You are on page 1of 9

Pemanfaatan

Jurnal Teknologifoaming
Industri Pertanian 29 …………
agent dari (3): 307-316 (2019) Terakreditasi Peringkat 2
Nomor DOI: 10.24961/j.tek.ind.pert.2019.29.3.307 Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan No 30/E/KPT/2018
ISSN: 0216-3160 EISSN: 2252-390 Tersedia online http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin

PEMANFAATAN FOAMING AGENT DARI MINYAK SAWIT PADA BETON RINGAN

FOAMING AGENT UTILIZATION OF PALM OIL FOR LIGHT WEIGHT CONCRETE

Mukarramah Lubis, Ani Suryani *), Ika Amalia Kartika, Erliza Hambali

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,


Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Jawa Barat, Indonesia
Email: anisuryani@gmail.com

Makalah: Diterima 27 Juli 2019; Diperbaiki 6 Desember 2019; Disetujui 16 Desember 2019

ABSTRACT

Foaming agent contains surfactant that facilitates formation of foam to reduce the surface tension of
liquid so that it can easily form bubbles. This time, foaming agent is used to produce lightweight concrete.
Surfactant can be produced from fatty acid of palm oil named potassium palmitate and natrium laurate. The aim
of this study to formulate a foaming agentfor production of lightweight concrete that could form foam that has
best performances. Foaming agent for lightweight concrete was made mixturing from surfactant of potassium
palmite and sodium laurate, sodium silicate and water. Design of experiment used was Completely Randomized
Factorial Design with α = 5% and Duncan post hoc test with α = 5%. Analysis of variance showed
consentration of surfactant and consentration of natrium silicate has significant effect in foam stability, foaming
ability, foam size and surface tension.The best formulation of foaming agent was foaming agent made from 15%
of surfactant, 5% of natrium silicate and 80% of water. Its performances was foam stability of 92.72%, foaming
ability of 173.33%, foam size of 249.54 µm and surface tension of 27.78 dyne/cm.
Keywords: foaming agent, palm oil, surfactant, sodium silicate, lightweight concrete

ABSTRAK

Foaming agent adalah bahan yang mengandung surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan
suatu larutan sehingga dapat membentuk busa. Saat ini foaming agent dibutuhkan sebagai bahan dalam
pembuatan beton ringan. Surfaktan yang digunakan diperoleh dari reaksi antara asam lemak dari minyak sawit
dengan senyawa alkali. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan foaming agent untuk menghasilkan busa
dengan kinerja terbaik. digunakan dalam pembuatan beton ringan. Formulasi foaming agent dilakukan dengan
mencampurkan surfaktan dengan natrium silikat dan air. Metode yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap 2 faktorial α = 5% dilanjutkan dengan uji Duncan pada α = 5%. Berdasarkan hasil sidik ragam
menunjukkan kedua faktor yaitu konsentrasi surfaktan dan konsentrasi natrium silikat berpengaruh nyata
terhadap 4 variabel respon diantaranya stabilitas busa, kemampuan pembusaan, tegangan permukaan dan
diameter busa. Hasil menunjukkan formulasi paling baik yaitu foaming agent dengan konsentrasi surfaktan 15%,
natrium silikat 5% dan air 80%. Kinerja foaming agent terdiri dari stabilitas busa 92,72%, kemampuan
pembusaan 173,33% dan diameter busa 249,54 μm serta tegangan permukaan 27,78 dyne/cm.

Kata kunci: foaming agent, minyak sawit, surfaktan, beton ringan, natrium silikat
PENDAHULUAN Beton ringan adalah beton yang memiliki
densitas antara 400 – 1850 kg/m3 yang dibuat
Penggunaan beton ringan dalam bidang dengan penambahan foaming agent ke dalam adonan
konstruksi meningkat seiring waktu. Keunggulan semen, pasir dan air (mortar) (Ramamurthy et al.,
beton ringan dibanding beton konvensional adalah 2009). Komponen utama dalam pembuatan beton
beratnya yang lebih ringan dapat mengurangi beban ringan adalah semen, pasir dan air. Namun pada saat
bangunan apalagi bangunan yang membutuhkan ini pada beton ringan telah ditambahkan beberapa
penopang berupa pondasi sehingga dapat jenis agregat yang bertujuan untuk mengurangi
menghemat bahan untuk struktur pondasi terutama penggunaan semen dan pasir yang dapat mengurangi
untuk bangunan bertingkat. Bobotnya yang ringan biaya produksi. Agregat yang dapat ditambahkan
dan ukuran yang besar menyebabkan pengerjaan dapat berupa bentonit, fly ash, silika, dan bottom ash
bangunan menjadi lebih cepat dibandingkan dengan (Amran et al.,2015).
beton merah atau batako. Selain itu, penggunaan Foaming agent merupakan bahan yang
beton ringan adalah dapat memudahkan pengerjaan, mengandung surfaktan yang dapat menghasilkan
ramah lingkungan, dan tahan lama. busa dengan menurunkan tegangan permukaan suatu
cairan. Penggunaan foaming agent pada beton ringan
ditujukan untuk membentuk gelembung-gelembung

308
*Penulis Korespodensi
Jurnal Teknologi Industri Pertanian 29 (3):308-316
Mukarramah Lubis, Ani Suryani, Ika Amalia Kartika, Erliza Hambali

udara pada mortar sehingga setelah mengeras surfaktan yang berperan sebagai foaming agent (Van
menghasilkan pori-pori yang dapat menurunkan Bonin et al., 1974). Alkali silikat yang dapat
densitas beton ringan yang dihasilkan. Adanya udara digunakan adalah natrium silikat dan secara
pada beton juga menghasilkan sifat yang komersial dikenal dengan nama water glass.
menghambat panas dan kedap udara (Amran et al., Tujuan dari penelitian ini yaitu
2015). menganalisis pengaruh konsentrasi surfaktan dan
Jenis-jenis foaming agent yang digunakan natrium silikat pada foaming agent untuk beton
pada beton ringan yaitu foaming agent sintetik, ringan, mendapatkan formulasi foaming agent
hydrolyzed protein, protein based detergent, glue terbaik berdasarkan pengaruh konsentrasi surfaktan
resin, soap resin dan saponin. Foaming agent paling dan konsentrasi natrium silika yang digunakan, dan
banyak digunakan di industri yaitu foaming agent menganalisis kinerja foaming agent yang dilakukan
sintetik. Jenis foaming agent tersebut merupakan dengan pengujian stabilitas busa, kemampuan
foaming agent yang terbuat dari minyak bumi yang pembusaan, diameter busa, dan tegangan
tidak dapat diperbaharui. Sifat yang tidak permukaan.
menguntungkan dari foaming agent tersebut dapat
diatasi dengan membuat foaming agent dari bahan BAHAN DAN METODE
terbarukan. seperti surfaktan yang berbasis minyak
nabati. Salah satu minyak nabati yang potensial Alat dan Bahan
digunakan yaitu minyak sawit. Minyak sawit Bahan yang digunakan untuk formulasi
mengandung asam-asam lemak yang dapat foaming agent adalah kalium palmitat, natrium
dimanfaatkan sebagai bahan pembuat foaming agent, palmitat, air dan natrium silikat. Peralatan yang
yaitu asam oleat, asam stearat, asam palmitat, asam digunakan pada penelitian ini adalah homogenizer,
miristat dan asam laurat yang jumlahnya cukup timbangan analitik, gelas ukur, gelas piala,
banyak. Selain itu produksi minyak sawit yang penangas, magnetik stirrer, densitymeter Anton Paar
melimpah menjamin ketersediaan bahan baku. DMA 4500M, spinning drop tensiometer,
Foaming agent untuk beton ringan yang mikroskop, penggaris, dan mixer.
telah dikembangkan adalah foaming agent yang
terbuat dari garam asam lemak (surfaktan) sebagai Metode Penelitian
komponen utama. Surfaktan diperoleh dari hasil Formulasi Foaming Agent
proses penyabunan yaitu reaksi antara larutan basa Formulasi foaming agent dibuat dengan
dengan asam lemak turunan minyak sawit. Rivai et mencampurkan surfaktan kalium palmitat dan
al. (2017) memanfaatkan asam-asam lemak sawit natrium laurat pada perbandingan (1:1) dan variasi
seperti asam laurat, asam palmitat dan asam oleat konsentrasi 10%, 15% dan 20% dengan natrium
untuk mensintetis kalium palmitat dan natrium silikat konsentrasi 3%, 4% dan 5% dan selebihnya
laurat, sebagai foaming agent yang ramah adalah air. Selanjutnya formulasi dihomogen
lingkungan dan memiliki kestabilan paling baik. dengan dipanaskan pada suhu 90oC sambil diaduk
Kalium palmitat dan natrium laurat dapat selama 30 menit. Analisis yang dilakukan yaitu
dikembangkan menjadi foaming agent yang kestabilan busa, kemampuan pembusaan, tegangan
digunakan pada proses pembuatan beton ringan. permukaan dan diameter busa.
Foaming agent yang baik digunakan pada
pembuatan beton ringan adalah yang memiliki Pengujian Stabilitas Busa dan Kemampuan
densitas rendah serta stabil dalam waktu yang lama Pembusaan (Goon et al., 1999)
(Ramamurthy et al., 2009; Amran et al., 2015). Sebanyak 0,75 g sampel foaming agent
Menurut Gray (2010), foaming agent yang baik diencerkan dengan 30 mL akuades dan diaduk
untuk beton ringan adalah foaming agent yang dapat dengan homogenizer selama 15 menit. Kemudian
menghasilkan busa yang kuat menahan campuran campuran dituang ke gelas ukur, dikocok 20 kali,
beton ringan dan stabil selama proses pencampuran. dan diamati volume busanya pada menit ke-0, ke-15,
Penambahan bahan aditif pada formulasi dilakukan ke-30 dan ke-45. Penetapan stabilitas busa dilakukan
untuk memperoleh foaming agent yang kuat dan dengan cara sederhana, yaitu dengan cara
stabil. pengukuran berdasarkan pemisahan dengan asumsi
Drainage dapat dihambat dengan bahwa sistem busa yang sempurna bernilai 100.
meningkatkan ketebalan lapisan gelembung busa Perhitungan :
dengan penambahan partikel-partikel solid, salah
satunya yaitu dengan penambahan partikel silika tinggi busa awal
(Binks et al., 2005). Penggunaan silika pada foaming % Stabilitas Busa= ×100%
tinggi busa akhir
agent dapat disebut busa silikat yang terbentuk dari
adanya penambahan larutan alkali silikat sebagai tinggi busa
pengeras pada foaming agent. Larutan alkali secara % Kemampuan Pembusaan= ×100%
tinggi air
efektif dapat mengeraskan busa dengan
mencampurkan larutan alkali silikat bersama dengan

Jurnal Teknologi Industri Pertanian 29 (3):307-316 309


Pemanfaatan foaming agent dari …………

Pengukuran Diameter Busa Percobaan dilakukan dengan 2 kali ulangan.


Sebanyak 0,75 g sampel foaming agent Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
diencerkan dengan 30 mL akuades dan diaduk ANOVA pada α = 5%, untuk mengetahui perbedaan
dengan homogenizer selama 15 menit. Kemudian perlakuan dilakukan uji lanjut Duncan pada α = 5%.
campuran dikocok dengan mixer selama 5 menit. Model matematika dalam percobaan sebagai berikut
Busa yang dihasilkan diambil dengan sendok :
kemudian diletakkan pada kaca preparat selanjutnya Yijk = μ + A i + Bj + (AB)ij + εijk
dilihat dan diukur dengan mikroskop dengan
pembesaran 40 kali. Dimana (Yijk ) variabel respon/hasil, (μ)
pengaruh rata-rata sebenarnya, (Ai ) pengaruh dari
Tegangan permukaan (Metode Spinning Drop: faktor konsentrasi surfaktan taraf ke-I, (Bj ) pengaruh
SBRC, 2013) dari faktor konsentrasi natrium silikat taraf ke-
Pengukuran tegangan permukaan dilakukan
j,[(AB)ij ], pengaruh interaksi antar faktor
dengan menggunakan alat spinning drop
konsentrasi surfaktan taraf ke-i dengan faktor
tensiometer. Sampel sebanyak 50 mL dilarutkan
dengan konsentrasi 2,5% kemudian kemudian konsentrasi natrium silikat taraf ke-j, (εijk ) pengaruh
sampel dimasukkan ke dalam tabung hingga hampir galat/error dari faktor konsentrasi surfaktan taraf
penuh tetapi sisakan sedikit ruang untuk udara ke-i, faktor konsentrasi natrium silikat taraf ke-j,
didalamnya kemudian tabung ditutup dan ulangan ke-k.
dimasukkan ke dalam alat spinning drop
tensiometer. Suhu diatur pada 30oC dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
kecepatan rotasi alat ditetapkan pada 6000 rpm.
Nilai tegangan permukaan sampel diperoleh dari Stabilitas Busa
nilai diameter gelembung udara didalam tabung Stabilitas busa merupakan parameter yang
yang kemudian dikonversikan menjadi tegangan menunjukkan kemampuan busa mempertahankan
permukaan oleh alat. parameter utamanya (bentuk busa, ukuran busa,
jumlah cairan dan volume busa) dalam selang waktu
Analisis Data tertentu. Pengujian ini lebih merajuk pada
Rancangan yang digunakan pada penelitian perubahan volume busa yang dapat disimpulkan
ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial sebagai kemampuan busa untuk tetap
dengan 2 faktor yaitu konsentrasi surfaktan dan mempertahankan gelembung-gelembungnya untuk
konsentrasi natrium silikat. Faktor konsentrasi tidak pecah. Hasil pengujian stabilitas busa
surfaktan terdiri dari 3 taraf diantaranya 10%, 15%, formulasi foaming agent untuk beton ringan untuk
20% dan konsentrasi natrium silikat terdiri dari 3 selang waktu 15, 30 dan 45 menit dapat dilihat pada
taraf yaitu 3%, 4%, 5%. Gambar 1.
.

105.00
A1B1
100.00
A1B2
Stabilitas Busa (%)

95.00
A1B3
90.00 A2B1
A2B2
85.00
A2B3
80.00 A3B1

75.00 A3B2
0 15 30 45 A3B3
Menit Ke-

Ket :
A1B1 : Surfaktan 10% dan natrium silikat 3% A1B2 : Surfaktan 10% dan natrium silikat 4%
A1B3 : Surfaktan 10% dan natrium silikat 5% A2B1 : Surfaktan 15% dan natrium silikat 3%
A2B2 : Surfaktan 15% dan natrium silikat 4% A2B3 : Surfaktan 15% dan natrium silikat 5%
A3B1 : Surfaktan 20% dan natrium silikat 3% A3B2 : Surfaktan 20% dan natrium silikat 4%
A3B3 : Surfaktan 20% dan natrium silikat 5%

Gambar 1. Hasil pengujian stabilitas busa formulasi foaming agent

310 Jurnal Teknologi Industri Pertanian 29 (3):308-316


Mukarramah Lubis, Ani Suryani, Ika Amalia Kartika, Erliza Hambali

Pengujian stabilitas busa menunjukkan 45 yaitu 92,20%. A2B3 adalah foaming agent
semakin lama stabilitas busa semakin menurun. dengan konsentrasi surfaktan 15% dan natrium
Penurunan nilai stabilitas busa disebabkan oleh silikat 5%. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi
berkurangnya kemampuan gelembung busa untuk surfaktan terendah dan tertinggi menghasilkan nilai
mempertahankan bentuknya. Penurunan stabilitas stabilitas busa yang lebih rendah. Konsentrasi
busa berbeda pada setiap perlakuan. Semua surfaktan yang terlalu tinggi menghasilkan nilai
perlakuan mengalami penurunan secara signifikan stabilitas busa yang rendah diakibatkan terjadinya
dari menit ke-0 hingga menit ke-15 sedangkan efek Gibbs-Marangoni. Efek Gibbs-Marangoni
perlakuan A1B2, A1B3, A2B1 mengalami adalah keadaan surfaktan yang berlebihan akan
penurunan secara signifikan hingga ke menit ke-30. menyebabkan terdapat surfaktan tidak terikat dengan
Stabilitas busa sebagian perlakuan tidak mengalami udara. Surfaktan tersebut terdapat di antara
penurunan dari menit ke-15 hingga menit ke-30 gelembung-gelembung udara. Surfaktanakan
namun pada menit ke-30 hingga menit ke-45 mengganggu ikatan surfaktan dan udara sehingga
stabilitas busa turun secara signifikan. membuat lapisan gelembung busa pecah.
Hasil pengujian stabilitas busa Nilai stabilitas busa foaming agent
menunjukkan nilai stabilitas busa foaming agent komersial ADT masih lebih tinggi dibandingkan
semakin menurun seiring waktu yang semakin lama. dengan A2B3 yaitu sekitar 98,05% pada menit ke-
Penurunan nilai stabilitas busa tersebut 15, 95,53% pada menit ke-30 dan menit ke-45.
menunjukkan bahwa semakin lama terdapat Foaming agent yang dihasilkan memiliki stabilitas
gelembung-gelembung busa yang tidak dapat busa yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
mempertahankan parameter utamanya seperti ukuran foaming agent yang telah dilakukan oleh Rivai et al.
busa, jumlah cairan, dan total volume busa. Hal itu (2017) yang hanya menggunakan kalium palmitat
dapat disebabkan proses drainage, coarsening, dan yaitu 81,2%. Tingginya nilai stabilitas busa A2B3
coalescence (Tadros, 2005). dikarenakan jumlah konsentrasi surfaktan yang
Hasil sidik ragam (α=0,05) menunjukkan digunakan lebih tinggi dan adanya penambahan
bahwa konsentrasi surfaktan berpengaruh nyata natrium silikat.
terhadap stabilitas busa pada menit ke-30 dan 45.
Konsentrasi natrium silikat hanya berpengaruh nyata Tegangan Permukaan
terhadap stabilitas busa pada menit ke-30. Interaksi Tegangan permukaan merupakan suatu
antara konsentrasi surfaktan dan konsentrasi natrium tegangan yang terjadi antara molekul-molekul yang
silikat tidak berpengaruh nyata terhadap stabilitas terdapat di permukaan larutan dan tidak terdapat
busa. Hasil uji Duncan (α=0,05) untuk faktor pada molekul yang berada di dalam larutan.
konsentrasi surfaktan menunjukkan bahwa Surfaktan adalah bahan yang memiliki peranan
konsentrasi surfaktan 10% dan 20% tidak berbeda menurunkan tegangan permukaan cairan sehingga
nyata sedangkan konsentrasi 15% berbeda nyata dapat membentuk gelembung-gelembung busa.
dengan konsentrasi surfakatan 10% dan 20%. Hasil Hasil sidik ragam (α=0,05) menunjukkan bahwa
uji Duncan (α=0,05) untuk faktor konsentrasi faktor konsentrasi surfaktan dan konsentrasi natrium
natrium silikat pada menit ke-30 menunjukkan silikat berpengaruh nyata terhadap tegangan
konsentrasi natrium silikat 3% berbeda nyata dengan permukaan larutan foaming agent. Hasil uji lanjut
konsentrasi natrium silikat 4% dan 5% sedangkan (α=0,05) menunjukkan konsentrasi surfaktan 10%
konsentrasi natrium silikat 4% dan 5% tidak berbeda dan 15% berbeda nyata dengan konsentrasi 20%
nyata. Hasil pengujian stabilitas busa menunjukkan sedangkan konsentrasi natrium silikat berbeda nyata
semua perlakuan mengalami penurunan seiring pada semua perlakuan. Interaksi konsentrasi
dengan waktu. Nilai stabilitas busa paling tinggi surfaktan dan konsentrasi natrium silikat
adalah perlakuan E yaitu dengan menggunakan berpengaruh nyata pada tegangan permukaan larutan
surfaktan natrium laurat 30% dan kalium palmitat foaming agent.
70% pada hari ke-2 (91,44%) dan ke-3 (84,74%). Peranan surfaktan adalah menurunkan
Hasil sidik ragam (α=0,05) menunjukkan bahwa tegangan permukaan suatu cairan untuk dapat
stabilitas busa tidak dipengaruhi oleh konsentrasi menghasilkan gelembung-gelembung busa. Pada
dan surfaktan baik pada hari ke-2 maupun pada hari penelitian ini cairan yang diturunkan tegangan
ke-3. permukaannya adalah cairan air yang memiliki
Busa dengan stabilitas yang tinggi baik tegangan permukaan sebesar 72 dyne/cm. Nilai
digunakan pada pembuatan beton ringan karena tegangan permukaan foaming agent paling rendah
gelembung-gelembung busa yang dihasilkan dihasilkan dari perlakuan dengan konsentrasi
menunjukkan kemampuan yang tidak mudah untuk surfaktan sebesar 20% dan konsentrasi natrium
pecah. Sifat tersebut menyebabkan busa tidak akan silikat sebesar 3% yaitu 26,24 dyne/cm. Hasil
pecah ketika dilakukan pencampuran bahan-bahan pengujian tegangan permukaan untuk foaming agent
campuran beton ringan seperti semen dan pasir komersial ADT menunjukkan nilai yang lebih tinggi
(Amran et al., 2015). Perlakuan dengan nilai yaitu 26,55 dyne/cm.
stabilitas busa tertinggi yaitu A2B3 pada menit ke-

Jurnal Teknologi Industri Pertanian 29 (3):307-316 311


Pemanfaatan foaming agent dari …………

Figure 2. Interaction between surfactant consentration and sodium silicate consentration to surface tension of
foaming agent

Tegangan permukaan foaming agent yang untuk menghasilkan busa. Pengujian kemampuan
dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan foaming pembusaan merupakan perbandingan tinggi busa
agent Rivai et al. (2017) yaitu berkisar antara 0,93 – dengan tinggi cairan kemudian disajikan dalam
9,85 dyne/cm dengan surfaktan yang digunakan bentuk persen. Parameter ini menunjukkan
berupa sabun dari asam lemak minyak sawit banyaknya busa yang dapat dihasilkan pada jumlah
diantaranya kalium palmitat dan natrium laurat. Hal volume cairan tertentu. Pada pembuatan beton
ini menunjukkan bahwa adanya penambahan bahan ringan foaming agent yang baik dapat menghasilkan
natrium silikat meningkatkan tegangan permukaan busa yang banyak. Formulasi foaming agent yang
larutan. Menurut Gillian (1976), natrium silikat tidak digunakan diencerkan dengan konsentrasi 2,5%
memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan dalam air. Pengujian kemampuan pembusaan
permukaan larutan. dilakukan pada menit ke-0, 15, 30 dan 45 untuk
Hasil pengujian tegangan permukaan melihat perubahan jumlah busa pada selang waktu
menunjukkan adanya interaksi antara konsentrasi tertentu. Hasil pengujian kemampuan pembusaan
surfaktan dan konsentrasi natrium silikat pada hasil dapat dilihat pada Gambar 3.
yang diperoleh. Interaksi kedua faktor dapat dilihat Hasil sidik ragam (α=0,05) menunjukkan
pada Gambar 2. Semakin tinggi konsentrasi bahwa konsentrasi surfaktan berpengaruh nyata
surfaktan kemampuan menurunkan tegangan terhadap kemampuan pembusaanfoaming agent
permukaan yang lebih tinggi. Sedangkan semakin untuk setiap waktu pengujian. Sedangkan
tinggi konsentrasi natrium silikat kemampuan konsentrasi natrium silikat dan interaksi kedua faktor
foaming agent untuk menurunkan tegangan tidak berpengaruh nyata terhadap kemampuan
permukaan semakin rendah. Nilai tegangan pembusaan. Hasil uji Duncan (α=0,05) untuk
permukaan secara signifikan meningkat pada konsentrasi surfaktan menunjukkan bahwa seluruh
konsentrasi surfaktan 20% dan konsentrasi natrium konsentrasi surfaktan saling berbeda nyata.
silikat 4% dan 5%. Hal ini menunjukkan bahwa Nilai kemampuan pembusaanfoaming
penambahan natrium silikat pada foaming agent agentyang dihasilkan berkisar dari 159,49% -
menghambat peran surfaktan untuk menurunkan 905,73%. Perlakuan dengan nilai paling tinggiadalah
tegangan permukaan cairan. Natrium silikat konsentrasi surfaktan sebanyak 20% dan konsentrasi
merupakan partikel yang yang ditambahkan untuk natrium silikat sebanyak 5%. Hasil pengujian
menyelubungi gelembung-gelembung busa. Namun kemampuan pembusaanfoaming agent komersial
dengan adanya lapisan partikel tersebut dapat ADT dan foaming agent hasil Rivai et al. (2017)
menambah ketebalan lapisan cairan yang dapat menunjukkan nilai yang lebih rendah yaitu berkisar
menghambat surfaktan untuk menurunkan tegangan 202,13 - 270% dan 19,51% - 170,73%. Hal tersebut
permukaan cairan (Stocco et al., 2011). menunjukkan foaming agent yang dihasilkan
menghasilkan busa yang lebih banyak dan
Kemampuan Busa dibandingkan dengan foaming agent yang lainnya.
Kemampuan pembusaan merupakan Hal ini karena konsentrasi surfaktan yang digunakan
parameter yang disajikan dalam bentuk persen yang lebih tinggi.
menunjukkan kemampuan suatu cairan surfaktan

312 Jurnal Teknologi Industri Pertanian 29 (3):308-316


Mukarramah Lubis, Ani Suryani, Ika Amalia Kartika, Erliza Hambali

Kemampuan busa menunjukkan penurunan udara yang terdispersi pada setiap gelembung busa.
nilai seiring waktu pengujian. Semakin lama waktu Hal ini akan menyebabkan bersatunya gelembung-
menunjukkan penurunan kemampuan busa foaming gelembung busa untuk bergabung membentuk
agent.Pada menit 0 ke menit 15 terjadi penurunan gelembung yang lebih besar. Proses ini akan
yang signifikan. Hal ini menunjukkan pada menit menyebabkan proses coalescence yaitu terjadinya
ke-15 busa-busa yang dibentuk pada awal pengujian proses penipisan lapisan gelembung busa. Proses ini
telah mengalami pecah. Setelah menit ke-15 menyebabkan gelembung pecah karena lapisan tidak
menunjukkan nilai kemampuan busa menunjukkan dapat menahan aliran air dan udara pada gelembung
nilai yang stabil. Hal ini menunjukkan bahwa busa busa.
telah stabil pada menit ke-15. Pecahnya gelembung-
gelembung busa yang dihasilkan disebabkan oleh Diameter Busa
terjadinya proses drainage, coarsening, dan Diameter busa merupakan parameter yang
coalescence (Tadros, 2005). Proses drainage adalah sangat mempengaruhi sifat busa yang dihasilkan.
proses pecahnya gelembung busa akibat adanya Pengujian dilakukan dengan menggunakan
perbedaan arah aliran zat air dan udara. Aliran cairan mikroskop dengan perbesaran 40 kali. Makin kecil
akan cenderung menuju ke arah dasar larutan karena ukuran gelembung busa yang dihasilkan dapat
dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Aliran udara yang meningkatkan stabilitas busa. Hasil pengukuran
terdispersi bergerak ke arah permukaan cairan. diameter busa dapat dilihat pada Gambar 4.
Proses coarsening adalah proses terjadinya difusi

1000 ADT
Kemampuan Pembusaan (%)

A1B1
800 A1B2
A1B3
600
A2B1
A2B2
400
A2B3
A3B1
200
A3B2
A3B3
0
0 15 Waktu (Menit) 30 45

Gambar 3. Hasil pengujian kemampuan pembusaan

400
350
Diameter busa (μm)

300
250
200
150
100
50
0
A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3
Perlakuan

Gambar 4. Hasil pengukuran diameter busa

Jurnal Teknologi Industri Pertanian 29 (3):307-316 313


Pemanfaatan foaming agent dari …………

Hasil sidik ragam (α=0,05) menunjukkan menujukkan bahwa busa semua perlakuanfoaming
bahwa faktor konsentrasi surfaktan dan konsentrasi agent yang dihasilkan dapat digunakan dalam proses
natrium silikat berpengaruh nyata terhadap diameter pembuatan beton ringan karena memiliki ukuran
busa yang yang dihasilkan sedangkan untuk interaksi kurang dari 1 mm. Ukuran diameter busa yang
antara kedua faktor tidak berpengaruh nyata. Uji memiliki ukuran lebih dari 1 mm akan
Duncan (α=0,05) menunjukkan hasil yang berbeda meningkatkan nilai porositas pada beton ringan
nyata untuk semua konsentrasi surfaktan. Uji sehingga akan menghasilkan beton yang tidak kuat.
Duncan (α=0,05) untuk konsentrasi natrium silikat Selain itu juga busa dengan ukuran kurang dari 1
menunjukkan bahwa konsentrasi natrium silikat 3% mm bersifat lebih stabil jika dicampurkan dengan
berbeda nyata dengan 4% dan 5%. adukan mortar.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
semakin tinggi konsentrasi surfaktan dan natrium konsentrasi surfaktan dan natrium silikat
silikat yang digunakan pada formulasi foaming agent mempertebal lapisan gelembung-gelembung busa
menghasilkan gelembung busa yang lebih kecil. yang dihasilkan. Surfaktan berperan untuk
Perlakuan yang menghasilkan ukuran busa paling menurunkan tegangan permukaan cairan, sehingga
kecil yaitu A3B3 (konsentrasi surfaktan 20% dan semakin tinggi konsentrasi surfaktan menghasilkan
natrium silikat 5%) yaitu 210,41 μm. Busa yang tegangan permukaan cairan yang lebih rendah.
dihasilkan memiliki ukuran yang lebih kecil dari Rendahnya tegangan permukaan menunjukkan
busa yang dihasilkan dari foaming agent komersial bahwa ikatan-ikatan molekul yang terdapat di
ADT yaitu 760,82 μm. Ukuran diameter busa lebih permukaan cairan menjadi lebih lemah sehingga
kecil dari foaming agent yang dihasilkan Binks et al. lebih mudah diikat oleh surfaktan dan menghasilkan
(2005) yaitu sekitar 5 – 50 μm, ukuran yang lebih gelembung – gelembung yang lebih kecil (Tadros
kecil karena menggunakan silika dengan ukuran 2005), sedangkan penggunaan natrium silikat
nano serta konsentrasi yang lebih banyak yaitu bertujuan untuk meningkatkan lapisan yang
sekitar 32%. melingkupi gelembung-gelembung busa sehingga
Menurut Ramamurthy et al. (2009), busa dapat mempertahankan ukuran-ukuran busa dan
yang baik dalam pembuatan beton ringan yaitu busa mengurangi kemampuan busa untuk terjadi pecah
dengan ukuran kurang dari 1 mm. Hal ini atau terjadinya proses Ostwald ripening.

A1B1 A1B2 A1B3

A2B1 A2B2 A2B3

A3B1 A3B2 A3B3


Gambar 5. Penampakan gelembung foaming agent

314 Jurnal Teknologi Industri Pertanian 29 (3):308-316


Mukarramah Lubis, Ani Suryani, Ika Amalia Kartika, Erliza Hambali

Ostwald ripening yaitu kejadian dimana zat dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak
terdispersi (gas) memiliki gaya saling tarik menarik diujikan. Menurut Pugh (1996) stabilitas busa juga
sehingga dapat menyebabkan lapisan pendispersi dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar dari
(air) akan rusak. Rusaknya lapisan air memudahkan busa yang dibentuk. Busa yang telah dibuat
bersatunya molekul-molekul udara sehingga cenderung mengalami pecah ketika suhu di
gelembung-gelembung yang terbentuk akan saling lingkungan sekitar busa tinggi. Suhu yang tinggi
bersatu membentuk gelembung yang lebih besar menyebabkan ikatan antara surfaktan dan cairan
yang sifatnya lebih mudah pecah. menjadi lemah. Model untuk respon stabilitas busa
yaitu Y= 86,45 + 3,76X1 – 0,23X2 + 1,21X1X2.
Penentuan Foaming Agent Terbaik Berdasarkan model tersebut, dapat diketahui
Penentuan perlakuan terbaik menggunakan stabilitas busa akan meningkat ketika terjadi
metode optimasi untuk desain faktorial pada aplikasi peningkatan konsentrasi surfaktan dan penurunan
Design Expert 12 Trial. Metode optimasi dilakukan konsentrasi natrium silikat. Respon tegangan
dengan menentukan kategori terbaik untuk semua permukaan menghasilkan nilai R2 sebesar 0,999
respon yang diujikan. Kategori tersebut disebutkan yang mempunyai arti bahwa pengaruh variabel X1
sebagai fungsi tujuan untuk semua faktor. Pada dan X2 terhadap perubahan variabel respon adalah
penelitian ini terdapat 4 respon yaitu stabilitas busa, 99,9% dan hanya 0,1% dipengaruhi oleh variabel-
kemampuan pembusaan, diameter busa dan tegangan variabel lain yang tidak diujikan. Hal ini
permukaan. Kinerja foaming agent terbaik pada menunjukkan bahwa konsentrasi surfaktan dan
nilai stabilitas busa dan kemampuan pembusaan natrium silikat sangat berpengaruh terhadap nilai
yaitu foaming agent dengan nilai terbesar sedangkan tegangan permukaan foaming agent. Model untuk
untuk diameter busa dan tegangan permukaan yaitu respon tegangan permukaan adalah Y=32,71 –
foaming agent dengan nilai terkecil. Oleh karena itu, 5,12X1+ 5,9X2 + 5,18X1X2. Berdasarkan model
fungsi tujuan untuk respon stabilitas busa dan tersebut, dapat diketahui tegangan permukaan akan
kemampuan pembusaan dikategorikan dengan nilai meningkat ketika terjadi penurunan konsentrasi
maksimasi sedangkan respon diameter busa dan surfaktan dan peningkatan konsentrasi natrium
tegangan permukaan dikategorikan dengan nilai silikat. Respon kemampuan pembusaan
minimasi. Hasil optimasi dapat dilihat pada Gambar menghasilkan nilai R2 sebesar 0,9142 yang
6. mempunyai arti bahwa pengaruh variabel X1 dan X2
Berdasarkan hasil sidik ragam (α=0,05) terhadap perubahan variabel respon adalah 91,42%
setiap respon diperoleh nilai R2 dan persamaan sedangkan sisanya 8,58% dipengaruhi oleh variabel-
modelnya. Nilai R2 dan persamaan model respon variabel lain yang tidak diujikan. Model untuk
menunjukkan pengaruh variabel X1 adalah respon kemampuan pembusaan adalah Y = 181,95 +
konsentrasi surfaktan dan X2 adalah konsentrasi 0,6X1 + 2,78X2 + 2,77X1X2. Berdasarkan model
natrium silikat terhadap respon yang diujikan. tersebut, dapat diketahui kemampuan pembusaan
Respon stabilitas busa menghasilkan nilai R2 sebesar akan meningkat ketika terjadi peningkatan
0,7182 yang mempunyai arti bahwa pengaruh konsentrasi surfaktan dan konsentrasi natrium
variabel X1 dan X2 terhadap perubahan variabel silikat.
respon adalah 71,82% sedangkan sisanya 28,18%

Ket :
X: A = Kon. Surfaktan (%)
Y = desirability

B = Kon. Nat. Silikat (%)


B1 = 3
B2 = 4
B3 = 5

Gambar 6. Pengaruh konsentrasi surfaktan dan natrium silikat h terhadap nilai tegangan permukaan foaming
agent

Jurnal Teknologi Industri Pertanian 29 (3):307-316 315


Pemanfaatan foaming agent dari …………

Respon diameter busa menghasilkan nilai 249,54 μm serta tegangan permukaan 27,78
R2 sebesar 0,5889 yang mempunyai arti bahwa dyne/cm.
pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap perubahan
variabel respon adalah 58,89% sedangkan sisanya Saran
41,11% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang Penelitian mengenai alat dan metode dalam
tidak diujikan. Menurut Kawale (2012) diameter pembuatan busa masih perlu untuk dikaji lebih
busa juga dipengaruhi oleh metode dalam dalam lagi, karena kualitas busa juga sangat
pembentukan busa yang dilakukan. Dalam penelitian ditentukan oleh cara yang dilakukan dalam
ini metode pembentukan busa dilakukan dengan pembentukan busa.
pengadukan dalam kecepatan tinggi. Kecepatan yang
tinggi akan menyebabkan makin banyak gas yang DAFTAR PUSTAKA
dapat kontak dengan foaming agent sehingga
menghasilkan diameter busa yang lebih kecil (Pugh
Amran YH, Mugahed, Farzadnia N, Ali AA. 2015.
1996). Model untuk respon diameter busa adalah Y
Properties and applications of foamed
= 266,41 + 32,86X1 + 12,25X2 - 33,51X1X2.
concrete; a review. Construction and
Berdasarkan model tersebut, dapat diketahui
Building Materials. 101:990–1005
diameter busa akan meningkat ketika terjadi
Binks BP, Horozov TS. 2015. Aqueous foams
peningkatan konsentrasi surfaktan dan konsentrasi
stabilized solely by silica nanoparticles.
natrium silikat.
Angewandte Chemie. 117:3788-3791. doi:
Hasil yang terbaik menunjukkan nilai
10.1002/ange.200462470
desirability yang lebih dari 0,95. Pada penelitian ini
Gillilan W, penemu; Owens-Corning Fiberglas
menunjukkan bahwa nilai desirability tertinggi yaitu
Corporation. 1976 Apr 20. Foamed products
0,698. Nilai desirability dipengaruhi oleh nilai R2
from sodium silicate. United States Patent US
untuk setiap respon. Nilai R2 untuk setiap respon
404478Wiley VCH
yaitu stabilitas busa 0,7182, tegangan permukaan
Goon P, Bhirud RG. Kumar VV. 1999. Detergency
0,9990, kemampuan pembusaan 0,9142, dan
and foam studies on linear alkybenzene
diameter busa 0,5889. Hal ini menunjukkan respon
sulfonate and secondary alkyl sulfonate. J
stabilitas busa dan diameter busa memiliki nilai R2
Surfactant Deterg. 2(4):489-493.
rendah yang berarti respon tersebut dipengaruhi oleh
Gray LJ, Murray UT, penemu;Staker & Parson
faktor selain dua faktor yang diujikan yaitu
Companies. 2010 Jun 10. Concrete mixtures
konsentrasi surfaktan dan konsentrasi natrium
having stabilized foam admixture. United
silikat. Menurut Pugh (1996) dan Kawale (2012),
States Patent US 0139523.
stabilitas busa juga dipengaruhi oleh keadaan
Kawale D. 2012. Influence of dynamicsurface
lingkungan ketika busa dibentuk seperti suhu, dan
tension onfoams: Application ingas well
kelembapan udara. Sedangkan diameter busa dapat
deliquification. [Tesis]. Delft (NE): Delft
dipengaruhi oleh kecepatan putaran yang digunakan
University of Technology.
ketika pembentukan busa dilakukan. Semakin
Pugh RJ. 1996. Foaming, foam films, antifoaming
banyak gas yang dapat kontak dengan foaming agent
and defoaming. Advances in Colloid and
akan menghasilkan busa yang lebih kecil dan
Interface Science. 64:67-142.
meningkatkan stabilitas busa yang dihasilkan.
Ramamurthy K, Nambiar RK, Ranjani GIS. 2009. A
Hasil optimasi yang diperoleh menunjukkan
classification of studies onproperties of foam
formulasi foaming agent terbaik yaitu foaming agent
concrete, Cem. Concr. Compos. 31(6):388–
A2B3 dengan konsentrasi surfaktan 15% dan
396.
natrium silikat 5%. Hasil terbaik tersebut diperoleh
Rivai M, Hambali E, Suryani A, Fitria R,
dari nilai desirability tertinggi dari semua nilai
Firmansyah S, Pradesi J. 2017. Synthesis of
perlakuan yaitu sebesar 0,698.
palm oil fatty acid as foaming agent for
firefighting application. IOP Conf. Ser.:
KESIMPULAN DAN SARAN
Earth Environ. Sci. 65. doi :10.1088/1755-
1315/65/1/012047.
Kesimpulan Stocco A, Rio E, Binks BP, Langevin D. 2011.
Penambahan surfaktan yaitu kalium palmitat Aqueous foams stabilized solely by particles.
dan natrium laurat berperan meningkatkan stabilitas Soft Matter. 7 : 1260–1267. doi :
busa dan kemampuan busa sedangkan natrium silikat 10.1039/c0sm01290d.
memberikan pengaruh terhadap ukuran busa. Tadros TF. 2005. Applied surfactant: priciples and
Formulasi foaming agent yang paling baik adalah application. 259-263. Weinheim (DE) :
perlakuan A2B3 yaitu dengan konsentrasi surfaktan Wiley VCH.
sebanyak 15%, natrium silikat sebanyak 5% dan air Van Bonin W, Nehen U, penemu; Bayer
80%. Stabilitas busa yang dihasilkan 92,72%, Aktiengesellschalt. 1974 Nov 26. Production
kemampuan busa 173,33% dan diameter busa of silicate foam. United States Patent US
318068.

316 Jurnal Teknologi Industri Pertanian 29 (3):308-316

You might also like