orang pada agama seperti ahli bid'ah. Misalnya bila ditanya orang
dia, "Apakah engkau i'tiqodkan bahwa Allah itu maujud (ada)?". Maka jawabnya, "Benar". Berkata
pula ia, "Apa dalilmu atas hal itu?". Jawabnya, "Makhluk ini". Sedangkan ia lemah dari kaifiat
(cara/metode) dalilnya apakah dari segi baharunya atau dari segi mumkinnya yaitu bersamaan
wujud dan 'adamnya atau keduanya yaitu baharu dan mumkin. Misal yang pertama itu dikatanya :

ُ َ َ ْ َ ‫&ﺎدث َ ُ[ َﺻﺎ ِ ٌﻧﻊ‬


‫ﻓﺎﻟﻌﺎﻟﻢ َ ُ[ َﺻﺎ ِ ٌﻧﻊ‬ ٍ ِ َ ‫وﰻ‬ َُ َ َْ
ٌ ِ َ ‫اﻟﻌﺎﻟﻢ‬
> ُ َ ‫&ﺎدث‬
Artinya : ”Alam ini baharu dan tiap-tiap yang baharu ada yang menjadikannya maka alam ini ada
baginya yang menjadikan”.
Misal yang kedua, dikatanya : ”Alam ini mumkin, tiap-tiap yang mumkin baginya yang menjadikan
maka alam ini ada baginya yang menjadikan”. Misal yang ketiga bahwa dikatanya ; ”Alam ini mumkin
yang baharu, tiap-tiap mumkin yang baharu ada yang menjadikannya, maka alam ini ada baginya yang
menjadikan”.
Jika ia tahu yang demikian itu maka dinamakan ia arif dan dapat menguraikan syubhat serta dapat
menetapkan dalil tafshili (terperinci) namanya bukan dalil jumli. Dalil jumli itu kebanyakan manusia
mampu menetapkannya seperti gembala kambing dan gembala unta dan orang dusun. Mereka itu
apabila melihat sesuatu yang ajaib-ajaib mereka berkata, ”Subhanalloh, siapakah yang menjadikan
ini?". Yaitu tidak ada yang menjadikannya kecuali Allah. Maka mengambil dalil atas yang
menjadikan alam ini, seperti dikisahkan sebahagian ulama yang bertanya pada orang Arab Badui,
”Dengan apa kamu kenal akan Tuhanmu?". Jawabnya, ”Dengan lebah, ada pada satu sayapnya
madu dan satu sayapnya racun”. Ditanya pula seorang yang lain, ”Dengan apa kamu kenal
Tuhanmu?". Katanya, ”Dengan binasa (rusak) yang kami cita-citakan, suatu urusan yang hendak
kami perbuat tapi tidak dapat”. Dikatakan pada seorang sufi, ”Apa dalil bahwa Allah itu Esa?".
Jawabnya, ”Pagi-pagi tidak butuh pelita”.
(Hikayat) Berkata Syeikh Asmu'i : "Aku keluar pada suatu hari dari Mesjid Jami' negeri Bashroh.
16

Ditengah perjalanan aku berjumpa dengan seorang a'roby yang sedang menunggang unta dengan
menyandang pedang dibahunya sedangkan ditangannya anak panah. Ia memberi salam padaku
dan bertanya, "Siapa kamu?". Kataku, "Dari Bani Ashmu'!". Tanyanya, "Darimana kamu datang?".
Jawabku, "Aku datang dari tempat dibacanya Kalam Ar-Rohman". Katanya, "Adakah bagi Ar-
Rohman itu Kalam yang dibaca orang akannya?". Jawabku, "Benar!". Katanya, "Bacakan olehmu
atasku sesuatu darinya!". Kataku, “Beradab engkau, tambatkan untamu”. Turunlah ia dan duduk,
maka kubacakan surat Adz-Dzariyat sampai kepada firman Allah ta'ala :
َ َ 1 ‫ﺴﲂ‬
َ ْ ُ ِ ْ ُ‫(ﻓﻼ ﺗ‬
‫ﺒﴫون‬ ْ ُ ِ ‫( ْ ُﻧﻔ‬1 ‫وﰲ‬ ْ ُ ْ ِ ‫ت‬M
َ ْ ِ ‫ﻠﻤﻮ ِﻗ‬w
ْ ِ َ ‫…ﲔ‬ ِ ْ 1 ْ ‫َ ِوﰱ‬
ِ َ ‫ا›رض ٰا‬
Artinya : ”Dan di bumi itu ada beberapa tanda Allah yang menunjukkan ke-Esaan-Nya yang
memberikan keyakinan bagi orang yang mentauhidkan Allah, dan pada diri kamu sendiri,
adakah kamu tidak melihat?”.
Kata A'roby itu, "Telah benar Ar-Rohman pada firman-Nya, tahi unta menunjukkan ada unta,
bekas telapak kaki menunjukkan ada orang yang berjalan, di langit ada buruj (tempat perjalanan
bulan dan bintang dan matahari), bumi memiliki jalan-jalan dan laut yang berombak. Semuanya
menunjukkan atas Tuhan yang Lathif (Maha Lembut) Khobir (Maha Mengetahui)". Tatkala aku
membaca :
ْ ُ ُ ْ ِ ‫ء‬Ñ‫ﺴﻤ‬
َ ْ ُ َ ‫رزﻗﲂ َ َوﻣﺎ ُ ْﺗﻮ‬
‫ﺪون‬ ِ ٓ َ ‫َ ِوﰱ اﻟ‬
Artinya : "Dan di langit rezekimu dan apa-apa yang dijanjikan kepada kamu”.
Katanya, "Hai Asmu'i, aku bertanya kepadamu dengan nama Allah! Ini Kalamur-Rohman?". Maka
kataku, "Benar!". Maka katanya, "Cukuplah engkau!". Lalu ia berdiri menuju untanya dan
disembelihnya lalu dagingnya dibagi-bagikannya pada orang yang lalu-lalang. Lalu dipatahkan-
nya pedangnya dan anak panahnya kemudian ditanamnya. Ia berkata, "Aduh celakalah aku,
rezekiku di langit dan aku mencarinya dibumi. Ini bukan jalan yang benar". Lalu iapun berlari
kehutan. Ketika aku sampai ke kota Baghdad, kuceritakan kisah itu pada Harun al-Rasyid, iapun
ta'jub. Pada tahun berikutnya ia membawaku bersamanya ke Mekkah untuk menunaikan Haji.
Ketika aku thowaf, maka ada seorang muda yang menarik tepi pakaianku. Aku berpaling dan
kudapati ia adalah sahabatku A'roby. Katanya, "Hai Ashmu'i, bacakan olehmu Kalamur-Rohman!".
Maka kubacakan pula Surat Adz-Dzariyat. Ketika aku sampai pada ayat :
ْ ُ ُ ‫ء ِ ْرز‬Ñ‫ﺴﻤ‬
َ ْ ُ َ ‫ﻗﲂ َ َوﻣﺎ ُ ْﺗﻮ‬
‫ﺪون‬ ِ ٓ َ ‫َ ِوﰱ اﻟ‬
Maka ia berkata, "Telah benar Rohman, kami dapati apa yang Dia janjikan pada kami dengan
sebenarnya". Maka tatkala aku baca ayat :
ْ ُ 1 ‫ﻞ َﻣﺎ‬è
َ ْ ُ ِ ْ ‫(®ﲂ ﺗ‬
‫َﻨﻄﻘﻮن‬ َ ْ ‫ﻟﺤﻖ ِﻣ‬ ِ ْ 1 ْ ‫ء َو‬Ñ‫ﺴﻤ‬
Ï َ َ ‫ا›رض ِا ٗﻧﻪ‬ ِ ٓ َ ‫ﻓﻮرب اﻟ‬
ِّ َ َ َ
Artinya : ”Maka demi Tuhan tujuh lapis langit dan bumi, bahwasanya sebenarnya sepertimana kamu
berkata”.
Maka ia berkata, ”Siapa yang telah dimurkai Tuhan Al-Jalil hingga bersumpah Dia. Tidak per-caya
mereka itu pada-Nya sampai Ia mendatangkan sumpah. Demi Allah, tiada berkehendak kami akan
sesuatu kecuali kami dapati ia hadir. Kemudian ia terisak-isak dengan suatu isakan sehingga
pingsan, lalu kami gerak-gerakkan dia dan kami dapati ia telah mati. Maka Amirul Mu`minin pun
mengurus jenazahnya sendirian.
Diambil kesimpulan dari uraian ini bahwa wajib 'ain atas tiap-tiap mukallaf mengetahui hanyalah
dalil jumli, yaitu ia mampu mengeluarkan dalil seperti dikatanya, ”Tanda ada Allah adalah wujud
alam atau alam ini”. Maka tiap-tiap ditanya tentang setiap sifat dari sifat yang duapuluh dijawabnya,
”Ini alam” atau ”Ini makhluk”. Ia lemah dari mengatakan baharu alam ini dan tiap-tiap yang baharu
ada yang membaharukannya, yaitu tidak mampu menetapkan dalilnya maka cukuplah
kewajibannya dan keluar ia dari ikhtilaf (perselisihan) ulama yang mengkafirkannya.
17

Adapun mengetahui yang lebih dari itu yaitu menetapkan dalil seperti dikatakannya, ”Adapun alam
ini baharu dan tiap-tiap yang baharu ada yang membaharukannya” atau dikatakannya ”Ada-pun
alam ini mumkin dan tiap-tiap mumkin ada yang memperbuatnya” atau dikatakannya ”Alam ini
mumkin baharu maka tiap-tiap yang mumkin baharu itu ada yang membuatnya”. Mengetahui yang
demikian itu fardhu kifayah, wajib tiap-tiap satu tempat ada seorang yang bisa menetapkan dalil dan
menguraikan syubhat ahli bid'ah yang mendatangkan syubhat pada agama. Setiap orang alim
kepada orang alim itu jangan lebih jaraknya dari dua marhalah. Manakala ada pada tiap-tiap satu
tempat seorang yang mengetahui niscaya lepaslah berdosa penghuni daerah itu dan jika tidak ada
seorangpun yang bisa maka berdosalah seluruh penduduk daerah itu. Wajib atas seluruh
penduduknya belajar sampai didapat seorang yang mampu menetapkan dalil dan menguraikan
syubhat yang didatangkan orang Mulhid. Berkata orang mulhid itu, ”Arodh dari alam itu baharu
tetapi tiada awalnya” atau yang seumpama perkataannya itu yang sesat seperti juga syubhat yang
didatangkan Mujassimah, berkata mereka, ”Allah itu berdiri dengan sendirinya dan tiap-tiap yang
berdiri dengan sendirinya itu Jisim, jadilah Tuhan itu berjisim”. Perkataan ini adalah sesat maka
berkehendak pada orang yang dapat menolakkannya yang dapat mengatakannya.
Hal itu seperti yang dihikayatkan ada seorang Dahri (Atheis) yang datang pada zaman Hamad, guru
dari Abu Hanifah yang meminta berhujjah dengan sekalian ulama, dengan katanya, "Kamu
mengatakan Allah ada, manakala Dia ada bagaimana dapat Dia tidak ada tempatnya, karena tidak
ada sesuatu yang maujud melainkan ada tempatnya?". Kemudian ia bertanya, "Adakah masih ada
lagi ulama kalian yang tinggal?". Sahut orang banyak, "Ada, yaitu Hamad". Maka ia berkata, "Wahai
Khalifah, hadirkan ia padaku supaya berhujjah ia bersamaku!". Maka memanggil Khalifah akan
Hamad, maka Hamad berkata, "Tangguhkan hingga lewat malam ini". Tatkala pagi hari datang Abu
Hanifah sedang ia saat itu masih kecil. Melihat ia akan gurunya dalam keadaan berduka yang sangat,
maka ia menanyakan apa sebabnya. Berkata Hamad, "Bagaimana aku tidak bersedih, telah
memanggil Khalifah untuk berhujjah dengan Dahri. Telah dikumpulkan para ulama, sedang tadi
malam kulihat dalam tidurku suatu penglihatan yang sangat mungkar". Bertanya Abu Hanifah, "Apa
itu?". Katanya, "Kulihat satu dusun yang sangat luas dan indah. Didalamnya ada sebuah pohon yang
sedang berbuah. Keluar dari satu sudut kampung itu babi yang memakan buah, daun dan cabangnya
hingga tinggal batangnya. Keluar dari batang pohon itu satu harimau lalu ditangkapnya babi itu dan
dibunuhnya". Berkata Abu Hanifah, "Bahwasanya Allah ta'ala mengajarkanku ilmu ta'bir mimpi,
maka mimpi ini baik bagi kita dan buruk bagi musuh kita. Jika engkau izinkan menta'birkannya maka
akan kuta'birkan". Berkata Hamad, "Ta'birkan, hai Nu'man!". Ia berkata, "Adapun dusun yang luas
dan indah itu agama Islam, pohon buah-buahan yang sedang berbuah itu adalah ulama dan ushul
(batang) yang tinggal itu adalah engkau, babi itu adalah Dahri dan harimau yang membunuhnya
adalah aku. Maka berjalanlah engkau dan aku bersamamu. Dengan berkat himmah dan hadhiratmu,
aku yang akan berkata-kata dengannya dan kulawan hujjahnya". Senanglah Hamad dan berdiri
keduanya saat itu juga ke Mesjid Jami'. Datanglah khalifah dan berkumpullah sekalian manusia pada
majlis Hamad sedang Abu Hanifah berdiri didepan gurunya dibawah tempat duduknya serta
memegangi pakaian guru-nya. Datanglah Dahri naik ke mimbar lalu berkata, "Siapa yang menjawab
pertanyaanku?". Sahut Abu Hanifah, "Apa yang akan kau tanya, tanyalah dan orang yang
mengetahui akan dijawabnya pertanyaanmu itu". Berkata Dahri, "Siapa engkau wahai anak kecil,
berkata engkau besertaku sedangkan beberapa orang yang memiliki umur yang banyak (tua-tua),
memiliki jubah kebesaran dan lengan baju yang lebar lemah mereka dariku. Bagaimana engkau yang
kecil dan hina berkata-kata denganku". Berkata Abu Hanifah, "Allah tidak meletakkan ketinggian
dan kebesaran pada orang yang berserban besar, berpakaian kebesaran dan yang memiliki lengan
baju yang lebar tetapi meletakkannya pada ulama, seperti firman Allah ta'ala :
‫ﺎت‬œ‫در‬ َ ْ ِ ْ ‫( ْو ُ ْﺗﻮ‬q ‫ﻦ‬j"‫ا‬
ٍ َ َ َ ‫اﻟﻌﲅ‬ َ ْ ِ ‫َو‬
Artinya : "Mereka yang didatangkan padanya ilmu memiliki beberapa derajat".
18

Berkata Dahri, "Engkau yang menjawab pertanyaanku?". Kata Abu Hanifah, "Benar, aku akan
menjawab pertanyaanmu dengan taufiq Allah". Berkata Dahri, "Adakah Allah itu maujud?". Jawab-
nya, "Benar". Tanyanya, "Dimana Dia?". Jawabnya, "Tidak ada tempat bagi-Nya". Katanya, "Bagai-
mana mungkin ada yang maujud tetapi tidak ada tempatnya?". Jawabnya, "Pada dirimu ada
dalilnya". Tanyanya, "Dimana dalilnya?". Kata Abu Hanifah, "Bukankah pada dirimu ada nyawa?".
Jawabnya, "Benar!". Tanyanya, "Dimana tempat ruhmu apakah dikepalamu, diperutmu atau
dikakimu?". Tercenganglah Dahri mendengarnya, lalu Abu Hanifah meminta susu lalu dia berkata,
"Bukankah pada susu ini ada minyaknya (lemaknya)?". Kata Dahri, "Benar!". Kata Abu Hanifah,
"Dimana tempatnya apakah diatasnya (permukaannya) atau dibawahnya (didasarnya)?". Dahri
itupun tercengang kembali, maka kata Abu Hanifah, "Seperti tidak dapat pada ruh tempat pada
tubuh dan tidak pula lemak pada susu, demikianlah tidak dapat pula bagi Allah didalam Kaun (yang
ada) ini tempat-Nya". Kata Dahri, "Apa yang sebelum Allah dan apa pula yang sesudah-Nya". Jawab
Abu Hanifah, "Tiada sesuatu yang mendahului-Nya dan tidak ada sesuatu yang terke-mudian dari-
Nya". Kata Dahri, "Bagaimana dapat dibayangkan ada sesuatu yang maujud tapi tidak ada yang
sebelumnya dan tidak ada yang sesudahnya?". Kata Abu Hanifah, "Atas hal itu ada dalilnya pada
tubuhmu". Tanyanya, "Apa pula itu?". Katanya, "Apa yang sebelum ibu jarimu dan apa yang sesudah
jari kelingkingmu?". Kata Dahri, "Tidak ada sesuatu sebelum ibu jariku dan tidak ada yang sesudah
dari jari kelingkingku". Kata Abu Hanifah, "Demikianlah Allah, tiada sesuatu sebelum-Nya dan tiada
sesuatu sesudah-Nya". Kata Dahri, "Tersisa padaku satu pertanyaan". Kata Abu Hanifah, "Tanyalah,
aku jawab insya Allah ta'ala". Katanya, "Apa yang diperbuat Allah sekarang ini?". Kata Abu Hanifah,
"Bahwasanya engkau itu terbalik perkara, seyogyanya yang menjawab itu diatas mimbar dan yang
bertanya itu dibawah mimbar, manakala engkau turun dan aku naik maka kujawab pertanyaanmu".
Maka turunlah Dahri itu dan naiklah Abu Hanifah keatas mimbar. Ketika ia duduk diatas mimbar
bertanyalah Dahri, maka dijawab Abu Hanifah akan pertanyaannya dengan katanya, "Perbuatan
Allah sekarang ini adalah menggugur-kan yang bathil seperti engkau dari atas kebawah dan
menaikkan yang benar seperti aku dari bawah keatas. Pergilah Dahri itu dan putus hujjahnya.
(Masalah) Kata Syeikh Suhaimi rohimahulloohi ta'ala :
‫ﺘﻘﻠ ْ ِﻴﺪ َﻻ َﺪَ ُم ِﲱ ِ ِﺘﻪ‬ ْ ُ ْ ‫ﻋﻦ ا‬
ِ ْ ‫ﻟﺠﻤﻬ ْ ُِﻮر ِا َﻧﻤﺎ ُ َﻫﻮ َﺪَ ُم َﺟ َﻮ ِاز اﻟ‬ ُ ْ ُ ْ َ ْ ‫َو‬
ِ َ ‫اﻟﻤﻌﺮوف‬
Artinya : "Dan yang ma`ruf dari jumhur sesungguhnya yaitu tidak boleh taklid bukan tidak sah".
Yaitu taklid pada ilmu Ushul itu tidak boleh (haram) akan tetapi jika ia taklid maka memadai
imannya dan ia berdosa. Katanya lagi :
ِ ِ َ ْ ‫ﻣﻦ‬
¦‫اﻻد‬ ُ ِ َ ْ ُ ْ ‫ﺘﻔﺎدﻫﺎ‬
َ ِ ‫اﻟﻤﺠﳤﺪ‬ َ َ َ َ T‫اﻻﺣﲀم ِاﻟﱴ ا ْﺳ‬ َ ِ ‫ﻳﻄﺎﺑﻖ اﻟْ َﻮ‬
َ َ ْ َ ْ ‫›ن‬1 ِ ‫اﻗﻊ‬ ِ ِ َ ْ ُ ْ ‫¡ﲑ‬
ِ ِ َ ُ ‫اﻟﻤﺠﳤﺪ َو ِ ْان َ ْﻟﻢ‬ ِ ْ َ ‫اﺟﺐ َ ٰﲆ‬ ٌ ِ ‫اﻟﻔﺮوعِ ﻓَ َﻮ‬ ْ ُ ُ ْ ‫ﺘﻘﻠ ْ ُﻴﺪ ِﰱ‬
ِ ْ ‫(ﻣﺎ اﻟ‬1 ‫َو‬
ِ َ َ َ ُ ْ ‫ا›ﻣﺮ َو َﺪَ َم‬
‫اﻟﻤﻄﺎﺑﻘﺔ‬ ِ ْ 1 ْ ‫ﻧﻔﺲ‬ َ َ َ َ ُ ْ ‫ﺘﻤﻞ‬
ِ ْ َ ‫اﻟﻤﻄﺎﺑﻘﺔ ِ َﻟﻤﺎ ِ ْﰲ‬ ُ ِ َ ‫اﻟﻈﻨِّ ِﻴﺔ َ ْﲢ‬
Artinya : "Adapun taklid pada furu' yaitu pada hukum fiqih maka wajib atas orang yang bukan mujtahid
walau tidak mufakat dengan yang waqi' (yang dikehendaki Allah) sekalipun karena bahwasanya
sekalian hukum yang diambil oleh ulama mujtahid dari dalil-dalil adalah zhonniyah, bisa jadi
mufakat dengan nafsul 'amar dan bisa jadi tidak mufakat dengan nafsul 'amar".
(Masalah) Kata Syeikh Ahmad Suhaimi diambil dari perkataan pengarang yaitu Syeikh Sanusi, "Yang
dipilih oleh muhaqqiqun (ahli-ahli tauhid) bahwasanya makrifatulloh awal yang wajib, yaitu yang
pertama-tama wajib atas manusia itu makrifatulloh dan makrifat pada sekalian rosul-Nya".
Kata Ibnul Qoyyim, "Wajib atas ibu-bapak bahwa yang pertama didengarkan pada anaknya itu
makrifatulloh dan mendengarkan tauhid. Diajarkan pada anak-anak bila ia berakal apa-apa yang
wajib bagi Allah, apa-apa yang mustahil dan apa yang harus bagi-Nya. Diajarkannya pula bahwa-
sanya Nabi Muhammad j dilahirkan di Mekkah, diutus pada seluruh makhluk, hijrah ke Madinah
dan wafat di Madinah. Namanya Muhammad bin Abdulloh bin Abdul Mutholib bin Hasyim". Kata
sebahagian ulama, "Adapun awal yang wajib atas mukallaf adalah nazhor yaitu berpikir dan mem-
perhatikan sekalian makhluk ini hingga dikenalnya akan Tuhan kemudian maka ditashdiqkan-nya".
19

Maka dikumpulkanlah dua perkataan ulama ini dengan kita katakan, "Awal yang wajib dari yang
dimaksudkan itu makrifat dan awal yang wajib dari wasail adalah nazhor". Yaitu jalan yang
menyampaikan kepada yang dikehendaki. Karena jika kita lazimkan (wajibkan) tashdiq dengan apa
yang tidak diketahuinya sahnya akan membawa (mengakibatkan) kepada ia beriman sesudah
memperhatikan jika nyata benarnya maka tetap atas imannya atau jika nyata salahnya maka ia kafir,
atau membawa kepada sama Nabi dengan yang bukan Nabi karena tidak ada tandanya tapi
dibenarkan saja.
(Soal) Jika kita katakan wajib nazhor sebelum beriman maka bila kita menyeru seorang kafir kepada
beriman, lalu ia berkata, "Tunggu setelah kuperhatikan karena aku sekarang dalam tahap nazhor
dan dibawah taradud nazhor". Apa yang engkau kata, adakah dilazimkan atasnya ikrar dengan iman
maka jadi binasa/batal perkataanmu bahwa nazhor atau belajar itu sebelum iman atau kamu
tangguhkan ia untuk nazhor (baru kemudian setelah itu beriman)?".
(Jawab) Bahwasanya hal itu perlu diperhatikan jika ia adalah orang yang banyak bergaul dengan
orang muslimin kita suruh padanya mengucap dua kalimat syahadat karena gholib padanya itu ada
nazhor sebelum balighnya dan tidak boleh disuruh nazhor dahulu bahkan jadi kafir orang yang tidak
mengajarkan dua kalimat syahadat apabila datang orang kafir minta supaya diajarkan-nya atau
ditangguhkannya seperti dikatakannya, "Tunggu sebentar" atau "Pergilah mandi dahulu" atau
"Cucilah kakimu dahulu". Maka jika tidak bercampur orang itu karena asalnya dari pegunungan
maka diajarkan juga dua kalimat syahadat atas qoul yang mengatakan makrifat awal yang wajib lalu
ia taklid setelah itu ia belajar supaya kuat imannya karena bahwasanya adalah Nabi j
dicukupkannya dengan ikrar dua kalimat syahadat. Adapun atas qoul yang mengatakan nazhor
adalah awal yang wajib maka disebutkan padanya dalil serta mengucap dua kalimat syahadat
hingga ia paham karena tiap-tiap orang yang yang diseru kepadanya oleh Musthofa kepada iman
maka dia berkata, "Tunjukkan olehmu atasku bukti kebenaranmu!". Didatangkanlah mukjizat untuk
menyatakan kebenarannya maka iapun percaya dan Islam atau tinggal ia atas kedegilannya maka
binasalah ia, kita membunuhnya.
Kata Syeikh Al-Luqoni rohimahuloohi ta'ala didalam matan Jauharotut-Tauhid :
ْ ِ َ ْ…‫ﻪ • ْ ٌُﻠﻒ ُﻣ‬Fِ ْ ‫ﳚﺐ ۞ َ ْﻣﻌ ِﺮ َ ٌﻓﺔ َو ِﻓ‬
‫ﺘﺼﺐ‬ ً َ ‫اﺟﺰم ِ َ^ن‬
ْ ِ َ ‫اوﻻ ِﻣﻤﺎ‬ ْ ِ ْ ‫َو‬
Jazamkan olehmu wahai mukallaf, bahwasanya yang pertama dari sebahagian yang wajib mengenal
Allah. Padanya berbeda pendapat ulama Ushuluddin maka yang muktamad itu masyhurnya pada
Imam Asy'ari bahwasanya makrifat itu awal yang wajib atas mukallaf karena sekalian yang wajib
tidak tahqiq kecuali dengannya bahkan tidak sampai kepada makrifat kecuali dengan nazhor. Maka
wajib nazhor sebab terhenti makrifat atasnya, jadilah nazhor itu wajib pula.
Dengan dasar inilah pula maka katanya :
ِ ْ > ‫اﻟﻌﻠﻮي ُﰒ اﻟ‬
‫ﺴﻔﲆ‬ ِّ ِ ْ ُ ْ ‫ﻠﻌﺎﻟﻢ‬w ِ ِ َ ْ‫ﺴﻚ ُﰒ ﻧ‬
ِ َ َ ْ ِ ۞ ‫اﺘﻘﻞ‬ َ ِ ‫ﻧﻈﺮ ِ َاﱃ َ ْﻧﻔ‬
ْ ُ ْ ‫ﻓَﺎ‬
Maka perhatikan olehmu hai mukallaf kepada dirimu, lalu alihkan perhatianmu pada alam yang
diatas lalu alam yang dibawah.
Makna Nazhor menurut lughot (bahasa) adalah memandang dengan mata kepala. Menurut 'uruf
(yang biasa/orang banyak) adalah kita aturkan beberapa perkara yang maklum (yang sudah
diketahui) supaya sampai kepada perkara yang majhul (yang belum diketahui) seperti kita susunkan
kaidah sughro dengan kaidah kubro pada perkataan kita :
ٌ ِ َ ‫ﻐﲑ‬%
‫&ﺎدث‬ > ُ َ ‫ﻐﲑ‬%
ٍ ّ ِ َ َ ‫وﰻ ُﻣ‬ َُ َ َْ
ٌ ّ ِ َ َ ‫اﻟﻌﺎﻟﻢ ُﻣ‬
Artinya : "Alam ini berubah-ubah". Ini adalah kaidah sughro, sedangkan kubronya "Tiap-tiap yang
berubah-ubah itu baharu".
20

Kita dapatkanlah ilmu bahwa "Alam ini baharu" sebagai natijahnya23.


Kepada dirimu24 yakni perhatikan pada dirimu tentang keadaan tubuhmu karena bahwasanya ia
adalah yang paling dekat padamu dari sekalian perkara seperti firman Allah ta'ala :
َ َ 1 ‫ﺴﲂ‬
َ ْ ُ ِ ْ ُ‫(ﻓﻼ ﺗ‬
‫ﺒﴫون‬ ْۤ ِ َ
ْ ُ ِ ‫( ْ ُﻧﻔ‬1 ‫وﰲ‬
Artinya : "dan pada dirimu, tidakkah kamu lihat lalu kamu ambil dalil dengannya atas wajib wujud yang
menjadikannya dan Dia mempunyai sifat yang kamalat (sempurna)".
Maka pada dirimu seperti telinga, mata, panjang, lebar, dalam, pendek, ridho, marah, putih, merah,
hitam, ilmu, jahil, iman, kafir, lezat, pedih dan lainnya dari perkara yang tidak dapat dihinggakan.
Sekaliannya itu berubah-ubah dan dikeluarkan dari 'adam (tiada) kepada wujud (ada) dan dari wujud
kepada 'adam. Hal itu dalil atas baharu dan berkehendak pada yang menjadikan yang sangat teguh
dalam perbuatannya dan yang Wajib Wujud-Nya dan meliputi Ilmu-Nya, sempurna Qudrat dan
Irodat-Nya. Lalu perhatikan pula tujuh lapis langit25 dari bulan, matahari, bintang sebahagian merah,
sebahagian kuning, sebahagian berjalan, sebahagian tetap pada arah tertentu, sebahagian
bercahaya-cahaya, sebahagian gelap. Sekalian itu menunjukkan baharu dan berkehendak pada yang
menjadikannya. Lalu perhatikan alam yang dibawah dari udara, awan, bumi dan apa-apa yang ada
padanya dari darat, laut, kayu, batu, berbagai jenis binatang dan lainnya. Sekaliannya itu adalah
alam. Makna alam adalah alamat (tanda) yang menunjukkan adanya Allah ta'ala yang
menjadikannya. Alam terbagi atas dua bagian : pertama, a'yan; dan kedua, a'rodh. Hal ini seperti
kata Syeikh Najamuddin an-Nasafi rhm. :
‫ﻣﺮﻛﺐ‬
ٍ َ ُ ‫¡ﲑ‬ ُ ْ ِ‫وﻫﻮ ا ْﻟﺠ‬
ُ ْ َ ‫ﺴﻢ َ ْاو‬ َ ُ َ ‫ﻣﺮﻛﺐ‬
ٌ َ ُ ‫وﻫﻮ اﻣﺎ‬ ِ ِ َ ِ ‫ﺎم‬F
َÌ ُ َ ‫ﺑﺬاﺗﻪ‬ ُ َ َ ‫ﻴﺎن‬
ٌ َ ‫ﻣﺎ[ ِﻗ‬ 1 ْ َ ‫ ْ(ﻋ َﺮ ٌاض‬1 ‫ﻴﺎن َو‬
ُ َ ‫ﻓﺎ› ْﻋ‬ ٌ َ ‫( ْﻋ‬1 ‫ﻣˆﺪَ ٌث ِ ْاذ ُ َﻫﻮ‬ ْ ُ ‫ ْ(ﺟ َﺰ ِ ِاﺋﻪ‬1 ِ ‫ﲜﻤ ْﻴﻊ‬ ُ َ َ ْ ‫َو‬
ِ َ ِ ‫اﻟﻌﺎﻟﻢ‬
ْ ِ ِ ‫اﻟﻄﻌﻮم َو‬
‫اﻟﺮواﺋﺢ‬ ٌ ْ ُ ‫ﰷﻻﻟْ َﻮ ِان َو‬ ِ ِ َ َ ْ ‫ﺴﺎد َو‬
َ ْ َ ‫اﻟﺠﻮﻫﺮ‬ ِ َ ‫ا› ْﺟ‬1 ْ ‫وﳛﺪث ِﰱ‬ ِ ِ َ ِ ‫ﻣﺎﻻﻳﻘ ْ ُﻮم‬
ُ ُ ْ َ َ ‫ﺑﺬاﺗﻪ‬ ُ َ َ ْ ‫( َو‬q ‫وﻫﻮ ِا"ى َﻻﻳ ُ َ َﺘﺠﺰ‬
ُ َ َ َ ‫اﻟﻌﺮض‬ َ ُ َ ‫اﻟﻔﺮد‬ ِ ْ َ ْ ‫ﰷﻟﺠﻮﻫﺮ‬
َِ ََْْ
Alam dengan sekalian bagiannya baik yang diatas atau yang dibawah adalah baharu, yakni ada
sebelumnya tiada. Alam adakalanya a'yan ('ain zat) yaitu jirim yang berdiri dengan zatnya dan
adakalanya a'rodh (sifat zat) yang berdiri dengan a'yan yakni a'rodh itu berkehendak kepada a'yan
tidak dapat terpisah darinya. A'yan adalah apa-apa yang berdiri dengan zatnya yaitu tidak mengikut
pada yang lain dalam mengambil seukuran lapang. A'yan adakalanya tersusun dari dua jauhar (unsur
terkecil) atau lebih maka dinamakan dia jisim atau tidak tersusun maka dikatakan al-jauharul-fard
yaitu unsur yang tidak dapat dibagi lagi baik dengan perbuatan maupun secara akal karena zatnya
itu memang tidak dapat dibagi lagi. A'rod adalah apa-apa yang tidak dapat berdiri dengan zatnya
artinya tidak mengambil lapang dengan zat dirinya tetapi mengambil lapang dengan yang lain yaitu
mengikut 'ain. Dihukumkan baharu dia (a'rodh) pada ajsam (jisim-jisim) dan jauhar seperti akwan
yang empat yaitu berhimpun artinya keadaan dua jauhar sekira tidak dapat diantarai dengan yang
ketiga; bercerai artinya keadaan dua jauhar sekira dapat diantarai keduanya dengan yang ketiga;
harokah (bergerak) artinya dua akwan (keadaan) pada dua waktu pada dua tempat; dan sukun
(diam) artinya dua akwan pada dua waktu pada tempat yang satu. Sepertinya (yaitu baharu) juga
warna. Makna warna adalah kaifiat yang terhenti melihatnya atas melihat bagi sesuatu yang lain.
Dan Thoum yaitu rasa padanya ada sembilan bagian yaitu pahit, pedas, asin, kelat, masam, perat
(pedar), manis, lemak dan tawar. Demikian juga bau-bauan yang pembagiannya sangat banyak.
Sekaliannya itu a'rodh yang baharu.
Kemudian berkata shohibul Al-Jauharotut-Tauhid rhm. :
ِ َ ْ ‫ﻴﻞ‬
‫اﻟﻌﺪَم‬ َ َ ‫ﻜﻦ ِ ِﺑﻪ‬ø
ُ ْ ‫ﻗﺎم َد ِﻟ‬ ْ ِ ‫اﻟﺤﲂ ۞ ٰﻟ‬ َ ْ ِ َ ‫ﲡﺪ ِ ِﺑﻪ ُﺻ ْ ًﻨﻌﺎ‬
ِ َ ِ ْ ‫ﺑﺪﻳﻊ‬ ْ َِ

23
Natijahnya maksudnya kesimpulannya atau buahnya.
24
Penjelasan dari perkataan "nafsika" dari perkataan Syeikh Al-Luqoni rhm.
25
Penjelasan dari alam diatas pada perkataan Syeikh Al-Luqoni rhm.
21

Niscaya engkau dapatkan dengannya sekalian alam yang telah disebutkan itu hasil perbuatan yang
sangat indah, teguh dan utusan yang menyebutkan atas Tuhan yang menjadikannya sangat Kamal
(sempurna) Kudrat-Nya dan sangat meliputi Ilmu-Nya. Bahkan adalah alam ini jikalau bersangatan
pada teguhnya adalah baharu. Karena padanya tegak dalil 'adamnya yaitu a'rodh yang baharu yang
melazimi baginya seperti gerak dan diam maka yang melazimkan baharu itu baharu pula sepertinya.
22

BERIMAN KEPADA ALLAH

Kemudian katanya (Syeikh Ibrohim al-Luqoni rhm.) pula :


‫ﻴﻞ ْ ِاﻟﻘﺪَ ُم‬ ً ْ َ ‫ﺎز َﻠَ ْ ِﻴﻪ ْ َاﻟﻌﺪَ ُم ۞ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬œ
ُ ْ ‫ َﺘ ِﺤ‬T‫ َ ْﺴ‬å ‫ﻗﻄﻌﺎ‬ >َُ
َ َ ‫وﰻ َﻣﺎ‬
Tiap-tiap apa yang harus atasnya 'adam, atasnya putus mustahil qodim.
Ketahui olehmu, apabila sudah tetaplah bahwa sekalian alam ini baharu yaitu ada dengan didahului
tiada dan ada yang membaharukannya atau ada yang mengadakannya itu adalah Allah ta'ala. Yaitu
Zat yang Wajibal wujud yang wujud-Nya tiada awal dan tiada akhir, ada pada-Nya sifat-sifat
Kamalat yang tidak terhingga banyaknya dari sisi tiada dapat disebutkan pada Nafsu 'amarnya baik
sifat yang wujudiyah atau salbiyah seperti firman Allah ta'ala :
‫ﻴﻄﻮن ِ ٖﺑﻪ ِ ْ ًﻠﻤﺎ‬
َ ْ ُ ْ ‫َ َوﻻ ُ ِﳛ‬
Artinya : "Tidak dapat meliputi-Nya ilmu".
Dan sabda Nabi j :
‫ﺴﻚ‬ َ ْ َ‫(ﺛْﻨ‬1 Cَ َ ‫ﻧﺖ‬
َ ِ ‫ﺖ َ ٰﲆ ﻧ َ ْﻔ‬/ َ ْ َ‫ﻨﺎء َﻠ‬
َ ْ (1 ‫ﻴﻚ‬ ِ ْ q َ ‫ﺒˆﺎ َ َﻧﻚ‬
ً َ َ‫ﻻ(ﺣﴡ ﺛ‬ َ ْ T‫ُﺳ‬
Artinya : "Mahasuci Engkau, wahai Tuhanku! Tidak dapat kuhinggakan memuji-Mu, seperti Engkau
memuji Diri-Mu".
Dan sabda Nabi j :
ٌ ِ َ ‫ﺣﳬﻚ‬
‫ﻓﺬ‬S َ ُ ْ ُ ‫ﻣﺎض ِﰲ‬ ٍ َ ‫ﻴﺪك‬ َ ِ َ ‫ﻴﱵ ِﺑ‬ْ ِ َ ‫ ِﺻ‬Sَ ‫ﻚ‬% َ ِ ‫( َﻣ‬1 ‫ا—ﻦ‬ ُ ْ ‫ﺒﺪك َو‬َ ِ ْ ‫ا—ﻦ َﻋ‬
ُ ْ ‫ﺒﺪك َو‬ َ ُ ْ ‫ ٰﻠّﻬُﻢ ِ ِ ّ ْاﱐ َﻋ‬w‫ َا‬: ‫ﻓﻘﺎل‬ َ َ َ ‫ﺣﺰن‬
ٌ ْ َ ‫ ْ(و‬1 ‫ﻢ‬ª‫ﻏ‬ Ï َ ‫ ْ(و‬1 ‫ﻢ‬ª‫ﻫ‬Ï َ ‫(ﺻﺎب َﻋ ْﺒﺪً ا‬ َ َ 1 ‫َﻣﺎ‬
‫ﺮت ِ ِﺑﻪ ِﰱ‬üÑ‫ﺘ‬ َ ِ ْ َ ‫ َ(&ﺪً ا ِ ْﻣﻦ‬1 ‫ ْ(و َ ْﻠﻤ َ ُﺘﻪ‬1 ‫ﺘﺎﺑﻚ‬
َ ْ َ Þ َ T‫ ْ(و ِا ْﺳ‬1 ‫•ﻠﻘﻚ‬ َ ِ َ ‫(®ﺰﺘﻪ ِﰱ ِﻛ‬ُ َ ْ‫ ْ َ ﻟ‬1 ‫ ْ(و‬1 ‫ﺴﻚ‬ َ َ ‫ﻴﺖ ِ ِﺑﻪ َ ْﻧﻔ‬ َ ْ ‫اﰟ ُ َﻫﻮ َ َ~ َﲰ‬ ٍ ْ ‫—ﲁ‬ َ ُ 1 ْ 1 ‫ﻗﻀﺎءك‬
ِّ ُ ِ ~Ñ‫(ﺳ‬ َ ُ َ َ ‫ِﰲ‬
‫ﷲ َﺣ ْﺰ َ ُﻧﻪ‬ُ ‫اﻻ(ذﻫﺐ‬ َ َ ْ 1 ‫وﲽـﻲ‬ ْ ِّ َ َ ‫ﳘـﻲ‬ ْ َ َ ِ َ ‫ﺣﺰﱐ‬
ِّ َ ‫وذﻫﺎب‬ ْ ِ ْ ُ ‫ﻼء‬œ‫و‬ َ َ ِ َ ‫ﺑﴫ ْي‬ِ َ َ ‫ﻧﻮر‬ َ ْ ُ ‫ﻗﻠﱯ َو‬ْ ِ ْ َ ‫رﻴﻊ‬
َ ْ ‫اﻟﻌﻈﲓ َ ِﺑ‬
َ ْ ِ َ ْ ‫ﲡﻌﻞ ْ ُاﻟﻘ ْﺮٰا َن‬
َ َ ْ َ ‫ ْ(ن‬1 ‫ﻴﺐ ِﻋ ْﻨﺪَ َك‬ ِ ْ ‫ِ ْ ِﲅ ا ْ َﻟﻐ‬
Ì َ َ 1 ,‫ﷲ‬
‫ ْ(ن ﻳ َ َ َﺘﻌﻠ َﻤﻬَﺎ‬1 ‫ﲰﻌﻬَﺎ‬ ْ َ ِ ‫ ََﺑﲆ ﻳ َ©ْ َ ِ ْﻐﻲ‬:‫ﻓﻘﺎل‬
َ ِ َ ‫ﻟﻤﻦ‬ َ َ َ ‫(ﻓﻼ ﻧ َ َ َﺘﻌﻠ ُﻤﻬَﺎ؟‬ ِ ‫رﺳﻮل‬M َ ْ ُ َ َ :‫ﻞ‬F َ ْ ‫ ﻓَ ِﻘ‬.‫ﻓﺮ&ﺎ‬ ُ َ َ ‫وﳘﻪ‬
ً ْ َ ‫ ْ(ﺑﺪَ َ ُ[ َﻣ َﲀ َ ُﻧﻪ‬1 ‫وﲽﻪ َو‬ ََُ
Artinya : "Tidak menimpa seseorang itu dukacita atau keluh kesah atau kesedihan, maka dibacanya
doa ini :
‫(ْ®َﺰﻟَْﺘُﻪ‬1 ‫(ْو‬1 ‫اﰟ ُﻫَﻮ َ َ~ َﲰْﻴ َﺖ ِﺑِﻪ ﻧ َ ْﻔَﺴَﻚ‬ ٍْ ‫ﲁ‬ ّ ِ ُ —ِ ~َُ1Ñ‫(ْﺳ‬1 ‫ِﻓٌﺬ ِﰲ ﻗَﻀَ ُﺎءَك‬Sَ ‫ ِﺻَﻴِْﱵ ِﺑَﻴِﺪَك َﻣٍﺎض ِﰲ ُﺣ ْﳬَُﻚ‬Sَ ‫َﻚ‬%ِ‫( َﻣ‬1 ‫ ٰﻠ ّﻬُﻢ ِا ِ ّْﱐ َﻋْﺒُﺪَك َوا ْ—ُﻦ َﻋْﺒِﺪَك َوا ْ—ُﻦ‬w‫َا‬
‫َﻼَء ُﺣْﺰِْﱐ‬œِ‫ﴫْي َو‬ ِ َ َ ‫(ْن َ ْﲡَﻌَﻞ ْاﻟُﻘ ْ ٰﺮاَن اﻟَْﻌِﻈَْﲓ َ ِرﺑْﻴَﻊ ﻗَﻠِْْﱯ َوﻧ ُْﻮَر ﺑ‬1 ‫َْﺮ َت ِﺑِﻪ ِﰱ ِِْﲅ اﻟْﻐَْﻴِﺐ ِﻋْﻨﺪَ َك‬üÞÑ‫َﺘ‬T‫(ْو ِا ْﺳ‬1 ‫(َ&ﺪً ا ِﻣْﻦ َ•ﻠِْﻘَﻚ‬1 ‫(ْو َﻠ ْﻤَﺘُﻪ‬1 ‫ِﰱ ِﻛَﺘِﺎﺑَﻚ‬
‫ﺎب َ ِّﳘْـﻲ َو َ ِّﲽْـﻲ‬
َ ‫َوِذَﻫ‬
kecuali menghilangkan Allah dukacitanya, keluh-kesahnya dan kesedihannya dan diganti-Nya
dengan kesenangan". Kata sahabat, "Ya Rosululloh, tidakkah (bolehkah) kami mengajarkannya".
Sabda Nabi j, "Bahkan, seyogyanya bagi orang yang mendengarnya mengajarkannya".
Maka ayat dan hadits ini menunjukkan tiada kesudahan kamalat Allah ta'ala dan tidak diberat-kan
kita oleh Allah ta'ala melainkan dengan mengetahui apa yang ditegakkan syara' untuk kita dalilnya
yaitu duapuluh sifat. Menggugurkan atas kita dengan karunia-Nya taklif (beban) dengan apa yang
tiada diberikan bagi kita atasnya dalil yaitu yang lebih dari duapuluh yang akan datang
penjelasannya. Yaitu tidak wajib atas kita belajar supaya kita ketahui satu persatu dengan tafshili26
kecuali yang duapuluh sifat ini saja. Yang lebih darinya wajib kita ketahui serta kita i'tiqodkan Allah
ta'ala mempunyai sifat-sifat kamalat yang tidak terhingga yang tiada kesudahan-nya. Maka tiap-tiap
sifat sempurna wajib bagi Allah ta'ala bersifat dengannya dan tiap-tiap sifat kekurangan yang tidak
patut bagi Tuhan kita itu mustahil Dia bersifat dengannya. Maka wajib atas tiap-tiap mukallaf
diketahuinya perkara ini atas jalan ijmali saja tidak tafshili.

26
Tafshili maksudnya diuraikan dengan terperinci atau mendetail.
23

Adapun yang duapuluh sifat itu telah dikumpulkan oleh ulama dari Al-Qur`an dan Hadits. Dikata-kan
ِ ْ ُ ْ َ ْ ‫¡ﲑ‬
‫اﻟﻤﻮﺟﻮد‬ ُ ْ َ ‫وﺟﻮد‬ ِ ْ ُ ْ َ ْ ‫وﺟﻮد َ ْ ُﲔ ا‬
ُ ْ ُ ُ seperti yang dimuktamadkan oleh Imam Roozii, tetapi jika kita katakan ‫ﻟﻤﻮﺟﻮد‬ ُُْ ُ
dan kita katakan sifat ma'ani itu jugalah sifat maknawiyah maka jadilah sifat yang wajib itu duabelas
sifat saja. Karena inilah kata Ibnus Subki didalam kitab Jam'ul Jawami' (‫اﻣﻊ‬ َ ْ ‫ﲨﻊ‬
ْ ِ ‫اﻟﺠ َﻮ‬ ُ َْ ):
َ ْ ُ ُ‫›ﳖﺎ َﻻﺛ‬
‫ﺒﻮت‬ َ 1 ِ ‫ ْ(ى‬1 ‫اﻟﻌﻘﺎﺋﺪ‬ > ُ َ َ ‫اﻟﻮﺳﻄﻰ َا ْ َﻟﺠﻬ ُْﻞ ِ َﲠﺎ‬
ِ ِ َ َ ْ ‫ﻻﻳﴬ ِﰱ‬ َ ْ ُ ْ ِ‫ﴍح‬ َ ُ ْ ‫وﻗﺎل ا‬
ْ َ ‫ﻟﻤﺼ ِّ ُﻨﻒ ِﰱ‬ َ َ َ ¸ُ ُ ْ َ ‫وﻻﻳﴬ‬
> ُ َ َ َ ‫ﻠﻤﻪ‬ُ ُ ْ ِ ‫ﻨﻔﻊ‬ ِ َ ْ ‫َ ْﻣﻌ ِﺮ َ ُﻓﺔ‬
ُ َ ْ َ ‫اﻟˆﺎل ِﻣﻤﺎ ﻳ‬
ْ َ /ْ َ ‫^"ات َوﻟ‬
~َِ‫ ْ(ﻣ ًﺮا َز ِاﺋﺪً ا َ ٰﲆ ٰذ‬1 ‫ﺴﺖ‬ ِ َ َ ْ ‫ﺻﻔﺎت‬
ِ ِ ‫اﻟﻤﻌﺎﱏ‬ ِ َ ِ ‫ﺎم‬Fِ َ ‫ﻋﻦ ِﻗ‬ ٌ َ َ ‫›ﳖﺎ ِﻋ‬
ْ َ ‫ﺒﺎرة‬ َ 1 ِ ‫¡ﲑﻫﺎ‬
َ ِ ْ َ ‫ﺒﺎر‬ِ َ ‫وﻻ^ ْﻋ ِﺘ‬ِ َ َ ‫ﻟ َﻬَﺎ ِﰱ َ ْﻧﻔ ِﺴﻬَﺎ‬
Artinya : "Mengetahui akan hal maknawiyah sebahagian yang bermanfaat pengetahuan akannya,
tetapi tidak memudhorotkan jahilnya. Berkata Syeikh Sanusi dalam syarah Wasithi, "Jahil
dengan hal itu tidak memudhorotkan dalam ilmu 'aqoid karena bahwasanya tiada tsabit baginya
pada dirinya dan tidak dengan i'tibar bagi yang lainnya, karena bahwasanya i'barat dari
berdirinya sifat Ma'ani dengan Zat dan tidak ada pekerjaan yang lebih atas yang demikian itu".
Maka adalah dikata keadaan Allah ta'ala Qoodiron ibarat dari berdirinya Qudrat dengan Zat Allah
ta'ala dan bukan sifat yang lain lagi. Adapun atas qoul yang menetapkan hal maka merupakan qoul
yang muktamad, berkata, "Qoodiron itu bukannya ibarat dari berdiri sifat Qudrat dengan Zat tetapi
sifat yang lain yang tsabit pada dzihin (hati) tidak maujud pada khorij27. Tidak pula ia ma'dum pada
dzihin yang lebih dari berdiri ma'ani dengan Zat. Qudrat dan Keadaan Qodiron itu dua sifat, antara
keduanya talazum (berlaziman) maka Qodiron melazimkan berdiri Qudrat pada Zat maka
dinamakan Zat itu Qodirun. Maka barangsiapa menafikan sifat maknawiyah atau satu daripadanya
kafir dengan ijma' karena ia tsabit bagi Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬dengan ittifaq Ahlu sunnah dan Mu'tazilah.
Demikian juga barangsiapa yang menafikan sifat ma'ani dari ushulnya seperti dikatakannya "Allah
itu tiada Qodir (umpamanya) dengan Zat-Nya tiada dengan sifat yang berdiri dengan-Nya". Adapun
yang tidak menafikannya dengan ushulnya seperti Mu'tazilah dengan berkata mereka, "Tidak ada
bagi Allah sifat Ma'ani, sesungguhnya Dia Qodir dengan Zat-Nya, 'Alim dengan Zat-Nya demikian
hingga akhirnya, maka i'tiqod itu tidak kafir tetapi fasiq dan bid'ah. Demikianlah yang disebutkan
Syeikh Suhaimi rhm.
Berkata Syeikh Suhaimi rhm, :
‫ﻗﺎل ِ َاﳖﺎ‬
َ َ ‫ ْ(و‬1 ‫ا›ول‬ ِ 1 ْ ‫ﺜﻼﺛﺔ‬ِ َ َ ‫ﺴﺎم اﻟ‬ِ َ ‫ا› ْﻗ‬1 ْ ‫ﻣﻦ‬ َ ِ ًٔÑ‫ ْﻴ‬T‫ﻓﻤﻦ َ َﻧﻔﻰ َﺷ‬ ْ َ َ ‫وﻣﻌﺎﱏ‬ ْ َ ‫ ٌﻴﺔ َو‬T‫ﺑﻌﺔ َ ْﻧﻔ ِﺴ‬
ِ َ َ َ ‫ﺳﻠ ِﺒ ٌﻴﺔ َو َ ْﻣﻌﻨَ ِﻮ ٌﻳﺔ‬ ٌ َ َ ‫( ْر‬1 ‫اﻟﺼﻔﺎت‬
ِ َ ِ ّ ‫ﺴﺎم‬ َ َ ‫( ْﻗ‬1 ‫(ن‬1 ‫اﻟˆﺎﺻﻞ‬ ُ ِ َ ْ ‫َو‬
‫وﻣﻦ‬
ْ َ َ ‫ﻨﻘﺺ‬ ُ ْ ‫ﻣﳯﺎ اﻟ‬ ٍ ْ َ ‫ﻧﻔـﻲ‬
َ ْ ِ ‫ﳾء‬ ُ َ ْ َ ‫› ُﻧﻪ‬1 ِ ‫ﻛﻔﺮ‬
ْ ِ َ ‫ﻳﻠﺰم ِ ْﻣﻦ‬ َ َ َ ‫&ﺎدﺛﺔ‬
ٌ َ ِ َ ‫ ْ(و‬1 ‫ﻗﺪﻳﻤﺔ‬ ٌ َ ْ ِ َ ‫ﳖﺎ‬Ñ‫ﺑ‬
َ 1 ِ ‫ﳛﲂ‬ْ ُ ْ َ ‫ن َ ْﻟﻢ‬Ñ‫ ْﺑ‬1 ِ ‫اﻗﻒ‬
َ َ ‫ ْ(و َو‬1 ‫ﻓﳱﺎ‬ َ ْ ِ ‫ ْ(و َﺷﻚ‬1 ‫ﻣˆﺪَ َ ٌﺛﺔ‬ ْ ُ ‫ ْ(و‬1 ‫ﻣ;ﻠﻮق‬ ٌ ُْ ْ َ
ٍ َ ْ ُ ‫¡ﲑ‬
ٌ‫ﻗﺪرة َ ُوﻣ ِﺮ ْﻳﺪَة‬ ٌ َ ِ َ ‫ﻓﺎﳖﺎ‬
ِ ْ َ ‫ﻗﺎدرة ِ ْﻣﻦ‬ َ َ ‫^"ات‬ ِ ِ ‫ﻳﻘﻮم‬ ُ ْ ُ َ ‫ﻧﻘﺺ‬ ٌ ْ َ ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫ﻻﻳﻠﺰم َ َﲆ ﻧ َ ِﻔ‬
ُ َ ْ َ َ ‫› ُﻧﻪ‬1 ِ ‫ﻜﻔﺮ‬j‫ﻻ‬ُ َ ُ ْ َ ‫اﻟﻤﻌﺎﱏ‬
ُ ْ َ َ ِ َ ‫ﰷﻟﻤﻌﻄ‬ ِ َ َ ْ ‫وﻫﻮ‬ َ ُ َ ‫ﺴﻢ اﻟﺮ ِ َاﺑﻊ‬ َ ْ ‫َ َﻧﻔﻰ اﻟْ ِﻘ‬
Ì
ْ ِ ِ َ َ ‫ادة َ َﲆ ُﻣ ْﻌ‬
‫ﺘﻘﺪﱒ‬ ٍ َ ‫¡ﲑ ِا َر‬ِ ْ َ ‫ِ ْﻣﻦ‬
Artinya : "Kesimpulannya, terbagi sifat itu atas empat bagian, yaitu : Nafsiyah, Salbiyah, Makna-wiyah
dan Ma'ani. Siapa yang menafikan satu dari yang tiga pertama atau dikatakannya bahwasanya
ia (sifat-sifat itu) makhluk atau baharu atau syak padanya atau terhenti dengan tidak
menghukumkan dengan qodim atau baharu maka jadi kafir ia karena lazim dari menafikan salah
satu darinya adalah kekurangan dan barangsiapa menafikan bagian yang keempat yaitu sifat
Ma'ani seperti kaum Mu'atholah maka tiada kafir ia karena bahwasanya tiada melazimkan atas
menafikannya kekurangan yang berdiri dengan Zat-Nya. Bahwasanya Dia Qodirun dengan tiada
Qudrat dan Muridun dengan tiada Irodat atas i'tiqod mereka itu". Intaha.

Sifat – Sifat Yang Wajib Bagi Allah


(Soal) Jika engkau berkata, "Mana yang duapuluh yang wajib bagi Allah itu?".

27
Tsabit pada dzihin tidak maujud pada khorij maksudnya hati membenarkan keberadaannya walau indera
tidak dapat mengetahuinya.
24

(Jawab) Maka adalah yang duapuluh itu, :


ٌ ْ ُ ُ ). Arti Wujud itu Ada. Maknanya :
1. Wujud (‫وﺟﻮد‬

‫ا"ات ِ ُﺑﺪ ْوِ ِﻧﻪ‬ ُ َ ْ ُ َ ‫ُ َﻫﻮ ِا"ى‬


ُ ‫ﻻﺗﻌﻘﻞ‬
Artinya : "Yang tiada dikenal zat suatu dengan ketiadaannya".
Yaitu tidak dikenal satu zat melainkan apabila ada maujud atau engkau kata "Yang tidak
diakalkan sifat pada yang bersifat dengan ketiadaannya" artinya tidak dikenal sifat suatu yang
bersifat itu kecuali apabila ada maujud. Kata Qil, "makna Wujud adalah suatu yang lawan
'adam". Maka makna ketiganya itu satu jua.
Memulai sekalian ulama sifat yang duapuluh itu dengan Wujud karena ia menempati ushul
(asal) bagi sifat yang lain sebab tidak sah kita sifatkan dengan sekalian sifat melainkan apabila
ada zatnya itu maujud terlebih dahulu. Inilah sebab maka didahulukan ia dari sifat yang lain.
Telah sepakat pula agama yang mukmin dan yang kafir atas wajib Wujud Allah yang
menjadikan seluruh alam. Orang kafir itu tidak ada syak akan Wujud Allah dengan dalil firman
Allah ta'ala :
‫ﷲ‬ ِ ْ 1 ْ ‫ﺴﻤ َﻮ ِات َو‬
ُ ‫ا›رض ﻟَ َ ُﻴﻘ ْﻮ َﻟﻦ‬ َ َ َ ‫ ْ َ ُ ْﳤﻢ َ ْﻣﻦ‬1Ñ‫َو َ ِ ْﻟﱧ َﺳ‬
ٰ ‫•ﻠﻖ اﻟ‬
Artinya : "Jika kamu tanya mereka (yang kafir), "Siapa yang menjadikan tujuh lapis langit dan
bumi?". Sungguhnya mereka akan berkata, "Allah!".
Demikian juga sabda Nabi j :
ِ َ ‫ا›ْﺳَﻮِد ْ—ِﻦ‬1 ْ ‫ﻳﻤﺠ َﺴﺎ ِ ِﻧﻪ )َرَوُاﻩ َاﻟﻄَْﱪِاﱏ َﻋِﻦ‬
(ِ ‫ﴎﻳْﻊ‬ > َ ُ ‫ﻨﴫا ِ ِﻧﻪ َ ْاو‬
َ ّ ِ َ ُ‫ﳞﻮدا ِ ِﻧﻪ َ ْاو ﻳ‬
َ ِّ َ ُ ‫ﺑ َ َﻮ ُاﻩ‬Ñ‫ﻓ‬1 َ ‫ِﻟ َﺴﺎ ِ ِﻧﻪ‬ ‫ﻋﻦ‬
ْ َ ‫ﻳﻌﺮب‬
َ ِ ْ َ ‫ﺣﱴ‬ ِ َ ْ ِ ْ ‫ َ َﲆ‬k‫ﻳﻮ‬
ّ ٰ َ ‫اﻟﻔﻄﺮة‬ ٍ ْ ُ ‫ﰻ َﻣ ْﻮ‬
ُ َ ْ ُ ‫ﻟﻮد‬ >ُ
Artinya : "Tiap-tiap anak dilahirkan atas agama pertama kejadiannya hingga menyatakan dari
lidahnya, maka dua ibu-bapaknya membawanya ke Yahudi atau Nashroni atau ke Majusi".
Kemudian lagi tidak membangkitkan Allah seorang Rasul dari dahulu hingga sekarang me-
nyuruh mereka umatnya bahwa mereka berkata "Allah itu maujud" tetapi menyuruh mereka
َ ٰ ِ َ " karena untuk menyatakan bahwa yang lain itu tidak patut untuk disembah
ُ ِ [‫ﻻا‬
berkata "‫اﻻﷲ‬
supaya menolakkan waham (persangkaan) makhluk bahwa beribadah pada berhala itu
mendekatkan diri mereka kepada Allah ta'ala karena perkataan mereka :
‫ﷲ ُزْ ٰﻟﻔﻰ‬
ِ ‫ ِ َاﱃ‬S‫ﺑﻮ‬
َ ْ ُ ‫ﺒﺪﱒ ِاﻻ ِﻟ ُﻴﻘَ ّ ِﺮ‬ ُ َ‫ ِﻋ ْﻨﺪ‬S‫ﺷﻔﻌﺎؤ‬
ْ ُ ُ ُ ‫ﷲ َﻣﺎ َ ْﻧﻌ‬ ِ َ ُ ‫ٰﻫ‬
َ ُ َ َ ُ ‫ﺆﻻء‬
Artinya : "Berhala-berhala itu mensyafaatkan kami kepada Allah tidak kami sembah mereka
melainkan karena mendekatkan kami kepada Allah tempat derajat".
Karena sebab ini pulalah ketika mengarang Ibnul Qoyyim ilmu Ushuluddin seratus pedati
dibawanya kepada Sulthon dan mengiringinya beberapa ulama. Bertanya seorang perem-puan
yang tidak mengetahui perkara itu, diceritakan oranglah padanya hal itu, maka berkata
perempuan itu, "Adakah pada Allah itu syak?". Kata Ibnul Qoyyim, "Tiada syak tetapi barang-
kali datang syubhat maka ditolakkan dengan kitab ini". Kata perempuan itu, "Tiap-tiap orang
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬niscaya kucucukkan dua matanya dengan jariku ini".
yang membantahi pada Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
Wujud itu adalah sifat Nafsiyah dan Tsubutiyah, tidak disifatkan dengan wujud itu pada khorij
seperti Qudrat dan tidak pula disifatkan dengan ma'dum pada dzihin seperti sifat Salbiyah
karena termasuk dalam kelompok hal atas Qoul yang berkata dengannya (sebagai sifat) yaitu
kata Imam Fakhrur-Roozi. Makna sifat Nafsiyah adalah :
ِ ‫¡ﲑ ُ َﻣﻌﻠ َ ٍ ِ ِﺑﻌ‬
َ ْ َ ‫ا"ات‬ ُ ِ ‫اﻟˆﺎل اﻟْ َﻮ‬
ِ َ َ َ ‫ ِات‬wِ ‫اﺟﺐ‬
ُ ‫ﻣﺎداﻣﺖ‬ ُ َ َْ
Artinya : "Hal yang wajib bagi zat selama zat itu ada bukan dikarenakan suatu karena".
Wujud bukan 'ain zat dan bukan lain darinya menurut Imam Fakhrur-Rozi. Adapun menurut
Imam Abi Hasan al-Asy'ari maka Wujud adalah 'ainul maujud yaitu zat dikatakan sifat pada
25

sebutan saja bukan hakikatnya. Maka dikatakan atas qoul ini ‫ ِ َﱔ ُ َﻫﻮ‬yaitu sifat Nafsiyah adalah
'ain zat.
Kata Syeikh Suhaimi rhm. :
ٍ ُ َ َ ‫¡ﲑ‬
‫ﺗﻌﺮض‬ ُ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ َو ِ َﺑﻤﺎ َ ِ َﲅ َﻠَ ْ ِﻴﻪ َ ْﻧﻔ‬
ِ ْ َ ‫ﺴﻪ ِ ْﻣﻦ‬ َ ََ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﺑﻮﺟﻮد‬ َ ِ ْ ُ ‫ ْ(ن‬1 ‫ﳚﺐ َﻠَ ْﻴ َﻨﺎ‬
ِ ْ ُ ُ ِ ‫ﻧﺆﻣﻦ‬ ِ ْ ِ ‫ﻣﺤﻤﺪ‬
ُ ِ َ ‫اﻟﺼﻐﲑ‬ ُ َ ُ ‫ ّﻴ ِِﺪى‬T‫ ْ ُﻴﺦ َﻣ َﺸﺎ ِ ِﳜ َﻨﺎ َﺳ‬T‫ﻗﺎل َﺷ‬
َ َ
ِ َ ِ ّ ‫ا"ات َو‬
‫اﻟﺼﻔﺎت‬ َ ‫(ن‬1 ‫¡ﲑﻩ َ َوﻻ‬ َ ِ َ َ ‫ﱔ ُ َﻫﻮ‬
ُ ُ ْ َ ‫وﻻﱔ‬ ُ ْ ُ َ ‫ﻳﻌﲅ َ َﻓﻼ‬
َ ِ ‫ﻧﻘﻮل‬ َ َ ْ َ ‫ﺻﻔﺎﺗﻪ َ َﲆ َﻣﺎ‬ ِ ِ َ ِ ‫ﺮ‬â‫وﺳﺎ‬ُ ِ َ َ ‫¡ﲑﻫﺎ‬ ِ ِ َ ‫ﻧﻔﺲ‬
َ َ ْ َ ‫ ْ(و‬1 ‫ذاﺗﻪ‬ ِ ِ ْ ُ ُ ‫ﻟﻜﻮن‬
َ ْ َ ‫وﺟﻮدﻩ‬ ِ َْ ِ
.‫ﻧﻌﲅ‬ْ َ ْ َ ‫ﻣﺎﻟﻢ‬
ْ َ َ ‫ﻧﻘﻮل‬ َ ْ ُ َ ‫ ْ(ن‬1 ‫ﺣﺮم َﻠَ ْﻴ َﻨﺎ‬
َ ُ َ ‫› ُﻧﻪ‬1 ِ ‫ﷲ‬ ِ ‫وﺴﲅ ٰذ ِ َ~ ِ َاﱃ‬ ُ ِ ْ ُ ¥ َ ‫اﻟﻘﻮل‬
ِ ْ َ ‫ﻋﻦ‬ ِ َ ‫®ﻜﻒ‬ > ُ َ ‫ا&ﺪ َ ْﺑﻞ‬ ٌ ْ َ َ َ ‫ ّ َ ِﺎن‬/ِ ‫َﺷ‬
ٌ ِ ‫وﻻﳾء َو‬
Artinya : "Kata Syeikh Masyaikh kita Sayyidi Muhammad Shoghir, "Wajib atas kami, bahwa kami
beriman dengan Wujud Allah dan dengan apa-apa yang Dia ketahui atasnya diri-Nya dengan
tidak kita bicarakan tentang keadaan Wujud itu 'ain zat atau lainnya dan sekalian sifat-Nya
atas apa yang Dia ketahui maka tidak boleh kita berkata ‫ﻫﻮ‬ َ ِ dan tidak pula ‫¡ﲑﻩ‬
َُ ‫ﱔ‬ َ ِ dan tidak
ُ َُْ ‫ﱔ‬
boleh pula kita katakan zat dan sifat dua syai' (yang terpisah) dan tidak pula kita katakan
syai' yang satu, tetapi kita tahan dari berkata-kata dan kita serahkan hal demikian itu pada
Allah ta'ala karena bahwasanya haram atas kita bahwa berkata apa yang tidak kita
ketahui".
‫وﻫﻮ‬ ٖ ِ ْ ‫ﺲ َ ِﳈ‬/َ ْ َ ‫ﺴﻪ ﻟ‬
ٌ ْ َ ¸‫ﺜ‬
َ ُ َ ‫ﳾء‬ ِ ِ ‫ ْ َ(ﺛﲎ َ ٰﲆ َ ْﻧﻔ‬1 Cَ َ ‫ﻻﳓﴡ َﻠَ ْ ِﻴﻪ َ ْﺑﻞ ُ َﻫﻮ‬
ِ ْ ُ َ ‫وﳓﻦ‬
ُ َْ َ ‫ﷲ‬ ٌ َ َ‫^ﻟﺼﻔﺎت ِا َﻧﻤﺎ ُ َﻫﻮ ﺛ‬
ِ ‫ﻨﺎء َ َﲆ‬ ُ َ ْ ْ ‫َو‬
ِ َ ِ ّ ِ ‫اﻻﻳﻤﺎن‬
ِ Ì ‫اﻟ‬
ُ ْ ِ َ ْ‫ﺴﻤ ْ ُﻴﻊ اﻟ‬
‫ﺒﺼﲑ‬
Artinya : "Dan beriman kita dengan sifat hanya karena memuji Allah ta'ala dan tidak kita dapat
menghinggakan kepujian atas-Nya, bahkan Dia memuji diri-Nya seperti firman Allah ta'ala :
ُ ْ ِ َ ‫ﺴﻤ ْ ُﻴﻊ ا ْﻟ‬
‫ﺒﺼﲑ‬ ِ ‫وﻫﻮ اﻟ‬ ٖ ِ ْ ‫ﺲ َِﳈ‬/َ ْ َ ‫"( ﻟ‬Tidak seumpama Dia dengan sesuatu, yaitu Dia Tuhan Yang
ٌ ْ َ ¸‫ﺜ‬
َ ُ َ ‫ﳾء‬
Maha Mendengar lagi Maha Melihat")".
‫› ُﻧﻪ‬1 ِ ‫¡ﲑﻫﺎ‬
َ ُ ْ َ ‫ ْ(و‬1 ‫ا"ات‬
ُ ‫ﱔ‬ َ ِ ‫وﻫﻞ‬
ْ َ َ ‫اﲢﺎدﻫﺎ‬ َ ِ َ ّ ِ ‫ﺗﻌﺪدﻫﺎ َو‬ َ ِ َ > َ َ ‫ﷲ َو‬
َ ِ > َ َ ‫ﺗﻌﻠﻘﺎﲥﺎ َو‬ ِ ‫ﺻﻔﺎت‬ِ َ ِ ‫ﺔ‬Fِ ‫ﻃﻠﺐ َﻛ ْ ِﻴﻔ‬ ُ َ َ ‫ﻻﻳﻌﲎ‬ ِ ْ ُ q ْ ‫ادر‬
َ ْ َ َ ‫ا›ﺻﻮل ِﻣﻤﺎ‬ ِ ِ ‫ﻗﺎل ِﰱ ﻧ َ َﻮ‬ َ َ
ُ َ ْ َ ‫ﺔ َﻣﺎ َﻻ‬Fِ ‫ﻋﻦ َﻛ ْﻴ ِﻔ‬
‫ﻧﻌﲅ‬ ٌ ْ َ ‫› ُﻧﻪ‬1 ِ ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫اﻟﺨﻮض ِﻓ‬
ْ َ ‫ﲝﺚ‬ ِ ْ َ ْ ‫ﻋﻦ‬ ِ َ ‫ﻠَﻬ ُْﻢ َ ْﺑﻞ َﳖَ ْﻮا‬Fْ ¤ِ ‫ َﺳ‬Ü‫ﺳ‬ َ َ َ ‫وﻣﻦ‬ ُ َ َ ‫وﺳﻜﺖ َﻋ ْ ُﻨﻪ‬
ْ َ َ ‫اﻟﺼˆﺎﺑﺔ‬ َ َ َ َ ‫ﴩ ُع‬ ْ ‫ﻣﺮ ِ ِﺑﻪ اﻟ‬Ñ‫ﻳ‬ْ ُ Þ َ ‫َ ْﻟﻢ‬
َ َ ْ 1 ‫ﻋﻦ ٰذ ِ َ~ ﻓَﻬ َُﻮ‬
.‫(ﺳﲅ‬ ْ َ ‫ﺴﺎك‬ ُ َ ‫اﻟﻮﻗﻒ َو ْاﻻ ْﻣ‬ُ ْ َ ْ ‫َ ْﻨ َ ِﺒﻐﻰ‬Fَ‫^ﻟﻌﻘﻞ ﻓ‬
ِ ْ َ ْ ِ ‫ َ ُﺘﻪ‬F‫َﻛ ْ ِﻴﻔ‬
Artinya : "Kata didalam kitab Nawadirul Ushul, "Sebahagian dari perkara yang tidak berman-faat
Ì
menuntut kaifiat sifat Allah dan ta'luq sifat Allah dan berbilang-bilang Sifat-Nya dan satu
Sifat-Nya, adakah sifat itu 'ain Zat atau lain, karena bahwasanya yang demikian itu tidak
memerintahkan Syara' dan diam para shahabat dari membicarakannya demikian pula orang
yang berjalan pada jalan mereka (mengikut sahabat) tidak membicarakan-nya bahkan
mereka melarang mebicarakannya karena memeriksa kaifiat yang tidak kita ketahui
kaifiatnya dengan akal seyogyanya kita hentikan dan menahan diri dari hal itu adalah yang
lebih selamat untuk agama”.
ٌ ِ ). Qidam artinya Sedia. Makna Qidam untuk Allah ta'ala adalah :
2. Qidam (‫ﻗﺪَم‬
ِ ْ ُ ُ ْ ِ‫ﺎح‬%َ ْ‫ﻧﻔﻲ اﻓ‬
‫اﻟﻮﺟﻮد‬ ِ ْ ُ ُ ْ ِ ‫ا›و ِﻟ ِﻴﺔ‬1ْ ‫ﻧﻔﻲ‬
ِ ْ َ ‫ﻠﻮﺟﻮد َ ْاو‬w ِ ْ َ ‫ ْ(و‬1 ‫ﻠﻮﺟﻮد‬w ِ ‫ﻧﻔـﻲ ْ َاﻟﻌﺪَ ِم اﻟ‬
ِ ْ ُ ُ ْ ِ ‫ﺴﺎﺑﻖ‬ ِ ْ َ ‫ﻋﻦ‬ ٌ َ َ ‫ِﻋ‬
ْ َ ‫ﺒﺎرة‬
Artinya : "Ibarat dari menafikan 'adam yang mendahului Wujud atau menafikan ada pertama bagi
Wujud atau menafikan permulaan bagi Wujud”.
Ketiganya adalah semakna.
ٰ َ َ ‫ﻓﺼﻔﺎﺗﻪ‬
ً َ ْ ُ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
‫ﻣﻄﻠﻘﺎ‬ ِ ِ ‫ﻗﺎﺋﻤﺎ ِﺑ َ ْﻨﻔ‬
ُ ُ َ ِ َ ‫ ْ(م َﻻ‬1 ‫ﺴﻪ‬ ً ِ َ ‫ﺎ‬Fº ‫ ْ(و َﺪَ ِﻣ‬1 ‫ﰷن‬ º ِ ْ ُ ُ [ُ َ ‫ﻣﺎﻻ(ول‬
َ َ M‫وﺟﻮد‬ َ 1 َ َ ‫ادﻓﺎن ﻓَﻬ َُﻤﺎ‬ َ ِ َ 1 ْ ‫اﻟﻘﺪﱘ َو‬
ِ َ ِ ‫ا›زﱄ ُﻣ َ َﱰ‬ َ ْ ِ َ ْ ‫(ن‬1 ‫ﻖ‬Fُ ْ ‫َواﻟْﺘﺤ ِﻘ‬
ٍ ْ ‫ﻠ‬wِ ‫•ﻼﻓﺎ‬
‫ﺴﻌﺪ‬ ً َ ِ ‫"اﲥَﺎ‬ ٌ ‫ َ ِﻟ‬1 ‫ﻗﺪﻳﻤﺔ‬
ِ َ ِ ‫(زﻴﺔ َوا ِﺟ َ ٌﺔ‬ ْ َ ‫ ْ(و‬1 ‫ ْ(و َ ْﻣﻌﻨَ ِﻮ ٌﻳﺔ‬1 ‫ﻣﻌﺎﱏ‬
ٌ َ ْ ِ َ ‫ﺳﻠ ِﺒ ٌﻴﺔ‬ ِ َ َ ‫ ْ(و‬1 ‫ ٌﻴﺔ‬T‫َ ْﻧﻔ ِﺴ‬
Artinya : "Yang tahqiq Qidam dan Azali adalah sama. Keduanya adalah apa yang tidak ada
baginya permulaan sama ada wujudi atau 'adami, berdiri sendiri atau tidak. Maka Sifat Allah
26

seluruhnya sama ada Nafsiyah, Ma'ani, Salbiyah ataupun Maknawiyah bersifat Qodim lagi
Azali wajib bagi Zat-Nya. Hal ini berbeda dengan pendapat Sa'ad".
Kata Syeikh Sa'ad makna Qodim adalah apa yang tidak ada permulaan untuk wujudi dan makna
Azali adalah apa-apa yang tidak ada permulaan untuk wujudi atau 'adami. Maka Sifat Qidam
bagi Allah itu Qodim serta Azali, sedangkan Syarik al-Bari itu Azali tidak dikatakan Qodim. Azali
itu umum dan Qodim itu khusus bila qoul ini diikut, tetapi qoul ini dhoif.
(Faedah28) Diriwayatkan dari Nabi j, sabdanya :
:‫ﻴﻄﺎن‬ َ َ ,‫اﻟﺮﺟﲓ‬
ُ َ ْ T‫ﻗﺎل اﻟﺸ‬ ِ َ ْ T‫ﻣﻦ اﻟﺸ‬
ِ ْ ِ ‫ﻴﻄﺎن‬ ِ ْ ِ َ ْ ‫وﺳﻠﻄﺎ ِ ِﻧﻪ‬
َ ِ ‫اﻟﻘﺪﱘ‬ ِ ْ ِ َ ْ ‫اﻟﻌﻈﲓ َو ِ َﺑﻮ ْ ِ ِﻪ‬
َ ْ ُ َ ‫اﻟﻜﺮﱘ‬ ِ ْ ِ َ ْ Ž^
ِ ِ ‫(ﻋﻮذ‬
ُ ْ ُ 1 :‫ﻓﻘﺎل‬
َ َ َ َ‫ﺴ|ﺪ‬ ِ ْ ‫د•ﻞ اﻟْ َﻤ‬
َ َ َ ‫َ ْﻣﻦ‬
ِ ْ َ ْ‫ﺮ اﻟ‬â‫ﺳﺎ‬
‫ﻴﻮم‬ َ ِ َ ‫ﻣﲏ‬ ْ ّ ِ ِ َ‫ﺣﻔﻆ‬
ُِ
ِ ْ ِ َ ْ ‫وﺳﻠﻄﺎ ِ ِﻧﻪ ا‬
َ ِ ‫ﻟﻘﺪﱘ‬
ِ َ ْ T‫ﻣﻦ اﻟﺸ‬
Artinya : "Siapa saja masuk ke mesjid lalu membaca : " ‫ﻴﻄﺎن‬ ِ ْ ِ َ ْ ‫ﻟﻌﻈﲓ َو ِ َﺑﻮ ْ ِ ِﻪ ا‬
َ ْ ُ َ ‫ﻟﻜﺮﱘ‬ ِ ْ ِ َ ْ ‫ ا‬Ž^
ِ ِ ‫ُ(ﻋ ْ ُﻮذ‬1
ِ ْ ِ " maka berkata syetan, "Telah terpelihara ia dariku pada seluruh harinya".
‫اﻟﺮﺟﲓ‬
Yaitu terpelihara dari tipudayanya.
Keluar dari perkataan Qodim pada haq Allah ta'ala qodim nisbah makhluk, seperti orang yang
berkata, "Bangunan ini qodim" maka maksudnya adalah sudah lama masanya. Sedikitnya
dikatakan qodim bila sudah setahun. Qodim bila dinisbahkan dari namanya dapat dibagi empat,
yaitu :
a. Qodim Zati yaitu tiada permulaan dari zat seperti Zat Allah;
b. Qodim Sifati yaitu menafikan permulaan dari sifat seperti Sifat-sifat Allah ta'ala.
c. Qodim Idhofi yaitu terdahulunya sesuatu dari sesuatu seperti qodim bapak dinisbahkan ke
anak.
d. Qodim Zamani yaitu terdahulunya satu masa atas masa yang lain seperti kemarin lebih
dahulu dari hari ini.
Adapun qodim yang hakiki, maka tidak boleh dikatakan untuk selain Allah ta'ala. Siapa yang
menyebutkannya untuk selain-Nya maka kafir seperti kaum Falasifah (filosof) yang berkata
qidam aflak unsur-unsur.
ِ َ ), Wajib (‫اﺟﺐ‬
Adapun Qodim (‫ﻗﺪ ْ ٌﱘ‬ ٌ ْ ُ ْ َ ) dan Ash-Shoni' (‫ ) َاﻟﺼﺎ ِ ٌﻧﻊ‬merupakan nama Allah
ٌ ِ ‫) َو‬, Maujud (‫ﻣﻮﺟﻮد‬
secara ijma'.
ٌ َ َ ). Baqo` maknanya Kekal. Arti Baqo` pada haq Allah ta'ala :
3. Baqo` (‫ﺑﻘﺎء‬

‫ا®ﳤﺎء ْ ٰاﻻ ِﺧ ِﺮ ِﻳﺔ‬ ِ ْ ُ ُ ْ ‫ﳤﺎء‬


ِ َ َ ْ ‫ ِ(و‬1 ‫اﻟﻮﺟﻮد‬ ِ َ َ ®‫ﻧﻔﻲ ْا‬
ِ ْ َ ‫ ْ(و‬1 ‫ﻠﻮﺟﻮد‬w ِ ِ ‫ﻧﻔﻲ ْ َاﻟﻌﺪَ ِم‬
ِ ْ ُ ُ ْ ِ ‫اﻟﻼﺣﻖ‬ ِ ْ َ ‫ﻋﻦ‬ ٌ َ َ ‫ِﻋ‬
ْ َ ‫ﺒﺎرة‬
Artinya : "Ibarat dari menafikan 'adam yang menghubungkan (mengiringi) bagi Wujud atau
menafikan kesudahan bagi Wujud atau tiada akhir kesudahan-Nya".
Ketiga perkara itu sama maknanya.
Baqo` dikatakan untuk Zat Allah sedangkan sekalian Sifat-Nya dikatakan Baqiyah, seperti juga
ِ َ ْ‫ ) َاﻟ‬merupakan sebagian dari nama Allah. Adapun
dikatakan Sifat-Nya Qodimah. Al-Baqii (‫ﺒﺎﰵ‬
yang selain Allah dikatakan baqii/kekal tetapi harus 'adamnya walaupun tidak 'adam karena
dikecualikan oleh Syara'. Tujuh pekara yang kekal yaitu Syurga, Neraka, Arwah, Lauh, Qolam,
'Arasy dan Kursi. Tujuh perkara itu telah tsabit baqo`nya tidak harus 'adamnya.
َ ْ ِ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
ِ ِ ‫ﻠﺤ َﻮ‬w
4. Mukholafatuhu lil hawadits (‫ادث‬ ٰ َ َ ‫ﻪ‬%ٗ ُ ‫ﻣ;ﺎ َ َﻟﻔ‬
َ ُ ). Maknanya berbeda Allah dengan seluruh yang
baharu. Artinya pada haq Allah ta'ala :

28
Faedah merupakan istilah tentang hal yang bermanfaat atau berharga yang didapatkan ketika melaku-kan
sesuatu sedangkan hal itu bukan tujuan utama seperti dimisalkan orang menggali sumur untuk mendapatkan
air tetapi rupanya ketika menggali mendapatkan emas atau benda berharga lainnya.
27

ِ ِ َ ْ 1 ‫وﻻﰱ‬
[‫(ﻓﻌﺎ‬ ِ َ َ ‫ﺻﻔﺎﺗﻪ‬ ِ َ َ ‫ذاﺗﻪ‬
ٖ ِ َ ِ ‫وﻻﰱ‬ ٖ ِ َ ‫ﳾء َ ِﻻﰱ‬
ُ ْ َ ُ َ َ‫َﻻ ُ َﻣﻤﺎﺛ‬
Artinya : "Tidak menyamai-Nya oleh sesuatu, tidak pada Zat-Nya, tidak pada Sifat-Nya dan tidak
pada perbuatan-Nya".
Yaitu tidak zat sesuatu yang seperti Zat Allah karena Zat Allah bukan dari jenis nur (cahaya),
zhulmah (kegelapan), bukan dari jenis kejadian langit, bumi dan yang diantara keduanya. Tidak
ada sifat sesuatu yang seperti Sifat Allah karena Sifat-Nya Qodim lagi Baqo` serta meliputi
ta'aluqnya29 dengan yang dita'aluqinya sedangkan sifat makhluk ta'aluq dengan sebagian
perkara tidak pada yang lain, seperti Sama' Allah yang ta'aluq pada seluruh yang mau-jud
sedangkan sifat sama' kita ta'aluq pada sebagian saja yaitu suara. Tidak pula af'al sesuatu
َ ْ ِ menjadikan
seperti af'al Allah karena af'al makhluk iktisab (usaha) dan af'al Allah Iijad ‫اﳚﺎد‬
dengan tidak membutuhkan anggota/alat.
َ ْ ُ َ َ‫ﻛﻦ ﻓ‬
‫ﻜﻮن‬F ْ ُ [ٗ َ ‫ﻳﻘﻮل‬
َ ْ ُ َ ‫ْ ًﺎ َ ْان‬/‫( َر َاد َﺷ‬1 ٓ (‫(ﻣﺮﻩ ِ ٰاذ‬
ٗۤ ُ ْ 1 ٓ Ñ‫ِا َﻧﻤ‬
Artinya : "Sesungguhnya urusan-Nya, apabila Dia berkehendak sesuatu maka Dia berfirman "Jadi",
maka jadilah seperti kehendak-Nya".
Berbeda dengan perbuatan makhluk membutuhkan anggota/alat, tidak bisa menulis tanpa
pena, tidak dapat memotong tanpa gergaji atau parang atau kapak. Lagipula bila Dia mengasihi
seorang hamba-Nya maka dibala-Nya dan kita apabila mengasihi seseorang maka kita beri
berbagai jenis nikmat yang dapat dinikmatinya.
Wajib atas mukallaf menafikan dari Allah Tuhan sekalian alam dari menyerupai-Nya dari yang
baharu seperti jirim, a'rodh dan yang melazimkan jirim dan a'rodh. Lazim bagi jirim itu empat
perkara yaitu : baharu, bersusun, mengambil lapang dan menerima a'rodh seperti maqodir
(ukuran), jihat (arah), zaman (masa), dekat dan jauh, kecil dan besar, bersentuh serta bergerak
dan diam. Lazim bagi a'rodh empat pula, yaitu : tidak berdiri sendiri, wajib berdiri dengan yang
lain, baharu dan tidak kekal pada zaman kedua.
Berkata Ishaq bin Rohuwiah :
ُ ْ ِ ُ ‫وﻗﺎل‬
َ ‫ َﺒﻪ‬T‫ َ ْﻣﻦ َﺷ‬:‫ﻧﻌﲓ ْ ِ—ﻦ َ َﲪﺎد‬
‫ﷲ‬ ِ ْ ِ َ ْ Ž^
َ َ َ .‫اﻟﻌﻈﲓ‬ ٌ ِ َ ‫ﷲ ﻓَﻬ َُﻮ‬
ِ ِ ‫ﰷﻓﺮ‬ ِ ‫•ﻠﻖ‬ ِ ْ َ ‫(&ﺪ ِ ْﻣﻦ‬
ٍ َ 1 ‫ﺑﺼﻔﺎت‬ ِ ِ َ ِ ‫ َﺒﻪ‬T‫ﷲ ﻓَ َﺸ‬
ِ َ ِ ِ ‫ﺻﻔﺎﺗﻪ‬ َ ‫وﺻﻒ‬ َ َ َ ‫وﻣﻦ‬
ْ ََ
َ َ َ ‫ﻓﻘﺪ‬
.‫ﻛﻔﺮ‬ ُ َ ‫ﷲ ِ ِﺑﻪ ﻧ َ ْﻔ‬
ْ َ َ ‫ﺴﻪ‬ ُ ‫ﻣﺎوﺻﻒ‬ َ َ ْ 1 ‫وﻣﻦ‬
َ َ َ َ ‫(®ﻜﺮ‬ َ َ َ ‫ﻓﻘﺪ‬
ْ َ َ ‫ﻛﻔﺮ‬ ٖ ِ ْ َ ‫ﴚء ِ ْﻣﻦ‬
ْ َ َ ‫•ﻠﻘﻪ‬ ٍَِْ
Artinya : "Siapa yang mensifatkan Allah menyerupai dengan sifat makhluk Allah maka kafir
dengan Allah yang Agung. Berkata Nu'im bin Hamad, "Siapa menyerupakan Allah dengan
sesuatu dari makhluk-Nya maka kafir dan siapa yang mengingkari apa yang disifatkan Allah
bagi diri-Nya maka kafir".
Berkata Abu Ishaq Asfiroyani :
‫ﻣﻦ‬ ِ َ ْ 1 ْ ‫ﻣﺎﺗﺼﻮر ِﰱ‬
َ ِ ‫ ْ(ى‬1 ‫ا›وﻫﺎم‬ َ َ َ َ ‫(ن ُﰻ‬1 ‫(&ﺪﳘﺎ ا ْﻋ ِ َﺘﻘﺎ ُد‬ َ ُ ُ َ 1 ‫ﺘﲔ‬ ِ ْ َ ‫ﳇﻤ‬ ِ ّ َ ْ ‫(ﻫﻞ‬
َ ْ ‫(ن َ ِﲨ ْ َﻴﻊ َﻣﺎ ِﻗ‬1 ‫اﻟﺤﻖ َ ٰﲆ‬
َ ِ َ ‫ﺪ ِﰱ‬Fِ ْ ‫ﻞ ِﰱ اﻟ ْﺘﻮ ِﺣ‬F ُ ْ 1 ‫(ﲨﻊ‬
ََْ1
ُ ُ ِ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
‫•ﺎﻟﻘﻪ‬ َ َ َ ِ ّ ٰ ِ ‫ﻣ;ﻠﻮق‬
ٰ َ َ ُ ّ ٰ ‫ﺗﻌﺎﱃ َﻓﺎ‬ ِ َ ْ 1 ْ ‫ﺘﺼﻮر ِﰱ‬
ٌ ْ ُ ْ َ ‫ا›وﻫﺎم‬ ُ َ َ َ ‫›ن ِا"ى ﻳ‬1 ِ ‫ﲞﻼﻓﻪ‬ِ ِ َ ِ ِ Ž‫ﻓﺎ‬ َ ِ َ ِ َ ‫ادث‬
ُ َ ‫وﺻﻔﺎﲥﺎ‬ َْ
ِ ِ ‫اﻟﺤ َﻮ‬
Artinya : "Telah ijma' ahli haq (ahli tauhid) atas bahwasanya sekalian apa yang dikatakan tauhid
itu terkumpul dalam dua kalimat ini, yang pertamanya "Tiap-tiap apa yang terupa
(tergambar) dalam waham (persangkaan) adalah baharu dan sekalian sifatnya, maka Allah
berbeda dengannya karena yang dirupakannya pada wahamnya itu adalah makhluk Allah
ta'ala maka Allah ta'ala-lah yang menjadikannya".
ِ َ ‫وﻻ&ﺎ ِﻟ ًﻴﺔ‬
ِ َ ِ ّ ‫ﻋﻦ‬
‫اﻟﺼﻔﺎت‬ َ َ َ ‫ﺑﺬات‬
ِ َ ِ ‫ﳢﺔ‬T ْ َ ْ/َ‫ذاﺗﻪ ﻟ‬
ً َ ّ ِ ‫ﺴﺖ ُﻣ َﺸ‬ َُِْ َ
ُ َ َ ‫(ن‬1 ‫¼®ﳱﻤﺎ ا ْﻋ ِ َﺘﻘﺎ ُد‬

29
Ta'aluq yaitu kaitannya atas perkara yang lain seperti pendengaran manusia ta'aluq dengan suara.
28

Artinya : "yang kedua beri'tiqod kita ”Bahwasanya Zat Allah ta'ala tidak menyerupai zat sesuatu
makhluk dan tidak sunyi Dia dari bersifat dengan sekalian sifat kamalat".
Kata Ja'far ash-Shodiq rhm., "Bersahabat aku dengan 400 orang sufi dan kutanya mereka
empat masalah, tidak seorangpun menjawabku. Sedihlah aku akan yang demikian itu lalu
kulihat Nabi j dalam mimpiku. Dia bertanya keadaanku, maka kuceritakan padanya hal itu.
Sabdanya, "Tanyakan padaku masalahmu!". Kataku padanya, "Apa hakikat tauhid, apa had
akal, apa had tasawuf dan apa hakikat fakir?". Maka sabda Nabi j, "Adapun hakikat tauhid
adalah :
ِ َ ِ ِ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
~َِ‫ﲞﻼف ٰذ‬ ٰ َ َ ‫ﺒˆﺎ َ ٗﻧﻪ َو‬
َ ْ T‫وﷲ ُﺳ‬ ٌ ِ َ ‫ﺒﺎ~ ﻓَﻬ َُﻮ‬
ُ َ ~‫ﻫﺎ‬ َ ِ َ ‫ﻣﺎﺧﻄﺮ ِﺑ‬
َ َ َ َ ‫ﻓَﻬ َُﻮ‬
Artinya : "Apa yang terlintas dihatimu adalah binasa yakni baharu yang binasa. Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ُﺳ‬
berbeda dengan yang demikian".
Karena Allah tidak dapat menyerupai-Nya yang baharu. Adapun had Akal yang rendahnya
adalah meninggalkan dunia dan yang tingginya meninggalkan memikirkan Zat Allah 'Azza wa
Jalla. Adapun had Tasawuf adalah meninggalkan da'wa (protes) dan menyembunyikan ma'ani
(rahasia). Adapun hakikat Faqir adalah engkau tidak memiliki sesuatu dan engkau tidak dimiliki
oleh sesuatu dan engkau ridho pada Allah ta'ala atas dua hal itu".
5. Qiyamuhu binafsihi (‫ﺴﻪ‬ ِ ِ ‫ﺎﻣﻪ ِﺑﻨَ ْﻔ‬F
ٗ ُ َ ‫) ِﻗ‬. Artinya Berdiri Dia dengan sendiri-Nya. Makna Qiyamuhu
binafsihi adalah Allah tidak membutuhkan pada mahal yaitu zat yang lain dari Zat-Nya yang
Maha Tinggi dan tidak membutuhkan pada mukhoshish yaitu fail yang menjadikan-Nya.
Dengan dikatakan kaya (tidak membutuhkan) dari zat melazimkan Dia adalah zat bukan sifat
karena sifat tidak dapat tiada (mesti) membutuhkan zat tidak sah berdiri sendiri sama ada sifat
itu sifat qodim atau sifat baharu. Demikian pula dikatan kaya Dia dari fa'il melazimkan Dia
Qodim bukan baharu karena yang membutuhkan fa'il adalah sekalian yang baharu.
Kata Syeikh Suhaimi rhm., "Sekalian yang maujud dengan nisbah pada mahal dan mukhoshish
terbagi empat, yaitu :
ِ ‫ﻏﲏ َﻋِﻦ اﻟَْﻤَˆ ِ ّﻞ َواﻟُْﻤَﺨِّﺼِﺺ َوُﻫَﻮ َذُات‬
a. ‫ﷲ ﺗ ََﻌَﺎﱃ‬ ٌ ِ َ ‫( ِﻗْﺴٌﻢ‬Kaya dari zat dan dari fa'il yaitu Zat Allah ta'ala).
b. ‫ا›ْﻋَﺮُاض‬1 ْ ‫َِﻘٌﺮ ا َِْﳱَﻤﺎ َوُﻫَﻮ‬%‫( َو ِﻗْﺴٌﻢ ُﻣ ْﻔ‬Membutuhkan keduanya yaitu butuh zat tempat berdiri dan butuh
Ì
fa'il yang menjadikan yaitu a'rodh yang baharu).
c. ‫ا›ْﺟَﺮُام‬1 ْ ‫َِﻘٌﺮ اَﱃ ْاﻟُﻤَﺨِّﺼِﺺ ُدْوَن اﻟَْﻤَˆ ِ ّﻞ َوُﻫَﻮ‬%‫( َو ِﻗْﺴٌﻢ ُﻣ ْﻔ‬Butuh pada yang menjadikan dan tidak membutuh-kan
Ì
zat lain yaitu sekalian jirim), maka dia tidak membutuhkan zat karena ia adalah zat, butuh
pada fa'il yang menjadikan karena baharu.
d. ‫ﷲ ﺗ ََﻌَﺎﱃ‬ ُ ‫ِﻘُﺮ ِاَﱃ اﻟُْﻤَﺨِّﺼِﺺ َوُﻫَﻮ ِﺻَﻔ‬%َ‫( َو ِﻗْﺴٌﻢ َﻣْﻮُﺟْﻮٌد ِﰱ اﻟَْﻤَˆ ِ ّﻞ َوَﻻﻳ َ ْﻔ‬Ada ia pada zat dan tidak membutuhkan
ِ ‫ﺎت‬
fa'il karena ia Qodim yaitu Sifat Allah ta'ala).
Tidak boleh dikatakan Sifat Allah membutuhkan zat dan tidak membutuhkan fa'il karena
memberi waham baharunya. Wajib kita i'tiqodkan Zat Allah ta'ala bersifat dengan seluruh sifat
Kamalat dan kaya pada sesuatu dan setiap yang lain membutuhkan-Nya. Firman Allah ta'ala :
‫اﻟﻐﲏ ا ْ َﻟﺤ ِﻤ ْ ُﻴﺪ‬
> ِ َ ْ ‫وﷲ ُ َﻫﻮ‬ ِ ‫( ْ ُ ُﻧﱲ ْ ُاﻟﻔﻘَ َﺮ ٓ ُ(ء ِ َاﱃ‬1 ‫ﻨﺎس‬
ُ َ‫ﷲ‬ ُ ‫ > َ(ﳞﺎ اﻟ‬1 ٓ Ѫ‫َﻳ‬
Artinya : "Wahai sekalian manusia, kamu faqir (membutuhkan) pada Allah ta'ala dan Allah ta'ala
Tuhan yang Maha Kaya dan Maha Terpuji".
Diceritakan dari Qotadah, Dhohak dan Muqotil ‫رﲪﻬﻢ ﷲ ﺗﻌﺎﱃ‬, "Datang beberapa orang Yahudi
kepada Nabi j, berkata mereka, "Sifatkan olehmu pada kami, bagaimana Tuhanmu? Allah
ta'ala menurunkan Kalam-Nya pada Tauroh. Engkau ceritakan ke kami dari apa kejadian-Nya?
Dari jenis apa Dia, apakah dari emas, perak atau tembaga? Apakah Dia makan dan minum? Dari
siapa menerima pusaka dunia ini dan siapa yang menjadi waris-Nya?". Sabda-nya, "Bahwasanya
Allah ta'ala Tuhan kami bukan dari sesuatu karena Dia yang menjadikan segala sesuatu".
Turunlah surat :
29

ُ َ 1 ‫ﻜﻦ َ ٗ[ ُ ُﻛﻔ ًﻮا‬j


‫(&ﺪ‬ ْ ُ َ ‫ َو َ ْﻟﻢ‬,k‫ﻳﻮ‬
ْ َ ْ ُ ‫ َو َ ْﻟﻢ‬Ä‫ َ ْﻟﻢ َ ِ ْﻳ‬,‫اﻟﺼﻤﺪ‬
ُ َ Ž‫ا‬ُ َ ,‫(&ﺪ‬
َُ1‫ﷲ‬ُ ‫ُﻗ ْﻞ ُ َﻫﻮ‬
Makna Shomad adalah yang diqoshodkan30 dalam sekalian hajat, kekal dan tidak memiliki
rongga (perut) maka Dia tidak makan, minum, tidak beranak (yaitu tidak keluar wujud sesuatu
dari Zat-nya yang Maha Tinggi) tidak diperanakkan oleh sesuatu (tidak keluar ada-Nya dari
sesuatu). Kemudian tidak ada yang beranak melainkan akan mati dan tiada yang mati
melainkan akan mempusakakan. Allah tidak mati dan tidak seorang jadi waris-Nya. Tidak ada
yang menyerupai-Nya seorang.
ُ َ Ž‫ا‬
(‫اﻟﺼﻤﺪ‬ ُ َ ) adalah berkehendak setiap yang selain-Nya kepada-Nya. Tidak syak bahwa setiap
sesuatu membutuhkan-Nya mulai dari awal kejadiannya hingga selama-lamanya, adakalanya
dengan lisanul hal, adakalanya dengan lidah perkataannya dan adakalanya dengan kedua-nya.
ْ َ ْ ُ ‫ َو َ ْﻟﻢ‬Ä‫ ) َ ْﻟﻢ َ ِ ْﻳ‬yaitu keadaan Allah ta'ala kaya dari yang memberi bekas dan kaya dari
Disebutkan (k‫ﻳﻮ‬
bekas. Ini juga menolak perkataan kafir Arab yang menda'wa ada anak Allah. Kata mereka
malaikat anak perempuan Allah. Kata Yahudi 'Uzair anak Allah dan kata Nasrani Masih 'Isa anak
ْ َ ْ َ ) yakni
Allah. Surat ini menafikan ushul kafir yang delapan dari Allah ta'ala yaitu Katsroh (‫ﻛﱶة‬
ٌَ1‫ﷲ‬
banyak, berbilang, kekurangan, sedikit, 'illat, ma'lul, syibih dan nazhir. Firman-Nya (‫(&ﺪ‬ ْ ُ)
ُ ‫ﻗﻞ ُ َﻫﻮ‬
ُ َ Ž‫ا‬
menafikan katsroh dan 'adad (berbilang). Firman-Nya (‫اﻟﺼﻤﺪ‬ ُ َ ) menafikan kekurangan dan 'illat.
ْ َ ْ ُ ‫ ) َو َ ْﻟﻢ‬menafikan ma'luliyah
ْ ِ َ ‫ ) َ ْﻟﻢ‬menafikan 'illat pada yang lain, firman-Nya (k‫ﻳﻮ‬
Firman-Nya (Ä‫ﻳ‬
َ 1 ‫ﻜﻦ َ ٗ[ ُ ُﻛﻔ ًﻮا‬j
artinya ada-Nya illat (sebab) yang lainnya dan firman-Nya (‫(&ﺪ‬ ْ ُ َ ‫ ) َو َ ْﻟﻢ‬menafikan syibih dan
nazhir.
6. Wahdaniyah (‫و&ﺪَ ِﻧاﻴﺔ‬
ْ َ ). Wahdaniyah artinya Esa, maknanya tidak berbilang pada Zat-Nya, Sfat-
Nya dan Af'al-Nya.
Zat Allah tidak berjisim yang dapat dibagi dan tidak ada seorang yang zatnya seperti Zat Allah
ta'ala, tidak pula Jauharul fardi. Tidak kita ketahui hakikat-Nya sampai akhirat ketika melihat-
Nya kaum mukminin. Tidak pula Sifat Allah berbilang dalam satu jenis seperti dua Qudrat dan
dua Irodat tetapi kalau jenis yang lain maka tidak terhingga banyaknya. Kemudian tiada
seorang yang bersifat seperti Sifat-Nya. Tidak mengapa dengan i'tibar sama nama yang
majaziyah saja. Yang mustahil itu ada pada hamba Qudrat yang dapat mengeluarkan suatu
perkara dari 'adam jadi wujud atau ada pada yang lain Irodat yang meliputi ta'aluqnya yang
tidak dapat melintangkannya dan menghalanginya dari yang dikehendakinya, karena bahwa-
sanya manusia bila berkehendak memperbuat sesuatu dilintangkan31 pada Irodat Allah ta'ala
dan menghalanginya dari yang dikehendakinya. Tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan
sekalian perkara atau meng'adamkannya yang selain Allah ta'ala.
Wahdaniyah pada Zat-Nya, Sifat-Nya dan Af'al-Nya menafikan kam muttashil dan kam
munfashil padanya. Kam itu terbagi lima, yaitu dua pada zat, dua pada sifat dan satu pada af'al.
Kam muttashil pada Zat adalah Zat dapat dibagi atas bagian-bagian. Kam munfashil pada Zat
adalah ada zat yang yang seperti Zat Allah ta'ala. Kam Muttashil pada Sifat adalah Sifat Allah
berbilang pada satu sifat seperti Qudrat atau Irodat. Kam munfashil pada Sifat adalah ada
Qudrat yang meliputi ta'aluqnya atau ada Qudrat yang dapat menge-luarkan dari 'adam jadi
wujud. Kam munfashil pada Af'al adalah ada pada makhluk yang berbuat seperti perbuatan
Allah dengan sendirinya seperti ada pada api memberi bekas pada sesuatu dengan zatnya.
Tidak ada kam muttashil pada af'al. Kata Qiil, "Adapun Kam muttashil pada af'al adalah tidak
berbuat satu perbuatan melainkan dengan meminta pertolongan pada yang lain, seperti

30
Diqoshodkan maksudnya diinginkan atau yang dituju. Yaitu Dia-lah tempat seluruh hajat ditujukan.
31
Melintangkannya maksudnya dihadapkan irodatnya itu atas irodat Allah, jika sesuai maka jadi yang
dimaksudnya tetapi jika tidak maka tidak jadi yang dimaksudnya.
30

dijadikan kuat pada api dan dengannya dapat memberi bekas dan seperti dijadikan pada hamba
qudrat yang dapat memberi bekas pada taat dan maksiat. Adapun sekalian perkara itu adalah
mustahil karena membawa Allah ta'ala jadi iftiqor (berhajat) yang membawa pula kepada
baharu.
Wajib kita i'tiqodkan keadaan Allah ta'ala Wahdaniyah pada Zat-Nya, Sifat-Nya dan Af'al-Nya.
Hakikatnya majhul yaitu tidak dapat kita mengetahuinya. Wajib kita i'tiqodkan seperti yang apa
kita i'tiqodkan sebelumnya sedangkan hakikatnya kita serahkan pada Allah ta'ala, karena inilah
disebutkan pada hadits, sabda Nabi j :
‫ َ ْﺗﻄﻠُ ُﺒ ْﻮ َ ُﻧﻪ‬Cَ َ ‫ا› ْ َﲆ َ ْﻳﻄﻠُ ُﺒ ْﻮ َ ُﻧﻪ‬1 ْ 1 َ ‫ا›ﺑﺼﺎر َوان ْ َاﻟﻤ‬
ِ َ ْ 1 ْ ‫ﻋﻦ‬
ِ َ ‫ﺠﺐ‬ ِ ِ َ َ ْ‫ﻋﻦ اﻟ‬
َ َ َ%‫ ا ْﺣ‬Cَ َ ‫ﺮ‬â‫ﺒﺼﺎ‬ ِ َ ‫ﺠﺐ‬ َ ََ ‫ﷲ‬
َ َ %َ ‫ﺗﻌﺎﱃ ا ْﺣ‬ َ ‫ان‬
Artinya : "Bahwasanya Allah ta'ala terhijab dari Ì penglihatan matahati (tidak sanggup memikir-kanÌ
Ì Ì
hakikat-Nya) seperti juga terhijab dari penglihatan mata kepala. Sesungguhnya malaikat
yang kedudukannya tinggi menuntut-Nya seperti juga kamu menuntut-Nya".
Demikian juga sabdanya :
ُ َ ْ ِ ْ ‫اﻟ;ﺎﻟﻖ ﻓَﺎ ُﻧﻪ َﻻ ُ ِﲢ ْﻴﻂُ ِ ِﺑﻪ‬
‫اﻟﻔﻜﺮة‬ ِ ِ َ ْ ‫وﻻﺗﻔﻜﺮوا ِﰱ‬ ِ ْ َ ْ ‫ﺗﻔﻜﺮوا ِﰱ‬
ْ ُ َ َ َ َ ‫اﻟ;ﻠﻖ‬ ْ ُ ََ
Ì
Artinya : "Pikirkan pada yang dijadikan dan jangan kamu pikirkan yang menjadikannya karena
bahwasanya Dia tidak dapat terjangkau oleh pemikiran".
Kata orang-orang arif, "Mahasuci Tuhan kita yang 'ain ilmu kita jahil dengan-Nya dan 'ain jahil
kita mengetahui-Nya. Mahasuci Tuhan yang tidak dapat kita ketahui melainkan bahwasanya
kita ketahui tidak dapat mengetahui-Nya".
Apabila kita hendak mengetahui sebagian dari yang dijadikan-Nya saja tidak mudah maka
bagaimana kita hendak mengetahui yang menjadikannya, seperti firman Allah ta'ala :

َ ُ ِ ‫…ﻮد َر ّ َﺑﻚ‬
‫اﻻﻫﻮ‬ ُ َ ْ َ ‫َ َوﻣﺎ‬
َ ْ ُ ‫ﻳﻌﲅ ُﺟ‬
Artinya : "Tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu ya Muhammad (yaitu malaikat)
melainkan Dia".
Demikian juga kita i'tiqodkan bahwa setiap perkara Dia-lah yang mengeluarkan dari a'dam
kepada wujud. Sendirian Dia dalam menjadikan sama ada baik atau jahat, taat atau maksiat, fi'il
ikhtiyari atau idhtirori32. Berbeda dengan perkataan kaum Mu'tazilah bahwa hamba men-
jadikan perbuatan yang ikhtiyari dengan qudratnya. Mereka mengatakan itu sebab supaya
jangan dinisbahkan perbuatan jahat itu kepada Allah ta'ala. Mengambil dalil mereka dengan
firman Allah ta'ala :
َ ْ ِ ِ َ ْ ‫ﺴﻦ‬
‫اﻟ;ﺎﻟﻘﲔ‬ ُ َ ‫( ْﺣ‬1 ‫ﷲ‬ َ َ َ َ%َ‫ﻓ‬
ُ ‫ﺒﺎرك‬
Artinya : "Mahasuci Allah ta'ala Tuhan yang paling baik dari sekalian yang menjadikan".
Ayat ini menunjukkan bahwa berbilang (banyak) orang yang menjadikan dan yang paling baik
adalah Allah ta'ala dari sekalian yang menjadikan. Hal ini kita jawab, "Makna ‫ اﺣﺴﻦ‬pada ayat
mengetahui dan ‫ •ﺎﻟﻘﲔ‬maknanya takdir. Maka makna ayat "Mahasuci Allah Tuhan yang paling
mengetahui pada segala yang ditentukan-Nya". Menyabitkan mereka menyekutukan seba-
nyak makhluk-Nya, sebab itulah disebutkan pada hadits bahwa mereka adalah Majusi dari umat
ini. Sabda Nabi j :
ْ ُ ْ ُ ‫ُوﱒ َو ِ ْان َﻣﺎﺗُ ْﻮا َ َﻓﻼ َ ْﺸﻬ‬
(‫ُﺪوﱒ )رواﻩ ٔ(ﺑﻮ داود واﳊﺎﰼ ﻋﻦ ا—ﻦ ﲻﺮ‬ ْ ُ َ َ َ ‫ﻣﺮﺿ ْﻮا‬
ْ ُ ْ ‫ﻓﻼﺗﻌﻮد‬ ِ q ْ ‫ﻣﺠﻮس ٰﻫ ِ ِﺬﻩ‬
ْ َ ‫ا›ﻣﺔ‬
ُ َ َ ‫ﻓﺎن‬ ِ ْ ُ َ ‫َ ْ َاﻟﻘﺪَ ِر ُﻳﺔ‬
Artinya : "Qodariyah adalah Majusi umat ini. Jika mereka sakit jangan dijenguk dan jika mereka
Ì
mati jangan kamu hadiri jenazahnya".

32
Ikhtiyari maksudnya dengan ikhtiyar atau disengaja seperti makan, berjalan atau lainnya. Idhtirori
maksudnya tidak disengaja seperti jatuh dan gemetar karena kedinginan dan lainnya.
31

Qoul yang dipilih tentang mereka bahwa tidak boleh kita kafirkan mereka walau mereka
mengatakan hamba yang menjadikan perbuatan dirinya karena mereka membenarkan bahwa
hamba beserta seluruh kehendaknya dan kudratnya dijadikan oleh Allah ta'ala. Sebab mereka
begitu karena memandang buruk menisbahkan maksiat dan kafir pada perbuatan Allah ta'ala
karena Dia adalah Tuhan yang Maha Besar, tidak layak dibangsakan yang buruk-buruk kepada-
Nya dan yang baik adalah kita nisbahkan ke hamba karena dialah yang menghendaki
mengadakannya dengan qudratnya tidak dikehendaki Allah dan tidak pula dijadikan-Nya.
Sesungguhnya Allah ta'ala menghendaki taat dari orang maksiat dan iman dari orang kafir.
Takut mereka menisbahkan kejahatan kepada Allah maka jatuhlah mereka pada yang lebih
buruk yaitu berlaku (terjadi) didalam milik-Nya perkara yang menyelisihi kehendak-Nya maka
perkara itu adalah batil. Karena sesuatu itu jahat jika dilihat dari perbuatan hamba tetapi disisi
Allah ta'ala yang mengadakan dan menghendaki sekalian itu adalah baik bagi-Nya dengan dalil
firman Allah ta'ala :
َ ْ ُ َ T‫ ُ ْﺴ‬å ‫وﱒ‬
‫ﺌﻠﻮن‬ ُ َ T‫ ُ ْﺴ‬å‫َﻻ‬
ُ َ ْ َ ‫ﺌﻞ َﲻﺎ‬
ْ ُ َ ‫ﻳﻔﻌﻞ‬
Artinya : "Tidak ditanya Dia apa yang diperbuat-Nya dan mereka yang ditanya apa yang
diperbuatnya".
Demikian juga firman-Nya :
‫ﺗﻌﻤﻠﻮن‬ ْ ُ َ َ َ ‫وﷲ‬
َ ْ ُ َ ْ َ ‫•ﻠﻘﲂ َ َوﻣﺎ‬ ُ َ
Artinya : "Allah ta'ala yang menjadikan kamu dan seluruh perbuatanmu".
Kata sebagian ulama, "Tidak boleh dikatakan Allah ta'ala berkehendak kafir, zholim dan fasik
walau hal itu dikehendaki-Nya sekalipun seperti tidak boleh dikatakan Allah ta'ala yang
menjadikan sekalian yang menjijikkan, kera dan babi melainkan ditempat mengajar dan belajar
walaupun Dia adalah Tuhan yang menjadikan sekalian itu sekalipun. Cukuplah dikatakan Allah
ta'ala yang menjadikan seluruhnya dan menghendaki sekaliannya seperti firman Allah ta'ala :
ِ ‫ﰻ ِ ْﻣﻦ ِﻋ ْ ِﻨﺪ‬
‫ﷲ‬ Ï ُ ‫ﻗﻞ‬
ُْ
Artinya : "Katakan olehmu (ya Muhammad, pada orang Munafiq Yahudi) : Setiap perkara dari sisi
Allah ta'ala (yang menjadikannya)".
Lima sifat ini, yaitu Qidam, Baqo`, Mukholafatuhu lilhawadits, Qiyamuhu binafsihi dan Wah-
daniyah dinamakan sifat Salbiyah. Makna Salbiyah adalah nafyuhu yaitu nafi karena makna
setiap sifat bertujuan untuk menafikan kekurangan dari Allah ta'ala. Hakikat Salbiyah adalah:
‫ﻞ‬œ‫و‬
َ َ ‫ َﻋﺰ‬Ž^ َ َ ‫ﻧﻔﻲ‬
ِ ِ ‫ﻣﺎﻻﻳ َ ِﻠ ْ ُﻴﻖ‬ ِ ْ َ ‫دا¦ َ َﲆ‬ ٌَ ِ
ٌ َ ‫ﺻﻔﺔ‬
Artinya : "Sifat yang menunjukkan atas nafi apa-apa yang tidak layak bagi Allah azza wa jalla".
Makna Qidam adalah ibarat menafikan 'adam yang mendahului Wujud-Nya. Makna Baqo`
adalah ibarat yang menafikan 'adam yang mengiringi Wujud-Nya. Mukholafatuhu lilhawadits
adalah ibarat menafikan samanya Allah ta'ala dengan baharu. Qiyamuhu binafsihi adalah ibarat
menafikan butuhnya Dia kepada mahal dan mukhoshish. Wahdaniyah adalah ibarat menafikan
berbilang-bilang pada Zat-Nya, Sifat-Nya dan Af'al-Nya. Seluruh yang dinafikan itu adalah yang
tidak layak bagi Allah azza wa jalla karena bahwasanya mustahil pada Zat Tuhan kita bersifat
dengannya. Inilah berdasarkan Qoul yang muktamad. Dikatakan pada sifat Salbiyah ini ‫ﱔ ¡ َُْﲑُﻩ‬ َِ
yaitu Dia lain darinya. Kata Qiil, "Qidam dan Baqo` adalah sifat nafsiyah seperti Wujud".
Perkataan ini dhoif.
َُ ُْ)
7. Qudrat (‫ﻗﺪرة‬
ُ َ ‫) ِا َر‬
8. Irodat (‫ادة‬
Makna Qudrat adalah Kuasa dan makna Irodat adalah berkehendak yaitu menentukan setiap
perkara yang berlawanan salah satu dari yang lainnya. Had-nya bahwa Qudrat :
32

ِ َ ‫وﻓﻖ ْاﻻ َر‬


‫ادة‬ ِ ْ ِ ‫ﻣﻤﻜﻦ َوا ْﺪَ ُاﻣُﻪ َ َﲆ‬
ٍِ ُْ ‫ﰻ‬ َ ْ ِ ‫ﰏ ِ َﲠﺎ‬Ñ‫ﺘ‬1 َ َ ‫ﺻﻔﺔ ﻳ‬
ّ ِ ُ ‫اﳚﺎ ُد‬ ٌَ ِ
Artinya : "Satu sifat
Ì
yang mendatangkanÌ dengannya mengadakan tiap-tiap mumkin dan
meng'adamkannya dengan mufakat Irodat".
Had Irodat adalah :
‫ﻣﺎﳚﻮز َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬ ٍ ِ ْ ‫ﲣﺼ ْ ُﻴﺺ اﻟُْﻤ‬
ِ ْ َ ‫ﻤﻜﻦ ِﺑ‬
ُ ْ ُ َ َ ‫ﺒﻌﺾ‬ ِ ْ َ ‫ﰏ ِﲠَﺎ‬Ñ‫ﺘ‬1 َ َ ‫ﺻﻔﺔ ﻳ‬
ٌَ ِ
Artinya : "Sifat yang mendatangkan dengannya menentukan mumkin dengan sebagian dari yang
harus padanya".
Qudrat dan Irodat ta'aluq keduanya dengan sekalian mumkinat. Makna ta'aluq adalah
menuntut sifat akan perkara yang lebih atas berdirinya dengan zat. Seperti Qudrat maka ia
menuntut perkara yang lebih yaitu menjadikan mumkin dan meng'adamkannya sesudah
berdirinya sifat ini pada zat. Makna mumkin adalah yang harus adanya dan 'adamnya yaitu yang
dapat berubah-ubah. Kata Syeikh Suhaimi rhm., "Sebagian mumkin wajib lighoiri 33 dan
mustahil lighori" maka ta'aluq dengan keduanya Qudrat dan Irodat tetapi ta'aluq dengan
keduanya wajib lighoiri dan mustahil lighoiri. Karena bahwasanya Ilmu Allah jika ta'alauq ia
dengan mengadakan mumkin adalah ia mumkin zatnya dan wajib karena tergantung Ilmu Allah
dengan adanya. Pada waktu itu adamnya mustahil lighoiri walau ia mumkin pada zatnya.
Karena jikalau tidak terjadi pada waktu yang dikehendaki-Nya atas niscaya lazimlah bertukar
Ilmu Allah menjadi Jahil, maka hal ini mustahil.
Kata Ulama, "Qudrat dan Irodat tidak ta'aluq pada yang wajib dan mustahil. Maksudnya tidak
ta'aluq dengan apa yang wajib dan yang mustahil zatnya karena Qudrat dan Irodat sebagian
sifat yang memberi bekas yang wujud di'adamkan dan yang 'adam di'ijadkan (dijadikan).
Adapun yang wajib maka tidak menerima melainkan hanya wujud jika kedua sifat ta'aluq
padanya dengan mengadakan lazimlah akan ‫اﻟˆﺎﺻﻞ‬ ُ ِ َ ْ ‫ﻴﻞ‬ ِ ْ َ Tahshilul hashil (menghasil-kan yang
ُ ْ ‫ﲢﺼ‬
sudah hasil). Jika ta'aluq keduanya dengan meng'adamkan maka yang wajib tidak menerima
'adam sekali-kali. Adapun yang mustahil tidak menerima wujud sekali-kali jika keduanya
dengan meng'adamkannya maka meng'adamkan yang sudah 'adam yaitu tahshilul hashil dan
jika ta'aluq keduanya dengan mengadakannya maka tidak menerima wujud sekali-kali. Karena
itulah maka tidak ta'aluq keduanya dengan yang wajib dan yang mustahil dan tidak dikatakan
lemah dan sakit. Jika ta'aluq kedua sifat itu dengan keduanya maka lazimlah bahwasanya atas
takdir ini harus ta'aluq dengan meng'adamkan diri keduanya (Sifat Qudrat dan Irodat itu)
bahkan harus pula meng'adamkan Zat-Nya yang Maha Tinggi. Maka apalagi kekurangan dan
kebinasaan yang lebih besar dari perumpamaan yang fasid yang membawa berubahnya
hakikat. Maka tidak boleh kita katakan, "Allah ta'ala sangat kuasa atas yang wajib dan yang
mustahil atau lemah dari keduanya". Karena makna ini tersembunyi dari sebagian orang dungu
dan bid'ah maka berkata mereka, "Allah ta'ala kuasa mengambil anak karena jika Dia tidak
kuasa atasnya maka Dia lemah". Perhatikan olehmu perkataan orang bid'ah ini bagaimana ia
lupa dengan akibat perkataannya yang buruk ini dengan beberapa kebinasaan yang tidak
masuk dibawah waham. Tiada waham orang yang berakal yaitu tidak ta'aluq Qudrat dan Irodat
akan keduanya adalah lemah.
ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬ketika datang padanya Iblis kepada-nya
Mengambil dalil mereka dengan cerita Nabi Idris ‫ﺴﻼم‬
dalam rupa manusia membawa kulit telur (kata Qiil kulit berangan) sedang ia duduk menjahit
jubbah. Setiap mencucukkan dan menarik jarum dia berkata : ِ ّ ٰ ِ ‫اﻟﺤﻤﺪ‬ ُ ْ َ ْ ‫ﷲ َو‬
ِ ‫ﺒˆﺎن‬
َ َ ْ T‫ ُﺳ‬. Berkata Iblis,
"Apakah Allah kuasa menjadikan dunia didalam kulit ini?". Maka berkata Idris, "Adapun Allah
ta'ala kuasa bahwa menjadikan dunia didalam lubang jarum ini" serta dicucukkannya jarum itu

33
Lighoiri maksudnya karena yang lain yaitu Allah. Dikatakan juga Wajib 'aridhi.
33

َ ْ ِ (sulit dipercaya)
pada salah satu mata Iblis sehingga iapun buta sebelah. Menjawab perkara ‫اﺷﲀل‬
ini Syeikh Asy'ari, ia berkata, "Jika maksudnya bahwa dunia atas keadaannya dan kulit telur atas
keadaannya maka tidak dapat karena jisim yang tebal mustahil masuk kedalam jisim yang kecil.
Jika yang dimaksud bahwa dikecilkan dunia menjadi lebih kecil dari kulit telur lalu dimasukkan
didalamnya atau dibesarkan kulit telur lebih dari dunia dan dimasukkan dunia didalamnya maka
Allah ta'ala kuasa atasnya dan atas yang lebih dari yang demikian itu".
Kata sebagian ulama, "Adapun tidak ditafshilkan (diperincikan) Nabi Idris AS jawabannya
dengan demikian itu karena bahwasanya yang bertanya orang yang 'inad (degil) dan bermain-
main bukan bertanya karena hendak menge-tahui suatu masalah. Karena itulah maka dicucuk
mata sebelah kanan seba-gai kafarat pertanyaannya. Ia berkeinginan memadamkan cahaya
iman orang maka dipadamkan pula cahaya matanya ‫وﻓﺎﻗﺎ‬ ً َ ِ ‫( َﺟ َﺰ ًاء‬balasan yang setimpal)".
Demikan pula apa yang diriwayatkan oleh Ibnul 'Arobi, "Harus bagi Allah ta'ala mengadakan
yang mustahil pada akal seperti bertubuh sekalian ma'ani, mengadakan seorang pada dua
tempat atau beberapa tempat". Kemudian ia berkata lagi, "Aku telah memasuki beberapa
dusun yang dijadikan Allah ta'ala dari lebihan tanah Adam. Dijadikan pula pohon kurma dan
lebihnya seukuran biji sawi maka dipanjangkan Allah ta'ala tanah itu sehingga dijadikan-Nya
bumi yang sangat luas seukuran 'Arasy, Kursi, tujuh lapis langit, syurga dan neraka dengan
nisbah kepadanya. Seperti halqoh (sebentuk cincin) yang tercampak di padang. Telah membuat
penghuninya satu dusun yang kecil didalamnya beberapa kota yang sangat besar jika berjalan
orang yang berkenderaan kuda yang kencang mengelilingi dusun itu sekitar tiga tahun. Ketika
kesempitan mereka dibuat pula sepertinya sampai lima belas dusun. Kulihat didalamnya
beberapa yang mustahil pada akal dan tiap-tiap perkara yang ditolak akal ada-nya kudapati hal
itu mumkin di dusun itu. Kuketahuilah dengannya bahwa kita hukumkan mustahil sebab
pendeknya akal kita saja sedangkan Allah ta'ala kuasa mengumpulkan antara dua dhid34 (‫ﺿﺪ‬ ْ ِ ),
diadakan jisim di dua tempat, berdiri a'rodh dengan sendirinya, berdiri ma'ani dengan ma'ani
dan lainnya". Telah berkata Syeikh Jauhari, "Adapun perkataan Ibnul 'Arobi ini fasid jika kita
tanggungkan atas zhohirnya karena membawa membatalkan ijma' ulama dan membawa
kepada fasid yang tidak dapat dihinggakan didalam agama Allah". Maka ditakwilkan oleh
sebagian ulama bahwa perkataan Ibnul 'Arobi ini melihat ia didalam alam khayal yaitu dalam
tidur bukan didalam wujud khoriji sedangkan alam khayal tidak didirikan atasnya hukum sekali-
kali. Takwil itu mesti karena telah menetapkan sebagian ulama, katanya, "Bahwasanya sekalian
orang 'arifin bahwa masuk mereka kedalam bumi yang tersebut itu dengan arwah mereka
bukan dengan tubuh mereka".
Makna Qudrat seperti disebutkan sebelumnya : "‫ادة‬ ِ ِ َ‫ ْ(وا ْﺪ‬1 ‫ﻣﻤﻜﻦ‬
ِ َ ‫اﻣﻪ َ َﲆ ِوْﻓ ِﻖ ْاﻻ َر‬ ٍِ ُْ ‫ﰻ‬ ُ َ ْ ِ ‫ﰏ ِ َﲠﺎ‬1Ñ‫ﺻﻔﺔ ﻳ َ َﺘ‬
ّ ِ ُ ‫اﳚﺎد‬ ٌ َ ِ " arti-
Ì
nya "Sifat maujudat yang dengannya mengadakan mumkin atau Ì meng'adamkannya dengan
mufakat Irodat". Arti ‫ﺎد‬ ِ ْ ُ ُ ْ ‫ﻣﻦ ا ْ َﻟﻌﺪ َِم ِ َاﱃ ا‬
ُ ‫ َِْاﳚ‬adalah ‫ﻟﻮﺟﻮد‬ َ ِ ‫ﻣﻤﻜﻦ‬ ّ ِ ُ ‫ ِ ْاﺧ َﺮ ُاج‬: "Mengeluarkan mumkin dari 'adam
ٍِ ُْ ‫ﰻ‬
kepada wujudnya". Arti 'adam adalah : "‫(وًﻻ‬1 َ َ Cَ َ çTَ ْ ‫ َﻻ َﺷ‬çTُ ْ ‫ﻳﺼﲑ اﻟﺸ‬
‫ﰷن‬ َ ْ ِ َ ‫ ْ(ن‬1 ‫وﻫﻮ‬
َ ُ َ" artinya "menjadi-kan
sesuatu tiada sesuatu seperti apa yang ada ia pada awalnya".
Mumkin itu ada empat bagian, yaitu :
a. Mumkin maujud haalan (‫&ﺎﻻ‬ ً َ ‫ﻣﻮﺟﻮد‬ ٌ ِ ْ ُ ) artinya "Mumkin yang keadaannya sekarang ada".
ٌ ْ ُ ْ َ ‫ﻣﻤﻜﻦ‬
ٌ ِ ْ ُ ) artinya "Mumkin yang akan diadakan".
ُ َ ْ ُ T‫ﻣﻤﻜﻦ َﺳ‬
b. Mumkin sayujad (‫ﺪ‬œ‫ﻴﻮ‬
c. Mumkin ma'dum ba'da wujud (‫وﺟﻮد‬
ُْ ُ َ‫ﻣﻌﺪوم َ ْﺑﻌﺪ‬ ٌ ِ ْ ُ ) artinya "Mumkin yang tidak ada sesudah
ُ ْ ُ ْ َ ‫ﻣﻤﻜﻦ‬
ada dahulunya".

34
Dhid maksudnya dua yang saling berlawanan dengan kebalikan seperti gelap dengan terang, bergerak dengan diam
dan lainnya.
34

ْ َ ْ ُ ‫ﷲ اَ ُﻧﻪ َ ْﻟﻢ‬
d. Mumkin 'alimallohu annahu lam yujad (‫ﺪ‬œ‫ﻳﻮ‬ ُ ‫َ ِ َﲅ‬ ٌ ِ ْ ُ ) artinya "Mumkin yang dalam ilmu
‫ﻣﻤﻜﻦ‬
Allah tidak diadakan". Seperti iman pada Abu Jahal.
Keempat mumkin ini dita'aluqi oleh Qudrat dan Irodat.
Pembagian 'adam ada empat, yaitu :
a. 'Adam makhluqot yang azali yaitu tidak ta'aluq dengannya Qudrat dan Irodat dengan ittifaq
(sepakat) ulama karena bukan termasuk mumkin karena sesungguhnya ia adalah wajib.
b. 'Adamnya yang terus menerus sebelum wujudnya, maka ta'aluq kedua sifat dengannya
dengan arti bahwa berada dalam genggaman Qudrat jika dikehendaki-Nya dikekalkan-Nya
dan jika dikehendaki-Nya dihilangkan-Nya maka dijadikan-Nya wujud yang baharu pada
tempatnya.
c. 'Adamnya sesudah wujudnya, dita'aluqi keduanya dengannya.
d. 'Adamul mumkinat yang diketahui Allah bahwa tiada dijadikan seperti iman Abu Jahal,
ta'aluq oleh kedua sifat dengannya ditinjau dari zatnya dan mustahil jatuhnya (terjadinya)
ُ َ ْ ِ (mumkin zatnya) yaitu bisa pada zatnya. Inilah Qoul yang
ِ ‫اﻣﲀن‬
'aridhi. Tidak menafikan ‫ا"اﰏ‬
shohih.
Kata Qiil, "Tidak ta'aluq keduanya dengannya (yang terakhir) ditinjau dari ta'aluq Ilmu Allah
dengan ketiadaan jatuhnya". Dihimpunkan kedua perkataan ini atas yang muktamad dikatakan
ْ ُ ُ ). Kata Qiil, "Tiada tanjizi yang hadits".
ta'aluq Shuluhi ( ِ ‫ﺻﻠﻮ‬
Maka disimpulkan bagi Qudrat itu ada dua ta'aluq, (pertama) Shuluhi qodim artinya bahwa-
sanya ia pada azali dapat untuk mengadakan dan meng'adamkan; (kedua) Tanjizi hadits artinya
keluar (wujud) mumkinat dari ketentuan seperti menghidupkan, mematikan, menjadikan,
memberi rezeki dan lainnya".
Makna Irodat telah disebutkan sebelumnya "‫ﻴﻪ‬ِ ْ َ ‫ﻣﺎﳚﻮز َﻠ‬ ٍ ِ ْ ُ ْ ‫ﲣﺼ ْ ُﻴﺺ‬
ِ ْ َ ‫اﻟﻤﻤﻜﻦ ِﺑ‬
ُ ْ ُ َ َ ‫ﺒﻌﺾ‬ ِ ْ َ ‫ﰏ ِ َﲠﺎ‬Ñ‫ ِﺘ‬Þ َ َ ‫ﺻﻔﺔ ﻳ‬
ٌ َ ِ " artinya "Sifat
yang maujud mendatangkan dengannya menentukan sekalian mumkinat dengan sebagian
ِ ْ َ adalah merojihkan (memilih) sebagian yang harus atasnya dari
ُ ْ ‫ﲣﺼ‬
yang harus atasnya". Arti ‫ﻴﺺ‬
yang lainnya seperti ilmu umpamanya maka dirojihkan dari jahil. Keduanya adalah harus maka
ditentukan ilmu tidak jahil darinya itu takhshish Irodat. Yang harus atasnya adalah sekalian
ِ َ ِ َ َ ‫ ُﻣ‬mutaqobilat (berlawanan) seperti panjang lawannya pendek, mumkin yang
mumkin yang ‫ﻘﺎﺑﻼت‬%
berlawanan wujud dan 'adam. Sekalian ukuran seperti panjang lawan pendek, artinya ukuran
yang tertentu ganti dari sekalian ukuran yang lain. Sifat tertentu ganti dari sekalian sifat seperti
putih ganti dari hitam. Sekalian tempat artinya tempat yang tertentu ganti tempat yang lain.
Sekalian arah artinya arah yang tertentu ganti dari sekalian arah seperti masyriq ganti dari
maghrib35.
Menentukan suatu yang tertentu dari sekalian yang tersebut itu ta'tsir (bekas) Irodat, sedang-
kan mengadakannya adalah ta'tsir Qudrat. Irodat jika ia ta'alaq pada yang ahsan (baik) tanpa
i'tirodh (membantah) disebut dengan ridho Allah atau ta'aluq dengan ‫( ﻟُْﻄٌﻒ‬anugerah) dan ‫ﺎن‬ ٌ ‫ِا ْﺣَﺴ‬
dinamakan rohmat atau ta'aluq dengan ‫( ِاْﻛَﺮٌام‬memuliakan) dan ‫( َ ْﲣ ِﺼْﻴٌﺺ‬mengkhususkan)
dinamakan mahabbah atau ta'aluq dengan ‫( ُﻋُﻘْﻮﺑ ٌَﺔ‬siksa) dinamakan ‫ﺐ‬
ٌ َ‫( ﻏَﻀ‬marah). Kemudian
perlu dipahami Irodat berbeda dengan amar (perintah). Makna Amar adalah menuntut
(menyuruh) memperbuat.

35
Maksud sekalian misal itu adalah Allah menentukan bagi mumkin berada pada satu tempat tertentu dimana
pada asalnya bisa baginya dimana saja, menentukannya dengan ukuran tertentu dimana pada asalnya bisa
berukuran berapa saja, menentukannya pada waktu tertentu dimana pada asalnya bisa dalam masa yang
kapan saja. Seperti dia menentukan Si Fulan pada tanggal 20 Maret 2010 berada di Medan, tingginya saat itu
175 cm, beratnya 70 kg, rambutnya hitam dan ikal. Padahal secara akal bisa saja pada si Fulan selain itu.
35

Dalam amar dan Irodat dapat terjadi salah satu dari empat perkara :
a. Terkadang disuruh Allah dengan sesuatu dan dikehendaki-Nya seperti iman para Nabi,
malaikat dan sekalian orang mukmin;
b. Terkadang tiada disuruh dan tiiada dikehendaki-Nya seperti kafir pada mereka;
c. Terkadang disuruh dan tidak dikehendaki-Nya seperti iman pada orang telah terdahulu
Ilmu-Nya bahwa ia tidak beriman seperti Iblis dan kedua pembantunya Abu Jahal dan Abu
Lahab. Bahwasanya disuruh mereka untuk beriman dan tidak dikehendaki-Nya maka tiada
jatuh iman dari mereka;
d. Terkadang dikehendaki-Nya dan tidak disuruh-Nya seperti sekalian yang makruh dan yang
haram. Maka perkara-perkara ini tidak diperintahkan Allah ta'ala mengerjakannya tetapi
dikehendaki-Nya maka terjadi maksiat diantaranya.
Jika engkau berkata, "Apa faedah disuruh beriman serta diketahui bahwa mereka tidak
beriman?".
Jawab, "Adapun faedahnya adalah untuk menyatakan orang yang mengikut dan orang yang
menyelisihi bagi-Nya supaya diberi-Nya pahala atas yang menyampaikannya dengan pahala
َ ْ ُ 1Ñ‫ ُ ْﺴ‬å ‫وﱒ‬
tabligh karena bahwasanya Allah ta'ala itu : "‫ﻟﻮن‬ ُ 1 ْ ُå‫( " َﻻ‬Tidak ditanya Dia apa yang
ُ َ ْ َ ‫ل َﲻﺎ‬Ñ‫ﺴ‬
ْ ُ َ ‫ﻳﻔﻌﻞ‬
diperbuat-Nya dan kamu yang ditanya tentang perbuatanmu).
Pada Irodat ada tiga ta'aluq, yaitu (pertama) Tanjizi hadits yaitu menentukan ketika diadakan
dan di'adamkan; (kedua) Shuluhi qodim yaitu keadaan-Nya pada azali patut untuk menen-
tukan; (ketiga) Tanjizi qodim yaitu telah menentukan Allah pada azali bagaimana keadaan
mumkin pada yang senantiasa wujudnya atau 'adamnya.
Adalah Qudrat dan Irodat ta'aluq pada satu hukum akal saja yaitu yang jaizah (yang harus).
9.Ilmu (‫) ِ ْ ُﲅ‬. Maknanya mengetahui. Maka diketahui-Nya apa yang dahulu, yang akan datang dan
yang sekarang dengan Ilmu-Nya yang satu. Diketahui-Nya apa yang ada didalam tujuh lapis
langit dan bumi hingga kaki semut yang hitam didalam malam yang kelam dan diketahui-Nya
pula apa yang terlintas didalam hati dan pandangan mata yang khianat. Diketahui-Nya yang
maujud dan yang ma'dum. Tidak dikatakan Ilmu-Nya wahyu, iktisab (hasil usaha), dhoruri
(mudah), nazhri (hasil pemikiran). Diketahui dengan Ilmu-Nya sekalian yang wajib dari Zat-Nya,
Sifat-Nya dan Af'al-Nya; yang mustahil seperti syarik-(sekutu)-Nya yaitu diketahui-Nya tidak
ada; dan yang harus. Ta'aluq Ilmu pada hukum akal yang tiga yaitu yang wajib, yang mustahil
dan yang harus karena Ilmu bukan sifat yang memberi bekas seperti Qudrat tetapi ia hanyalah
sifat inkisyaf (menyatakan).
Had Ilmu adalah :
ٍ ْ َ ِ ‫ﺾ‬Fَ ْ ‫ﺘﻤﻞ اﻟﻨ ِﻘ‬
‫ﻪ‬œ‫ﺑﻮ‬ ً َ ‫ﻣﺎﻫﻮ ِ ِﺑﻪ ا ْ ِ®ﻜ‬
ُ ِ َ ‫ﺸﺎﻓﺎ َﻻ َ ْﳛ‬ ُ ْ ُ ْ َ ْ ‫ﺸﻒ ِ َﲠﺎ‬
َ ُ َ ‫اﻟﻤﻌﻠﻮم َ َﲆ‬ ُ ِ ‫ﺻﻔﺔ ﻳَْﻨ َﻜ‬
ٌَ ِ
Artinya : "Sifat yang menyatakan dengannya sekalian maklum sebagaimana adanya tanpa ada
ihtimal (kemungkinan) berlawanan dengan beberapa jalan".
Keluar dengan kata menyatakan adalah syak, zhon dan waham. Ketiganya tidak dinamakan
inkisyaf. Keluar dengan ‫ﻣﺎﻫ َﻮ ِ ِﺑﻪ‬
ُ َ jahil murokkab karena hal itu tidak membukakan dengan apa
adanya. Keluar dengan kata ‫ٍﻪ‬œْ‫ َﺾ ِﺑَﻮ‬Fْ‫َﻻ َ ْﳛَﺘِﻤُﻞ اﻟﻨ ِﻘ‬ i'tiqod yang tidak jazam karena dimungkinkan
berlawanan dengan adanya syak dari yang memberi syak. Dikehendaki dengan maklum tiap-
tiap yang wajib, yang mustahil dan yang jaiz. Masuk pula didalam yang jaiz itu perkara yang
tidak ada kesudahannya nikmat atau gerak penghuni syurga. Perkara ini diketahui-Nya dengan
terperinci walau tidak ada kesudahannya sekalipun. Kata Qiil, "Diketahui dengan tafshil perkara
yang ada kesudahannya. Adapun yang tidak ada kesudahannya mustahil diketahui
kehinggaannya".
36

Kata Syeikh Suhaimi rhm., "Hasil dakwa orang yang berkata tiada diketahui apa yang tiada
kesudahannya dengan tafshil tidak dii'tiqodkan kafir walaupun ia salah".
Jika engkau berkata, "Bahwasanya Ilmu Allah meliputi bagi yang tiada kesudahannya dengan
jalan tafshil bahwasanya tiada baginya kesudahan maka adalah antara keduanya berla-wanan
jadi yang menghukumkan yang tiada hingga dengan tiada tafshil pula yang paling patut. Karena
inilah berkata Imam Harmain didalam kitab Burhan, "Barangsiapa mengatakan Allah ta'ala
mengetahui yang tiada kesudahannya dengan tafshil kami safih-(bodoh)-kan akalnya". Dijawab
perkataan ini oleh Syeikh Jauhari, "Bahwasanya qiyas yang ghoib dengan yang syahid adalah
fasid. Tidak tahunya kami dengan hakikat Zat-Nya dan Sifat-Nya itu mewajibkan bagi kami
kesulitan dalam menjawab pertanyaan ini".
Adapun dengan nisbah pada Ilmu Allah, maka tidak menafikan antara perkara ini yaitu tiada
kesudahan diketahui dengan tafshil pada Ilmu Allah.
Kata satu qoul, jawabnya, "Bahwasanya apa yang tiada kesudahannya seperti nikmat syurga
dan azab neraka diketahui Allah ta'ala apa yang hendak dijadikan-Nya dengan tafshil sebelum
dijadikan-Nya dan tidak diketahui akhirnya karena tiada akhir baginya hingga diketahui-Nya hal
itu maka itu bukanlah jahil karena Dia mengetahui akan sesuatu atas apa yang memang
demikian keadaannya".
Telah berkata Fahri, "Telah mufakat kaum Muslimin bahwasanya nikmat syurga dan azab orang
kafir didalam neraka tiada kesudahan baginya. Allah ta'ala Tuhan yang menjadikan dan
dikehendaki-Nya maka tidak tashowur yang demikian itu melainkan diketahui-Nya sekaliannya
itu dengan tafshil".
Demikian lagi diketahui-Nya pula sekalian yang ma'dum karena inilah kafir orang yang berkata,
"Ma'dum tidak mengetahuinya Allah ta'ala".
(Hikayat) Ketika Hatim al-Ashom memasuki negeri Baghdad, berkata seseorang kepadanya,
"Disini ada seorang Yahudi yang telah mengalahkan banyak ulama". Berkata Hatim, "Biar aku
berhujjah dengannya". Ketika hadir Yahudi itu, ia bertanya pada Hatim, "Apa sesuatu yang tidak
diketahui Allah ta'ala? Apa perkara yang tidak ada pada Allah ta'ala? Apa perkara yang tidak ada
dalam perbendaharaan Allah ta'ala? Apa perkara yang Allah ta'ala bertanya pada hamba-Nya?".
Berkata Hatim baginya, "Jika aku menjawab pertanyaanmu itu engkau masuk Islam". Jawabnya,
"Benar!". Berkata Hatim, "Adapun yang tidak diketahui Allah ta'ala adalah syarik-(sekutu)-Nya
dan anak-Nya dan tidak diketahui bagi-Nya ada sekutu dan ada anak. Adapun yang tidak ada
pada Allah ta'ala adalah zholim, bahwasanya Allah ta'ala tiada menzholimi manusia sedikitpun.
Yang tidak ada dalam perbendaharaan Allah ta'ala adalah fakir (‫ﻧﱲ ا ْ ُﻟﻔﻘَ َﺮ ُاء‬
ُ ُ ْ (1 ‫وﷲ اﻟْﻐ ِ >َﲏ َو‬
ُ َ ) artinya "Allah
itu Kaya dan kamu itu faqir". Yang ditanya Allah ta'ala pada hamba-Nya adalah memberi
hutang, karena firman-Nya (‫ ًﻨﺎ‬T‫ﷲ َ ْﻗﺮﺿً ﺎ َﺣ َﺴ‬ ُ ِ ْ 1 ‫ ) َو‬artinya "dan hutangilah Allah dengan hutang
َ ‫(ﻗﺮﺿ ْﻮا‬
yang baik". Maksudnya dahulukan olehmu untuk dirimu pada Allah ta'ala apa yang engkau
harap pahalanya. Maka menamakan Allah ta'ala sedekah dan amal sholeh orang mukmin
dengan mengharapkan pahala yang dijanjikan-Nya dengan ‫ َْﻗﺮﺿً ﺎ‬hutang. Karena mereka beramal
mencari pahala, Allah ta'ala yang mencukupi mereka dan supaya jangan dibangkitkan dari
kubur dalam keadaan faqir maka dinamakan hal itu ‫ َْﻗﺮﺿً ﺎ‬yaitu menghutangi". Islamlah Yahudi
saat itu juga.
(Faedah) Datang seorang laki-laki berdiri pada majlis pengajian Ibnu asy-Syajari. Ia sedang
duduk diatas kursi memberi pengajaran dan mentafsirkan makna firman Allah ta'ala : ‫ﻫﻮ ِﰱ‬ ٍ ْ َ ‫ُﰻ‬
َ ُ ‫ﻳﻮم‬
ٍ Þ َ ("Tiap-tiap hari Dia pada pekerjaan-Nya"). Berkata laki-laki itu padanya, "Wahai orang ini,
‫ن‬Ñ‫ﺷ‬
apa perbuatan Tuhan-mu sekarang ini?". Diam ia tidak dijawabnya dan semalaman ia dalam
keadaan bersedih. Melihat ia Nabi j didalam tidurnya, maka diceritakannyalah perkara itu dan
37

bertanya akannya. Maka sabdanya, "Yang bertanya padamu itu Khidir dan ia akan kembali
padamu. Jawab olehmu, :
‫ﻦ‬jَ ْ‫َ ْﺮ َ ُﻓﻊ ٓ َ(ﺧ ِﺮ‬j‫ ْ(ﻗ َﻮ ًاﻣﺎ َو‬1 ‫ﳜﻔﺾ‬ َ ِ ِ َ ¤ْ َ ‫ﺒﺪﳞﺎ َ َوﻻﻳ‬
ُ َ ْ َ ‫ﺪﲠﺎ‬% َ ْ ِ ْ ُ‫ﺷﺆن ﻳ‬
ٌُُ
Artinya : "Beberapa perbuatan yang dinyatakan dan tidak berkehendak memulai pengeta-huan,
merendahkan beberapa kaum dan meninggikan yang lainnya".
Berpagi-pagi senanglah hatinya. Lalu datang padanya yang bertanya dengan diulanginya
pertanyaannya, dijawablah dengan apa yang diajarkan Nabi j. Berkata yang bertanya,
"Bersholawatlah engkau akan orang yang mengajarimu". Makna firman Allah ta'ala ini adalah
bahwasanya didalam tiap-tiap waktu Allah pada urusan-Nya, menyatakan Dia apa-apa yang
dikehendaki-Nya pada azali seperti menghidupkan, mematikan, mengangkatkan, menghina-
kan, meng'adamkan dan memperkenankan pinta hamba-Nya.
Berkata penghulu kami ahli tasawuf, “Setiap seorang manusia sehari semalam bernapas
sebanyak 124.000 napas yang pertengahan. Setiap satu nafas darinya 1000 yang mati, 1000
yang dilahirkan, 1000 yang dihamilkan. Padanya 100.000 kesenangan diberikannya pada
hamba-Nya yang dekat”.
Pada satu riwayat dari ahli tarikh (sejarah), "Pada tiap-tiap satu jam 600.000 perempuan yang
beranak, 600.000 orang perempuan yang hamil, 600.000 orang yang hina ditinggikan dan
sebaliknya, 600.000 pembebasan dari neraka dan disamping yang demikian malaikat adalah
makhluk yang paling banyak".
Berkata Syeikh Sonhaji didalam Kanzul asror, "Bahwasanya anak Adam sepersepuluh binatang
darat, sekalian binatang darat dan manusia sepersepuluh burung-burung. Sekalian itu
sepersepuluh binatang laut. Sekaliannya sepersepuluh malaikat di langit pertama. Sekaliannya
sepersepuluh malaikat di langit kedua. Demikianlah terus hingga kepada Kursi dan 'Arasy".
Bagi sifat Ilmu ini satu ta'aluq, yaitu Tanjizi Qodim. Yaitu inkisyaf bagi sekalian yang wajib,
mustahil dan jaiz pada azali dan abadan (selama-lamanya) bukan dengan ‫ﻣﻞ‬1Ñَ ‫( ﺗ‬memper-hatikan)
ْ َ ْ ِ T‫( ِا ْﺳ‬mengambil dalil). Berkata Fakhrur-Rozi, "Bagi Ilmu dua ta'aluq, Sholuhi yaitu ta'aluq
dan ‫ﺘﺪﻻل‬
dengan seluruh perkara dahulu dari diadakan dan Tanjizi yaitu mengetahui sesudah sifat
bagaimana keadaannya". Perkataan ini mardud.
ٌ َ ‫) َﺣ‬. Hayat artinya Hidup. Yaitu ibarat dari sifat yang Qodim berdiri pada Zat-Nya, bukan
10. Hayat (‫ﺎة‬F
Hidup-Nya itu dengan nyawa atau nafas atau ‫( َﻣﺰَج‬percampuran/gabungan) yaitu berasal dari
unsur yang empat, bukan hidup dengan makanan. Tidak dapat mengadakan dan
meng'adamkan sesuatu, tidak membukakan hakikat sesuatu, tidak menunjukkan sesuatu
seperti Kalam. Dikatakan pada manusia mati bila terpisah nyawa dari badan. Pada Allah ta'ala
dihukumkan mati jika Hidup-Nya dengan nyawa, dengan makanan dan ‫ِﻣَﺰاج‬. Hidup pada Allah
ta'ala adalah ibarat dari :
ٍ ْ َ ِ ‫َﺘﻌﻠﻖ‬
‫ﴚء‬ ْ ْ ‫ﻗﺎﻣﺖ ِ ِﺑﻪ‬
ُ َ َ ‫اﻻد َر ُاك َ َوﻻﺗ‬ ْ َ ِ ‫ﺗﺼﺤﺢ‬
ْ َ َ ‫ﻟﻤﻦ‬ ٌَ ِ
ُ ِّ َ ُ ‫ﺻﻔﺔ‬
Ì
Artinya : "Sifat yang mengesahkan bagi sifat berdiri dengannya idrok dan tidak ta'aluq dengan
sesuatu".
Yaitu Sifat berdiri pada Zat-Nya yang Qodim mengesahkan sekalian sifat yang ada pada Zat
yang memiliki Idrok yaitu A'limun, Sami'un, Bashirun dan Mutakallimun. Lazim dengan tiadanya
Hayat maka tiada pula sifat ma'ani dan tiada lazim dengan adanya ada sifat ma'ani dan tiadanya
dinisbahkan yang baharu.
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬, lazim ada Hayat maka ada sekalian sifat Ma'ani karena sifat Allah
Adapun disisi Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
tidak terpisah satu dengan lainnya dan tidak terpisah dari Zat yang Qodim selama-lamanya.
Hayat tidak ta'aluq dengan sesuatu yaitu tidak menuntut perkara yang lebih dari berdirinya
38

pada Zat, hanya ia mensahkan untuk sebagian sifat idrok. Adapun yang bukan sifat idrok maka
ia bukan syarat mensahkan seperti warna dan bau-bauan tidak disyaratkan padanya hayat.
ِ َ ). Sama' artinya Mendengar.
11. Sama' (‫ﲰٌﻊ‬
ٌ ِ َ ‫)ﺑ‬. Bashor artinya Melihat. Wajib kita i'tiqodkan bahwasanya Allah ta'ala Sami'un
12. Bashor (‫ﴫ‬
(Yang Mendengar) dan Bashirun (Yang Melihat). Tidak lenyap dari pendengaran Allah yang
didengar-Nya walau tersembunyi dan tidak lenyap dari penglihatan-Nya sekalian yang dilihat-
Nya walaupun kecil. Tidak terhijab pendengaran-Nya dengan jauh dan tidak menghilangkan
penglihatan-Nya dengan gelap. Melihat bukan dengan biji mata, bukan dengan kelopak mata.
Mendengar bukan dengan lubang telinga seperti mengetahui bukan dengan hati, menampar
bukan dengan anggota, menjadikan sesuatu tidak dengan pembantu. Tidak menyerupai Sifat-
Nya dengan sifat makhluk seperti juga tidak menyerupai Zat-Nya dengan seluruh zat makhluk.
Makna sama' pada yang baharu adalah ibarat dari kekuatan yang diletakkan pada urat yang
dekat lubang telinga yang mendapatkan dengannya sekalian suara. Adapun disisi Tuhan kita
ibarat dari :
ٍُْ َْ ‫ﰻ‬
‫ﻣﻮﺟﻮد‬ > ُ ‫ﺸﻒ ِ َﲠﺎ‬ ِ ِ َ ِ ‫ﻗﺎﺋﻤﺔ‬
ُ ِ ‫ﺑﺬاﺗﻪ ﻳَْﻨ َﻜ‬ ٌ َ ِ َ ‫ﺻﻔﺔ‬
ٌَ ِ
Artinya : "Sifat yang ada pada Zat yang membukakan dengannya tiap-tiap yang maujud".
Makna Bashor pada yang baharu ibarat dari kekuatan yang dijadikan pada dua urat yang
berongga yang bertemu keduanya didepan otak kemudian terpisah keduanya dan timbul pada
dua mata. Urat yang dikiri ke mata kanan dan urat yang kanan ke mata kiri. Menda-patkan
dengannya sekalian jisim, warna dan keadaan. Adapun disisi Tuhan kita ibarat dari :
ٍُْ َْ ‫ﰻ‬
‫ﻣﻮﺟﻮد‬ ُ ِ ‫ﻗﺎﺋﻤﺔ ِ َﺑﺬا ِ ِﺗﻪ ﻳَْﻨ َﻜ‬
> ُ ‫ﺸﻒ َ ُ[ ِ َﲠﺎ‬ ٌ َ ِ َ ‫ﺻﻔﺔ‬
ٌَ ِ
Artinya : "Sifat yang ada pada Zat yang membukakan bagi-Nya dengannya tiap-tiap yang
maujud".
Dimaksud dengan yang maujud adalah Zat Allah dan sekalian sifat-Nya yang maujud atau yang
tsubutiyah dan seluruh makhluk. Maka Sama' dan Bashor ta'aluq keduanya pada sekalian yang
maujud sama ada Qodim atau baharu. Mendengar dan Melihat pada azali Ia akan Zat-Nya dan
sekalian Sifat-Nya yang wujudiyah sehingga didengar-Nya Sama'-nya dan Bashor-Nya dengan
Sama'Nya dan dilihat-Nya Bashor-Nya dan Sama'-Nya dengan Bashor-Nya. Mendengar dan
Melihat apa yang senantiasa zat kainat dan sekalian sifatnya yang wujudiyah ada ia dari
bersuara atau lainnya seperti kasih, benci; berjisimkah ia atau berwarna atau berbau atau berasa
dari rasa yang sembilan sebagaimana telah disebutkan sebelumnya; akwan yang empat yang
juga telah disebutkan sebelumnya maka seluruhnya itu didengar-Nya dan dilihat-Nya.
(Masalah) Datang seorang Yahudi pada Abu 'Abdulloh Muhammad bin Kholil, ia berkata,
"Bukankah engkau berkata Allah itu Qodim?". Kata kami, "Benar!". Katanya, "Sama’-Nya
Qodim?". Jawab kami, "Benar!". Tanyanya, "Apa yang didengar-Nya pada azali sebelum
dijadikan-Nya makhluk dan suara mereka dan kalam mereka?". Jawabku, "Ta'aluq Sama'-Nya
yang Qodim dengan Kalam-Nya yang Qodim". Segeralah Yahudi itu mencium tangannya.
Kataku, "Kutambahkan untukmu saudaranya yaitu Bashor yaitu penglihatan Allah itu Qodim
pula ta'aluq pada azali dengan Wujud-Nya yang azali".
Keluar dengan kata maujud adalah yang ma'dum baik mustahil atau mumkin. Tidak ta'aluq
Sama' dan Bashor dengan keduanya bahkan Sama'-Nya dan Bashor-Nya patut melihat mumkin
yang diketahui-Nya akan diadakan.
Untuk Sama' dan Bashor karenanya itu ada tiga ta'aluq, (pertama) Tanjizi Qodim yaitu ta'aluq
keduanya dengan Zat-Nya dan Sifat-Nya; (kedua) Sholuhi Qodim yaitu ta'aluq keduanya
dengan sekalian mumkinat yang diketahui Allah hendak dijadikan-Nya sebelum dijadikan; dan
39

(ketiga) Tanjizi hadits yaitu ta'aluq keduanya dengan yang maujudat yang mumkin setelah ada.
Inilah didasarkan qoul yang muktamad bahwa Sama' dan Bashor ta'aluq dengan yang maujud.
Kata qiil, "Sama' ta'aluq pada suara saja baik nyaring atau sir". Qoul ini dhoif karena jika tidak
mendengar melainkan hanya suara niscaya tidak mendengar Nabi Musa Kalamulloh ta'ala
karena Kalamulloh tidak berhuruf dan tidak bersuara. Karena lebih sama' Musa dari Sama' Allah
adalah bathil. Kemudian lagi jika tertentu dengan suara maka sama dengan sama' yang baharu
maka lazim iftiqor pada yang menjadikan sedangkan iftiqor tiada ada melainkan yang baharu
maka mustahil bagi Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬. Wajib kita i'tiqodkan bahwasanya inkisyaf Ilmu Allah berbeda
dengan inkisyaf Sama' dan bashor, inkisyaf Sama' berbeda dengan inkisyaf Bashor dan Ilmu,
inkisyaf Bashor berbeda dengan inkisyaf Ilmu dan Sama' karena tiap-tiap sifat Tuhan kita
berbeda dengan yang lainnya dan tidak lazim ta'aluq ketiganya pada tempat yang satu karena
jadi tahshilul hashil. Maka berlainan ta'aluq ketiganya.
13. Kalam (‫ٌم‬oََ). Kalam maknanya berkata-kata. Arti Kalamulloh yang Qodim adalah :
ِ َ َ َ َ ‫ﻣﻦ اﻟْ ُﻤ‬
‫ﺘﻌﻠﻘﺎت‬ ُ ْ ِ ْ ‫ﺘﻌﻠﻖ ِ ِﺑﻪ‬
َ ِ ‫اﻟﻌﲅ‬ ُ َ َ َ ‫وﺘﻌﻠﻖ ِ َﺑﻤﺎ ﻳ‬
ُ َ َ َ ‫ﺬاﺗﻪ َ ﻳ‬ ٌ ِ َ ‫ﻣﻌﲎ‬
ِ ِ َ ‫ﻗﺎﰂ ِﺑ‬ ًَْ
Artinya : "Ma'na yang berdiri pada Zat, ta'aluq ia dengan yang dita'aluqi Ilmu".
Yaitu tiap-tiap yang wajib, mustahil dan jaiz dengan keadaannya mahasuci dari berhuruf dan
bersuara, terdahulu dan terkemudian, jahar dan sir, i'rob dan lahan karena semua itu adalah
sifat kalam baharu sedangkan Kalamulloh Qodim dan yang Qodim tidak disifatkan dengan sifat
yang baharu. Kaifiatnya majhul (tidak diketahui) bagi kita seperti juga tidak dapat kita
mengetahui Zat-Nya dan Sifat-Nya. Huruf-huruf itu hanyalah ibarat darinya saja sedangkan
ibarat lain dari yang diibaratkan. Huruf Al-Qur'an menunjukkan atas Kalamulloh yang azali yang
berdiri pada Zat-Nya. Dikatakan juga Al-Qur'an itu Kalamulloh sebab ia menunjukkan-nya.
Mufakat ulama salaf bahwa haram mengatakan "Al-Qur'an makhluk" dengan maksud lafadznya
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad j kecuali pada tempatnya supaya jangan
menimbulkan waham baharu sifat yang berdiri pada Zat. Jadi fasiklah yang mengatakan
makhluk Al-Qur'an tidak jadi kafir. Jadi kafir orang yang mengatakan, "Makhluk Kalamulloh
yang berdiri pada Zat-Nya".
1 ْ ‫( َو ِ ٰ ّ ِ اﻟْ َﻤﺜ َُﻞ‬Dan Allah Tinggi dari permisalan) engkau sebut seorang laki-laki
Seperti misalnya ‫ا› َْﲆ‬
dengan lidahmu. Sebutan laki-laki masuk dilidahmu dan zat laki-laki tidak masuk dilidahmu,
maka inilah makna perkataanmu dibaca pada lidah. Demikian lagi apabila menyu-ruhmu
seorang laki-laki atau Allah melarangmu dari sesuatu, maka engkau bangkitkan dihatimu
suruhan dan larangannya saja bukan laki-laki itu masuk dihatimu, inilah makna dikatakan ‫َﻣْﺤُﻔْﻮ ٌظ‬
> ‫( ِﰱ‬terpelihara di hati). Demikian lagi engkau tuliskan nama laki-laki didalam suratmu,
‫اﻟﺼُﺪْوِر‬
masuklah nama laki-laki itu didalam suratmu tidak zat laki-laki itu masuk pada suratmu, inilah
makna menulis di mushaf. Maka jangan engkau sangka yang engkau baca, yang engkau hafazh
(hafal) dan yang engkau tulis adalah Kalamulloh tetapi menunjukkan Kalamulloh yang Qodim.
Kalamulloh yang Qodim tidak terpisah dari Zat-Nya yang Qodim, tidak berhuruf dan tidak
bersuara, tidak terdahulu dan terkemudian dan tidak masuk Kalamulloh didalam kitab-Nya Al-
Qur'an, Taurat, Injil dan Zabur. Tidak tepisah selama-lamanya dari Zat-Nya dan tidak ada
seorangpun yang bersifat dengannya dari selain-Nya.
Kemudian lagi jika kita katakan qiroat dan tilawah itu Kalamulloh yang Qodim, niscaya jadi
baharu Kalamulloh saat engkau baca dengan lidahmu karena masuk Kalamulloh pada lidahmu.
Jika masuk Kalamulloh pada lidahmu maka masuk pula Allah pada lidahmu karena tidak dapat
terpisah sifat dengan zat. Telah mufakatlah sekalian ulama Kalamulloh tidak berdiri pada dua
zat dan tidak berkata-kata dengannya dua orang yang berkata-kata, tidak berkata-kata dengan
Kalamulloh melainkan Allah saja.
40

Nisbah tilawah dan qiro`at bagi Kalamullah seperti nisbah bayangan dengan yang mempu-nyai
bayangan. Siapa yang mengatakan bayangan adalah yang mempunyai bayangan maka
dikatakanlah tilawah itu Kalamulloh. Siapa yang mengatakan bayangan lain dari yang mem-
punyai bayangan hanya ia adalah bayangan dari yang punya bayangan niscaya dikatakan
tilawah menunjukkan Kalamulloh. Mufakat Ahlussunnah mengatakan Al-Qur`an adalah
Kalamulloh yang Qodim bukan makhluk karena ditakutkan menimbulkan waham jika dika-
takan Qur`an itu baharu jadi baharu Kalamulloh maka jadi kafir sehingga dimutlakkan per-
kataan yang menunjukkan Kalamulloh dikatakan juga Kalamulloh karena takut waham itu.
Ketahui olehmu, jika engkau dengar Kalamulloh dari manusia niscaya engkau dengar ٌ (‫وﻣﻘﺮو‬ Ï ُ ْ ‫َﻣ‬
ٔ ْ ُ ْ َ َ ‫ﻠﻮ‬%
(yang membaca dan yang dibaca) dan jika engkau dengar dari Allah di akhirat engkau dengar
tiada ‫ َﻣْﻘُﺮْوٌء‬dan tiada ‫ﻠٌُﻮ‬%ْ‫ َﻣ‬. Maka Qur`an itu kembali yakni dikatakan pada sisi manusia tilawah dan
pada sisi Allah ta'ala mahasuci dari tilawah dan qiro`at dan mahasuci dari berhuruf dan bersuara
pada lughot. Bahwasanya Allah ta'ala apabila berkata-kata tiada berkata dengan lafadz dan
tidak berkata dengan huruf. Kalamulloh adalah sifat-Nya yang satu yang berdiri pada Zat
selama-lamanya, difahamkan darinya amar (perintah), nahi (larangan), wa'ad (janji pahala),
wa'id (janji siksa), targhib (menggemarkan), tarhib (menakuti) dan lainnya. Tidak dikatakan
'arobi. Jika dikatakan 'arobi niscaya dinamakan sebagai satu bahasa dari beberapa bahasa.
Dinamakan yang turun dengan bahasa arab Al-Qur`an, dinamakan dengan bahasa 'Ibrani
Tauroh, jika dengan bahasa Suryani (semit) dinamakan Injil dan jika dengan bahasa Qibthi
dinamakan Zabur. Semua Kalamulloh itu dikatakan lughowiyah ishthilahiyah (bahasa istilah)
bukan hakiki. Yang masyhur Kalamulloh adalah ma'ani yang qodim dan Qur`an dalam lafazh
baharu walau keduanya dikatakan lafazh dan makna bersamaan sekalipun. Berbeda namanya
disebabkan berbeda lafazh bahasa saja sedang Kalamulloh itu satu. Perumpamaannya seperti
pinang dalam bahasa Melayu dan pupal dalam bahasa arab, safari dalam bahasa India
sedangkan hakikatnya yang dinamakan itu hanya satu yaitu pinang. Demikian kita fahamkan.
Arti ta'aluq pada yang wajib yaitu menunjukkan yang wajib seperti firman Allah ta'ala :
S(َ1 ‫ﷲ َ ِﻻا ٰ َ[ ِاﻻ‬
ُ S(َ 1
Artinya : "Aku-lah Allah tiada Tuhan selain Aku".
Pada yang mustahil seperti firman-Nya :
َ َ َ ‫¼ﻟﺚ‬
‫ﺛﻼﺛﺔ‬ َ ‫ِان‬
ُ َِ ‫ﷲ‬
Artinya : "Kata Nashoro, "Bahwasanya Allah yang ketiga dari yang tiga "
Pada yang harus seperti firman Allah ta'ala :
‫وﻣﺎﺗﻌﻤﻠﻮن‬ ْ ُ َ َ َ ‫وﷲ‬
َ ْ ُ َ ْ َ َ َ ‫•ﻠﻘﲂ‬ ُ َ
Artinya : "Allah yang menjadikan kamu dan seluruh perbuatanmu".
Bagi Kalam itu satu ta'aluq saja yaitu Tanjizi Qodim, tetapi kata Asy'ari, "Baginya dua ta'aluq,
(pertama) Sholuhi qodim dengan i'tibar perintah dan larangan sebelum ada mukhoththob (yang
diajak bicara) dengan keduanya; dan (kedua) Tanjizi hadits yaitu sesudah wujud mereka dengan
i'tibar keduanya".
(Faedah) Seluruh kitab Allah yang turun dari langit diturunkan dalam bahasa Arab, kemudian
diterjemahkan setiap Nabi untuk umatnya dengan lisan-(bahasa)-nya. Jibril mendengar
Kalamulloh tanpa huruf dan suara dan tiada arah tertentu. Dipahami darinya makna Al-Qur`an,
memerintahkan Allah ta'ala mengambil bahasanya dari Lauh Mahfuzh dengan perantaraan
Isrofiil. Maka tiap-tiap huruf dari seluruh huruf Qur`an di Lauh Mahfuzh seukuran gunung Qoof
besarnya dan dibawah tiap-tiap huruf beberapa makna yang tiada meliputi dengannya
melainkan Allah ta'ala saja. Jadilah bahasa dan makna turun atas Nabi j. Mengambil Jibril dari
Lauh Mahfuzh dan diimla`-kan pada Safaroh ‫ﺳﻔﺮٌة‬ َ َ َ yaitu malaikat didalam Baitul 'Izzah di langit
41

dunia. Oleh mereka ditetapkan dalam shuhuf (lembaran) mereka. Kemudian bila Allah ta'ala
berkehendak menurunkan sesuatu darinya kepada Nabi j, ber-firman Dia padanya dengan
tanpa huruf dan suara lalu dipahaminya Kalam-Nya yang diturunkan dalam ukuran tertentu.
Kemudian memerintahkan Allah ta'ala akan Isrofiil dengan menengahi Lauh Mahfuzh bahwa
diturunkan dengan ukuran itu. Diturunkan Qur`an sedikit-sedikit atas Nabi j hingga habis
dalam waktu sekitar 23 tahun.
(Faedah) Adapun yang pertama-tama mengatakan Qur`an itu makhluk adalah Ahmad bin Abu
Daud. Dijatuhkannya (disampaikannya) hal itu pada Ma’mun khalifah Baghdad dan (oleh
khalifah) dibaguskannya perkataan itu dan dilihatnya sebagai kebenaran, lalu diikutnya dan
disuruhnya kepada sekalian negeri bawahannya untuk mengatakan bahwa Al-Qur’an itu
makhluk dan tiap-tiap orang yang tidak mengikut perkataannya maka dibunuhnya. Mengam-bil
dalil mereka akan hal itu dengan firman Allah ta’ala :
ٰ ْ ُ ‫ﺟﻌ ْﻠ َﻨﺎ‬
º ‫ً َ َ ِﺑ‬S‫ﻗﺮا‬
‫ﻋﺮﻴﺎ‬ َ َ S‫ِا‬
Artinya : “Dan Kami Jadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab”.
Setiap yang dijadikan maka ia adalah makhluk. Sebagian ulama mengikut sebab takut dan
sebahagian lagi tidak mengikut maka disakitinya dengan berbagai jenis siksaan. Sebagian dari
mereka dibunuh dan sebagian lagi dipenjarakan. Adapun yang mengikut diberinya ber-bagai
macam hadiah. Diantara mereka yang tidak mengikut adalah Imam Ahmad bin Hambal maka
iapun hendak dibunuh. Ketika sampai berita itu padanya diapun berdoa kepada Allah memohon
pertolongan maka tidak sampai pagi hari terdengar teriakan dirumah Ma’mun. Datang
khadamnya dan berkata, “Benar Ahmad Al-Qur’an itu Kalamulloh bukan makhluk sanya telah
mati Amirul Mu’minin”. Digantikan Ma’mun oleh Mu’tashim billah Muhammad saudara
Ma’mun. Dipesankan padanya menyuruh mengatakan Qur’an itu makhluk. Dipang-gillah Imam
Ahmad untuk munazhoroh, maka munazhorohlah Imam Ahmad bin Hambal dengan Ahmad bin
Abu Daud maka kalah Ahmad bin Abu Daud. Dikerasilah Imam Ahmad bin Hambal untuk
mengatakan Qur’an itu makhluk tetapi ia tidak mau maka dipukullah ia kira-kira lima belas kali
pukulan putuslah tali celananya dan jatuhlah celananya. Lalu Imam Ahmad memandang ke
langit dan tidak sempurna bacaannya melainkan keluar tangan emas mengangkatkan
celananya. Tatkala melihat orang-orang akan yang demikian maka mereka berkeinginan untuk
membunuh Mu’tashim, maka dihentikanlah pukulan itu dan ditahan ia dipenjara sekitar dua
puluh delapan bulan. Matilah Mu’tashim dan digantikan oleh Watsiq billah Harun anak
Mu’tashim, menyatakan pula dia bahwa Qur’an itu makhluk maka Imam Ahmad
menyembunyikan dirinya. Lalu didatangkanlah Ahmad bin Nashar al-Khuza’i dan disuruh
mengatakan Qur’an itu makhluk maka ia berkata Qur’an itu Kalamulloh. Dikatakan kepadanya,
“Halallah darahnya”. Disuruhlah untuk membunuhnya, lalu ia dibunuh dan kepalanya dipotong
lalu digantungkan diarah matahari terbit (Timur) kota Baghdad selama beberapa hari dan
diarah matahari terbenam (Barat) beberapa hari. Didengar oleh orang-orang bahwa pada
malam hari kepala itu membaca Laa ilaaha illallaah dan surat Yaasiin. Dalam satu riwayat
membaca :
‫َُﻨْﻮَن‬%‫(ْن ﻳ َُْﱰُﻛْﻮا َاْن ﻳ َُﻘْﻮﻟُْﻮا ( ٓ َﻣ…ﺎ َوُْﱒ َﻻﻳُ ْﻔ‬1 ‫ َﺣِﺴَﺐ اﻟﻨُﺎس‬1( . ‫اﱂ‬
maka oleh Harun disuruh menulis surat dan digantungkan pada telinganya dengan tulisan :
‫…ﲔ‬ ْ ُ ْ ‫(ﻣﲑ‬
َ ْ ِ ‫اﻟﻤﺆ ِﻣ‬ ِ ِ ‫ﻫﺎرون اﻟْ َﻮ ِ ُاﺛﻖ‬
ُ ْ ِ 1 Ž^ ُ ْ ُ َ ‫اﻻﻣﺎم‬ ِ ُ ْ ‫ﻧﴫ اﻟْﺨ َُﺰ ِاﻋﻰ َد َ ُﺎﻩ َﻋ‬
ُ َ ْ َ ‫ﺒﺪﷲ‬ َ ْ 1 ‫ ُ(س‬Þ ‫ ٰﻫ َﺬا َر‬. ‫اﻟﺮﺣﲓ‬
ِ ْ َ ‫(ﲪﺪَ ْ ِ—ﻦ‬ ِ ْ ِ ‫اﻟﺮﲪ ِﻦ‬ ْٰ ‫ﷲ‬ ِ ‫ِْﺴ ِﻢ‬
Ì ‫ﻓﻌ|¸ ﷲ ِ َاﱃ اﻟﻨﺎر‬
ِ َ ُ ْ ‫ﰉ ِاﻻ‬Ñ‫ﻓ‬
ُ ُ َ َ َ ‫اﻟﻤﻌﺎ ِﻧﺪَ َة‬ َ 1 َ ‫ ْ َﺒﻪ‬T‫ﲞﻠﻖ ْ ُاﻟﻘ ْﺮ ٓ ِ(ن َو َ َﻧﻔﻰ اﻟ ِ ّﺸ‬ ِ ْ َ ْ ‫ِ َاﱃ‬
ِ ْ َ ِ ‫اﻟﻘﻮل‬
Artinya : “Inilah kepala Ahmad bin Nashor al-Khuza’i telah menyerunya Abdullah al-Imam Harun
al-Watsiq billah Amirul mukminin untuk berkata Qur’an itu makhluk dan menepikan syubhat
tapi ia enggan bahkan ingkar maka Allah menyegerakan neraka padanya”.
42

Matilah Watsiq dan digantikan saudaranya Mutawakil ’alalloh Ja’far. Masuk menemuinya Abdul
'Aziz bin Yahya kepadanya dan ia berkata, “Adalah suatu perkara yang sangat ajaib dalam
perkara Watsiq bahwa ia membunuh Ahmad bin Nashor al-Khuza’i padahal lidahnya tetap
membaca Qur’an”. Maka akhirnya Mutawakilpun inshaf dan dicelanya perbuatan saudaranya
dan ia memerintahkan pada sekalian negeri bawahannya untuk mengatakan bahwa Qur’an itu
bukan makhluk. Ia meminta untuk menghadirkan Imam Ahmad bin Hambal dan ia berkata,
“Telah terang dunia dengan laki-laki ini”. Lalu ia dipakaikan dengan beberapa pakaian yang
indah-indah dan diberi seorang sahaya tetapi oleh Imam Ahmad hal itu tidak diterimanya dan ia
menangis, lalu berkata, “Selamatlah aku dari sekalian mereka pada seluruh umurku hingga
hampir umurku dibala’kan dengan mereka dan dengan dunia mereka”. Kemudian
ditanggalkannya pakaian itu dan dikembalikan. Kata Basyir al-Khofi, “Tiada seorang yang paling
kuat berkata seumpama perkataan Imam Ahmad bin Hambal dalam cobaan ketika disuruh
mengatakan Qur’an itu makhluk, maka pada saat itu diberi ia maqom para nabi”. Karena itu
pulalah maka mengirim utusan Imam Syafi’i ke Baghdad untuk meminta baju yang dipakai
ketika ia dipukul. Dikirimkanlah baju itu kepadanya lalu diambil oleh Imam Syafi’i dan
dibasuhnya lalu diminumnya airnya. Lalu sisa air itu diletak-kannya di dalam kaca yang bila sakit
sahabatnya diberinya sedikit dari padanya yang bila disapukan pada tubuh maka hilanglah
sakitnya. Kata Qiil, “Dilihat oleh seseorang didalam tidurnya akan Ahmad bin Hambal, lalu ia
berkata, “Apa yang diperbuat Allah untukmu?” Katanya, “Diampunkan bagiku kemudian Dia
berkata, “Hai Ahmad, dipukul engkau karena-Ku?” Kataku, “Benar, wahai Tuhan-ku!”. Maka
firman Allah, “Ini Muka-Ku, perhatikan olehmu pada-Nya, sungguh telah Kubolehkan bagimu!”.
Demikian lagi, telah melihat oleh Imam Syafi’i akan Nabi j pada tidurnya, sabdanya, “Kirimkan
surat olehmu pada Abi Abdullah (yakni Ahmad bin Hambal). Sampaikan salamku kepadanya
dan katakan olehmu bahwa akan dicoba ia dan disuruh mengatakan Qur’an itu makhluk maka
jangan ia perkenankan karena sangat berkatnya serta akan diangkatkan ilmunya oleh Allah
hingga hari kiamat”. Maka ditulis oleh Imam Syafi’i surat itu dan dimintanya Rabi’ untuk
membawanya. Ketika surat itu sampai kepadanya berkata Rabi’, “Beri olehmu kepadaku hak
bisyaroh!” Oleh Imam Ahmad dilepaskannya bajunya dan diberikannya pada Rabi’.
Maka inilah tujuh sifat yaitu Qudrat, Irodat, Ilmu, Hayat, Sama', Bashor dan Kalam dinama-kan
dengan sifat Ma'ani. Arti sifat Ma'ani adalah :
ً ْ ُ ‫ ْ(و َﺟ َ ْﺖ‬1 ‫ﺑﻤﻮﺟﻮد‬
‫ﺣﳬﺎ‬ ٍ َ ِ َ ‫ﻣﻮﺟﻮدة‬
ٍ ْ ُ ْ َ ِ ‫ﻗﺎﺋﻤﺔ‬ ٍ َ ْ ُ ْ َ ‫ﺻﻔ ٍﺔ‬
َِ ‫ﰻ‬

Artinya : "Tiap-tiap sifat yang maujud pada dzihin dan pada khorij, berdiri dengan yang maujud
(berdiri pada Zat Allah ta'ala) mewajibkan hukum".
Yaitu manakala berdiri ia pada zat maka mentsabitkan pada zat itu hukum yaitu sifat
Maknawiyah seumpama Qudrat manakala ia berdiri pada zat maka mewajibkan zat itu hukum
yaitu dikatakan Qoodirun. Demikianlah dikatakan ketujuhnya. Dikatakan pula pada sifat Ma'ani
َ ِ َ َ ‫ﻻﱔ ُ َﻫﻮ‬
ُ ُ ْ َ ‫وﻻﱔ‬
: ‫¡ﲑﻩ‬ َ ِ َ bukanlah sifat itu zat dan bukan pula sifat itu lain dari zat.
Sifat ini ditinjau dari segi ta'aluqnya maka terbagi tiga, yaitu (pertama) Ta'aluq taksir
(mengubahkan) yaitu Qudrat dan Irodat; (kedua) Ta'aluq Inkisyaf (menyatakan sesuatu) yaitu
Sama', Bashor dan Ilmu; dan (ketiga) Ta'aluq Dilalah (menjelaskan) yaitu Kalam.
ٌ ِ َ ); 15. Muridun (‫ ;) ُﻣ ِﺮ ْ ٌﻳﺪ‬16. 'Alimun (‫ ;) َ ِ ٌﺎﻟﻢ‬17. Hayyun (#
14. Qodirun (‫ﻗﺎدر‬ Ï َ ); 18. Sami'un (‫ ;) َ ِﲰٌْﻴﻊ‬19. Bashirun
ٌ ّ ِ َ َ ‫) ُﻣ‬
ٌ ْ ِ َ ); dan 20. Mutakallimun (‫ﳫﻢ‬%
(‫ﺑﺼﲑ‬
Maka inilah tujuh sifat dinamakan sifat Maknawiyah, melazimkan bagi tujuh sifat yang pertama
yakni pada akal. Tidak tashowur keadaan Qodirun yakni yang Kuasa melazimkan ada Qudrat yang
berdiri pada Zat sebelumnya yaitu sifat Ma'ani. Demikianlah keadaan Muridun yakni yang
Berkehendak melazimkan Irodat pada Zat-Nya, keadaan Allah Alimun yakni yang Mengetahui
melazimkan berdiri Ilmu pada Zat-Nya, keadaan Allah Hayyun yakni yang Hidup melazimkan berdiri
43

Hayat pada Zat-Nya, keadaan Allah Sami'un yakni yang Mendengar melazimkan berdiri Sama' pada
Zat-Nya, keadaan Allah Bashirun yakni yang melihat melazimkan berdiri Bashor pada Zat-Nya,
keadaan Allah Mutakallimun yakni yang Berkata-kata melazimkan berdiri Kalam pada Zat-Nya.
Inilah makna kata melazimkan bagi tujuh sifat yang pertama yaitu sifat Ma'ani.
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬bersifat dengannya dengan Ijma'. Orang yang menafikan (mengingkari)
Wajib bagi Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
satu darinya kafir karena sifat itu tsabit bagi Allah dengan ittifaq (sepakat) Ahlussunnah dan
Mu'tazilah sama ada atas perkataan yang mentsabit-kan hal atau yang menafikannya.
Keluar dengan kata "pada ta'aluq" yakni dengan nisbah pada baharu bukan pada sisi Tuhan kita
karena seluruh sifat Tuhan kita tidak ada yang sebelum dan sesudah, tidak melazimkan sesuatu akan
sesuatu yang lain. Setiap satu sifat berbeda dengan sifat yang lain karena lazim dan mulazum itu
sebelum dan sesudah. Hal itu mustahil pada Allah dan disebutkan ulama demikian supaya berhasil
tashowur saja bukan hakikatnya. Had sifat Maknawiyah adalah ;
ٍ ‫ا"ات ُ َﻣﻌﻠَ َ ً ِ ِﺑﻌ‬ ُ ِ ‫اﻟˆﺎل اﻟْ َﻮ‬
ِ َ َ َ ‫ ِات‬wِ ‫اﺟﺐ‬
ُ ‫ﻣﺎداﻣﺖ‬ ُ َْ ‫ﱔ‬َِ
Artinya : "Hal yang tsabit bagi Zat selama ada Zat dikarenakan dengan suatu karena".
Keluar dengan kata "dikarenakan dengan suatu karena" hal Nafsiyah. Tidak ia dikarenakan oleh
suatu karena. Makna ta'lil adalah talazum artinya melazimkan-nya ma'na yang berdiri dengan Zat
yaitu Ma'ani. Qodirun melazimkan Qudrat, Muridun melazimkan Irodat, 'Alimun melazimkan Ilmu,
Hayyun melazimkan Hayat, Sami'un melazimkan Sama', Bashirun melazimkan Bashor dan
Mutakallimun melazimkan Kalam.
Sebab dinamakan Maknawiyah karena ia dibangsakan kepada Ma'ani. Karena bersifat dengan
Maknawiyah furu' bagi yang bersifat dengan Ma'ani dan lagi karena bahwasanya sifat Ma'ani lebih
nyata dari sifat Maknawiyah disebabkan maujud dan sifat Maknawiyah hanya tsabit. Inilah atas
perkataan yang menyabitkan hal. Adapun berdasarkan perkataan yang tidak menyabitkan hal maka
Qodirun pada-Nya ibarat dari berdiri Qudrat pada Zat dan Muridun ibarat dari berdiri Irodat pada
Zat. Demikianlah dikatakan sampai akhir.
Inilah akhir yang wajib 'aini atas tiap-tiap mukalaf mengetahui dengan tafshil sifat yang wajib bagi
Tuhan kita. Ini merupakan bagian yang pertama sedangkan bagian kedua dari yang wajib mukallaf
mengetahuinya adalah yang mustahil bagi Zat Tuhan kita jalla wa azza yaitu lawan (kebalikan)
duapuluh sifat yang tersebut itu. Makna mustahil adalah : ‫وﺟﻮدﻩ‬ ِ ْ َ ْ ‫ﺘﺼﻮر ِﰱ‬
ُ ُ ْ ُ ُ ‫اﻟﻌﻘﻞ‬ َ َ "Apa-apa yang tidak
ُ َ َ َ ‫ﻣﺎﻻﻳ‬
diterima pada akal wujudnya" yakni wajib kita nafikan lawan duapuluh sifat yang wajib itu satu-
persatu dengan jalan tafshil.

Sifat – Sifat Yang Mustahil Bagi Allah


Jika engkau kata maka wajib Allah ta'ala bersifat dengan seluruh yang sebelumnya lazim mustahil
lawannya yang kekurangan sehingga mengapa disebutkan lagi. (Jawab) Bahwasanya yang dituntut
dalam ilmu ini menyabitkan seluruh aqoid atas jalan tafshil sebab besar tersalah orang jahil pada
ilmu ini dari tersalah jahil dengan ilmu yang lain seperti ilmu Fiqih. Jahil pada ilmu apa-apa yang
wajib bagi Allah dan yang mustahil bagi-Nya adalah kafir dan jahil pada ilmu Fiqih maksiat. Karena
inilah disebutkan yang mustahil. Jikalau tidak karena ini maka orang yang menyebutkan yang
mustahil bagi Allah sehingga-hingga kurang adab dengan Tuhannya, seperti perumpamaan jika
berkata seorang bagi Raja "Engkau bukan kuda, engkau bukan keledai, engkau tidak a’ma yaitu buta
dan tuli sampai akhir sifat" niscaya perkataan menyabitkan dendam dan marah walaupun benar.
Untuk yang menyebutkannya akan disiksa dengan sangat pedih padanya. Karena itulah kebanyakan
ulama tidak menyebutkan dengan tafshil satu-persatu akan tetapi dicukupkan yang mustahil
dengan katanya "dan lawannya duapuluh pula mustahil bagi Allah ta'ala bersifat dengannya" sebab
beradab dengan Tuhannya. Sebagian ulama disebutkan dengan tafshil karena wajib kita palingkan
dan kita arahkan nafsu yang …….. yang berada di dalam keraguan sebab cenderung pada perkara
44

yang didapat oleh pancaindra. Yang dilihat tidak dapat tiada dari menyebutkan dengan demikian
supaya menghilangkan waham kebanyakan awam mukminin dan supaya jangan ia qiyaskan yang
ghoib dengan yang hadir yaitu Qodim dengan baharu.
Karena yang mustahil itu menafikan yang wajib maka penyebutannya juga sama yaitu aturannya
sepertinya pula. Kusebutkan yang pertama untuk yang pertama sampai akhir, yaitu :
1. 'Adam (‫ ) َﺪَ ٌم‬artinya tiada yaitu lawan Wujud.
ٌ ْ ُ ُ ) artinya baharu yaitu lawan Qidam.
2. Huduts (‫&ﺪوث‬
Kata Syeikh Suhaimi rhm., "Telah mengeluarkan Abu Daud dari Abu Huroiroh ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, sabda
Nabi j :
ُ ‫ ﻗُ ْﻞ ُ َﻫﻮ‬:‫ﻓﺎذا َﻗﺎﻟُ ْﻮا ٰذ ِ َ~ َ ُﻓﻘ ْﻮﻟُ ْﻮا‬
‫ﷲ‬ َ َِ ‫ﷲ‬َ ‫•ﻠﻖ‬ َ َ َ ‫ﻓﻤﻦ‬ ِ ْ َ ْ ‫•ﺎﻟﻖ‬
ْ َ َ ‫اﻟ;ﻠﻖ‬ َُِ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﻳﻘﻮل َﻗﺎِﺋﻠﻬ ُْﻢ ٰﻫ َﺬا‬ َ ْ ُ َ ‫ﺣﱴ‬ ّ ٰ َ ‫ﺴﺎﺋﻠﻮن‬
َ ْ ُ َ َ َ Óَ ‫ﻨﺎس ﻳ‬ ُ ِ ُْ
ُ ‫ﻳﻮﺷﻚ اﻟ‬
ِ َ ْ T‫ﻣﻦ اﻟﺸ‬
.‫ﻴﻄﺎن‬ َ ِ ‫ﺘﻌﺬ‬ْ ِ َ T‫َ ْﺴ‬/ْ‫ﺛﻼ¼ َوﻟ‬ً َ َ ‫ﺴﺎرﻩ‬
ِ ِ َ َ å ‫ﻋﻦ‬
ْ َ ‫ﺘﻔﻞ‬ْ ُ ْ ‫ ُﰒ ﻟْ َﻴ‬,‫(&ﺪ‬
ٌ َ 1 ‫ﻜﻦ َ ٗ[ ُ ُﻛﻔ ًﻮا‬j
ْ ُ َ ‫ َو َ ْﻟﻢ‬,k‫ﻳﻮ‬ْ َ ْ ُ ‫ َو َ ْﻟﻢ‬Ä‫ َ ْﻟﻢ َ ِ ْﻳ‬,‫اﻟﺼﻤﺪ‬
ُ َ Ž‫ا‬ ُ َ ,‫(&ﺪ‬
ٌَ1
Artinya : "Akan disyakkan manusia oleh setan, berkata mereka "Ini Allah yang menjadikan seluruh
makhluk, maka siapa yang menjadikan Allah?". Maka apabila berkata mereka demikian,
ٌ َ 1 ‫ﻜﻦ َ ٗ[ ُ ُﻛﻔ ًﻮا‬j
katakanlah, "‫(&ﺪ‬ ْ َ ْ ُ ‫ َو َ ْﻟﻢ‬Ä‫ َ ْﻟﻢ َ ِ ْﻳ‬,‫اﻟﺼﻤﺪ‬
ْ ُ َ ‫ َو َ ْﻟﻢ‬,k‫ﻳﻮ‬ ُ َ Ž‫ا‬ُ َ ,‫(&ﺪ‬
ٌَ1‫ﷲ‬ ْ ُ ". Lalu meludah (tanpa air liur)
ُ ‫ﻗﻞ ُ َﻫﻮ‬
kekiri tiga kali dan minta perlindungan dari setan.
Dan satu riwayat dari Ibnu Umar ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, sabda Nabi j :
ُ ْ ُ َ َ‫ ﻓ‬,Ž‫ا‬
‫ َْﻣﻦ‬:‫ﻘﻮل‬F َ ْ 1 ْ ‫•ﻠﻖ‬
ُ ْ ُ َ َ‫ا›رض؟ ﻓ‬
ُ َ :‫ﻘﻮل‬F َ َ َ ‫ َ ْﻣﻦ‬:‫ﻘﻮل‬F
ُ ْ ُ َ َ‫ ﻓ‬,Ž‫ا‬ ُ ْ ُ َ َ‫ء؟ ﻓ‬Ñ‫ﺴﻤ‬
ُ َ :‫ﻘﻮل‬F َ ٓ َ ‫•ﻠﻖ اﻟ‬ َ َ َ ‫ َ ْﻣﻦ‬:‫ﻘﻮل‬F ُ ْ ُ َ َ‫ َ(&ﺪَ ُ ْﰼ ﻓ‬1 ‫ﰏ‬Ñ‫ ِﻳ‬Þ َ ‫ﻴﻄﺎن‬
َ َ ْ T‫ِان اﻟﺸ‬
ِ ِ ْ ُ َ َ Ž^
[‫ورﺳﻮ‬ ِ ِ ‫…ﺖ‬ ْ ُ َ ‫ َ(&ﺪَ ُ ْﰼ ﻓَ ْﻠ‬1 ~َ ِ ‫ﺪَ ٰذ‬œ‫و‬
ُ ْ ‫ﻴﻘﻞ ( ٓ َﻣ‬ َ َ ‫ﻓﺎذا‬ َ َ ‫ﷲ؟‬ َ ‫•ﻠﻖ‬ َََ
Ì
Artinya : "Bahwasanya setan mendatangi salah seorang dari kamu, ia berkata, "Siapa yang
menjadikan langit?". Jawabnya, "Allah!". Berkata pula ia, "Siapa yang menjadikan bumi?".
Jawabnya, "Allah!". Maka berkata ia, "Siapa yang menjadikan Allah?". Maka bila mendapati
kamu yang demikian hendaklah dikatakannya, ِ ِ ْ ُ َ َ Ž^
"[‫ورﺳﻮ‬ ِ ِ ‫…ﺖ‬
ُ ْ ‫( ٓ َﻣ‬ (Aku beriman dengan Allah
dan Rosul-Nya)". Maka lari setan itu darinya.
Manakala datang waswas pada hati kamu hendaklah dikerjakannya yang demikian itu lalu
ditahannya dirinya dari meneruskan waswasnya dan kembali ia kepada Allah untuk
menolakkannya karena setan itu ingin merusakkan agamanya dan akalnya dengan waswas.
Seyogyanya engkau bersungguh-sungguh menolakkannya dengan menyibukkan dirimu dengan
hal yang lain tetapi jika engkau ikutkan waswas itu merupakan tanda kurang akal dan agamamu.
Jika tidak engkau ikutkan tapi ia datang terus maka merupakan tanda sah iman seperti yang
diriwayatkan Muslim dari Abdulloh ibnu Mas'ud, katanya, "Ditanya Nabi j, "Kami dapati pada
diri kami perkara yang besar apabila seorang kami katakan dengannya". Sabdanya,
"Bahwasanya kamu mendapatinya". Jawab mereka, "Benar!". Maka sabdanya, "Yang demikian
merupakan tanda iman yang murni"36.
Pada satu riwayat dibacanya :
ٌ ْ ِ َ ‫ﳾء‬
‫ﻠﲓ‬ ٍ ْ َ ‫—ﲁ‬
ِّ ُ ِ ‫وﻫﻮ‬ ُ ِ َ ْ‫اﻟﻈﺎﻫﺮ َواﻟ‬
َ ُ َ ‫ﺒﺎﻃﻦ‬ ُ 1 ْ ‫ُ َﻫﻮ‬
ُ ِ ‫ا›ول َو ْ ٰاﻻ‬
ُ ِ ‫ﺧﺮ َو‬

36
Dalam shohih Muslim disebut melalui jalur Ibnu Mas’ud r.a. :
‫ﺌﻞ اﻟﻨﱯ‬T‫ ﺳ‬:‫ ﻋﻦ ﻋﺒﺪﷲ؛ ﻗﺎل‬،‫ ﻋﻦ ﻠﻘﻤﺔ‬،‫ ﻋﻦ ٕا—ﺮاﻫﲓ‬،‫ ﻋﻦ ﻣﻐﲑة‬،‫ ﻋﻦ ﺳﻌﲑ —ﻦ اﶆﺲ‬،‫ &ﺪﺛﲏ ﲇ —ﻦ ﻋﺜﺎم‬.‫&ﺪﺛﻨﺎ ﻳﻮﺳﻒ —ﻦ ﻳﻌﻘﻮب اﻟﺼﻔﺎر‬
."‫ ﳏﺾ ٕاﻻﳝﺎن‬Ü‫ "ﺗ‬:‫ ﻗﺎل‬.‫ﺻﲆ ﷲ ﻠﻴﻪ وﺳﲅ ﻋﻦ اﻟﻮﺳﻮﺳﺔ‬
Adapun yang melalui jalur Abu Huroiroh r.a. adalah :
ٔ ‫س ﻣﻦ ٔ(ﲱﺎب اﻟﻨﱯ ﺻﲆ ﷲ ﻠﻴﻪ وﺳﲅ ﻓ‬S ‫ﺎء‬œ : ‫ﺮة؛ ﻗﺎل‬j‫ ﻋﻦ ٔ(ﰊ ﻫﺮ‬،‫ ﻋﻦ ﺑٔ( ﻴﻪ‬،‫ﺮ ﻋﻦ ﺳﻬﻴﻞ‬j‫ &ﺪﺛﻨﺎ ﺟﺮ‬.‫&ﺪﺛﲏ زﻫﲑ —ﻦ ﺣﺮب‬
‫ ﳒﺪ ﰲ‬S‫ ٕا‬:‫ﻟﻮﻩ‬Ñ‫ﺴ‬
."‫ ﻗﺎل" ذاك ﴏﱖ ٕاﻻﳝﺎن‬.‫ ﻧﻌﻢ‬:‫ﺪﲤﻮﻩ؟" ﻗﺎﻟﻮا‬œ‫ "وﻗﺪ و‬:‫ ﻗﺎل‬.‫ ٔ(ن ﻳﺘﳫﻢ ﺑﻪ‬S‫ﻨﺎ ﻣﺎ ﻳﺘﻌﺎﻇﻢ ٔ(&ﺪ‬T‫ٔ(ﻧﻔﺴ‬
45

Artinya : "Dia yang Awal, yang Akhir, yang Zhohir, yang Bathin dan Dia Mengetahui dengan tiap-
tiap sesuatu".
Kata Abu Sulaiman, "Bila kau dapati waswas, gembirakan dirimu, bila engkau gembira maka
benci setan maka putuslah ia darimu. Karena tidak ada yang paling dibenci setan dari
tertawanya orang beriman. Jika bersedih dengan waswas niscaya bertambah-tambah
waswasnya".
َ ْ ‫ﻃﺮو‬
3. Thuruwul 'adam (‫اﻟﻌﺪَ ْم‬ ُ ُ ُ ) artinya kedatangan 'adam yaitu lawan Baqo`.
َ ِْ
ِ ِ ‫ﻠﺤ َﻮ‬w
4. Al-Mumatsalatuhu lil hawadits (‫ادث‬ َ ُ َْ)
ُ َ َ‫اﻟﻤﻤﺎﺛ‬ artinya Seumpama yang baharu yaitu lawan
Mukholafatuhu lil hawadits. Makna Mumatsalah seperti bahwa :
• Dia berjirim. Jirim adalah yang memenuhi lapang. Jirim adalah umum terdiri atas Jisim dan
Jauhar. Jisim tersusun dari dua jauhar atau lebih sedangkan Jauhar tidak menerima bagian-
bagian dan tidak dapat dibagi-bagi. Artinya bahwa Allah bukan berjirim yang mengambil
seukuran lapang; atau
• Dia a'rodh yang berada pada jirim seperti warna, gerak, diam yaitu sifat yang tsabit pada
baharu yang lebih atas zatnya; atau
• Dia ada pada jihat (arah) jirim seperti diatas atau dibawah atau dikanan atau dikiri atau
didepan atau dibelakang. Sekaliannya itu adalah mustahil. Siapa yang mengatakan bagi
Allah arah seperti dikatakannya Allah dilangit maka orang itu tidak kafir tetapi haram
atasnya. Demikian juga mengatakan Allah ta'ala berjisim tetapi tidak seperti sekalian jisim.
• Tidak boleh dikatakan Allah didalam alam atau diluar alam karena mendatangkan ibham
ٌ َ ْ = tidak jelas/meragukan) dan jahat adab dengan Allah ta'ala walau benar maknanya
(‫اﲠﺎم‬
Ì
sekalipun karena didalam alam Ilmu-Nya. Dan diluar maksudnya bahwa Dia bukan dari
jenisnya (jenis alam). Makna diluar dan didalam alam dari sifat yang baharu dan Allah ta'ala
suci daripada seluruh sifat baharu. Jadi haram dikatakan keduanya tetapi kalau
dikatakannya tidak jadi kafir. Adapun firman Allah ta'ala :
ِ ْ 1 ْ ‫ﺴﻤ َﻮ ِات َو‬
‫ا›رض‬ ٰ ‫ﷲ ِﰱ اﻟ‬
ُ ‫وﻫﻮ‬
ََُ
Artinya : "Dialah Tuhan didalam langit dan bumi".
Maknanya disembah didalam langit dan bumi. Demikian juga firman-Nya :
ِ ْ َ ْ ‫اﻟﺮﲪ ُﻦ َ َﲆ‬
‫ َ َﺘﻮى‬T‫اﻟﻌﺮش ا ْﺳ‬ ْٰ َ
Artinya : "Ar-Rohman itu atas 'Arasy bersamaan".
Maknanya diatasnya memerintahkan dan mengerasi37.
• Ada pada-Nya jihat (arah) seperti ada pada-Nya kanan atau di atas atau di bawah. Mustahil
Allah berjihat karena jihat itu tiada ia melainkan jirim dan Allah mustahil dari jirim.
• Adalah Allah itu bertempat karena tempat adalah baharu yakni mustahil bagi-Nya
bertempat. Tidak ada yang membutuhkan tempat kecuali yang baharu. Allah ta'ala Qodim
maka yang Qodim kaya dari tempat.
• Adalah Allah berzaman (bermasa atau dikenai waktu) yakni mustahil Allah berzaman karena
zaman baharu. Allah Tuhan yang menjadikan sekalian zaman dan tempat.
• Bersifat dengan sifat baharu seperti bergerak, diam, putih, hitam, suka atau duka.
• Bersifat dengan Qodim yang baharu, atau Ilmu yang baharu karena bahwasanya jika Dia
bersifat dengannya niscaya Dia berjirim karena tidak diterima akal jirim sunyi dari perkara
itu.

37
Adapun yang shohih adalah Allah atas ‘Arasy menguasainya atau memerintahnya atau mengerasinya bukan
diatas ‘Arasy mengerasi karena masih mengandung waham bahwa Allah bertempat sedangkan Allah
bertempat adalah mustahil. Tentang masalah ini dapat dilihat pada lampiran.
46

• Bersifat dengan kecil yaitu sedikit jirimnya atau besar yaitu banyak jirimnya karena tidak
sunyi jirim dari dua perkara itu.
• Bersifat dengan ghorodh {yaitu illat yakni karena yang membangkitkan dengan tergagah
atas menghela (mendatangkan) maslahat yang kembali pada-Nya atau makhluk-Nya atau
untuk menolakkan kebinasaan} pada af'al dan hukum-Nya. Misal pada Af'al seperti meng-
adakan, meng'adamkan, menjadikan dan memberi rezeki. Misal pada hukum seperti
mewajibkan sesuatu dan mengharamkan. Ghorod atas Allah pada keduanya mustahil
karena yang membutuhkan mengambil ghorod didalam keduanya menunjukkan keku-
rangan yang hendak menyempurnakan-Nya. Allah ta'ala Maha Kaya dari yang tersebut itu.
Mustahil bagi-Nya memerintahkan dan melarang dengan ghorod. Yang membutuhkan
ghorod adalah yang baharu karena kekurangan hendak menyempurnakan kekurangan-nya.
Allah ta'ala fa'il yang Mukhtar, Ghoni (Kaya) dari sekalian makhluk.
5. Al-laa yakuna qiyamuhu binafsihi (‫ﺴﻪ‬ ِ ِ ‫ﺎﻣﻪ ِﺑﻨَ ْﻔ‬F َ ْ ُ َ َ ‫ ْ(ن‬1 ) artinya Tidak berdiri dengan sendiri-Nya.
ُ ُ َ ‫ﻜﻮن ِﻗ‬j‫ﻻ‬
Yaitu lawan dari Qiyamuhu binafsihi seperti adalah Dia sifat yang berdiri pada zat atau Dia
membutuhkan Mukhoshish atau fa'il.
َ ْ ُ َ َ ‫ ْ(ن‬1 ) artinya Dia tidak Esa. Lawan dari Wahdaniah seperti adalah
ِ ‫ﻜﻮن َو‬j‫ﻻ‬
6. Al-laa yakuna wahidan (‫ا&ﺪً ا‬
bahwa Dia tersusun pada Zat-Nya atau Sifat-Nya seperti dua Qudrat; atau ada yang menyamai-
Nya pada Zat-Nya; atau ada yang lain yang memberi bekas pada suatu perbuatan dari beberapa
perbuatan. Dipahami dari perkataan ini bahwa tidak memberi bekas sebab dari sebab-sebab
yang beradat/biasa pada yang disertainya. Tidak memberi bekas pisau dalam memotong, api
dalam menghanguskan. Kalau tidak demikian maka tidak Esa Tuhan kita pada perbuatan.
Barangsiapa mengi'tiqodkan bahwasanya sekalian perkara dari asbab yang beradat seperti nasi
mengenyangkan dengan tabiatnya (yaitu dengan zatnya) dan hakikatnya maka tidak ada yang
membantahi pada kafirnya. Seperti yang diketahui dari hadits yang diriwayatkan Syaikhona dari
Sayyidina Zaid bin Kholid al-Jahni ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, katanya, "Sembahyang bersama kami Rosululloh j
pada sembahyang Shubuh dengan bekas-bekas hujan (sesudah malam-nya turun hujan).
Setelah selesai berpaling orang-orang kerumahnya. Berhadap Nabi j akan orang-orang dan
bersabda, :
َ ْ ِ ‫ ُﻣ‬:‫ﻗﺎل‬
S‫ﻄﺮ‬ ٌ ِ َ َ ‫ﻣﺆﻣﻦ ِ ْﰊ‬
َ َ ‫ﻣﺎ َ ْﻣﻦ‬Ñ‫ﻓ‬1 َ ,‫وﰷﻓﺮ ِ ْﰊ‬ ٌ ِ ْ ُ ‫ﺒﺎدي‬ْ ِ َ ‫( ْﺻ َ َﺒﺢ ِ ْﻣﻦ ِﻋ‬1 :‫ﻗﺎل‬ ُ ُ ْ ُ َ َ Ž‫ا‬
َ َ .‫( ْ َ ْﲅ‬1 [‫ورﺳﻮ‬ ُ َ :‫—ﲂ؟ َﻗﺎﻟُ ْﻮا‬
ْ ُ > ‫ﻗﺎل َر‬
َ َ ‫ﻣﺎذا‬ َ َ ‫(ﺗﺪرون‬
َ ْ ُ َْ1
ِ َ ْ َ ْ ِ ‫ﻣﺆﻣﻦ‬
.‫^ﻟﻜﻮﻛﺐ‬ ٌ ِ ْ ُ ‫ﰷﻓﺮ ِ ْﰊ‬ٌ ِ َ ~َ ِ ‫ﻨﻮء َ َﻛﺬا َ ٰﻓﺬ‬
ٍ ْ َ ‫ ِﺑ‬S‫ﻣﻄﺮ‬
َ ْ ِ ُ :‫ﻗﺎل‬ ِ َ ْ َ ْ ِ ‫ﰷﻓﺮ‬
َ َ ‫ﻣﺎ َ ْﻣﻦ‬Ñ‫ﻓ‬1 َ ,‫^ﻟﻜﻮﻛﺐ‬ ٌ ٍ ُ ~َ ِ ‫ َٰﻓﺬ‬,‫ﷲ َ َور ْ َﲪ ِ ِﺘﻪ‬
ٌ ِ َ ‫ﻣﺆﻣﻦ ِ ْﰉ‬ ِ ‫ﺑﻔﻀﻞ‬
ِ ْ َِ
Artinya : "Apakah kamu mengetahui apa yang dikatakan Tuhanmu?". Kata mereka, "Allah dan
Rosul-Nya yang lebih tahu!". Sabdanya, "Firman-Nya “Berpagi-pagi hamba-Ku mukmin
dengan-Ku dan kafir dengan-Ku. Barangsiapa berkata ia, "Dihujankan kami dengan karunia
Allah dan rohmat-Nya", maka yang demikian itu mukmin dengan-Ku dan kafir dengan
bintang-bintang. Barangsiapa berkata ia, "Dihujankan kami dengan bintang Anu" maka
adalah kafir dengan-Ku mukmin dengan bintang".
Barangsiapa mengi'tiqodkan baharu seluruh sebab yang beradat dan tidak memberi bekas
dengan tabiatnya hanya sungguhnya Allah menjadikan padanya kuat dan dengan kuat itu
memberi bekas, maka fasik dan bid'ah. Adapun tentang kafirnya ada dua qoul, yang ashohnya
tidak kafir. Inilah i'tiqod kebanyakan orang jahil mukminin seperti Qodariyah karena taklid pada
adat.
Kata Syeikh Sanusi rhm., "Asal kafir dan asal bid'ah tujuh perkara, yaitu :
Pertama, : ‫ا"ات‬ ُ َ ْ ْ َ , mewajibkan Zat yaitu menyandarkan kainat ini kepada Allah ta'ala atas
ِ ‫اﻻﳚﺎب‬
Ì
jalan ta'lil atau tabiat dengan tiada ikhtiyar Allah ta'ala.
47

Kedua : > ِ ْ َ ْ ‫ﺴﻦ‬


‫اﻟﻌﻘﲇ‬ ُ ِ ‫َاﻟﺘ ْﺤ‬ Membaikkan akal yaitu keadaan perbuatan Allah dan hukum-Nya
dihentikan akal atas ghorodh yaitu menghelakan manfaat dan menolakkan
kebinasaan.
Ketiga ِ ‫ َاﻟْﺘﻘ ِﻠ ْ ُﻴﺪ‬Taqlid yang kurang yaitu mengikut orang lain karena fanatik dan karena
: ‫ي‬Ï‫اﻟﺮد‬
menolong dengan tidak mencari yang benar.
> ِ َ ْ ُ‫ َاﻟﺮﺑْﻂ‬Mengikut adat, yaitu menetapkan berlazim-laziman antara satu perkara
Keempat : ‫اﻟﻌﺪي‬
bagi satu perkara pada adanya atau 'adamnya dengan perantaraan berulang-ulang.
Kelima ُ َ ُ ْ ‫ َا ْ َﻟﺠﻬ ُْﻞ‬Jahil dengan yang benar dan jahil dirinya jahil.
: ‫اﻟﻤﺮﻛﺐ‬
Keenam : ْ َ ْ ‫¡ﲑ َ ْﻋﺮ ِﺿﻬَﺎ َ َﲆ اﻟْ َ َﱪ ِاﻫ ْ ِﲔ ا‬
ْ ‫ﻟﻌﻘ ِﻠ ِﻴﺔ َو ْ َاﻟﻘ َﻮ ِاﻃﻊ ِ اﻟ‬
‫ﴩ ِﻋ ِﻴﺔ‬ ِ َ ‫اﻫﺮ ا ْ ِﻟﻜ‬
ِ ْ َ ‫ ِﻨﺔ ِ ْﻣﻦ‬T‫ﺎب َواﻟ >ﺴ‬% ِ ِ ‫ﺑﻤﺠﺮد َﻇ َﻮ‬ ِ َ ْ ْ ‫ﻋﻘﺎﺋﺪ‬
ِ َ ُ ِ ‫اﻻﻳﻤﺎن‬ ِ ِ َ َ ‫ﺴﻚ ِﰱ‬
ُ > ‫َاﻟ َﺘﻤ‬
Ì
“Berpegang pada 'aqoidul iman dengan semata-mata zhohir Qur`an dan hadits
dengan tidak melintangkannya atas dalil akal dan keputusan syariat”.
Ketujuh : ‫اﻟﻌﺮﰊ ِا"ى ُ َﻫﻮ‬ ِ َ َ ْ ‫ﺴﺎن‬ ِ َ ْ ‫ َ ِﺘﺤ‬T‫ﺘˆﺎ¦ ا ْ ُﻟﻤ ْﺴ‬
ِ َ ّ ‫ ِﻠ‬w^‫ﻴﻼت َ ِو‬ ِ َ َ ِ T‫ َﺰ ِات َوا ْﺳ‬â‫اﻟ|ﺎ‬
ِ َ ْ ‫وﺟ َﻮ ِاز‬ ِ َ ِ‫ﺑﻮﺟﻮب اﻟْ َﻮاﺟ‬
َ َ ‫ﺎت‬ ُ ْ ِ ْ ‫اﻟﱵ ِ َﱔ‬
ِ ْ ُ ُ ِ ‫اﻟﻌﲅ‬ ْ َ ْ ‫َاﻟْ َﺠﻬ ُْﻞ ِ ْ^ﻟﻘَ َﻮا ِ ِﺪ ا‬
ْ ِ ‫ﻟﻌﻘ ِﻠ ِﻴﺔ‬
ِ َ ‫اﻻﻋ َﺮ ِاب َواﻟْ َﺒ‬
‫ﻴﺎن‬ ْ ْ ‫ﻠ >ﻐ َِﺔ َو‬w‫“ ِ ْ ُﲅ ا‬Jahil dengan kaidah-kaidah akal yang dia itu mengetahui
Ì
wajibnya segala yang wajib, jaiznya segala yang jaiz dan mustahilnya segala yang
mustahil. Dan jahil dengan bahasa arab yaitu ilmu lughot dan i'rob dan bayan”.
Tiap-tiap satu darinya dapat menjadikan kafir yang diijma'kan dan menjadikan bid'ah. Al-
Iijabudz dzati merupakan asal kafirnya falasifah yang menjadikan Zat Allah i'llat bagi mumkin
dengan tiada ikhtiyar-Nya. At-Tahsinul 'Aqli merupakan asal kafir kaum Barohamah dari
Falasifah hingga mereka nafikan Nubuwah (kenabian). Juga merupakan asal kafir Mu'tazilah
hingga mereka wajibkan atas Allah berbuat sholah (baik) dan ashlah (lebih baik). At-Taqlidur
Rodii merupakan asal kafir penyembah berhala dan lainnya dimana mereka berkata, "Kami
dapati ibu bapak kami menyembah berhala, maka kamipun mengikut perbuatan mereka". Ar-
َ ْ ّ ِ ‫ َﻃ َﺒﺎ ِﺋ ِﻌ‬dan sesatnya sebagian kaum mukminin
Robtul 'Adi merupakan asal kafir kaum Thobai'iyin ‫ﻴﲔ‬
yang mengikut mereka dimana digantungkan kenyang dengan makan dengan tidak dapat
menyalahi. Jahil Murokkab merupakan asal kebanyakan i'tiqod Falasifah, kata mereka,
"Memberi bekas falak-falak". Yang berpegang dengan zhohir Kitab dan Sunnah merupakan asal
dari kafir Hasywiyah, mereka berkata dengan syibih (menyerupakan dengan makhluk), berjisim
dan memiliki arah karena mengamalkan zhohir ayat ‫ﺘﻮى‬ ِ ْ َ ْ ‫اﻟﺮﲪ ُﻦ َ َﲆ‬
َ َ T‫اﻟﻌﺮش ا ْﺳ‬ ٰ ْ َ dan seumpamanya.
Barangsiapa yang beri'tiqod dengan baharu sekalian sebab, tidak memberi bekas dengan
tabiatnya, tidak memberi bekas dengan kuat yang dijadikan Allah padanya dan yang memberi
bekas hanya Allah azza wa jalla tetapi berlaziman antara keduanya dan apa yang disertainya
secara akal tidak dapat menyalahi maka orang itu jahil hakikat hukum adat. Terkadang hal itu
dapat membawa kepada kafir bila menafikan dibangkitkannya tubuh yang sudah hancur sebab
perkara itu menyalahi adat, demikian juga bila menafikan mu'jizat karena sekaliannya itu
menyalahi adat.
Barangsiapa beri'tiqod baharu seluruh sebab dan tidak memberi bekas dengan tabiatnya dan
tidak pula dengan kuat yang dijadikan Allah padanya dan beri'tiqod ia sah menyalahi seperti
didapat sebab yang beradat seperti makan maka tidak kenyang, yang memberi bekas hanya
Allah saja dan kuasa menjadikan kenyang dengan tanpa makan dan makan tidak dapat kenyang.
Maka inilah i'tiqod yang shohih dan yang lepas dari kebinasaan dan bid'ah.
ٍ ِ ْ ُ ‫ﻋﻦ‬
7. Al-'Ajzu 'an Mumkinin Ma (‫ﻣﻤﻜﻦ َﻣﺎ‬ ُ ْ َ ْ َ ) artinya Lemah menjadikan mumkin dengan apa yang
ْ َ ‫اﻟﻌﺠﺰ‬
ada ia. Yaitu lawan Qudrat. Masuk dengan kata mumkin dengan apa yang ada ia perbuatan yang
besertanya dengan kudrat mereka atau daripada sekalian sebab yang beradat atau lainnya
seperti menjadikan langit, bumi, syurga dan neraka.
48

8. ِ ‫ ْ(و ِ^ﻟﻄ ِﺒﻊ‬1 ‫ﻴﻞ‬ ِ ْ ‫ ْ(و َ َﻣﻊ ِ^ﻟ‬1 َ ‫ ْ(و َ َﻣﻊ ْاﻟﻐ َْﻔ‬1 ‫ا"ﻫﻮل‬
ِ ْ ‫ﺘﻌﻠ‬ ِ ِ َ ‫اﻟﻌﺎﻟﻢ َ َﻣﻊ َﺪَ ُم ِا َر‬
ْ ُ > ‫ ْ(و َ َﻣﻊ‬1 [ُ َ ‫ادﺗﻪ‬ ِ َ َ ْ ‫ﻣﻦ‬
َ ِ ‫ﳾء‬ ُ َِْ
ُ ْ َ ‫اﳚﺎد‬ artinya "Mengadakan suatu dari
alam dengan ketiadaan irodat atau dengan lupa atau dengan lalai atau dengan 'illat atau dengan
tabiat" sekalian itu menafikan kehendak-Nya dan ikhtiar-Nya. Perbedaan lupa dan lalai adalah
lupa ada pengetahuan sebelumnya sedangkan lalai tidak beda apakah ada ilmu sebelumnya
atau tiada. Jadi lupa khusus dan lalai umum. Makna berbuat dengan 'illat dan tabiat adalah
bahwa Wujud Allah melazimkan wujud kainat seperti lazim ma'lul dengan 'illat seperti gerak
tangan 'illat dari gerak cincin, seperti api tabiatnya menghanguskan maka tak dapat tiada
manakala bersentuh dengan api maka dapat hangus. Perbedaan antara keduanya bahwa fa'il
dengan 'illat tidak memiliki syarat sedangkan fa'il dengan tabiat memiliki syarat seperti api maka
dapat menghanguskan apabila bersentuh dengan kayu serta ketiadaan mani' (penghalang) yaitu
basahnya kayu. Kedua fa'il itu dapat mengadakan dan tidak dapat meninggalkan38 sehingga
kedua fa'il ini tidak mempunyai ikhitar. Fa'il yang ketiga yaitu dapat mengadakan dan
meng'adamkan serta dengan ikhtiar yaitu Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬menjadikan seluruh kainat (yang ada) ini
dengan dengan ikhtiar tanpa ada yang memaksa-Nya dengan salah satu jalan. Dua fa'il yang
sebelumnya mustahil atas Allah ta'ala. Jalan bahwa hal itu (lupa dan lalai) menafikan Irodat
adalah karena lupa dan lalai melazimkan keduanya menafikan Ilmu. Lazim dari ketiadaan Ilmu
ketiadaan Irodat. Arti Irodat adalah menyengaja menentukan bagi sebagian mumkin dengan
apa yang harus atasnya dan menyengajakan pada yang jahil itu mustahil. Adapun untuk jalan
ta'lil dan tabiat ketiadaan Irodat adalah melazimkan Qidam alam sebab Qidam 'illat dan tabiat
sedangkan yang Qodim tidak dapat diqoshodkan (dimaksudkan) dengan menjadikan karena ia
maujud. Jadilah Tahshilul hashil.
ٍ ْ ُ ْ َ ْ ‫ﻣﻦ‬
9. ‫اﻟﻤﻌﻠﻮم َﻣﺎ‬ ُ َ ‫ َاﻟْ َﺠﻬ ُْﻞ َ َوﻣﺎ ِﰱ َ ْﻣﻌ‬artinya "Jahil dan apa yang pada makna jahil dengan yang maklum pada
َ ِ ‫ﻨﺎﻩ‬
apa yang maklum dengannya". Ini adalah lawan Ilmu. Arti Jahil adalah ketiadaan Ilmu dengan
yang diqoshod baik basith atau murokkab. Makna Jahil basith adalah sama sekali tidak
mengetahui. Jahil murokkab adalah tidak mendapatkan seseorang akan barang yang pada
waqi'nya dan ketiadaan mendapat pula akan ia itu tiada mendapat39. Apa-apa yang pada makna
jahil adalah syak, zhon, waham, keadaan Ilmu-Nya dhoruri (mudah) atau nazhri (membutuhkan
pemikiran lebih dalam) atau badihi. Semua itu termasuk dalam makna jahil karena ilmu nazhri
terdahulu padanya jahil.
ُ ْ َ ْ َ ) lawan Hayat. Arti maut pada yang baharu berpisah ruh dengan jasad dan pada
10. Al-Mautu (‫اﻟﻤﻮت‬
yang Qodim adalah bila Hayat itu dengan ruh, dengan mizaj (percampuran unsur-unsur yang
empat). Kata Ibnu Abbas ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, "Allah telah menjadikan maut dalam bentuk kibasy yang putih.
Tidak dilewatinya sesuatu dan didapat sesuatu itu baunya melainkan mati. Disembelih ia pada
hari kiamat antara syurga dan neraka. Telah menjadikan pula Allah hayat dalam bentuk kuda,
tidak dilewatinya sesuatu dan didapatinya baunya melainkan hidup. Yang diambil oleh Samiri
adalah tanah bekas telapak kaki kuda Jibril, maka dimasukkan pada anak lembu sehingga hidup.
11. Shomamu (‫ﲳﻢ‬ ُ َ َ ) artinya Tuli lawan Sama' dan apa yang pada maknanya. Diantaranya ada baginya
arah seperti kanan atau kiri; atau Dia mendengar kalau dekat dan tidak dengar jika jauh; atau
mendengar dengan lubang telinga; atau dengan telinga; atau didengar-Nya hanya suara.

38
Berbuat dengan 'illat dan tabiat tidak bisa meninggalkan untuk tidak berbuat, seperti api yang meng-
hanguskan tidak dapat dengan kehendaknya untuk tidak menghanguskan bila syarat dipenuhi. Demikian juga
dengan tabi'at. Adapun Allah berbuat dan tidak berbuat dengan pilihan-Nya.
39
Seseorang tidak mengetahui hakikat sesuatu yang sebenarnya dan dia tidak mengetahui bahwa dia itu
tidak mengetahui.
49

َ َ ) artinya buta lawan Bashor dan apa yang pada maknanya, seperti melihat dengan biji
12. 'Ama (‫ﲻﻰ‬
mata; atau dengan kelopak mata; atau menghalanginya gelap; atau melihat kalau dekat tidak
kalau jauh dan sangat dekat; atau dilihat-Nya zat tetapi tidak sifat.
13. Al-Bakam (‫ﺒﲂ‬ٌ َ َ ْ‫ ) َاﻟ‬artinya Kelu lawan Kalam dan apa-apa yang pada maknanya. Seperti berkata-
kata dengan lidah, berhuruf, bersuara.
Tujuh yang terakhir ini merupakan lawan dari Sifat Ma'ani. Adapun lawan sifat Maknawiyah
lebih nyata darinya, yaitu :
ْ َ ‫ ) َﻛ ْﻮﻧ ُُﻪ َ ِﺎﺟ ًﺰا‬artinya "Keadan-Nya yang lemah dari mumkin". Ini
ٍ ِ ْ ُ ‫ﻋﻦ‬
14. Kaunuhu 'Ajizan 'an mumkin (‫ﻣﻤﻜﻦ‬
lawan dari Kaunuhu Qodiron bagi sekalian mumkin.
ً ِ َ ‫ ) َﻛ ْﻮﻧ ُُﻪ‬artinya "Keadaan-Nya tidak berkehandak". Ini lawan dari Kaunuhu
15. Kaunuhu Karihan (‫ﰷرﻫﺎ‬
Muridan.
ً ِ َ ‫ ) َﻛ ْﻮﻧ ُُﻪ‬artinya "Keadaan-Nya yang jahil". Ini lawan dari Kaunuhu 'Aliman.
16. Kaunuhu Jahilan (‫ﺎﻫﻼ‬œ
17. Kaunuhu Mayyitan (‫ّ ًﺘﺎ‬Fِ ‫ ) َﻛ ْﻮﻧ ُُﻪ َﻣ‬artinya "Keadaan-Nya yang mati". Ini lawan dari Kaunuhu Hayyan.
ُ 1 ‫ ) َﻛ ْﻮﻧ ُُﻪ‬artinya "Keadaan-Nya yang tuli". Ini lawan dari Kaunuhu Sami'an.
18. Kaunuhu Ashumma (‫(ﰡ‬
َ ْ 1 ‫ ) َﻛ ْﻮﻧ ُُﻪ‬artinya "Keadaan-Nya yang buta". Ini lawan dari Kaunuhu Bashiron.
19. Kaunuhu A'maa (‫(ﲻﻰ‬
َ َ ْ (1
20. Kaunuhu Abkam (‫—ﲂ‬ ‫) َﻛ ْﻮﻧ ُُﻪ‬ artinya "Keadaan-Nya yang kelu". Ini lawan dari Kaunuhu
Mutakalliman.
Inilah lawan sifat Maknawiyah yang tujuh pula. Dengannya sempurna duapuluh yang mustahil bagi
Tuhan kita jalla wa azza. Inilah bagian yang kedua yang wajib atas mukallaf mengetahui yaitu yang
mustahil atas Tuhan kita jalla wa azza. Seyogyanya kita mahasucikan dan kita nafikan daripada-Nya
apa yang tidak patut bagi Tuhan kita ‫ﻮا ﻛَ ِﺒ ْ ًﲑا‬º ُ‫~ ُﻠ‬
َ ِ ‫ﻋﻦ ٰذ‬ َ َ َ (Maha Tinggi dari itu yang sangat tinggi dan
ْ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
sangat besar).
(Faedah) kata Syeikh al-Luqoni dalam matan Jauharut at-Tauhid :
ُ ُ َ ِ ‫ﻴﻤﺔ ۞ َ َﻛﺬا‬
ْ َ ْ ِ َ ‫ﺻﻔﺎﺗﻪ‬
‫ﻗﺪﻳﻤﺔ‬ ِ َ ْ ‫(ﲰﺎؤﻩ ا‬
ْ َ ْ ‫ﻟﻌﻈ‬ ُ ُ َ ْ 1 Sَ َ‫َو ِﻋ ْﻨﺪ‬
Wajib engkau i'tiqodkan hai sekalian mukallaf pada mazhab kita Ahlul Haq seluruh Nama Allah yang
Maha Besar dan Maha Suci. Dikehendaki dengan nama disini apa yang menunjukkan atas semata-
mata Zat seperti Allah, yaitu nama yang menunjukkan atas Zat yang Wajibal Wujud; atau dengan
i'tibar sifat seperti 'Alim dan Qodir. Keduanya Qodim i'tibar nama-Nya. Dia-lah yang menamakan
dengannya akan Zat-Nya pada azali.
Demikian pula sekalian Sifat yang berdiri dengan Zat-Nya seperti sifat Ma'ani yang tujuh. Semuanya
itu Qodim seperti Nama-Nya. Wajib kita i'tiqodkan bukan hantaran makhluk bagi-Nya karena jika
tidak Qodim niscaya baharu, maka berdirilah yang baharu pada Zat-Nya. Lazim pula jika baharu
sebelumnya sunyi (kosong) pada azali melazimkan membutuhkan pada yang menjadikan yaitu
mustahil karena menafikan Kaya sebagai Kaya yang mutlak. Keluar dengan kata Kaya sifat Zat itu
yaitu sifat Af'al maka tidak dikatakan Qodim dalam mazhab Asy'ari dan tidak berdiri pada Zat-Nya.
Katanya lagi :
‫ﺴﻤ ِﻌ ْﻴﺔ‬
ْ ‫ﻆ اﻟ‬ ُ َ ِ ّ ‫ﺔ ۞ َ َﻛﺬا‬Fْ ‫ﻔ‬Fِ ْ ‫اﲰﺎﻩ َ ْﺗﻮ ِﻗ‬
َ ْ َ ‫اﻟﺼﻔﺎت‬
ِ ‫ﻓﺎﺣﻔ‬ ُ َ ْ ‫ﲑ َان‬%َ ْ ِ ‫َوا ْﺧ‬
Telah memilih jumhur ulama Ahlussunnah bahwasanya sekalian Nama Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬terhenti kita
40
namakan Dia atas belajar dari Syara', seperti kita dengar dari Al-Qur`an atau hadits. Maka apa
yang diizinkan kita namakan dari apa yang tidak ada pada syara' adalah kita menamakannya dengan
nama yang tidak memberi waham akan kekurangan, bahkan menunjukkan atas kepujian maka

40
Terhenti kita namakan Dia maksudnya kita tidak bisa menamakan-Nya sesuka kita.
50

harus kita namakan dengan ittifaq. Adapun yang tidak yaitu dapat memberi waham kekurangan
terlarang kita namakan dan haram. Dimaksud dengan nama disini yang diambil dari Sifat-Nya dan
Af'al-Nya.
Demikian pula sekalian Sifat-Nya yaitu apa yang menunjukkan atas makna yang lebih atas Zat-Nya.
Seperti juga Nama maka terhenti atas izin Syara'. Terlarang kita mensifatkan apa yang tidak ada
ketetapannya didengar dari Syara'. Kita pelihara yang sam'iyyat dari Al-Qur`an dan hadits. Kita
namakan Dia seperti sifat Shobur, Syakur dan Halim walau memberi waham sekalipun, tidak
mengapa kita sifatkan karena telah datang warid dari-Nya. Atau yang tidak memberi waham maka
tidak mengapa kita sifatkan seperti 'Alimun dan Qodirun.
Dalam masalah ini ada dua mazhab yaitu (pertama) mazhab salaf dan (kedua) mazhab kholaf
tentang apa yang disebutkan didalam Al-Qur`an dan hadits tentang apa yang memberi waham
karena menyerupai yang baharu.
Katanya lagi :
َ ْ ِ ْ َ ‫ورم‬
‫ﺗﲋﳞﺎ‬ ْ ُ َ ‫ﻓﻮض‬ ُ ْ ِّ َ ۞ ‫ـﻬَﺎ‬Fْªِ ‫ ْﺸ‬Ó‫وﰻ َ ٍّﻧﺺ َ ْاو َ َﱒ اﻟ‬
ْ ِّ َ ‫او[ َ ْاو‬ >َُ
Tiap-tiap nash Qur`an atau hadits yang mewahamkan serupa dengan yang baharu seperti
menunjukkan memiliki arah sebagaimana firman-Nya :
‫ﳜﺎﻓﻮن َرﺑـﻬ ُْﻢ ِ ْﻣﻦ َ ْﻓﻮ ِﻗﻬ ِْﻢ‬
َ ُْ ََ
Artinya : "Takut mereka akan Tuhannya dari atas mereka".
Menyatakan ayat itu bahwa Tuhan ada diatas; atau menunjukkan berjisim seperti firman-Nya :
َٓ َ َ
‫ء َر > َﺑﻚ‬Ñœ‫و‬
Artinya : "Telah datang Tuhanmu".
Ayat ini menunjukkan berjisim karena datang tidak dikatakan melainkan ada jisimnya. Demikian
juga seperti yang tersebut pada hadits, seperti sabda Nabi j :
ِ ِ َ ْ ُ ‫•ﻠﻖ ٰا َ َدم َ َﲆ‬
‫ﺻﻮرﺗﻪ‬ َ ‫ِان‬
َََ ‫ﷲ‬
Artinya : "Sesungguhnya Allah menjadikan Adam atas rupa-Nya".
Hadits ini menunjukkan ada pada Allah rupa. Adapun yang menunjukkan bahwa ada bagi-Nya
anggota seperti firman Allah ta'ala :

ْ ِ ْ ِ ْ (1 ‫ﻓﻮق‬
‫ﻳﺪﳞﻢ‬ ِ ‫ﻪ َ ِر ّ َﺑﻚ ۞ َ ُﻳﺪ‬œ‫و‬
َ َْ ‫ﷲ‬ َ ْ َ‫َ ﻳ‬
ُ ْ َ ‫وﺒﻘﻰ‬
Artinya : "Dan yang kekal hanya Wajah Tuhanmu". "Tangan Allah diatas tangan mereka".
Dua ayat ini menunjukkan beranggota, maka mazhab kholaf berkata, "Wajib kita takwilkan" yaitu
menanggungkan atas menyelisihi zhohirnya, maka ditakwilkan diatas ketinggian dan atas kebesaran
bukan diatas itu tempatnya. Ditakwilkan "datang" dengan "datang pesuruh-Nya yang membawa
azab atau membawa rahmat atau pahala" yaitu malaikat. Dikehendaki dengan "rupa-Nya" itu "atas
Sifat-Nya". "Muka-Nya" maksudnya "Zat-Nya", "Tangan-Nya" maksudnya "Qudrat-Nya".
Demikianlah ditakwilkan tiap-tiap ayat atau hadits yang memberi waham menyerupai yang baharu.
Atau pertolongan-Nya dan Ilmu-Nya seperti firman Allah ta'ala :
ْ ُ ْ ‫(ﻳْ َ َﻨﻤﺎ ُﻛ‬1 ‫ﻣﻌﲂ‬
‫ﻨﱲ‬ ْ ُ َ َ ‫وﻫﻮ‬ ُ ْ َ ‫َاﻳْ َ َﻨﻤﺎ ﺗُ َﻮﻟ > ْﻮا َ َﻓﱸ‬
َ ُ َ ۞ ‫ﻪ ﷲ‬œ‫و‬
Inilah mazhab yang mu'tamad dari mazhab kholaf.
Adapun mazhab salaf adalah mereka tafwidh (menyerahkan) ilmunya kepada Allah dan wajib kita
i'tiqodkan seperti apa yang ada pada zhohir perkataan-Nya dan hakikatnya kita jauhkan dari segala
kekurangan. Seperti kata Imam Malik, "Kami ketahui arti istawa tetapi tidak kami ketahui
hakikatnya". Kita katakan Allah diatas tetapi tidak seperti diatas sekalian yang baharu. Allah ta'ala
51

bertangan tidak seperti segala tangan yang baharu. Allah ta'ala bermuka tidak seperti segala muka
yang baharu41. Hakikatnya Dia yang mengetahui kehendak-Nya dan wajib atas kita memahasucikan
menyerupai yang baharu pada hakikatnya. Tidak mengapa mufakat pada nama. Inilah mazhab salaf
rodhiyallohu anhum. Dua ini adalah jalan dari Ahlussunnah.
Demikian juga wajib kita i'tiqodkan ada bagi Allah beberapa sifat Af'al-Nya. Sebagian darinya
disebutkan oleh Imam al-Ghozali didalam Ushul al-Arba'in dengan katanya, "Dan bahwasanya Allah
ta'ala itu tiada yang maujud bagi segala yang lainnya melainkan baharu dengan dijadikan Qudrat-
Nya, dengan limpahan 'Adil-Nya dijadikan atas yang terlebih baik kejadian dan paling sempurnanya
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬sangat Hakim yaitu paling teguh pada perbuatan-Nya serta adil
dan terlebih adilnya. Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
pada sekalian hukum-Nya. Tidak dapat dikiaskan adil-Nya dengan adil makhluk karena yang lainnya
itu menerima zholim dalam memerintahkan dan menghukumkan karena bukan milik yang mutlak.
Tidak terupa pada Allah sedikit-pun zholim karena sekalian yang diperintah adalah milik-Nya yang
dikeluarkan-Nya dari 'adam kepada wujud dan tidak ada seorangpun bersamanya dalam
kepemilikan hingga dapat dikatakan bagi-Nya zholim. Adapun yang lain baik manusia, jin, setan,
malaikat, langit, bumi, binatang, tumbuh-tumbuhan, jauhar dan a'rodh sekaliannya baharu
dikeluarkan dari 'adam kepada wujud dengan yang paling indah kejadiannya dengan Qudrat-Nya.
Tidak ada yang wujud pada azali yang lain dari-Nya dan tidak ada disana seorang yang lain-Nya.
Dijadikan makhluk untuk menyatakan Qudrat-Nya dan Irodat-Nya bukan karena berkehen-dak
kepadanya. Dialah yang mempunyai karunia bagi sekalian makhluk dan mempunyai nikmat.
Dibangkitkan-Nya dengan bermacam pertolongan bagi seluruh makhluk-Nya. Ia sangat kuasa
menyampaikan dan menuangkan azab dan dibalakan dengan berbagai-bagai bala. Jika dilakukan-
Nya yang demikian itu adalah karena adil-Nya tidak dikatakan Dia jahat dan zholim. Jika diberi
pahala atas taat diberi dengan kemurahan-Nya dan janji-Nya bukan wajib karena tidak wajib atas-
Nya. Tidak wajib atasnya hak seseorang dan tuntutan segala makhluk didalam mengerjakan taat.
Wajib atas makhluk yang mukallaf dengan sebab Dia wajibkan atas lidah rasul-Nya bukan semata-
mata akal. Dibangkitkan segala rasul-Nya untuk menyatakan kebenaran-Nya diberi mukjizat yang
sangat nyata, maka mereka menyampaikan suruhan dan larangan, wa'id-nya. Wajib atas makhluk
membenarkan mereka.

Sifat Yang Harus/Jaiz Bagi Allah


Adapun bagian yang ketiga yang wajib kita i'tiqodkan bahwa harus bagi Allah ta'ala menjadikan
mumkinat atau meninggalkannya, seperti kata Syeikh Sanusi rhm. :
‫ﺮ ِﻛﻬَﺎ‬gْ َ ‫( ْو‬1 ‫…ﺎت‬ ِ ْ ُ ْ ‫ﻓﻔﻌﻞ ا‬
ِ َ ‫ﻟﻤﻤﻜ‬ ِ ِّ َ ‫ِ َﺰ ُات ِﰱ‬â‫اﻟ|ﺎ‬
َ َ َ ‫ﺣﻘﻪ‬
ُ ْ ِ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ ْ ‫(ﻣﺎ‬1 ‫َو‬
Adapun yang harus pada haq Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬memperbuat sekalian mumkinat atau meninggal-kannya
(tidak memperbuatnya) seperti memberi rezeki Allah ta'ala akan hamba-Nya yang kaya dan tidak
memberi rezeki hamba-Nya. Harus pula Allah menjadikan kejahatan yaitu dilakukan kejahatan atas
hamba-Nya; dan menjadikan kebaikan atas hamba-Nya; memberi pahala hamba-Nya yang
mengerjakan taat; menyiksa hamba-Nya yang mengerjakan kejahatan. Tidak wajib atas Allah ta'ala
dari keduanya pada akal. Adapun pada syara' maka wajib sebab janji-Nya jika kebaikan karena
manyalahi janji yang baik adalah kekurangan sedangkan kekurangan mustahil bagi Allah. Berbeda
dengan kejahatan maka tidak wajib tetapi harus disalahi janji-Nya yang lain dari kafir, maka tidak
disiksa-Nya pada akal karena menyalahi janji-Nya yang jahat menambahi kamal (kesempurnaan).
Tetapi mestilah dari tiap-tiap satu jenis disempurnakan jika seorang sekalipun cukuplah.

41
Adapun mazhab salaf yang muktamad adalah membiarkan lafadz pada Qur'an apa adanya tanpa ada
penafsiran dengan menyerahkan maksud ayat pada Allah. Adapun yang berpendapat seperti ini adalah
termasuk Mujassimah didalamnya adalah Ibnu Taimiyah. Maka kalimat ini adalah kesilapan pengarang atau
ada yang sengaja memasukkannya supaya disandarkan pada pengarang padahal bukan dari pengarang.
52

Demikian juga harus bagi Allah memberi untuk hamba-Nya Sholah dan Ashlah. Sholah artinya baik
dan Ashlah artinya yang lebih baik dari Sholah. Berkata Mu'tazilah bahwa wajib bagi Allah
mengerjakan sholah dan ashlah. Perkataan ini adalah dusta seperti yang kita lihat dengan mata kita
seperti anak-anak dijadikan sakit dan banyak orang yang kena bala`. Jika wajib maka tidak akan ada
seorangpun yang sakit, tidak ada sesat dan jahil dalam agama. Semua itu menunjukkan tidak wajib
bagi Allah keduanya. Kemudian jika wajib atas-Nya sholah tentu tidak dijadikan-Nya hamba-Nya
kemudian yang ashlah jika dijadikan-nya tidak diberati-Nya mereka. Jika diberati-Nya maka yang
ashlah diberi-Nya taufik pada mereka, kalau tidak diberi taufik yang ashlah dimaafkan mereka. Yang
lebih ashlah lagi bahwa mereka dijadikan di syurga dari permulaan kejadiannya.
(Dihikayatkan) Bahwa Abu Hasan Al-Asy'ari pada suatu hari munazhoroh dengan gurunya Juba`i.
Berkata Abu Hasan, "Bagaimana menurutmu tentang tiga orang yang bersaudara, seorang mati
besar dan taat, yang seorang lagi mati besar serta maksiat dan yang ketiga mati kecil belum
baligh?". Berkata Juba`i, "Yang taat dimasukkan kedalam syurga dan diberi derajat, yang maksiat
didalam neraka dengan derajat rendah sedangkan yang kecil masuk kedalam syurga". Kata
Asy'ari, "Apakah sama derajatnya dengan yang taat atau tidak?". Kata Juba`i, "Tidak karena yang
muthi' berbuat amal yang sholih". Berkata Asy'ari, "Berkata yang kecil, "Wahai Tuhanku, yang
ashlah bagiku engkau besarkan aku lalu kubuat amal sholih maka aku bersama saudaraku
mendapat derajat". Kata Juba`i, "Berkata Tuhan : "Aku ketahui, bahwasanya jika besar niscaya
kafir engkau dan masuk neraka. Yang ashlah bahwa Ku-matikan engkau waktu kecil!". Berkata
Asy'ari, "Lalu berkata yang 'Ashi (maksiat) dan sekalian isi neraka : "Hai Tuhanku, adapun yang
ashlah bagi kami seluruhnya bahwa Engkau matikan kami pada waktu kecil". Apa kata Tuhan?".
Putuslah hujjah Juba`i, diam ia dengan tercengang karena Imam Asy'ari meruntuhkan kaidah
mereka yang mewajibkan sholah dan ashlah. Ia berkata, "Apakah engkau sudah gila?". Katanya,
"Tidak akan tetapi terhenti keledai Syeikh di tangga"42.
Sebagian dari yang harus adalah melihat Allah ta'ala di akhirat di dalam syurga untuk sekalian yang
beriman dengan tanpa kaifiat (cara) seperti melihat sekalian makhluk tanpa terhingga. Bahkan telah
tsabit didalam dunia melihat Allah dengan mata kepala bagi penghulu kita saja, tiada seorang yang
lain dari sekalian rasul dan malaikat Allah yang muqorrobin. Adapun orang kafir dan munafiq tidak
dapat melihat Allah pada hari akhirat menurut Qoul yang shohih. Berbeda menurut Mu'tazilah
bahwa tidak seorangpun dapat melihat Allah baik di dunia maupun di akhirat.
(Faedah) Berkata Syeikh Al-Luqoni rhm. di dalam matan Jauharut :
ْ َ ِ ‫ﻣﻮﻓﻖ‬
ْ ِ َ ‫ ْ(ن‬1 ‫( َر َاد‬1 ‫ﻟﻤﻦ‬
‫ﻳﺼﻞ‬ ِ ِ ْ ‫ﻓ;ﺎﻟﻖ ِﻟ َﻌ‬
ْ ِ َ ‫ﺒﺪﻩ َ َوﻣﺎ‬
ٌ ّ ِ َ ُ ۞ ‫ﲻﻞ‬ ٌََِ
Maka Allah ta'ala adalah yang menjadikan segala hamba-Nya dan segala perbuatan yang keluar/
timbul dari segala hamba-Nya yaitu perbuatan yang ikhtiariyah (disengaja) dan yang idhthiroriyah
(tidak disengaja) menurut mazhab Ahlussunnah wal Jama'ah seperti yang telah disebutkan
sebelumnya. Berbeda dengan perkataan Mu'tazilah yang mengatakan bahwa perbuatan ikhtiyari-
yah bukan Allah yang menjadikan tetapi merupakan perbuatan hamba bagi dirinya. Adapun yang
idhtiroriyah maka sepakat antara Ahlussunnah wal Jama'ah dan Mu'tazilah merupakan perbuatan
Allah ta'ala.
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬memberikan taufik yaitu menjadikan kuasa untuk menger-
Wajib kita i'tiqodkan pula Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
jakan taat pada segala hamba-Nya yang dikehendaki-Nya sampai kepada ridho-Nya dan kasih-Nya.
Demikian pula Allah yang menjadikan ‫( ُ•ِﺬَل‬membiarkan/tidak menolong) yaitu kuasa untuk
mengerjakan maksiat bagi hamba-Nya dihendaki-Nya jauhnya dari keridhoan-Nya dan kasih-Nya.
ْ َ ِ ‫…ﺠﺰ‬
Kemudian katanya "‫ﻟﻤﻦ َا َر َاد َو ْﺪَ ُﻩ‬ ٌ ِ ْ ‫ " َو ُﻣ‬bahwa wajib kita i'tiqodkan bahwasanya Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬menu-
naikan yakni menyempurnakan bagi orang dijanjikan-Nya diberi kebajikan seperti pahala untuk yang

42
Kinayah bahwa tertahan sudah ilmunya tidak dapat naik lagi karena pemahamannya yang rendah.
53

mengerjakan taat sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya. Ittifaq antara Asya'iro dan Maturidi.
Kemudian tidak wajib Dia menyempurnakan yang dijanjikan-Nya dengan siksa untuk yang
mengerjakan maksiat karena harus bagi Allah menyalahinya sebab perkara itu tidak disebutkan
sebagai kekurangan bagi-Nya. Bahkan bertambah kemuliaan untuk yang pemurah bahwa dijanjikan
yang buruk tetapi diberi yang baik. Inilah mazhab Imam Asya’ri khilaf dengan pendapat Maturidi
bahwa tidak boleh menyalahi janji untuk keduanya bagi Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬karena yang demikian
membawa pada kekurangan.
Kemudian katanya lagi :
ِ ِ َ ْ ©َ‫ﺸﻘﻲ ُﰒ َ ْﻟﻢ ﻳ‬
‫ﻘﻞ‬% ِ َ 1 ْ ‫ﺴﻌ ْ ِﻴﺪ ِﻋ ْﻨﺪَ ُﻩ ِﰱ‬
> ِ ‫ا›زل ۞ َ َﻛﺬا اﻟ‬ ِ ‫ﻓﻮز اﻟ‬
ُ َْ
Kemenangan orang yang bahagia disisi Allah ta'ala pada azali yakni orang yang mendapat baik
kesudahan yaitu yang dimatikan didalam iman dan didalam amal sholih dinamakan orang sa'id
ٌ ْ ‫)َﺳ ِﻌ‬. Demikian celaka untuk orang yang disudahi umurnya kafir dan maksiat seperti juga yang
(‫ﻴﺪ‬
bahagia didalam azali. Celakanya itupun didalam azali tidak dapat bertukar sekali-kali menurut
perkataan Imam Asy'ari. Kata Maturidi bahwa bisa berubah karena orang yang bahagia adalah orang
Islam dan yang celaka adalah orang kafir maka boleh saja orang yang bahagia jadi celaka seperti
murtad ia sesudah beriman dan orang celaka jadi bahagia seperti Islam ia sesudah kafirnya. Bahagia
dan celaka tidak pada azali keduanya bahkan bisa berubah dan bertukar.
Katanya lagi :
‫ّ ًﺮا ﻓَ ْﻠ َ ْﺘﻌ ِﺮ َﻓﺎ‬üِ ‫ﻜﻦ ُﻣ َﺆ‬j
ْ ُ َ ‫ﳇﻔﺎ ۞ َو َ ْﻟﻢ‬ ٌ ْ ‫ﻠﻌ ْ ِﺒﺪ َﻛ‬wَ ْ ِ Sَ َ‫َو ِﻋ ْﻨﺪ‬
َ ّ ِ ُ ‫ﺴﺐ‬
Dan disisi kami Ahlussunnah wal Jama'ah bahwa ada pada hamba itu usaha. Dilazimkan dan
diwajibkan akannya oleh Allah ta'ala untuk berbuat perbuatan yang ikhtiari. Yaitu usaha didalam
perbuatan yang ikhtiari wajib atas segala hamba Allah. Adapun yang menjadikan perbuatan tiada
yang lain hanya Allah, tiada ada yang memberi bekas kecuali Qudrat Allah akan tetapi ketika
sebagian perbuatan itu keluar dengan ikhtiar hamba seperti "kebaikan" maka didapat perbuatan itu
pada hamba pada zhohirnya dan tidak pada sebagian perbuatan seperti "jatuh". Maka disandarkan
perbuatan yang keluar dengan ikhtiarnya iktisab. Demikianlah menurut mazhab Ahlusunnah.
Adapun menurut perkataan Jabariyah bahwa seluruh perbuatan tidak ada yang bagi hamba
menjadikan dan tidak ada iktisab akan tetapi sekalian perbuatan yang keluar dari hamba apakah
yang ikhtiyari atau idhtirori seumpama tali yang tergantung di udara dipalingkan angin kearah mana
angin itu. Tidak ada qudrat yang memberi bekas sama sekali yang lain dari Allah dan tidak ada yang
disandarkan pada hamba sedikitpun apakah kebaikan atau keburukan. Menurut perkataan ini maka
tidak ada taklif atas hamba.
Berbeda pula perkataan Qodariyah bahwa sekalian perbuatan yang ikhtiyari sekaliannya dengan
qudrat yang baharu yang memberi bekas dan yang berbuat bukan Qudrat yang Qodim. Adapun
menurut mazhab Ahlusunnah bahwa tiada bagi hamba yang memberi bekas. Bagi hamba hanya
kasab (usaha) untuk perbuatan hamba yang bergantung dengannya taklif, bukan ia yang
mengadakan dan tidak pula ia menjadikan hanyasanya untuknya pada perkara itu nisbah
(pembangsaan) memberatkan dan memilih perbuatan dan meninggalkan perbuatan supaya hasil
nisbah itu padanya. Karena inilah maka diberi pahala atasnya dan diberi dosa untuk yang mem-
perbuatnya. Maka ketahuilah olehmu hukum yang tersebut itu seluruhnya itu pada hakikatnya dari
Allah saja.
Katanya pula :
ُ َ ْ َ oº ُ ‫ﺲ‬/‫و‬
‫ َﻴﺎ ًرا‬%ِ ‫ﻳﻔﻌﻞ ا ْﺧ‬ َ ْ َ ‫ َﻴﺎ ًرا ۞ َ ﻟ‬%ِ ‫ﺒﻮرا َ َوﻻا ْﺧ‬ ْ َ ‫ﺲ‬/َ ْ َ‫ﻓَﻠ‬
ً ْ ُ ‫ﻣﺠ‬
Maka tidaklah seluruh perbuatan itu majbur (terpaksa) dan tidak seluruhnya hanya ikhtiyar. Yakni
wajib kita i'tiqodkan sebagian perbuatan keluar dengan idhthirori seperti sebagaimana kita lihat
54

dengan musyahadah (mata kepala) nyata perbedaan antara keduanya. Wajib pula kita i'tiqodkan
tidaklah seseorang itu memperbuat seluruhnya dengan ikhtiyarnya tetapi sebagian adalah idhtirori.
Dan lagi katanya :
ِ ْ َ ْ ‫ِﻤﺤﺾ‬
‫اﻟﻌﺪل‬ ْ ِّ َ ُ ‫اﻟﻔﻀﻞ ۞ َو ِ ْان‬
ِ ْ َ َ‫ﻳﻌﺬب ﻓ‬ ِ ْ َ ْ ‫ِﻤﺤﺾ‬
ِ ْ َ َ‫ َ…ﺎ ﻓ‬¤ْ ِ‫ﻓﺎن ﻳُﺜ‬
َْ
Apabila kita ketahui bahwasanya Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬adalah Dia Tuhan Ì yang
menjadikan sekalian
perbuatan kita samaada yang kebaikan atau kejahatan dan qudrat yang baharu sedikitpun tidak
memberi bekas. Jika Allah memberi pahala atas perbuatan yang kebaikan seperti taat semata-mata
karena karunia-Nya. Jika disiksa-Nya kita karena mengerjakan maksiat maka dengan adil-Nya.
Karena taat dan maksiat adalah perbuatan-Nya. Bahkan kedua hal itu dijadikan-Nya tanda yang
menunjukkan apa yang dikhtiarkan-Nya dari pahala dan siksa hingga jika dibalikkan-Nya diberi
pahala untuk yang maksiat dan disiksa untuk yang mengerjakan taat niscaya hal itu harus saja
menurut akal kita. Firman-Nya :
َ ْ ُ َ T‫ ُ ْﺴ‬å ‫وﱒ‬
‫ﺌﻠﻮن‬ ُ َ T‫ ُ ْﺴ‬å‫َﻻ‬
ُ َ ْ َ ‫ﺌﻞ َﲻﺎ‬
ْ ُ َ ‫ﻳﻔﻌﻞ‬
Artinya : "Tidak ditanya Dia apa yang diperbuat-Nya dan mereka yang ditanya".
َ ِ ‫ء َواﻟْﻬ َِﺎدى ِ ٰاﱃ‬Ñ‫ﺸ‬
ِ ْ ِ َ T‫ﴏ ٍاط ُﻣ ْﺴ‬
‫ﺘﻘﲓ‬ ُ ٓ َ َ å ‫ﻟﻤﻦ‬ ُ ِ َ ُ ْ ‫وﷲ‬
ْ َ ِ ‫اﻟﻤﻮﻓﻖ‬ ُ َ
55

Dalil – Dalil dari Sifat – Sifat Yang Wajib Bagi Allah


Maka tatkala telah selesailah kami uraikan sifat yang duapuluh yang wajib bagi Allah, demikian pula
dengan sifat yang mustahil lawan dari duapuluh yang wajib itu dan yang harus bagi-Nya sedangkan
telah disebutkan sebelumnya bahwa had makrifat yang wajib atas mukallaf yaitu jazam yang
mufakat dengan yang waqi' (benar pada sisi Allah) serta memiliki dalil. Adapun yang telah
disebutkan diatas masih sunyi (kosong) dari dalil sehingga siapa yang mengetahuinya belum
dikatakan makrifat. Maka disini penulis berkeinginan untuk menyatakan dalil dari tiap-tiap i'tiqod
satu persatu. Dalil aqoid yang pertama didahulukan seperti aturan aqoid itu. Dikarenakan aturan
yang paling baik adalah aturan burhan (dalil) yang pendek serta sempurna maksudnya adalah yang
disebutkan oleh Waliyulloh bila naza' yaitu Syeikh Muhammad bin Yusuf Sanusi didalam 'Aqidatush
Shughro maka kami mengambil tabaruk dengan perkataannya rodhiyallohu ta'ala anhu serta kami
datangkan pula terlebih dahulu dalil naqli kemudian dalil aqli.
Adapun dalil Naqli pada burhan Wujud sangat banyak. Firman Allah :
ِّ َ ‫ﷲ‬
‫ﺷﻚ‬ ِ ‫ ِ(ﰱ‬1
Artinya : "Adakah pada Wujud Allah itu syak?".
Yaitu tiada syak tentang Wujud Allah apakah Islam dan kafir. Demikian juga firman Allah ta'ala :
ٍ ْ َ ‫¡ﲑ‬
‫ﳾء‬ ِ ْ َ ‫ ْ(م • ِ ُُﻠﻘ ْﻮا ِ ْﻣﻦ‬1
Artinya : "Apakah dijadikan mereka dari tiada sesuatu?".
Yakni adakah kamu sekaliannya dengan tiada Tuhan yang menjadikan kamu. Adapun dalil aqli yaitu
seperti kata Syeikh Sanusi ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬:
‫ﻦ‬jِ ْ‫ا› ْﻣ َﺮ‬1 ْ ‫ا&ﺪ‬ َ ْ ُ َ ‫ﻟﺰم َ ْان‬
ُ َ َ ‫ﻜﻮن‬j َ ِ َ ‫ﺴﻪ‬ ِ ِ ‫ˆﺪث َ ْﺑﻞ َ&ﺪَ َث ِﺑﻨَ ْﻔ‬ٌ ِ ْ ‫ﻜﻦ َ ُ[ ُﻣ‬j ِ َ َ ْ ‫ﻓˆﺪوث‬
ْ ُ َ ‫›ُﻧﻪ ﻟ َ ْﻮ َ ْﻟﻢ‬1 ِ ‫اﻟﻌﺎﻟﻢ‬ ُ ْ ُ ُ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ٰ َ َ ‫وﺟﻮدﻩ‬ِ ِ ْ ُ ُ ‫—ﺮﻫﺎن‬
ُ َ ْ ُ ‫َو َاﻣﺎ‬
‫ˆﺎدﺛﺔ ِْﻣﻦ‬ ِ َ ِ َ ْ‫ ْﻋ َﺮ ِاض اﻟ‬1 ْ ‫ﻪ ِﻟ‬%ُ ُ ‫اﻟﻌﺎﻟﻢ ُ َﻣﻼ َز َﻣ‬
ِ َ َ ْ ‫&ﺪوث‬
ِ ْ ُ ُ ‫ﻴﻞ‬ُ ْ ‫ َ َود ِﻟ‬,‫ˆﺎل‬
ٌ َ ‫وﻫﻮ ُﻣ‬َ ُ َ ‫ﺐ‬¤ ٍ َ ‫اﺟˆﺎ َﻠَ ْ ِﻴﻪ ِﺑَﻼ َﺳ‬
ً ِ ‫ ِ َﻟﺼﺎ ِﺣ ِ ِﻪ َر‬M‫ﺴﺎو‬ ً ِ َ ‫ﻳﲔ ُﻣ‬ ِ ْ َ ‫ َ َﺴﺎ ِو‬Ó‫اﻟْ ُﻤ‬
ْ ِ َ ‫وﺟﻮد‬
‫وﻣﻦ‬ ٍ ْ ُ ُ ‫ﺗﻐﲑﻫﺎ ِ ْﻣﻦ َﺪَ ٍم ِ َاﱃ‬ َ َ ‫ا› ْﻋ َﺮ ِاض ُﻣ‬1 ْ ‫&ﺪوث‬
َ ِ > َ َ ‫ﺸﺎﻫﺪَ ُة‬ ِ ْ ُ ُ ‫ﻴﻞ‬ُ ْ ‫ َ َود ِﻟ‬,‫&ﺎدث‬
ٌ ِ َ ‫ﺎدث‬ ِ ِ ˆَْ‫وﻣﻼ ِ َزم اﻟ‬
َ ُ َ ‫و¡ﲑﳘﺎ‬
َ ِ ِ ْ َ َ ‫وﺳﻜﻮن‬
ٍ ْ ُ ُ َ ‫ﺣﺮﻛﺔ‬ ٍَ ََ
ٍ َ ‫وﺟﻮد ِ َاﱃ‬
‫ﺪَم‬ ٍُْ ُ
Adapun tanda ada Allah ta'ala adalah baharu alam. Karena bahwasanya jikalau tiada ada baginya
yang membaharukannya tetapi ia baharu dengan sendirinya niscaya lazimlah bahwa adalah salah
satu dari dua perkara yang sama keduanya bagi taulannya maka berat atasnya tanpa ada sebab
yaitu mustahil43. Dikehendaki dengan alam disini yaitu jirimnya karena mengambil dalil pada baharu
jirim adalah dengan a'rodh yang melaziminya. Adapun jika dikehendaki dengan alam nama bagi
sekalian yang maujud yang lain dari Allah ta'ala maka jadi bersatu dalil dengan madlulnya. Dalil
baharu alam adalah melazimkannya a'rodh yang baharu dari gerak dan diam. Lain dari keduanya
adalah berkumpul dan berpisah. Yang melazimkan bagi yang baharu adalah baharu juga. Dalil
baharu sekalian a'rodh melihat pada berubahnya dari tiada kepada ada dan dari ada kepada tiada.
Tsabitlah sekalian alam ini baharu seluruhnya baik jirimnya maupun a'rodhnya. Tiap-tiap yang
baharu tidak dapat tiada (mesti) ada yang membaharukannya. Tidak ada yang membaharukannya
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬.
melainkan Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
Adapun dalil Qidam, yaitu firman Allah ta'ala :
ُ 1 ْ ‫ُ َﻫﻮ‬
‫ا›ول‬
Artinya : "Dia-lah yang Awal".

43
Ada dua perkara yang peluangnya atau beratnya sama, tetapi tiba-tiba salah satu lebih berat terhadap yang
satunya tanpa ada sebab yang memberatkan maka perkara itu mustahil.
56

Yaitu tiada permulaan-Nya. Makna Awal adalah yang Qodim tidak didahului 'adam. Dalil akalnya
yaitu :
ُ ُ ‫َﺴ ْﻠ‬Ó‫ور َ ِاو اﻟ‬k‫ا‬
‫ﺴﻞ‬ ُ َ ْ َ َ‫ ﻓ‬,‫ˆﺪث‬
ُ ْ ‫ﻠﺰم‬F ٍ ِ ْ ‫ﻘﺮ َ َاﱃ ُﻣ‬% َ َ َ ‫ﻜﻦ َ ِﻗﺪﻳْ ًﻤﺎ‬j
ً ِ َ ‫ﻟﲀن‬
ُ ِ َ ‫ ْﻔ‬Fََ‫ ﻓ‬,¼‫&ﺎد‬ ٰ َ َ [ُ َ ‫وﺟﻮب ْ ِاﻟﻘﺪَ ِم‬
ْ ُ َ ‫ ُﻧﻪ ﻟ َ ْﻮ َ ْﻟﻢ‬1 ِ َ‫ﺗﻌﺎﱃ ﻓ‬ ُ َ ْ ُ ‫َو َاﻣﺎ‬
ِ ْ ُ ُ ‫—ﺮﻫﺎن‬
Adapun tanda wajib Qidam bagi Allah ta'ala adalah bahwasanya jika Allah tidak Qodim niscaya dia
baharu karena tidak ada yang menengahi kedua perkara itu. Jika Dia tidak Qodim berarti baharu
atau kalau Dia baharu berarti tidak Qodim. Jika Dia baharu niscaya membutuhkan pada yang
membaharukan-Nya dan yang membaharukan-Nya membutuhkan pula kepada yang membaharu-
kan-Nya. Perkara itu membawa kepada daur atau membawa pada tasalsul. Keduanya membawa
tiada Tuhan. Hal itu adalah mustahil. Karena itulah tsabit bagi Allah Qidam dan ternafi baharu. Inilah
yang kita inginkan.
Makna daur44 adalah :
‫اﺗﺐ‬ ِ ْ َ ‫¡ﲑﻩ ِاﻣﺎ ِ َ ْﺑﻤﺮﺗَ َﺒ‬
َ ِ ‫ ْ(و َﻣ َﺮ‬1 ‫ﲔ‬Ó ِ ِ ْ َ ‫ﺘﻮﻗﻒ َ َﲆ‬
ُ َ َ َ ‫ﳾء َ َﲆ َﻣﺎﻳ‬
ٍ ْ َ ‫ﺗﻮﻗﻒ‬
ُ> ََ
Artinya : "Terhenti sesuatu atas apa yang terhenti ia atas yang lain, adakalanya dengan dua martabat
atau dengan beberapa martabat pada yang lebih dari dua".
Misalnya si Zaid menjadikan si Umar dan si Umar menjadikan si Zaid pula. Hal demikian itu tidak
diterima akal karena yang menjadikan pasti terdahulu dari yang dijadikan. Ketika tsabit bahwa si
Umar dijadikan oleh si Zaid bagaimana mungkin si Umar bisa menjadikan si Zaid karena si Umar
terkemudian dari si Zaid. Yang terkemudian bagaimana dapat menjadikan si Zaid yang terdahulu
darinya. Kiyaskanlah pula hal ini untuk yang lain dari dua martabat seperti itu juga. Inilah makna
Daur yang mustahil pada akal.
Makna tasalsul adalah :
‫َ َﻨﺎ ِﻫ ٍﻴﺔ‬%‫¡ﲑ ُﻣ‬
ٍ ْ َ ‫(ﻣﻮر‬ ُ ْ ‫َ ْ ِﺗ‬
ٍ ْ ُ q ‫ﺐ‬/‫ﺮ‬g
Artinya : "Berturut-turut beberapa perkara tanpa ada kesudahannya".
Yaitu berkehendak yang satu pada yang satunya pula hingga tiada kesudahannya (tidak ada
habisnya). Hal itu membawa tiada kesudahan Tuhan. Perkara itupun mustahil, sehingga batallah
daur dan tasalsul tsabitlah bagi Allah Qidam tiada membutuhkan pada yang menjadikan-Nya. Inilah
yang kita maksudkan.
Adapun dalil Baqo`, yaitu firman Allah ta'ala :
ُ ِ ‫َو ْ ٰاﻻ‬
‫ﺧﺮ‬
Artinya : "Dia-lah yang Akhir"
yaitu Dialah yang bersifat Baqo` dan firman-Nya :
‫ﻪ َ ِر ّ َﺑﻚ‬œ‫و‬ َ ْ َ‫َ ﻳ‬
ُ ْ َ ‫وﺒﻘﻰ‬
Artinya : "Dan yang Kekal Zat Tuhanmu (ya Muhammad)!".
Adapun dalil akalnya adalah :
‫ِ ًﺰا َﻻ َوا ِﺟ ًﺎ‬â‫ﺎ‬œَ ‫ﻨَ ِ ٍﺌﺬ‬Fْ ‫وﺟﻮدﻩ ِﺣ‬ ِ ْ َ ِ ‫ﺤﻘﻪ ْ َاﻟﻌﺪَ ُم َﻻﻧْ َ َﺘﻔﻰ َﻋ ْ ُﻨﻪ ْ ِاﻟﻘﺪَ ُم‬
ِ ِ ْ ُ ُ ‫ﻟﻜﻮن‬ ُ َ ِ ‫اﻣﻜﻦ َ ْان َ ْﻳﻠ‬ َ ْ َ ‫ ُﻧﻪ‬1 ِ َ‫ ﻓ‬,‫ﺗﻌﺎﱃ‬
َ َ ْ َ ‫ﻟﻮﻻ‬ ِ َ َ ْ‫وﺟﻮب اﻟ‬
َ َ َ [ُ َ ‫ﺒﻘﺎء‬ ُ َ ْ ُ ‫َو َاﻣﺎ‬
ِ ْ ُ ُ ‫—ﺮﻫﺎن‬
َ َ َ ‫وﺟﻮب ِﻗﺪَ ِ ِﻣﻪ‬
‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ُ ْ ُ ُ ‫ﻗﺮﺒﺎ‬ ً ِ َ ‫وﺟﻮد ُُﻩ ِاﻻ‬
ْ َ َ ‫ َﻛ ْ َﻴﻒ‬,¼‫&ﺎد‬
ً ْ‫ َ َﺒﻖ َ ِﻳ‬T‫وﻗﺪ َﺳ‬ ْ ُ ُ ‫ﻜﻮن‬j ُ ِ َ ْ‫َواﻟ‬
ُ ْ ُ َ ‫ﺰ َﻻ‬â‫|ﺎ‬
Adapun tanda wajib Baqo` bagi Allah ta'ala bahwasanya jikalau dapat dihubungi Dia oleh 'adam
niscaya menafikan Qidam karena Wujud-Nya saat itu adalah harus bukan Wajib sedangkan yang
harus itu wujudnya pasti baharu. Bagaimana mungkin sedangkan telah tsabit sebelumnya baru saja
bahwa wajib Qidam bagi Allah ta'ala. Tiap-tiap yang wajib Qidam melazimkan wajib wajib Baqo`-
Nya yakni jika dapat dihubungi oleh 'adam niscaya Wujud-Nya harus saja bukan lagi Wujud-Nya

44
Daur maksudnya sesuatu berputar-putar dan kembali ke asal mulanya atau dari itu ke itu juga.
57

Wajib. Kalau Wujud-Nya harus niscaya menafikan Qidam-Nya sedangkan menafikan Qidam adalah
mustahil karena membutuhkan yang membaharukan-Nya yang mana membawa pula pada daur dan
ِ ِ َ‫وﺟﻮب ِﻗﺪ‬
tasalsul. Karena inilah ta'jub Syeikh dengan katanya "‫ﻣﻪ‬ ْ َ َ ‫" َﻛ ْ َﻴﻒ‬. Maka bila kita
ً ْ‫ َ َﺒﻖ َ ِﻳ‬T‫وﻗﺪ َﺳ‬
ُ ْ ُ ُ ‫ﻗﺮﺒﺎ‬
ketahui demikian niscaya tetaplah wajib Baqo`-Nya. Inilah yang dikehendaki.
Adapun dalil Mukholafatuhu ta'ala lilhawadits yaitu firman Allah ta'ala :
ٖ ِ ْ ‫ﺲ َِﳈ‬/َ ْ َ‫ﻟ‬
ٌ ْ َ ¸‫ﺜ‬
‫ﳾء‬
Artinya : "Allah tidak seumpama sesuatu yang baharu". Dan
ٌ َ 1 ‫ﻜﻦ َ ٗ[ ُ ُﻛﻔ ًﻮا‬j
‫(&ﺪ‬ ْ ُ َ ‫َو َ ْﻟﻢ‬
Artinya : "dan tidak ada bagi-Nya seumpama seseorang".
Dan dalil akalnya seperti kata Syeikh Sanusi rhm. :
‫ﻓﺖ ﻗَ ْ ُﻞ ِ ْﻣﻦ‬ ٌ َ ‫ْﻠَﻬَﺎ َ ٰوذ ِ َ~ ُﻣ‬è‫&ﺎد¼ ِﻣ‬
َ ْ ‫ˆﺎل ِﻟ َﻤﺎ َﻋ َﺮ‬ َ َ َ ‫ﻣﳯﺎ‬
ً ِ َ ‫ﻟﲀن‬ َ َ َ ‫ ُﻧﻪ َ ْﻟﻮ‬1 ِ َ‫ادث ﻓ‬
َ ْ ِ ‫ْ ًﺎ‬/‫ﻣﺎﺛﻞ َﺷ‬ ِ ِ ‫ﻠﺤ َﻮ‬w َ َ َ ‫ﻪ‬%ِ ِ ‫وﺟﻮب ُﻣ َ;ﺎﻟَ َﻔ‬
َ ْ ِ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ِ ْ ُ ُ ‫—ﺮﻫﺎن‬ ُ َ ْ ُ ‫َو َاﻣﺎ‬
ِ ِ َ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ َو‬
‫ﺑﻘﺎﺋﻪ‬ َ َ َ ‫وﺟﻮب ِﻗﺪَ ِ ِﻣﻪ‬
ِ ُْ ُ
Adapun tanda wajib berbeda Allah ta'ala dengan yang baharu bahwasanya jika sama Dia dengan
sesuatu niscaya Dia baharu seumpama sesuatu itu. Hal demikian adalah mustahil karena yang
menyerupai yang baharu adalah baharu juga dan baharu adalah mustahil sebagaimana telah engkau
ketahui sebelumnya dalil bahwa wajib bagi Allah ta'ala bersifat Qidam dan wajib pula bersifat Baqo`
yang menafikan dari-Nya baharu. Tetaplah mukholafah lil hawadits seperti yang dikehendaki.
Kata Syeikh Ahmad Suhaimi rhm., "Kata pengarang yaitu Syeikh Sanusi : "Terkadang didatangkan
setan didalam waham manusia rupa yang dimaksudnya sebagai Allah atau dikhayalkan kepada-Nya
yaitu terkadang setan menjatuhkan kehati manusia akan merupakan Allah dengan suatu rupa atau
dikhayalkannya pada wahamnya bagi Allah ada tempat atau pada arah dari sesuatu atau dekat atau
jauh atau didalam alam atau diluar alam. Hendaklah orang yang berakal mengetahui bahwasanya
setiap apa yang dijatuhkan setan pada wahamnya itu termasuk dari alam juga dan Allah bukan dari
alam yakni tidak menyerupai alam. Hal ini sungguh harus kita cerdikkan dengan sungguh-sungguh
bahwasanya setan yang menjatuhkan khayal didalam hati kita tidak mengetahui dengan hakikat
Tuhan kita. Ia juga tidak melihat-Nya karena telah maklum bahwa Zat Allah terdinding
(terhijab/terhalang) pengetahuan makhluk. Jika kita ketahui bahwa ia tidak melihat Allah maka
bagaimana ia dapat merupakan Allah dan bagaimana Allah ia rupakan yang tidak mempunyai rupa.
Setan juga tidak mendapat jalan mengenal Tuhan sehingga dirupakan pada waham itu dari apa yang
dilihatnya dari jirim-jirim alam tinggi dan rendah. Apa yang didengar dari khobar seperti 'Arasy,
syurga, sungai, pohon buah-buahan, bukit dari yakut dan laut dari zabarjad maka semuanya itu
adalah baharu dan ma'dum. Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬tidak baharu dan tidak ma'dum. Bila engkau lawan dia
dengan dalil maka dihujahkan pula dirimu dengan katanya : "Jika Allah tidak bertempat pada yang
demikian lalu dimana Dia? Kalau Dia tidak berupa lalu bagaimana Dia?". Maksudnya dengan itu
adalah untuk menghampakan dan menafikan yang menjadikan alam ini, maka hendaklah engkau
jawab dengan mengatakan : "Tidak ada yang mengenal Allah kecuali Allah dan agama ada dua yaitu
iman dan syirik; untuk akal ada had(batasan)-nya yang tidak dapat melampaui hadnya". Adapun
lemahnya kita dari mendapatkan maka itulah mendapat yakni tidak kita ketahui itulah yang
dinamakan mengetahui. Tidak lazim Dia tidak didapat oleh akal maka berarti Dia tidak ada. Telah
berdiri dalil atas tsabitnya Allah ta'ala artinya tanda perintah-Nya pada sekalian makhluk bagaimana
dikendaki-Nya dari mengadakan, meng'adamkan, menghidupkan, mematikan dan lainnya. Jika
dengan tiada dapat dikaifiatkan, dimisalkan dan dirupakan berarti Dia tiada maka itu adalah
kebodohan yang sangat besar. Bagaimana Dia dapat dikaifiatkan dan diumpamakan sedangkan Dia
mahasuci dari yang demikian dari menyamai segala yang baharu. Tidak lazim dengan tidak
menyerupai baharu berarti menafikan-Nya. Jika kita nafikan maka siapa yang mengatur segala
makhluk ini sedangkan seluruh makhluk ini tergagah (terpaksa) dibawah Qudrat-Nya yang mana
menunjukkan pula ada-Nya yang sempurna Tuhan yang mengaturnya". Adapun burhan Mukholafah
58

ini merupakan burhan yang paling besar karena ia dapat menolakkan fitnah yang paling besar di
dunia dan di akhirat.
Adapun fitnah yang besar di dunia adalah Dajjal karena ia mendakwahkan ketuhanan. Dia meru-
pakan seorang muda tanpa janggut tetapi berkumis dan buta sebelah. Mata kanannya seperti buah
anggur yaitu bulat matanya dan menonjol. Pada mata kirinya seperti tidak ada sesuatu. Besar
tubuhnya tingginya 80 hasta, lebar antara dua belikatnya 30 hasta, lebar dahinya 2 hasta. Ada
padanya tanduk di kepalanya, keluar darinya beberapa ular. Rambutnya seperti cabang-cabang
kayu. Tangannya panjang sebelah. Dengan tangannya dapat dicapainya awan dan dengannya pula
dapat diambilnya ikan didasar laut lalu dibakarnya ke matahari. Mengarungi lautan dan air hanya
sampai ditumitnya. Ia keluar dari negeri Khurosan dan berteriak tiga kali yang mendengarnya
penghuni masyriq sampai maghrib. Dilipatkan bumi baginya. Keledainya memiliki ekor yang
terpotong berwarna putih. Jarak antara dua telinga keledai itu 40 hasta. Kata Qiil 70 hasta.
Terlindungi dibawah satu telinganya 70 orang. Satu langkahnya dapat menempuh perjalanan tiga
hari. Diletakkan dibelakang keledai itu mimbar dari tembaga dan duduk Dajjal itu diatasnya.
Mengikutinya beberapa kabilah jin dan orang-orang yang mempunyai permainan yang sia-sia.
Dipukul gendang didepannya dan ‫ﻋﻴﺪان‬. Tidak ada yang mendengarnya kecuali akan meng-ikutinya.
Diperintahkannya awan menurunkan hujan maka hujan turun. Diperintahkannya sungai
mengalirkan airnya kepadanya maka mengalir sungai itu padanya dan diperintahnya untuk kembali
maka kembali sungai itu dan jika diperintahnya kering maka iapun kering. Disuruhnya bumi tumbuh
maka tumbuh bumi itu. Jika disuruhnya mengeluarkan perbendaharaannya (harta-harta yang
terpendam didalamnya) maka keluar perbendaharaannya. Mengikutinya beberapa gunung roti
sedangkan sekalian manusia didalam kesulitan ketiadaan makanan melainkan orang-orang yang
mengikutinya. Bersamanya syurga dan neraka yaitu bukan syurga dan neraka yang sebenarnya
hanya bentuk keduanya ‫ﺲ‬¥‫ َﺟ َﺮ ِ ْا‬jalan ‫( َ َﲣ ّﻴ ِْﻞ‬khayalan) karena api neraka itu adalah sungai air tawar dan
dingin. Mengaku ia sebagai Tuhan dan menyeru manusia beriman dengan-nya. Bersamanya dua
malaikat seorang di kanan dan yang satu di kiri menyaru (menyamar) mereka dengan rupa dua Nabi.
Kata sebagian ulama yang gholib pada zhonku bahwasanya 'Isa dan Muhammad. Apabila berkata
Dajjal, "Bukankah aku Tuhan kamu, aku menghidupkan dan aku mematikan?". Kata salah seorang
dari keduanya, "Dusta engkau!". Tidak mendengarnya seorang manusiapun kecuali temannya.
Berkata temannya padanya, "Benar engkau!". Maka mendengarnya manusia dan menyangka
mereka bahwa benar Dajjal. Orang yang tidak ada padanya dalil Mukholafah mengikrarkan dengan
ketuhanannya seperti Yahudi dan perempuan a'robi. Berkata Dajjal pada seseorang, "Apakah
engkau jika kubangkitkan bapak dan ibumu akan menyaksikan bahwasanya aku Tuhanmu?".
Berkata mereka, "Benar!". Maka merupakannya oleh setan pada rupa bapaknya dan ibunya, berkata
mereka, "Hai anakku, ikutlah dia karena dia adalah Tuhanmu!". Adapun orang-orang yang memiliki
dalil Mukholafah didustakan ia dan diingkarkan ketuhanannya karena dia berjisim yang berlaku
padanya seperti kelakuan jisim serta lemah. Bahwasanya dia lemah pada akhir urusannya dalam
menzhohirkan suatu perkara yang menyalahi adat dan membunuhnya 'Isa ibnu Maryam, kemudian
lagi buta matanya. Karena inilah sabda Nabi j :
,‫ﲏ‬6ْ ّ ِ َ ُ ‫ﺑﻌﺪي ُﰒ ﻳ‬
ْ ِ ْ َ ‫ َو ِا ُﻧﻪ َﻻ َ ِﻧﱯ‬.‫ﻧﱯ‬Ï ِ َ S(َ 1 :‫ﻘﻮَل‬F ُ ِ ‫ﻳﺼﻔﻬَﺎ‬
ْ ُ َ َ‫ ﻓ‬,‫ﻧﱯ ﻗَ ْ ِ ْﲇ‬Ï ِ َ ‫ﻩ‬M‫ا‬ ْ ِ َ ‫ﺻﻔﺔ َ ْﻟﻢ‬
ً َ ِ ‫ﻟﲂ‬ ْ ُ َ (‫ﺎل‬œk‫ا‬
َ َ ‫ﺻﻔﻪ ) َ ْاي‬Ñ‫ﺳ‬ ُ ُ ِ 1 َ ‫ ْﻮا ﻓَ ِﺎ ُﻧﻪ‬%ُ ُ¤ْ‫(ﺛ‬q ‫ﷲ‬ ِ ‫ﺒﺎد‬ َ َ ‫ ِﻋ‬Mَ
ٍ ِْ ُ ‫ﰻ‬
‫ﻣﺆﻣﻦ‬ > ُ ‫ﻳﻘﺮؤﻩ‬ ٌ ِ َ ‫ﻪ‬Fِ ْ َ ©‫ﺑﲔ ﻋ َْﻴ‬
ُ ُ َ ْ َ ‫ﰷﻓﺮ‬ َ ْ َ ‫ﻮب‬% ْ َ ‫ﻋﻮر َو ِا ُﻧﻪ‬Ñ‫ﺑ‬
ٌ ْ ُ ‫ﻣﻜ‬ َ َ ْ 1 ِ ‫ﺲ‬/َ ْ َ ‫(ﻋﻮر َو ِان َر ُْ—ﲂ ﻟ‬ ّ ٰ َ ‫—ﲂ‬
ُ َ ْ 1 ‫ﺣﱴ َ ُﺗﻤ ْﻮﺗُ ْﻮا ﻓ َ ِﺎ ُﻧﻪ‬ ْ ُ ‫ﺮوا َر‬g
ْ َ َ ‫ َو َ ْﻟﻦ‬.‫—ﲂ‬ْ ُ > ‫ َر‬S(َ 1 :‫ﻘﻮل‬F
ُ ْ ُ َ َ‫ﻓ‬
‫ﰷﺗﺐ اﱁ‬ ٍ ِ َ ‫و¡ﲑ‬ ِ ْ َ َ ‫ﰷﺗﺐ‬ٍ َِ
"Wahai hamba Allah, tetapkan olehmu yakni atasmu agamamu, bahwasanya akan kusifatkan dirinya
yaitu Dajjal padamu dengan sifat yang belum menyifatkannya seorang Nabi sebelumku". Berkata
dia (Dajjal), "Aku nabi!". Bahwasanya tiada nabi sesudahku, kemudian diulanginya dengan
mengatakan, "Aku Tuhan-mu!". Tidak kamu lihat Tuhan-mu hingga matimu, bahwasanya ia buta
59

dan Tuhanmu tidak buta. Tertulis antara dua matanya ‫ ﰷﻓﺮ‬yang dapat dibaca oleh mukmin yang
dapat menulis atau yang tidak dapat menulis. … hingga akhir hadits.
Kata Syeikh Ahmad As-Suhaimi rhm., "Orang yang alim pada zaman itu sedikit". Karena inilah telah
datang warid dari hadits bahwa tiada yang lepas dari fitnahnya melainkan 12.000 laki-laki dan 7.000
perempuan.
Adapun yang kedua fitnah yang paling besar diakhirat yaitu bahwasanya Allah ta'ala mengumpul-
kan seluruh manusia pada hari kiamat. Dia berfirman, "Siapa yang menyembah sesuatu maka diikut
yang disembahnya". Maka mengikut orang yang menyembah matahari akan matahari, orang
menyembah bulan mengikut bulan, orang yang menyembah thogut-thoghut yaitu yang lain dari
Allah seperti berhala maka mengikut ia ke neraka. Dirupakan orang yang menyembah 'Isa setan 'Isa
dan orang yang menyembah 'Uzair setan 'Uzair. Tinggallah umat ini, dikatakan bagi mereka, "Apa
yang kamu tunggu, telah berangkat sekalian manusia?". Berkata mereka, "Ada bagi kami Tuhan
yang kami menyembah-Nya di dunia dan kami belum pernah melihat-Nya!". Dikata-kan, "Apakah
kamu mengenal-Nya apabila kamu melihat-Nya?". Jawab mereka, "Benar!". Ditanya, "Bagaimana
kamu mengenal-Nya sedangkan kamu belum pernah melihat-Nya?". Jawab mereka, "Tidak
membandingi-Nya!". Maka dinyatakan bagi mereka satu malaikat dari arah kiri 'Arasy yang jika
dikumpulkan air tujuh laut pada lubang ibu jarinya maka tidak nyata, ia berkata, "Aku Tuhan-mu!".
Mereka berkata, "Aku berlindung dengan Allah darimu, tiada sekutu dengan Tuhan kami sesuatu".
Pada saat itu hampirlah orang yang taklid berpaling i'tiqodnya. Kemudian dinyatakan pula bagi
mereka satu malaikat yang lain dengan diperintah Allah dari kanan 'Arasy yang jika dikumpulkan air
14 laut diletakkan di lubang ibu jarinya tidak nyata. Ia berkata pada mereka, "Akulah Tuhan kamu!".
Berkata mereka, "Berlindung kami dengan Allah darimu". Kemudian tajalli Tuhan, maka melihat
mereka akan Tuhan seperti yang dii'tiqodkan. Maka sujudlah mereka dan tinggallah sekalian kafir
punggung mereka seperti papan yang bila berkeinginan untuk sujud maka jatuh mereka atas
punggungnya. Berfirman Allah ta'ala, "Wahai hamba-Ku, Aku-lah Tuhan-mu. Angkatlah kepalamu,
sesungguhnya telah Kami ganti tiap-tiap seorang laki-laki dari kamu dari Yahudi dan Nashoro masuk
kedalam neraka". Maka mengangkatkan mereka akan kepala mereka sedangkan muka mereka lebih
putih daripada embun, naik cahayanya dengan cemer-lang. Dihitamkan muka sekalian kafir. Berkata
orang mukmin, "Engkau-lah Tuhan kami!". Sahut-Nya, "‫—ﲂ‬ ْ ُ ِ ‫ ْ(ﻫ ًﻼ‬1 yaitu dapat keluasan bagi kamu".
Diberi setiap orang nurnya seukuran amalnya dan seukuran mengikut perintah-Nya. Lalu
dibentangkanlah bagi mereka Shirothol mustaqim diatas Jahannam. Adapun Nabi Musthofa dan
sekalian umatnya pertama-tama yang lewat diatasnya.
Adapun dalil Qiyamuhu binafsih, yaitu firman Allah ta'ala :
ُ ْ > ‫اﻟﺤﻲ اﻟْ َﻘ‬
‫ﻮم‬F > َ ْ ‫اﻻﻫﻮ‬
َ ُ ِ [َ ٰ ‫ َ ِﻻا‬Ž‫ا‬
ُ َ
Artinya : "Allah, tiada Tuhan melainkan Dia, yang Hidup, yang Mendirikan tujuh lapis langit dan bumi".
Maknanya adalah Dia-lah Tuhan yang Hidup yang Berdiri dengan sendiri-Nya. Adapun dalil akalnya
yaitu kata Syeikh Sanusi r.a, :
‫اﻟﻤﻌ ِﺎﱏ َ َوﻻاَْﻟﻤ ْﻌﻨَ ِﻮ ِﻳﺔ‬
َ َ ْ ‫ﺑﺼﻔﺎت‬ ُ ِ ‫اﻟﺼﻔﺔ َﻻﺗ‬
ِ َ ِ ِ ‫َﺘﺼﻒ‬ ُ َ ِ ّ ‫ﺻﻔﺔ َو‬ َ َ َ ‫ﻣˆﻞ‬
ً َ ِ ‫ﻟﲀن‬ ّ ٍ َ َ ‫ﺎج ِ ٰاﱃ‬% ِ ِ ‫ﺗﻌﺎﱃ ﺑِﻨَ ْﻔ‬
َ َ ‫ ُﻧﻪ َ ِﻟﻮ ا ْﺣ‬1 ِ َ‫ﺴﻪ ﻓ‬ ِ ِ َ ‫وﺟﻮب ِﻗ‬
ٰ َ َ ‫ﺎﻣﻪ‬F ُ َ ْ ُ ‫(ﻣﺎ‬1 ‫َو‬
ِ ْ ُ ُ ‫—ﺮﻫﺎن‬
‫اﻟﱪﻫﺎن َ ٰﲆ‬ ُ َ ْ ُ ْ ‫ﻗﺎم‬َ َ ‫وﻗﺪ‬ ْ َ َ ‫&ﺎد¼ َﻛ ْ َﻴﻒ‬ َ َ َ ‫ﻣﺨﺼﺺ‬
ً ِ َ ‫ﻟﲀن‬ ٍ ِ ّ َ ُ ‫ﺎج ِ ٰاﱃ‬% ٍ َ ِ ِ ‫ﺲ‬/َ ْ َ‫ﲠﻤﺎ َﻓﻠ‬
َ َ ‫ﺑﺼﻔﺔ َو َ ِﻟﻮ ا ْﺣ‬ ُ ُ َ ّ ِ ‫ﳚﺐ‬
َ ِ ِ ‫اﺗﺼﺎﻓﻪ‬ ُ ِ َ ‫وﻋﺰ‬ َ َ ‫ﻞ‬œَ S‫وﻣﻮﻻ‬ َ َََْ
ِ ِ َ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ َو‬
‫ﺑﻘﺎﺋﻪ‬ ٰ َ َ ‫وﺟﻮب ِﻗﺪَ ِ ِﻣﻪ‬
ِ ُْ ُ
Adapun tanda wajib berdiri dengan sendiri-Nya yaitu dengan Zat-Nya karena bahwasanya jika
membutuhkan ia pada Zat maka Dia adalah sifat. Sifat tidak bersifat dengan sifat Ma'ani dan
Maknawiyah sedangkan Tuhan kita Jalla wa 'Azza wajib bersifat dengan keduanya maka berarti Dia
bukan sifat. Jika membutuhkan ia fa'il (yang membuat) berarti Dia baharu sesungguhnya telah
ditegakkan dalil atas wajib Qidam-Nya dan Baqo`-Nya.
60

Adapun dalil Wahdaniyah Allah ta'ala yaitu seperti firman Allah :


ُ ِ ‫َو ِا ٰﻟﻬ ُُْﲂ ِ ٰ ُا[ َو‬
‫ا&ﺪ‬
Artinya : "Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Satu". kemudian firman-Nya lagi :
ٌََ‫ﷲ‬
‫ا&ﺪ‬ ُْ
ُ ‫ﻗﻞ ُ َﻫﻮ‬
Artinya : "Katakanlah olehmu, Allah itu Esa".
Dalil akalnya seperti kata Syeikh ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬:
ِ َ ْ َ ‫ﻠﺰوم‬w
‫ﻨَ ِ ٍﺌﺬ‬Fْ ‫ﲺﺰﻩ ِﺣ‬ ِ َ َ ْ ‫ﻣﻦ‬
ِ ْ ُ ُ ِ ‫اﻟﻌﺎﻟﻢ‬ َ ِ ‫ﳾء‬ َ ْ ُ َ ‫ ْ(ن‬1 ‫ﻠﺰم‬w
ٌ ْ َ َ‫ﺪ‬œ‫ﻻﻳﻮ‬ ْ ُ َ ‫ ُﻧﻪ َ ْﻟﻮ َ ْﻟﻢ‬1 ِ َ‫ﺗﻌﺎﱃ ﻓ‬
َ ِ َ َ ‫ﻜﻦ َو ِا&ﺪً ا‬j ٰ َ َ [ُ َ ‫اﻴﺔ‬ ْ َ ْ ‫وﺟﻮب‬
ِ ‫اﻟﻮ&ﺪَ ِﻧ‬ ُ َ ْ ُ ‫(ﻣﺎ‬1 ‫َو‬
ِ ْ ُ ُ ‫—ﺮﻫﺎن‬
Adapun tanda wajib Wahdaniyah bagi Allah ta'ala bahwasanya jika tidak Esa niscaya tidak didapat
sesuatu dari alam ini karena lazimlah lemahnya pada ketika itu. Telah terdahulu sebutan wajib
umum Qudrat Allah ta'ala dengan seluruh mumkin maka jika kita takdirkan (umpamakan) ada
maujud yang lain dari Qudrat Allah atas sesuatu mumkin dengan keadaan mumkinnya seperti pada
Tuhan kita Jalla wa 'Azza45 niscaya lazim ta'aluq pada sesuatu dua Qudrat maka tidak akan didapat
satupun dengan keduanya dari alam karena lazim atasnya itu dari tahshilul hashil atau bekas yang
satu dua yang memberi bekas. Masalah ini akan tampak jelas jika kita umpamakan dengan jauhar
fard yang tidak dapat dibagi lagi. Maka mestilah dari lemah keduanya bahwa tiada dijadikan sesuatu
dari alam atau lemah salah satu dari dua Qudrat. Jika dapat dilakukan oleh satu Qudrat dan tidak
oleh yang lainnya maka lazim dari lemah salah satu lemah pula yang lainnya karena keduanya
adalah sama. Bila pada satu mumkin sudah lemah maka lazim lemah pulalah keduanya pada seluruh
mumkinat karena tidak ada perbedaan antaranya. Yang demikian itu melazimkan mustahil ada
sekalian makhluk ini dan yaitu mustahil karena menyalahi panca indera. Jika dengan sepakat
keduanya lemah maka lemah keduanya dengan berselisih akan lebih nyata lagi. Nyatalah kita
ketahui bahwasanya tiada memberi bekas qudrat kita pada suatu perbuatan yang ikhtiyariyah
karena kalau tidak demikian lemahlah Qudrat Tuhan kita. Wajib kita i'tiqodkan bahwasanya Allah
ta'ala menjadikan bagi segala hamba-Nya qudrat atas perbuatan mereka yang ikhtiyariyah
disertakan-Nya dan tidak memberi bekas padanya dan yang memberi bekas itu Qudrat Allah
sendirian. Qudrat yang baharu didapat pada sekalian perbuatan yang ikhtiyariyah padanya tidak
dengannya seperti api nisbah pada menghanguskan, nyata hangus sebab berjumpa/bersentuh
dengan api bukan dengan api yang menghanguskan hanya Allah yang menghanguskan sendirian.
Dijadikan adat hangus itu pada api.
Adapun dalil Qudrat, Irodat, Ilmu dan Hayat yaitu firman Allah ta'ala :
ٌ ْ ِ َ ‫ﳾء‬
‫ﺮ‬j‫ﻗﺪ‬ ِّ ُ ‫وﻫﻮ َ ٰﲆ‬
ٍَْ ‫ﰻ‬ ََُ
Artinya : "Allah atas tiap-tiap sesuatu sangat Kuasa".
Kemudian firman-Nya :
‫ُ ِﺮ ْ ُﻳﺪ‬j ‫ﻓﻌﺎل ِ َﻟﻤﺎ‬
ُ َ
Artinya : "Allah, Tuhan yang memperbuat apa yang dikehendaki-Nya".
Kemudian firman-Nya :
ُ > ‫ﺑﺬات‬
‫اﻟﺼﺪِْور‬ ٌ ْ ِ َ ‫وﻫﻮ‬
ِ َ ِ ‫ﻠﲓ‬ ََُ
Artinya : "Allah sangat Mengetahui dengan apa yang ada didalam dada".
Dan firman-Nya lagi :
‫ﻻﻳﻤﻮت‬ ِ ّ َ ْ ‫ﺗﻮﰻ َ َﲆ‬
ُ ْ ُ َ َ ‫اﻟﺤﻲ ِا"ى‬ ْ َ َ ‫َو‬

45
Ada yang memiliki Qudrat seperti Qudrat Allah.
61

Artinya : "Bertawakkallah kamu pada Tuhan yang Hidup yang tidak mati".
Dalil akalnya seperti kata Syeikh Sanusi ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬:
َ ْ ‫ﻣﻦ‬
ِ ِ ‫اﻟﺤ َﻮ‬
‫ادث‬ ٌ ْ َ َ‫ﺪ‬œ‫ﻣﳯﺎ َ َﻟﻤﺎ ُ ِو‬
َ ِ ‫ﳾء‬ َ ْ ِ ‫ﳾء‬
ٌ ْ َ ‫اﺘﻔﻰ‬ ِ َ ‫اﻟﻌﲅ َوا ْ َﻟﺤ‬
َ َ ْ‫ ُﻧﻪ ﻟ َ ِﻮ ﻧ‬1 ِ َ‫ﻴﺎة ﻓ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ادة َو‬ ِ َ ْ ُ ْ ِ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
ِ َ ‫^ﻟﻘﺪرة َو ْاﻻ َر‬ ِ ِ َ ّ ِ ‫وﺟﻮب‬
َ َ َ ‫اﺗﺼﺎﻓﻪ‬ ُ َ ْ ُ ‫(ﻣﺎ‬1 ‫َو‬
ِ ْ ُ ُ ‫—ﺮﻫﺎن‬
Ì
Adapun tanda wajib bersifat Allah ta'ala dengan Qudrat, Irodat, Ilmu dan Hayat bahwasanya jika
ketiadaan satu darinya yaitu jika tidak ada satu sifat diantara sifat-sifat yang empat itu niscaya tidak
didapat satupun dari yang baharu. Hal ini dikarenakan orang lemah atau terpaksa atau jahil atau
mati tidak dapat menjadikan sesuatu dan meng'adamkannya. Ta'aluq Qudrat terhenti atas ta'aluq
Irodat, ta'aluq Irodat terhenti atas ta'aluq Ilmu. Ketiganya terhenti atas bersifat Zat itu dengan Hayat
karena jika ia tiada maka menafikan ketiga sifat itu. Ketiadaan Ilmu menafikan Qudrat dan Irodat.
Ketiadaan Irodat menafikan Qudrat. Adapun nisbah pembicaraan ini ditasho-wurkan dengan kita
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬karena yang demikian itu melazimkan ada yang terdahulu dan kemudian
bukan pada Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
yang melazimkan baharu.
Adapun dalil Sama', Bashor dan Kalam,yaitu seperti kata Syeikh Sanusi ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬:
َ ِ َ ‫ﺘﺼﻒ ِ َﲠﺎ‬
ُ ِ َ ‫ ْ(ن ﻳ‬1 ‫ﻟﺰم‬
‫ﺘﺼﻒ‬ ْ ِ َ ‫(ﻳﻀﺎ ﻟ َ ْﻮ َ ْﻟﻢ ﻳ‬
ً ْ 1 ‫اﻻﲨﺎع َو‬ ُ َ ‫م َﻓﺎ ْﻟ ِﻜ‬9‫اﻟ‬
ُ َ ْ ْ ‫ ُﻨﺔ َو‬T‫ﺎب َواﻟ >ﺴ‬% ِ َ َ ْ ‫ﺒﴫ َو‬
ِ َ َ ْ‫ﺗﻌﺎﱃ َواﻟ‬
َ َ َ [ُ َ ِ ‫ﺴﻤﻊ‬
ْ ‫ﻮب اﻟ‬è ُ َ ْ ُ ‫(ﻣﺎ‬1 ‫َو‬
ِ ْ ‫—ﺮﻫﺎن ُوﺟ‬
Ì َ َ َ ‫ﻨﻘﺺ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬
ٌ َ ُ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
‫ﻣˆﺎل‬ ُ ِ َ َ ‫وﱔ‬
ُ ْ ‫ﻧﻘﺎﺋﺺ َواﻟ‬ َ ِ َ‫ﺿﺪ‬Ñ‫ﺑ‬
َ ِ َ ‫ادﻫﺎ‬ ْ 1ِ
Adapun tanda wajib Sama' bagi Allah dan Bashor serta Kalam yaitu Kitab yakni dalil Qur`an firman
Allah ta'ala :
ُ ْ ِ َ ْ‫ﺴﻤ ْ ُﻴﻊ اﻟ‬
‫ﺒﺼﲑ‬ ِ ‫وﻫﻮ اﻟ‬
ََُ
Artinya : "Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat".
Dan juga firman-Nya :
َ ُ َ َ ‫ِا ِ ْﻧﲏ‬
َ َ ْ 1 ‫ﻣﻌﳬﺎ‬
‫ َ(رى‬1 ‫(ﲰﻊ َو‬
Artinya : "Bahwasanya Aku bersama kalian berdua, Aku Mendengar dan Melihat".
Adalah asal ayat ini turun kepada Nabi Musa dan Nabi Harun. Memerintahkan Allah kepada
keduanya kepada Fir'aun yang sangat zholim melampaui batas. Berkata kalian berdua pada Fir'aun
dengan perkataan yang lemah lembut mudah-mudahan menyadarkannya atau takut ia akan Allah.
Berkata keduanya, "Wahai Tuhanku, bahwasanya kami takut disegerakan siksa dengan dibunuh,
disiksa atau ia menzholimi kami". Maka firman-Nya, "Jangan takut kalian berdua, bahwasanya Aku
bersama kalian. Aku Lihat dan Aku Dengar perkataan kalian berdua". Datanglah keduanya pada
Fir'aun, berkata kepadanya Musa, "Adakah engkau menyukai kebaikan dari Tuhanmu.
Sesungguhnya engkau telah mengikuti nafsu-mu 450 tahun, ikutlah Dia selama setahun niscaya
diampunkan seluruh dosamu. Jika tidak sanggup maka ikutlah sebulan atau jika tidak sanggup
sejum'at atau jika tidak sanggup satu jam atau jika tidak sanggup maka katakan olehmu pada satu
nafasmu saja ‫اﻻﷲ‬ َ ٰ ِ َ . Dimasukkan kamu dalam golongan orang baik, tidak dihilangkan
ُ ِ [‫ﻻا‬
kemudaanmu, tidak ditanggalkan darimu kerajaanmu kecuali mati. Sedangkan kekal untukmu
kelezatan yang besar, makan, minum, berkahwin dan dimasukkan kedalam syurga". Fir'aun
menganggap baik perkataan Nabi Musa itu. Adapun Fir'aun tidak memutuskan suatu perkara jika
tidak ada Haman sedangkan saat itu ia sedang tidak hadir. Ketika Haman datang maka
menceritakan Fir'aun seruan Nabi Musa dan ia berkata, "Aku hendak mengikutnya". Berkata Haman
padanya, "Sesungguhnya aku melihatmu sebagai orang berakal dan mempunyai ketelitian. Engkau
adalah Tuhan dan berkeinginan pula bertuhan dengan yang lain. Engkau disembah orang dan ingin
pula menyembah". Berkata Fir'aun, "Perkataanmu itu benar". Lalu dikumpulkan tentaranya maka ia
berseru, "Aku-lah Tuhan kamu yang Maha Tinggi". Artinya "Tidak ada Tuhan diatasku".
Demikian pula firman-Nya :
ِ ْ َ ‫ﻣﻮﳻ‬
‫ﳫ ْ ًﻴﻤﺎ‬g َ ُْ ‫ﷲ‬ َ ََ
ُ ‫وﳇﻢ‬
62

Artinya : "dan telah berkata-kata Allah ta'ala kepada Musa dengan perkataan yang sempurna".
Mendengar Musa Kalam Allah dari tiap-tiap arah dengan seluruh anggotanya. Pada saat itu Jibril
bersamanya dan dia tidak mendengar apa yang diceritakan kepada Musa.
Adapun Sunnah, yaitu hadits sebagian diantaranya sabda Nabi j :
‫ﺗﺪﻋﻮن َ ِﲰ ْ ًﻴﻌﺎ َو َ ِﺑﺼ ْ ًﲑا‬ ْ ُ ِ ‫وﻻ¡ﺎ ِﺋ ًﺒﺎ‬
َ ْ ُ ْ َ ‫ا®ﲂ‬ َ َ َ ‫ ُ(ﰡ‬1 ‫ﻻﺗﺪﻋﻮن‬
َ ْ ُ ْ َ َ ‫ِا® ُ ْﲂ‬
Artinya : "Bahwasanya kamu tidak menyeru yang tuli dan tidak ghoib, bahwasanya kamu itu menyeru
Tuhan yang Mendengar dan yang melihat".
Dan juga sabda Nabi j :
‫ﺮﲨﺎن‬g ِ َ َ ‫ﻳﻮم ا ْ ِﻟﻘ‬
َ ُ ْ َ ‫ْ َ ُ…ﻪ‬/َ ‫ْ َ ُ…ﻪ َوﺑ‬/َ ‫ﺲ ﺑ‬/َ ْ َ ‫ﺎﻣﺔ ﻟ‬F َ ْ َ ‫ﻴﳫﻤﻪ َر ُﺑﻪ‬T‫ا&ﺪ ِاﻻ َﺳ‬ ْ ُ ْ ‫َﻣﺎ ِﻣ‬
ٍ َ َ ‫…ﲂ ِﻣﻦ‬
Artinya : "Tidak ada dari salah seorang diantara kamu kecuali ia akan berkata-kata dengan Tuhannya
pada hari kiamat. Tidak ada antara-Nya dan antaranya penterjemah".
Dan ijma' adalah sepakat seluruh ulama yang mujtahid dari umat Muhammad j bahwasanya Allah
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬berkata-kata.
‫ﺗﻌﺎﱃ‬
Adapun dalil akalnya, jika Allah ta'ala tidak bersifat dengan sifat yang tiga ini niscaya bersifat Dia
dengan lawannya maka hal itu adalah kekurangan. Adapun kekurangan pada Allah adalah mustahil
karena Dia akan membutuhkan pada yang dapat menyempurnakan kekurangan-Nya. Lazimlah hal
itu baharu yang membutuhkan pada yang membaharukannya, yang demikian itu mustahil seperti
telah terdahulu sebutannya.

Dalil Sifat Yang Harus Wajib Bagi Allah


Adapun yang jaiz yaitu bagian yang ketiga seperti kata Syeikh Sanusi ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬:
ً ْ َ ‫ˆﺎل‬
‫ﻋﻘﻼ‬ ً ْ َ ‫ﻣﳯﺎ‬
َ َ ‫ ِﺘ‬T‫ﻋﻘﻼ َا ِوا ْﺳ‬ َ ْ ِ ‫ﳾء‬ َ َ َ ‫وﺟﺐ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬
ٌ ْ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ َ َ ‫ ُﻧﻪ َ ْﻟﻮ‬1 ِ َ‫ﺗﻌﺎﱃ ﻓ‬ ِ ِّ َ ‫ِ ًﺰا ِﰱ‬â‫ﺎ‬œَ ‫ﺮ ِﻛﻬَﺎ‬gْ َ ‫…ﺎت َا ْو‬
َ َ َ ‫ﺣﻘﻪ‬ ِ ْ ُ ْ‫ﻓﻌﻞ اﻟ‬
ِ َ ‫ﻤﻤﻜ‬ ِ ْ َ ‫—ﺮﻫﺎن‬
ِ ْ ِ ‫ﻛﻮن‬ ُ َ ْ ُ ‫َو َاﻣﺎ‬
‫ﻳﻌﻘﻞ‬ ُ ِ ْ ُ ْ‫ﻧﻘﻠﺐ اﻟ‬
ُ َ ْ ُ ‫ َٰوذَِ~ َﻻ‬, ‫ﺘَ ِﺤ ْ ًﻴﻼ‬T‫ﻤﻤﻜﻦ َواﺟ ًﺎ َ ْاو ُﻣ ْﺴ‬ َ َ َ ْ ‫َﻻ‬
Adapun tanda/dalil membuat mumkin atau meninggalkannya harus pada haq Allah ta'ala karena jika
wajib atas-Nya sesuatu darinya atau mustahil pada akal maka bertukar mumkin jadi wajib atau jadi
mustahil. Hal itu tidak diterima akal sebab bertukar hakikat jaiz jadi wajib atau jadi mustahil. Hakikat
jaiz itu adalah yang sah adanya dan tiadanya sedangkan hakikat wajib adalah perkara yang tidak
diterima akal kecuali ada dan hakikat mustahil perkara yang tidak diterima akal kecuali tiada. Jadilah
hakikat jaiz itu hakikat wajib dan hakikat mustahil. Perkataan yang seperti tidak sah dihukumkan
pada akal.
63

BERIMAN PADA ROSUL

Setelah selesai dari menyatakan perkara yang ta'aluq bagi Uluhiyah (ketuhanan) yaitu perkara yang
wajib, yang mustahil dan yang harus bagi-Nya sekarang kami masuk menyatakan perkara yang
ta'aluq pada haq Nubuwah (kenabian) dan juga Risalah.
Adapun makna Rosul adalah :
> َ 1 ‫ﻨﱯ‬
‫(ﰪ‬ ً ْ ُ َ ‫ﰻ َ ِ ٍ ّﻧﱮ‬
> ِ ‫رﺳﻮﻻ َواﻟ‬ َ ْ َ‫ﻧﱮ َ ﻟ‬
> ُ ‫ﺲ‬/‫و‬ ِ ِ ْ ‫ َ ْ ِﻠ‬Óِ‫ﻳﺆﻣﺮ ﺑ‬
> ُ َ ‫ﻧﱯ‬Ï ِ َ ‫ﻴﻐﻪ ﻓَﻬ َُﻮ‬
ٍ ْ ُ َ ‫ﻓﲁ‬
Ï ِ َ ‫رﺳﻮل‬ ِ ِ ْ ‫ َ ْ ِﻠ‬Óِ‫(ﻣﺮ ﺑ‬
ْ َ ْ ُ ‫ﻴﻐﻪ َو ْان َ ْﻟﻢ‬ ْ َ ‫ﷲ ِاﻟَ ْ ِﻴﻪ‬
َ َ 1 ‫ِﴩعٍ َو‬ ٌ َ ْ ¥ِ
ُ َ ‫ ْ(و‬1 ‫اﺴﺎن‬
Ì ُ ْ ُ ‫َو‬
> َ 1 ‫اﻟﺮﺳﻮل‬
‫(ﺧﺺ‬
Artinya : "Manusia yang diwahyukan Allah kepadanya dengan syara' dan diperintahkan
menyampaikannya". Jika tidak diperintah menyampaikan maka yaitu Nabi. Jadi setiap Rosul
adalah Nabi dan tidak setiap Nabi adalah Rosul. Nabi umum dan Rosul khusus".
karena setiap Rosul adalah Nabi dan tidak setiap Nabi adalah Rosul melainkan sebagian saja.
Syarat Rosul adalah orang yang paling sempurna akalnya pada zamannya; yang paling lebih
ilmunya; kejadiannya; perangainya; cerdiknya; bijaksananya; mahasuci dari kekurangan pada
bapaknya serta kejahatan ibunya; mahasuci dari keras hati; mahasuci dari kecelaan yang mengubah
kejadiannya seperti judzam dan barosh; mahasuci tidak memiliki malu seperti makan dijalan;
mahasuci dari hina usahanya seperti tukang bekam; terpelihara dari dosa baik sebelum atau
sesudahnya walau karena terpaksa atau lupa sekalipun.
Maka apa yang terupa dosa yang jatuh pada sebagian dari mereka wajib kita takwilkan. Kecelaan
yang jatuh pada Ayyub; rupa dosa pada Adam; rupa dusta pada Ibrohim; buta pada Syu'aib dan
Ishaq bukanlah buta hanya berselaput airmata saja atau dikatakan sesudah selesai menyampai-kan
perintahnya sehingga tidak mengapa; seperti fitnah pada Daud dan lainnya. Jangan kita ikutkan
kebodohan sebagian ahli sejarah dan jangan dii'tiqodkan seperti kata mereka karena akan
membawa pada keburukan yang tidak dibolehkan syara' dan membawa orang yang mengi'tiqodkan
itu tercela dalam agama.
(Faidah) Setiap Nabi yang disebutkan dalam Al-Qur`an semuanya adalah Rosul kecuali Khidhir.
Seluruh Nabi adalah anak dari Syam bin Nuh dan tiada dari anak Ham dan Yafit jadi Nabi
seorangpun. Para Nabi sesudah Ibrohim adalah anak cucunya. Nabi-nabi yang bukan dari keturunan
Ibrohim delapan orang saja yaitu Adam, Syits, Idris, Nuh, Hud, Sholih, Luth dan Yunus. Sekalian
Nabi-nabi anak Ya'qub kecuali 20 orang yaitu Adam, Syits, Idris, Nuh, Luth, Sholih, Ibrohim, Hud,
Syu'aib, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Ayyub, Yunus, Khidir, empat orang yang sesudah 'Isa yang disebutkan
dalam ayat ‫اﻟﻘ ْﺮ َ َﻳﺔ‬ َ َ ْ 1 ‫ ًَﻼ‬è‫اﴐب ﻟَﻬ ُْﻢ َﻣ‬
َ ْ ‫(ﲱﺎب‬ ْ ِ ْ ‫ َو‬dan Kholid bin Sinan dan Muhammad. Empat orang Nabi masih
hidup dua di langit yaitu Idris dan 'Isa; dan dua di bumi yaitu Khidhir dan Ilyas. Perkataan para Nabi
itu tiga bahasa saja yaitu 1. Bahasa Arab; 2. Bahasa Suryani (semit); dan 3. Bahasa 'Ibrani. Bahasa
'Ibrani adalah bahasa para Nabi keturunan Ya'qub. Bahasa Suryani adalah bahasa lima orang Nabi
saja yaitu Idris, Nuh, Ibrohim, Luth dan Yunus. Bahasa Arab adalah bahasa 12 nabi yaitu Adam, Syits,
Hud, Sholih, Isma'il, Syu'aib, Khidir, tiga yang disebutkan didalam surat Yasin, Kholid bin Sinan dan
Muhammad j.
Khilaf (berbeda pendapat) para ulama apakah Nabi itu khusus dari manusia saja atau ada dari jin.
Qoul yang muktamad Nabi tidak ada yang dari jin tetapi dari manusia saja.
(Hikayat) Dari Ishaq bin Basyar dari Ibnu 'Abbas rodhiyallohu 'anhuma, "Adapun Nabi dari bangsa jin
sebelum Adam bernama Yusuf dibunuh oleh kaumnya".
Jumlah para Nabi tidak ada seorangpun yang mengetahuinya jumlahnya. Inilah qoul yang paling
utama daripada dihinggakan karena barangkali masuk yang bukan Nabi dan keluar yang Nabi.
Tetapi ada sebagian riwayat menghinggakan banyaknya yaitu 124.000 Nabi dan yang Rosul 313
64

orang. Satu riwayat 314 orang dan riwayat lain 315 orang. Kata Ka'bul Ahbar para Nabi itu 1.424.000
orang.
Wajib kita beriman akan mereka dengan ijmal bahkan wajib ia belajar dan mengajarkan anak-
anaknya, isterinya, pembantunya akan para Nabi yang disebut-kan didalam Al-Qur`an supaya
beriman mereka dan dibenarkan sekalian mereka dengan tafshil supaya jangan disangkakan wajib
kita beriman dengan Nabi Muhammad saja tidak yang lainnya. Kemudian lagi beriman dengan para
Nabi baik yang disebutkan didalam Al-Qur`an ataupun tidak adalah wajib atas sekalian mukallaf.
Adapun yang disebutkan didalam Al-Qur`an 26 atau 25 seperti yang tersebut didalam nazhom ini :
‫ ُ ُﺴﻬ ُْﻢ‬¥‫ َ ْﺑﻌﺪَ ُ ْﻳﻮ‬M‫زﻛﺮ‬ ِ َ َ ‫ﺎ َ َدم‬ª‫ﲡﺐ ۞ َ ٰﻛ‬ ْ ِ َ ‫ﻴﻚ‬ َ ْ َ‫رﺳﻞ ِ ُﺑﻘ ْﺮٰٔ( ٍن َﻠ‬
ٍ ُ ُ ‫(ﲰﺎء‬ ُ َْ1
‫ﻴﻞ َﺻﺎِﻟ ُﺤﻬ ُْﻢ‬ َ ْ ِ ‫ﻳﻌﻘﻮب‬
ُ ْ ‫اﲰﺎ ِﻋ‬ ُ َ ْ ِ ۞ ‫ﺴﻊ‬
ُ ْ ُ ْ َ ‫اﲮﺎق‬ ُ َ َ/ْ‫اﻫﲓ َواﻟ‬ُ ْ ِ ‫ﺲ ِ ْا— َﺮ‬åٌ ْ ‫ﻧﻮح ِ ْاد ِر‬ٌ ْ ُ ‫َو‬
‫ﺮ ُﰒ ُ ْﻳﻮُﺳ ُﻔﻬ ُْﻢ‬jُ ْ‫ﻫﻮد ُﻋ َﺰ‬ ٌ ْ ُ ‫داو ُد‬ُ َ ۞ ‫ﻴﳢﻢ‬ َ ُ ‫ﻣﻮﳻ َ َﻣﻊ‬
ْ ِ ِ ْ ‫ﺷﻌ‬ َ ْ ُ ‫ﻫﺎرون‬
ُ ْ ُ َ ‫(ﻳﻮب‬ ُ ْ> 1
ْ ُ ِ ‫ﴗ َ َﻣﻊ‬/َ ْ ِ ‫ﻴﻤﺎن‬
‫ﶊﺪﱒ‬ ُ َ ْ َ‫ﳛﲕ ُﺳﻠ‬ َ ْ َ ۞ ‫( ِو َاﲢﺪَ ا‬1 ‫اﻟﻜﻔﻞ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ﻴﺎس ُذو‬ ُ َ ْ‫ﻟﻮط ِاﻟ‬
ٌ ُْ
Nama sekalian Rosul yang tersebut didalam Al-Qur`an wajib atas kamu mengetahuinya satu-persatu
dengan terperinci Adam, Zakaria, Yunus, Nuh, Idris, Ibrohim, Ilyasa', Ishaq Ya'qub, Isma'il, Sholih,
Ayyub, Harun, Musa, Syu'aib, Daud, Hud, 'Uzair, Yusuf, Luth, Ilyas, Zulkifli, Yahya, Sulaiman, 'Isa dan
Muhammad.
Kata qiil, "Zulkifli adalah Ilyas". Kata qiil, "Ia adalah Yusya'". Kata qiil, "Dia adalah Zakaria". Kata qiil,
"Dia adalah Khuryaqil".
Ulul azmi ada lima orang, yaitu : 1. Nuh, 2, Ibrohim, 3. Musa, 4. 'Isa, dan 5. Muhammad j. Kata Qiil,
"Adam juga ulul azmi sehingga menjadi enam dengannya".
Yang memiliki kitab adalah Nabi Muhammad, Musa, 'Isa dan Daud. Kepada Nabi Muhammad
Qur`an dinamakan juga Furqon, kepada Nabi Musa Tauroh, kepada Nabi 'Isa Injil dan kepada Nabi
Daud Zabur. Kepada Nabi Adam 10 shuhuf, kepada Nabi Syits 50 shuhuf atau 60 shuhuf, kepada
Nabi Idris 30 shuhuf atau 50 shuhuf menurut sebagian riwayat, kepada Nabi Ibrohim 10 shuhuf atau
30 shuhuf pada satu riwayat dan kepada Nabi Musa sebelum Tauroh 10 shuhuf. Pada satu riwayat
kepada Nabi Nuh 20 shuhuf. Jadi menurut riwayat ini jumlah kitab yang diturunkan dari langit 184
tetapi yang masyhur 104 kitab saja.

Sifat – Sifat Yang Wajib Bagi Rosul


Adapun yang wajib atas mukallaf mengetahui pada haq mereka dengan tafshil adalah tiga perkara
sebagaimana disebutkan Syeikh Sanusi ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬:
‫ﻠ;ﻠﻖ‬w ِ ِ ْ ‫ َ ْ ِﻠ‬Ó‫اﻣﺮوا ِﺑ‬
ِ ْ َ ْ ِ ‫ﻴﻐﻪ‬ ْ ُ ِ ُ ‫اﻟﺼﺪق َو ْ َاﻻ َﻣﺎ َ ُﻧﺔ َوﺗَْﺒ ِﻠ ْﻴ ُﻎ َﻣﺎ‬
ُ ْ ِ ّ َ ‫ﺠﺐ ِﰱ َﺣ ِﻘّﻬ ِْﻢ‬F َ ‫اﻟﺼﻼ ُة َواﻟ‬
ُ ِ َ َ‫ﺴﻼ ُم ﻓ‬ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ ِ ْ َ َ ‫اﻟﺮﺳﻞ‬
ُ ُ > ‫َو َاﻣﺎ‬
Adapun sekalian Rosul maka wajib atas mereka ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫اﻟﺼﻼة ُواﻟ‬
ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ ِ ْ َ َ shiddiq (benar), amanah dan tabligh
pada apa yang diperintahkan dengan menyampaikannya pada makhluk.
Makna Shidiq adalah mufakat khobarnya dengan nafsu amar (Allah) lawannya kadzib yaitu tidak
mufakat khobar dengan nafsu amar yaitu apa yang disisi Allah ta'ala. Mereka benar pada apa yang
diceritakan atau yang diperintahkan untuk menyampaikannya pada makhluk. Semua itu cocok
dengan apa yang pada Ilmu Allah atau cocok dengan yang ada pada Lauh Mahfuzh.
Makna Amanah bahwa tidak timbul dari mereka yang berbeda dari apa yang diperintahkan Allah
dengan mengerjakan yang haram atau yang makruh.
Makna Tabligh adalah bahwasanya mereka menyampaikan bagi segala makhluk sekalian apa yang
diperintahkan Allah pada mereka untuk menyampaikan dan tidak menyembunyikan mereka darinya
satu hurufpun. Inilah yang wajib atas mukallaf mengetahui dengan tafshil.
65

Adapun dengan jalan ijmal bahwa wajib kita i'tiqodkan seluruh kamalat haq manusia maka wajib
mereka bersifat seperti cerdik, baik rupanya, paling afdhol pada zamannya dalam ilmunya,
kejadiannya, perangainya, dan lainnya seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Sifat – Sifat Yang Mustahil Bagi Rosul


Yang mustahil pada mereka tiga sifat pula seperti yang disebut oleh Syeikh Sanusi ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬:
ٍ ْ َ ‫ﻔﻌﻞ‬
‫ﳾء ِﻣﻤﺎ ُ ُﳖ ْﻮا َﻋ ْ ُﻨﻪ ﳖَ ْ َ?ﻲ‬ ُ ِ َ ْ : ‫وﱔ‬
ِ ْ ِ ‫اﻟﻜﺬب َواﻟْ ِﺨ َﻴﺎ َ ُﻧﺔ ِﺑ‬ ِ َ ِ ّ ‫ﺴﻼ ُم َ ْاﺿﺪَ ا ُد ٰﻫ ِ ِﺬﻩ‬
َ ِ َ ‫اﻟﺼﻔﺎت‬ َ ‫اﻟﺼﻼ ُة َواﻟ‬َ ‫ﻠﳱﻢ‬ ُ ِ ْ َ َ ‫ﻴﻞ ِﰱ َﺣ ِﻘّﻬ ِْﻢ‬ ُ ْ ‫ َﺘ ِﺤ‬T‫ َ ْﺴ‬å‫َو‬
‫ﻠ;ﻠﻖ‬w ِ ِ ْ ‫ َ ْ ِﻠ‬Ó‫اﻣﺮوا ِﺑ‬
ِ ْ َ ْ ِ ‫ﻴﻐﻪ‬ ٍ ْ َ ‫ﺘﻤﺎن‬
ْ ُ ِ ُ ‫ﳾء ِﳑﺎ‬ ُ َ ْ ‫اﻫﺔ َو ِﻛ‬ٍ َ ‫ﺮﱘ َ ْاو َﻛ َﺮ‬ٍ ْ ِ ‫َْﲢ‬
ُ َ ‫اﻟﺼﻼة ُواﻟ‬
Dan yang mustahil pada mereka ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِ ُﳱﻢ‬lawan sekalian sifat ini yaitu kadzib (dusta) yakni tidak
mufakat/sesuai khobar mereka dengan yang pada Ilmu Allah atau yang ada pada Lauh Mahfuzh;
khianat yaitu mengerjakan perkara yang dilarang darinya baik yang larangan itu bersifat haram atau
makruh karena yang mengerjakan salah satu darinya adalah khianat pada syara'; dan kitman
(menyembunyikan). Makna Kitman yaitu tidak menyampaikan apa yang diperintah-kan
menyampaikannya pada makhluk baik dengan sengaja atau dengan lupa sekalipun. Dinamakan
yang melakukan itu kitman. Tiga sifat itu mustahil pada mereka. Inilah yang wajib kita ketahui
dengan jalan tafshil.
Adapun mustahil kita nafikan dari mereka dengan jalan ijmal yaitu sangat banyak, cukuplah kita
i'tiqodkan setiap yang membawa pada kekurangan dan kecelaan bagi manusia maka mustahil pada
mereka bersifat dengannya.

Sifat – Sifat Yang Harus Bagi Rosul


ُ َ ‫اﻟﺼﻼة ُواﻟ‬
Adapun yang harus pada mereka ‫ﺴﻼم‬ ُ ِ ْ َ َ seperti kata Syeikh Sanusi ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬:
ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ِ َ َ ْ‫ﻧﻘﺺ ِﰱ َﻣ َﺮا ِﺗ ِ ـﻬ ُِﻢ اَْﻟﻌ ِﻠ ِﻴﺔ َﰷﻟ‬
‫ﻤﺮض‬ ِ َ َ¤ْ‫ا› ْﻋ َﺮ ِاض اﻟ‬1 ْ ‫ﻣﻦ‬
ٍ ْ َ ‫ﴩ ِﻳﺔ ِاﻟﱴ َﻻ ُ َﺗﺆ ِد ّْى ِ ٰاﱃ‬ َ ‫اﻟﺼﻼ ُة َواﻟ‬
َ ِ ‫ﺴﻼ ُم َﻣﺎ ُ ْﻫﻮ‬ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ ِ ْ َ َ ‫وﳚ ْ ُﻮز ِﰱ َﺣ ِﻘّﻬ ِْﻢ‬
َُ َ
‫وﳓِِﻮﻩ‬َْ َ
ُ َ ‫اﻟﺼﻼة ُواﻟ‬
Harus pada mereka ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ ِ ْ َ َ apa yang ianya dari sekalian a'rodh basyariah yaitu perangai manusia
yang tidak membawa pada kekurangan pada martabat mereka yang sangat tinggi seperti sakit,
makan dan berkahwin. Adapun perangai yang membawa pada kekurangan yang tidak patut pada
haq mereka mustahil seperti judzam (kusta), sopak, tipak dan tipung.. kata Syeikh Suhaimi rmh.,
"Jangan kita berpegang pada apa yang disebutkan oleh orang jahil muarrikhin (‫ﻣﺆر•ﲔ‬ ْ ِ ِ ّ َ ُ = ahli
tarikh/sejarah) dan mufassirin yang mensifatkan mereka sebagian nabi dengan kekurangan yang
tidak patut pada haq mereka seperti hikayat Nabi Ayyub, kisah Nabi Allah Daud, Nabi Ya'qub, Nabi
Syu'aib dan yang lainnya karena tidak seperti yang dihikayatkan yang masyhur pada orang jahil.
Tidak boleh kita i'tiqodkan seperti kata mereka, maka bala` pada Nabi Ayyub hanya cacar. Pada
Nabi Ya'qub dan Nabi Syu'aib bukan benar-benar buta hanya berselubung airmatanya sebab lama
menangis, demikian juga pada Nabi Syu'aib atau dikatakan benar-benar buta sesudah selesai
menyampaikan risalah maka hal itu tidaklah mengapa.
Adapun yang tidak membawa kekurangan bagi manusia maka tidak cedera pada haq mereka karena
mereka juga manusia bukan Tuhan dan bukan malaikat maka apa-apa yang harus pada manusia
harus pula pada mereka tetapi yang tidak tercela, seperti dibunuh orang; diracun orang; dihinakan
dia atau seumpamanya seperti di penjara; makan, minum dan berkahwin yang halal sekaliannya. Hal
ini karena Nabi j memakan daging, menyukai makan ayam, suka makan halua, madu, suka minum
air tawar dan dingin, tidak suka minum air panas karena menimbulkan penyakit di perut dan tidak
memuaskan. Dipecah-pecahnya kurma didalam air lalu diminum airnya supaya cepat hancur
makanan yang dimakannya. Memakan daging kuda dalam safir dan hadir, daging arnab (kelinci),
daging burung yang diburu orang dibawa padanya. Ia tidak berburu dan senang diburukan orang
untuknya, dibawakan lalu dimakannya. Nabi j bila memakan daging tidak menundukkan kepalanya
66

tetapi daging itu diangkatnya kemulutnya lalu digigitnya dengan giginya. Beliau memakan roti
campur tamar, roti campur cuka, memakan roti campur lemak, memakan roti campur zaitun,
memakan roti dengan dadih (lemak susu), memakan roti sya'ir (jenis gandum) tanpa diayak
sekamnya, melarang makan roti tanpa lauk tetapi ia saja. Tidak memakan gulai yang bermalam
yang dihangatkan paginya. Tidak menyukai makanan yang panas dan bersabda, "Dinginkan
makananmu supaya ada berkah bagimu padanya!". Nabi j memakan apa yang ada tidak
memberatkan dengan yang tiada. Bila makanan datang tidak ditolaknya dan tidak pernah mencela
makanan tetapi bila ia suka maka dimakannya dan jika ia tidak suka maka ditinggalkannya.

Dalil – Dalil dari Sifat – Sifat Yang Wajib Bagi Rosul


Dalil Shidiq mereka seperti kata Syeikh Sanusi ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, :
‫ﺗﻌﺎﱃ ﻟ َﻬ ُْﻢ‬ ِ ِ ْ ِ ْ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ ِﻟ‬
ٰ َ َ ‫ﺘﺼﺪﻳﻘﻪ‬ ٰ َ َ ‫•ﱪﻩ‬ ُ ِ َ ْ ‫ﻠﺰم‬w
ِ ِ َ َ ‫اﻟﻜﺬب ِﰱ‬ َ ‫اﻟﺼﻼ ُة َواﻟ‬
ُ ْ َ ‫ ُ ْﳖﻢ ﻟ َ ْﻮ َ ْﻟﻢ‬1 ِ َ‫ﺴﻼ ُم ﻓ‬
َ ِ َ َ ‫ﻳﺼﺪﻗُ ْﻮا‬ َ ‫ﻠﳱﻢ‬ ُ ِ ْ َ َ ‫ﺻﺪ ِﻗﻬ ِْﻢ‬
ْ ِ ‫وﺟﻮب‬ ُ َ ْ ُ ‫َاﻣﺎ‬
ِ ْ ُ ُ ‫—ﺮﻫﺎن‬
ْ ّ ِ َ ‫ﰻ َﻣﺎ ﻳُ َ ِﺒﻠّ ُﻎ‬
‫ﻋﲏ‬ ِّ ُ ‫ﺒﺪى ِﰱ‬ ِ ِ ْ َ ¦‫ﻣﲋ‬
ٰ َ َ [‫ﻗﻮ‬
ْ ِ ْ ‫ َﺻﺪَ َق َﻋ‬: ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ِ َ ِ ْ َ ¦‫ﻨﺎز‬ ِ َ ِ ْ ُ ْ ^ِ
ِ َ ِ ‫ﻌﺠﺰة اﻟ‬ª‫ﳌ‬
Adapun tanda wajib benar mereka ‫ﺴﻼم‬ُ َ ‫اﻟﺼﻼة ُواﻟ‬
ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ ِ ْ َ َ bahwasanya mereka jika tidak benar maka dustalah
khobar Allah ta'ala yang membenarkan mereka dengan mu'jizat yang menempati firman-Nya,
"Benar hamba-Ku bahwa setiap apa yang disampaikannya dari-Ku".
Yaitu jika dapat dusta sekalian Rosul niscaya dusta pula Allah ta'ala karena Allah ta'ala mem-
benarkan mereka dengan mu'jizat yang menempati firman-Nya karena mu'jizat itu tidak dapat
seorangpun mendatangkan melainkan dari Allah. Jadi ketika diberikan mu'jizat pada tangan mereka
maka jadilah ia menempati firman-Nya, "Engkau benar pada suruhan-Ku". Dusta pada Allah ta'ala
adalah mustahil maka mustahil pula dusta Rosul. Itulah yang diinginkan.
Makna mu'jizat adalah :
ِ َ ِ َ ُ ْ ‫ﺘˆﺪى َ َﻣﻊ َﺪَ ِم‬
‫اﻟﻤﻌﺎرﺿﺔ‬ ِّ َ ‫ﻣﻘﺮون ِ^ﻟ‬ ِ َ َ ْ ِ ‫•ﺎرق‬
ٌ ْ ُ ْ َ ‫ﻠﻌﺎدة‬w ٌ ْ1
ٌ ِ َ ‫(ﻣﺮ‬
Artinya : "Perkara yang mengoyakkan (menyalahi) adat disertai dengan da'wa (mengaku) Rosul dan
tidak ada seorangpun yang dapat menghalanginya".
Keluar dari perkataan yang mengoyakkan adat adalah yang tidak mengoyakkan adat seperti ia
berkata, "Mu'jizatku adalah apabila pagi hari matahari naik dan bila sore hari terbenam matahari".
Perkara ini bukan mu'jizat karena tidak menyalahi adat sama keadaannya pada orang yang benar
dan orang yang dusta. Keluar dari perkataan "beserta da'wa rosul" yang tidak mengaku seperti
keramat para aulia. Hal ini juga menyalahi adat tetapi ia tidak mengaku rosul. Keluar dengan
perkataan, "tidak ada seorangpun dapat menghalanginya" adalah perkara yang dapat dihalangi
seperti katanya, "Mu'jizatku begini-begini" lalu dihalangi orang kehendaknya sehingga tidak berhasil
kehendaknya.
Mu'jizat yang zhohir pada tangan Nabi j sangat banyak. Demikian juga pada para Rosul yang
sebelumnya, tidak dapat dihinggakan. Sebagian diantaranya Al-Qur`an yaitu mu'jizat yang paling
besar dan kekal sampai akhir hari kiamat. Seluruh jin dan manusia yang fasih-fasih hendak
mendatangkan sepertinya walau yang sependek-pendek ayat seperti ‫ﺮ‬üَ ‫ﻟﻜ ْﻮ‬ َ ْ ‫ﻨﺎك ا‬ َ ْ ( S‫ ِا‬dan ‫(&ﺪ‬
َ َ ‫ﻋﻄ ْﻴ‬1 ٌَ1‫ﷲ‬ ُْ
ُ ‫ﻗﻞ ُ َﻫﻮ‬
maka tidak mampu mendatangkannya oleh sekalian kaum Quraisy yang fasih-fasih yang merupa-
kan manusia yang paling fasih sekalipun. Bahkan jika berkumpul jin dan manusia saling bantu-
membantu antaranya tidak akan mampu untuk medatang-kan yang sepertinya. Hal demikian
menunjukkan bukan perkataan manusia. Kemudian lagi Qur`an itu mengumpulkan sekalian maksud
dengan sedikit huruf sebagaimana yang disebutkan oleh sebagian ulama, "Seluruh kitab yang turun
dari langit terhimpun maknanya di dalam Al-Qur`an. Makna Qur`an terhimpun di dalam Fatihah.
ِ ْ ِ ‫اﻟﺮﲪ ِﻦ‬
Makna Fatihah terhimpun didalam ‫اﻟﺮﺣﲓ‬ ْٰ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﺴﻢ‬
ِ ْ ِ . Makna ‫ ﺴﻢ ﷲ‬terkandung didalam Ba'-nya".
Makna Ba' itu :
67

َ ْ ُ َ ‫ﻜﻮن َﻣﺎ‬j
‫ﻜﻮن‬j َ ْ ُ َ ‫ﰷن َ ِوﰉ‬
َ َ ‫ﰷن َﻣﺎ‬
َ َ ‫ِﰉ‬
Karena inilah kata ulama, "Jika ditafsirkan makna ‫ ﺴﻢ ﷲ‬niscaya tidak mampu dibawa oleh 70 ekor
unta".
Sebagian dari mu'jizatnya adalah terpancar-pancar air dari sela-sela jarinya sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Syaikhona dari Sayyidina Jabir ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬. bahwa ia berkata, "Telah haus sekalian
manusia pada hari Hudaibiyah. Di hadapan Nabi j ada gayung dari kulit tempatnya mengambil air
sembahyang. Datang sekalian mereka padanya dengan hampir berteriak seperti anak-anak pada
ibunya merengek. Sabdanya, "Apa hal kamu?". Kata mereka, "Ya Rosululloh, kami tidak mempunyai
air untuk air sembahyang kami dan minum kami melainkan apa yang ada diantara dua tanganmu".
Lalu diletakkannya tangannya pada gayung itu dan airnya menggelegak keluar dari sela-sela jarinya
seperti mata air mendidih. Minum kami seluruhnya dan mengambil air sembahyang. Kata kami
(tabi'in), "Berapa banyak kalian saat itu?". Katanya, "Jikalau kami ada 100.000 pasti cukup tetapi
kami cuma 1.500 orang".
Sebagian lagi mengucap dua kalimah syahadat dihadapannya diantara perhimpunan beberapa
sahabatnya oleh biawak. Demikian juga meminta lepaskan kijang dari ikatan a'roby untuk menyusui
anaknya. Lalu dilepaskan oleh Nabi dan kijang itu kembali lagi meminta diikat untuk a'roby itu.
Kemudian oleh a'roby dihadiahkannya kepada Nabi j maka dilepaskan Nabi j. Kijang itupun
mengucap dua kalimah syahadat karena senangnya. Kemudian terbelah bulan diatas Jabal Qubis.
Sebagiannya lagi, diperintahnya orang Badui memanggil pokok kayu, maka datang ia dengan
tercabut akar-akarnya mengucap salam untuk Nabi j. Sebagian lagi, mengadu kepada-nya unta
sedikit makan sedangkan kerjanya banyak. Sebagian lagi, dido'akannya 'Utbah ibnu Abu Lahab
dengan sabdanya :
ِ َ ‫ ٰﻠّﻬُﻢ‬w‫َا‬
َ ِ َ ِ ‫ﺳﻠ ّﻂْ َﻠَ ْ ِﻴﻪ َ ْﳇ ًﺒﺎ ِ ْﻣﻦ‬
‫ﺑﻚ‬o
Artinya : "Wahai Tuhanku, kerasi ia dengan satu anjing dari beberapa anjing-Mu!".
Maka diterkam ia oleh harimau.
Sebagian lagi, menghidupkan dua anak Jabir yang sudah mati keduanya maka hidup keduanya
seperti bangun dari tidur. Sebagian lagi, memberi berkah pada makanan hingga makanan yang
sedikit cukup untuk lebih seribu orang padahal makanan kurang dari segantang. Sebagian lagi,
mendo'akan laki-laki yang makan dengan tangan kirinya, sabdanya, "Makan olehmu dengan tangan
kanan!". Jawabnya, "Aku tidak mampu makan dengannya". Maka tidak mampu ia mengangkatkan
tangan kanannya ke mulutnya setelah itu. Sebagian lagi, mengembalikan mata Qotadah yang sudah
keluar biji matanya tergantung dipipinya. Mengambil ia dengan tangannya yang mulia, dimasukkan
ke matanya, lalu disapunya maka sembuh saat itu juga, lebih cerah dari sebelumnya dan tidak
pernah sakit selama-lamanya. Sebagian lagi, menyapu Nabi j dengan tangannya betis Abi Rofiq
yang telah patah maka sembuh saat itu juga seolah-olah sebelumnya tidak patah. Sebagian lagi,
mendo'akan Anas dengan panjang umur, banyak harta dan anaknya maka adalah keadaannya
seperti itu. Sebagian lagi, diambilnya satu genggam pasir lalu dilempar-kannya kearah musuh maka
kalahlah musuh karena masuk pasir pada mata mereka pada waktu perang Hunain. Sebagian lagi,
ditutupi oleh laba-laba atasnya ketika di gunung didalam gua Jabal Nur dengan jaring yang sangat
banyak. Semua itu adalah perkara yang lemah manusia untuk mendatangkan sepertinya. Maka hal
itu dapat engkau ketahui dengan ilmu dhoruri bahwa ia adalah benar Rosul Allah ta'ala dan benar
pula apa yang diceritakannya dari Allah ta'ala.
Dalil amanah mereka seperti kata Syeikh Sanusi ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬:
68

‫ﻜﺮوﻩ‬ª‫اﳌ‬ ُ َ ُ ْ ‫ﻧﻘﻠﺐ‬
ُ ْ ُ ْ َ ْ ‫اﻟﻤﺤﺮم َ ِاو‬ ٍ ْ ُ ْ َ ‫ﻣﺤﺮم َ ْاو‬
َ َ َ ْ ‫ﻣﻜﺮوﻩ َﻻ‬ ٍ َ ُ ‫ﻔﻌﻞ‬ ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬
ِ ْ ِ ‫ ُ ْﳖﻢ َ ْﻟﻮ َ•ﺎﻧ ُ ْﻮا ِﺑ‬1 ِ َ‫ﺴﻼم ﻓ‬ ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬ ُ ِ ْ َ َ ‫ا› َﻣﺎ َ ِﻧﺔ ﻟَﻬ ُْﻢ‬1 ْ ‫وﺟﻮب‬
ِ ْ ُ ُ ‫—ﺮﻫﺎن‬ ُ َ ْ ُ ‫َو َاﻣﺎ‬
ٍ ْ ُ ْ َ ‫ﻣﺤﺮم َ َوﻻ‬
, ‫ﻣﻜﺮوﻩ‬ َ ََ ‫ﷲ‬
ِ ْ ِ ‫ﺗﻌﺎﱃ ِﺑ‬
ٍ َ ُ ‫ﻔﻌﻞ‬ ُ ‫ﻣﺮُُﱒ‬Ñ‫ﻳ‬ َ ْ َ ‫ﺪَ ِاء ِﺑـﻬ ِْﻢ ِﰱ َ ْاﻗ َﻮا ِﻟﻬ ِْﻢ َو‬%ِ ‫ ِ^ ْﻻ ْﻗ‬S‫ﻣﺮ‬
ُ ُ Þ َ ‫ ََوﻻ‬,‫اﻓﻌﺎ ِﻟﻬ ِْﻢ‬ َ َ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ َ ْﻗﺪ َا‬ َ َ َ ‫َﻃﺎ َ ًﺔ ِﰱ َﺣ ِﻘّﻬ ِْﻢ ِ َﻻن ﷲ‬
Ì
ِ ‫وﺟﻮب اﻟﺘ ْﺒ ِﻠ ْﻴﻎ‬
ِ ْ ُ ُ ‫—ﺮﻫﺎن‬ ُ َ ْ ُ ‫َٰوﻫ َﺬا ِﺑ َﻌ ْﻴ ِ ِﻨﻪ ُ َﻫﻮ‬
Adapun tanda wajib amanah bagi mereka ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫اﻟﺼﻼة ُواﻟ‬
ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ ِ ْ َ َ bahwasanya jika mereka khianat dengan
mengerjakan yang haram atau makruh niscaya bertukar yang haram atau makruh jadi taat pada haq
mereka karena bahwasanya Allah ta'ala telah memerintahkan kita mengikut mereka dalam
perkataan dan perbuatan sedangkan Allah tidak menyuruh mengerjakan yang haram dan yang
makruh. Ini juga merupakan dalil wajib tabligh.
Yaitu jika khianat mereka dengan mengerjakan yang haram atau makruh niscaya kita disuruh
mengikut mereka padanya sedangkan kita mengerjakan yang haram dan makruh tidak sah pada
syara' sebab firman Allah ta'ala :
ْ َ ْ ^ِ ‫ﻣﺮ‬Ñ‫ﻻﻳ‬
ِ ٓ َ ‫ﻟﻔﺤ‬
‫ء‬Ñ‫ﺸ‬ ُ ُÞَ َ ‫ﷲ‬
َ ‫ﻗﻞ ِان‬
ُْ
Artinya : "Katakan olehmu (ya Muhammad), bahwasanya Allah tidak memerintahkan dengan
mengerjakan yang jahat". Yaitu yang haram dan makruh.
Perbuatan mereka tidak jatuh pada yang haram dan yang makruh yaitu telah diketahui mereka tidak
mengerjakan yang haram dan yang makruh sebab itulah maka diperintahkan kita mengikut mereka,
jika diketahui Allah ta'ala mereka mengerjakan yang haram niscaya tidak disuruh-Nya kita mengikut
mereka, karena firman Allah ta'ala :
ْ َ ْ ^ِ ‫ﻣﺮ‬Ñ‫ﻻﻳ‬
ِ ٓ َ ‫ﻟﻔﺤ‬
‫ء‬Ñ‫ﺸ‬ ُ ُÞَ َ ‫ﷲ‬
َ ‫ِان‬
Bila telah kita ketahui kema'shuman mereka dari yang haram dan yang makruh serta tidak
dikerjakannya kecuali yang wajib atau sunat saja bahkan yang harus tidak jatuh pada mereka kecuali
dengan niat baik yang menjadikannya sunat. Karena itulah maka diperintah kita mengikut
perbuatan dan perkataan mereka seperti firman Allah ta'ala :
‫ﷲ‬ ُ ُ ْ ‫ﺒﻌﻮﱏ ُ ْﳛ ِﺒ‬
ُ ‫ﺒﲂ‬ ْ ِ ْ ُ ِ ‫ﷲ َﻓﺎﺗ‬ َ ْ > ‫ﻨﱲ ُ ِﲢ‬
َ ‫ﺒﻮن‬ ْ ُ ْ ‫ﻗﻞ ِ ْان ُﻛ‬
ُْ
Artinya : "Katakan olehmu (ya Muhammad) : Jika kamu mengasihi Allah ikutlah aku maka kamu akan
dikasihi Allah".
Kemudian lagi firman-Nya :
‫ﺘﺪون‬ ْ ُ َ َ ‫ﺒﻌﻮﻩ‬
َ ْ ُ َ ْ َ‫ﻟﻌﻠﲂ ﲥ‬ ُ ْ ُ ِ ‫َواﺗ‬
Artinya : "Ikutlah dia mudah-mudahan engkau dapat petunjuk".
Kita telah mengetahui agama sahabat mengikut mereka apa yang dikerjakan Nabi j tanpa terhenti,
menilik dan nazhor. Hal itu dalil yang menunjukkan terpelihara ia dari segala dosa dan urusan
mereka berkisar antara wajib dan sunat saja tetapi yang harus tidak dikerjakan melainkan dengan
niat yang menjadikannya sunat maka dikerjakannya. Sekurang-kurangnya diniatkan untuk mengajar
umatnya. Cukuplah dengan niat ini. Inilah yang dimaksud dengan dalil tabligh karena jika mereka
tidak menyampaikan apa yang diperintahkan padanya niscaya dikatakan mereka kitman. Kalau
mereka kitman maka kita juga disuruh untuk mengikut mereka untuk kitman tetapi kitman itu
haram dan dilaknat yang mengerjakannya. Allah ta'ala tidak menyuruh dengan yang haram dan
makruh. Maka tidak terjadi pada mereka hal itu. Inilah makna katanya dengan dalil ini yaitu dalil
amanah adalah dalil tabligh.
Adapun dalil bahwa ia menyampaikan seluruh yang diperintahkan untuk menyampaikannya yaitu
firman Allah ta'ala :
‫ﻦ‬j‫اﻻﺳﻼم ِ ْد‬ ُ ُ َ ‫ﺖ‬/
َ َ ْ ْ ‫ﻟﲂ‬ ْ ُ ْ َ‫(ﺗﻤﻤﺖ َﻠ‬
ِ َ ْ ِ ‫ﻴﲂ‬
ُ ْ ‫ﻧﻌﻤﱵ َ َور ِﺿ‬
ْ ْ ُ َ ‫(ﳈﻠﺖ‬
ْ ُ َ ْ‫ﻟﲂ ِدﻳ‬
ُ ْ َ ْ 1 ‫ﻨﲂ َو‬ ُ ْ َ ْ 1 ‫ﻴﻮم‬
َ ْ َ ْ‫َاﻟ‬
Ì
69

Artinya : "Pada hari ini yaitu hari 'Arofah saat haji Wada' telah Kusempurnakan bagimu agamamu dan
telah kusempurnakan nikmat-Ku atasmu dan ridho Aku Islam menjadi agamamu".

Dalil – Dalil dari Sifat – Sifat Yang Harus Bagi Rosul


‫ﻴﺎ َ ْاو‬k‫ا‬ ّ ِ َ Ó‫ﻠ‬wِ ‫ﴩ ْﻳﻊ ِ َ ْاو‬
َ ْ‫ﺴﲆ َﻋ ِﻦ > ﻧ‬ ْ ِ ِ ْ ُ ُ ‫ﺘﻌﻈﲓ‬
ِ ْ Ó‫ﻠ‬wِ ‫اﺟﻮرﱒ َ ْاو‬ ِ ْ ِ ْ َ ‫وﻗﻮ ِﻋﻬَﺎ ِ ِﲠ ْﻢ ِاﻣﺎ ِﻟ‬ْ ُ ُ ‫ﺸﺎﻫﺪَ ُة‬
َ َ ‫ﻠﳱﻢ َ ُﻓﻤ‬ ِ َ َ ¤ْ‫ا›ﻋ َﺮ ِاض اﻟ‬
ْ ِ ْ َ َ ‫ﴩ ِﻳﺔ‬ ُ ْ ‫َو َاﻣﺎ َد ِﻟ‬
ْ 1 ‫ﻴﻞ َﺟ َﻮ ِاز‬
‫ﺴﻼم‬ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬
ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬ َ ْ ِ ‫ﺒﺎر َ ْاﺣ َﻮا ِﻟﻬ ِْﻢ‬
ُ ِ ْ َ َ ‫ﻓﳱﺎ‬ ِ ِ َ ‫ﺎﺋﻪ َو َ ْ ِﻟ‬F
ِ َ ِ‫اوﻴﺎﺋﻪ ^ ْﻋﺘ‬ ِ ِ َ ¤ْ‫›ﻧ‬1 ‫دار َﺟ َﺰ ٍاء‬ َ َ ‫رﺿﺎﻩ َﲠﺎ‬
ُ َ ِ ‫ َو َﺪَ ِم‬,‫ﷲ َ َﺗﻌﺎﱃ‬ ِ َ‫ﻗﺪرﻫﺎ ِﻋ ْﻨﺪ‬ ِ ‫ﻪ ِ ِﻟﺨ‬Fِ ْ ¤‫ﻠ َﺘ ْﻨ‬wِ
َ ِ ْ َ ‫ﺴﺔ‬
Adapun tanda jaiz a'rodh Basyariyah pada mereka ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫اﻟﺼﻼة ُواﻟ‬
ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ ِ ْ َ َ adalah dilihat terjadinya pada mereka
oleh orang yang semasa dengan mereka. Sampai khobar mutawatir pada kita. Faedah maka
didatangkan A'rodh Basyariyah pada mereka :
Adakalanya karena membesarkan pahala mereka dengan sebab sabarnya mereka atas sakitnya,
laparnya dan disakiti makhluk. Tersebut didalam hadits, "Sabar terbagi tiga yaitu sabar atas
maksiat, sabar atas taat dan sabar atas bala. Siapa yang sabar atas maksiat sehingga
dikembalikannya dengan baik sabarnya ditulis pahala 300 derajat antara satu derajat dengan satu
derajat seperti antara langit dan bumi. Barangsiapa sabar atas taat ditulis pahala untuknya 600
derajat antara satu derajat dengan satu derajat seperti dari bumi yang lapis ketujuh sampai dengan
diatas 'arasy. Barangsiapa sabar atas bala ditulis Allah untuknya 900 derajat antara satu derajat
dengan satu derajat dari bawah bumi ketujuh sampai dengan diatas 'Arasy dua kali".
Adakalanya karena mengajar yaitu menyatakan hukum untuk orang lain seperti kita ketahui
hukum orang yang lupa didalam sembahyang dengan sujud sahwi sebab lupa Nabi j didalam
sembahyang kemudian beliau sujud sahwi. Kemudian supaya kita kerjakan sembahyang duduk
atau tidur untuk yang sakit sebab Nabi j sembahyang duduk ketika sakit dan pada waktu takut.
Semua itu dari perbuatan Nabi j karena ia hendak mengajarkan umatnya. Jangan dikatakan
yang demikian itu hasil dengan pengajaran perkataan saja karena adalah dalil fi'il lebih kuat dari
perkataan. Jika dengan dikata saja tanpa diperbuat niscaya orang yang kena bala memaksakan
diri mengerjakan sembahyang dengan berdiri karena tidak dilihat Nabi j sembahyang dengan
duduk.
Adakalanya untuk menyabarkan dari dunia supaya jangan bersedih atas ketiadaannya dan
jangan dibakhilkan saat didapatnya. Inilah hakikat zuhud dari dunia.
Adakalanya untuk menunjukkan kekurangan nilai dunia disisi Allah sebab itulah dipalingkan ia
dari anbiya-Nya seperti Nabi Muhammad j sehabis-habis dipalingkan dari dunia padahal Allah
mampu meluaskannya. Beliau memakai pakaian yang bertambal-tambal; kain bulu; memakan
makanan yang kurang; duduk ditanah tanpa lapis; makan diatas tanah dan bersabda, "Aku
makan seperti makannya hamba. Aku duduk seperti duduknya hamba"; duduk diatas tikar dan
terkadang diatas kulit yang disama'; terkadang tidur diatas tikar daun kurma yang kasar-kasar
sehingga berbekas pada tubuhnya yaitu pada lambungnya yang mulia. Masuk Sayyidina Umar
‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬pada Nabi j sedangkan beliau berbaring diatas lambungnya diatas tikar daun kurma
yang berbekas pada lambungnya dan bertelekan ia diatas bantal dari kulit yang berisi sabut
pokok kurma. Menangislah Umar. Sabdanya, "Apa yang menyebabkan engkau menangis
Umar?". Jawabnya, "Aku teringat Kisra dan Kaisar yaitu raja Persia dan Romawi musuh Allah
memakai kain sutera sedangkan engkau Rosululloh dan pilihan-Nya dari seluruh makhluk
dengan keadaan seperti ini". Sabdanya, "Apakah dengan keadaanku ini, engkau ragu ya Umar.
Tidakkah engkau ridho bahwa untuk mereka dunia dan untuk kita akhirat?". Jawabnya,
"Bahkan!". Maka sabdanya, "Demikianlah".
Nabi j lewat atasnya dua bulan dan tidak menyala api dirumahnya untuk lampu dan untuk
memasak seperti yang diceritakan 'Aisyah ‫رﴈ ﷲ ﻋﳯﺎ‬. Maka bertanya 'Urwah ibnu Zubair, "Wahai
saudari ibuku, apa yang menghidupimu?". Jawabnya, "Dua yang hitam yaitu kurma dan air
70

kecuali ada tetangga Rosululloh j yang memiliki induk kambing yang jika mereka
menghantarkan kepada Rosululloh j susunya maka minum kami darinya".
Kemudian adalah bermalam beliau dan penghuni rumahnya pada beberapa malam berturut-
turut berlipat-lipat yaitu tidak makan karena tidak ada bagi mereka yang hendak dimakan
malam itu. Diceritakan dari Ibnu 'Abbas ‫رﴈ ﷲ ﻋﳯﲈ‬. katanya, "Pada suatu hari Rosululloh j dan
Jibril berada di Shofa. Rosululloh j bersabda, "Wahai Jibril, demi Tuhan yang membangkit-
kanku dengan hak. Berpetang-petang dan tidak ada bagi penghuni rumah Muhammad
segenggam tepung dan setapak tangan aswiq yaitu tepung sya'ir". Tidaklah sempurna perkataan
ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬maka didengar suara yang sangat keras dari langit yang mengejutkan.
beliau pada Jibril ‫ﺴﻼم‬
Sabda Rosululloh j, "Urusan Allah kiamat telah tiba". Kata Jibril ‫ﺴﻼم‬ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬, "Bukan tetapi Allah
memerintahkan Isrofil maka ia turun dengan membawa perintah Allah mengha-dap tuan ketika
mendengar perkataan tuan". Datanglah Isrofil ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬dan katanya, "Bahwa-sanya Allah ta'ala
telah mendengar apa yang engkau sebutkan dan mengutusku dengan membawa kunci-kunci
perbendaharan dunia dan menyuruhku menyodorkannya padamu. Berjalan bersamamu bukit
Tihamah dijadikan zamrud, yaqut, emas dan perak. Jika engkau mau jadi Nabi dan raja atau jika
engkau mau jadi nabi dan hamba?". Mengisyaratkan Jibril ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬padanya untuk tawadhu'. Lalu
jawabnya, "Bahkan aku ingin jadi Nabi dan hamba". Menurut satu riwayat lain bahwa tunduk
Nabi j sebentar kemudian ia bersabda, "Wahai Jibril, tiada bagianku dari dunia. Adapun dunia
adalah negeri orang yang tidak punya negeri, harta untuk orang yang tidak memiliki harta. Yang
mengumpulkannya orang yang tidak berakal". Kata Jibril ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬pada beliau, "Allah telah
menetapkan perkataanmu". Pada satu riwayat, sabdanya, "Aku lapar sehari maka aku sabar dan
aku kenyang sehari maka aku syukur". Allah tidak ridho menjadikan dunia sebagai tempat
balasan untuk anbiya-Nya dan auliya-Nya dengan i'tibar bahwa keadaan mereka didalam dunia
seperti apa yang dilihat oleh orang yang berakal tentang kesakitan mereka sebagai tanda tidak
ridho akan sebagai tempat balasan para kekasih-Nya karena dunia seperti bangkai yang
menjijikkan. Inilah mengapa dunia dijadikan sebagai syurga untuk orang kafir dan penjara untuk
orang yang beriman sebagaimana sabda Nabi j :

َ ْ‫َ > ﻧ‬
‫ﻔﺔ ﻗﺬرة‬Fَ ْ ‫ﻴﺎ ِﺟ‬k‫ا‬
Artinya : "Dunia adalah bangkai".
Karenanya tidak mengambil mereka darinya melainkan seukuran bekal musafir yang akan
segera pergi. Juga sabda j :
‫ﻞ‬Fِ ْ ¤ِ ‫ ْ(و َ ِﺎ—ﺮ َﺳ‬1 ‫ َﻧﻚ ﻏَ ِﺮ ْﻳﺐ‬Û1 َ ‫ﻴﺎ‬k‫ا‬ ُْ
َ ْ‫ﻛﻦ ِﰱ > ﻧ‬
Artinya : "Jadilah engkau didalam dunia seperti perantau atau seperti orang yang sing-gah dari
perjalanannya".
Sabda Nabi j :
ٍ َ ‫ﻣﳯﺎ ﺟﺮ ﺔ‬
‫ﻣﺎء‬ َ ِ َ ْ ‫ﻣﺎﺳﻘﻰ‬
َ ْ ِ ‫اﻟﲀﻓﺮ‬ ٍ َ ْ ُ َ ‫…ﺎح‬
َ َ َ ‫ﺑﻌﻮﺿﺔ‬ ِ َ‫ﺰن ِﻋ ْﻨﺪ‬g ‫ﻴﺎ‬k‫ا‬
َ َ ‫ﷲ َﺟ‬ ِ َ ‫َ ْﻟﻮ َﰷ‬
َ ْ‫ﻧﺖ > ﻧ‬
Artinya : "Kalaulah dunia ada setimbang sayap nyamuk (nilainya) disisi Allah niscaya tidak akan
diberi minum orang kafir seteguk air".
Karena itulah maka diluaskan Allah ta'ala dunia itu untuk orang kafir dan fajir. Diberikan yang
tidak berharga pada yang tidak berharga. Jika dunia berharga maka dijadikan untuk anbiya-Nya
dan auliya-Nya berbagai nikmat padanya karena mereka adalah yang paling banyak beribadah
dan sangat kuat taat kepada Allah ta'ala.
71

KUMPULAN 'AQOID

(Faedah) wajib kita i'tiqodkan bahwa yang paling afdhol dari seluruh Nabi dan Rosul adalah Nabi
Muhammad j dengan mutlak, kemudian Nabi Ibrohim ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬, kemudian Nabi Musa ‫اﺴﻼم‬ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ ﻟ‬, lalu
ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬, lalu Nabi Nuh ‫ﺴﻼم‬
Nabi 'Isa ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬, lalu Nabi Adam ‫اﺴﻼم‬ ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ ﻟ‬, lalu rosul-rosul sisanya, lalu para nabi
sisanya, kemudian kepala malaikat seperti Jibril ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬, Isrofil ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬, Mikail ‫ﺴﻼم‬
ُ َ ‫ َﻠَ ْ ِﻴﻪ اﻟ‬, Izroil ‫اﺴﻼم‬ُ َ ‫ َﻠ َ ْ ِﻴﻪ ﻟ‬,
kemudian kepala manusia yang bukan nabi, kemudian umum malaikat yang bukan rosul-Nya seperti
yang menanggung 'Arasy, Kursi. Sayyidina Abu Bakar ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬afdhol dari manusia yang lain yang
bukan nabi dan rosul, kemudian Sayyidina Umar ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, kemudian Sayyidina Utsman ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬,
kemudian Sayyidina 'Ali ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, kemudian enam orang yang menggenapkan sepuluh dengan yang
empat sebelumnya yang telah dijanjikan syurga yaitu Tolhah bin Abdulloh ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, Zubair bin
Awwam ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, 'Abdurrohman bin 'Auf ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, Sa'ad bin Abi Waqosh ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, Sa'id bin Zaid ‫رﴈ ﷲ‬
‫ ﻋﻨﻪ‬dan Abu 'Ubaidah bin Jarroh ‫رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬, kemudian Ahli Badar, kemudian Ahli Uhud, kemudian yang
mengikut Bai'atur-ridwan di Hudaibiyyah. Menurut mazhab Ahlul haq bahwa Nubuwah tidak dapat
dengan usaha tetapi hanya pemberian Allah untuk hamba-Nya yang dikehendaki-Nya.
Wajib kita i'tiqodkan bahwa Nabi kita Muhammad akhir/penutup nabi, ketinggiannya, permulaan
kejadiannya dan kerosulannya itu untuk seluruh alam. Syari'atnya tidak ada seorangpun yang dapat
menasakhnya, kekal sampai hari kiamat. Boleh dinasakhkan sebagian dengan sebagian-nya serta
syari'atnya menasakhkan segala syari'at nabi-nabi yang sebelumnya.
Wajib pula kita i'tiqodkan Isro` Nabi dari Al-Masjidil Harom ke Al-Masjidil Aqsho lalu mi'raj dari Al-
Masjidil Aqsho sampai keatas Sidrotul Muntaha ke tempat yang dikehandaki Allah ta'ala.
Wajib kita i'tiqodkan bahwa Siti 'Aisyah ‫ رﴈ ﷲ ﻋﳯﺎ‬terbebas dari tuduhan pendusta dari munafik.
Wajib kita i'tiqodkan orang yang dibunuh mati dengan sempurna ajalnya, berbeda dengan Mu'ta-
zilah sekira berkata mereka bahwa orang membunuh memutuskan ajal orang yang dibunuh.
Wajib kita i'tiqodkan bahwa setiap orang disempurnakan rezekinya samaada halal atau haram
dinamakan keduanya rezeki. Tidak tashowur bahwa seseorang memakan yang bukan rezekinya atau
ia memakan rezeki orang lain.
Wajib kita i'tiqodkan pula bahwa dosa besar tidak mengeluarkan seorang hamba yang mukmin dari
imannya dan tidak memasukkannya kepada kafir. Allah tidak mengampunkan orang yang
menyekutukannya dan diampunkan-Nya dosa yang lain. Harus Allah menyiksa hamba-Nya
disebabkan dosa kecil dan harus pula memaafkan dosa besar selama ia tidak menghalalkan maksiat.
Yang menghalalkan maksiat adalah kafir.
Wajib kita i'tiqodkan bahwa tidak sampai wali pada martabat atau derajat nabi. Tidak sampai hamba
pada martabat dimana gugur darinya perintah dan larangan. Orang yang berpaling dari zhohir nash-
nash yang haq cenderung dari yang benar kepada yang batil dan menghubungkan pada kafir dan
orang yang menolak nash adalah kafir, menghalalkan maksiat kafir, menghinanya kafir, mencela
syari'at kafir, putus asa dari rahmat Allah kafir, marah dari makar Allah kafir, membenarkan tukang
tenung tentang apa yang diceritakannya tentang perkara-perkara ghoib kafir.
Wajib kita i'tiqodkan do'a orang hidup dari muslimin memberi manfaat pada orang yang hidup dan
pada yang mati dan Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬yang memperkenankan segala permintaan orang yang mudhthor
yang berkeluh kesah dan Dia yang menunaikan hajat hamba-Nya.
Wajib kita takwilkan perselisihan dan perang sahabat Nabi j sebagian dengan sebagiannya seperti
Sayyidina 'Ali ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬dengan Siti 'Aisyah ‫ رﴈ ﷲ ﻋﳯﺎ‬dan Sayyidina 'Ali ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬dengan Sayyidina
Mu'awiyah ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬dengan maksud yang lebih baik bukan mereka mencari kebesaran tetapi
semuanya dengan ijtihad. Wajib kita jauhkan buruk sangka atas mereka karena mereka Ahlul 'adil
dan Ahlul haq bukan dikerjakan dengan hawa nafsunya.
72

Wajib kita i'tiqodkan keramat auliya adalah tsabit dengan ittifaq jumhur Ahlussunnah seperti yang
termadzkur pada Qur`an tentang cerita Siti Maryam. Dimaksud dengan wali adalah 'arif billah yang
mengekalkan taat, menjauhkan maksiat, berpaling hatinya dari dunia, lezatnya dan syah-watnya
yang harus. Mereka adalah orang yang diatur Allah ta'ala urusannya. Bersih hatinya dari kekeruhan
dunia, musyahadah dan muroqobah akan Tuhannya terus menerus. Urusan mereka tidak mereka
serahkan pada dirinya tetapi mereka serahkan pada Allah ta'ala. Keramat, Irhas dan Mu'jizat adalah
perkara yang menyalahi adat. Jika tidak mengaku Nabi dan Rosul juga tidak tampak hal itu sebelum
mengaku Rosul maka dinamakan keramat. Jika nyata pada yang mengaku Rosul dinamakan
mu'jizat. Jika tampak pada orang tidak mengaku Rosul tetapi sebelumnya maka dinamakan Irhas
seperti yang tampak pada Nabi kita Muhammad j sebelum diutus bahwa beliau dipayungi awan
bila berjalan ditengah panas, memberi salam padanya kayu dan batu, dibelah perutnya tidak sakit,
sekalian binatang di padang mengecup kakinya, dan lain-lainnya. Keramat adalah perkara yang
menyalahi adat yang tampak pada tangan hamba Allah yang sholih, yang melazimkan mengikut
syari'at dengan disertai i'tiqod yang sah, tidak mengaku risalah. Keramat auliya sangat banyak
sebagiannya berjalan di udara, berjalan diatas air, dilipat-kan bumi dari Masyriq ke Maghrib hanya
dua atau tiga langkah, digulungkan dunia yang hadir ini jadi jauh dan akhirat yang akan terjadi hadir
didepannya sehingga dilihatnya akhirat hadir di dunia, nyata dilihatnya 'Arasy, Kursi, Lauh Mahfuzh,
Qolam, Syurga, Neraka. Inilah keramat yang paling besar.
Wajib kita i'tiqodkan bahwa imam-imam mujtahid adalah benar. Imam-imam mujtahid dari umat
Muhammad j sebagian adalah imam para imam dan sulthon para imam Abu Abdulloh Muhammad
bin Idris asy-Syafi'i, Abu Hanifah an-Nu'man bin Tsabit, Malik bin Anas, Abi Abdillah Ahmad bin
Hambal, Tsauri, Ibnu 'Uyainah dan Auza'i. Kemudian Alwam Ahlussunnah Abul Hasan al-Asy'ari dan
Abu Manshur Maturidi. Abul Qosim al-Junaid al-Baghdadi penghulu kaum sufi. Mereka semua
adalah orang mendapat petunjuk dari Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬. Wajib kita taklid pada salah seorang dari
mereka karena mazhab mereka adalah yang masyhur. Akan kekal sampai hari kiamat yang empat
yaitu Syafi'i, Malik, Abu Hanifah dan Ahmad bin Hambal ‫رﴈ ﷲ ﻋﳯﻢ‬. Adapun yang lain yang tidak kita
ketahui maka tidak dapat kita taklidi karena tidak tahu hukumnya.
Wajib kita i'tiqodkan mati adalah tsabit untuk setiap yang mempunyai ruh yaitu berpisah ruh dengan
badan baik jin, manusia, malaikat, binatang, burung, nyamuk dan lainnya. Yang mengambil nyawa
adalah rosul maut yaitu Izroil dan tentaranya. Makna-nya adalah Abdul Jabbar. Fana` rupa ruh.
Demikan …. juga pada saat tiupan yang pertama itu khilaf, menurut sebagian ulama binasa
seluruhnya karena diambil dari makna zhohir ayat yaitu :
َ ْ َ َ ‫ﰻ َ ْﻣﻦ‬
َ َ ‫ﻠﳱﺎ‬
‫ﻓﺎن‬ َ ِ ~‫ﻫﺎ‬
> ُ dan ‫اﻻو ْ َ ُﻪ‬ ٍَْ ‫ﰻ‬
ٌ ِ َ ‫ﳾء‬ >ُ
Artinya : "Tiap-tiap sesuatu atasnya binasa" dan "Setiap sesuatu fana` melainkan Zat-Nya".
Kata sebagian ulama tidak binasa karena termasuk tujuh yang dikecualikan tidak akan binasa.
Wajib kita i'ttiqodkan hakikat ruh tidak ada yang mengetahui melainkan Allah ta'ala seperti firman-
Nya :
ِ ْ 1 ‫اﻟﺮوحِ ِ ْﻣﻦ‬
ْ ّ ِ َ ‫(ﻣﺮ‬
‫رﰊ‬ ِ ُ ِ‫اﻟﺮوح‬
ْ > ‫ﻗﻞ‬ ِ َ ‫ﻟُ ْﻮ َ َﻧﻚ‬Ñ‫وﺴ‬
ْ > ‫ﻋﻦ‬ 1 ْ َå َ
Artinya : "Bertanya mereka padamu tentang hakikat ruh. Katakan olehmu, : Ruh itu termasuk urusan
Tuhanku".
Kata Imam Malik bentuknya seperti bentuk tubuhnya, yaitu kelakuan dan rupanya bukan dalam
kasar, tebal dan kelam sebagaimana kata Imam Ghozali dalam kitab 'Ulumul akhiroh, "Apabila
diambil nyawa oleh malaikat akan orang yang bahagia, maka diperintahkan-Nya pada malaikat.
Diberikan-Nya dua malaikat yang cantik wajah keduanya dibawa keduanya pakaian yang indah dan
bau yang sangat harum dibungkus dengan kain sutera syurga. Rupanya lebih dari rupa manusia dan
tidak hilang sesuatu dari akal dan ilmunya". Adapun tempat ruh sebelum mati berbeda-beda ulama
tentangnya, kata 'Izzu bin Abdis-salam, "Menurutku tempatnya di dalam hati". Kata sebagian ulama
73

tidak di hati tapi mesra pada seluruh tubuh46. Setelah matinya maka orang yang bahagia tinggal
dikuburnya. Kata qiil, "Di barzakh Adam". Adapun untuk orang kafir di telaga Barhut di Hadramaut.
Akan tetapi keduanya terhubung dengan jasadnya.
Kata 'Izzu bin Abdissalam, "Pada setiap jasad ada dua ruh, satu dinamakan ruh ‫( َاﻟَْﻴَﻘَﻈﺔ‬jaga) yang
diletakkan Allah adat dengan bahwasanya bila ia berada pada jasad maka dia terjaga dan bila keluar
dari jasadnya maka ia tidur dan melihat apa yang dilihatnya sebagai mimpi. Satu lagi ruh ‫ َاﻟْ َﺤ َﻴﺎة‬yang
diberlakukan Allah adat dengan bahwasanya bila ia berada di jasad maka dia hidup, bila keluar maka
mati dan bila kembali maka hidup pula". Telah disebutkan sebelumnya bahwa maut dirupakan
dalam bentuk kibas dan hayat dalam bentuk kuda. Akal seperti ruh tidak seyogyanya kita bahas
karena tidak ada nash yang menyebutkannya. Kata sebagian ulama yaitu 'azizah yakni sifat yang
disediakan dengannya untuk mendapatkan sekalian ilmu nazhriyah seperti bahwasanya nur yang
diletakkan di hati sebagai tempatnya dan cahayanya ke otak. Ini seperti yang dikatakan oleh Malik
dan Syafi'i ‫رﴈ ﷲ ﻋﳯﲈ‬.
Wajib kita i'tiqodkan bahwa pada setiap hamba yang mukallaf dari manusia beriman atau kafir, laki-
laki atau perempuan, merdeka atau sahaya dua malaikat yang menjadi wakil-Nya untuk setiap apa
yang keluar dari hamba dari perkataan, perbuatan ataupun i'tiqod dicatatnya. Satu dinamakan
Roqib dan yang satu namanya 'Atid. Tidak berpisah keduanya darinya walau dirumah-nya ada genta
(lonceng) atau anjing atau gambar-gambar sekalipun. Adapun hadits yang menun-jukkan tidak
masuk malaikat kerumah yang ada lonceng dan seumpamanya maka dimaksud dengan malaikat
disitu adalah malaikat Rahmat bukan malaikat Hafazhoh karena tidak berpisah mereka dari hamba-
Nya dengan sesuatu sebab melainkan ketika qodho hajat, janabah dan mandi. Menulis keduanya
apa yang keluar dari hamba kebaikan atau keburukan hingga yang mengerang ketika sakit-nya
sekalipun tiada tinggal dari menuliskannya. Berkata Ibnu 'Athiyah, bahwasanya setiap orang
manusia mewakilkan-Nya mulai dari lahirnya yakni ketika jatuh nuthfah didalam rahim sampai
matinya 400 malaikat. Kata sebagian ulama, bahwasanya pada anak Adam 360 urat, pada tiap-tiap
urat malaikat. Ditanya Nabi j tentang jumlah malaikat yang diwakilkan pada manusia, maka
sabdanya, "Untuk setiap manusia 10 malaikat waktu malam dan 10 malaikat pada waktu siang.
Seorang duduk dikanannya; seorang dikirinya; dua orang didepan dan belakangnya; dua orang pada
dua lambungnya; seorang menggenggam ubun-ubunnya jika ia tawadhu` maka diangkatnya dan
jika takabbur ditundukkannya yaitu direndahkannya, dua orang pada dua bibirnya yang tidak
memeliharakan keduanya kecuali sholawat atas Nabi j". kemudian 10 orang berdiri diarah
kepalanya memelihara dari ular jangan masuk dalam mulutnya bila ia tidur dan di waktu siang
memelihara dari Iblis dan 10 orang pada malam memelihara dari anak Iblis. Adapun yang diarah
kanan adalah yang menulis kebaikan merupakan Amin atau Amir yaitu yang memerintah atas
malaikat yang di kiri yang menulis kejahatan. Bila melakukan hamba-Nya kebaikan maka ditulis
untuknya 10 kebaikan dan bila hamba melakukan keburukan maka yang kiri berkata pada yang
kanan, "Kutulis?". Berkata yang kanan, "Jangan, mudah-mudahan ia istighfar dan taubat". Bila
hamba tadi tidak taubat maka katanya, "Baiklah, tulis olehmu! Telah mendatangkan ia pada kami
darinya, maka seburuk-buruk teman orang yang sedikit muroqobah pada Allah dan kurang malunya
pada-Nya". Bila berjalan hamba, maka satu didepannya dan satu dibelakangnya, jika duduk satu
dikanan-nya dan satu dikirinya dan bila ia tidur maka satu dikepalanya dan satu dikakinya.
Demikianlah selama-lamanya. Bila kita ketahui malaikat itu tidak lupa dan lalai dari menulis baik dan
buruk maka hisab dirimu atas setiap apa yang akan engkau lakukan sampai engkau ketahui lebih
dahulu jika kebaikan maka engkau lakukan dan jika keburukan maka tinggalkan karena siapa yang
menghisab dirinya di dunia niscaya mudah hisabnya di akhirat. Sedikitkan pula dirimu dari panjang
angan-angan karena berapa banyak orang yang bersungguh-sungguh dalam bekerja didapatnya

46
Mesra pada seluruh tubuh yaitu seperti air didalam kayu yang basah merata meresap pada tiap bagiannya.
74

yang ditakdirkan Allah pada azali. Hendaklah kita ketahui tentang orang yang mengerjakan dosa
besar dan mati tidak bertaubat dari dosanya maka urusannya kita serahkan pada Tuhannya, tidak
dapat kita putuskan dengan siksa-Nya dan tidak dapat kita putuskan dengan ampunan-Nya. Jika
diampuni-Nya dengan karunia-Nya dan jika disiksa-Nya dengan adil-Nya tidak dikekalkan didalam
neraka. Hendaklah kita ketahui pula dosa kecil. Dosa besar adalah apa yang ada untuknya had atau
ada wa'id (janji siksa) untuk yang mengerjakannya di Qur`an atau hadits seperti syirik, membunuh
orang, zina, dan lainnya. Dosa kecil adalah yang selainnya yaitu yang tidak ada padanya had dan
wa'id yang syadid untuk yang mengerjakannya seperti mencium perempuan yang halat, melaknat
yang tertentu walau binatang, mendustakan yang lain dari Nabi yang tidak membawa pada had atau
membinasakan badan atau harta dan tidak darurat. Yang pertama wajib taubat dengan segera.
Syarat taubat tiga perkara :
1. Meninggalkan dosa yang dikerjakannya;
2. Nadam yakni menyesal atas perbuatannya; dan
3. Jazam yang putus tidak akan pernah kembali padanya.
jika dosa itu antaranya dengan Allah saja. Jika dosa itu antaranya dan makhluk ditambah pula
dengan mengembalikan yang dizholimkan atau minta halal darinya atau meminta kelepasan
darinya. Kita ketahui pula bahwa orang yang bertaubat itu jika kembali ia pada dosa maka tidak
membinasakan dosa itu akan taubatnya yang sebelumnya walau pada saat itu sekalipun bahkan
hendaklah ia memperba-harui taubatnya pula. Demikian itulah dikerjakannya sebagaimana ia
menjadikan perbuatan dosa itu sebagai adat dijadikannya taubat itu sebagai adat pula. Jika sehari
semalam 70 kali atau lebih maka jangan engkau jadikan taubat itu lemah dari mengerjakan maksiat.
Setiap taubat itu makbul selama belum terbit matahari dari Maghrib dan selama belum sampai
ghorghoroh yaitu ruh sudah berada di halqumnya.
Wajib atas setiap orang itu memelihara kulliyat yang enam, yaitu :
1. Din yaitu wajib orang yang Islam itu memelihara agamanya yaitu apa-apa yang dituntut Allah
pada hamba-Nya dari hukum maka tidak boleh merusakkan agama dengan kufur, jadi murtad,
tidak boleh mengerjakan maksiat yang menjadikan fasik. Karena inilah diperintahkan kita
memerangi orang kafir harbi atau lainnya, dibunuh yang murtad dan di had yang mengerjakan
maksiat.
2. Memelihara dirinya sehingga tidak boleh kita membunuh tanpa hak, tidak boleh memotong
anggota tanpa hak. Karena inilah dituntut qishosh pada diri dan anggota.
3. Dituntut memelihara harta yaitu tiap-tiap yang halal dan miliknya pada syara' walau sedikit.
Maka tidak boleh kita curi dan rampas. Karena inilah dituntut potong tangan untuk yang
mencuri dan potong tangan dan kaki untuk perampas di jalan.
4. Memelihara nasab yaitu apa yang kembali pada beranak kerabatnya dari pihak bapak, maka
tidak boleh berzina. Karena inilah dituntut rajam dan dera.
5. Memelihara akal sehingga tidak boleh kita binasakan dengan mencapaikan yang membinasa-
kannya. Karena inilah dituntut had orang yang meminum yang memabukkan.
6. Memelihara kehormatan, maka kita tidak boleh menuduh zina dan memaki orang. Karena inilah
dituntut had orang yang menuduh orang yang 'afif dan dita'zirkan yang lainnya.
Oleh karena itu siapa saja yang mengingkari agama yang maklum darurat jadi murtad dibunuh
sesudah diperintah taubat tetapi tidak mau taubat.
Kemudian kita ketahui mu'asyaroh (pergaulan/persahabatan) Ahli Haq, syai` adalah sesuatu tidak
dikatakan kecuali pada yang maujud. Yang ma'dum tidak dinamakan syai`. Dinamakan maujud
sesudah tsabit pada khorij. Wujud sesuatu itulah 'ainnya.
Khilaf ulama apakah usaha afdhol atau tawakkal. Adapun yang muktamad tafshil (ada perinciannya)
karena berbeda manusia. Adapun orang yang pada tawakkalnya tidak sempit hatinya saat sempit
kehidupannya dan tidak meminta-minta pada seseorang dan tidak terkait padanya nafkah yang
75

wajib pada mereka yang tidak ridho dengan keadaannya maka tawakkal-nya afdhol karena didalam
tawakkalnya melawan hawa nafsu untuk meninggalkan keinginannya dan lezatnya, sabar atas
kepayahannya. Adapun orang yang pada tawakkalnya menyelisihi yang demikian maka berusaha
afdhol untuknya supaya ia keluar dari benci ketiadaan dan tidak sabar dari ketiadaannya, maka
ketika itu wajib berusaha.
Demikian pula wajib kita i'tiqodkan sebagian dari Sam'iyyat sebelum mati dan sesudah mati.
Adapun yang sebelum mati yaitu tanda-tanda hari kiamat. Sebagian dari tanda dekatnya kiamat
tiga alamat ;
1. Sudah lewat/berlalu seperti wafatnya Nabi j, nyatanya fitnah dan kezholiman, berbunuh-
bunuhan, nyatanya para dajjal yaitu kadzdzabun (para pendusta) yang mengaku nabi, api yang
tampak di Madinah tahun 654 H, memerangi Turki, keluar urusan dari ahlinya.
2. Apa yang terus sampai sekarang seperti dijual-belikan agama yaitu sedikit yang mau meno-long
agama, sedikit amanah banyak khianat, menahan zakat, durhaka pada ibu bapak, me-mutuskan
rohim, menarik cukai/pajak, minum arak, menyatakan zina dan menyatakan riba.
3. Apa-apa yang akan datang dari beberapa tanda yang besar seperti keluar Mahdi yaitu Imamul
Fatimi al-Mahdi Muhammad bin Abdulloh. Dia adalah wali Allah yang terpelihara sepanjang
umurnya dari mengerjakan dosa. Urusannya mufakat dengan urusan Nabi j yaitu diamal-
kannya syari'at Nabi j. Dia mengalahkan pasukan yang zholim dan sesat. Menghilangkan raja-
raja zholim. Memerintah dengan adil di muka bumi dan mengalahkan beberapa negara-negara
yang besar sehingga didapatnya banyak ghonimah hingga diraupkannya harta bila ia memberi
pada seseorang. Sebagian lagi turun Nabi Isa ibnu Maryam, keluar Dajjal –yang merupakan
sebesar-besar fitnah-. Permulaan dari nyatanya menyatakan sholah dan agama lalu ia mengaku
dengan Nubuwah lalu mengaku Allah yang merupakan kedustaan, mal'un (dilaknat),
menyesatkan manusia dengan berbagai-bagai kesesatan dan berbagai-bagai fitnah. Saat Dajjal
keluar maka dia meratai seluruh bumi kecuali Mekkah, Madinah dan Baitul Maqdis.
Membunuhnya Nabi Isa dan beliau tinggal di bumi menghukum dengan syariat Nabi
Muhammad j, membunuh babi, mematahkan salib, berhala, menetapkan jizyah atas orang
kafir. Ia tidak menerima kecuali Islam atau dibunuh sehingga nyatalah Islam atas setiap agama
dan tidak tinggal melainkan agama Islam saja. Sebagian lagi keluar Ya'juj dan Ma'juj, terbit
matahari dari Maghrib, keluar Dabbatul 'ardh dan menegahkan taubat yaitu tidak diterima
taubat sesudahnya, diangkatkan Qur`an, dan ‫ اﻣﻒ‬dari bumi dan akhirnya keluar api dari 'Aden
atau Hadromaut menggiring manusia ke Syam.
Demikian juga wajib kita i'tiqodkan nikmat kubur, siksanya, himpitannya walau dimakan binatang
atau dibakar api lalu ditaburkan angin sekalipun. Adapun disebut dengan kubur itu hanya gholibnya
saja.
Sebagian dari nikmat kubur adalah diluaskan kuburnya hingga sejauh mata memandang, dijadikan
kuburnya satu kebun dari kebun syurga, dibukakan pintu ke syurganya, dihamparkan dari hamparan
syurga, kendil dari kendil syurga dan didapatkan nikmat itu untuk ruhnya dan jasadnya.
Sebagian dari azabnya untuk orang kafir dan maksiat disempitkan kuburnya dan dilintangkan api
pagi dan petang, didatangkan ular, kala dan lainnya dari berbagai-bagai azab. Telah datang pada
hadits bahwa diringankan untuk yang maksiat dan diangkat pada malam Jum'at, bulan Roma-dhon
dan dengan doa dan sedekah dari yang hidup. Datang juga warid orang yang mati malam Jum'at
dan harinya diazabkan sesaat lalu tidak dikembalikan padanya sampai hari kiamat.
Kemudian juga sempit kubur dan himpitannya atas orang mati wajib kita i'tiqodkan bahwa ia atas
setiap mayit kecuali para Nabi tetapi diringankan untuk orang beriman hingga seperti pelukan ibu
pada anaknya yang disayang.
Kemudian soal malaikat Mungkar dan Nakir juga hak untuk orang mati. Dikembalikan pada mayat
itu hayat untuk memberinya paham dengan khitob dan menjawab soalnya walaupun mayat itu
76

tenggelam di air atau terbakar atau dimakan binatang sekalipun. Semuanya itu tidak lepas dari
fitnah Mungkar dan Nakir. Telah datang hadits yang mengecualikan beberapa orang bahwa mereka
tidak ditanya seperti Nabi-nabi; Shiddiqin; Syuhada; orang yang Murobath fi sabilillah; yang mati
sakit perut; yang mati malam Jum'at atau harinya; yang mati kena Tho'un atau pada masa Tho'un
sedangkan ia sabar dan mengharapkan pahalanya; orang yang melazimkan mem-baca surat
Tabarok setiap malam atau surat Sajdah atau membaca Qul huwallohu ahad dalam sakitnya yang
membawa matinya; anak-anak; orang yang gila; orang dungu yang ablah. Bertanya keduanya
tentang sebagian i'tiqod tentang Tuhannya, nabinya dan agamanya. Ditetapkan Allah dengan
perkataan yang tetap pada yang dikehendaki-Nya dan disesatkan-Nya pada yang dikehendaki-Nya.
Mungkar dan Nakir adalah dua orang malaikat, tetapi kata qiil banyak malaikat Mungkar dan Nakir
saat banyak yang mati. Maka dibangkitkan (diutus) pada mayat dua malaikat, ditanya setiap orang
dengan bahasa Arab. Kata qiil, "Dengan bahasa dirinya". Kata sebagian lagi dengan bahasa Suryani.
Datang keduanya dengan keadaan berbeda dengan berbedanya orang yang hendak ditanya. Jika
orang mukmin yang sholeh dengan rupa yang baik dan harum baunya. Adapun untuk yang lainnya
maka keadaannya sangat hebat, sangat menakutkan dengan rupa yang sangat buruk dan sangat
besar. Keluar dari mulutnya api yang bentuknya seperti cabang kayu. Yang demikian atas seukuran
amalnya yang sholih dan maksiat. Fitnah itu seukuran hal itu.
Sunat kita talkinkan mayit yang lain dari Nabi, syahid dan anak-anak. Telah datang warid dari Nabi
j bahwasanya orang yang mati apabila ditalkinkan maka berkata salah seorang dari keduanya pada
temannya, "Keluar kamu dari orang ini. Apa yang kita kerjakan dengan seorang laki-laki yang diajar
talkin hujjahnya". Talkin itu yaitu :
ْ ُ َ ‫ﺳﻌ‬
‫ﻴﲂ‬ ْ َ ‫(ن‬1 ‫ﲻﻼ َو‬ ً َ َ ‫ﺴﻦ‬ ُ َ ‫( ْﺣ‬1 ‫ﲂ‬j( ْ ُ َ ُ ْ ‫…ﺎء ِﻟ َﻴ‬
ْ ُ > 1 ‫ﺒﻠﻮﰼ‬ ِ َ ‫^ﻟﻤﻮت َواﻟْ َﻔ‬
ِ ْ َ ْ ِ ‫ﺒﺎد‬ ِ َ ‫ﺒﻘﺎء َوﻗَ َﻬﺮ ا ْ ِﻟﻌ‬
ِ َ َ ْ‫^ﻟﻘﺪرة َواﻟ‬
ِ َ ْ ُ ْ ِ ‫ﺗﻌﺰز‬َ َ َ ‫ﺒˆﺎن َ ْﻣﻦ‬ ِ ْ ِ ‫اﻟﺮﲪ ِﻦ‬
َ َ ْ T‫اﻟﺮﺣﲓ ُﺳ‬ ْٰ ‫ﷲ‬ ِ ‫ِﺴﻢ‬ ِ ْ
ْ َ َ ‫ﺎﻣﺔ‬F
‫ﻓﻤﻦ‬ ِ َ َ ‫ﻳﻮم اﻟْ ِﻘ‬ ْ ُ َ ْ ُ q ‫ﺗﻮﻓﻮن‬
َ ْ َ ‫(ﺟﻮرﰼ‬ َ ْ َ ُ ‫اﻟﻤﻮت َو ِا َﻧﻤﺎ‬ ِ ْ َ ْ ‫ذاﺋﻘﺔ‬
ُ َ ِ َ ‫ﻧﻔﺲ‬ ٍ َْ ‫ﰻ‬ َ ْ ُ َ ْ ُ ‫اﻟﺤ ْ ُﲂ َو ِاﻟ َ ْ ِﻴﻪ‬
> ُ ‫ﺮﺟﻌﻮن‬g ُ ْ [ُ َ ‫ﻫﺎ~ ِاﻻ َو ْ َ ُﻪ‬ ٌ ِ َ ‫ﳾء‬ ٍَْ ‫ﰻ‬ > ُ ‫ﺮى‬jَ ُ ‫ﺳﻮف‬ ََْ
‫(ﺧﺮى‬ َ ْ q ‫َ َ ًرة‬C ‫ﳔﺮﺟﲂ‬ْ ُ ُ ِ ْ ُ ‫وﻣﳯﺎ‬ ْ ُ ُ ْ ‫وﻓﳱﺎ ُ ِﻧﻌ‬
َ ْ ِ َ ‫ﻴﺪﰼ‬ َ ْ ِ َ ‫…ﺎﰼ‬ْ ُ َ ‫ﻣﳯﺎ َ•ﻠَ ْﻘ‬ ِ ْ ُ ُ ْ ‫ﺎع‬%
َ ْ ِ ‫اﻟﻐﺮور‬ ُ َ ‫ﻴﺎ ِاﻻ َﻣ‬k‫ا‬ ُ َ ‫ﻓﺎز َ َوﻣﺎ ا ْ َﻟﺤ‬
َ ْ‫ﻴﺎة > ﻧ‬ َ َ ‫ﻓﻘﺪ‬ ْ ََ ‫(د•ﻞ ا ْ َﻟﺠ َﻨﺔ‬
َ ِ ْ q ‫ﻨﺎر َو‬
ِ ‫ﻋﻦ اﻟ‬ ِ َ ‫زﺣﺰح‬ َُِْ
‫ﷲ َو َ ٰﲆ‬ ِ ‫وﻣﻦ‬ َ ِ َ Ž^‫و‬ ِ َِ ‫ﷲ‬ ِ ‫ِﺴﻢ‬ ِ ْ ‫ﺴﺎب‬ ِ َ ‫ﻠﻌﺮض َوا ْ ِﻟﺤ‬w ِ ْ َ ْ ِ ‫ﳔﺮﺟﲂ‬
ْ ُ ُ ِ ْ ُ ‫وﻣﳯﺎ‬ َ ْ ِ َ ‫ود َواﻟ > َﱰ ِاب‬Äw ْ ُ ُ ْ ‫وﻓﳱﺎ ُ ِﻧﻌ‬
ِ ْ > ِ ‫ﻴﺪﰼ‬ َ ْ ِ َ ‫ﺟﺮ َواﻟﺜ َﻮ ِاب‬ ْ ُ َ ‫•ﻠﻘ‬
ِ ْ 1 ْ ‫…ﺎﰼ ِﻟ‬ ْ َ َ ‫ﻣﳯﺎ‬
َِْ
‫ﻳْ َﻨﺎ‬kَ َ ‫ﻓﺎذاﱒ َ ِﲨ ْ ٌﻴﻊ‬
ْ ُ َ َ ‫ﻴˆﺔ و ِا&ﺪَ ًة‬ ً َ ْ ‫اﻟﻤﺮﺳﻠﻮن ِ ْان َﰷ َ ْﻧﺖ ِاﻻ َﺻ‬ َ ْ ُ َ ْ ُ ْ ‫وﺻﺪَ َق‬ َ َ ‫اﻟﺮﲪ ُﻦ‬ٰ ْ َ‫وﺳﲅ ٰﻫ َﺬا َﻣﺎ َو َﺪ‬ َ َ َ ‫ﷲ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬ ُ ‫ﷲ َﺻﲆ‬ ِ ‫رﺳﻮل‬ ِ ْ ُ َ ِ ‫ِﻣ‬
Ì ‫ون‬َ ْ ‫ﻣﺤﴬ‬َُُْ
Dan diserukan nama orang yang mati itu atau diseru dengan katanya :
‫ﷲ‬ ِ َ 1 ‫ا—ﻦ‬
ِ ‫(ﻣﺔ‬ ِْ ‫ﷲ‬ِ َ‫ َﻋ ْﺒﺪ‬Mَ
Sebanyak dua kali lalu dibacanya :
‫َ َﻨﺎ َﻠَ ْ ِﻴﻪ ِﰱ‬%‫ﺧﺮة َ َﻓﻼ ﺗَ ْ َ©ﺲ اﻟْ َﻌﻬْﺪَ ِا"ى َ َﻓﺎر ْﻗ‬ ِ َ ِ ‫ازخ ْ ٰاﻻ‬ ِ َ ْ‫—ﺮزخٍ ِ ْﻣﻦ — َﺮ‬ َ ْ َ ‫وﴏت ْ ٰاﻻ َن ِﰱ‬ َ ْ ِ َ ‫ﻴﺎ َ ِوزﻳْ َ ُ َ©ﳤﺎ‬k‫ا‬ َ ْ‫ﻨﻚ > ﻧ‬ َ ْ ‫َﺒﺖ َﻋ‬ ْ َ ‫ﷲ َذﻫ‬ ُ ‫ﺮﲪﻚ‬j َ ُ َ َْ
ِ َ َ ُ ْ ‫اﻟﻤﻠﲀن‬
‫ن‬o‫اﻟﻤﻮ‬ ِ َ َ َ ْ ‫ﺎءك‬œ َ َ َ ‫ﻓﺎذا‬ ََ ‫ﷲ‬ ِ ‫رﺳﻮل‬ ُ ْ ُ َ ‫ﻣﺤﻤﺪً ا‬ َ ُ ‫(ن‬1 ‫اﻻﷲ َو‬ ُ [َ ٰ ‫ ْ(ن َﻻا‬1 ‫َﺎدة‬ ُ َ ‫وﱔ َﺷﻬ‬ َ ِ َ ِ ‫دار ْ ٰاﻻ‬
ِ َ ‫ﺧﺮة‬ ِ َ ‫وﻗﺪﻣﺖ ِ ِﺑﻪ ِ َاﱃ‬ َ ْ ِ َ َ ‫ﻴﺎ‬k‫ا‬َ ْ‫دار > ﻧ‬ َِ
Ì Ì
Cَ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ ََ ‫ﷲ‬ ِ ‫•ﻠﻖ‬ ِ ْ َ ‫•ﻠﻖ ِ ْﻣﻦ‬ ٌ ْ َ Ì ‫(ﳖﻤﺎ‬ َ ُ 1 ‫ﺒﺎك َوا ْ َ ْﲅ‬ َ َ ‫ﺮ ِﻋ‬j‫وﻻ‬ ْ ُ َ َ ‫ﲺﺎك‬ َ َ ِ ‫ﺰ‬jْ ُ ‫وﺳﲅ َ َﻓﻼ‬ َ َ َ ‫ﷲ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬ ُ ‫ﶊﺪ َﺻﲆ‬ ٍ S‫ِﺪ‬ َ ِ ‫ ّﻴ‬T‫(ﻣﺔ َﺳ‬ ِ q ‫ﺎ~ ِ ْﻣﻦ‬è َ ِ َ ‫ ْﻣ‬1Ñ‫ﺑﻚ َو ِﺑ‬ َ ِ
‫ﻨﻚ َوا ْﻋ ِ َﺘﻘﺎد َُك َ َوﻣﺎ ِا"ى ُﻣﺖ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬ َ ُ ْ‫ﻚ َ َوﻣﺎ ِدﻳ‬F َ > ¤َِ ‫وﻣﻦ ﻧ‬ ْ َ َ ‫ﺑﻚ‬ َ > ‫وﻗﺎﻻ~ َ ْﻣﻦ ّر‬ َ َ َ َ َ ‫ﻻك‬Ñ‫وﺳ‬َ َ 1 َ َ ‫ﺴﺎك‬ َ َ ‫ﻠ‬œَ ‫َ َك َو‬C(1 ‫ﻓﺎذا‬ َ َ ‫•ﻠﻘﻪ‬ ِ ِ ْ َ ‫•ﻠﻖ ِ ْﻣﻦ‬ ٌ ْ َ ‫ﻧﺖ‬ َ ْ (1
ْ ُ َ ‫ﲎ‬Tَ ‫اﻟ;ﺎﺗﻤﺔ اﻟْ ُﺤ ْﺴ‬
‫ﻓﻘﻞ ﻟ َﻬ َُﻤﺎ‬ ُ َ ِ َ ْ ‫وﱔ‬ Ì
َ ِ َ ‫ﻻك اﻟﺜﺎ ِﻟ َ َﺜﺔ‬Ñ‫ﺳ‬ َ َ 1 َ ‫ﻓﺎذا‬ َ َ ‫ﺣﻘﺎ‬ º َ ‫رﰊ‬
Ì ِ ‫ﻻﺳﻼم‬
ْ ِّ َ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﻓﻘﻞ ﻟَﻬ َُﻤﺎ‬ ْ ُ َ ‫ﺜﺎﻴﺔ‬ َ َ ‫ﻻك اﻟ ِﻧ‬Ñ‫ﺳ‬ َ َ 1 َ ‫ﻓﺎذا‬ َ َ ‫ﺣﻘﺎ‬ º َ ‫رﰊ‬
Ì ٍ َ َ ِ ‫ﻃﻠﻖ‬
ْ ِّ َ ‫ﷲ‬ُ ‫ﻓﻘﻞ ﻟ َﻬ َُﻤﺎ‬ ْ َُ
‫ﻳﻀﱵ‬ ُ َ ‫ﻠﱵ َو‬
ْ ِ َ ْ ‫اﻟﺼﻼة ﻓَ ِﺮ‬ ْ َ ْ ‫اﻣﺎﻣﻲ َوا‬
ْ َ َ ْ ‫ﻟﻜﻌ َ ُﺒﺔ ِﻗ‬ ْ ِ َ ِ ‫دﻳﲏ َو ْ ُاﻟﻘ ْﺮٰا ُن‬ ْ ِ ْ ُ َ ْ Ì ْ ‫وﶊﺪ َ ِ ِ ّﻧﱯ َوا‬ ٌ َ ‫رﰊ‬ ْ ِّ َ ‫ﷲ‬ ُ ٍ‫وﻻﻓﺰع‬ ْ َ َ َ ‫ﺑﻼﺧﻮف‬ ْ ٍ ِ َ ‫ﺴﺎن‬ ِ َ ‫ِﺑ ِﻠ‬
‫ﷲ ِ ٰﲠِِﺬﻩ‬ ِ َ‫ َﻋ ْﺒﺪ‬Mَ ‫ﺴﻚ‬ ْ ‫ﷲ َ َﺗﻤ‬ ِ ‫رﺳﻮل‬ ُ ْ ُ ‫ﶊﺪ‬ ٌ ‫اﻻﷲ‬ ُ [َ ٰ ‫ﻗﻮل َﻻا‬ ِ ْ َ ‫وﻣﺖ َ َﲆ‬ > ُ َ ‫ﺸﺖ‬ ُ ْ ‫ ِﻋ‬S(َ 1 ‫ ِ ْ(ﰊ َو‬1 ‫ﻴﻞ‬ َ ْ ‫اﻫﲓ‬
ُ ْ ‫اﻟ; ِﻠ‬ ُ ْ ِ ‫ﺴﻠﻤﻮن ِ ْاﺧ َﻮ ِ ْاﱐ َو ِ ْا— َﺮ‬ َ ْ ُ ِ ْ ‫َوا ْ ُﻟﻤ‬
Ì ُ ُÌ َ َ َ ِ ٰ َ
ِ ْ َ ْ ‫ﲂ َ ِوﰱ‬F
‫اﻟ;ﻠﻖ‬ ْ ُ ْ ‫ﺑﻌﺚ ِﻓ‬
َ ِ ُ ‫ﻞ ِا"ى‬œ‫اﻟﺮ‬ ِ ُ ‫ﻣﺎﺗﻘﻮل ِﰱ ٰﻫ َﺬا‬ ْ َ َ ~ ‫ﻞ‬Fْ ‫ﺜﻮن ﻓﺎذا ﻗ‬ َ ْ ُ ‫ﻳﻮم ﻳُْﺒ َﻌ‬
ِ ْ َ ‫اﻟﱪزخ ِ َاﱃ‬ ِ َ ْ َ ْ ‫ﻣﻘﲓ ِ ٰﲠ َﺬا‬ ٌ ْ ِ ُ ‫( َﻧﻚ‬1 ‫اﻟﺤ|ﺔ َوا ْ َ ْﲅ‬ ِ ُْ
‫ﻓﺎن ﺗ َ َﻮﻟ ْﻮا‬ْ َ ‫—ﺮﺳﺎﻟ َ ِ ِﺘﻪ‬
َ ِ ِ ‫وﺻﺪَ ْﻗ َ…ﺎ‬ ِ ِ ‫ﻨﺎﻩ َو ٰٔ( َﻣ‬
َ َ ‫…ﺎﺑﻪ‬ ُ َ ‫…ﺎت ِ ْﻣﻦ َ ِر ّ ِﺑﻪ َﻓﺎﺗ َ ْﺒﻌ‬ ِ َ ّ/ِ ‫ ِ^ﻟْ َﺒ‬S‫ﺎء‬œ َ َ َ Ì ‫وﺳﲅ‬ َ َ َ ‫ﷲ َﻠ َ ْ ِﻴﻪ‬ ُ ‫ﷲ َﺻﲆ‬ ِ ‫رﺳﻮل‬ ُ ْ ُ َ ‫ﶊﺪ‬ ٌ ‫ﻓﻘﻞ ُ َﻫﻮ‬ ْ َُ ‫(ﲨﻌﲔ‬ َ َِْْ1
Ì
77

‫ﺣﻖ‬ Ï َ ‫اﻟﻘﱪ‬ ِ ْ َ ْ ‫®ﺰول‬


َ ْ ُ ُ ‫(ن‬1 ‫ﺣﻖ َو‬ ِ ْ َ ْ ‫(ن‬1 ‫ﷲ‬
Ï َ ‫اﻟﻤﻮت‬ ِ َ‫ َﻋ ْﺒﺪ‬Mَ ‫ َوا ْ َ ْﲅ‬.‫اﻟﻌﻈﲓ‬ ِ ْ ِ َ ْ ‫اﻟﻌﺮش‬ ِ ْ َ ْ ‫رب‬ > َ ‫وﻫﻮ‬ َ ُ َ ‫ﺗﻮﳇﺖ‬ ُ ْ َ َ ‫اﻻﻫﻮ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬ َ ُ Ì [َ ٰ ‫ﻻا‬Ì َ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﱯ‬Tَ ِ ‫ﻓﻘﻞ َﺣ ْﺴ‬ ْ َُ
‫(ن ا ْ َﻟﺠ َﻨﺔ‬1 ‫ﺣﻖ َو‬ Ï َ ‫اﻟﴫ َاط‬ َ ّ ِ ‫(ن‬1 ‫ﺣﻖ َو‬ Ï َ ‫(ن ْ ِاﻟﻤ ْ َﲒ َان‬1 ‫ﺣﻖ َو‬ Ï َ ‫ﺴﺎب‬ َ َ ‫(ن ا ْ ِﻟﺤ‬1 ‫ﺣﻖ َو‬ Ï َ ‫ﺒﻌﺚ‬ َ ْ َ ْ‫(ن اﻟ‬1 ‫ﺣﻖ َو‬ Ï َ ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫®ﻜﲑ ِﻓ‬
ِ ْ ِ َ ‫…ﻜﺮ َو‬ ٍ َ ْ ‫(ن ُﺳ َﺆ َال ُﻣ‬1 ‫َو‬
‫ﺪ‬Fٍ ْ ‫ﰻ َو ِﺣ‬ ِّ ُ ‫ﺲ‬/(َ ْ ‫ ِﻧ‬1 Mَ ‫ ٰﻠّﻬُﻢ‬w‫ َا‬.‫ﷲ‬ ُ ‫ﺘﻮد ُ َﻚ‬ ِ ْ َ T‫ َ ْﺴ‬¥‫ﺒﻌﺚ َ ْﻣﻦ ِﰱ اﻟْ ُﻘ ُ ْ ِﻮر َو‬ ُ َ ْ َ‫ﷲ ﻳ‬ َ ‫(ن‬1 ‫ﻓﳱﺎ َو‬ َ ْ ِ ‫ﻳﺐ‬ َ ْ ‫(ن اﻟﺴﺎ َ َﺔ ٰٔ( ِﺗ َ ٌﻴﺔ َﻻ َر‬1 ‫ﺣﻖ َو‬ Ï َ ‫ﻨﺎر‬ َ ‫(ن اﻟ‬1 ‫ﺣﻖ َو‬ Ïَ
َ ْ ِ َ َ ْ ‫رب‬Mَ َ [‫و‬
‫اﻟﻌﺎﻟﻤﲔ‬ َ َ‫ﻨﺎ َ ْﺑﻌﺪَ ُﻩ َو ْ ِ ْ ﻟ‬%ِ ‫وﻏﺮﺘﻪ َوﻟَ ِﻘّ ْ ُ…ﻪ ُﺣﺠ َ ُﺘﻪ َ َوﻻ َ ْﺗﻔ‬
ُ َ َ ‫اﻏﻔﺮﻨﺎ‬ ُ َ َ ‫ َ َ…ﺎ َ ُ ْ ﺑ‬Óَ ‫ارﺣﻢ ُ ْﻏﺮﺑ‬ ْ َ َ ‫و&ﺪَ ﺗ ََﻨﺎ‬
ْ َ ْ ‫وو&ﺪَ َ ُﺗﻪ َو‬ ْ َ ‫ﺲ‬¥ْ ِ (ٰٔ ‫ﺲ ِﺑ َ ِﺒﻌ ْ ٍﻴﺪ‬/َ ْ َ ‫ﴐا ﻟ‬ ً ِ ‫&ﺎ‬M‫و‬
َ ََ
َ ْ ِ َ َ ْ ‫رب‬
‫اﻟﻌﺎﻟﻤﲔ‬ ُ ْ َ ْ ‫اﻟﻤﺮﺳﻠﲔ َو‬
ّ ِ َ ِ ّ ٰ ِ ‫اﻟﺤﻤﺪ‬ َ ْ ِ َ ْ ُ ْ ‫وﺳﻼم َ َﲆ‬ ٌ َ َ َ ‫ﻳﺼﻔﻮن‬ َ ْ ُ ِ َ ‫اﻟﻌﺰة َﲻﺎ‬ ِ ِ ْ ‫رب‬ ّ ِ َ ‫ﺑﻚ‬ َ ّ ‫ﺒˆﺎن َ ِر‬
َ َ ْ T‫ُﺳ‬
Sunat duduk orang yang mentalkinkan itu di arah kepala dan sunat berdo'a untuknya dengan
menetapkan.
Demikian juga wajib kita beriman dengan berdiri (terjadinya) hari kiamat. Bertiup sangkakala yang
pertama maka mati seluruh penghuni langit dan penghuni bumi sebab terkejut yang sangat. Tidak
ada yang tinggal melainkan Wajah (Zat) Allah yang mulia dan selain yang dikehendaki Allah ta'ala
dari penghuni syurga dan Isrofil. Akhir yang mati adalah Isrofil dan awal yang dibangkitkan ia juga
supaya meniup sangkakala yang kedua menghidupkan sekalian yang mati dan kembali tiap-tiap ruh
kepada jasadnya. Antara dua tiupan itu 40 tahun. Berfirman Allah ta'ala saat itu :
َ ْ َ ْ‫ اﻟ‬Ü‫اﻟﻤ‬
‫ﻴﻮم‬ ُ ْ ُ ْ ‫ﻟﻤﻦ‬
ِ َِ
maka tidak ada yang menjawab, maka dijawab-Nya sendiri :
ُ ‫ا&ﺪ اﻟْ َﻘ‬
‫ﻬﺎر‬ ُ ِ ‫ِ ٰ ّ ِ اﻟْ َﻮ‬
Kemudian Dia memerintahkan Isrofil meniup sangkakala yang kedua sehingga hiduplah seluruh
yang mati. Kembalilah setiap yang memiliki ruh kebadannya. Kembali setiap anggota yang ter-
pisah-pisah ketika hidupnya, rambutnya hingga khitan dan lainnya. Maka awal yang dibangkitkan
dari kuburnya Nabi j lalu yang senama dengannya kemudian sekalian makhluk.
Demikian juga wajib kita i'tiqodkan huru-hara mauquf yang sangat yang menghancurkan hati dan
melupakan yang menyusu akan anaknya adalah benar sebagaimana firman Allah ta'ala :
ِ َ ‫ﰻ‬
ٍ ْ َ ‫ذات‬
‫ﲪﻞ‬ > ُ ‫ﺗﻀﻊ‬
ُ َ َ ‫(رﺿﻌﺖ َو‬ ٍ َ ِ ُْ ‫ﰻ‬
ْ َ َ ْ 1 ‫ﻣﺮﺿﻌﺔ َﲻﺎ‬ ُ َ ْ َ ‫ﺮوﳖﺎ‬g
> ُ ‫ﺗﺬﻫﻞ‬ َ َ ْ َ َ ‫ﻳﻮم‬ ٌ ْ ِ َ ‫ﳾء‬
َ ْ َ ,‫ﻋﻈﲓ‬ َ َ َ ْ‫—ﲂ ان َز‬
ٌ ْ َ ‫ﻟﺰ¦ اﻟﺴﺎ َ ِﺔ‬ ْ ُ ‫اﺗﻘﻮا َر‬
ْ ُ ‫ﻨﺎس‬ ُ ‫>َ(ﳞﺎ اﻟ‬1 ٓ Ѫٰ‫ﻳ‬
Ì
ٌ ِ َ ‫ﷲ‬
‫ﺷﺪﻳﺪ‬ ِ ‫ﺬاب‬ َ َ َ ‫ ِﻜﻦ‬ª‫ِﺴﲀرى َو ٰﻟ‬
َ َ ُ ‫ﺳﲀرى ََوﻣﺎ ُْﱒ‬ َ َ ُ ‫ﻨﺎس‬ َ ‫ﺮى اﻟ‬gَ َ ‫َْﲪﻠَﻬَﺎ َو‬
Artinya : "Hai sekalian manusia, takut olehmu akan Tuhanmu, bahwasanya gempa kiamat adalah
suatu yang sangat besar, hari yang engkau lihat lupa setiap perempuan yang menyusukan dari
yang disusukannya, keguguran orang yang hamil. Engkau lihat orang mabuk padahal mereka
tidak mabuk tetapi azab Allah sangat pedih".
Diriwayatkan dari atsar, bahwasanya Allah ta'ala mengumpulkan seluruh ummat dari Jin dan
Manusia dalam keadaan telanjang seluruhnya dan hina. Ditanggalkan raja-raja dari kerajaannya dan
dilazimkan mereka dengan kehinaan dan kecil sesudah 'aziznya dan mengerasi hamba Allah dibumi-
Nya. Kemudian berhadap sekalian binatang liar dari tempatnya merendahkan kepalanya sesudah
liarnya dari makhluk asing pada padang, hina ia dan rendah dirinya daripada huru-hara demikian hari
itu padahal tidak ada padanya dosa dan tidak jatuh pada tempat yang membawa kepada dosa.
Kemudian berhadap segala setan sesudah dahulu-nya takabbur dengan keadaan merendahkan diri
dan hina karena melintangkan atas Al-Malik ad-Diyan. Sesudah sempurna penghuni bumi dari
manusia, jin, setan, binatang liar, binatang jinak dan sekalian yang melata dibumi maka
berjatuhanlah bintang dari langit dari atas kepala. Dipadamkan cahaya matahari dan bulan sehingga
kelam keduanya atas mereka. Lalu langit dunia yang diatas mereka retak-retak dan sekalian
makhluk memperhatikan hal keadaan huru-hara itu kemudian langit itu tiba-tiba pecah-pecah diatas
mereka dan tebalnya 500 tahun. Apakah huru-hara yang ketika pendengaran mereka mendengar
suara pecah langit itu. Kemudian malaikat turun dari tepinya ke bumi dengan mengucap taqdis bagi
Tuhannya. Terkejutlah sekalian makhluk karena sangat besar tubuh-nya dan huru-hara suara
78

mereka karena takut bahwa akan diambil mereka untuk dimasukkan kedalam neraka. Ketika telah
hadir mereka semuanya di mauquf dan berkumpul penghuni tujuh lapis langit dan penghuni bumi
sampai yang ketujuh ditambahkan panas matahari seukuran 20 tahun. Berkumpullah sekalian
makhluk seperti berkumpul anak panah dengan busurnya. Tidak ada pada hari itu naungan kecuali
naungan 'Arasy Rohman. Sebagian mereka berada di bawahnya dan sebagian mereka didalam
panas matahari dan bahwasanya telah dihanguskannya. Didekatkan matahari itu hingga jika
diulurkannya tangannya maka dapat dicapainya dan digandakan panasnya atas segolongan kaum
seukuran 70 kali ganda dari panasnya pada hari yang sangat panas. Berkata sebagian salaf, "Jika
diterbitkan matahari di bumi seperti sifatnya yang dinaikkan ia pada hari kiamat maka akan
dibakarnya bumi, hancur sekalian bukit dan kering sekalian sungai". Bila seseorang melihatnya maka
terkejutlah ia dengan sangat kacaunya dan sangat sesaknya seluruh makhluk karena sempitnya dan
bertolak-tolakan. Menapak tapak kaki seseorang pada sebagian yang lainnya, hampir putus batang
leher karena sangat hausnya. Berkumpullah pada mauquf itu panas matahari dan panas berdesak-
desakan sehingga mengalir keringat mereka di permukaan bumi seukuran derajat mereka dan
tempat mereka disisi Tuhannya tentang bahagia dan celakanya. Sebagian orang sampai keringatnya
pada belikatnya, sebagian sampai telinganya, sebagian sampai mulutnya dan hampir tenggelam
didalamnya. Pada satu riwayat dari Dhohaq, "Berdesak-desakan makhluk dan bertolak-tolakan
sebagian mereka atas sebagian yang lainnya hingga diatas satu kaki seribu kaki, hingga tenggelam
makhluk dalam keringat". Pada satu hadits, "Jika dilepaskan perahu pada keringat sekalian makhluk
pada hari itu maka dapat berjalan ia". Kata sebagian ulama, "Bila berkeringat sekalian makhluk pada
hari itu dimana matahari sangat panas maka setiap orang yang tenggelam didalam keringat tidak
dapat mencapai orang lain yang dipinggirnya seperti juga tidak dapat berjalan seorang pada hari
kiamat didalam nur orang lain. Nur seseorang tergantung dengan derajat dirinya". Seperti
demikianlah keadaan mereka senantiasa selama seribu tahun sampai mereka mendengar suara
memukul ‫ ّاﻟﺘﺎﻓُْﻮر‬seperti gendang. Takutlah sekalian hati dan khusu' sekalian mata karena kuatnya
suara pukulan pada tafur itu dan mereka menyangka turun azab atas mereka. Diantara keadaan
demikian itulah mereka melihat 'Arasy Rohman ditanggung delapan malaikat dimana seorang
malaikat seukuran perjalanan 20.000 tahun. Pada malaikat itu suara yang sangat kuat saat bertasbih
yang tidak mampu segala akal mendengarnya sampai tetaplah 'Arasy di bumi yang putih yang
dijadikan Allah ta'ala seperti firman-Nya :
‫ت ِﺑَﻴ ِﻤ ْﻴ ِ ِﻨﻪ‬M‫ﻣﻄﻮ‬
ٌ ِ ْ َ ‫ﺴﻤ َﻮ ُات‬ َ ْ َ ‫ا›ُْرض‬1ْ ‫ﺒﺪل‬
ِ ْ 1 ‫¡ﲑ‬
ٰ ‫ َواﻟ‬,‫ا›رض‬ ُ َ ُ‫ﻳﻮم ﺗ‬
َ َْ
Artinya : "Hari yang ditukar bumi dengan bumi yang lain.(Dan) tujuh lapis langit dilipat dengan Kudrat-
Nya".
Pada saat itu tunduk kepala sekalian makhluk dan bergelombang-gelombang (tumpang-tindih)
sebagian atas sebagian yang lain selama seribu tahun dan Tuhan Al-Jalil tidak memandang pada
mereka. Ketika itu berjalanlah mereka kepada Adam. Pada satu riwayat, "Berkata sebagian manusia
kepada sebagian yang lain, "Tidak engkau perhatikan keadaanmu dan apa yang menimpamu,
tidakkah engkau cari orang yang mensyafaatkanmu pada Tuhan-mu artinya supaya beralih kamu
dari huru-hara mauquf walau harus ke neraka sekalipun". Berkata mereka, bahwa berhenti sekalian
makhluk selama 3.000 tahun lalu berkata seba-gian manusia pada yang lain, "Pergilah kepada
Adam!". Mereka adalah kepala-kepala kaum Rosul-rosul yang dahulu yang tidak sampai pada
mereka bahwa penghulu sekalian nabi adalah Nabi kita Muhammad j. Mereka berkata, "Wahai
Adam, engkau adalah bapak manusia, telah dijadikan Allah dengan Kudrat-Nya dan ditiupkan
padamu ruh-Nya dan memerintah malaikat sehingga mereka sujud padamu. Syafa'atkanlah kami
kepada Tuhan-mu! Tidakkah engkau melihat bagai-mana keadaan kami dan apa yang menimpa
kami?". Berkata Adam, "Bahwasanya Tuhan-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang belum
pernah seperti ini dahulunya dan kemudiannya. Dilarang aku memakan buah khuldi di syurga lalu
aku menyalahi-Nya, maka sekarang ini nafsi nafsi (diriku diriku). Pergilah kalian kepada Nuh!".
Pergilah mereka mencari Nabi Nuh sampai berjumpa. Mereka ber-kata, "Wahai Nuh, engkau adalah
79

Rasul pertama-Nya pada penghuni bumi, menamakanmu Allah dengan Abdan Syakuron, maka
syafa'atkanlah olehmu kami pada Tuhan-mu! Tidaklah engkau melihat keadaan kami dan apa yang
menimpa kami?". Berkata Nuh, "Tuhanku marah pada hari ini dengan kemarahan yang belum
pernah sepertinya dahulunya dan kemudiannya. Bahwasanya ada padaku dosa dengan mendoakan
kaumku sehingga dibinasakan Allah mereka. Pada hari ini nafsi nafsi. Pergilah kalian pada Ibrohim!".
Maka datanglah mereka pada Ibrohim dan berkata, "Hai Ibrohim, engkau Nabi Allah dan Kholil-Nya
dari peng-huni bumi, syafaatkan olehmu kami kepada Tuhan-mu! Tidakkah engkau melihat
bagaimana keadaan kami dan apa yang menimpa kami?". Berkata ia, "Bahwasanya Tuhan-ku pada
hari ini marah dengan kemarahan yang belum pernah seperti ini dahulunya dan sesudahnya. Aku
telah berdusta dengan beberapa kedustaan pada kaumku (yaitu rupa dusta bukan hakikat dusta).
Pada hari ini nafsi nafsi. Pergilah kalian pada yang lain dariku, pergilah pada Musa!". Datang-lah
mereka kepada Musa dan berkata, "Hai Musa, engkau adalah Rosul Allah dan telah memilih Dia akan
engkau dengan risalah-Nya dan Kalam-Nya atas penghuni bumi. Syafaatkanlah kami kepada Tuhan-
mu! Tidakkah engkau melihat keadaan kami dan apa yang menimpa kami?". Dia berkata,
"Bahwasanya Tuhan-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang belum pernah seperti ini
dahulunya dan kemudiannya. Bahwa-sanya aku telah membunuh seseorang yang tidak diperintah
membunuhnya. Pada hari ini nafsi nafsi. Pergilah kalian kepada Isa!". Datanglah mereka kepada Isa
dan berkata, "Hai Isa, engkau adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang dijatuhkan kepada Maryam,
Ruhulloh dan berbicara dengan manusia sewaktu masih dibuaian. Syafaatkanlah kami kepada
Tuhan-mu! Tidakkah engkau melihat bagaimana keadaan kami dan apa yang menimpa kami?".
Berkata ia kepada mereka, "Bahwasanya Tuhan-ku pada hari ini marah dengan kemarahan yang
belum pernah seperti ini dahulunya dan kemudiannya. Adapun diriku maka aku disembah oleh
kaumku yang lain dari Allah. Hari ini nafsi nafsi. Pergilah kalian kepada Muhammad!". Adalah dari
satu Nabi kepada Nabi yang lain seribu tahun perjalanan mereka. Datang mereka kepadanya dan
berkata, "Hai Muhammad, engkau adalah Rasululloh dan penutup para Nabi. Syafaatkanlah kami
kepada Tuhan-mu! Tidakkah engkau melihat bagaimana keadaan kami dan apa yang menimpa
kami?". Sabdanya, "Aku baginya, (yaitu aku yang mensyafaatkan kamu)". Berdirilah ia dan berjalan
hingga sampai dibawah 'Arasy. Pada satu riwayat dengan mengambil halqoh syurga, dibukanya dan
ditanya, "Siapa ini?". Jawabnya, "Muhammad!". Dibukakanlah baginya. Maka ditarhibkan dia lalu
tunduk sujud bagi Tuhan-nya dan diilhamkan padanya untuk memuji Tuhan-nya dengan mem-
baguskan sebutannya dengan apa yang tidak mampu seseorang memuji sepertinya dari para nabi
yang sebelumnya. Adapun lama sujudnya adalah sejum'at dari hari dunia. Firman Allah ta'ala, "Ya
Muhammad, angkat kepalamu, pinta olehmu maka Ku-beri permintaanmu, pinta syafaat diterima
syafaatmu". Berkata beliau, "Wahai Tuhan-ku, umatku-umatku!". Firman-Nya, "Wahai Muhammad,
masukkan olehmu ke syurga dari umatmu orang-orang yang tidak dihisab dari pintu yang dikanan
dan mereka yang bersekutu sekalian manusia pada yang lain lain dari itu dari sekalian pintu". Demi
Tuhan yang berdiri Muhammad dengan tangan Kudrat-Nya bahwa jarak antara dua daun pintu itu
seperti Mekkah dengan Hijir (suatu kampung dekat dengan Madinah)". Pada satu riwayat, "Antara
dua daun pintu dari pintu syurga sejauh perjalanan 40 tahun akan tiba satu hari pintu itu penuh
karena sesak". Menyeru Tuhan Al-Jalil Jalla jalaluhu, "Wahai Muhammad, angkatkan kepalamu dan
minta maka akan didengar permintaanmu Memohon engkau maka akan diberi. Beri syafaat maka
akan diterima syafaatmu". Maka kusembah, "Wahai Tuhan-ku, pisahkan antara umatku! Wahai
Tuhan-ku, segerakan hisab mereka!". Maka didatang-kan sebuah seruan, "Bahkan, ya Muhammad!".
Disebutkan oleh Thabroni sebuah hadits yaitu, "Yang mula-mula orang yang kusyafa'atkan dari
umatku adalah penghuni rumahku kemudian yang dekat lalu yang dekat dari Quraisy lalu Anshor,
kemudian yang beriman denganku dan mengikutku dari ahli Yaman, kemudian sekalian Arab,
kemudian sekalian 'Ajam. Orang kusyafaat-kan dahulu adalah afdhol". Riwayat Baihaqi dari Utsman
bin 'Affan. Yang memberi syafaat pada hari kiamat adalah para Nabi kemudian ulama.
Faedah : Keutamaan Ilmu
80

Diriwayatkan dari Dailami dari Ibnu Umar, hadits Nabi j, "Dikatakan pada orang alim : Syafaat-kan
olehmu muridmu walau sebanyak bintang dilangit sekalipun".
Diriwayatkan dari Malik bin Dinar :

َ َ ¤ِ ْ‫ا›ﻧ‬1 ْ ‫ َ(ﺣﺐ‬1 ‫وﻣﻦ‬


َ َ ‫ﺎء‬F
‫ﰷن َﻣ َﻌﻬ ُْﻢ‬ َ َ ¤ِ ْ‫ا›ﻧ‬1 ْ ‫ َ(ﺣﺐ‬1 ‫ﻓﻘﺪ‬
ْ َ َ ‫ﺎء‬F ِ ْ ِ ْ ‫ﻃﺎﻟﺐ‬
ْ َ َ ‫اﻟﻌﲅ‬ ْ َ َ ‫ﺘﺎﺑﻪ ِﺑ َ ِﻴﻤ ْﻴ ِ ِﻨﻪ‬
َ ِ َ ‫ َ(ﺣﺐ‬1 ‫وﻣﻦ‬ ُ َ َ ‫ﷲ ِﻛ‬ُ ‫(ﻋﻄﺎﻩ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ﻃﺎﻟﺐ‬
ُ َ ْ 1 ‫اﻟﻌﲅ‬ َ ِ َ ‫( َ َﺎن‬1 ‫َ ْﻣﻦ‬
‫اؤﻩ َ َ َﲌ‬
ُ ُ ‫ﺎء َ َﻓﺠ َﺰ‬F َ َ ¤ِ ْ‫ا›ﻧ‬1 ْ ‫(ﺑﻐﺾ‬
َ َ ْ 1 ‫ﻓﻘﺪ‬ ْ ِ ْ ‫ﻃﺎﻟﺐ‬
ْ َ َ ‫اﻟﻌﲅ‬ َ ِ َ ‫(ﺑﻐﺾ‬
َ َ ْ 1 ‫وﻣﻦ‬
ْ ََ
Artinya : "Barangsiapa menolong penuntut ilmu maka Allah akan memberikan catatan amalnya pada
tangan kanannya. Barangsiapa mengasihi penuntut ilmu sesungguhnya ia mengasihi para Nabi
dan siapa yang mengasihi para Nabi akan bersamanya. Barangsipa membenci penuntut ilmu
maka ia membenci para Nabi maka balasannya Jahannam".
‫ ْ ِ(ﻟﻒ َ ِﻣﺪﻳْ َ ٍﻨﺔ‬1 ‫ﻣﺎﺋﺔ‬
ُ َ ِ Ä;‫اﻟ‬ ِ ْ ُ ْ ‫ﻗﴫ َ ِوﰱ َﺟ ِ…ﺔ‬ ٍ ْ َ ‫(ﻻف‬ ِ َ ٓ ‫ﴩة‬ ُ َ َ ‫اﻟﻔﺮدوس َﻋ‬ ِ ْ َ ْ ِ ْ ‫و[ ِﰱ َﺟ ِ…ﺔ‬ ِ َ ¤ِ ْ‫ا›ﻧ‬1 ْ ‫ﺷﻔﺎ َ ِﺔ‬
ُ َ َ ‫ﺎء‬F َ َ ‫ﻞ‬è َ ْ ‫ﺷﻔﺎ َ ًﺔ ِﻣ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ﻟﻄﺎﻟﺐ‬
َ َ ‫اﻟﻌﲅ‬ ِ ِ َ ِ ‫َو ِان‬
ِ ْ ِ ْ ‫اﻟﺤﻮر‬
‫اﻟﻌﲔ ِ َﺑﻌﺪَ ِد‬ ِ ْ ُ ْ ‫ﻣﻦ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ﻃﻠﺐ‬
َ ِ ‫اﻟﻌﲅ‬ ِ َ َ ‫ﻨﻔﻘﻪ ِﰱ‬ ٍ َ ْ ِ ‫—ﲁ‬
ُ ُ ِ ْ ُ‫درﱒ ﻳ‬ ِّ ُ ِ [‫و‬ ُ َ َ ‫(ﲪﺮ‬ ٍ ْ ُ َ ‫ﺔ ِ ْﻣﻦ‬œ‫در‬
َ َ ْ 1 ‫ﻗﻮت‬M ٍ َ َ َ ‫ ْ ِ(ﻟﻒ‬1 ‫ﺛﻼﺛﻮن‬ َ ْ ُ َ َ ‫وى‬Ñ‫اﻟﻤ‬ َ Þ َ ْ ‫ﻧﻮر َ ِوﰱ َﺟ ِ…ﺔ‬ ٍ ْ ُ ‫ِْﻣﻦ‬
[ُ َ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﺘﺐ‬ َ َ ‫اﻟﻌﲅ َﻛ‬ِ ْ ِ ْ ‫ﻃﺎﻟﺐ‬َ ِ َ ‫( َ َﺎن‬1 ‫وﻣﻦ‬ ِ ‫ﷲ َﺟ َﺴﺪَ ُﻩ َ َﲆ اﻟ‬
ْ َ َ ‫ﻨﺎر‬ ُ ‫ﺣﺮم‬ َ َ ‫ﻃﺎﻟﺐ ْ ِاﻟﻌ ْ ِﲅ‬
َ ِ َ ‫ﺻﺎﻓﺢ‬ َ َ َ ‫وﻣﻦ‬ ِ َ ِ َ َ ْ ‫ﻴﺎ َو ِ َﺑﻌﺪَ ِد‬k‫ا‬
ْ َ َ ‫ﻜﺔ‬â‫اﻟﻤﻼ‬ ِ َ َ ‫ﳒﻮم‬
َ ْ‫ﲰﺎء > ﻧ‬ ِ ْ ُ>
‫ﺣﴬ َﺟ َ…ﺎ َز َ ُﺗﻪ‬َ َ َ ‫ﻟﻤﻦ‬ ُ َ َ ِ ُ ‫ﻣﺎت‬
ْ َ ِ [‫ﻏﻔﺮ‬ َ َ ‫اﻟﻌﲅ ِ َاذا‬ ِ ْ ِ ْ ‫ﻃﺎﻟﺐ‬
َ ِ َ ‫ َ(ﻻ َﻓﺎن‬1 ‫ﻨﺎر‬
Ì
ِ ‫ﻣﻦ اﻟ‬َ ِ ‫اءة‬ً َ ‫—َ َﺮ‬
Artinya : "untuk penuntut ilmu syafaat seperti syafaat para Nabi. Untuknya pada syurga Firdaus 10.000
mahligai, pada syurga Jannatul Khuldi 100.000 kampung dari nur, pada syurga Jannatul Ma'wa
30.000 derajat dari yaqut merah dan untuknya pada setiap dirham yang dikeluarkan didalam
menuntut ilmu dari bidadari sebanyak bintang dilangit dunia dan sebanyak malaikat.
Barangsiapa berjabat tangan dengan dengan penuntut ilmu diharam-kan Allah jasadnya dari api
neraka. Barangsiapa menolong penuntut ilmu dituliskan untuknya kelepasan dari api neraka.
Ketahui olehmu bahwasanya penuntut ilmu bila mati diampunkan Allah untuk orang yang
menghadiri jenazahnya".
‫ َ(ﻻ‬1 ‫ﺒﺎن‬ ْ َ ‫وﻫﻮ َﻠ َ ْ ِﻴﻪ‬
ُ َ ‫ﻏﻀ‬ ِ َ َ ‫ﻳﻮم اﻟْ ِﻘ‬
َ ُ َ ‫ﺎﻣﺔ‬F َ َْ ‫ﷲ‬َ ‫ﻳﻠﻖ‬ ُ َ ِ َ َ ْ ‫اﻟﻌﲅ َ َﻟﻌﻨَ ْ ُﺘﻪ‬
َ ْ َ ‫ﻜﺔ َو‬â‫اﻟﻤﻼ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ﻃﺎﻟﺐ‬
َ ِ َ ‫ َ(ذى‬1 ‫وﻣﻦ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ذﻫﺎب‬
ْ َ َ ‫اﻟﻌﲅ‬ ِ َ َ ُ ْ ‫ذﻫﺎب‬
َ َ ِ ‫اﻟﻌﻠﻤﺎء‬ َ َ ِ ‫ َ(ﻻ َوان‬1
ِ ِ ْ َ ‫ﻨﻮر ِﰱ‬
‫ﻗﱪﻩ‬ ِ ْ > ‫ﻣﻦ اﻟ‬ ٌ َ [ُ َ ‫ﺢ‬%َ ِ ُ‫رو&ﻪ ِ^ ْ َﻟﺠ ِﻨﺔ َوﻓ‬
َ ِ ‫^ب‬ ِ ِ ْ ُ ِ‫ﻜﺔ ِﻋ ْﻨﺪَ َ ْ®ﺰع‬â‫اﻟﻤﻼ‬
ُ َ ِ َ َ ْ ‫ﴩ ْ ُﺗﻪ‬
َ َ ‫ﺑﺪرﱒ‬ ٍ َ ْ ِ ِ ‫اﻟﻌﲅ‬ َ ِ َ ‫ َ ْﻣﻦ َا َ َﺎن‬Ì ‫َوان‬
ِ ْ ِ ْ ‫ﻃﺎﻟﺐ‬
Artinya : "Ketahui olehmu, bahwasanya hilanglah ulama hilanglah ilmu, barangsiapa menyakiti Ì
penuntut ilmu dilaknat oleh malaikat dan pada hari kiamat dia akan menjumpai Allah sedangkan
Dia marah padanya. Ketahui olehmu, bahwasanya barangsiapa menolong penuntut ilmu dengan
satu dirham maka akan digembirakan oleh malaikat saat keluar nyawanya dengan syurga dan
dibukakan pintu dari nur didalam kuburnya".
Dan lagi Nabi j, bahwasanya beliau berkata :
َ ّ ِ َ ُ ‫ﻴﻌﻤﻞ ِ ِﺑﻪ َو‬
‫ﻳﻌﲅ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ﻣﻦ‬
َ َ ْ َ ‫اﻟﻌﲅ ِﻟ‬ َ ِ ^^ً َ ‫ﺗﻌﲅ‬ ْ َ َ ‫رﻛﻌﺔ َر َ َﻛﻌﻬَﺎ‬
َ َ َ ‫وﻣﻦ‬ ِ َ ِ ِ ‫ﰷن َ• ْ ًﲑا َ ُ[ ِ ْﻣﻦ َ ْﲬ‬
ٍ َ َ َ ‫ﺴﻤﺎﺋﺔ‬ َ َ ‫¡ﲑﻩ‬ ُ َ ّ ِ َ ُ ‫ﻴﻌﻤﻞ ِ ِﺑﻪ َو‬
ُ َ ْ َ ‫ﻳﻌﻠﻤﻪ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ﻣﻦ‬
َ َ ْ َ ‫اﻟﻌﲅ ِﻟ‬ َ ِ ^^ً َ ‫ﺗﻌﲅ‬
َ َ َ ‫َ ْﻣﻦ‬
ٍ َ َ َ ‫ ْ ِ(ﻟﻒ‬1 ‫ﰷن َ• ْ ًﲑا َ ُ[ ِ ْﻣﻦ‬
‫رﻛﻌﺔ َر َﻛ َﻌﻬَﺎ‬ َ َ ‫¡ﲑﻩ‬ُ ََْ
Artinya : "Barangsiapa belajar satu bab dari ilmu supaya diamalkannya dan mengajar akan dia orang
lainnya maka lebih baik baginya dari 500 rokaat yang diruku'nya. Barangsiapa yang belajar satu
bab dari ilmu supaya dia beramal dengannya dan mengajar orang lain adalah lebih baik baginya
dari seribu roka'at yang diruku'nya".
Diriwayatkan dari Sayyidina Anas ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬sabda Nabi j :

ٍ ّ ِ َ َ ‫ﻴﺪﻩ َﻣﺎ ِ ْﻣﻦ ُﻣ‬


‫ﻌﲅ‬% ِ ِ َ ‫ﶊﺪ ِﺑ‬
ٍ ‫ﻧﻔﺲ‬ ُ ْ َ ‫ﺘﻤﻌﲔ َ َﻓﻮ ِا"ى‬ َ ْ ِ ِ َ T‫ﺘﻌﻠﻤﲔ َوا ْ ُﻟﻤ ْﺴ‬ ْ ُ ْ ‫ﻨﺎر َ ْﻓﻠ َﻴ‬
َ ْ ِ ّ ِ َ َ ‫ﻨﻈﺮ ِ َاﱃ ا ْ ُﻟﻤ‬ ِ ‫ﻣﻦ اﻟ‬ َِ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﺘﻘﺎء‬ ِ َ َ ‫ﻨﻈﺮ ِ َاﱃ ُﻋ‬
َ ُ ْ َ ‫ ْ(ن ﻳ‬1 ‫ َ(ﺣﺐ‬1 ‫َ ْﻣﻦ‬
‫ﻳﻤﴙ‬ َ َ ‫—ﲁ َﻗﺪَ ٍم َ ِﻣﺪﻳْ َ ًﻨﺔ ِﰱ اﻟْ َﺠ ِﻨﺔ َ َوﻣﺎ‬
ِ ْ َ ‫دام‬ ِّ ُ ِ [ُ َ ‫ َ ٍﻨﺔ َو َ َﺑﲎ‬T‫ﺒﺎدة َﺳ‬ َ َ َ ‫ﻗﺪَم ِﻋ‬
ٍ َ ‫—ﲁ‬ ِّ ُ ِ [ُ َ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﺘﺐ‬ ِÌ ْ ِ ْ ‫^ب‬
َ َ ‫اﻟﻌﲅ اﻻ َﻛ‬ ِ َ ‫ﻳﻤﴙ ِ َاﱃ‬ ِ ْ َ ٍ ‫ َ ِﺘﻤﻊ‬T‫َو ُﻣ ْﺴ‬
ِ ‫ﻣﻦ اﻟ‬
‫ﻨﺎر‬ َِ‫ﷲ‬ ِ ‫ﺘﻘﺎء‬ ُ َ َ ‫(ﳖﻢ ُﻋ‬ ُ َ ِ َ َ ْ ‫ﻣﻐﻔﻮرا َ ُ[ َو َﺷﻬِﺪَ ِت‬
ْ ُ 1 ‫ﻜﺔ ﻟَﻬ ُْﻢ‬â‫اﻟﻤﻼ‬ ً ْ ُ ْ َ ‫ﻳﻤﴗ َو ُ ْﻳﺼ ِ ُﺒﺢ‬ ِ ْ ُ ‫ﺘﻐﻔﺮ[ َو‬ ُ ْ 1 ْ َ ‫ا›رض‬
ُ َ ُ ِ ْ َ T‫ﻓﺎ›رض َ ْﺴ‬ ِ ْ 1 ْ ‫َ َﲆ‬
Artinya : "Barangsiapa menyukai pemerdekaan dari api neraka hendaklah memperhatikan orang yang
menuntut ilmu dan orang yang mendengarkan ilmu. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad dalam
81

tangan Qudrat-Nya, tidak ada seorang yang berjalan karena menuntut ilmu ke pintu orang alim
melainkan diperintahkan Allah dengan setiap langkahnya ibadah setahun dan diperintahkan
Allah untuknya dengan setiap langkah satu kampung di dalam syur-ga dan selama ia berjalan di
muka bumi maka bumi itu akan beristighfar untuknya. Berpetang-petang dan berpagi-pagi
diampunkan dosanya dan disaksikan oleh malaikat pemerdekaan dari Allah atasnya dari api
neraka".
Dan lagi sabdanya :
ٍ َ ‫ﻘﺎل‬è
,‫ذرة‬ ِ َ َ ُ ْ ‫ﺣﺐ‬
َ َ ْ ‫اﻟﻌﻠﻤﺎء ِﻣ‬ > ُ ‫ﰷن ِﰱ َﻗﻠْ ِ ِﺒﻪ‬ َ َ ‫ﷲ َ ْﻣﻦ ُ ْﱒ؟‬
َ َ ‫ َ ْﻣﻦ‬:‫ﻗﺎل‬ َ ْ ُ َ Mَ :‫ َﻗﺎﻟُ ْﻮا‬, ًS‫ُﻠﻮن اﻟْ َﺠ َﻨﺔ َﻣ|ﺎ‬
ِ ‫رﺳﻮل‬ َ ْ ُ •‫ﺳﺎ َ ْﻳﺪ‬S(
ً َ q ‫ﻨﺎس‬ِ ‫ﻣﻦ اﻟ‬ َ ِ ‫ان‬
Ì
ٍ َ ‫ﻘﺎل‬è
‫ذرة‬ َ َ ْ ‫اﻟﻌﻠﻤﺎء ِﻣ‬ ُ ْ ُ ‫ﰷن ِﰱ َﻗﻠْ ِ ِﺒﻪ‬
ِ َ َ ُ ْ ‫ﺑﻐﺾ‬ َ َ ‫ﷲ َ ْﻣﻦ ُ ْﱒ؟‬
َ َ ‫ َ ْﻣﻦ‬:‫ﻗﺎل‬ ِ ‫رﺳﻮل‬ ُْ َ , ًS‫ﻨﺎر َﻣ|ﺎ‬
َ ْ ُ َ Mَ :‫ﻗﺎﻟﻮا‬ َ ْ ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ُﻠﻮن‬
َ ُ • ْ
‫ﻳﺪ‬َ ‫ﺳﺎ‬S(
ً َ q ِ
‫ﻨﺎس‬ ‫ﻟ‬ ‫ا‬ ‫ﻣﻦ‬
َ ِ ‫ان‬ ‫و‬
َ
Artinya : "Bahwasanya diantara manusia ada yang sebagian masuk ke syurga semata-mata (cuma- Ì
cuma)". Sembah sahabat, "Siapa mereka ya Rosululloh?". Maka sabdanya, "Mereka yang ada
didalam hatinya mengasihi ulama seberat satu mitsqol dzarroh. Bahwasanya diantara manusia
ada sebagian yang masuk ke neraka semata-mata". Sembah sahabat, "Siapa mereka ya
Rosululloh?". Jawabnya, "Orang yang ada pada hatinya benci akan ulama satu mitsqol dzarroh".
Sabda Nabi j :
ِ ِ َ ‫م َﺣ‬M(
‫ﺎﺗﻪ‬F ِ َ ‫ﺐ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬%
ِ 1 ‫ﺧﻄ ْﻴ َ ُﺌﺔ‬ ْ َ ‫ﻜ‬gْ ُ ‫اﻟﻌﻠﻤﺎء َ ْﻟﻢ‬
َ َ َ ُ ْ ‫ َ(ﺣﺐ‬1 ‫َ ْﻣﻦ‬
Artinya : "Barangsiapa mengasihi ulama, maka tidak ditulis kesalahannya selama hari-hari hidupnya".
Sabda Nabi j :
ٍ َ ‫ﺒﻌﲔ‬
‫ﻣﺮة‬ ْ َ ْ ‫ َﻧﻤﺎ َ َﺑﲎ ا‬1Hَ َ‫ﻣﺎء ﻓ‬
َ ْ ِ ْ T‫ﻟﻜﻌ َ َﺒﺔ َﺳ‬ ٍ َ ‫ﴩ َ ِﺑﺔ‬
ْ ُ ِ ‫ﻌﻠﻤﺎ َو َ ْﻟﻮ‬%
ً ِ َ َ ‫ ْ(و ُﻣ‬1 ‫( َ َﺎن َ ِ ًﺎﻟﻤﺎ‬1 ‫َ ْﻣﻦ‬
Artinya : "Barangsiapa menolong orang alim atau muta'alim walau dengan seteguk air sekalipun maka
seolah-olah ia membuat Ka'bah Allah 70 kali".
Sabda Nabi j :
‫ ْ َاﻟﻘ ْﺮ َ ِﻳﺔ‬Ü‫ﺗ‬
َ ْ ِ ‫ﻣﻘﺎ—ﺮ‬
ِ ِ َ َ ‫ﻳﻮﻣﺎ ِ ْﻣﻦ‬ َ َ َْ ‫ﷲ‬
َ ْ ِ َ ‫( ْر‬1 ‫اﻟﻌﺬاب‬
ً ْ َ ‫ﺑﻌﲔ‬ ُ ‫ﻌﲅ َ َﲆ ﻗَ ْﺮ َ ٍﻳﺔ َر َ َﻓﻊ‬%
ٌ ِ َ َ ‫َاذا َﻣﺮ ُﻣ‬
Artinya : "Apabila lewat orang yang belajar ilmu pada satu kampung, diangkat Allah siksa 40 hari untuk
Ì
penghuni kubur yang ada di kampung itu".
Diriwayatkan dari Hasan Bashri ‫رﴈ ُﷲ َﻋ ْ ُﻨﻪ‬ َ ِ َ , "Tidak kuketahui sesuatu yang lebih baik dari perang
Sabilillah kecuali orang yang menuntut ilmu. Maka ia adalah afdhol dari perang Sabilillah. Barang-
siapa keluar rumah untuk menuntut satu bab ilmu maka dikelilingi malaikat dengan sayapnya dan
bersholawat atasnya sekalian burung di langit, binatang di padang, ikan dilaut dan diberi pahala 27
shiddiq".
Disebutkan didalam kitab Al-Barokah, "Bahwasanya Allah ta'ala menghisabkan pada hari kiamat
seorang hamba-Nya, maka berat kejahatannya daripada kebajikannya. Diperintahkan dengannya ke
neraka. Ketika orang itu dibawa maka firman Allah ta'ala pada Jibril, "Susul hamba-Ku dan tanyakan
padanya, "Apakah ia pernah duduk didalam majlis orang alim sewaktu didunia maka Aku ampunkan
dengan syafa'atnya?". Bertanyalah Jibril dan jawabnya, "Tidak!". Berkata Jibril, "Wahai Tuhan-ku,
Engkau yang lebih mengetahui keadaan hamba-Mu". Firman-Nya, "Tanyakan padanya, apakah dia
ada mengasihi orang alim?". Maka ditanya dan jawabnya, "Tidak". Firman-Nya, "Tanya olehmu hai
Jibril, adakah ia pernah duduk sehidangan bersama orang alim sekali?". Maka ditanya dan jawabnya,
"Tidak!". Maka firman-Nya, "Tanya olehmu nama dan bangsanya! Jika mufakat namanya dengan
nama orang alim maka Ku-ampunkan dia". Maka ditanya dan tidak mufakat dengannya. Firman-
Nya, "Hai Jibril, ambil tangannya dan bawa dia ke syurga karena dia mengasihi seorang laki-laki dan
orang yang dikasihinya itu mengasihi orang alim". Maka diampunkan dia dengan berkatnya.
َ ِ َ katanya, "Sabda Nabi j :
Diriwayatkan dari Abu Huroiroh ‫رﴈ ُﷲ َﻋ ْ ُﻨﻪ‬
82

‫ﺮون ٔا›رض‬j ‫ ﻫﻜﺬا ٔ(ﻫﻞ اﻟﺴﲈء‬:‫ ﻓﻘﺎل‬,‫ ﻧﻌﻢ‬:‫ﺮى اﻟﻨﺠﻮم ﰱ اﻟﺴﲈء؟ ﻓﻘﻠﺖ‬g ‫ﺮة ٔ(ﻣﺎ‬j‫ ٔ(^ﻫﺮ‬M ‫ان اﻟﻌﻠﲈء ﻣﺼﺎﺑﻴﺢ ٔا›رض‬
(‫ﻨﻈﺮون اﻟﻌﻠﲈء ﻓﳱﺎ ﰷﻟﻨﺠﻮم ٕﻓﺎذا ﻣﺎت اﻟﻌﺎﱂ ﰷن ﰷﻟﻨﺠﻮم اذا ٔ(ﻓﻠﺖ‬F‫ﻓ‬
Artinya : "Bahwasanya sekalian orang alim itu seperti pelita untuk penghuni bumi. Hai Abu Huroiroh,
apakah engkau melihat bintang dilangit?". Sembahku, "Benar!". Sabdanya, "Demi-kianlah
penghuni langit melihat penghuni bumi. Dilihatnya ulama seperti bintang. Maka bila mati orang
alim seperti bintang saat dia masuk/jatuh". yaitu gelap tidak menyala lagi.
Adapun kelebihan 'alim sangat banyak, beberapa dari ayat, hadits dan atsar perkataan sahabat.
Kalaulah bukan karena takut akan keluar dari nama kitab yang kecil niscaya kutambah padanya.
Inipun cukuplah untuk orang yang dikehendaki dengan petunjuk dan memperoleh taufik.
َ ِ ‫ء ِ َاﱃ‬Ñ‫ﺸ‬
ْ ِ َ T‫ﴏ ٍاط ُﻣ ْﺴ‬
‫ﺘﻘﲓ‬ ٓ َ å ‫وﷲ اﻟﻬ َِﺎدى َ ْﻣﻦ‬
ُ
Wajib kita beriman dengan huru-hara mauquf sesudah berkumpul seperti lamanya wukuf. Kata qiil,
mencapai seribu tahun. Dihisabkan pada saat itu apa yang dikerjakan didunia dan menyak-sikannya
sekalian anggota dan dipaterikan mulutnya. Siapa yang dibanyakkan hisabnya maka itupun
cukuplah sebagai siksa. Diterima dari hadits bahwa orang-orang fakir masuk kedalam syurga
mendahului orang yang kaya dengan 500 tahun. Demikianlah warid pada hadits diringan-kan
hisabnya sebagian orang beriman seperti dua rokaat sembahyang.
Demikian pula wajib kita imankan berterbangan catatan amal seseorang dari bawah 'Arasy dan
mengambil catatan itu. Adapun yang pertama kali yang diberi catatan itu adalah Sayyidina Abu
َ ِ َ . Mengambil malaikat dengan tangannya dan diberikan kepada pemiliknya.
Bakar Shiddiq ‫رﴈ ُﷲ َﻋ ْ ُﻨﻪ‬
Orang mengambil catatan itu dengan keadaan berbeda-beda. Adapun orang mukmin maka
mengambil ia dengan tangan kanannya dari arah depannya. Orang kafir mengambil dengan tangan
kirinya dari belakangnya. Orang mukmin yang fasik dengan tangan kanannya juga. Dibaca oleh
setiap orang catatannya atau diberi ilham kepadanya sehingga diketahuinya apa yang ada
didalamnya dari kebaikan dan kejahatan. Orang yang mengambil dengan tangan kanannya adalah
penghuni syurga maka dihisab ia dengan hisab yang sedikit. Orang yang mengambil dengan tangan
kirinya adalah penghuni neraka kekal selama-lamanya maka dihisab dengan hisab yang sangat.
Wajib kita i'tiqodkan mizan yaitu neraca. Bentuknya seperti neraca di dunia juga sifatnya tetapi satu
daunnya sebesar dunia. Satu daunnya dari nur tempat meletakkan amal kebajikan dan satu daunnya
dari zhulmah tempat meletakkan amal kejahatan. Mitsqolnya (anak timbangannya) dzarroh supaya
nyata adilnya. Maka ditimbanglah catatan kebajikan dan kejahatan yang ditulis oleh Hafazhoh. Kata
qiil, "Amalnya, tetapi dijadikan berupa dan berjisim". Lalu ditimbang, jika berat kebajikan daripada
kejahatan masuk ia ke syurga dan yang berat kejahatan daripada kebajikan masuk ia ke neraka
seukuran lebihnya itu saja. Jika bersamaan dimasukkan ke syurga dengan karunia-Nya. Hadir pada
timbangan itu Nabi kita Muhammad j, demikian juga imam-imam yang empat melihat orang yang
mengikut mazhabnya. Warid dari hadits Nabi pengecualian orang yang 70.000 yang tidak dihisab
mereka. Demekian juga bahwa setiap seorang dari 70.000 itu mensyafa'atkan pula 7.000 pula.
Sekalian mereka itu tidak diberi catatan dan tidak ditimbang amalnya. Pada Hisab dan Mizan itu
munaqosyah yaitu disungguh-sungguhkan pada sebagian orang maksiat dan dimudahkan untuk
sebagian orang mukmin. Keduanya adalah ibarat dari menghadapkan kepada Allah ta'ala seperti
firman Allah ta'ala :
ً َ ‫ﳛﺎﺳﺐ ِﺣ‬
‫ ِﺴ ْ ًﲑا‬å ^‫ﺴﺎ‬ ُ ِ َ ُ ‫ﺴﻮف‬
َ ْ َ َ‫ﻓ‬
Artinya : "Maka akan dihisabkan dengan hisab yang sedikit".
Maka dibalaskan Allah ta'ala orang yang memiliki amal kejahatan bahwa diampuni-Nya seum-
pamanya dan amal kebajikan dengan digandakan-Nya sepuluh kali ganda sampai pada yang tidak
dihinggakan-Nya untuk orang yang dikehendaki-Nya diberi karunia-Nya dan rahmat-Nya. Pada
waktu itu syafa'at sekalian Rosul dan orang yang khowas yang mengikut mereka. Pertama yang
83

mensyafa'atkan itu adalah Nabi kita yaitu syafa'at yang besar (Syafa'atul Uzhma) untuk
menyenangkan dari lamanya wuquf, memasukkan ke syurga tanpa hisab dan mengeluarkan orang
yang ada dihatinya satu mitsqol dzarroh iman. Maka hal ini khusus bagi Nabi kita Muhammad j.
Bersekutu dengan orang yang lain dalam mensyafaatkan seperti mengeluarkan orang ahli tauhid
dari neraka dan beberapa jemaah kaum mukminin dilepaskan dari maksiyatnya. Syafa'at seseorang
itu seukuran derajatnya disisi Allah ta'ala.
Wajib kita i'tiqodkan pula Shiroth mustaqim. Diantara mauquf dan syurga ada neraka maka tidak
akan sampai ke syurga itu melainkan dengan meniti diatas Shiroth mustaqim. Shiroth itu titian yang
dibentangkan diatas neraka Jahannam seukuran perjalanan 3.000 tahun. Kata sebagian ulama
15.000 tahun. Atas qoul yang pertama seribu tahun naik, seribu tahun datar dan seribu tahun
menurun. Atas qoul yang kedua 5.000 tahun naik, 5.000 tahun datar dan 5.000 tahun menurun. Ada
pada shiroth itu tujuh 'aqobah (pemberhentian). Jibril diawalnya dan Mikail di pertengahannya.
Bertanya keduanya pada setiap manusia tentang umur mereka apa yang dikerjakannya dari
ketaatan atau dari maksiat; dari muda mereka apa yang dibinasakan; dari amalnya apa yang engkau
kerjakan; dari hartanya darimana engkau usahakan dan kemana engkau nafkahkan. Diluaskan
jalannya dan dihaluskan seukuran luas nurnya dan sempit nurnya. Tidak berjalan seorang didalam
nur orang lain. Karena itulah halus ia pada sebagian kaum yang tidak ada nur sedikitpun pada
mereka yaitu orang kafir. Jatuhlah hingga waktu yang dikehendaki Allah tidak dimaafkan darinya.
Kata sebagian ulama, "Ditanya pada setiap aqobah itu". Pada aqobah pertama ditanya tentang
iman. Jika benar maka lewat ke aqobah kedua. Ditanya padanya urusan sembahyang. Jika sempurna
maka lewat pada yang ketiga lalu ditanya tentang zakat. Jika sempurna maka lewat kepada aqobah
keempat dan ditanya tentang puasa. Jika sempurna maka lewat ke aqobah kelima dan ditanyakan
ten-tang haji dan umroh. Jika didatanginya keduanya dengan sempurna maka lewat ia ke aqobah
keenam dan ditanyakan padanya tentang thoharoh dari hadats. Jika sempurna maka lewat ke
aqobah ketujuh dan ditanya tentang kezholimannya. Jika ia tidak menzholimi seseorang maka dia
lewat ia menuju ke syurga. Jika dia taksir pada salah satu diantaranya maka ditahan dia pada aqobah
itu selama seribu tahun. hingga dikehendaki Allah menghukumnya.
Orang yang pertama melewatinya adalah Nabi j dan bersamanya umatnya, kemudian Isa dengan
umatnya kemudian Musa dengan umatnya. Tidak berbicara pada saat itu seseorang kecuali para
Rosul. Mereka berdoa, "‫ ٰﻠ ّﻬُﻢ َﺳ ِ ّْﲅ َﺳ ِ ّْﲅ‬w‫"َا‬. Lewat manusia dengan keadaan yang berbeda-beda. Sebagian
seperti sambaran kilat, sebagian seperti angin, sebagian seperti burung terbang, sebagian seperti
kuda yang berlari. Ada yang berjalan. Ada yang mengisut. Sebagian ada yang tergelincir kakinya
jatuh ke neraka yaitu orang kafir dan ahli maksiat. Shiroth adalah titian yang sangat/lebih halus dari
rambut dan lebih tajam dari pedang dibentangkan diatas neraka Jahannam seukuran puncak api
Jahannam itu lewat diatasnya setinggi satu mil. Hal ini dinisbahkan kepada orang kafir dan maksiat.
Berbeda dengan mukmin yang kamil maka lebar ia seukuran nurnya. Pada shiroth itu ada pengait
dipinggirnya. Yang dapat melewatinya akan masuk ke syurga dan yang tergelincir masuk ke neraka
yaitu orang kafir.
Wajib pula kita imankan Haudh Nabi kita Muhammad j. Arti haudh adalah kolam. Kata Syeikh
Suhaimi yaitu laut diatas bumi yang ditukar yaitu bumi yang sangat putih seperti perak. Haudh itu
berbentuk empat persegi yang panjangnya tidak lebih dari lebarnya seukuran perjalanan sebulan.
Sangat harum baunya seperti kesturi. Padanya warna sekalian minuman yang didalam syurga.
Rasanya adalah rasa setiap buah-buahan syurga. Kata sebagian ulama, "Harum baunya melebihi
kesturi, lebih putih dari susu, lebih sejuk dari embun". Mengalir dari dua aliran sungai syurga. Jumlah
gayungnya sebanyak jumlah bintang. Terbuat dari emas dan perak. Siapa yang telah minum darinya
maka tidak akan haus selama-lamanya. Yang mula-mula meminumnya sesudah Nabi j adalah
kaum Muhajirin lalu yang lainnya. Meminumnya seluruh umat ini tetapi mereka terbagi atas dua.
Sebagian tidak ditolak darinya mereka yaitu Muttaqun. Satu bagian ditolaknya. Kelompok ini
terbagi dua pula yaitu yang ditolak semata-mata yaitu kaum kafir dan bagian lain ditolakkan sebagai
84

siksaan baginya tetapi kemudian diberi yaitu orang maksiat dari golongan mukminin. Meminum
mereka sebelum masuk kedalam neraka menurut Qoul yang shohih. Meminum mereka terlebih
supaya sejahtera jauf mereka dari api neraka dan supaya jangan lapar dan haus mereka didalam
neraka. Menurut Qoul yang shohih Haudh itu berada sebelum Shirothol mustaqim dan sebelum
Mizan seperti perkataan Jumhur ulama karena bahwasanya manusia manusia keluar dari kuburnya
dengan keadaan sangat dahaga. Dalil yang menunjukkan sebelum Shiroth adalah karena ditolak
sebagian kaum dan diberi minum sebagian kaum yang lain. Jikalau hal itu sesudah Shiroth maka
tidak sah ditolakkan lagi karena tidak dapat lewat melainkan orang yang akan masuk ke syurga.
Yang telah melalui Shiroth tidak akan didahului masuk neraka tetapi diperintahkan untuk masuk
syurga. Kata Imam al-Ghodzali, "Telah ‫¡ﻠﻂ‬ َ َ (khilaf/salah) sebagian salaf yang katanya haudh itu
sesudah Shiroth". Kata Syeikh Suhaimi, "Aku berkata tidak ٌ‫ َ¡ﻠ َﻂ‬padanya karena kata sebagian ulama
Haudh itu ada dua. Satu Haudh sebelum Shiroth di Mauquf. Demikian pula ada beberapa Haudh
untuk sekalian Nabi yaitu setiap Nabi memiliki Haudh yaitu yang ditolak-kan sebagian orang
maksiat. Kemudian satu Haudh pula sesudah Shiroth maka tidak ada seorangpun ditolakkan darinya
karena tidak sampai kepadanya melain-kan orang yang lepas dari siksa". Setiap Haudh itu
dinamakan Kautsar atau Al-Kautsar yang artinya kebajikan yang sangat banyak. Apabila dikatakan
orang, "Bila lepaslah sekalian manusia itu dari Shiroth hampir masuk kedalam syurga maka tidak
berkehendak meminum darinya". Kataku, "Tetapi bukan karena dihabas (jatuh) mereka disana
karena menghitung-hitung akan menzholim yaitu karena mengira-ngira apa kezholiman manusia di
dunia. Minumnya pada tempat duduk qishosh". Riwayat dari Abiddunya dari hadits, sabda Nabi j :
ُ َ ْ 1 ‫(ﳞـﻢ‬
‫(ﻛـﱶ ﺗ َ ًَﺒﻌـﺎ َو ِ ِ ّاﱏ‬ ْ ُ َ َ Óَ ‫اﳖـﻢ ﻳ‬
ْ ُ > 1 ‫ـﺎﻫﻮ‬ ِ ِ ‫(ﻣ‬q ‫ﻣـﻦ‬
ْ ُ ِ ‫ َ(ﻻ َو‬1 ‫ـﻪ‬% ْ ِ ‫ﻋﺮف‬
َ ِ ُ ‫ﻳﺪﻋ ْﻮا َ ْﻣﻦ‬
ُ ْ َ ‫ﻋﺼﺎ‬ ِ ِ َ ‫ﺣﻮﺿﻪ ِﺑ‬
َ َ ‫ﻴﺪﻩ‬ ٌ ِ َ ‫وﻫﻮ‬
ِ ِ ْ َ ‫ﻗﺎﰂ َ َﲆ‬ َ ُ َ ‫ﺣﻮﺿﺎ‬ ِّ ُ ِ ‫ِان‬
ً ْ َ ‫ﻟﲁ َ ِ ٍّﻧﱮ‬
ْ ُ َ َ ْ 1 ‫(ﻛﻮن‬
‫(ﻛﱶﱒ ﺗ َ ًَﺒﻌﺎ‬ َ ْ ُ 1 ‫ ْ(ن‬1 ‫›رﺟﻮ‬
ْ ُ ْ1 َ
Artinya : "Bahwasanya bagi tiap-tiap Nabi Haudh. Ia berdiri atas Haudhnya dengan tongkat
ditangannya. Ia menyeru orang yang diketahuinya sebagai umatnya. Ketahui olehmu,
bahwasanya mereka bermegah-megah siapa yang paling banyak pengikutnya. Bahwasanya aku
berharap bahwa aku yang paling banyak pengikutnya".
Demikian pula wajib kita i'tiqodkan 'Arasy Rohman yaitu kubah dari Jauhar (permata) yang hijau -
Pada satu riwayat, "Dari yaqut yang merah"- dan memiliki kaki. Menanggungnya sekarang empat
malaikat dan pada hari kiamat delapan orang malaikat. Letaknya diatas langit yang ketujuh di depan
Kursi. Tidak berhubung ia dengan langit ketujuh. Riwayat dari Abi Syaikh dari Ibnu 'Abbas, berkata
dia, "Dari langit yang ketujuh ke 'Arasy sejarak perjalanan 36.000 tahun".
Demikian pula wajib kita i'tiqodkan Kursi yaitu jisim dari Yaqut yang putih yang sangat besar. Pada
satu riwayat dari Lukluk yang sangat besar dan nur didepan 'Arasy. Menanggungnya empat
malaikat. Kaki mereka sampai ke lapis bumi ketujuh yang dibawah dengan perjalanan 500 tahun.
Jarak antara mereka dengan malaikat yang menanggung 'Arasy 70 hijab dari embun dan 70 hijab nur
yang tebal setiap hijab perjalanan 500 tahun. jarak satu hijab dengan satu hijab perjalanan 500
tahun. Kalau tidak demikian maka terbakarlah malaikat yang menanggung Kursi dari nur malaikat
yang menanggung 'Arasy. Perbandingan lebih besar Kursi terhadap tujuh lapis langit seperti
perbandingan besar padang dengan tempat cincin. Kelebihan besar 'Arasy atas Kursi seperti
kelebihan padang atas tempat cincin. Kata Wahab bin Munabih, "Bahwasanya Allah ta'ala
menjadikan 'Arasy dari Nur-Nya. Kursi dengan 'Arasy berlekat …. dan air diatas angin. Keliling 'Arasy
ada empat sungai yaitu satu sungai dari nur yang cemerlang, satu sungai dari api yang menyala-
nyala, satu sungai dari embun yang putih berlilau-kilau pada pandangan mata dan satu sungai air
tawar. Beberapa malaikat berdiri di sungai-sungai itu bertasbih akan Allah. Pada 'Arasy beberapa
lidah sebanyak lidah sekalian makhluk yang bertasbih akan Allah dan menyebut-Nya sengan seluruh
lidahnya.
85

Demikian juga wajib kita i'tiqodkan pula Qolam yaitu jisim nuroni dijadikan Allah ta'ala dari Lukluk.
Panjangnya seukuran 700 tahun. Adapun panjang Kursi tidak mengetahuinya orang alim. Pada satu
hadits sampai ke suatu tempat dimana didengar padanya suara Qolam. Memerintahkan Allah
kepada Qolam untuk menulis apa yang ada dan apa yang akan diadakan hingga hari kiamat. Kata
sebagian ulama panjang Qolam 500 tahun perjalanan dan lebarnya demikian juga.
Demikian lagi wajib kita i'tiqodkan beberapa malaikat yang diwakilkan dengan menulis sekalian
amal hamba dan yang menyalin dari Lauh Mahfuzh seluruh takdir segala perkara pada shuhuf
mereka. Lalu salinan itu diberikan kepada Hafazhoh. Maka yang disalin dari Lauh Mahfuzh itu
sekalian perkara yang akan dikerjakan setiap orang. Diberi kepada hafazhoh dan dikerjakan makhluk
atas ukuran yang didalam catatan itu saja setiap hari. Demikianlah adanya tiada dikerjakan
seseorang lebih dan tiada pula kurang dari apa yang didalam catatan itu. Kata Ibnu 'Abbas, "Maka
apabila habis rezeki seseorang, putuslah sekalian perkaranya dan habislah ajalnya datanglah
malaikat khozanah meminta catatan yang ada amalnya pada hari itu maka mereka berkata tidak
kami dapat untuk temanmu pada kami sesuatu. Maka kembali ia dan didapatinya sudah mati".
Dipahami dari perkataan ini bahwasanaya Hafazhoh telah mengetahui apa yang hendak dikerjakan
seseorang pada hari itu.
Demikian lagi wajib kita i'tiqodkan Lauh. Sabda Nabi j :
ِ ْ ُ ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫ﺮزق َو ِﻓ‬j
‫ﳛﲕ‬ ُ َ ْ ُ ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫ﳜﻠﻖ َو ِﻓ‬
ُ َ ْ ُ ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫ﻨﻮر ِﻓ‬ ُ ُ َ َ ‫ﴬ َاء‬
ُ ْ > ‫ﻗﻠﻤﻪ اﻟ‬ ُ ْ َ ْ ‫ﻗُ ْﻮ َ ٍﺗﺔ َ ْﲪ َﺮ َاء َو‬Mَ ‫(&ﺪ َو ْ َ ْ ِﻴﻪ ِ ْﻣﻦ‬
ٍ َ ُ ْ َ ‫ﻪ اﻟ ِﺜﺎﱏ ِ ْﻣﻦ‬œ‫اﻟﻮ‬
َ ْ ‫زﻣﺮدة َﺧ‬ ُ َ 1 ‫ﻟﻮ&ﺎ‬ ً ْ َ ِ ّ ٰ ِ ‫ان‬
ُ َ ْ َ ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫ﻳﺬل َو ِﻓ‬ > ُ َ ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫ﻳﻌﺰ َو ِﻓ‬ Ì
ٍ َ ‫وﻴ‬ْ َ ‫ﻳﻮم َ ﻟ‬ ّ ِ ُ ‫ء ِﰱ‬Ñ‫ﺸ‬
ٍ َْ ‫ﰻ‬ ُ ٓ َ َ å ‫ﻳﻔﻌﻞ َﻣﺎ‬ > ِ ُ ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫ﻴﺖ َو ِﻓ‬
ُ ْ ‫ﻪ ُ ِﻳﻤ‬Fِ ْ ‫َو ِﻓ‬
Artinya : "Bahwasanya Allah ta'ala memiliki Lauh yang sebelah sisinya dari Yaqut yang merah dan
sebelah sisinya yang lain dari zamrud yang hijau. Qolamnya dari nur. Tertulis padanya yang
hendak diberi rezeki, apa padanya menghidupkan, ada padanya mematikan, ada padanya
membesarkan, ada padanya menghinakan, dan padanya apa yang akan dikerjakan apa yang
dikehendaki-Nya setiap hari dan malam".
Wajib pula kita i'tiqodkan Syurga yaitu negeri nikmat yang disediakan untuk sekalian kekasihnya
yang sholihin. Padanya apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar telinganya
dan tidak pernah dilintaskan hati. Letak-nya diatas tujuh lapis langit yang diatas dan dibawah 'Arasy.
Allah ta'ala menjadikan syurga itu lebih dahulu dari neraka. Keduanya dijadikan pada hari Jum'at
seperti dijadikan rahmat-Nya mendahului marah-Nya. Keduanya saat ini telah ada. Syurga itu ada
delapan. Yang pertama yaitu yang paling utama adalah syurga Firdaus yang dijadikan-Nya dari
emas, kemudian Jannatu 'Adn yang dijadi-kan dari Qoshob Syurga. Kemudian Jannatul Khuldi yang
dijadikan dari marjan. Kemudian Jannatun Na'im dari perak. Kemudian Jannatu Darussalam dari
yaqut yang merah. Kemudian Jannatul Ma'wa dari Zabarjad yang hijau. Kemudian Jannatul Jalal dari
lukluk yang putih. Kemudian Jannatul Maqom wal Qoror dari kesturi yang sangat harum. Warid dari
Nabi j, "Padanya (yaitu syurga) berbagai nikmat, mahligai, ghilman, bidadari, sungai, pepohonan,
buah-buahan yang tidak dapat disifatkan oleh yang memberi sifat dan tidak dapat seseorang selesai
menghitung banyaknya sebagaimana firman-Nya :
ِ ُ ‫(ﺧﻔﻲ ﻟ َﻬ ُْﻢ ِ ْﻣﻦ‬
‫( ْ ُﲔ‬1 ‫ﻗﺮة‬ َ ِ ْ q ٓ Ñ‫ﻧﻔﺲ َﻣ‬ ُ َ ْ َ ‫َ َﻓﻼ‬
ٌ ْ َ ‫ﺗﻌﲅ‬
Artinya : "Maka tiada mengetahui seseorang itu apa yang disembunyikan untuk mereka dari sejuknya
mata".
Senantiasalah orang didalam syurga itu dalam kemuliaan dengan keramat dan diberi nikmat dengan
berbagai nikmat. Tiada mendengar mereka padanya sesuatu yang sia-sia dan yang ber-dosa
melainkan salam dari Tuhannya dan dari malaikat. Untuk mereka kedekatan dengan Tuhan yang
mempunyai Jalal dengan memandang kepada Allah ta'ala yang merupakan kesempurnaan nikmat
syurga. Dipandang dengan mata dengan tiada dapat meliputi-Nya dan tidak dengan kaifiat (cara).
Memandang dengan kadar tidak seperti memandang makhluk yang baharu.
86

‫ﻮا َﻛ ِﺒ ْ ًﲑا‬º ُ‫ﻋﻦ ٰذ ِ َ~ ُﻠ‬


َْ ‫ﷲ‬ َ ََ
ُ ‫ﺗﻌﺎل‬
Kata Syeikh Abdul Mu'thi as-Samlawi rohimahullohu ta'ala :
"Bagaimana seorang bertanya tentang negeri yang dijadikan Allah dengan tangan Qudrat-Nya dan
menjadikannya sebagai tempat ketetapan untuk kekasih-Nya. Dipenuhkan didalamnya dari segala
Keramat-Nya, Rahmat-Nya dan Ridwan-Nya. Disifatkan nikmat-Nya dengan kemenangan yang
sangat besar. Diberikan kerajaan-Nya dengan kerajaan yang sangat besar. Diletakkan didalamnya
seluruh kebajikan sekaliannya. Disucikan dari setiap yang cela, kebinasaan dan kekurangan. Jika
engkau tanya tentang bumi dan tanahnya maka yaitu kesturi dan ja'faron. Jika engkau bertanya
tentang atapnya maka yaitu 'Arasy ar-Rohman. Jika engkau bertanya tentang lantai marmarnya
maka yaitu dari kesturi yang sangat harum. Jika engkau tanya tentang batu-batuannya maka yaitu
dari lukluk dan jauhar yaitu permata delima. Jika engkau tanya bangunan-nya maka yaitu dari emas
dan perak. Jika engkau tanya pepohonannya maka tiada padanya pohon kecuali batangnya dari
emas atau perak bukan dari kayu dan serupa kayu. Jika engkau tanya tentang buah-buahannya
maka satu buahnya seperti qirbah yang lebih lembut dari dadih (kepala susu) dan lebih manis dari
madu. Jika engkau tanya tentang daun-daunnya maka apa yang lebih lembut dan halus dari kain
pakaian. Jika engkau tanya tentang sungainya maka bahwasanya padanya beberapa sungai dari
susu yang tidak berubah rasanya, beberapa sungai dari arak yang sangat lezat bagi yang
meminumnya, beberapa sungai dari madu yang sudah bersih dari lilinnya dan beberapa sungai air
tawar yang tidak berubah. Jika engkau tanya tentang makanannya maka beberapa buah-buahan
apa yang engkau suka dan yang engkau pilih dan daging burung yang engkau gemari. Jika engkau
tanya tentang minumannya maka sungai tasnim (sirup) dan zanjabil (jahe) dan kafur (mayang
kurma). Jika engkau tanya tentang tentang bejana-nya maka dari emas dan perak yang jernihnya
melebihi kaca. Jika engkau tanya tentang pintunya maka luasnya 40 tahun perjalanan. Jika engkau
tanya tentang tiupan anginnya pada pepohonan-nya maka terlebih merindukan bagi hati dari
gendang bagi yang mendengarkannya. Jika engkau tanya tentang naungan pepohonannya maka
satu pohon perjalanan kuda yang sangat pantas diperlarikan bersungguh-sungguh dibawah
naungannya seratus tahun tiada dapat diputuskannya. Jika engkau tanya tentang luasnya maka
sekurang-kurang milik seorang mukmin didalam mahligainya dari singgasana dan kebunnya
perjalanan seribu tahun. jika engkau tanya tentang khemahnya dan beberapa kubahnya maka satu
khemah dari yang berangka panjangnya 60 mil. Jika engkau tanya tingginya maka yaitu bertingkat-
tingkat dibangun dibawahnya mengalir bebe-rapa sungai. Jika engkau tanya tentang jauh tingginya
maka lihat olehmu pada bintang ditempat naik matahari atau pada tempat terbenamnya di langit
yang tidak hampir memandang oleh mata. Jika engkau tanya tentang hamparannya maka
didalamnya itu dari sutera yang terhampar pada atasnya martabatnya. Jika engkau tanya tentang
muka dan cantik wajah mereka maka seperti bulan purnama. Jika engkau tanya tentang umur
mereka maka anak 33 tahun atas ukuran kejadian Adam, bapak seluruh manusia. Jika engkau tanya
tentang nyanyian mereka maka …. isteri mereka dari bidadari dengan menyanyi akan suaminya.
Yang lebih utama darinya adalah mendengar khitob Tuhan sekalian alam. Jika engkau tanya tentang
kenderaan mereka yang ditunggangi pergi ziarah keluarganya dan sahabatnya maka kuda yang
dijadikan Allah ta'ala dari apa yang dikehendaki-Nya. Maka terbanglah ke tempat yang
diinginkannya dalam beberapa syurga. Jika engkau tanya tentang pakaian mereka dan gelang
mereka maka beberapa emas dan perak, lukluk diatas kepalanya seperti mamakai mahkota. Jika
engkau tanya tentang anak-anak yang khodam mereka maka yaitu (‫ون‬Ä;‫ﻣ‬ ٌ َ ْ ِ ) artinya beberapa
َ ْ ُ َ ُ ‫ان‬k‫و‬
anak-anak yang kekal yang wajahnya seperti lukluk yang maknun yaitu yang tersimpan didalam
shodaf-(kulit kerang mutiara)-nya. Jika engkau tanya tentang pengantin anak daranya maka
bahwasanya yaitu perempuan yang besar puting susunya, sebaya usianya, pada sekalian
anggotanya tampak air muda yaitu rupa mudanya tampak pada seluruh anggotanya. Pipinya
seumpama bunga mawar dan buah tufah, payudaranya seumpama buah delima dan giginya
seumpama lukluk yang ditata yang bila keluar maka pudarlah matahari dalam kecantikannya. Bila
87

tersenyum terang seperti kilat keluar dari giginya. Bila ia bercerita-cerita dengan suaminya maka
seperti apa yang dalam sangka kamu seperti cerita orang yang sangat kasih. Dilihatnya lemak dalam
sir betisnya diluar kulit dan daging. Tidak menutupinya kulitnya, tulangnya dan pakaiannya. Jika ia
melihat ke dunia yang sangat kelam niscaya terang yang terlebih cemerlang dari matahari dan
penuh dunia dengan harumnya dan mengucap seluruh lidah makhluk tahlil, takbir dan tasbih. Maka
akan berhias sekalian tepi langit dan tidak dapat pejam setiap mata, niscaya padam sekalian cahaya
dari matahari dan bulan sebagaimana hilang cahaya bintang tatkala nyata matahari. Kain tudung
kepalanya itu lebih baik dari dunia dan apa yang ada didalamnya. Tidak bertambah tuanya sebab
panjang masa dan berlalu tahun tetapi tiada berlalu tahun melainkan bertambah parasnya dan
eloknya. Suci ia dari bunting, beranak, haidh dan nifas. Suci pula ia dari ingus, air liur, dahak,
kencing, tahi dan sekalian yang menjijikkan. Tidak binasa mudanya, tidak buruk kainnya, tiada
cemburu, baik perhubungannya, pendek pandangannya atas suaminya sehingga tidak gemar ia
kepada seseorang yang lain dari suaminya. Suaminya itulah sehingga-hingga citanya dan suka-nya.
Jika menyuruhnya maka mengikut ia akan suruhannya, jika memandangnya maka menyuka-kan ia
akan pandangan dan jika pergi suaminya maka ia menjaga dirinya. Maka suaminya itu sertanya
sehingga citanya dan tidak menyentuhnya (‫ﺎن‬œَ‫ ٌْﺲ ﻗَ ْﻠ َﻬُْﻢ َوَﻻ‬¥‫ )ِا‬manusia dan jin sebelum mereka. Bila ia
memandang suaminya maka memenuhi hati suaminya dengan kegembiraan. Bila ia keluar maka
penuh mahligai dan kamarnya itu dengan nur. Jika engkau tanya tentang umurnya maka adalah ia
satu rupa yang sama-sama didalam pertengahan tahun mudanya. Jika engkau tanya eloknya maka
adalah engkau lihat matahari dan bulan. Jika engkau tanya tentang biji matanya maka apa yang
terlebih cantik hitam didalam jernih putih yang sangat jeli. Jika engkau tanya tentang warnanya
maka ia seperti yakut dan marjan. Jika engkau tanya tentang kejadian-nya maka yaitu (‫ات ِﺣ َﺴﺎن‬
ٌ ‫) َ• ْ َﲑ‬.
Jika engkau tanya tentang tertawa-tertawanya dihadapan suaminya telah teranglah syurga dari
cahaya tertawanya. Bila berpindah dari satu mahligai ke mahligai maka katamu seperti berpindah
matahari dari satu cakrawala ke satunya. Jika hadir ia akan suaminya maka apa yang terlebih elok
demikian hadir itu. Jika dipeluk ia oleh suaminya maka apa yang terlebih lezat demikian pelukan itu.
Jika menyanyi maka apa kelezatan bagi telinganya mendengar nyanyian. Jika engkau mengecupnya
maka tiada adalah yang terlebih birahi kepadanya dari demikian kecupan itu… selesai.
Demikian lagi wajib kita i'tiqodkan neraka sudah ada sekarang ini dan tempatnya dibawah bumi
yang ketujuh. Kata qiil, "Dibawah laut". Yaitu jisim yang halus dan menghanguskan. Merupakan
negeri siksa-Nya untuk hamba-Nya yang kafir dan yang durhaka. Tidak ada didalamnya melainkan
berbagai-bagai azab ular, kala, zaqqum, hamim, shodid, dan yang jadi bahan kayu bakarnya
manusia dan batu yang disembah dari berhala dan lainnya. Neraka itu tujuh lapis. Yang satu diatas
lainnya. Paling atas adalah Jahannam tempat orang yang maksiat dari ahli tauhid yang nantinya
akan dikeluarkan dan dimasukkan ke syurga. Dibawahnya Lazho tempat orang Nashoro.
Dibawahnya Huthomah tempat orang Yahudi. Dibawahnya Sa'ir tempat orang Shobi`in. dibawah-
nya Saqor tempat orang Majusi. Dibawahnya Jahim tem-pat ahli syirik. Dibawahnya Hawiyah
tempat orang munafik. Pintu setiap neraka itu ditengahnya. Pintu neraka yang dibawah di dasar
neraka yang diatasnya. Didalamnya ada belenggu, rantai, dusun, bukit dari api neraka dan
Zabaniyah. Didasarnya neraka yang sangat dingin yang azabnya lebih pedih dari panasnya yaitu
Zamharir. Adapun dingin dan panas didunia merupakan dua nafas dari neraka. Api dunia ini sudah
diselamkan kedalam laut 70 atau 90 kali. Jika terbang bunga api dari neraka kedalam dunia niscaya
terbakar jadi abu tidak dapat lagi tumbuh tanaman seperti firman Allah ta'ala :
ُ َ ْ T‫ﻟَﻬَﺎ َﺳ‬
‫(ﺑْ َﻮ ٍاب‬1 ‫ﺒﻌﺔ‬
Kata Mufassirin, "Satu pintu untuk Yahudi, satu pintu untuk Nashoro, satu pintu untuk Shobi`in, satu
pintu untuk Majusi, satu pintu Musyrikin yaitu kafir Quraisy, satu pintu untuk munafiqin dan satu
pintu untuk ahli Tauhid". Adapun ahli Tauhid diharap keluar dan yang lainnya tidak diharapkan
keluar selama-lamanya. Warid dari hadits adalah seorang kafir satu giginya seperti Jabal Uhud.
Antara telinga ke tengkuknya berjalan kuda yang kencang tujuh hari. Mereka itu didalam neraka
88

tidak hidup dan tidak mati. Azabnya bertambah-tambah tidak dikurangi. Na'udzu-billahi min
ghodibillah.
Warid pula bahwa bulan dan matahari dimasukkan keduanya kedalam neraka seperti dua lembu
yang menanduk keduanya akan orang yang menyembahnya bukan karena menyiksa keduanya
tetapi keduanya menyiksa penghuni neraka. Syurga dan neraka adalah negeri orang bahagia dan
celaka. Diberikan berbagai-bagai nikmat dan berbagai-bagai azab selama-lamanya. Adapun yang
mempunyai iman walau sebesar biji dzarroh dikeluarkan dari neraka dan dimasukkan ke syurga
kekal selama-lamanya.
Sebagian mukmin masuk ia kedalam syurga dari mulai ketika dibangkitkan dari kuburnya seperti
70.000 orang dan setiapnya membawa pula 70.000 orang. Sebagian lagi sesudah hadir di Mauquf,
Hisab, mengambil catatan amal, ditim-bang dan meniti. Sebagian lagi masuk ke syurga sesudah
masuk neraka.
Anak orang Musyrikin yang mati sebelum baligh dimasukkan syurga dan menjadi khodam bagi
penghuni syurga. Ahli Fatrah yaitu kafir yang berada antara dua Nabi yang tidak sampai Rasul pada
mereka maka urusan mereka mauquf (berhenti) kepada Allah ta'ala.
Inilah sekalian yang wajib kita benarkan dan kita i'tiqodkan. Hal ini merupakan sebagian dari
Sam'iyyat yang dikhobarkan oleh Ash-Shodiqul Mashduq yaitu Rasululloh j.
89

KESIMPULAN
(MAKNA SYAHADAT)

Kata Syeikh Sanusi ‫ﷲ َﻋ ْ ُﻨﻪ‬ َ ِ َ:


ُ ‫رﴈ‬
‫ﻘﺎر ﰻ‬%‫ﺘﻐﻨﺎء ٕاﻻ[ ﻋﻦ ﰻ ﻣﺎﺳﻮاﻩ واﻓ‬T‫ﷲ ﶊﺪ رﺳﻮل ﷲ اذ ﻣﻌﲎ ٔا›ﻟﻮﻫﻴﺔ اﺳ‬I [‫وﳚﻤﻊ ﻣﻌﺎﱏ ﻫﺬﻩ اﻟﻌﻘﺎﺋﺪ ﳇﻬﺎ ﻻا‬
‫ﻣﺎﺳﻮاﻩ اﻟﻴﻪ‬
Menghimpunkan sekalian makna aqoid yang 20 seperti yang disebutkan sebelumnya dan lawannya
َ ٰ ِ َ karena makna Ketuhanan adalah "Terkaya
ُ ِ [‫ﻻا‬
20; yang jaiz dan lawannya didalam kalimat ‫اﻻﷲ‬
ٌِٰ
Tuhan dari setiap apa yang lain dan berkehendak setiap yang lainnya kepada-Nya". Inilah makna [‫ا‬
tanpa bersusun. Adapun makna dengan murokkab (bersusun) nafi dan Itsbat adalah :
‫اﻻﷲ‬ ِّ ُ ‫ﻘﺮ ِاﻟَ ْ ِﻴﻪ‬%
ُ ِ ‫ﰻ َﻣﺎ َﺪَ ُاﻩ‬ ٌ ِ َ ‫ﻣﺎﺳ َﻮ ُاﻩ َوُﻣ ْﻔ‬
ِ َ‫ﰻ‬ِّ ُ ‫ﻋﻦ‬ ٌ ِ ْ َ T‫َﻻ ُﻣ ْﺴ‬
ْ َ ‫ﺘﻐﲏ‬
Tidak ada yang kaya dari setiap apa yang lainnya melainkan Allah yaitu Yang Kaya dari tiap-tiap
yang lainnya dan tidak berkehendak kepada-Nya oleh tiap-tiap yang lainnya melainkan Allah. Yaitu
Allah adalah yang berkehendak oleh setiap yang lain dan tidak ia berkehendak akan sesuatu yang
lain karena Dia kaya mutlak. Selain-Nya itu fakir. Maka Allah bersifat dengan dua sifat yaitu ‫ﻋﻦ‬ ُ ُ َ ‫ِﺘ ْﻐ‬T‫ِا ْﺳ‬
ْ َ ‫ﻨﺎؤﻩ‬
ِ َ‫ﰻ‬
‫ﻣﺎﺳ َﻮ ُاﻩ‬ ِّ ُ artinya "Kaya Dia dari tiap-tiap apa yang lain" dan ‫ﻣﺎﺳ َﻮ ُاﻩ ِاﻟ َ ْ ِﻴﻪ‬
ِ َ‫ﰻ‬ ٌ َ ِ ْ‫ِاﻓ‬
ّ ِ ُ ‫ﻘﺎر‬% artinya "Berkehendak
(berhajat) kepada-Nya oleh tiap-tiap apa yang lain". Iftiqor itu sifat yang dekat bagi hamba karena
ٌ ِ َ ‫ )ُﻣ ْﻔ‬dengan kasroh qof itupun sifat hamba karena
makna iftiqor itu berkehendak dan mustaqirun (‫ﻘﺮ‬%
ِ ْ َ‫ﻘﺮ ِاﻟ‬%
maknanya berkehendak dan muftaqorun ilaih (‫ﻴﻪ‬ ٌ َ َ ‫ )ُﻣ ْﻔ‬dengan fathah qof adalah sifat Tuhan karena
maknanya berkehendak segala yang lainnya kepada-Nya. Maka tidak syak lagi Allah ta'ala
َ ِ َ = apa yang selain Allah) dari sekalian makhluk bahkan telah
dikehendaki oleh ma siwalloh (‫ﻣﺎﺳﻮى ﷲ‬
jatuh pula secara mutlak dalam lisan ulama dan pada ki-tab dikatakan istighna dan iftiqor dikatakan
ِ َ ‫ ِاﻟ َ ْ ِﻴﻪ‬sebab telah mafhum (dapat dipahami) maksudnya dan
kepada Allah dengan dibuang lafazh ‫ﻣﺎﺳ َﻮ ُاء‬
ma'ruf (telah dikenal) diantara mereka manakala dikatakan iftiqor itu dimaksud ‫ﻣﺎﺳ َﻮ ُاﻩ ِاﻟَ ْ ِﻴﻪ‬
ِ َ‫ﰻ‬ ٌ َ ِ ْ‫ِاﻓ‬
ّ ِ ُ ‫ﻘﺎر‬%
ِ َ ) (yang tersebar/tersiar) pada lisan mereka. Lagipula adalah mustaghni (‫ﺘﻐﲏ‬
karena sya`i' (‫ﺷﺎﺋﻊ‬ ٌ ِ ْ َ T‫ ) ُﻣ ْﺴ‬itu
sifat zat maka dinamakan pula sifat hakiki. Dinamakan ‫اﻴﻪ‬ ِ ْ َ ‫ﴎ ُاﻩ ِﻟ‬
َ ِ ‫ﰻ َﻣﺎ‬
ّ ِ ُ ‫ﻘﺮ‬%
ٌ َ َ ‫ ُﻣ ْﻔ‬sifat fi'il-Nya dan dinamakan
sifat sababi. Makna sifat Zat yaitu sifat yang berdiri pada Zat-Nya dan makna sifat fi'il dan sifat
ٌ ٰ ِ adalah Tuhan dan madlulnya Zat yang
sababi itu sifat yang berdiri pada Zat yang lainnya. makna [‫ا‬
ٌ ْ ُ ‫)َﻣ ْﻌ‬.
bersifat dengan segala sifat kamalat maka dimutlakkan pada mustaghni atau ma'budun (‫ﺒﻮد‬
Makna Mustaghni adalah Zat yang bersifat dengan Kaya dan makna Ma'budun adalah Zat yang
bersifat dengan disembah.
Ketahui olehmu, bahwa pada kalimat ‫اﻻﷲ‬
ُ [‫ﻻا‬َ ٰ َ itu meliputi atasnya nafi (pengingkaran) dan itsbat
Ì Ì
(penetapan) maka yang dinafikan itu tiap-tiap hakikat ketuhanan yang lain dari Allah ta'ala. Maka
ٌ ٰ ِ itu
yang dinafikan itu tiada ada wujud pada hakikatnya pada akal dan syara' tetapi ketika makna [‫ا‬
ّ ِ ُ = tiap-tiap/seluruh yaitu menunjukkan banyak) maka takdir (diumpamakan) wujudnya
kulli (‫ﳇﻰ‬
kemudian maka nafikan dia. Dengan sebab itulah sah kita itsbatkan dengan kata ُ ِ sebab [‫ ٌِٰا‬itu
‫اﻻﷲ‬
kulli dan Allah adalah juz'i (‫ﺟﺰﰃ‬
ِ ْ ُ = satu bagian). Sah kita istitsna-(kecuali)-kan juz'i dari kulli. Yang
diitsbatkan dari demikian hakikat itu yaitu Zat yang satu Zat Allah Tuhan kita Jalla Jalaluhu. Menurut
qoul yang shohih dinamakan itstisna muttashil karena [‫ا‬ ٌ ٰ ِ itu makna. ‫ﲝﻖ‬ ٌ ْ ُ ‫ َاَْﻟﻤ ْﻌ‬menerima berbilang
ِ ّ َ ِ ‫ﺒﻮد‬
(lebih dari satu) dengan sekira-kira kita lihat dari segi maknanya saja dan pantas pula dikatakan atas
yang banyak, tetapi burhan akal dan dalil syara' memutuskan mustahil ada berbilang. Maka
90

maknanya atas perkataan ini "Tiada yang Wajibal wujud yang berhak untuk diibadahi melainkan
ٌ ٰ tetapi ia adalah juz'i yaitu tertentu
Allah" maka Allah yang sesudah ‫ اﻻ‬itu bukan maknanya seperti [‫ا‬
Ì Ì
atas Zat Tuhan kita tidak dapat menerima maknanya itu berbilang-bilang, tidak pada dzihin (hati)
dan tidak pada shuroh ('ibarat) dan tidak pada khorij (panca indera) karena berdiri dalil tamanna' (‫)ﲤﺎﻧﻊ‬
(yang menegahnya). Demikianlah perkataan Syeikh 'Abdulloh al-Habthi.
Kata Syeikh Muhammad al-Yistatsni, "Istitsna itu munqothi' karena yang diitstitsnakan tidak masuk
pada nafi hingga dikeluarkan darinya bahkan ia makna mendahulukan bagi tsubutnya". Makna
ُ ٰ ْ ‫ﲝﻖ َ¼ِﺑٌﺖ َوا‬
ٍ ِ َ ‫ﻻ[ ِﺑ‬
perkataan ini adalah ‫ٌﺪ‬œِ‫ﺒﺎﻃﻞ َﻣْﻮ‬ ُ ٰ ْ َ yakni Tuhan yang sebenarnya tsabit dan Tuhan yang
ٍ ّ َ ِ [‫اﻻ‬
Ì Ì
bathil maujud maka tidak datang isykal (kemusykilan) dengan [‫ ٌٰا‬yang bathil maujud karena kita
Ì
tempatkan di tempat 'adam sebab tidak ada faedahnya maka istitsna itu pada zhohir saja tidak pada
bathinnya karena jika dilihat pada zhohir dan bathin keduanya niscaya adalah dusta dari dua jalan.
Pertama menetapkan Ketuhanan yang bathil bagi Allah, dan kedua dinafikannya ilah yang bathil
bersamaan dengan wujudnya karena makna ‫ﷲ‬ ُ ‫^ﻃﻞ اﻻ‬ َ ٰ َ maka hal itu bathil dan perkataan ini tidak
َ ِ َ [‫ﻻا‬
Ì Ì
ada seorangpun yang berakal mengatakannya. Maka menurut perkataan ini bahwa yang dinafikan
dengan lafazh ‫ َﻻ‬itu dikerasi atas ‫ﺒﺎﻃﻞ‬
ٍ ِ َ ‫ﺒﻮد ِﺑ‬ ْ َ ْ ‫ﻻا[ ا‬
َ ْ ُ ‫ﻟﻤﻌ‬ َ ٰ ِ َ ditempatkan ia menempati 'adam. Perkataan ini
adalah dhoif karena hasil dari perkataan ini adalah yang kita nafikan yang mustahil wujudnya
ٌ ٰ itu menerima wujud karena maknanya ‫ﻋﻦ‬
menurut akal dan syara' bahkan tatkala lafazh [‫ا‬ >ُ
ٍ ْ َ T‫ﰻ ُﻣ ْﺴ‬
ْ َ ‫ﺘﻐﻦ‬
Ì
‫ﰻ َﻣﺎ َﺪَ ُاﻩ‬ > ُ ‫ﻘﺮ ِاﻟَ ْ ِﻴﻪ‬%
ٍ ِ َ ‫ﻣﺎﺳ َﻮ ُاﻩ َوُﻣ ْﻔ‬
ِ َ‫ﰻ‬ّ ِ ُ "Tiap-tiap yang Kaya dari setiap apa yang lain-Nya dan berkehendak kepada-
Nya oleh setiap apa yang lain-Nya" atau dikatakan ‫ﺎدِة‬ َ ‫َﺘِﺤٍّﻖ اﻟْ ِﻌَﺒ‬T‫ﰻ ُﻣ ْﺴ‬
ُ > "Setiap yang berhak untuk
diibadahi" atau ‫ﰻ َﻣ ْﻌُﺒْﻮٍد ِﲝٍّﻖ‬ > ُ "Setiap yang disembah dengan sebenarnya" atau ‫ﺘَِﺤ>ﻖ‬T‫ﰻ َوِاﺟِﺐ اﻟُْﻮُﺟْﻮِد َاﻟْ ُﻤ ْﺴ‬

‫ﻠْ ِﻌَﺒَﺎدِة‬wِ "Setiap yang Wajibal wujud dengan sebenarnya untuk diibadahi" maka sekaliannya itu satu
maksudnya. Manakala makna [‫ا‬ ٌ ٰ yang demikian menun-jukkan kulli yakni melengkapi banyak dan
Ì
terupa wujudnya dengan kita tilik pada pemahaman lafazh dan mustahil dengan sekira-kira dalil akal
dan dalil naql wajib bagi Allah bersifat Wahdaniyah. Tatkala itu difardhukan dan ditakdirkan
wujudnya saja maka sahlah kita nafikan yang mustahil wujudnya dengan jalan itu. Demikian pula
pada itsbatnya seperti itu pula bahwa bukanlah yang ditetapkan itu yang sudah tetap tetapi
menyimpankan hakikat Ketuhanan itu bagi Allah saja. Tidak ada hakikat itu untuk yang lain dari
Allah ta'ala. Lagipula menyalahi (menyelisihi) i'tiqod orang kafir yang berkata ia bahwa boleh
berbilang Tuhan padanya.
Kata ahli Islam, "Tuhan itu tidak diterima melainkan Esa Tuhan kita Jalla wa 'Azza. Yang kita nafikan
dengan [َٰ‫ َﻻا‬itu Zat yang bersifat dengan segala sifat ketuhanan dan yang kita itsbatkan dengan ‫ﷲ‬ُ ‫اﻻ‬
Ì Ì
itu Zat pula yang berpakai lagi menghimpunkan bagi segala sifat kamalat yaitu Allah". Nyatalah dari
perkataan ini bukan yang kita nafikan itu tuhan yang disembah oleh kafir seperti matahari, bulan,
api, berhala, bintang dan lainnya dari sekalian alam karena yang demikian itu tidak dinamakan
hakikat [ٌٰ‫ ٕا‬yakni Tuhan walau ia Tuhan yang disembah oleh kafir seperti matahari, bulan, api,
ٌٰ
berhala, bintang dan lainnya dari alam karena adalah yang demikian itu tidak dinamakan hakikat [‫ا‬
Ì
yakni Tuhan. Walau ia adalah Tuhan didalam i'tiqod mereka sekalipun seperti yang telah tersebut
makna Tuhan sebelumnya. Dinamakan ia ‫ﺎﻃُﻞ‬ ِ ‫( ْﻻُٰ[ اﻟَْﺒ‬1. Tidak sah juga kita nafikan karena ia maujud
Ì
maka yang maujud tidak dapat dinafikan sehingga jika dinafikan juga jadilah dusta perkataannya.
ٌ ٰ itu ibu, bapak, raja dan Nabi yang disangkakan oleh orang
Demikian juga tidak masuk didalam [‫ا‬
Ì
yang bebal ‫ ِاُٰ[ اﻟَْﺤِّﻖ‬dengan i'tiqodnya yang jahil. Maka perkara itu dapat dibedakan atas dua bagian,
pertama, ‫ َا ْﻻُٰ[ اﻟَْﺒِﺎﻃُﻞ‬yaitu yang disembah yang lain dari Allah; dan kedua, ‫ َا ْﻻُٰ[ اﻟَْﺤ>ﻖ‬dan ‫َا ْﻻُٰ[ اﻟُْﻤْﻄﻠَُﻖ‬.
Ì Ì Ì
Jika kita i'tibarkan lafazh mustatsna dan mustatsna minhu maka terbagi atas empat bagian dimana
tiga bathil dan yang keempat terbagi pula atas dua dimana satu bathil dan satu shohih. Tiga yang
91

bathil itu adalah pertama, kulli keduanya yakni "Tiada Tuhan melainkan Tuhan"; kedua, juz'i
keduanya yaitu "Tiada Allah melainkan Allah"; dan ketiga, awalnya juz'i dan akhirnya kulli yaitu
ٌ ٰ . Yang keempat adalah pertama kulli dan kedua juz'i maka terbagi atas
"Tiada Allah melainkan [‫ا‬
Ì ٌ ٌ ٰ sama ada yang
dua. Pertama, jika yang kita inginkan dengan yang pertama yang kita nafikan jenis [‫ا‬
Ì
hak atau yang bathil maka bathil pula; dan kedua, yang dinafikan itu hakikat Wajibal wujud maka
yaitu shohih. Maka makna "Tiada Tuhan yang Wajibal wujud yang sebenarnya untuk diibadahi
melainkan Allah.
Adapun istighna Allah dari setiap apa yang lain maka masuk didalamnya 28 'aqidah yaitu sebelas
sifat yang wajib dan lawannya sebelas pula jadi 22. Lalu wajib tanzihnya Allah ta'ala dari ghorodh
pada af'al-Nya dan pada hukum-Nya; dan tidak wajib atas Allah berbuat satu dari mumkin ini; dan
menafikan keadaan sesuatu memberi bekas dengan kuat yang dijadikan Allah padanya. Ini ada tiga
dan lawannya pula tiga maka jadi enam. Ditambahkan dengan yang 22 jadilah 28 yang masuk
didalam istighna. Adapun yang masuk didalam ‫ﺎﺳَﻮُاﻩ َِاﻟْﻴِﻪ‬ ّ ِ ُ ‫َﻘُﺎر‬%ِْ‫ اﻓ‬22 aqidah yaitu sembilan aqidah dari
ِ ‫ﰻ َﻣ‬
Ì
yang wajib dan lawannya sembilan pula jadilah delapan belas. Lalu baharu alam sekaliannya; dan
tidak memberi bekas sesuatu dari sekalian kainat (yang ada) dengan tabiatnya. Dua lawannya pula
dua jadilah empat ditambahkan dengan yang sebelumnya jadilah semua 22. Dikumpulkan dengan
ُ ‫َﻻاَٰ[ اﻻ‬. Maka masuk didalam makna yang pertama
yang pertama jadilah 50 aqidah masuk didalam ‫ﷲ‬
Ì Ì
itu seperti kata Syeikh Sanusi r.a. :
ُ َ ‫ادث َواﻟْ ِﻘ‬
ِ ْ ‫ﺎم ِ^ﻟ‬F
‫ﻨﻔﺲ‬ ِ ِ ‫ﻠﺤ َﻮ‬w ُ َ َ ْ‫اﻟﻮﺟﻮ ُد َو ْ ِاﻟﻘﺪَ ُم َواﻟ‬
َ ْ ِ ‫ﻪ‬%ُُ‫ﺒﻘﺎء َواﻟُْﻤ َ;ﺎﻟَ َﻔ‬ ْ ُ ُ ْ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
َ َ َ [ُ َ ‫ﻳﻮﺟﺐ‬
ُ ِ ْ ُ ‫ﰻ َﻣﺎ ِﺳ َﻮ ُاﻩ ﻓَﻬ َُﻮ‬ ِّ ُ ‫ﻋﻦ‬ ْ َ ‫وﻋﺰ‬ ُ ُ َ ‫ ِ ْﺘﻐ‬T‫(ﻣﺎ ا ْﺳ‬1 ‫َو‬
َ َ ‫ﻞ‬œَ ‫ﻨﺎؤﻩ‬
َ َ َ ‫اﻟﺼﻔﺎت‬
‫ﻟﲀن‬ ُ َ ِ ّ ‫ ِ ْاذ ﻟَ ْﻮ َ ْﻟﻢ َِﳚ ْﺐ َ ُ[ ٰﻫ ِ ِﺬﻩ‬,‫م‬9‫اﻟ‬ ُ َ َ ْ ‫ﺒﴫ َو‬ ُ َ َ ْ‫ﺗﻌﺎﱃ َواﻟ‬
ٰ َ َ [ُ َ ‫ﺴﻤﻊ‬
ُ ْ ‫وﺟﻮب اﻟ‬ ُ ْ ُ ُ ~َ ِ ‫ﻨﻘﺎﺋﺺ َو َ ْﻳﺪ• ُُﻞ ِﰱ ٰذ‬ ِ ِ َ ‫ﻋﻦ اﻟ‬ ِ َ ‫ﺘﲋﻩ‬ ُ > َ ‫َواﻟ‬
َ ِ َ ‫ﻳﺪﻓﻊ َﻋ ْ ُﻨﻪ اﻟ‬
‫ﻨﻘﺎﺋﺺ‬ ّ ِ َ ‫اﻟﻤˆﺪث َ ِاو اﻟَْﻤ‬
ُ َ ْ َ ‫ˆﺎل َ ْاو َ ْﻣﻦ‬ ِ ِ ْ ُ ْ ‫ﺎ ِ َاﱃ‬œ‫ﺘﺎ‬ ً َ ªْ ‫ُﳏ‬
Dan adapun istighna Allah Jalla wa 'Azza dari apa yang lainnya maka mewajibkan bagi-Nya bersifat
dengan Wujud; dan Qidam; dan Baqo`; dan Mukholafatuhu lilhawadits; dan Qiyamuhu binafsih; dan
Mahasuci dari segala kekurangan dan masuk didalamnya wajib bersifat dengan Sama' bagi-Nya; dan
Bashor; dan Kalam; dan tiga sifat Maknawiyah pula yaitu Kaunuhu Sami'an; dan Bashiron dan
Mutakalliman. Karena jikalau tidak wajib bersifat dengan sifat-sifat ini niscaya adalah Dia muhtaja
yaitu berkehendak kepada yang membaharukan-Nya yaitu jika tiada wajib Wujud dan wajib Qidam
dan Mukholafatuhu lilhawadits; dan jika berkehendak kepada mukhoshish yaitu lawan salah satu
dari makna Qiyamuhu binafsih niscaya berkehendak yang membaharukannya. Demikian lagi jika
tiada Kaya Allah dari zat yang lain yang merupakan makna kedua dari makna Qiyamuhu binafsih
niscaya berkehendak ia kepada mahal yaitu zat. Jikalau tidak tanzih Allah ta'ala dari segala
kekurangan niscaya berkehendak Dia kepada orang yang menolakkan dari kekurangan-Nya.
Masuk didalam istighna sebelas sifat yang wajib dimana satu sifat Nafsiyah yaitu Wujud; empat sifat
Salbiyah yaitu Qidam, Baqo, Mukholafatuhu lilhawadits dan Qiyamuhu binafsih, tiga sifat Ma'ani;
dan tiga sifat Maknawiyah.

> ِ َ ْ ‫وﻋﺰ‬
‫اﻟﻐﲎ‬ َ ُ َ ‫ﻏﺮﺿﻪ َﻛ ْ َﻴﻒ‬
َ َ ‫ﻞ‬œَ ‫وﻫﻮ‬ ُ ِ ّ َ ُ ‫ﻘﺎرﻩ ِاﱃ َﻣﺎ‬%
ُ َ َ َ ‫ﳛـﺼﻞ‬ ُ ُ َ ِ ْ‫ﻟﺰم ِاﻓ‬ ِ ِ َ ْ َ ‫اﻓﻌﺎ[ َو‬
َ ِ َ ‫اﺣﲀﻣﻪ َوِاﻻ‬ ِ ِ َ ْ َ ‫ا› ْﻏ َﺮ ِاض ِﰱ‬1 ْ ‫ﻋﻦ‬ ٰ َ َ ‫ﺗﲋﻫﻪ‬
ِ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ُ ُ > َ َ ‫ﻳﺆ•ﺬ ِﻣ ْ ُ…ﻪ‬
ُ َ ْ ُ ‫َو‬
ِ َ‫ﰻ‬
‫ﻣﺎﺳ َﻮ ُاﻩ‬ ِّ ُ ‫ﻋﻦ‬ َْ
Ini pula apa yang masuk pada Mukholafatuhu lilhawadits yang melazimkan Kaya Allah dari setiap
apa yang lain. Diambil darinya yakni dari Kaya Allah itu bahwa Mahasuci Allah ta'ala dari mengambil
ghorodh pada af'al-Nya dan pada hukum-hukum-Nya. Jikalau tidak Mahasuci darinya niscaya
lazimlah berkehendak-Nya kepada sesuatu yang menghasilkan kehendak-Nya maka tidak lagi Dia
Kaya maka betapa mungkin terupa pada akal dan yaitu Allah Tuhan yang kaya dari setiap apa yang
selain-Nya.
92

Adapun ghorodh yang Mahasuci Allah ta'ala darinya yaitu cita yang membangkit-kan ia akan Allah
atas menjadikan satu perbuatan dari sekalian perbuatan-Nya atau satu hukum dari sekalian hukum
syara' padahal memeliharakan maslahat yang kembali ia atas diri-Nya atau atas makhluk-Nya.
kedua hal itu mustahil pada hak Allah ta'ala. Maka yang kembali kepada Allah ta'ala yang tersebut
itu dan yang kembali kepada makhluk itu.
ً ْ َ ‫ﻣﳯﺎ‬
‫ﻋﻘﻼ‬ َ ْ ِ ‫ﳾء‬
ٌ ْ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ٰ َ َ ‫وﺟﺐ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬ َ َ َ ‫ﺮﻛﻪ ِ ْاذ َْﻟﻮ‬g ِ َ ‫ﻣﻦ اﻟُْْﻤﻤ ِﻜ‬
ُ ُ ْ َ ‫…ﺎت َ َوﻻ‬ َ ِ ‫ﳾء‬ ٍ ْ َ ‫ﻓﻌﻞ‬ ٰ َ َ ‫ﳚﺐ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬
ُ ْ ِ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ ُ ِ َ ‫اﻳﻀﺎ َا ُﻧﻪ َﻻ‬
ً ْ َ ‫ﻳﺆ•ﺬ ِﻣ ْ ُ…ﻪ‬
ُ َ ْ ُ ‫َوََﻛﺬا‬
ٌ َ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ ِاﻻ َﻣﺎ ُ َﻫﻮ‬
‫ ﻛَ ْ َﻴﻒ‬,[ُ َ ‫ل‬C ِ ِّ َ ‫ﻻﳚﺐ ِ ْﰲ‬
ٰ َ َ ‫ﺣﻘﻪ‬ ُ ُ َ َ ‫اﻟﴚء ِﻟ َﻴ َ َﺘﳬ َﻞ ِﺑ ِﻪ‬
ُ ِ َ َ ‫ﻏﺮﺿﻪ ِ ْاذ‬ ِ ْ ~َ ِ ‫ﻘ ًﺮا ِ ٰاﱃ ٰذ‬%ِ َ ‫وﻋﺰ ُﻣ ْﻔ‬َ َ ‫ﻞ‬œَ ‫ﻟﲀن‬ َ َ َ ‫ﻼ‬èً َ ‫َﰷﻟﺜ َﻮ ِاب َﻣ‬
ِ َ‫ﰻ‬
‫ﻣﺎﺳ َﻮ ُاﻩ‬ ِّ ُ ‫ﻋﻦ‬ > ِ َ ْ ‫وﻋﺰ‬
ْ َ ‫اﻟﻐﲎ‬ َ َ ‫ﻞ‬œَ ‫وﻫﻮ‬ ََُ
Demikian lagi diambil dari istighna pula bahwasanya tidak wajib atas Allah ta'ala memperbuat
sesuatu dari mumkinat dan tidak pula meninggalkannya karena jikalau wajib atas Allah ta'ala
sesuatu darinya menurut akal seperti pahala umpamanya niscaya adalah Allah ta'ala berkehen-dak
kepada sesuatu supaya sempurna Dia dengannya kehendak-Nya karena tidak wajib bagi Zat Allah
ta'ala melainkan apa yang Dia sempurna dengannya. Allah 'Azza wa Jalla Kaya dari setiap apa yang
selain-Nya. Inilah 26 aqidah dan juga tidak memberi bekas sesuatu dari kainat dengan kuat yang
dijadikan padanya satu, lawannya satu maka jadilah 28 aqidah yang masuk didalam istighna Allah
dari setiap apa yang selain-Nya.
َ ْ ِ ‫ﳾء‬
‫ﺎ‬ªَ‫ﻣﳯﺎ ِﳌ‬ ٌ ْ َ ‫اﺘﻔﻰ‬ ِ ْ ِ ْ ‫ادة َو‬
َ َ ْ‫ ِ ْاذﻟ َ ِﻮ ﻧ‬, ‫اﻟﻌﲅ‬ ِ َ ‫اﻟﻘﺪرة َواﻻ َر‬ ِ َ ْ ُ ْ ‫وﲻﻮم‬ َ َ ‫ﻳﻮﺟﺐ َ ُ[ َ َﺗﻌﺎﱃ اﻟْ َﺤ‬
َ ْ ُ ُ َ ‫ﻴﺎة‬ ُ ِ ْ ُ ‫وﻋﺰ ﻓَﻬ َُﻮ‬ َ َ ‫ﻞ‬œَ ‫ﰻ َﻣﺎ َﺪَ ُاﻩ ِاﻟ َ ْ ِﻴﻪ‬ّ ِ ُ ‫ﻘﺎر‬%ُ َ ِ ‫َو َاﻣﺎ ِا ْﻓ‬
.‫ﰻ َﻣﺎ ِﺳ َﻮ ُاﻩ‬ ِّ Ì ُ ‫ﻘﺮ ِاﻟَ ْ ِﻴﻪ‬%
ُ ِ َ ‫وﻫﻮ ِا"ى َ ْﻳﻔ‬ َ ُ َ ‫ﳾء َﻛ ْ َﻴﻒ‬ٌ ْ َ ‫ﻘ ُ ِﺮاﻟَ ْ ِﻴﻪ‬%ِ َ ‫ﻓﻼ َ ْﻳﻔ‬ ِ ِ ‫اﳊـَ َﻮ‬
َ َ ‫ادث‬ ْ ‫ﻣﻦ‬ َ ِ ‫ﳾء‬ٌ ْ َ َ‫ﺪ‬œ‫ﻳﻮ‬ َ ْ ُ ‫اﻣﻜﻦ َ ْان‬ َ َ َْ
Adapun berkehendak oleh tiap-tiap apa yang lain kepada-Nya merupakan bagian yang kedua dari
makna Uluhiyah (Ketuhanan) yang mewajibkan bagi-Nya bersifat dengan Hayat; umum Qudrat-Nya
dan Irodat-Nya dan Ilmu-Nya. wajib pula bersifat dengan sifat Maknawiyah yaitu keadaan-Nya yang
Hayyun, keadaan-Nya yang Qoodiron dan keadaan-Nya yang Muridan dan keadaan-Nya yang
'Aaliman. Karena jikalau ketiadaan salah satu dari yang delapan sifat itu niscaya dimana dapat
menjadikan sesuatu dari yang baharu maka tidak berkehendak kepada-Nya sesuatu. Bagaimana
seperti itu sedangkan Dia adalah yang berkehendak kepada-Nya tiap-tiap apa yang selain-Nya.
‫وﻫﻮ ِا"ى‬ َ ِ ِ ْ َ ‫ﻠﺰوم‬w
َ ُ َ ‫ ﻛَ ْ َﻴﻒ‬,‫ﻨَ ِ ٍﺌﺬ‬Fْ ‫ﲺﺰﳘﺎ ِﺣ‬ ٌ ْ َ ‫ﻘﺮ ِاﻟ َ ْ ِﻴﻪ‬%
ِ ْ ُ ُ ِ ‫ﳾء‬ َ َ َ ‫ﺎ ا ْﻓ‬ª‫ا›ﻟﻮ ِﻫ ِﻴﺔ ِ َﳌ‬
ْ ُ q ‫¼ن ﰲ‬
ِ َ ‫ﻣﻌﻪ‬ َ َ ْ َ ‫اﻴﺔ ِ ْاذ‬
ُ َ َ ‫ﻟﻮﰷن‬ ْ َ ْ ‫اﻳﻀﺎ‬
َ ‫اﻟﻮ&ﺪَ ِﻧ‬ ً ْ َ ‫ﻳﻮﺟﺐ َ ُ[ َ َﺗﻌﺎﱃ‬
ُ ِ ْ ُ ‫َو‬
ِّ ُ ‫ﻘﺮ ِاﻟَ ْ ِﻴﻪ‬%
‫ﰻ َﻣﺎ ِﺳ َﻮ ُاﻩ‬ ُ ِ َ ‫ﻳ َ ْﻔ‬
Mewajibkan pula bagi Allah ta'ala Wahdaniyat karena jikalau ada bersama-Nya yang kedua pada
Ketuhanan niscaya tidak berkehendak kepada-Nya sesuatu karena lazim lemah keduanya -seperti
apa yang telah terdahulu pada burhan/dalil- pada ketika itu. Bagaimana seperti itu sedangkan Allah
ta'ala yang berkehendak kepada-Nya setiap apa yang selain-Nya.
َ ُ َ ‫ َ ْﺘﻐ ِﻨ ًﻴﺎ َﻋ ْ ُﻨﻪ َ َﺗﻌﺎﱃ َﻛ ْ َﻴﻒ‬T‫اﻟﴚء ُﻣ ْﺴ‬
‫وﻫﻮ ِا"ى‬ َ َ َ ‫ﺎ‬ª‫ﻗﺪﳝ‬
َ ِ ‫ﻟﲀن‬
ُ ْ ~‫ذ‬ ً ْ ِ َ ‫ﳾء ِﻣ ْ ُ…ﻪ‬ َ َ ْ َ ‫ ِ ْاذ‬, ‫ﴎﻩ‬Ñ‫ﺑ‬
ٌ ْ َ ‫ﻟﻮﰷن‬ ِ َ َ ْ ‫&ﺪوث‬
ِ ِ ْ 1 ‫اﻟﻌﺎﻟﻢ‬ ُ ْ ُ ُ ‫اﻳﻀﺎ‬ ً ْ َ ‫ﻳﺆ•ﺬ ِﻣ ْ ُ…ﻪ‬ ُ َ ْ ُ ‫َو‬
‫ﰻ َﻣﺎ ِﺳ َﻮ ُاﻩ‬ ِّ ُ ‫ﻘﺮ ِاﻟَ ْ ِﻴﻪ‬%
َ ِ َ ‫ﳚﺐ َ ْان ﻳ َ ْﻔ‬ُ َِ
Diambil pula dari berkehendak setiap apa yang selain-Nya kepada-Nya itu bahwa baharu alam
sekaliannya karena jikalau ada sesuatu darinya qodim niscaya adalah yang sesuatu demikian itu
terkaya dari Allah ta'ala. Bagaimana seperti itu bahwa Allah ta'ala yang wajib bahwa berkehendak
kepada-Nya setiap apa yang selain-Nya.
‫وﻋﺰ ﻛَ ْ َﻴﻒ‬ َ َ ‫ﻞ‬œَ S‫ﻋﻦ َ ْﻣﻮ َ َﻻ‬ ْ َ ‫ﺮ‬ü‫اﻻ‬ُ َ َ ~‫ذ‬ َ ِ ‫ﺘﻐﲎ‬ َ ِ َ ‫ﺮ َﻣﺎ َو ِاﻻ‬ü‫ﻨﺎت ﰲ َ َ ٍا‬
َ ِ ْ َ T‫ َ ْﺴ‬å ‫ﻟﺰم َ ْان‬ ِ َ ِ‫اﻟﲀﺋ‬ َ ْ ‫ﻣﻦ‬ َ ِ ‫ﻟﴚء‬ٍ ْ َ ِ ‫ﺛﲑ‬Ñ‫ﻻﺗ‬
ُ ْ ِ Þ َ َ ‫اﻳﻀﺎ َا ُﻧﻪ‬ ً ْ َ ‫ﻳﺆ•ﺬ ِﻣ ْ ُ…ﻪ‬
ُ ِ ْ ُ ‫َو‬
‫ َو َاﻣﺎ ِ ْان‬, ‫ﺒﻌﻪ‬ ِ ِ ْ ‫ ُّﺮ َﺑﻄ‬üِ ‫ﻨﺎت ﻳ ُ َﺆ‬ َ ْ ‫ﻣﻦ‬
ِ َ ِ‫اﻟﲀﺋ‬ َ ِ ‫ْ ًﺎ‬/‫ﻗﺪرت َان َﺷ‬ ْ َ َ ‫ﻫﺬا ِ ْان‬ َ ,‫&ﺎل‬ ٍ َ ‫ﰻ‬ ِّ ُ ‫ﲻﻮﻣﺎ َو َ َﲆ‬ ً ْ ُ ُ ‫ﰻ َﻣﺎ ِﺳ َﻮ ُاﻩ‬ ِّ ُ ‫ﻘﺮ ِاﻟَ ْ ِﻴﻪ‬%
ُ ِ َ ‫وﻫﻮ ِا"ى ﻳ َ ْﻔ‬ ََُ
‫ﻘ ًﺮا ﰲ‬%ِ َ ‫وﻋﺰ ُ ْﻣﻔ‬ َ َ ‫ﻞ‬œَ S‫ﻣﻮﻻ‬ َ َ ْ َ ‫ﻨَ ِ ٍﺌﺬ‬Fْ ‫ﻳﺼﲑ ِﺣ‬
ُ ْ ِ َ ‫› ُﻧﻪ‬1 ‫اﻳﻀﺎ‬ ٌ َ ُ ~‫ﻓﺬ‬
ً ْ َ ‫ﻣˆﺎل‬ َ ِ َ ِ َ َ‫ﻣﻦ ا ْ َﻟﺠﻬ‬ َ ِ ‫ﺜﲑ‬ ُ ُ ُ ْ َ Cَ َ ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫ﺟﻌﻠَﻬَﺎ ا ّ ُ ِﻓ‬
ٌ ْ ِ ‫ﺰﲻﻪ َﻛ‬j ٍ ُ ‫ّ ًﺮا‬üِ ‫َﻗﺪ ْر َ ُﺗﻪ ُﻣ َﺆ‬
َ َ ‫ﺑﻘﻮة‬
‫ﰻ َﻣﺎ ِﺳ َﻮ ُاﻩ‬ ِّ ُ ‫ﻋﻦ‬ْ َ ‫وﻋﺰ‬ َ َ ‫ﻞ‬œَ ‫ﻨﺎﺋﻪ‬ ِ ِ َ ‫ ِ ْﺘﻐ‬T‫وﺟﻮب ا ْﺳ‬
ِ ْ ُ ُ ‫ﻓﺖ ِ ْﻣﻦ‬ َ ْ ‫ﺎ َﻋ َﺮ‬ª‫^ﻃﻞ ِ َﳌ‬ٌ ِ َ ~‫وذ‬ ٍ َ ِ ‫ا›ﻓﻌﺎل ِاﱃ َو‬
َ ِ َ ‫اﺳﻄﺔ‬ ِ َ ْ 1 ‫ﺑﻌﺾ‬ ِ َْ ِ
ِ ْ َ ‫ﺎد‬ª‫اﳚ‬
93

Diambil darinya pula bahwasanya tidak memberi bekas sesuatu dari kainat pada apapun bekas-nya.
Jikalau tidak begitu niscaya lazim bahwa kaya atsar (bekas) itu dari Tuhan kita Jalla wa 'Azza.
Bagaimana seperti itu sedangkan Dia yang berkehendak kepada-Nya setiap apa yang selain-Nya
umum pada setiap keadaan. Hal ini jika engkau takdirkan bahwa sesuatu dari kainat memberi bekas
dengan tabiatnya. Adapun jika engkau takdirkan memberi bekas ia dengan kuat yang dijadikan Allah
padanya seperti apa yang disangka oleh orang awam yang jahil maka yang demikian itupun mustahil
pula. Karena bahwasanya jadilah pada ketika itu Tuhan kita Jalla wa 'Azza berkehendak pada
mengadakan sesuatu perbuatan kepada perantara. Hal itu bathil pada apa yang telah engkau
ketahui sebelumnya dari wajib istighna Allah Jalla wa 'Azzadari setiap apa yang selain-Nya.
Nyatalah sudah yang masuk didalam ‫ﺎﺳَﻮُاﻩ‬ > ُ ‫َﻘُﺎر اﻟ َْﻴِﻪ‬%ِْ‫ اﻓ‬itu 22 sifat yaitu Hayat, Qudrat, Irodat, Ilmu,
ِ ‫ﰻ َﻣ‬
Ì Ì
Kaunuhu Hayyan, Kaunuhu Qoodiron, Kaunuhu Muridan, Kaunuhu 'Aliman dan Wahdaniyat. Satu
sifat Salbiyah dan empat sifat Ma'ani dan empat sifat Maknawiyah. Jadi sembilan sifat yang wajib
dan lawannya yang mustahil pula sembilan, jadilah delapan belas. Baharu alam sekaliannya dan
tidak memberi bekas sesuatu dari kainat ddengan tabiatnya, maka ini dua dan lawannya dua pula
jadi empat. Dihimpunkan dengan delapan belas sebelumnya jadilah 22. yang masuk pada istighna
sebelumnya 28 maka jadilah jumlah 50 aqidah. Kata Syeikh, "Jika kita takdirkan sesuatu dari kainat
tidak memberi bekas dengan kuat yang dijadikan Allah padanya maka ini masuk didalam istighna
tidak masuk didalam sifat iftiqor". Dengan perkataan Syeikh "Tidak memberi bekas dengan
tabiatnya dan tidak pula dengan kuat yang dijadikan Allah padanya", batallah mazhab Qodariyah
yang mengatakan mereka memberi bekas qudrat yang baharu pada perbuatan yang ikhtiyariyah.
Batal pula mazhab Falasifah yang mengatakan memberi bekas aflak seperti matahari pada memberi
warna setiap yang mempunyai warna. Batal pula mazhab Thoba`i'iin (‫ﲔ‬ َ ْ ‫ ) َﻃَﺒِﺎﺋِﻌ‬yang mengatakan
memberi bekas tabiat seperti makanan mengenyangkan dan air memuaskan dahaga.
Kata Syeikh Sanusi r.a. :
َ ِ َ , ‫وﻋﺰ‬
‫وﱔ‬ َ َ ْ َ ‫ﺣﻖ‬
َ َ ‫ﻞ‬œَ S‫ﻣﻮﻻ‬ ِ َ ُ ْ ‫اﻟﱴ َ ِﳚ ُﺐ َ َﲆ‬
َ ُ َ ‫اﻟﻤﳫﻒ َ ْﻣﻌ ِﺮ‬
ِ ّ َ ‫ﻓﳤﺎ ﰲ‬ ِ َ َ ‫ﺴﺎم اﻟ‬
ْ ِ ‫ﺜﻼﺛﺔ‬ ِ َ ‫ ْﻗ‬1 ‫ َ ِﻻا َ[ ِاﻻ ﷲ ِﻟ‬: ‫ﻗﻮل‬ ُ > َ َ ~َ َ ‫^ن‬
ِ ْ َ ‫ﺗﻀﻤﻦ‬ َ َ ‫ﻓﻘﺪ‬ََْ
ُ ْ ُ َ ‫ﻴﻞ َ َوﻣﺎ‬
‫ﳚﻮز‬ ِ ِّ َ ‫ﳚﺐ ﰲ‬
ُ ْ ‫ َﺘ ِﺤ‬T‫ َ ْﺴ‬å ‫ﺣﻘﻪ َ َﺗﻌﺎﱃ َ َوﻣﺎ‬ ُ ِ َ ‫َﻣﺎ‬
Maka telah nyatalah bagimu mengandung oleh kalimat ‫اﻻﷲ‬ َ ٰ َ itu bagian-bagian yang tiga yang
ُ [‫ﻻا‬
Ì Ì
wajib atas mukallaf mengetahuinya pada hak Tuhan kita Jalla wa 'Azza, yaitu perkara yang wajib
pada hak Tuhan kita dan perkara yang mustahil dan perkara yang harus. Yaitu lazimlah dengan kita
mengucap ‫اﻻﷲ‬ َ ٰ َ akan 50 aqidah yang disebutkan sebelumnya masuk dibawahnya tetapi dengan
ُ [‫ﻻا‬
Ì Ì
jalan ‫ِدَﻻَُ¦ اﻟَِْﱱٍام‬. Bandingannya seperti muqoronah ketika takbirotul ihrom ketika ia mengata-kan
‫(َﺻ ِّْﲇ‬q
Ì
‫ ﻓَْﺮُض ا >ﻟﻈ ْﻬِﺮ‬umpamanya, maka lazimlah dengan kita kata "Aku sembahyang fardhu Zhuhur" masuk
didalam kata sembahyang itu rukun yang tiga belas dan syaratnya yang delapan karena tidak
dinamakan sembahyang melainkan yang melengkapi rukunnya dan syaratnya itu. Demikian pulalah
dengan sebab itu diterima Islam orang kafir dengan mengucap :
ِ ‫رﺳﻮل‬
‫ﷲ‬ ُ [َ ٰ ‫ ْ(ن ﻻا‬1 ‫( ْﺷﻬ َُﺪ‬1
ُ ْ ُ ‫(ن ﶊﺪً ا‬1 ‫( ْﺷﻬ َُﺪ‬1 ‫اﻻﷲ َو‬
Ì Ì
Mengucap dua kalimat syahadat ini menempati ia mengikrarkan sifat yang 20 yang wajib bagi Allah
dan yang ia menafikan lawannya yang 20 dan mengharuskan apa yang harus bagi-Nya walau ia tidak
mengerti jalan masuknya dibawahnya sekalipun karena lafazhnya melazimkannya perkara yang
tersebut itu.
Pada lafazh ‫ﷲ‬ ِ ‫رﺳﻮل‬
ُ ْ ُ ‫(ن ﶊﺪً ا‬1 ‫(ْﺷﻬ َُﺪ‬1 ‫ َو‬masuk pula enambelas aqidah dibawahnya atas jalan seperti itu juga.
ِ ْ َ ْ‫ﺴﻤﺎ ِو ِﻳﺔ َواﻟ‬
‫ﻴﻮم‬ ِ ُ ‫ﻜﺔ َوا ْ ُﻟﻜ‬â‫ﻼ‬ª‫اﳌ‬
َ ‫ﺐ اﻟ‬% ِ َ ِ َ َ ْ ‫ﺎء َو‬F
ِ َ ¤ْ‫ا›ﻧ‬1 ‫ﺮ‬â‫ﺴﺎ‬ ِ َ ْ ‫ﻪ‬Fِ ْ ‫ﺪ• ُُﻞ ِﻓ‬Fْ َ َ‫وﺳﲅ ﻓ‬
ِ ِ َ ‫ﺎن‬ª‫اﻻﳝ‬ ِ َ َ ‫ﺻﲆ ﷲ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬ َ َ ‫ﷲ‬
ِ ‫رﺳﻮل‬ُ ْ ُ َ ‫ﻤﺪ‬ª‫ﳏ‬ َ ُ‫َو َاﻣﺎ َ ْ ﻟ‬
ٌ َ ُ ‫ﻗﻮﻨﺎ‬
Ì ‫ﳇﻪ‬
ِ ّ ِ ُ ~‫ذ‬ ُ َ ‫ﺧﺮ َﻻ ُﻧﻪ َﻠَ ْ ِﻴﻪ‬I
ِ ْ ِ ْ َ ‫ﺎء ﺑ‬œ
َ ِ ِ ‫ﺘﺼﺪﻳﻖ َ ِﲨ ْﻴﻊ‬ ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َو ﻟ‬
َ َ ‫اﺴﻼم‬ ِِ
94

Adapun perkataan kita "‫ﷲ‬ ِ ‫رﺳﻮل‬ُ ْ ُ ‫ﶊﺪ‬ ٌ ", maka masuk padanya kita percaya dengan sekalian Anbiya` dan
ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬
sekalian malaikat ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ ِ ْ َ َ dan sekalian kitab yang diturunkan dari langit dan hari kiamat karena
bahwasanya Nabi j datang membenarkan sekalian yang demikian itu. Yaitu tidak syak bahwa
membenarkan penghulu kita Nabi Muhammad j pada bahwa ia adalah Rasululloh dengan apa yang
menunjukkan atasnya dengan mu'jizat yang tidak dapat dihitung yang melazim-kan ia akan
benarnya dengan setiap apa yang didatangkannya seperti sekalian Anbiya yang dahulunya. Wajib
kita i'tiqodkan sekalian apa yang dikhobarkannya dari khobar tentang yang dahulu dan yang akan
datang wajib kita benarkan dan kita i'tiqodkan hak walaupun perkara itu adalah menyalahi adat
sekalipun. Sebagian dari yang dikhobarkan adalah Allah mempunyai beberapa Anbiya` yang tidak
dapat kita hinggakan, seperti firman Allah ta'ala :
َ ْ َ‫ﻧﻘﺼﺺ َﻠ‬
‫ﻴﻚ‬ ْ ُ ْ َ ‫وﻣﳯﻢ َ ْﻣﻦ َ ْﻟﻢ‬ َ ْ َ‫ﻗﺼﺼ َﻨﺎ َﻠ‬
ْ ُ ْ ِ َ ‫ﻴﻚ‬ ْ َ َ ‫ِﻣ ْﳯُْﻢ َ ْﻣﻦ‬
Artinya : "Sebagian dari mereka adalah mereka yang Kami ceritakan kepadamu dan sebagian dari
mereka adalah mereka yang tidak Kami ceritakan kepadamu".
Inilah yang utama, tetapi datang sebagian dari riwayat 124.000. Diriwayatkan dari Ka'bul Ahbar
sebanyak 1.424.00 dan yang Rasul-Nya 313 orang. Yang disebutkan didalam Al-Qur`an 26 atau 25
orang dan penghulunya yaitu Nabi Muhammad j. Ia awal kejadiannya dan penutupnya seperti
tersebut pada hadits :
ِ َ َ ‫ ّﻴ ُِﺪ‬T‫ َﺳ‬Sَْ(1
َ ْ َ َ َ ‫ ٰا َ َدم‬k‫و‬
‫وﻻﻓﺨﺮ‬
Artinya : "Aku adalah penghulu Adam dan tidak megah".
Makna Nabi menurut lughot (bahasa) adalah terangkat. Karena ia diangkatkan martabatnya dari
yang selainnya atau dari yang menceritakannya karena ia menceritakan makhluk dari apa yang
diperintahkan Allah dengannya. Maknanya menurut istilah adalah manusia yang merdeka laki-laki
dari anak Adam. Sejahtera ia dari sesuatu yang meliarkan dan mengkejikan tabiatnya, sejahtera dari
kekurangan ayahnya dan zina ibunya. yang diwahyukan Allah kepadanya dengan syara' yang
diamalkan dengannya. Jika diperintahkan dengan menyampaikan maka ia Nabi dan Rasul. Jika tidak
diperintahkan menyampaikan maka Nabi saja.
Sebagian lagi dari yang dikhobarkan Nabi adalah bagi Allah beberapa malaikat yang tidak dapat
mengetahuinya melainkan Allah. Ia adalah merupakan makhluk Allah ta'ala yang paling banyak.
Warid dari atsar bahwa Allah memiliki malaikat yang jika diperintahkan menelan tujuh lapis langit
niscaya ditelannya. Ada pula bagi Allah malaikat yang memenuhi setengah kaun (yang ada), ada
yang memenuhi dua pertiga kaun dan pula malaikat yang memenuhi kaun ini. Bagi Allah ada
malaikat yang diwakilkan untuk setiap anak Adam sebanyak 400 malaikat. Pada satu riwayat 360
malaikat. Pada beberapa malaikat ada yang sudah selesai dari pekerjaannya masuk ia ke Baitul
Ma'mur setiap hari 70.000 dan tidak kembali lagi47.
Malaikat adalah jisim yang sangat halus, memiliki ruh, tersusun dari unsur yang empat seperti
sekalian hewan yang lain. Mereka dadalah hamba Allah yang mulia, tidak menyalahi apa yang
diperintahkan Allah kepadanya, mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Tidak disifatkan mereka
dengan laki-laki dan perempuan; tidak makan dan minum; tidak kahwin dan beranak; dan tidak
mengantuk dan tidur. Diilhamkan pada mereka taqdis, tasbih, takbir dan tahlil akan Allah ta'ala
selama-lamanya. Didapatnya apa yang didapatkan penghuni syurga dari lezat tetapi tidak ada untuk
mereka syahwat. Mereka menerima mati yaitu sesudah tiupan yang pertama. Pada tiupan pertama
mati mereka seluruhnya. Kejadian mereka dari Nur yang kholish.
Kejadian Jin dari api namanya … . Kata qiil namanya Marij dan nama isterinya Marijah dan Iblis
adalah anaknya. Selisih antara dijadikannya Jin dan Adam adalah 60.000 tahun.

47
Tidak kembali ke Baitul Ma'mur setelah keluar darinya.
95

Yang utama dari sekalian malaikat adalah Rasul yang empat yaitu Jibril, Isrofiil, Mikail dan Izroil. Lalu
Ridwan, Malik, malaikat Muqorrobin, malaikat Ruhaniyyin, malaikat Penanggung 'Arasy, Mungkar,
Nakir, Hafazhoh dan lainnya. Kata sebagian ulama turun Jibril pada Nabi Adam duabelas kali, pada
Nabi Idris empat kali, pada Nabi Nuh lima kali, pada Nabi Ya'qub empat kali, pada Nabi Ibrohim 40
kali, pada Nabi Musa 400 kali, pada Nabi Ayyub tiga kali, pada Nabi Isa sepuluh kali, pada Nabi Daud
sepuluh kali dan pada penghulu kita Nabi Muhammad j 24.000 kali. Kata sebagian ulama 124.000
kali.
Sebagian dari yang dikhobarkan oleh Nabi kita adalah bagi Allah ta'ala beberapa kitab yang
diturunkan Allah dari langit dengan lafazh yang baharu dari Lauh Mahfuzh atau dari lidah malaikat
104 buah kitab. Kata qiil lebih dari itu seperti telah disebutkan sebelumnya sepuluh buah kitab pada
Nabi Adam, 50 kepada Nabi Syits, 30 buah kepada Nabi Idris, sepuluh buah kepada Nabi Musa
sebelum Taurat, Taurat, Zabur kepada Nabi Daud, Injil kepada Nabi Isa dan Qur`an kepada Nabi kita
Muhammad j. Yang lain dari empat kitab terakhir dinamakan shuhuf. Taurat itu bacaannya dalam
bahasa Ibrani, Zabur bacaannya dalam bahasa Qibthi, Injil bacaan-nya dalam bahasa Suryani dan
Qur`an bacaannya dalam bahasa Arab. Yang berpegang pada Taurat dinamakan dengan Yahudi,
yang berpegang dengan Injil dinamakan Nashrani. Keduanya dinamakan dengan Ahlul Kitab. Yang
berpegang dengan Zabur dan sekalian shuhuf dinamakan Syubhat Ahlul Kitab. Yang berpegang
dengan Qur`an dinamakan Mukmin dan Muslim.
(Faedah) Perhimpunan apa yang ada didalam Qur`an dari ayat-ayatnya adalah 6666 ayat. Seribu
ayat darinya amar (perintah); seribu ayat lagi nahi (larangan); seribu ayat wa'ad (janji baik); seribu
ayat wa'iid (janji siksa); seribu 'ibaratul amtsal (perbandingan sebagian atas sebagian lain); seribu
darinya lagi kisah dan khobar; 500 ayat tentang halal dan haram; seratus ayat doa dan tasbih; dan 66
ayat nasikh dan mansukh.
Sebagian lagi adalah Nabi j mengkhobarkan hari kiamat akan datang, yaitu hari ditiup sangka-kala
yang bentuknya seperti tanduk seperti seruling. Lubang-lubangnya seperti lebar tujuh lapis langit
dan bumi. Maka bila ditiup terkejut seluruh yang ada di tujuh lapis langit dan bumi. Matilah sekalian
orang yang dikehendaki Allah. Lalu Allah berfirman, "Siapa lagi yang tinggal hai malaikat maut?".
Dan Dia lebih mengetahui. Sembahnya, "Wahai Tuhanku, tinggal hamba-Mu yang hina!". Maka
firman-Nya, "Demi ketinggian dan kebesaran-Ku, Ku-rasakan padamu apa yang Ku-rasakan untuk
sekalian hamba-Ku. Pergilah engkau diantara syurga dan neraka, matilah engkau disana dengan
izin-Ku!". Pergilah ia diantara syurga dan neraka dan berteriak dengan satu teriakan yang sangat
keras yang jikalau mendengarnya penghuni tujuh lapis langit dan bumi maka mati terkejut
semuanya. Matilah ia dan berkata Malaikat maut, "Demi kebesaran-Mu, jika kuketahui dari mabuk
mati apa yang kuketahui sekarang, tidak kuambil nyawa seorang mukmin". Firman Allah, "Wahai
dunia, mana yang duduk padamu, dimana sungaimu, dimana pepohonanmu, dimana yang
meramaikanmu, dimana Raja-rajamu, dimana Jababaroh (orang-orang kuat) kamu, dimana yang
memakan rezeki-Ku dan berbolak-balik dalam nikmat-Ku dan menyembah ia yang selain Aku.
Akulah Tuhan yang bersifat dengan Jabbar". Firman-Nya lagi :
َ ْ َ ْ‫ اﻟ‬Ü‫اﻟﻤ‬
‫ﻴﻮم‬ ُ ْ ُ ْ ‫ﻟﻤﻦ‬
ِ َِ
Artinya : "Untuk siapa kerajaan pada hari ini?".
Tidak menjawab-Nya seorangpun, maka menjawab Ia untuk diri-Nya :
‫ِ ٰ ّ ِ اﻟَْﻮِا&ُﺪ اﻟْﻘَﻬُﺎر‬
Artinya : "Untuk Allah Tuhan yang Esa dan Qohhar".
ٌ َ ْ َ (tiupan) itu 40 tahun. Setelah itu diturunkun hujan seperti mani laki-laki dari bawah
Antara dua ‫ﻧﻔ;ﺔ‬
'Arasy. Turun hujan dari langit selama 40 hari hingga air itu diatas sekalian manusia seukuran
duabelas hasta. Lalu Allah memerintahkan seluruh jasad untuk tumbuh maka tumbuh-lah ia seperti
tumbuh-tumbuhan sehingga sempurnalah tubuh seperti dahulunya. Maka firman Allah ta'ala,
96

"Hiduplah Jibril dan Isrofiil!". Maka Isrofiil sebelum yang lainnya. Memanggil Allah seluruh arwah,
maka berdatanganlah sekalian arwah orang yang mukmin dengan bercahaya sedangkan yang
lainnya kelam. Diambil sekalian oleh Allah dan diletakkan di Shur (sangkakala). Lalu Ia berfirman
pada Isrofiil, "Tiup!". Maka ditiupnya sebagai tiupan Baats (berbangkit). Keluarlah sekalian arwah
seumpama lebah yaitu tentang keluarnya dari Shur dan keadaannya itu bukan tentang rupanya
karena nyawa seseorang itu seperti rupa tubuhnya. Memenuhilah arwah itu antara langit dan bumi.
Firman-Nya, "Kembalilah kamu masing-masing ke jasadnya!". Masuk-lah sekalian arwah itu ke bumi
ke jasadnya yang duniawiyah dengan 'ainnya dan a'rodhnya. Berjalanlah ia kepada sekalian
jasadnya. Kemudian terbongkarlah bumi. Pertama-tama orang yang terbongkar bumi keluar darinya
adalah Nabi kita Muhammad j dan keluarlah ia dan bersegera kepada Tuhannya. Inilah mula-mula
hari kiamat pada tiupan sangkakala sampai tetap isi syurga masuk ke syurga dan ahli nareka
kedalam neraka. Inilah akhirnya sebab dinamakan al-Yaumul akhir karena tidak ada malam
sesudahnya.
ِ ِ َ ْ S‫ـﻮﻻ‬
‫اﻟﻌﺎﻟﻢ‬ َ َ ْ َ ‫…ﺎء ِﳌ‬ ً ُ ُ ‫ﻜ ْﻮﻧ ُ ْﻮا‬jُ َ ‫ﻠﳱﻢ َو ِاﻻ َ ْﻟﻢ‬
َ َ ‫رﺳﻼ ُا َﻣ‬ ْ ِ ْ َ َ ‫اﻟﻜﺬب‬ ِ ِ َ ْ ¦‫ﺘˆﺎ‬ ُ َ َ ِ T‫ﺴﻼم َو ِا ْﺳ‬ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬
ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬ ُ ِ ْ َ َ ‫اﻟﺮﺳﻞ‬
ِ ُ > ‫ﺻﺪق‬ ِ ْ ِ ‫وﺟﻮب‬ ُ ْ ُ ُ ‫ﻳﺆ•ﺬ ِﻣ ْ ُ…ﻪ‬
ُ َ ْ ُ ‫َو‬
ُ َ ْ َ َ‫ ﻓ‬, ‫وﺳﻜﻮﲥﻢ‬
‫ﻠﺰم َ ْان‬F ْ ِ ِ ْ ُ ُ َ ‫اﻓﻌﺎ ِﻟﻬ ِْﻢ‬َ ْ َ ‫ﻨﺎس َ ْ^ﻗ َﻮا ِﻟﻬ ِْﻢ َو‬ َ ‫ﻴﻌﻠﻤ ْﻮا اﻟ‬ ُ ّ ِ َ ُ ‫ارﺳﻠُ ْﻮا ِﻟ‬
ِ ْ ُ ‫›ﳖﻢ‬ ْ ُ 1 ‫ﻴﺎت ُ ِﳇّﻬَﺎ‬ِ ‫ﳯ‬ª‫ﳌ‬ِ ْ َ ْ ‫ﻓﻌﻞ ا‬ ُ َ َ ِ T‫ َو ِا ْﺳ‬,‫وﻋﺰ‬
ِ ْ ِ ¦‫ﺘˆﺎ‬ َ َ ‫ﻞ‬œَ ‫ﺎت‬F ِ َ ‫َ ِﻔ‬ª‫^ ْﳋ‬
‫ﻪ‬Fِ ْ ‫ﴎ َو ِﺣ‬ ِ ّ ِ ‫اﻣﳯﻢ َ َﲆ‬ ْ ُ َ ِ َ ‫•ﻠﻘﻪ َو‬ِ ِ ْ َ ِ ‫ﺎرﱒ َ َﲆ َ ِﲨ ْﻴﻊ‬% ْ ُ َ َ ‫وﻋﺰ ِا"ى ا ْﺧ‬ َ َ ‫ﻞ‬œَ S‫ﻣﻮﻻ‬ َ َ ْ َ ‫ﺎﻟﻔﺔ َﻻ ْ ِﻣﺮ‬ª‫ﳐ‬ َ ُْ ََ
ً َ َ َ ُ ‫ﻜﻮن ﰲ َ ِﲨْﻴ ِﻌﻬَﺎ‬j‫ﻻ‬
Diambil darinya wajib benar sekalian pesuruh-Nya ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬
ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ ِ ْ َ َ dan mustahil dusta atas mereka ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ َِْ َ
َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬
‫ﺴﻼُم‬ ُ َ . Jika tidak demikian niscaya tiadalah ia pesuruh yang kepercayaan bagi Tuhan kita yang
mengetahui dengan segala rahasia Jalla wa 'Azza. Mustahil ia mengerjakan munhiyat (yang
terlarang) sekaliannya karena bahwasanya mereka diperintahkan untuk mengajar sekalian makhluk
dengan perkataan, perbuatan dan diam mereka. Maka lazimlah bahwa tidak ada mereka pada
sekaliannya itu menyalahi bagi amar Tuhan kita Jalla wa 'Azza yang memilih mereka atas sekalian
makhluk dan diamankan (dipercayakan) mereka atas rahasia wahyu-Nya.
َ ْ ِ ‫َ ِﺰ ْ ُﻳﺪ‬j ‫ذاك ِﳑﺎ‬
‫ﻓﳱﺎ‬ َ َ ‫ﷲ َ َﺗﻌﺎﱃ َ ْﺑﻞ‬ َ َ ‫ﻠﳱﻢ ِ ْاذ‬
ْ ِ ِ َ ِ ْ َ ‫ذاك َﻻ َ ْﻳﻘﺪَ ُح ﰲ ِ َرﺳﺎ َ ِ ِ ْﳤﻢ َو ُ ُ ِّﻠﻮ‬
ِ َ‫ﻣﲋﳤﻢ ِﻋ ْﻨﺪ‬ ِ َ َ¤ْ‫ا›ﻋ َﺮ ِاض اﻟ‬
ْ ِ ْ َ َ ‫ﴩ ِﻳﺔ‬ ْ 1 ‫ﻳﺆ•ﺬ ِﻣ ْ ُ…ﻪ َﺟ َﻮ ُاز‬
ُ َ ْ ُ ‫َو‬
Diambil darinya pula bahwa harus segala a'rodh basyariyah (sifat kemanusiaan) pada sekalian
mereka karena yang demikian tidak mencederakan kerasulan mereka tentang ketinggian
manzilahnya disisi Allah ta'ala, bahkan adalah hal itu sebagian dari apa yang melebihkan mereka
didalamnya.
Maka jumlah yang masuk pada ‫ﷲ‬ ِ ‫رﺳﻮل‬
ُ ْ ُ ‫ ﶊ ٌﺪ‬ada enambelas. Pertamanya beriman akan sekalian nabi,
malaikat, kitab dan hari kiamat. Shidiq mereka; amanah dan tabligh. Harus baginya a'rodh
Basyariyah. Ini delapan dan lawannya delapan pula jadilah enambelas. Dihimpunkan dengan yang
dahulunya jadilah 66 aqidah masuk didalam perkataan kita :
‫ﷲ‬ِ ‫رﺳﻮل‬
ُ ْ ُ ‫ﻣﺤﻤﺪ‬
ٌ َ ُ ‫اﻻﷲ‬ ُ [َ ٰ ‫َﻻا‬
Ì Ì
Kata Syeikh Sanusi ra. :
ِ ِّ َ ‫ﺎن ﰲ‬ª‫اﻻﳝ‬
‫ﺣﻘﻪ َ َﺗﻌﺎﱃ‬ ِ ِ َ َ ‫ﻪ ِ ْﻣﻦ‬%ُ ُ َ‫ﻣﻌﺮﻓ‬
ِ َ ْ ‫ﻋﻘﺎﺋﺪ‬ ِ َ ُ ْ ‫ﻣﺎﳚﺐ َ َﲆ‬
ِ ْ َ ‫ﳫﻒ‬ª‫اﳌ‬ ْ ُ ُ ِ ‫َﺎدة َ َﻣﻊ ِﻗ‬
ُ ِ َ َ ِ ‫ﺣﺮو ِﻓﻬَﺎ َِﻟﺠ ِﻤ ْﻴﻊ‬ ِ َ ‫ﳇﻤﱴ اﻟﺸﻬ‬
ِ َ َ ِ َ ‫ﺗﻀﻤﻦ‬ُ > َ َ ~َ َ ‫^ن‬ ََْ
َ َ ‫ﻓﻘﺪ‬
Ì ِ ِ ُ ُ ‫ﺣﻖ‬
‫ﺴﻼم‬ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬
ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬ ُ ِ ْ َ َ ¸‫رﺳ‬ ِ ّ َ ‫َوﰲ‬
Maka nyatalah bagimu, mengandung dua kalimat syahadat serta dengan hurufnya yang sedikit
sekalian apa yang wajib atas mukallaf mengetahuinya dari 'aqoidul iman pada hak Allah ta'ala dan
ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬
pada hak Rasul-Nya ‫ﺴﻼم‬ ُ َ ‫ﻠﳱﻢ‬
ُ َِْ َ .
Ketahui olehmu, bahwa hukum kerasulan kekal sampai masuk penghuni syurga ke syurga dan
masuk ahli neraka didalam neraka.
Ketahui olehmu, bahwasanya Nabi kita Muhammad j diangkat jadi Nabi dengan jawami'ul kalam
yaitu perkataan yang sedikit maknanya sangat banyak, seperti kata Ibnu 'Athoillah, "Jikalau
97

menta'bir (menguraikan) ulama Allah, mentafsirkan mereka selama-lamanya dari satu rahasia
kalimat yang satu dari perkataan Nabi j tidak dapat meliputinya pengetahuan dan tidak kuasa
mereka faham". Hingga berkata sebagian ulama, "Jikalau menguraikan makna satu hadits ‫ِﻣْﻦ ُﺣْﺴِﻦ‬
‫َْﺮَﻛُﻪ َﻣَﺎﻻﻳ َ ْﻌ ِﻨْﻴِﻪ‬g ‫ ِاْﺳَﻼِم اﻟَْﻤْﺮِء‬70 tahun tidak akan habis darinya". Kata sebagian lagi jikalau berhenti umur dunia
sekaliannya selama-lamanya tiada selesai dari huquq ‫ ﺣﻘﻮق‬satu hadits ini. Sebagian dianta-ranya pula
adalah dua kalimah syahadat ini maka melengkapi padanya segala aqoidut-tauhid, sekalian rukun
Islam yang lima dan rukun iman sekaliannya dikandungkan didalam keduanya. Dengan karena inilah
telah menjadikan oleh syara' rukun Islam. Yaitu tidak diterima Islam orang kafir melainkan dengan
mengucap dua kalimah ini dengan lidahnya supaya dilakukan ia akan hukum orang Islam. Maka
dinamakan ia orang itu Muslim. Dua kalimah jadi juru bahasa orang yang mengucapkannya akan apa
yang didalam hatinya. Bila dia mentashdiqkan apa yang didatangkan oleh Nabi j dari Allah maka
dinamakan dia iman dan yang mentashdiqkan itu mukmin. Dinamakan pula ia orang yang ‫( ُﻣَﻮ ِّ&ُﺪ‬yang
mengimankan Allah Esa) dan ‫ ُّﻦ‬jِ َ‫( ُﻣﺪ‬orang yang beragama). Jika benar tashdiqnya di hati seperti apa
yang ia ikrarkan dengan lidahnya dan jika tidak tashdiq pada hatinya maka dinamakan Islamnya
pada hukum zhohir disisi manusia saja dan pada bathinnya ia kafir dan munafiq. Jika ia
mentashdiqkan saja dengan hatinya saja serta ia mampu mengucapkannya maka hukumnya kafir
disisi manusia sedang disisi Allah menurut qoul yang mu'tamad ia mukmin, masuk akhirnya ia ke
syurga. Kata qiil, "Kafir disisi Allah dan disisi manusia". Maka tidak diterima Islam orang kafir yang
mampu mengucap dua kalimah sya-hadat melainkan mengucap dua kalimat dengan sepuluh syarat,
yaitu (1) baligh, (2) berakal, (3) disebutkan dua kalimah itu dengan bahasa yang diketahuinya
maknanya, (4) diketahuinya artinya walau dengan ijmal sekalipun,(5) dengan bertertib antara dua
kalimah syahadat, (6) berturut-turut, (7) mengaku bagi Islam yaitu qobul, (8) suka akan Islam, (9)
dengan ikhtiyarnya. (10) Jika ia menghalal-kan yang haram atau mensunatkan yang wajib yang ijma'
maka dinamai lagi yaitu kembali ia dari apa yang dii'tiqodkan seperti asal yang diperintahkan serta ia
melepaskan dirinya dari setiap agama yang menyalahi agama Islam. Inilah sepuluh syarat yang
manakala didatang-kan ia sahlah Islamnya disisi manusia dan disisi Allah seperti sabda Nabi j :
ِ ‫رﺳﻮل‬
‫ﷲ‬ ُ [َ ٰ ‫ ْ(ن َﻻا‬1 ‫ﺸ ُﻬﺪ ْوا‬å ‫ ْ(و‬1 ‫(ن ٔ(ﻗﺎﺗﻞ اﻟﻨﺎس َﺣﱴ َ ُﻳﻘ ْﻮﻟُ ْﻮا‬1 ‫(ﻣﺮت‬
ُ ْ ُ َ ‫(ن ﶊﺪً ا‬1 ‫اﻻﷲ َو‬ ُ ْ ِq
Ì Ì
Artinya : "Diperintahkan aku memerangi manusia hingga berkata mereka atau hingga mengucap
ِ ‫رﺳﻮل‬
mereka : ‫ﷲ‬ َ ْ ُ َ ‫(ن ﶊﺪً ا‬1 ‫اﻻﷲ َو‬ َ ٰ َ ‫ ْ(ن‬1 ‫( ْﺷﻬ َُﺪ‬1 ".
ُ [‫ﻻا‬
Ì Ì
Maka tidak wajib mengucap dua kalimah itu untuk orang Muslim melainkan didalam sembahyang
sama ada sembahyang fardhu maupun sembahyang sunat. Wajib ia mengucap dua kalimah
syahadat didalam Tahiyyat akhirnya dan sunat ia mengucapkannya didalam seumur hidupnya sekali
diluar sembahyang supaya keluar dari khilaf Imam Malik yang ia mewajibkan atas setiap mukallaf
mengucap keduanya sekali didalam seumur hidup diluar sembahyang seperti mengucap ِ ّ ٰ ِ ‫ َاﻟَْﺤْﻤُﺪ‬dan
sholawat dan salam atas Nabi, istighfar untuk sekalian sahabatnya dan dua ibu bapaknya dan untuk
dirinya dengan diniatkannya menunaikan yang wajib atasnya.
Sebagian dari hikmah yang nyata pada kita sebab dijadikan dua kalimah syahadat tanda Islam dan
Iman untuk orang kafir yang mengucap dua kalimat itu dua perkara, (pertama), sedikit hurufnya
karena pada ketika itu jika dipanjangkan perkataannya niscaya kesulitan untuk orang yang hendak
menyebutkannya karena belum terbiasa lidahnya mengucap perkataan-perkataan yang tidak tahu
dan tidak pernah menyebutkannya sebelumnya. Adapun syara' maka gemar kepada Islamnya
sekalian orang kafir dengan segera maka dengan karunia Allah dan rahmat-Nya diberikan-Nya dua
kalimah ini karena hurufnya sedikit supaya mudah bagi mereka itu. Yaitu 24 huruf saja dengan tidak
dihitung lafazh Asyhadu. Hikmahnya pula adalah malam dan siang itu 24 jam maka setiap satu huruf
mengkafaratkan satu jam. Kemudian hikmah (keduanya) adalah sekalian hurufnya adalah Jaufiyah
yang mengisyaratkan diperintahkan kita datang ikhlas dari hatinya. Diantara hikmahnya pula tidak
ada sekalian huruf itu …. Yaitu bertitik mengisyaratkan seyogyanya orang yang mengucap dua
98

kalimah disunyikan hatinya dari setiap apa yang lain dari Allah. Sebagian hikmahnya lagi adalah
padanya tujuh kalimah mengisyaratkan bahwasanya adalah maksiat itu tiada ada melainkan dari
tujuh anggota yaitu dua telinga, dua mata, dua tangan, dua kaki, lidah, perut dan faraj. Sebagian lagi
adalah karena pintu Jahannam ada tujuh maka mengisyaratkan dengan karunia Allah adalah setiap
satu kalimat ditutupnya satu pintu Jahannam. Perkara yang kedua, mengandung atas sekalian
aqoidut-tauhid apa yang tidak didapat oleh segala lafazh yang lain. Inilah sebagian dari hikmah yang
kita ketahui. Adapun disisi Allah maka tiada ilmu yang baharu hendak mengetahui sekalian rahasia
ِ ‫رﺳﻮل‬
‫ﷲ‬ ُ ْ ُ َ ‫ﶊﺪ‬
ٌ ‫اﻻﷲ‬ َ ٰ َ . Maka seyogyanya kita membanyakkan menyebutnya karena ia sangat ringan di
ُ [‫ﻻا‬
Ì Ì
lidah dan sangat berat di timbangan sebagaimana yang diceritakan pada hadits. Sabda Nabi j :
ُ [َ ٰ ‫ ْ(ن َﻻا‬1 ‫( ْﺷﻬ َُﺪ‬1 ‫ﻓﳱﺎ‬
ُ ُ ْ ‫(ن ﶊﺪً ا َﻋ‬1 ‫( ْﺷﻬ َُﺪ‬1 ‫اﻻﷲ َو‬
‫ﺒﺪﻩ‬ ٌ َ َ ِ [ُ َ ‫ﺨﺮج‬F
َ ْ ِ ٌ َ ‫ ْ ُﻧﻤ‬Û1 َ ‫ﺑﻄﺎﻗﺔ‬ ِ ِ َ َ ْ ‫رؤس‬
ُ ُ ْ َ َ‫اﻟ;ﻼﺋﻖ ﻓ‬ ِ ْ َ ‫(ﻣﱵ َ َﲆ‬ ْ ِ q ‫ﻞ ِ ْﻣﻦ‬œ‫—ﺮ‬ٍ َ ِ ِ ‫ﻳﺼﺎح‬ُ َُ
ُ َ َ ِ ْ‫ﻛﻔﺔ َواﻟ‬ Ì Ì ُ َ َ ِ ْ‫ َﻣﺎ ٰﻫ ِ ِﺬﻩ اﻟ‬,‫رب‬
‫ﺒﻄﺎﻗﺔ‬ ٍ َ ‫ﺴ|ﻼت ِﰱ‬
ُ ِ ّ ِ ‫ﻮﺿﻊ اﻟ‬% ُ َ ْ ُ َ ‫ ا َﻧﻚ‬:‫ﻘﻮل‬F
ُ َ ْ ُ َ‫ ﻓ‬.‫ﻻﺗﻈﲅ‬ ُ ْ ُ َ َ‫ﺴ|ﻼت؟ ﻓ‬ ِ ِ ِّ ‫ﺒﻄﺎﻗﺔ َ َﻣﻊ ٰﻫ ِ ِﺬﻩ اﻟ‬ ُُ ْ ُ َ َ
ُ ْ ُ َ َ‫ ﻓ‬.[‫ورﺳﻮ‬
ّ ِ َ Mَ :‫ﻘﻮل‬F
Ì ٍ َ ‫ِﰱ‬
ُ ِ ِّ ‫ﺶ اﻟ‬/ُ ْ ‫ﻄ‬%ِ َ َ‫(ﺧﺮى ﻓ‬
‫ﺴ|ﻼت‬ َ ْ q ‫ﻛﻔﺔ‬
Diteriakkan dengan seorang laki-laki dari umatku atas perhimpunan seluruh makhluk, maka dike-
ُ [َ ٰ ‫ ْ(ن َﻻا‬1 ‫( ْﺷﻬ َُﺪ‬1
luarkan baginya suatu suratan yang kecil seperti seruas anak jari. Tertulis didalamnya ‫(ن‬1 ‫اﻻﷲ َو‬
Ì Ì
ِ ‫رﺳﻮل‬
‫ﷲ‬ َ ْ ُ َ ‫ﶊﺪا‬
ً maka bersembah ia, "Wahai Tuhan-ku, apa suratan yang kecil ini hendak ditimbangkan
dengan beberapa banyak as-sijillat (buku catatan amal buruk) setiap satunya seperti bukit". Maka
firman-Nya, "Engkau tidak akan dizholimi". Diletakkanlah seluruh as-sijillat yang banyak pada satu
daun timbangan dan suratan kecil itu pada satu daun yang lain. Diberatilah daun yang padanya ada
suratan kecil itu akan daun yang ada padanya beberapa as-sijillat yang besar. Tiada memberatkan
serta nama Allah sesuatu yang lain sekali-kali.
Seyogyanya orang yang berakal hendaknya membanyakkan menyebutnya serta ia menghadirkan
makna apa yang terkandung didalamnya dari 'aqoid. Jangan dikurangkan dari menyebut ‫اﻻﷲ‬ ُ [َ ٰ ‫َﻻا‬
Ì Ì
setiap hari 300 kali dengan dimadkannya supaya dapat ia menghadirkan maknanya. Dinafikan-nya
segala yang disuruh nafikan dan diitsbatkan apa yang disuruh itsbatkan dari segala a'qoidul iman
seperti sabda Nabi j :
ٌ ْ َ [ُ َ ‫ﻜﻦ‬j
َ ِ ‫ﳾء‬
‫ﻣﻦ‬ ْ ُ َ ‫ﻓﺎن َ ْﻟﻢ‬
َْ ‫ﷲ‬ِ ‫رﺳﻮل‬M ِ ِ َ ‫ﻣﻦ ا ْﻟ َﻜ‬
َ ْ ُ َ َ :‫ َﻗﺎﻟُ ْﻮا‬,‫ﺮ‬â‫ﺎ‬ َ ِ ‫ ْ ِ(ﻟﻒ َذ ْ ٍﻧﺐ‬1 ‫(ﻻف‬
ِ َ ٓ ‫ﺑﻌﺔ‬
ُ َ َ ‫( ْر‬1 [ُ َ ‫ﻫﺪﻣﺖ‬
ْ َ ِ ُ ‫وﻣﺪﻫﺎ‬ َ َ َ ‫اﻻﷲ‬ ُ [َ ٰ ‫ﻗﺎل َﻻا‬ َ َ ‫َ ْﻣﻦ‬
Ì (‫ﺲ‬¥(ٔ ‫ )رواﻩ ﻟاﺒ;ﺎرى ﻋﻦ‬.‫ﻟ| ْ َﲑا ِ ِﻧﻪ‬ َُ ْ ُ Ì :‫ﻗﺎل‬
ِ ِ ْ 1 ِ ‫ﻳﻐﻔﺮ‬
ِ ِ ‫›ﻫ¸ َو‬ َ Ì َ ‫ﺮ؟‬â‫ﺎ‬
ِ ِ َ ‫اْﻟ َﻜ‬
Artinya : "Barangsiapa mengatakan ‫اﻻﷲ‬ َٰ َ
ُ [‫ﻻا‬ dan dimadkannya, dirubuhkan (digugurkan) untuknya
Ì Ì
4.000 dosa dari dosa-dosa besar. Sembah sahabat, "Ya Rasululloh, jika tiada baginya sesuatu
dari dosa yang besar?". Sabdanya, "Diampunkan untuk penghuni rumahnya dan untuk orang
yang sekampungnya".
Seyogyanya ia membanyakkan zikir itu pada waktu sahur; selesai sholat shubuh dan pada hari
'Arofah sampai terbiasa lidahnya dan ringan padanya. Hingga dijadikan tabiatnya dan perangai-nya
dan mudahlah menyebutkannya malam dan siang; sakit dan sehat serta menghadirkan apa yang
dikandungnya dari 'aqoidut-tauhid walau dengan ijmal sekalipun. Sungguhkan hatinya tatkala
menyebutkan oleh lidahnya ‫اﻻﷲ‬ َ ٰ َ menghadirkan maknanya pada hatin setiap kalinya hingga jadi
ُ [‫ﻻا‬
Ì Ì
perangai hatinya pula. Maka inilah yang dikehendaki dengan kata ulama hingga jadi bercampur
dengan daging dan darah. Yakni hingga jadi perangai daging yaitu lidah pada menyebutkan ‫اﻻﷲ‬ َٰ َ
ُ [‫ﻻا‬
Ì Ì
dan hingga berperangai pula hatinya yaitu darah dengan menghadirkan maknanya. Maka dengan
karunia Allah Tuhan yang Maha Pemurah hasil untuk orang yang sampai kepada seumpama
demikian beberapa rahasia yang dibukakan pada mata hatinya dari musyahadah saniyyah48 dan
derajat yang 'aliyah seperti maqom zuhud, tawakkal, syukur, anis yaitu jinak serta Tuhannyadan

48
Saniyyah (‫ﺔ‬Fْ©ِ ‫)ﺳ‬
َ = yang tinggi, yang mulia, yang bercahaya.
99

lainnya dari segala rahasia yang diketahui oleh ahlinya. Hasil pula baginya dari keajaiban yaitu
beberapa keramat yang mencarikkan adat seperti dimudahkan dirham dan dinar, dilipat untuknya
bumi, dibukakan matahatinya dari hijab kainat maka meman-dang ia kecantikan dan kesempurnaan
tadbir Tuhan atasnya, dikenyangkan dengan ketiadaan makan dan minum, didatangkan lezat dalam
mengerjakan ibadah, sejuk matanya didalam sembahyang dan lainnya dari berbagai keramat yang
diberikan untuk orang yang membanyakkan zikir dan taat pada Tuhan Robbul-arbab dan Sayyidu …
Istimewa pula bila ia membanyakkan zikir itu diwaktu sakit dan ketika hampir hendak mati karena
adalah pada ketika itu gholibnya (biasanya) lupa dan lalai sebab kesakitan dan ketika mabuk
(sakarat). Hadir pula setan hendak mencoba orang mukmin dengan datang padanya dalam umpama
rupa ahlinya dan kekasihnya yang sudah mati sebelumnya, berkata, "Setiap Rodhiyallohanhu yang
telah didapat mereka yang makbul disisi Allah agama begini-begini maka matilah engkau atas
agama itu!". Orang yang dikehendaki Allah mati atas agama Islam ditetapkan atas agama Islam dan
diperintahkan datang kepadanya Jibril. Datanglah Jibril menyapukan mukanya maka jadi
tersenyumlah ia pada ketika itu. Ia berkata, "Wahai si-Anu, tidakkah engkau mengetahui aku. Aku
Jibril dan sekalian itu musuhmu dari setan. Mati olehmu atas agama hanifah dan atas syariat yang
jilah49". Maka tiadalah yang lebih dikasihi pada orang yang hendak mati seperti itu.
Kemudian lagi sabda Nabi j yang menceritakan firman Allah ta'ala :
ْ ِ َ َ ‫(ﻣﻦ ِﻣ ْﻦ‬
‫ﺬاﰊ‬ ْ ِ ْ ِ ‫د•ﻞ‬
َ ِ 1 ‫ﺣﺼﲏ‬ َ َ َ ‫وﻣﻦ‬
ْ َ َ ‫ﺣﺼﲏ‬ ُ ‫َﻻا ٰ َ[ اﻻ‬
ِْ ْ ِ ‫ﷲ‬ Ì Ì
Artinya : "‫اﻻﷲ‬ َ ٰ َ itu kotaku (bentengku), barangsiapa masuk ia didalam kotaku selamat ia dari siksa-
ُ [‫ﻻا‬
Ì Ì
Ku".
Dan lagi sabda Nabi j :
‫َﻦ‬jْ‫ِﺰ‬âِ‫(ْى َﻣَﻊ اﻟَْﻔﺎ‬1 ‫ﷲ َدَ•َﻞ اﻟْ َﺠﻨِﺔ‬
ُ ‫ﻧَْﻴﺎ َﻻا ٰ َ[ اﻻ‬k‫ِﻣِﻪ ِﰱ >ا‬oَ َ ‫ْﻣﻦ َﰷَن ٓ ِ(ﺧَﺮ‬
Ì Ì
َ ٰ ِ َ masuk syurga".
ُ ِ [‫ﻻا‬
Artinya : "Barangsiapa yang akhir perkataannya dari dunia ‫اﻻﷲ‬
Yaitu bersama-sama dengan orang yang mendapat kemenangan tanpa mengalami siksaan. Pada
hadits yang lain :
‫ﷲ ََﲆ اﻟﻨِﺎر‬ ُ ‫ِﻣِﻪ َﻻا ٰ َ[ اﻻ‬oَ َ ‫َﻣْﻦ َﰷَن ٓ ِ(ﺧَﺮ‬
ُ ‫ﷲ َﺣَﺮَﻣُﻪ‬
Ì Ì
َ ٰ ِ َ diharamkan ia oleh Allah atas api neraka".
ُ ِ [‫ﻻا‬
Artinya : "Barangsiapa yang akhir perkataannya ‫اﻻﷲ‬
Sabda Nabi j :
ُ ‫َ ُْﰼ َﻻا ٰ َ[ اﻻ‬C‫ﻟَ ِﻘّ…ُْﻮا َﻣْﻮ‬
‫( ْ َﳒْﺘُﻪ ِﻣَﻦ اﻟﻨِﺎر‬1 ‫َْﺲ ﻳ َُﻘْﻮﻟُﻬَﺎ ِﻋْﻨﺪَ اﻟَْﻤْﻮِت اﻻ‬/َ ‫ﷲ ﻓَﺎﻧُﻪ ﻟ‬
Ì Ì Ì Ì ِ ِٰ َ
Artinya : "Ajarkan olehmu pada orang yang akan mati diantaramu ‫اﻻﷲ‬ َ maka bahwasanya tiada
ُ [‫ﻻا‬
mengatakannya ketika mati melainkan melepaskannya dari api nereka".
Maka sunat dikatakan pada orang yang hampir mati walau anak-anak sekalipun tetapi jika sudah
َ ٰ ِ َ . Jangan dipaksa menyuruh dengannya karena ia sedang didalam kesusahan dan
ُ ِ [‫ﻻا‬
mumayiz ‫اﻻﷲ‬
kesakitan sehingga terkadang jatuh pada sangkanya "Jangan engkau kata". Jangan pula ditalkinkan
bersamanya ‫ﷲ‬ ِ ‫رﺳﻮل‬
ُ ْ ُ ‫ﻣﺤﻤ ٌﺪ‬
َ ُ bahkan jikalau dikatakan oleh orang yang hampir mati tidak mengeluarkan
dari akhir perkataannya ‫اﻻﷲ‬ َِٰ َ
ُ ِ [‫ﻻا‬ karena ia sempurna syahadat. Kata Thobari, "Sunat dilebihkan
karena maksudnya ia mati atas agama Islam". Perkataannya ini mardud/ ditolak karena ia adalah
orang Islam. Jika orang kafir maka wajib kita talkinkan dua kalimat syahadat jika kita harap akan
Islamnya tetapi jika tidak maka sunat saja. Sunat ditalkinkan orang kafir dengan berkata, "Katakan
olehmu ‫ﷲ‬ ِ ‫رﺳﻮل‬
ُ ْ ُ ‫ﻣﺤﻤﺪً ا‬
َ ُ ‫(ن‬1 ‫اﻻﷲ َو‬ َ ٰ ِ ‫ ْ(ن‬1 ‫(ْﺷﻬ َُﺪ‬1 jika sampai saat ghorghoroh sekalipun karena dimungkinkan
ُ ِ [‫ﻻا‬

49
ٌ َ Fْ ِ‫ = ﺟ‬bercahaya
100

hadir akalnya walau jika tidak dikhukumkan ia pada zhohirnya Islam sekalipun mudah-mudahan
memadai disisi Allah pada batinnya.
101

PENUTUP KITAB

Ini merupakan penutup kitab :


َ َ ْ ‫ ِﻨﺔ َو‬T‫(ﻫﻞ اﻟ >ﺴ‬
‫اﻟﺠﻤﺎ َ ِﺔ‬ ْ ُ َ ‫ﺔ‬Fِ ‫ﺪَ ُة ْ ِاﻟﻔ ْﺮ َ ِﻗﺔ اﻟﻨﺎ ِﺟ‬Fْ ‫وﱔ َ ِﻋﻘ‬
ُ ْ 1 ‫وﱒ‬ ِ َ ِ ‫ﻞ ْاﻻ ْﺧ‬Fِ ْ ¤ِ ‫ﺗﻌﺎﱃ َ َﲆ َﺳ‬
َ ِ َ ‫ﺼﺎر‬% Ì
َ ََ ‫ﷲ‬ ٓ َ ‫ﺎﻣﻌﺔ ِ ْان‬œ
ُ ‫ء‬Ñ‫ﺷ‬
َ ٍ َ ِ َ ‫ﲒة‬œ‫و‬
ٍ َ ْ ِ َ ‫ﺪَ ٍة‬Fْ ‫ِﰱ َ ِﻋﻘ‬
َ ْ ِ ِ ْ ‫ﻣﻦ اﻟْ ُﻤ‬
‫ﺴﻠﻤﲔ‬ ِ َ ْ 1 ْ ‫َواﻟﺴ َﻮ ِاد‬
َ ِ ‫ا›ﻋﻈﻢ‬
Menjelaskan i'tiqod yang ringkas dan lengkap insya Allah ta'ala. Kami datangkan atas jalan ringkas
yaitu akidah bagi kaum yang lepas dari kesesatan. Mereka adalah Ahlussunnah wal Jama'ah yaitu
yang banyak dari kaum Muslimin.
ْ َ ‫ﶊﺪ َو َ ٰﲆ ٰاِٖ[ َو‬
َ َ َ ‫ﲱ ِ ٖﺒﻪ‬
‫وﺳﲅ‬ َ ِ ‫ ّﻴ‬T‫ﷲ َ ٰﲆ َﺳ‬
ٍ S‫ِﺪ‬ ُ ‫وﺻﲆ‬
َ َ ‫و&ﺪَ ُﻩ‬ ُ ْ َ َْ
ْ َ ِ ّ ٰ ِ ‫اﻟﺤﻤﺪ‬
Segala puji bagi Allah yang Esa. Rahmat Allah dan sejahtera-Nya atas penghulu kita Muhammad dan
atas keluarganya dan sahabat-sahabatnya.
[ُ َ ‫ﻳﻚ‬ ِ َ ‫و&ﺪَ ُﻩ َﻻ‬
َ ْ‫ﴍ‬ ُ ِ [َ ٰ ‫ ْ(ن ِﻻا‬1 ‫ َ ْﺸﻬ َُﺪ‬¥‫ﻧﺆﻣ ُﻦ َو‬
ْ َ ‫اﻻﷲ‬ ِ ْ ُ ‫ﺘﻘﺪ َو‬ ُ َ ْ َ S‫ َﻓﺎ‬,‫ﺑﻌﺪ‬
ُ ِ َ ‫ﻧﻌﲅ َوﻧ َ ْﻌ‬ ُ ْ َ ‫َو‬
Kemudian daripada itu maka bahwasanya kami ketahui, kami yakini, kami imani dan kami bersaksi
Ì
bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah yang Esa tiada sekutu bagi-Nya.
ُ ِ ِ ‫ﺒﻮد‬
‫ﻩ‬M‫اﻻا‬ َ ْ ُ ‫ﺒﲑ َ َﻻرب ِﺳ َﻮ ُاﻩ َ َوﻻ َﻣ ْﻌ‬
ٌ ْ ِ ‫ َﻛ‬Ü ٌ ْ ِ َ [‫ٌِٰا‬
ٌ ِ ‫ﻋﻈﲓ ٰﻣ‬
Dialah Tuhan yang sangat Agung, Raja yang Besar tiada Tuhan selain-Nya dan tidak ada yang
disembah melainkan Dia-lah.
‫ ِ ِﺘﻪ‬ª‫ﺧﺮﻳ‬ َ ْ ِ َ َ ‫›و ِﻟﻴ ِ ِﺘﻪ‬1 ِ ‫(ﺑﺪي َ ِﻻاﺑْ ِﺘﺪَ َاء‬
ِ ِ ‫وﻻا®ﳤَ َﺎء ِ ٰﻻ‬ ٌ ِ َ ‫(زﱄ‬
Ï ِ َ 1 ‫داﰂ‬ ٌَِْ
Ï ِ َ 1 ‫ﻗﺪﱘ‬
Qodim, Azali yaitu tiada permulaan-Nya, kekal selama-lamanya, tiada permulaan bagi awal-Nya dan
tiada kesudahan bagi akhir-Nya.
ٌ َ 1 ‫ﻜﻦ َ ُ[ ُ ُﻛﻔ ًﻮا‬j
‫(&ﺪ‬ ْ ُ َ ‫ َو َ ْﻟﻢ‬k‫ﻳﻮ‬
ْ َ ْ ُ ‫ َو َ ْﻟﻢ‬Ä‫ﲳﺪ َ ْﻟﻢ َ ِ ْﻳ‬
ٌ َ َ ‫(&ﺪ‬
ٌَ1
Dia Esa, menyempurnakan sekalian hajat hamba-Nya, tiada beranak dan tiada diperanakkan. Tidak
ada bagi-Nya kufu bagi seorang.
ُ ْ ِ َ ْ‫ﺴﻤ ْ ُﻴﻊ اﻟ‬
‫ﺒﺼﲑ‬ ِ ‫وﻫﻮ اﻟ‬ ِ ِ ْ ‫ﺲ َ ِﳈ‬/َ ْ َ ‫ﻧﻈﲑ َ ُ[ ﻟ‬
ٌ ْ َ ¸‫ﺜ‬
َ ُ َ ‫ﳾء‬ َ ْ ِ َ ‫ﻪ َ ُ[ َو َﻻ‬Fَ ْ ¤ِ ‫َﻻ َﺷ‬
Tiada yang menyerupai-Nya, tiada bandingan bagi-Nya, tiada seumpama sesuatu dan Dia Tuhan
yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.
ُ َ ِ َ ْ ‫وﻻﺗﻌ َ ِﱰ ْ ِﻳﻪ‬
‫اﻟˆﺎد¼ت‬ ْ 1 ْ ‫وﻋﻦ ُﻣ َﺸﺎ َﺑـﻬ َِﺔ‬
ُ ‫ا›ﻛ َﻮ ِان َﻻ ُ ِﲢ ْﻴﻂُ ِ ِﺑﻪ ا ْ ِﻟﺠﻬ‬
ْ َ َ َ ‫َﺎت‬ ِ َ َ ْ ‫اﻟﺰﻣﺎن َو‬
ْ َ َ ‫اﻟﻤﲀن‬ ِ َ ‫ﻋﻦ‬ ِ َ ‫ﻣﻘﺪس‬ َ َ َ ‫( ُﻧﻪ‬1 ‫َو‬
ٌ َ ُ ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
Mahasuci Dia dari zaman (masa), makan (tempat), dari menyerupai akwan, tidak meliputi-Nya arah
dan tidak mendatangkan-Nya baharu.
ِ ِ َ ِ ْ ِ َ ‫ﻣ|ﺪﻩ‬
‫ﺋﻪ‬M‫وﻛﱪ‬ ِ ِ َ َ ‫ﺑﻌﺰ‬
ِ ِ ْ َ ‫ﻼ[ َو ُ ُ ِّﻠﻮ‬œ ِ ّ ِ ِ ‫ﺘَ َﻮ ًاء َ ِﻳﻠ ْ ُﻴﻖ‬T‫ادﻩ ِا ْﺳ‬ َ ْ َ ْ ِ َ [‫ﻗﺎ‬
ُ َ ‫( َر‬1 ‫و^ﻟﻤﻌﲎ ِا"ى‬ ِ ْ َ ْ ‫ﻋﺮﺷﻪ َ َﲆ‬
ُ َ َ ‫ﻪ ِا"ى‬œ‫اﻟﻮ‬ ِ ِ ْ َ ‫ َ ٍﺘﻮ َ َﲆ‬T‫ُﻣ ْﺴ‬
Istawa Dia atas 'Arasy atas bentuk yang Dia firmankan yaitu dengan makna yang dikehendaki-Nya
istawa yang layak dengan kebesaran-Nya dan ketinggian-Nya untuk kepujian-Nya dan kebesaran-
Nya.
ٌ ْ ‫ﳾء َ ِﻗ‬
‫ﺐ َو َﺷﻬ ْ ٌِﻴﺪ‬F‫ر‬ ِ ْ ِ َ ْ ‫ﻻﺴﺎن ِ ْﻣﻦ َﺣ ْ ِﻞ‬
ِّ ُ ‫اﻟﻮرﻳﺪ َو َ َﲆ‬
ٍَْ ‫ﰻ‬ ِ َ ْ ¥ ْ ‫(ﻗﺮب ِ َاﱃ ا‬
ُ َ ْ 1 ‫وﻫﻮ‬
َ ٍُْ َْ ‫ﰻ‬
ُ َ ‫ﻣﻮﺟﻮد‬ ِّ ُ ‫ﻳﺐ ِ ْﻣﻦ‬ َ َ َ ‫( ُﻧﻪ‬1 ‫َو‬
ٌ ْ ‫ﺗﻌﺎﱃ ﻗَ ِﺮ‬
Ì
Bahwasanya Dia sangat dekat dari setiap yang maujud. Dia lebih dekat dengan manusia lebih dekat
dari urat leher. Dia atas tiap-tiap sesuatu mengintai dan menyaksikan.
َ ْ ُ َ َ‫ﻛﻦ ﻓ‬
‫ﻜﻮن‬F ْ ُ [ُ َ ‫ﻳﻘﻮل‬ ِ ْ 1 ْ ‫ﺴﻤ َﻮ ِات َو‬
ُ ْ ُ َ ‫ ْ(ﻣ ًﺮا ﻓَﺎ َﻧﻤﺎ‬1 ‫ا›رض َو ِ َاذا َ َﻗﴣ‬ ٌ ْ َ ‫ َ ٌﻨﺔ َو َﻻ‬T‫ُﺬﻩ ِﺳ‬
ُ ْ ِ َ ‫ﻧﻮم‬
ٰ ‫ﺑﺪﻳﻊ اﻟ‬ ُ ُ •ÞÑ‫ﻮ ٌم َ َﻻﺗ‬Fْ > َ‫ ﻗ‬#
Ïَ
Ì
Dia yang Hidup dan mendirikan tujuh lapis langit dan bumi, tidak mengantuk dan tidak tidur. Dia-lah
yang mengeluarkan dari 'adam kepada wujud tujuh lapis langit dan bumi tanpa banding. Bila
menghukumkan sesuatu urusan maka sesungguhnya berfirman "Jadilah" maka jadilah dia.
ٌ ْ ‫ﳾء و ِﻛ‬
‫ﻴﻞ‬ ِّ ُ ‫وﻫﻮ َ َﲆ‬
ٍَْ ‫ﰻ‬ ٍَْ ‫ﰻ‬
َ ُ َ ‫ﳾء‬ ُ ِ َ Ž‫ا‬
ّ ُ ‫•ﺎﻟﻖ‬ ُ َ
102

Dia-lah yang menjadikan setiap sesuatu dan Dia-lah atas setiap sesuatu berserah kepada-Nya.
‫ﳾء َﺪَ ًدا‬ َ ْ 1 ‫ﳾء ِ ْ ًﻠﻤﺎ َو‬
ٍ ْ َ ‫(ﺣﴡ ُﰻ‬ ٍ ْ َ ‫—ﲁ‬
ِّ ُ ِ ‫(&ﺎط‬ ٌ ْ ِ َ ‫ﳾء‬
َ َ 1 ‫ﻠﲓ َ ْﻗﺪ‬ ٍ ْ َ ‫—ﲁ‬
ِّ ُ ِ ‫ﺮ َو‬j‫ﻗﺪ‬ ٍَْ ‫ﰻ‬
ٌ ْ ِ َ ‫ﳾء‬ َ َ َ ‫َو َا ُﻧﻪ‬
ِّ ُ ‫ﺗﻌﺎﱃ َ َﲆ‬
Bahwasanya Allah atas setiap sesuatu sangat kuasa. Dia dengan setiap sesuatu sangat Menge-tahui.
Meliputi atas tiap-tiap sesuatu Ilmu-Nya. Dia yang yang paling menghinggakan tiap-tiap sesuatu
hitung-hitungan-Nya.
ٍ ٓ َ ‫ﻣﻦ اﻟ‬
‫ء‬Ñ‫ﺴﻤ‬ َ ِ ‫وﻣﺎﻳﲋل‬ َ ْ ِ ‫وﻣﺎﳜﺮج‬
ُ ِ ْ َ َ َ ‫ﻣﳯﺎ‬ ِ ْ 1 ْ ‫ﻣﺎﻳﻠﺞ ِﰱ‬
ُ ُ ْ َ َ َ ‫ا›رض‬ ُ َ ْ َ ‫ء‬Ñ‫ﺴﻤ‬
ُ ِ َ َ ‫ﻳﻌﲅ‬ ِ ٓ َ ‫وﻻﰱ اﻟ‬ ِ َ َ ‫ا›رض‬ ِ ْ 1 ْ ‫ذرة ِﰱ‬
ٍ َ ‫ﻘﺎل‬è ِ َ ْ ‫ﺑﻚ ِ ْﻣﻦ ِﻣ‬ َ ّ ‫ﻋﻦ َ ِر‬ ْ َ ‫ﻳﻌﺰب‬ُ ُ ْ َ ‫َ َوﻣﺎ‬
َ ْ ُ َ ْ َ ‫وﷲ ِ َﺑﻤﺎ‬
ٌ ْ ِ َ ‫ﺗﻌﻤﻠﻮن‬
‫ﺑﺼﲑ‬ ْ ُ ْ ‫(ﻳْ َ َﻨﻤﺎ ُﻛ‬1 ‫ﻣﻌﲂ‬
ُ َ ‫ﻨﱲ‬ ْ ُ َ َ ‫وﻫﻮ‬ َ ْ ِ ‫وﻣﺎﻳﻌﺮج‬
َ ُ َ ‫ﻓﳱﺎ‬ ُ ُ َْ َ َ
Tidak hilang dan tidak lenyap dari Ilmu Tuhan engkau ya Muhammad seukuran zarroh yaitu semut
yang kecil dibumi dan tidak pula dilangit. Dia yang mengetahui setiap yang bergerak dibumi, yang
keluar darinya, yang turun dari langit, yang naik kepadanya. Dia bersama-sama denganmu
dimanapun kamu berada. Allah dengan setiap apa yang mereka kerjakan sangat Melihat.
ٍ ِ َ ‫وﻻرﻃﺐ َ َوﻻ‬
‫ﺲ‬M ِ ْ 1 ْ ‫ﻇﻠﻤﺎت‬
ٍ ْ َ َ َ ‫ا›رض‬ ِ َ ُ ُ ‫ﻳﻌﻠﻤﻬَﺎ َ َوﻻ َﺣ ٍﺔ ِﰱ‬
ُ َ ْ َ ‫ورﻗﺔ ِاﻻ‬
ٍ َ َ َ ‫ﺴﻘﻂُ ِ ْﻣﻦ‬ ِ ْ َ ْ‫اﻟﱪ َواﻟ‬
ُ ْ َ ‫ﺒﺤﺮ َ َوﻣﺎ‬ ِّ َ ْ ‫ﻣﺎﰱ‬ ُ َ ْ َ ‫(ﺧﻔﻰ َو‬
ِ َ ‫ﻳﻌﲅ‬ ُ َ ْ َ ‫َو‬
َ ْ 1 ‫ﻳﻌﲅ اﻟ ِ ّﴪ َو‬
ٍ َ ‫اﻻﰲ ِﻛ‬
‫ﺘﺎب ُﻣ ْ ٍِﲔ‬ ِْ ِ
Dia mengetahui sekalian rahasia dan yang lebih tersembunyi. Mengetahui setiap apa yang ada
didarat dan dilaut. Tidaklah ada yang gugur dari daun kecuali Dia mengetahuinya. Tidak ada satu
benih di malam yang kelam dibumi, tidak yang basah dan tidak yang kering melainkan terhingga
didalam kitab yang sangat nyata.
ِ َ ِ َ ْ ِ ‫ﻣﺪَ—ﺮ‬
‫ﻠˆﺎد¼ت‬w ٌ ّ ِ ُ ‫ﻨﺎت‬ َ ْ ِ ‫ﺗﻌﺎﱃ ُﻣ ِﺮ ْ ٌﻳﺪ‬
ِ َ ِ‫ﻠﲀﺋ‬w َ َ َ ‫( ُﻧﻪ‬1 ‫َو‬
Allah ta'ala yang berkehendak bagi sekalian kainat dan Dia pula yang mentadbir yang baharu
sekaliannya yaitu bagi sekalian makhluk-Nya.
ُ ْ َ ْ ‫ﻤﻊ‬%
‫اﻟ;ﻠﻖ‬ ْ ُ َ ‫ َ ْﻟﻢ‬ÞÑ‫ َ َﺸ‬å ‫وﻣﺎﻟﻢ‬
َ َ َ ‫ﻜﻦ َو َ ْﻟﻮ ا ْﺟ‬j ْ َ َ َ ‫ﰷن‬ َ ‫ﻪ َ َﻓﻤﺎ‬%ِ ِ َ P‫اﻻﺑﻘﻀﺎﺋﻪ َو ِﻣ ْﺸ‬
َ َ ‫ﺷﺎء‬
َ ِِ َ َِ ِ ‫ﴐ‬ ٍ ّ َ ‫ ْ(و‬1 ٍ ‫ ْ(و َ ْﻧﻔﻊ‬1 ‫ﴍ‬ٍ ّ َ ‫ ْ(و‬1 ‫•ﲑ‬ َ ْ ُ َ َ ‫( ُﻧﻪ‬1 ‫َو‬
ٌ ِ َ ‫ﻜﻮن‬j‫ﻻ‬
ٍ ْ َ ‫ﻦ ِ ْﻣﻦ‬â‫ﰷ‬
Ì ِ ِ َ ‫ُون ِا َر‬ ِ ْ ُ ُ ْ ‫ﳛﺮﻛ ْﻮا ِﰱ‬
ْ ُ َ َ َ ‫ادﺗﻪ‬
‫ﻟﻌﺠﺰوا َﻋ ْ ُﻨﻪ‬ َ ْ ‫…ﻮﻫﺎ د‬ ِ ْ ُ å ‫ ْ(و‬1 ‫ذرة‬
َ ْ ُ ‫ﺴﻜ‬ ً َ ‫اﻟﻮﺟﻮد‬ ُ ِ ّ َ ُ ‫ ْ(ن‬1 ‫ُﳇ>ﻬ ُْﻢ َ َﲆ‬
Bahwasanya tiada yang ada dari kebaikan atau kejahatan atau manfaat atau mudhorot melainkan
dengan hukum-Nya dan kehendak-Nya. Setiap yang dikehendaki-Nya ada dan setiap yang tidak
dikehendaki-Nya maka tiada dijadikan-Nya. Jika berkumpul seluruh makhluk untuk menggerakkan
mereka didalam yang wujud ini satu dzarroh atau hendak mendiamkannya padahal tiada
dikehendaki Allah, niscaya lemah mereka darinya.
‫َم اﻟَْ;ْﻠِﻖ‬oَ َ ‫ِﺒُﻪ‬T‫ ُ ْﺸ‬å‫(َز ِ ٍﱄ َﻻ‬1 ‫ٍم ﻗَِﺪٍْﱘ‬9َ َ —ِ ‫َ َِﳫٌّﻢ‬%‫(ﻧُﻪ ﺗََﻌَﺎﱃ َ ِﲰْﻴٌﻊ ﺑ َِﺼٌْﲑ ُﻣ‬1‫َو‬
Bahwasanya Allah ta'ala Tuhan yang Maha Mendengar, Maha Melihat, Berkata-kata dengan kalam-
Nya yang Qodim azali yang tiada menyerupainya kalam makhluk.
‫ﷲ َﻠَْﻴِﻪ َوَﺳَﲅ‬
ُ ‫ِّﻪ َوَرُﺳْﻮِِ[ َﺻﲆ‬Fِ ¤ِ َ ‫ُم اﻟْﻘَِﺪِْﱘ َو ِﻛَﺘﺎﺑُُﻪ اﻟُْﻤ َﲋُل ََﲆ ﻧ‬oَ َ ‫(ن اﻟُْﻘْﺮَٓ(ن اﻟَْﻌِﻈَْﲓ‬1‫َو‬
Bahwasanya Qur`an Azhim adalah Kalam-Nya yang Qodim dan kitab-Nya yang diturunkan atas
nabi-Nya dan rosul-Nya Muhammad j.
ِّ َ ‫ﳾٍء َواﻟﺮِازُق َ ُ[ َواﻟُْﻤﺪَ ِ—ُّﺮ َواﻟْ ُﻤَﺘ‬
‫ ُٓء‬Ñ‫ ََﺸ‬å ‫ِﻪ ﻛَْﻴ َﻒ‬Fْ‫ﴫُف ِﻓ‬ ِّ ُ ‫ْﺒَˆﺎﻧ َُﻪ اﻟَْ;ِﺎﻟُﻖ ِﻟ‬T‫َوَاﻧُﻪ ُﺳ‬
َْ ‫ﲁ‬
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬Tuhan yang menjadikan tiap-tiap sesuatu, memberi rezeki pada se-luruh
Bahwasanya Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
makhluk, yang mentadbir-(mengatur)-kan dan yang memerintahkan pada sekalian makhluk
bagaimana yang dikehendaki-Nya.
‫ﺌَُﻞ َﲻﺎ ﻳ َْﻔَﻌُﻞ‬T‫ ُ ْﺴ‬å‫ ُٓء َﻻ‬Ñ‫ ََﺸ‬å ‫ ُٓء َوﻳَُﻌِّﺬُب َﻣْﻦ‬Ñ‫ ََﺸ‬å ‫ ُٓء َوﻳ َْﻐِﻔُﺮ ِﻟَﻤْﻦ‬Ñ‫ ََﺸ‬å ‫ ُٓء َوﻳ َ ْﻤﻨَُﻊ َﻣْﻦ‬Ñ‫ ََﺸ‬å ‫َﺲ َ ُ[ ِﰱ ُﻣْﻠِﻜِﻪ ُﻣ…َِﺎزٌع َوَﻻُﻣﺪَ ِاﻓٌﻊ ﻳُْﻌِﻄﻰ َﻣْﻦ‬/َْ‫ﻟ‬
‫ﺌَﻠُْﻮَن‬T‫ َ ْﺴ‬å ‫َوُْﱒ‬
Tiada bagi-Nya didalam kerajaan-Nya yang membantahi dan tiada yang menolakkan apa yang
memberi Dia pada orang yang dikehendaki-Nya. Tiada yang dapat menegah apa yang dikehendaki-
Nya. Dia mengampunkan siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia menyiksa siapa yang dikehendaki-
103

Nya. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanya tentang
apa yang mereka perbuat.
‫(ﻧُﻪ ﺗََﻌَﺎﱃ َﺣِﻜٌْﲓ ِﰱ ِﻓْﻌِِ¸ َِﺎدٌل ِﰱ ﻗََﻀِﺎﺋِﻪ َﻻﻳ ََﺘَﺼﻮُر ِﻣْ…ُﻪ ُﻇٌْﲅ َوَﻻُﺟْﻮٌر َوَﻻَِﳚُﺐ َﻠَْﻴِﻪ ِ َﻻَ&ٍﺪ َﺣﻖ‬1‫َو‬
Bahwasanya Allah ta'ala sangat teguh dalam perbuatan-Nya dan adil didalam seluruh hukum-Nya.
Tidak terupa dari-Nya zholim dan aniaya serta tidak wajib atas-Nya pada seseorang hak.
[َُ‫ًﺮا َﻠَِْﳱْﻢ َوَﻻ َﻇﺎِﻟًﻤﺎ ﻟَﻬُْﻢ ﻓَﺎ ُﳖْﻢ ِﻣْﻠُﻜُﻪ َو َﻋ ِﺒْﻴُﺪُﻩ َو‬â‫ِﺎ‬œَ ~َِ‫َُﻜْﻦ ِﺑٰﺬ‬j ‫ َ ِﲨْﻴَﻊ َ•ْﻠِﻘِﻪ ِﰱ َﻃْﺮﻓَِﺔ ٍَْﲔ ﻟَْﻢ‬Ü َ َ ‫(ْﻫ‬1 ‫ْﺒَˆﺎﻧ َُﻪ َوﺗََﻌَﺎﱃ‬T‫(ﻧُﻪ ُﺳ‬1 ‫َوﻟَْﻮ‬
Ì ‫ﻠْ َﻌ ِﺒْﻴِﺪ‬wِ ‫ ُٓء َوَﻣﺎ َرﺑ >َﻚ ِﺑَﻈَﻼٍم‬Ñ‫ ََﺸ‬å‫(ْن ﻳ َْﻔَﻌَﻞ ِﰱ ِﻣْﻠِﻜِﻪ َﻣﺎ‬1
َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬membinasakan seluruh makhluk-Nya dalam sekejap mata maka
Jikalau bahwasanya Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
hal itu bukanlah aniaya Dia atas mereka dan bukanlah zholim bagi mereka. Maka bahwasanya
mereka itu milik-Nya dan hamba-Nya dan harus bagi-Nya memperbuat didalam milik-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Tidaklah Tuhan engkau ya Muhammad zholim pada sekalian hamba-Nya.
‫ﺎت ﻓَْﻀًﻼ َوَﻛَﺮًﻣﺎ َوﻳَُﻌِﺎﻗ ُﳢُْﻢ ََﲆ اﻟَْﻤَﻌِﺎﴅ ِﺣ ْﳬًَﺔ َو َْﺪًﻻ‬
ِ َ ‫ُْﺐ ِﻋَﺒَﺎدُﻩ ََﲆ اﻟﻄﺎ‬/‫ﻳُ ِﺜ‬
Diberi pahala pada hamba-Nya yang mengerjakan taat adalah karunia-Nya dan kemurahan-Nya dan
disiksa-Nya mereka yang maksiat adalah hikmah-Nya dan adil-Nya. Karunia-Nya untuk yang
mengerjakan taat dan adil-Nya untuk yang mengerjakan maksiat.
‫ِﺎﺋِﻪ َﻠَِْﳱُﻢ اﻟﺼَﻼُة َواﻟﺴَﻼُم‬Fَ¤ِ ‫(ﻧ‬1ْ ‫ﻨَِﺔ‬T‫(ﻟْ ِﺴ‬1 ‫ﺎَْﳚﺎﺑ ٍَﺔ ََﲆ‬ª‫(ﻧُﻪ َﻃﺎ ٌَﺔ َوا ِﺟ ٌَﺔ ََﲆ ِﻋَﺒِﺎدِﻩ ِﺑ‬1‫َو‬
Bahwasanya taatnya yaitu menjunjung sekalian perintah-Nya dan menjauhkan
sekalian yang
Ì
dilarang-Nya adalah wajib atas hamba dengan diwahyukan atas lidah nabi-nabi-Nya ‫ ﻠﳱﻢ اﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم‬.
ِ ّ َ ‫ﷲ َو ِ^ﻟَْﻘﺪَ ِر َ•ِْﲑِﻩ َو‬
‫ﴎِﻩ‬ ِ ‫َِﻜِﺔ‬â‫ﷲ َوِﺑَﻤَﻼ‬
ُ ¸َُ‫(ْرَﺳ‬1 ‫ﲁ َرُﺳْﻮِل‬ ُ [َُ‫(ْ®َﺰ‬1 ‫ﲁ ِﻛَﺘٍﺎب‬
ِّ ُ —ِ‫ﷲ َو‬ ِّ ُ —ِ ‫َوﻧ ُْﺆِﻣُﻦ‬
Kita beriman dengan setiap kitab yang diturunkan oleh Allah ta'ala; dan kita beriman dengan setiap
Rasul yang diutus Allah ta'ala; dan beriman dengan sekalian malaikat Allah; dan beriman dengan
qodar/ketentuan kebaikan dan kejahatan dari Allah ta'ala.
‫ِﻦ ُ ِﳇِّﻪ َوﻟَْﻮ‬jْk‫ِﻦ اﻟَْﺤِّﻖ ِﻟ ُﻴ ْﻈﻬَِﺮُﻩ ََﲆ ّ ِا‬jْ‫ ِْﺲ َواﻟَْﻌَﺮ ِب َواﻟَْﻌْﺠِﻢ ِ^ﻟْﻬُﺪَ ى َوِد‬¥‫(ْرَﺳَُ¸ ِاَﱃ اﻟِْﺠ ِّﻦ َو ْاﻻ‬1 [ُُ‫(ن ﶊﺪً ا َﻋْﺒُﺪُﻩ َوَرُﺳْﻮ‬1 ‫ َ ْﺸﻬَُﺪ‬¥‫َو‬
Ì
ِ ْ ‫َﻛِﺮَﻩ اﻟْ ُﻤ‬
‫ﴩُﻛْﻮَن‬
Kami naik saksi bahwasanya Nabi Muhammad itu hamba-Nya dan rosul-Nya. Diutus ia pada jin dan
manusia, kepada Arab dan seluruh 'ajam dengan petunjuk dan agama yang benar supaya ia
menyatakan diatas seluruh agama walau untuk itu benci orang musyrik sekalipun".
‫ﷲ َﺣﻖ ِ َِﺎدِﻩ‬
ِ ‫َﺎﻫﺪَ ِﰱ‬œَ‫ا›ﻣَﺔ َو َﻛَﺸ َﻒ اﻟُْﻐﻤَﺔ َو‬q ْ ‫ا›َﻣﺎﻧ ََﺔ َوﻧ ََﺼَﺢ‬1 ْ ‫(دى‬1‫َوَاﻧُﻪ ﺑ َﻠ َﻎ ّ ِاﻟﺮَﺳََﺎ¦ َو‬
Bahwasanya ia telah menyampaikan apa risalahnya dan telah menunaikan amanahnya dan memberi
nasehat pada seluruh umatnya, membukakan dukacitanya dan memerangi musuh-musuh Allah
untuk menyatakan Agama Allah dengan perang yang sebenarnya.
‫(ِﻣٌْﲔ ُﻣَﺆﻳٌﺪ ِ^ﻟََْﱪِاﻫِْﲔ اﻟﺼِﺎدﻗَِﺔ َواﻟُْﻤْﻌِﺠَﺰِات اﻟَْ;ِﺎرﻓَِﺔ‬1 ‫(ﻧُﻪ َﺻِﺎدٌق‬1‫َو‬
Bahwasanya ia benar dalam perkataannya, terpercaya pada apa yang diperintahkan, dikuatkan
dengan beberapa burhan (dalil) yang benar dan beberapa mu'jizat yang menyalahi adat.
‫ﷲ ﻓََﺮَض ََﲆ ِﻋَﺒِﺎدِﻩ ِﺑﺘَْﺼِﺪﻳِْﻘِﻪ َوَﻃﺎ َﻋِﺘِﻪ َواﺗَْﺒﺎ ِِﻪ‬
َ ‫(ن‬1‫َو‬
Bahwasanya Allah telah memfardhukanÌ atas sekalian hamba-Nya untuk membenarkannya, mem-
fardhukan pula untuk mentaatinya pada setiap apa yang disuruhnya, mengikut apa yang
dikerjakannya dan yang diperbuatnya
‫ﻧَْﻴﺎ‬k‫(ُﻣْﻮِر >ا‬q ‫(ْ•ََﱪ َﻋْﻨُﻪ ِﻣْﻦ‬1‫ َٓء ِﺑِﻪ َو‬Ñœَ ‫ َو ِ َﲜ ِﻤْﻴﻊ ِ َﻣﺎ‬j ‫ْﺒَˆﺎﻧ َُﻪ َوﺗََﻌَﺎﱃ َﺣﱴ ﻳ ُْﺆِﻣَﻦ ِﺑُﻤَﺤﻤٍﺪ‬T‫(َﻣَﻦ ِﺑِﻪ ُﺳ‬1 ‫(ﻧُﻪ َﻻﻳُ ْﻘ َُﻞ ِاﻳَْﻤُﺎن َﻋْﺒٍﺪ َوِاْن‬1‫َو‬
‫َوْٰاﻻِﺧَﺮِة‬
104

َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬sekali-pun


Bahwasanya tidak diterima iman seorang hamba walau ia beriman dengan Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬
hingga ia beriman dengan Nabi Muhammad j dan dengan setiap apa yang dibawanya, ia beriman
dengan apa yang diceritakan darinya dari urusan dunia dan akhirat.
‫ِﻦ َواﻟﻨ>ُﺒﻮِة‬jْk‫ِﺪ َوِّا‬Fْ‫ﻠَْﻤْﻮ َﰏ َﻋِﻦ اﻟﺘْﻮ ِﺣ‬wِ ‫(ْن ﻳُْﻮِﻗَﻦ ُِﺴَﺆِال ُﻣ…َْﻜٍﺮ َو®َِﻜٍْﲑ‬1 ~َِ‫َوِﻣْﻦ ٰذ‬
Sebagian dari hal itu adalah wajib kita yakinkan dengan pertanyaan Mungkar dan Nakir pada setiap
orang yang mati selain Nabi. Ditanya tentang tauhid, agama dan kenabian.
‫›ْﻫِﻞ اﻟْ َﻤ ْﻌ ِﺼﻴِﺔ‬1 ِ ‫›ْﻫِﻞ اﻟﻄﺎ َِﺔ َوِﺑَﻌَﺬِاﺑِﻪ‬1 ِ ‫(ْن ﻳُْﺆِﻣَﻦ ِﺑﻨَِﻌِْﲓ اﻟَْﻘِْﱪ‬1‫َو‬
Kita beriman dengan nikmat kubur untuk ahli taat yaitu orang yang berbuat kebaktian akan Allah
dan azab-Nya untuk orang yang berbuat maksiat.
ُ َ ‫(ْن ﻳُْﺆِﻣَﻦ ِ^ﻟَْﺒْﻌِﺚ َو ُ ْﳛ‬1‫َو‬
ِ ‫ا›ْرَوُاح ِاَﱃ ﺗََﻌَﺎﱃ َو ِ^ﻟُْﻮُﻗْﻮِف ﺑ ََْﲔ ﻳ َﺪَ ِّي‬1ْ‫ا› ْﺟَﺴﺎ ُد َو‬1 ْ ‫ﴩ‬
‫ﷲ ﺗََﻌَﺎﱃ‬
Kita beriman pula dengan dibangkitkan pada hari kiamat, dikumpulkan seluruh tubuh dan ruh
kepada Allah ta'ala dengan dihentikan di hadapan Allah.
‫ِﻪ ِاَﱃ َﻣَﺴِﺎﻣَﺢ َو َﻣ…َِﺎﻗ َﺶ َوِاَﱃ َﻣْﻦ ﻳ َْﺪ ُ•ُﻞ اﻟْ َﺠﻨَﺔ ِﺑَﻐِْﲑ ِﺣَﺴٍﺎب‬Fْ‫(ن اﻟْ ِﻌَﺒَﺎد ﻳ ََﺘَﻔَﺎوﺗُْﻮَن ِﻓ‬1‫(ْن ﻳُْﺆِﻣَﻦ ِ^ﻟْ ِﺤَﺴ ِﺎب َو‬1‫َو‬
Kita beriman dengan hisab dan bahwasanya sekalian hamba tafawwut (berlebih kurang) didalam-
nya kepada dimaafkan dan disungguh-sungguhkan dan kepada mereka yang dimasukkan kedalam
syurga tanpa hisab.
‫ﴪ َﻣْﻤُﺪْوٌد ََﲆ َﻣ ْ ِﱳ َ َ َﲌ‬
ٌ ْ ‫ﻟﴫِاط َوُﻫَﻮ ِﺟ‬
َ ّ ِ ^ِ ‫ﺎت َو‬ ُ َ‫ﻨ‬T‫ِﻪ اﻟْ َﺤ َﺴ‬Fْ‫(ْن ﻳُْﺆِﻣَﻦ ِ^ﻟِْﻤَْﲒِان ِا"ى ﺗُْﻮَزَن ِﻓ‬1‫َو‬
ُ َ ّ/ِ ‫ﺎت َواﻟﺴ‬
Kita beriman dengan neraca yang ditimbang didalamnya sekalian kebajikan dan kejahatan dan
dengan titian shiroth mustaqim yang dibentangkan diatas api neraka jahannam.
‫ﴩُب ِﻣْ…ُﻪ اﻟُْﻤْﺆ ِﻣ…ُْﻮَن ﻗَ َْﻞ ُدُﺧْﻮِل اﻟْ َﺠﻨِﺔ َوَﻣُﺎؤُﻩ ِﻣَﻦ اﻟْ َﺠﻨِﺔ‬ ٍ ‫ّ…َﺎ‬/ِ ‫َو ِ َﲝْﻮِض ﻧ َ ِﺒ‬
َ ْ َ å ‫ ِا"ى‬j ‫ﶊﺪ‬
Wajib kita beriman dengan haudh Nabi kita Muhammad j yang meminum dari-nya seluruh orang
yang beriman sebelum masuk syurga dan airnya berasal dari air sungai syurga.
‫ِﺎء ُﰒ اﻟﺼِّﺪﻳِْﻘَْﲔ َوا >ﻟﺸﻬَﺪَ ِاء َواﻟُْﻌﻠََﻤِﺎء َواﻟﺼِﺎﻟِˆَْﲔ َواﻟُْﻤْﺆ ِﻣِ…َْﲔ‬Fَ¤ِ ْ‫ا›ﻧ‬1 ْ ‫(ْن ﻳُْﺆِﻣَﻦ َِﺸَﻔﺎ َِﺔ‬1‫َو‬
Kita beriman dengan syafaat seluruh nabi-nabi lalu para shiddiqin, syuhada, ulama, sholihin dan
mukminin.
j ‫ََﺔ اﻟُْﻌْﻈَﻤﻰ َﻣْﺨُﺼْﻮَﺻٌﺔ ِﺑُﻤَﺤﻤٍﺪ‬ ‫(ن اﻟﺸَﻔﺎ‬1‫َو‬
Bahwasanya syafaat yang besar (syafaatul uzhma) yaitu syafaat yang melepaskan huru-hara padang
Mahsyar mencari Nabi dan melepaskan dari jahannam yang mengikut dibelakangnya khusus dengan
Nabi kita Muhammad j.
‫َْﻘُﺎل َذرٍة ِﻣَﻦ ْاﻻﻳَْﻤِﺎن‬è‫ ِﻓ ْﳱَﺎ َﻣْﻦ ِﰱ ﻗَﻠِْﺒِﻪ ِﻣ‬Äُُ‫ِﺪ َﺣﱴ َﻻ َ ْﳜ‬Fْ‫(ْﻫِﻞ اﻟﺘْﻮ ِﺣ‬1 ‫ْﺧِﺮَج َﻣْﻦ َدَ•َﻞ اﻟﻨَﺎر ِﻣْﻦ‬q ‫ِﺑ‬Ñ ‫(ْن ﻳُْﺆِﻣَﻦ‬1‫َو‬
Ì
Bahwa kita beriman dengan dikeluarkannya orang yang masuk neraka dari ahli tauhid hingga tidak
dikekalkan didalamnya orang yang ada didalam hatinya satu mitsqol dzarroh dari iman.
ْ ّ ِ ‫(ن ْاﻟُﻜْﻔَﺮ َواﻟ‬1‫َو‬
‫(ﺑ َﺪَ ْ ٰاﻻَ^ِد َوَﻻ ُ َﳜﻔ ُﻒ َﻋ ْﳯُُﻢ اﻟَْﻌَﺬُاب َوَﻻُْﱒ ﻳُْﻨَﻈُﺮْوَن‬1 ‫ْوَن ِﰱ اﻟﻨِﺎر‬Äُ;َ‫ﴩَك ُﻣ‬
Bahwasanya ahli kafir dan syirik kekal mereka didalam api neraka selama-lamanya dan tidak
diringankan dari mereka siksa dan mereka tidak diperhatikan.
ْ َ ‫(ﺑ َﺪً ا‬1 ‫ْوَن ِﰱ اﻟْ َﺠﻨِﺔ‬Äُ;َ‫(ن اﻟُْﻤْﺆ ِﻣِ…َْﲔ ُﻣ‬1‫َو‬
ْ ُ ‫ﴎَﻣﺪً ا َﻻﻳ َ َﻤ >ﺴﻬُْﻢ ِﻓ ْﳱَﺎ ﻧ ََﺼٌﺐ َوَﻣ‬
‫َْﲔ‬œِ‫ﺎﱒ ِﻣ ْﳯَﺎ ِﺑُﻤْﺨَﺮ‬
Bahwasanya orang beriman dikekalkan mereka didalam syurga selama-lamanya. Tidak menyen-tuh
mereka didalamnya payah dan tidak pula mereka darinya dikeluarkan.
[ِِCَ َ ‫ﺑَْﺼِﺎرِْﱒ ََﲆ َﻣﺎﻳ َ ِﻠْﻴُﻖ ِ َﲜَﻼِِ[ َوُﻗْﺪِس‬1 ‫ِﺑ‬Ñ ‫ََﺮْوَن َرُﲠْﻢ ِﰱ اﻟْ َﺠﻨِﺔ‬j ‫(ن اﻟُْﻤْﺆ ِﻣِ…َْﲔ‬1‫َو‬
Bahwasanya orang mukmin melihat mereka akan Tuhan mereka didalam syurga dengan mata
mereka dengan apa yang pantas dengan Jalal-Nya dan mahasuci sifat Kamal-Nya.
‫(َ&ٍﺪ ِﻣ ْﳯُْﻢ‬1 ‫ >ﳢُْﻢ َوَﻻ اﻟَْﻘْﺪُح ِﰱ‬T‫( َﻣ…َُﺎء َﻻَُﳚْﻮُز َﺳ‬q ‫ُﺎر‬Fَ‫( ْﺧ‬1 ‫ َﳢُْﻢ َوَا ُﳖْﻢ َُﺪْوٌل‬/ْ‫َْﺮِﺗ‬g‫ َو‬j ‫ﷲ‬ َ ْ (1 ‫(ْن ﻳ َ ْﻌَﺘِﻘﺪَ ﻓَْﻀَﻞ‬1‫َو‬
ِ ‫ﲱ ِﺎب َرُﺳْﻮِل‬
105

Bahwa kita i'tiqodkan keutamaan sahabat Rasululloh j dan aturan mereka bahwasanya mereka
adil, terpercaya, tidak boleh dimaki dan tidak boleh dicela seorangpun dari mereka.
َ ْ (1 ‫ﷲ َﻋ ْﳯُْﻢ َوَﻋْﻦ‬
‫ﲱ ِﺎب‬ ُ ‫ﴈ‬ َ ِ ‫ﲆ اﻟُْﻤْﺮﺗَ َﴣ َر‬Ïَِ ‫اﻟﺼِّﺪﻳُْﻖ ُﰒ ُ َﲻُﺮ ُﰒ ُﻋْﺜَﻤُﺎن ُﰒ‬ ِ ّ ‫ َاﺑُْﻮ—َْﻜٍﺮ‬j ‫ﷲ‬ ِ ‫(ن اﻟَْ; ِﻠْﻴَﻔَﺔ اﻟَْﺤﻖ ﺑ َْﻌﺪَ َرُﺳْﻮِل‬1‫َو‬
ِ ِ ‫(ْرَﺣَﻢ اﻟﺮ‬1Mَ ‫ِﻦ َو َﻋﻨﺎ َﻣ َﻌﻬُْﻢ ِ—َﺮ ْ َﲪِﺘَﻚ‬jْk‫ﺎ ْﺣَﺴٍﺎن ِاَﱃ ﻳ َْﻮِم ّ ِا‬ª‫(َْﲨِﻌَْﲔ َوَﻋِﻦ اﻟﺘِﺎﺑِﻌَْﲔ ﻟَﻬُْﻢ ِﺑ‬1 j ‫ﷲ‬
‫اﲪَْﲔ‬ ِ ‫َرُﺳْﻮِل‬
Bahwasanya khalifah yang sebenarnya sesudah Rasululloh j adalah Abu Bakar ash-Shiddiq lalu
Ì
Umar lalu Utsman lalu Ali al-Murtadho dan sekalian sahabat Rasululloh j seluruhnya, tabi'in yang
mengikut mereka dengan kebajikan sampai hari kiamat dan dari kami bersama mereka dengan
rahmat Engkau wahai yang sangat kasih sayang pada yang sangat kasih sayang.
ْ َ ‫ﶊﺪ َو ََﲆ ٓ ِ ِ([ َو‬
‫ﲱِﺒِﻪ َوَﺳْﲅ‬ ٍ Sَ ‫ ِّﻴِﺪ‬T‫ﷲ ََﲆ َﺳ‬
ُ ‫َوَﺻﲆ‬
Ketahui olehmu, hai orang yang berkeinginan kemenangan dunia dan akhirat yang dibukakan mata
hatinya dengan nur yakin, bahwasanya jalan yang menyampaikan kepada Allah ‫ﺗﻌﺎﱃ‬ َ َ َ ‫ ْ َﺒˆﺎﻧ َُﻪ َو‬T‫ ُﺳ‬adalah
mengikut penghulu kita Sayyidina Muhammad al-Musthofa didalam setiap kelakuannya dan
amalnya. Beliau adalah tempat ikutan orang yang mengikut dan imam untuk setiap orang yang
memperoleh petunjuk. Dia adalah pintu yang membukakan keridhoan Allah dengan rahmat-Nya.
Tidak ada jalan yang menyampaikan kepada-Nya kecuali dengannya dan tidak masuk kepada-Nya
kecuali melaluinya sebagaimana firman Allah ta'ala :
‫ﻓﻠﻦ ُ ْﻳﻘ َ َﻞ ِﻣ ْ ُ…ﻪ‬ ِ َ ْ Ì ْ ‫¡ﲑ‬
ْ َ َ ‫اﻻﺳﻼم ِدﻳْ ًﻨﺎ‬ َ ْ َ ِ ‫ﻎ‬%َ ْ¤َ‫وﻣﻦ ﻳ‬
ْ ََ
Artinya : "Barangsiapa yang berkehendak yang lain dari agama Islam sebagai agama maka tidak
diterima darinya".
Dan lagi firman-Nya :
‫َﻦ َﻻَﻣَﻮَﱃ ﻟَﻬُْﻢ‬jْ‫(ن ْاﻟَﲀِﻓِﺮ‬1‫َﻦ ٰٔ( َﻣ…ُْﻮ َو‬jْ"‫ﷲ َﻣْﻮَﱃ ِا‬
َ ‫ن‬1 ‫ِﺑ‬Ñ ~َِ‫ٰذ‬
Artinya : "Yang demikian itu bahwasanya Allah Tuhan yang mengatur urusan orang yang beriman dan
bahwasanya orang kafir tidak ada Tuhan yang mengatur urusan mereka".
Maka setiap kebajikan sesungguhnya hasil dengan mengikutnya dan setiap kejahatan disebab-kan
menyalahi dan bid'ah yaitu mengada-adakan yang tidak ada didalam sunnah Nabi Allah j seperti
firman Allah ta'ala :
‫(ﻟﲓ‬ ٌ َ َ ‫ ْ(و ُ ِﻳﺼ ْﻴ َ ُ ْﳢﻢ‬1 ‫ َ ٌﻨﺔ‬%ْ ‫ ْ(ن ُ ِﺗﺼ ْﻴ َ ُ ْﳢﻢ ِﻓ‬1 ‫(ﻣﺮﻩ‬
ٌ ْ ِ 1 ‫ﺬاب‬ ٖ ِ ْ 1 ‫ﻋﻦ‬ ْ ُ ِ َ ُ ‫ َﻦ‬j"‫ا‬
ْ َ ‫ﳜﺎﻟﻔﻮ َن‬ ِ َ ˆ‫ﻓَ ْﻠَْﻴ‬
ْ ِ ‫ﺬر‬
Artinya : "Hendaklah takut mereka yang menyalahi perintahnya bahwa menimpa mereka fitnah atau
menimpa mereka azab yang sangat pedih".
Maka ijtihad olehmu, bersungguh-sungguh dengan setiap yang bermanfaat untukmu dalam
agamamu yaitu menuntut keridhoan Allah dan Rosul-Nya dan menuntut amal yang mendekatkan-
nya kepada Allah ta'ala dan yang bermanfaat untuk akhiratmu. Ambil olehmu bekal untuk
akhiratmu yang sangat jauh perjalanannya, sangat sulit jalannya dan sangat banyak musuhnya.
Dialah musafir yang sebenarnya yang membutuhkan pada bekal yang banyak dan pokok bekal dan
yang paling bermanfaat sebagai bekal adalah takwa Allah ta'ala. Sebagaimana firman Allah ta'ala :
َ ْ ‫•ﲑ اﻟﺰ ِاد اﻟ‬
‫ﺘﻘﻮى‬ َ ْ َ ‫ﺰود ُْوا َﻓﺎن‬gَ َ ‫َو‬
Ì
Artinya : "Berbekallah kamu, bahwasanya sebaik-baik bekal takut akan Allah".
Takwa adalah lafazh yang mengumpulkan dua makna yaitu mengerjakan dan menjunjung perin-tah-
perintah dan menjauhkan segala yang dilarang. Hendaklah engkau sungguh-sungguhkan sekuasa-
kuasamu mengerjakan segala yang diwajibkan atasmu seukuran kemampuanmu mengenal Allah
dari yang yang wajib bagi-Nya, yang mustahil dan yang harus. Demikian juga pada hak Rasul-Nya
seperti itu pula. Kemudian hendaklah engkau ketahui sembahyang dengan seka-lian rukun-
rukunnya, syarat-syaratnya, sunat-sunatnya, yang membatalkannya. Demikian pula zakat jika
engkau mempunyai harta, puasa Romadhon dan haji jika telah wajib atasmu. Kemudian hendaklah
engkau maksud dengan amalmu seperti yang diperintahkan yaitu dengan ikhlas dan shiddiq yaitu
sucikan hati dengan amalnya itu bagi yang lain dari Allah ta'ala. Qoshod-(maksud)-mu mendirikan
106

hak 'ubudiyah (kehambaan), mendirikan dan menzhohirkan Rububiyah-Nya (Ketuhanan-Nya).


Jangan engkau tamak kepada yang lain dari-Nya baik tsawab-Nya/pahala-Nya atau syurga-Nya atau
neraka-Nya. Jangan engkau minta balas atas amalmu karena amalmu itu nikmat-Nya yang Dia
nyatakan darimu dan membutuhkan syukur atas nikmat-Nya. Tidak ada jalan bagimu minta balas
amal yang dengan karunia-Nya Dia zhohirkan padamu dan dibangsakan kepadamu jua.
Maka inilah jalan yang mustaqim yang lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Dengan
ikhlas dan shiddiq bersama Allah untuk berhadap kepada Allah, beramal dengan-Nya, hasil kasih
sayang-Nya, hasil kabul yang membukakan mata hati, meluaskan rahasia dengan nur yakin, hasil
dengannya lezat ibadah dan taat. Hasillah terbuka mata hatinya akan hakikat dunia yang ‫ ﻧدﻴﻪ‬yaitu
kekurangan dan fana sedangkan akhirat negeri yang sebenarnya dan kekal serta kesudahan negeri
orang beriman. Disanalah didapat keridhoan yang sangat besar, melihat wajah-Nya yang Karim,
bertetangga dengan Tuhannya yang Roufur-rohim, hasillah untuknya Fauzul 'azhim, kebahagiaan
yang abadiyah (kekal) dan sarmadiyah (selama-lamanya). Barangsiapa yang didalam dunia diatas
petunjuk dan takwa maka didalam akhirat terlebih dapat petunjuk dan lebih kuat dalilnya.
Barangsiapa didalam dunia buta maka didalam akhirat terlebih buta dan terlebih sesat jalannya.
Karena inilah telah memerintahkan masyaikh ahli tasawuf menyucikan hati dan menjernihkannya
dari kekeruhan aghyar dan akdar (yang keruh) yang selain Allah supaya kuat yakin dan supaya dapat
mentahkikkan hakikat tauhid dengan dzauq dan wijdan dan terkaya dari dalil dan burhan. Karena
mengetahui mereka bahwasanya hati itu bila baik niscaya baik sekalian jasad seluruhnya, bila fasid ia
maka fasid sekalian jasad karena hati adalah seperti raja yang memerintahkan segala anggotanya
yaitu lidahnya, telinganya, matanya, tangannya, kakinya, dan farajnya. Sekaliannya itu seperti
rakyatnya. Tubuh itu seperti negeri tempat kerajaan manakala baik hati maka baik sekalian
anggotanya. Manakala baik sekalian anggotanya baik pula tubuhnya. Manakala fasid hati, jadi fasid
segala anggota dan manakala fasid anggota maka binasalah tubuhnya.
Bila engkau mengetahui yang demikian maka hendaklah tanamkan dalam hatimu tanaman yakin
didalam 'ain syurgamu supaya tetap iman padanya dari gempa/guncangan syak, zhon dan waham.
Adakalanya dengan mengambil dalil dari beberapa ayat didalam Qur`an dan didalam hadits dan
nazhor yang membawa kepada ilmu yakin. Adakalanya dengan musyahadah akan kamal sifat-Nya
jika engkau dari ahlinya. Seyogyanya pula engkau menyungguhkan menguatkan yakinmu dengan
membanyakkan dzikrulloh dan taat akan Allah malam dan siang, melazimkan istighfar karena
adalah Nabi j mengucap istighfar 70 kali didalam sehari. Tuntut olehmu segala kesempurnaan
sifatmu pada Allah dengan idhtiror dan iftiqor dan melazimkan lemah dan inkasar (pecah hati).
Mudah-mudahan engkau dapat mentahkikkan sifat 'ubudiyah maka dengannyalah kamal sifatmu.
ٌ ‫( َذ ِﻟْﻴ‬yang hina/rendah) dan lemah tidak mempunyai
Yaitu melihat dirimu iftiqor yang berkekalan, ‫ﻞ‬
daya dan upaya, sabar atas mengerjakan taat, sabar atas maksiat, atas segala bala` dan fitnah, ridho
akan apa yang dihukumkan Allah dari perkara baik dan buruk sebab engkau lihat akan kamal
Syafqoh kasih sayang Tuhanmu atas segala hamba-Nya dan tawakkal dengan engkau serahkan
kepada-Nya urusan kehidupanmu dan dunia dan akhiratmu karena Dia tidak menyia-nyiakan segala
hamba-Nya yang menyerahkannya dan yang tidak menyerahkannya bahkan hingga seteru-Nya
tiada dilupa-Nya dan tiada lalai-Nya seperti segala orang yang kafir menyekutukan-Nya maka
betapa Dia sia-siakan hamba-Nya yang berkhidmat lagi menyerahkan dirinya kepada-Nya.
Zuhud yaitu benci dengan setiap yang menyibukkan dari Tuhannya karena diketahuinya dunia ini
negeri untuk orang yang tiada negeri dan harta untuk yang tiada memiliki harta. Ia diumpamakan
dengan bangkai dan jijik. Membesarkan nikmat Allah dan syukur akan segala nikmat Allah serta
memuji-Nya sebab diketahuinya bahwasanya nikmat Allah tiada dapat dihitung banyaknya dan
tidak dapat disebut hingganya. Sebagian dari nikmat al-Ijad yaitu diadakan dari ‘adam kepada
wujud. Jika bukan karena karunia-Nya maka ‘adam selama-lamanya. Sebagian dari nikmat-Nya ‫ﺗ ََﻮاﱃ‬
‫ ْاﻻْﻣﺪَ ُاد‬yaitu berturut-turut nikmat pertolongan yang jika tiada niscaya binasa engkau. Sebagian lagi
Ì
107

bahwa dijadikan-Nya engkau sebagai ahli untuk khidmat karena jika tidak bagaimana engkau ahli
untuk mentaati-Nya dan berkhidmat kepada-Nya. Syafaqoh (‫ )َﺷَﻔَﻘﻪ‬kasih sayang kepada makh-luk
Allah karena diketahuinya Tuhannya itu memilih mengeluarkannya dari ‘adam wujud dengan
ikhtiyar-Nya dan diberikan-Nya berbagai-bagai imdad-Nya serta dijadikan-Nya khidmat pada-Nya
maka bagaimana tiada kasih sayang akan makhluk Tuhannya yang ia kasih akan dia. Istimewa pula
kepada segala saudaranya yang mukminin karena tidak sempurna iman seseorang itu hingga
dikasihinya untuk saudaranya seperti apa ia kasih bagi dirinya. Kemudian tawadhu` akan Allah yang
membawa untuk tidak bermaksiat seperti engkau tawadhu` karena dunia seseorang atau
kemegahannya kepada orang ahli maksiat. Inilah sebagian dari kumpulan kesempurnaan sifat
'ubudiyah yang dipuji. Hendaklah engkau ijtihadkan berkhidmat kepada Tuhanmu selama sisa
hidupmu didalam beberapa hari yang sedikit dan engkau ramaikan dengan berbagai-bagai ibadah
dan ketaatan malam dan siang didalam umurmu yang pendek karena jikalau kamu fardhukan
seratus tahun umurmu maka yang demikian itu sangat sedikit tidak sampai seper-empat hari akhirat
tetapi hanya sepersepuluhnya saja. Engkau menyibukkan dengan perkara yang berfaedah akan
akhirat pada segala kelakuanmu seperti firman Allah ta’ala :
‫ﻳﺪون َو ْ َ ُﻪ‬ ِّ ِ َ ْ ‫^ﻟﻐﺪَ ِاة َو‬
َ ْ ُ ْ ‫ُ ِﺮ‬j ‫اﻟﻌﴙ‬ َ ْ ِ ‫رﲠﻢ‬ َ ْ ِ ‫ﺴﻚ َ َﻣﻊ‬
َ ْ ُ ْ َ ‫ﻦ‬j"‫ا‬
ْ ُ َ ‫ﻳﺪﻋﻮن‬ َ َ ‫اﺻﱪ َ ْﻧﻔ‬
ْ ِ ْ ‫َو‬
Artinya : "Sabarkan olehmu, akan dirimu bersama mereka yang meminta mereka itu akan Tuhan-nya
pada pagi-pagi dan petang-petang yang berkehendak mereka itu akan Wajah-Nya".
Demikianlah engkau kerjakan pada setiap hari hingga datang yakinmu (mati) yang dapat melihat
akan kamal kasih Tuhanmu akan segala hamba-Nya yang mukminin didalam akhirat.
Kata Syeikh Ruslan ad-Dimasqi ‫ رﴈ ﷲ ﻋﻨﻪ‬:

ُ ِ ‫ﻓﻌ¸ َ ْﳚ َﺘ‬
‫©ﺐ‬ ٖ ِ ْ ِ ‫ﻋﻦ‬ ُ ِ َ ‫َ ْﺮ‬j ‫(ﻣﺮﻩ‬
ْ َ ‫ﻜﺐ ۞ َ َوﻣﺎ ﳖَ َ?ﻰ‬g َ َُ
ُ َ َ 1 ‫ﻓﳫﻤﺎ‬
Artinya : "Maka tiap-tiap pekerjaan yang disuruh akan dia dikerjakannya; dan tiap-tiap barang yang
ditegahkan daripada mengerjakan dia dijauhkannya".
Yakni maka seyogyanya bagi orang yang mempunyai himmah (cita-cita) yang ‘aliyah (tinggi) itu
menuntut akan keridhoan Allah dengan bersegera ia mengerjakan tiap-tiap perkara yang disuruh
Allah dan menjauhkan tiap-tiap pekerjaan yang ditegahkan-Nya. Maka senantiasa ia mengerjakan
yang demikian itu yakni ia menuntut akan keridhoan Allah dengan perkara yang diperintahkan dan
dengan menjauhkan segala yang ditegah-Nya hingga jadilah dia dikasihi Allah. Maka jadilah ia
seperti kata :
‫ﺑﴫ‬ ٌ ْ َ ‫ﲰﻊ َو‬
ْ َ َ ‫ﺑﻄﺶ َو‬ ْ َ َ¤ْ‫ﻟ;ﺎﻟﻖ اﻟ‬
ٌ ْ َ ‫ﴩ ۞ َ ُ[ ِ ِﺑﻪ‬ ِ ِ َ ِ ^‫ﺒﻮ‬ َ ََ
ً ْ ُ ‫ﻓﺼﺎر َﻣ ْﺤ‬
Artinya : "Maka jadilah ia kekasih bagi Tuhan yang menjadikan segala manusia dan manakala Dia
kasih niscaya adalah Dia mendengar yang ia mendengar dengan dia dan menampar yang ia
menampar dengan dia dan melihat yang melihat ia dengan dia".
Seperti firman Allah didalam hadits Qudsi :
‫ﺒﴫ ِ ِﺑﻪ َو َﻳﺪَ ُﻩ ِاﻟﱴ‬ َ َ َ ‫ﺴﻤﻊ ِ ِﺑﻪ َو‬
ُ ِ ْ ُ‫ﺑﴫ ُﻩ ِا"ى ﻳ‬ ُ َ ْ َ å ‫ﲰﻌﻪ ِا"ى‬ ُ ْ ‫ﺣ َ ْﺒ ُ ُﺘﻪ ُﻛ‬1ْ ( ‫ﻓﺎذا‬
ُ َ ْ َ ‫ﻨﺖ‬ َ َ ‫( ِﺣ ُﻪ‬q ‫اﻓﻞ َﺣﱴ‬ ِ ِ ‫ﺘﻘﺮب ِ َاﱄ ِ^ﻟﻨ َﻮ‬ ْ ِ ْ ‫َ َﺰ ُال َﻋ‬j‫َوَﻻ‬
ُ َ َ َ ‫ﺒﺪي ﻳ‬
Ì ِ ْ ‫ﻳﻤﴙ ِﲠﺎ و َ ْﻗﻠﺒﻪ ِا"ى‬
‫ﻳﻀﻤﺮ ِ ِﺑﻪ‬ ُ َ ْ ِ َ ‫ﺒﻄﺶ ِ َﲠﺎ‬ ُ ِ ْ َ‫ﻳ‬
ُ َ ُ ُ َ َ ِ ْ َ ‫¸ ِاﻟﱴ‬œ‫ور‬
Artinya : "Dan senantiasa hamba-Ku mendatangkan/mendekatkan ia akan Daku dengan menger-jakan
yang sunat hingga Aku kasih akan dia maka apabila Aku kasih akan dia adalah Aku
pendengarannya yang ia mendengar dengannya dan penglihatannya yang ia melihat dengannya
dan tangannya yang ia menampar dengannya dan kakinya yang ia berjalan dengannya dan
hatinya yang ia menyunyikan dengannya".
ْ َ 1 ‫(ﻋﻄﺎ ُﻩ ُﰒ َز َاد ِﻣﻤﺎ‬
‫(ﺣﺐ‬ ºÌ ‫َوَﰷَن ِ ٰ ّ ِ َ ِﻟ‬
ْ َ َ ‫وﻴﺎ ْان‬
َ ْ 1 ۞ ‫ﻃﻠﺐ‬
108

Dan adalah ia bagi Allah ta'ala wali-Nya yakni orang yang 'arif billah yang ghoriqun (tenggelam) ia
dengan syuhud akan Tuhannya jika menuntut ia diberinya akan dia kemudian dilebihkan dia
daripada apa yang dikasihinya dan apa yang dicitanya.
ْ ِ َ َ ‫ﻣﻮرﻩ ﻓ‬Ñ‫ﻣ‬
‫ﺎدر‬ ْ ُ َ ‫ﻓﺎن‬
ُ َ ْ ُ Þ َ ‫ﻜﻦ‬j ِ َ ‫ﴩعِ ُﰻ‬
ْ َ ۞ ‫•ﺎﻃﺮ‬
ْ ْ ‫ﲝﲂ اﻟ‬
ِ ْ ُ ِ ‫وزن‬
َِْ
Ì
Dan timbang olehmu tiap-tiap amal yang engkau hendak kerjakan dan tiap-tiap khotir yang terlintas
pada hatimu maka tilik maka jika mufakat dengan hukum syara' barang yang disuruh daripada taat
dan ibadah daripada fardhu dan sunat maka segerakan olehmu mengerjakan dia dan jika tiada maka
tinggalkan olehmu jika tiada mufakat dengan hukum syara'.
َ ِ ‫(ﻣﺮ‬
ٰ ْ ‫ﻣﻦ‬
‫اﻟﺮﲪِﻦ‬ ِ َ َ ْ َ ‫وﻻﲣﻒ ِ ْﻣﻦ‬
ِ َ ْ T‫وﺳﻮﺳﺔ اﻟﺸ‬
ٌ ْ 1 ‫ﻴﻄﺎن ۞ ﻓَﺎ ُﻧﻪ‬ ََْ َ َ
Ì
Artinya : "Dan jangan engkau takut daripada waswas setan pada hatimu maka bahwasanya pekerjaan
itu dari Tuhan yang bersifat Rohman".
Tanda shohih iman.
َ َ َ ‫( ْو‬1 ‫ﻳﻌﻤﻞ‬
‫ﳫﻤﺎ‬g ُ ْ ِ َ ْ ‫ﻐﻔﺮ‬F
ِ ْ ‫ﻠ‬wِ ‫اﻟˆﺪﻳﺚ‬
ْ َ ْ َ ‫ﻨﻔﺲ َ َوﻣﺎ ۞ َﱒ ِ َاذا َ ْﻟﻢ‬ ُ َ ْ ُ َ‫ﻓ‬
Artinya : "Maka diampunkan Allah segala yang terlintas pada hatimu daripada pekerjaan yang tiada
harus pada syara' dan barang yang dicita-cita apabila tiada engkau amalkan atau tiada kamu
berkata".
Yakni engkau khobar maka hendaklah engkau lawankan dan engkau perangkan hawa nafsumu dan
jangan engkau kerjakan barang yang disukanya dan barang yang dilintangkan oleh hatimu itu dan
jika jatuh yakni jika engkau kerjakan dengan tiada ikhtiyarmu atau engkau kerjakan dengan sebab
mengerasi oleh hawa nafsumu maka tinggalkan olehmu dengan bersegera dan menyesal jangan
engkau cita akan kembali kepadanya umpamanya maka yaitu taubat yang nashuha maka jika tiada
didapat engkau lawan akan nafsumu maka engkau lintangkan yang merubuhkan akan segala lezat
yaitu mati yang menghilangkan sebagala lezat dan terkejut datangnya yang menghilangkan
kesukaannya hidup yakni engkau takdirkan mati itu hampir bagi kamu dan engkau membanyakkan
pula menyebutkan mati dengan engkau ingat pula didalam hatimu akan datang-nya dengan
terjkejut yang meluputkan bagimu lezat dan kesukaan mudah-mudahan yang demikian
menegahkan kamu daripada mengerjakan akan segala yang ditegah oleh Allah ta'ala dan
membangkitkan taubat daripada dosa yang ia kerjakan dan mengerjakan taat dan ibadat yang
fardhu dan sunat akan jadi bekal negeri Akhirat karena taubat itu wajib bersegera jika daripada dosa
kecil sekalipun istimewa pula dosa besar dan lagi taubat itu dituntut daripada tiap-tiap engkau yang
mengerjakan dosa maka hendaklah engkau ulangkan taubat tiap-tiap kemudian daripada dosa
jikalau 70 kali didalam sehari engkau mengerjakan dosa maka 70 kali pula engkau taubat karena
dosa yang kemudian itu tiada membinasakan taubat kamu yang dahulu maka tiap-tiap banyak
taubat itu yang terlenih kasih kepada Allah ta'ala.
(Soal) jika engkau kata, "Tiada dapat ia mengerjakan taat melainkan datang umpama 'Ujub dan
Riya` dan Takabbur, apakah hukumnya ditinggalkan ibadah itu terlebih baik atau dikerjakan jua
jikalau serta yang demikian itu".
(Jawab) maka tiada harus kita tinggalkan ibadah sebab takut akan maksiat tetapi wajib kemudian
daripadanya taubat, maka bahwasanya taubat itu mengkafarat-kan dosanya dan wajib engkau
obatkan penyakit yang tersebut itu dan engkau tolakkan seboleh-bolehnya tiap dilintas oleh hatimu
maka engkau tolakkan dan engkau iringkan dengan istighfar maka ia mengkafaratkan dia
demikianlah engkau perbuat tiap-tiap datang kepadamu umpama 'Ujub dan Riya` dan lainnya.
(Maka) tiada sempurna taat itu melainkan engkau sucikan hatimu dari segala sifat yang kecelaan
yang didalam hatimu seperti riya` yaitu mengamalkan ibadah karena manusia karena yang demikian
itu dosa yang amat besar dinamakan syirik khofi yang menggugurkan pahala amal seperti firman
Allah ta'ala :
109

‫ﷲ اﻻ ﻗَ ِﻠ ْﻴًﻼ‬ ُ ْ َ ‫ﻨﺎس َ َوﻻ‬


َ ‫ﻳﺬﻛـُْﺮو َن‬ َ ‫ﺮ( ُْٓءو َن اﻟ‬jَُ
Ì
Artinya : "Bermula sifat orang yang munafik itu apabila beramal mereka itu melihat mereka itu akan
manusia dan tiada mereka itu menyebut akan Allah melainkan sedikit saja".
Demikian lagi 'ujub yaitu melihat seorang akan amalnya dan membesarkannya dan ridho ia
dengannya dan mencengangkan dirinya. Demikian lagi takabbur yaitu pongah ia akan hak dan
menolakkan yang benar atas yang berkata ia dan menghinakan manusia seperti sabda Nabi j :
ِ ْ ِ ْ ‫ﻣﻦ‬
‫اﻟﻜﱪ‬ ُ َ ْ ‫َ ْﻟﻦ ْﻳﺪ• َُﻞ ا ْ َﻟﺠ َﻨﺔ َ ْﻣﻦ ِﰱ َ ْﻗﻠ ِ ِﺒﻪ ِﻣ‬
ٍ َ ‫ﻘﺎل‬è
َ ِ ‫ذرة‬
Artinya : "Tidak masuk syurga mereka itu yang ada didalam hatinya suatu mitsqol zarroh daripada
takabbur".
Demikian lagi hasad yaitu dengki. Makna dengki itu cita hilang nikmat daripada orang yang
didengkinya. Sabda Nabi j :
ُ ُ ٔ َ Cَ َ ‫ﻨﺎت‬
َ َ َ ْ ‫ﰻ اﻟ ُﻨﺎر‬Ñ‫ﺗ‬
‫اﻟﺤﻄﺐ‬ ُ ُ Þ َ َ‫ﰼ َوا ْ َﻟﺤ َﺴﺪَ َﻓﺎن اﻟْ َﺤ َﺴﺪ‬M‫ا‬
ِ َ T‫ﰻ ا ْ َﻟﺤ َﺴ‬Ñ‫ﺗ‬ ُْ ِ
Ì
Artinya : "Takut olehmu dari hasad maka bahwasanya hasad itu memakan kebajikan seperti memakan
api akan kayu".
ٌ َ‫ﺪ‬œِ (berbantah dan berkelahi-kelahi) maka yaitu membantah akan orang
Demikian juga ‫ ِﻣَﺮًاء‬dan ‫ال‬
yang lain atas apa yang didakwanya akan benar yakni membenarkan dirinya dan menyalahkan
lawannya, Makna jidal itu yaitu menolakkan lawannya dan membinasakan perkataannya dengan
hujah hal keadaan membenarkan kalamnya jika benar lawannya sekalipun disalahinya akannya.
Demikian juga menghelakan kainnya karena khuyala` dan berlenggang-lenggang berjalan dan
melihat ia akan dia maka sekaliannya menafi bagi 'ubudiyah dan membantah-bantahi pada hak
Rububiyah. Demikian juga namimah maka dinamakan dzul-wajhain (pemilik dua wajah/muka dua)
yaitu menuduhkan perkataan seorang kepada seorang atas jalan hendak memfasidkannya.
Maka segala perkara yang demikan itu membinasakan amal dan membatalkannya dan lagi mem-
bantahi akan kehendak Tuhannya. Tidak sempurna ibadah melainkan dengan menyucikan segala
maksiat zhohir dan maksiat bathin itu. Maka dengan kita sucikan daripada keduanya, ikhlas amal
dan Shiddik maka dengannyalah dapat amalnya dan dengannya dapat hampir hamba kepada
Tuhannya. Dengannya dapat keridhoan-Nya dan ia ridhokan Tuhannya maka ialah sebenar-benar
maqom yang dituntut oleh orang yang salikin ilalloh ta'ala yang berkehendak kemenangan bagi
negeri akhirat.
Inilah akhir kitab yang kukehendaki menerjemahkan pada pembahasan ilmu 'aqoidut tauhid maka
aku harap akan Allah bahwa ada ia ikhlas bagi Zat Tuhan kita yang Maha Mulia pada riya`. Aku harap
pula bahwa dilepaskan aku dari tipu daya setan yang kena rajam. Aku harap bahwa dilepaskan diriku
yang amarah dan hawa nafsu. Maka barangsiapa cenderung ia pada salah satu dari yang tiga itu
maka sungguhnya sesat ia dari dapat petunjuk. Aku harap pula bahwa diberi akan kami pertolongan
dan petunjuk akan hujjah kami tatkala ditanya di kubur, di padang mahsyar dan di titian. Kemudian
kami mengucap sholawat serta salam yang berkekalan atas Nabi yang ia adalah perangainya
selama-lamanya kasih sayang yaitu Nabi Muhammad dan segala isi rumahnya dan segala
sahabatnya dan akan segala orang yang mengikut akan jalannya daripada segala umatnya.
َ ُ َ ‫ا"اﻛﺮون‬
‫وﳇﻤﺎ‬ ُ َ َ َ ‫ﳇﻤﺎ‬
َ ْ ُ ِ ‫ذﻛﺮﻩ‬ َ ِ ‫ ّﻴ‬T‫ﷲ َ َﲆ َﺳ‬
ٍ َ ُ S‫ِﺪ‬
َ ُ ‫ﻣﺤﻤﺪ‬ ُ ‫وﺻﲆ‬ َ ْ َ ‫ﺘﺪى‬
ُ S‫ ْ(ن َﻫﺪَ َا‬1 ‫ﻟﻮﻻ‬
ََ ‫ﷲ‬ ُ ْ َ َْ
َ ِ َ ‫ ِﻟﻬٰ َﺬا َ َوﻣﺎ ُﻛﻨﺎ ِ َ ْﳯ‬S‫اﻟﺤﻤﺪ ِ ٰ ّ ِ ِا"ى َﻫﺪَ َا‬
َ ْ ُ ِ َ ْ ‫ذﻛﺮﻩ‬
‫اﻟﻐﺎﻓﻠﻮن‬ ُ ِ ْ ِ ‫ﻋﻦ‬ َ ََ
ْ َ ‫ﻏﻔﻞ‬
Telah selesailah Faqir al-Muhtaja ilaa rohmati Robbihi Al-Ghoni Daud bin Abdullah Fathoni dari
menerjemahkan Ad-Duruts tsamin fii bayaani 'aqoidil mu`minin pada waktu Zhuhur pada hari Sabtu
17 hari bulan Syawal di negeri Mekkah al-Musyarofah pada hijrah Nabi j 1232.
110

ِ َ ْ ‫ﻟﻤﻌ ُ ْﺒﻮ ُد َوان ا‬


[ُ َ ‫ﻟﺠﻤ ْ َﻴﻊ‬ > ُ ْ ‫ﱰف‬
ْ َ ْ ‫ ُﻧﻪ ا‬1Ñ‫اﻟﲁ ِﺑ‬ َ َ َ ْ ‫ﻳﻔﻪ َﻓﺎ‬ ِ ِ ْ‫ﴫ‬
ِ ْ َ‫ﲢﺖ ﺗ‬ ِ َ َ ْ ‫ا&ﺪ َوﻗَ َﻬﺮ َذر ِات‬
َ ْ َ ‫اﻟﻌﺎﻟﻢ‬ ُ ِ ‫ﻨﻔﻮس َ َﲆ ا ُﻧﻪ اﻟْ َﻮ‬ َ ْ ُ > ‫ﻓﻄﺮ اﻟ‬ َ َ َ ‫اﻟﺤﻤﺪ ِ ٰ ّ ِ ِا"ى‬ ُ ْ َ َْ
Ìِ
‫ َﲆ ٰا ِ ِ[ َ ِذوى‬Ì َ ‫ﺴﺎﺋﻞ َو‬ ِ ِ َ ‫اﻫﲔ ِﰱ َ ِﲨ ْﻴﻊ ِ اﻟْ َﻤ‬ َ َ ْ ِ ‫ﻻﺋﻞ َ َوﺳ َﻮ ِاﻃﻊ‬k‫ا‬
ِ ْ ِ ‫اﻟﱪ‬ ِ ِ َ ِ ‫ ِﻟﻘَ َﻮ ِاﻃﻊ‬.‫ﺒﲔ‬ ِ ْ ِ ‫ﶊﺪ اﻟْ ُﻤ‬ٍ S‫ِﺪ‬ َ ‫ ّﻴ‬T‫ﺴﻼم َ َﲆ َﺳ‬ ُ َ ‫اﻟﺼﻼة َواﻟ‬ ُ َ ‫ﺎﺑﺪ َو‬ ٌَِ
‫(^ن‬ َ َ 1 ‫ﺘﺎب‬ ٌ َ ‫وﻫﻮ ِﻛ‬ َ ُ َ ‫ﺜﻤﲔ‬ ُ ْ ِ ‫ر اﻟ‬k‫ا‬ > > ‫ﺘﺎب‬ ِ َ ‫ﺗﻌﺎﱃ َﻃ ْ ُﺒﻊ ِﻛ‬ َ َ َ ‫ﲝﻤﺪﻩ‬ِ ِ ْ َ ِ ‫ﻓﻘﺪ َﰎ‬ ُ ْ َ ‫(ﻣﺎ‬1 ) ‫ﻟﲁ َ َﻣﻌﺎ ِﻧﺪَ ِذى ﻏَ َﻮ َ ٍاﻳﺔ‬
ْ َ َ (‫ﺑﻌﺪ‬ ِّ ُ ِ ‫اﻟﻘﺎﲳﲔ‬َ ْ ِ ِ َ ْ ‫(ﲱﺎﺑﻪ‬ ِ ِ َ ْ 1 ‫اﻟْﻬِﺪَ َ ِاﻳﺔ َو‬
ِ ‫وﲢﺮص َ َﲆ اﻟ ِﻨﺎﻓﻊ ِ ﻟَﻬَﺎ ِﰱ‬
‫ار‬k‫ا‬ ُ ُ ْ َ َ ‫ﳤﺎ‬j‫ﲻﺎ‬َ ِ َ َ َ ‫اﻟﻘﻠﻮب ِ ْﻣﻦ‬ ُ ْ ُ ُ ْ ‫ﺔ َو ِ ِﺑﻪ َ ْﺗﻄﻬ ُُﺮ‬Fِ ‫اﻻﺳﻼ ِﻣ‬ َ ْ ْ ‫ﻳﻌﺔ‬ ِ َ ْ‫ﴩ‬
ِ ‫ﳚﺐ ِا ْﻋ ِ َﺘﻘﺎد ُُﻩ ِﰱ اﻟ‬ ُ ِ َ ‫اﻟ|ﺎ ِو ِﻳﺔ َﲻﺎ‬ َ ْ ‫ﻠﻐﺔ‬w
ِ َ > ^ِ
Ì َ ‫ﻦ و َﻛ‬jk‫ﻴﺎ و ّ ِا‬k‫ا‬
ِ َ T‫ا› ْﺳ‬1 ْ ‫ﻟﺤﴬة‬
‫ﺘﺎذ‬ ِ َ ْ َ ِ ‫وﻫﻮ‬ َُ َ ‫ﺴﻠﻤﲔ‬ َ ْ ِ ِ ْ ‫ﻦ ا ْ ُﻟﻤ‬j‫د‬ ِ ْ ِ ‫ﺴﺎﺋﻞ‬ ِ ِ َ ‫َﺎت َﻣ‬ ِ ‫(ﻣﻬ‬q ‫ﺘﻤﻞ َ َﲆ‬ ْ َ َ َ ‫ﻴﻒ‬
َ َ َ T‫ﻻوﻗﺪ ِا ْﺷ‬ ْ َ ِ ْ َ َ ْ‫ﻨﻔﻊ ِﰱ > ﻧ‬ ِ ِ َْ qْ
ٌ َ ْ ِ َ ‫ا›ﺧﺮوﻳﺔ ﻓَﻬ َُﻮ‬
ُ َ ْ َ ‫ذ•ﲑة ﻳ‬
‫ﺖ‬/ ْ َ ‫ﻃﺮرﻩ َ َوو ِﺷ‬ُ ُ َ ُ ‫ﲢﻠﺖ‬ ْ َ َ ‫وﻗﺪ‬ ْ َ َ ‫رﺿﺎﻩ‬ُ َ ِ ‫ﺑﻪ‬S( ُ َ َ 1 ‫ﷲ َو‬ ُ ‫رﲪﻪ‬ ُ َ ِ َ ‫اﻟﻔﻄﺎﱏ‬
ِ َ َْ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻴﺦ َﻋ ْ ِﺒﺪ‬ ِ ْ T‫داود ْ ِ—ﻦ اﻟﺸ‬ َ ُ َ ‫ﻴﺦ‬ ِ ْ T‫ذاﻟﲀﻣﻞ اﻟﺸ‬ ِ ِ َ ْ َ ‫اﻟﻤﻼ‬ َ َ ْ ‫اﻟﻔﺎﺿﻞ َو‬
ِ ِ َْ
ِ ِ ْ َ ‫ﻣˆﺎﺳﻦ‬
‫وﺿﻌﻪ‬ ِ ِ َ َ ‫ا®ﳤﺎء‬ ِ ِ ْ ‫ﺗﻤﺎم َﻃ‬
َ َ ِ ْ ِ ‫ﺒﻌﻪ‬ ُ َ َ ‫وﰷن‬ ِ ْ ُ ْ َ ْ ‫ﻠﻤ َﺆ ِ ّ ِﻟﻒ‬wُ ْ ِ ‫اﻻ•ﻼص‬
َ َ َ ‫اﻟﻤﺬﻛﻮر‬ ِ َ ْ ْ ‫اﻻﻳﻤﺎن َو‬ ِ َ ْ ْ ‫—ﳫﻤﺔ‬ِ َ ِ َ ِ ‫َﺘﻌﻠﻖ‬ ُ َ َ ‫ﻴﻔﺔ ﺗ‬ ٍ َ ْ ‫—ﺮﺳﺎ¦ َ ِﻟﻄ‬
ٍ َ َ ِ ِ ‫ﻏﺮرﻩ‬
ُ ُ َُ
(Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan diri-diri atas sesungguhnya Dia Esa dan mengerasi dzarroh-
Ì Ì
dzarroh alam dibawah kehendak-Nya. Maka mengakui semua bahwasanya Dia yang disembah. Dan
sesungguhnya semua bagi-Nya abid. Sholawat dan salam atas penghulu kita Muhammad yang menyatakan
bagi memutuskan dalil-dalil dan menerangi burhan-burhan pada sekalian masalah. Dan atas keluarganya yang
mempunyai hidayah dan sahabat-sahabatnya yang memecahkan mereka bagi tiap-tiap yang ingkar yang
mempunyai kesesatan. Adapun sesudah itu maka sesungguhnya telah sempurnalah dengan memuji Allah ta'ala
mencetak kitab Ad-Duruts Tsamin yaitu kitab yang menyatakan dengan bahasa Melayu dari apa-apa yang wajib
mengi'tiqodkannya pada syariat Islam. Dan dengannya sucilah hati dari kebutaannya. Dan inginlah dia atas
yang bermanfaat baginya pada negeri akhirat. Maka dia simpanan yang memberi manfaat pada dunia dan
agama. Dan bagaimana tidak sesungguhnya meliputi Dia atas yang penting-penting dari masalah agama
Muslimin. Dan dia bagi hadhirat Ustadz yang mulia yang mempunyai kesempurnaan Syeikh Daud bin 'Abdullah
al-Fathoni rhm. Semoga Allah mengembalikannya kepada keridhoan-Nya. Dan sesungguhnya telah menempati
pinggir-pinggirnya dan terlukislah awalnya dengan kitab yang lembut yang berkaitan dengan kalimat iman dan
ikhlas bagi pengarang yang tersebut. Dan adalah kesempurnaan cetakannya kesudahan baik hantarannya)

Telah selesai pula saya alih bahasakan kedalam bahasa Indonesia dan di print pertama kali pada hari
Khamis, 6 Rabi'ul Awwal 1432 Hijrah Nabi bertepatan dengan 10 Pebruari 2011 M.

MULYADI

You might also like