Professional Documents
Culture Documents
Desie Andreastuti•
Abstract
Tropical forests in Palangka Rraya city is a tremendous asset givenin view of the forest can provide economic
benefits as a foreigPendapatan Asli Daerah (PAD ) in addition it is also the sector with the most potential
as a source of livelihood and life for society and private plantation companies . However, the existence of
forests are currently threatened due to forest areas that were once green became barren and the barren region
that is mainly caused by human activity that is that is doing the destruction and land by burningburning
the land . Land and forest fires occur each year into problems and threats faced by the multidimensional
impact forests . In order For to supporting local government in realizing the land and forest fire control,
based on the Regional RegulationPeraturan Pemerintah No. 7 of 2003 is related to the preparation of the
land and forest fire control and decision of the Mayor of Palangkaraya No. 11 of 2008 while the duties and
functions of the head of Head of the Environment AgencyBadan Lingkungan Hidup (BLH) by Peraturan
WalikotaMayor Regulation Palangkaraya No. 17 of 2012 on job descriptions positions of Chairman of the
Environment AgencyBLH Palangkaraya is formulating operational policy body, controlling, developing,
organizinge, coordinating e and providinge technical services in the field of environmental management
are integrated with the together-together relevant agencies in accordance with the provisions and applicable
laws.the laws that apply. This study will explore participatory leadership style used by the Head of BLH
Palangkaraya in control of land and forest fires . Efforts made by the Head of BLH Palangkaraya is to involve
members of the organization in BLH Palangkaraya to be active to control land and forest fires.
Keywords:
forest fires; leadership; participative leadership.
Abstrak
Hutan tropis di Kota Palangka Raya merupakan aset yang luar biasa mengingat hutan dapat
memberikan manfaat ekonomis sebagai penyumbang devisa dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
selain itu juga merupakan sektor yang paling potensial sebagai sumber mata pencaharian dan
kehidupan bagi masyarakat maupun perusahaan perkebunan swasta. Namun keberadaan hutan
saat ini terancam karena kawasan hutan yang dulunya hijau menjadi kawasan yang tandus dan
gundul yang sebagian besar diakibatkan oleh ulah manusia yang melakukan pengerusakan hutan
dan lahan dengan pembakaran. Kebakaran hutan dan lahan yang setiap tahunnya terjadi menjadi
masalah dan ancaman yang dihadapi oleh hutan yang berdampak multidimensi. Dalam rangka
mendukung pemerintah daerah dalam mewujudkan pengendalian kebakaran hutan dan lahan,
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2003 yaitu terkait persiapan dalam pengendalian
kebakaran hutan dan lahan dan keputusan Walikota Palangka Raya Nomor 11 Tahun 2008
sedangkan tugas dan fungsi Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) menurut Peraturan Walikota
•
Dosen Jurusan Administrasi Negara Universitas Palangka Raya.
Email: desiandreaSJ@yahoo.com
15
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 18, Nomor 1, Juli 2014
Palangka Raya Nomor 17 Tahun 2012 tentang uraian tugas jabatan Kepala BLH Kota Palangka
Raya adalah merumuskan kebijakan operasional badan, mengendalikan, membina, mengatur,
mengkoordinasikan dan memberikan pelayanan teknis di bidang penanganan lingkungan
hidup secara terpadu bersama – sama instansi terkait sesuai dengan ketentuan dan perundang
undangan yang berlaku.
Kata kunci:
kebakaran hutan; pemimpin; kepemimpinan partisipatif.
16
Desie Andreastuti, Analisis Kepemimpinan Partisipatif dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 5 tahun Hutan merupakan sektor yang paling
2003 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan potensial sebagai sumber mata pencaharian
dan Lahan, Peraturan Gubernur Kalimantan dan kehidupan bagi masyarakat maupun
Tengah Nomor 52 tahun 2008 tentang Pedoman perusahaan perkebunan swasta. Namun
Pembukaan Lahan dan Pekarangan bagi demikian, hutan juga dapat menimbulkan
Masyarakat di Kalimantan Tengah dan Peraturan banyak persoalan akibat ketidakmampuan
daerah Kota Palangka Raya Nomor 07 tahun mengendalikan kebakaran hutan dan
2003 tentang Pencegahan dan Penanggulangan lahan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
Kebakaran Hutan dan Lahan di wilayah Kota faktor. Diantaranya adalah kerjasama dalam
Palangka Raya. Pemerintah Kota Palangka Raya pengendalian kebakaran hutan dan lahan belum
telah melakukan koordinasi antara instansi optimal disebabkan oleh perbedaan orientasi
terkait dalam pengendalian kebakaran hutan kelembagaan antara beberapa pihak terkait
dan lahan di Kota Palangka Raya. Pengendalian yang berdampak pada munculnya ego-sektoral.
kebakaran hutan dan lahan menurut Peraturan Selain itu, terdapat perbedaan orientasi pola
Daerah Provinsi Kalimantan Tengah adalah hubungan dalam upaya konservasi hutan yang
upaya pencegahan dan penanggulangan serta dilakukan pemerintah yang bersinggungan
pemulihan atau pencemaran lingkungan hidup dengan kepentingan kehidupan masyarakat
yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan lokal dan kepentingan pihak perusahaan.
lahan. Organisasi-organisasi yang turut dalam Berikutnya, upaya pengendalian kebakaran
melakukan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang kurang efektif sehingga
hutan dan lahan adalah BLH Kota Palangka sekalipun sudah ada regulasi tetapi perusahaan-
Raya bersama instansi terkait lainnya yaitu Dinas perusahaan swasta maupun masyarakat masih
Kehutanan, Badan Konservasi Sumber Daya Alam melakukan pembukaan lahan dengan cara
(BKSDA) dan Badan Penanggulangan Bencana membakar hutan.
Daerah (BPBD). Hal ini penting mengingat BLH menjadi salah satu instansi yang
kebijakan dan upaya yang dilakukan terkait juga turut melakukan pengendalian kebakaran
dengan pengendalian kebakaran hutan dan hutan dan lahan berdasarkan Peraturan
lahan tidak terlepas dari peran para pemimpin Daerah Nomor 7 Tahun 2003. BLH Kota
organisasi atau instansi yang terkait dalam Palangka Raya memiliki peran penting dalam
membina, mengatur, mengkoordinasikan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan
pengambilan keputusan. karena dampak dari kebakaran hutan dan
Namun kebijakan yang ada tersebut lahan yang mengakibatkan kerusakan dan
belum mampu mengatasi kebakaran hutan pencemaran lingkungan hidup berdampak
dan lahan karena hot spot dari kebakaran luas terhadap lingkungan dan ekosistem
hutan dan lahan masih dalam jumlah yang yang ada didalamnya. Sedangkan tugas
besar. Hal ini berdasarkan hasil laporan dari dan fungsi Kepala BLH menurut Peraturan
Satelit NOAA (North Oceanic and Atmospheric Walikota Palangka Raya Nomor 17 Tahun
Administration) yang mencatat kurun 2012 tentang Uraian Tugas Jabatan Kepala
waktu sepekan yaitu tanggal 1-7 September BLH kota Palangka Raya adalah merumuskan
2014, ditemukan 427 hotspot di Kalimantan kebijakan operasional badan, mengendalikan,
Tengah. 1 membina, mengatur, mengkoordinasikan
dan memberikan pelayanan teknis di bidang
1
Eka Putra, Ananda. (2014). Dalam Sepekan, Terpantau penanganan lingkungan hidup termasuk
427 Titik Panas di Kalteng. (Online), (http://regional. pengendalian kebakaran hutan dan lahan
kompas.com/read/2014/09/08/14333991/Dalam.
Sepekan.Terpantau.427.Titik.Panas.di.Kalteng) secara terpadu bersama-sama instansi terkait
17
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 18, Nomor 1, Juli 2014
sesuai dengan ketentuan dan perundang tentang upaya pengendalian kebakaran hutan
undangan yang berlaku. dan lahan bahwa perlu adanya evaluasi dan
B L H K o t a Pa l a n g k a R a ya d a l a m perbaikan kebijakan dalam pengendalian
mengendalikan kebakaran hutan dan lahan kebakaran hutan dan lahan. Selain itu juga
tersebut tidak terlepas dari peran yang dilakukan perlu keselerasan tindakan dari masing-masing
oleh Kepala BLH sebagai pemimpin untuk anggota organisasi ataupun dengan pihak
memecah kebuntuan, konflik dan permasalahan organisasi terkait lainnya baik lembaga formal
dalam pengendalian kebakaran hutan dan maupun pihak swasta atau perusahaan, dan
lahan. Meskipun memiliki posisi sebagai masyarakat. Hal ini diperlukan agar tercipta
seorang pemimpin hendaknya Kepala BLH mau hubungan–hubungan yang harmonis yang
menerima masukan dari pihak lain terutama didasarkan pada kepentingan-kepentingan
yang berdampak terhadap kepentingan orang bersama. (Ikwhanuddin Mawardi dan
banyak serta turut langsung terlibat dalam Sudaryono,2008;Yunyta Rusmond, 2008; Febri
pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Yuliani, 2011; Acep Akbar, 2012 ).
Keberadaan Kepala BLH Kota Palangka Raya Pe n e l i t i a n ya n g p e n u l i s l a k u k a n
sebagai pemimpin sangat dibutuhkan untuk berbeda dengan beberapa penelitian yang
membawa organisasi mampu mencapai tujuan telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini
yang diinginkan. Berbagai gaya kepemimpinan lebih fokus pada upaya yang dilakukan
akan mewarnai perilaku seorang pemimpin oleh pemimpin organisasi terkait dalam
dalam menjalankan tugasnya. Bagaimanapun pengendalian kebakaran hutan dan lahan
juga gaya kepemimpinan seseorang tentunya dalam hal ini yaitu Kepala BLH Kota Palangka
akan diarahkan untuk kepentingan bersama Raya dengan menggunakan kepemimpinan
yaitu kepentingan anggota dan termasuk partisipatif dalam pengendalian kebakaran
pihak diluar organisasinya. Kepemimpinan hutan dan lahan. Aspek yang dilihat dalam
seseorang dapat mencerminkan karakter penelitian ini yaitu gaya kepemimpinan
pribadinya. Selain itu, gaya kepemimpinannya partisipatif yang digunakan oleh Kepala BLH
juga akan berpengaruh terhadap pengambilan Kota Palangka Raya dalam pengendalian
keputusan yang dilakukannya. Dengan adanya kebakaran hutan dan lahan.
kepemimpinan partisipatif yang dilakukan oleh Berdasarkan masalah dalam pengendalian
Kepala BLH Kota Palangka Raya diharapkan kebakaran hutan dan lahan di atas, maka
mampu mengoptimalkan proses pengendalian penulis akan melakukan kajian mengenai
kebakaran hutan dan lahan serta mampu efektivitas? gaya kepemimpinan Kepala BLH
mengatasi kendala yang dihadapi dalam dalam mengendalikan kebakaran hutan dan
melaksanakan upaya pengendalian kebakaran lahan di Kota Palangka Raya.
hutan dan lahan.
Penelitian-penelitian terdahulu tentang Kepemimpinan
pengendalian kebakaran hutan dan lahan telah Dalam kepemimpinan terdapat hubungan
banyak dilakukan. Hasil penelitian terdahulu antar manusia, yaitu hubungan mempengaruhi
yang relevan dapat dijadikan perbandingan (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan-
oleh peneliti dalam memahami tentang upaya kepatuhan para pengikut atau bawahan karena
pengendalian kebakaran hutan dan lahan. pengaruh kekuasaan pemimpin. Para pengikut
Penelitian-penelitian terdahulu tersebut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinya
dapat menegaskan perbedaan penelitian yang sehingga bangkitlah secara spontan rasa
peneliti lakukan dengan penelitian-penelitian ketaatan kepada pemimpin. Kepemimpinan
terdahulu yang sudah ada. Penelitian terdahulu adalah keunggulan seseorang atau beberapa
18
Desie Andreastuti, Analisis Kepemimpinan Partisipatif dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
19
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 18, Nomor 1, Juli 2014
20
Desie Andreastuti, Analisis Kepemimpinan Partisipatif dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
timbal balik. Sedangkan yang menyangkut ada partisipasi. Kedua, konsultasi dimana
aspek-aspek perilaku kepemimpinan seperti pemimpin menanyakan pendapat dan gagasan,
prosedur-prosedur spesifik yang digunakan kemudian mengambil keputusannya sendiri
untuk berkonsultasi dengan orang lain untuk setelah mempertimbangkan saran dan masukan
memperoleh gagasan dan saran-saran, serta secara serius. Ketiga, keputusan bersama
perilaku spesifik yang digunakan untuk proses dimana pemimpin bertemu dengan orang lain
pengambilan keputusan dan pendelegasian untuk mendiskusikan masalah dan mengambil
kekuasaan. keputusan bersama sehingga keputusan
Yu k l ( 2 0 1 0 ) m e n y e b u t b a h w a akhir tidak semata menjadi beban pemimpin
kepemimpinan partisipatif menyangkut usaha- atau partisipan lainnya melainkan menjadi
usaha seorang pemimpin untuk mendorong keputusan bersama. Keempat, pendelegasian
dan memudahkaan partisipasi orang lain dalam dimana pemimpin memberikan otoritas dan
membuat keputusan. Partisipasi memiliki tanggung jawab membuat keputusan kepada
banyak bentuk, dimulai dari melakukan revisi seseorang atau kelompok dengan memberikan
keputusan tentatif setelah menerima protes, batas waktu tertentu bagi penetapan keputusan
meminta saran sebelum membuat keputusan, akhir.
meminta seseorang atau kelompok untuk Yukl (2010) menambahkan bahwa
bersama-sama membuat suatu keputusan, kepemimpinan partisipatif mengandung
mengizinkan orang lain untuk mebuat suatu beberapa hal positif yang diperoleh dari
keputusan bergantung pada persetujuan adanya proses yang partisipatif. Dalam
akhir pemimpin. Mengikutsertakan orang hal kualitas keputusan, melibatkan orang
lain dalam membuat keputusan sering lain dalam proses pembuatan keputusan
merupakan kebutuhan agar keputusan tersebut akan berdampak positif terhadap kualitas
diterima dan diimplementasikan. Manfaat dari keputusan mengingat para partisipan bisa
kepemimpinan partisipatif itu sendiri adalah jadi memiliki informasi dan pengetahuan
untuk menghasilkan kualitas keputusan yang yang tidak dimiliki oleh pemimpin sehingga
lebih baik dan penerimaan keputusan lebih kerja sama banyak pihak akan menemukan
besar oleh orang yang akan menerapkannya. solusi yang baik atas masalah yang dihadapi.
Kepemimpinan partisipatif berarti bahwa Dalam hal tingkat penerimaan terhadap
berbagai bentuk partisipasi efektif pada suatu keputusan, proses yang partisipatif bisa
situasi tertentu, tetapi tidak pada waktu mengurangi ketakutan dan kecemasan yang
lainnya. Yang perlu diingat adalah bahwa tidak beralasan dari suatu keputusan.. Selain
partisipasi tidak mungkin efektif jika partisipan itu, akan diperoleh kepuasaan terhadap proses
potensial tidak memiliki sasaran yang sama keputusan karena pihak yang terkait dengan
dari pemimpin tersebut, jika mereka tidak ingin kepetusan tersebut memandang bahwa
menerima tanggung jawab untuk membantu mereka diperlakukan dengan bermartabat dan
dalam pengambilan keputusan serta tidak rasa hormat dengan adanya kesempatan untuk
mempercayai pemimpin tersebut. terlibat dalam proses kebijakan yang akan
Terdapat empat prosedur pengambilan berdampak terhadap mereka. Dampak positif
keputusan dalam kepemimpinan partisipatif. lainnya adalah pengembangan keterampilan
Pertama, keputusan yang otokratis, pemimpin partisipan melalui keterlibatan mereka dalam
membuat keputusan sendiri tanpa menanyakan semua aspek proses keputusan sehingga
pendapat atau saran dari orang lain, dan orang- mereka bisa belajar lebih banyak daripada
orang tersebut tidak mempunyai pengaruh hanya berpartisipasi dalam beberapa aspek
langsung terhadap keputusan itu karena tidak proses saja.
21
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 18, Nomor 1, Juli 2014
22
Desie Andreastuti, Analisis Kepemimpinan Partisipatif dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
(c) Merumuskan kebijakan teknis dalam mempengaruhi orang lain dan lingkungan
bidang pengelolaan, pengendalian dan sekitarnya. Sehubungan dengan hal tersebut
pencegahan, pencemaran, kerusakan, peran kepemimpinan merupakan suatu hal
pemulihan serta pelestarian lingkungan yang penting dalam rangka mengembangkan
hidup. kelompok. Kepemimpinan adalah kekuasaan
(d) Menyelenggarakan penyuluhan dan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam
pengembangan peran serta masyarakat mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan
dalam pelestarian lingkungan. sesuatu. Tugas utama seorang pemimpin
(e) M e n g e v a l u a s i p e r k e m b a n g a n adalah mengambil keputusan. Segala sesuatu
penyelenggaraan kegiatn dan program di yang terjadi di dalam organisasi atau yang
Bidang Lingkungan Hidup untuk skala dilakukan anggota organisasi sebaiknya
prioritas dalam penyelenggaraannya dan diputuskan bersama secara partisipatif. Tipe
program. Kepemimpinan itu sendiri adalah gaya atau
(f) Melakukan koordinasi dengan instansi corak kepemimpinan yang dibawakan oleh
terkait untuk kelancaran pelaksanaan seorang pemimpin dalam mempengaruhi para
tugas. pengikutnya.
Gaya kepemimpinan partisipatif Kepala
Struktur Organiasi Badan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Palangka Raya
Hidup Kota Palangka Raya berdasarkan ditandai dengan komunikasi dua arah dalam
keputusan Walikota Palangka Raya Nomor membina, mengatur dan mengkoordinasikan
11 Tahun 2008 terdiri dari Kepala Badan, upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan
Sekertaris, Bidang Analisis dan Evaluasi serta dalam pengambilan keputusan yang turut
Dampak Lingkungan, Bidang Pencegahan dan melibatkan pegawai. Hal tersebut terlihat pada
Pengendalian kerusakan lingkungan, Bidang saat rapat untuk menetapkan kebijakan, dimana
pengawasan dan penegakan Hukum, dan selalu melibatkan perwakilan tiap seksi untuk
Bidang Pelestarian Lingkungan Hidup. menghadiri rapat dan menanyakan kepada
Badan Lingkungan Hidup Kota Palangka perwakilan tiap seksi mengenai masalah-
Raya adalah unsur pelaksana pemerintah Kota masalah yang terjadi dan mendiskusikannya
Palangka Raya di bidang lingkungan hidup bersama untuk mendapatkan solusi yang
yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan terbaik. Gaya kepemimpinan partisipatif
yang berkedudukan dibawah dan bertanggung Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota
jawab kepada Walikota melalui Sekertaris Palangka Raya pun mempunyai hubungan
Daerah. Badan Lingkungan Hidup Kota yang positif dengan motivasi kerja para
Palangka Raya mempunyai tugas membantu pegawai hal ini terlihat dari tidak ada pegawai
Walikota dalam melaksanakan pemerintahan yang mempunyai motivasi rendah di BLH.
dan pembangunan di bidang lingkungan hidup Walaupun hanya beberapa pegawai yang
serta tugas pembantuan dan dekonsentrasi memandang atasannya mempunyai gaya
yang diberikan oleh Pemerintah Pusat. kepemimpinan partisipatif.
Kepala BLH Kota Palangka Raya berusaha
Kepemimpinan Partisipatif Kepala BLH mendengarkan pandangan yang menolak tanpa
Kota Palangka Raya menjadi marah-marah. Namun, sekalipun
Setiap individu merupakan bagian Kepala BLH memposisikan dirinya dalam
dari kelompok, karena di dalam kelompok keadaan netral diantara partisipan namun
tersebut ia dipengaruhi oleh orang lain dan beberapa pegawai masih ada yang takut untuk
oleh lingkungannya, namun sekaligus ia juga mengungkapkan kritik terhadap gagasan dari
23
Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 18, Nomor 1, Juli 2014
pegawai lain atau keputusan yang diambil . anggota organisasi tanpa menyalahi aturan
Oleh sebab itu, dalam hal ini Kepala BLH bisa yang ada dan merugikan pihak lain.
melakukan konsultasi untuk dapat mendorong Gaya kepemimpinan partisipatif Kepala
keyakinan pegawai dalam mengungkapkan BLH Kota Palangka Raya tersebut sejalan
pandangan-nya, kritik atau penolakan terhadap dengan pendapat yang dikemukan oleh Yukl
gagasan dari partisipan lain atau keputusan yang (2010), bahwa kepemimpinan partisipatif
telah diambil. Motivasi dalam mengemukakan menyangkut usaha-usaha seorang pemimpin
kritik dan penolakan terhadap keputusan atau untuk mendorong dan memudahkaan
gagasan yang dikemukakan harus di dorong partisipasi orang lain dalam membuat
oleh Kepala BLH Kota Palangka Raya. Tidak keputusan yang jika tidak demikian maka
selalu penolakan dan kritik adalah hal yang akan dibuat sendiri oleh pimpinan.
negatif dan menjadi ancaman terhadap sebuah Selanjutnya Yukl menjelaskan bahwa
gagasan atau keputusan. Sebaliknya, penolakan pengambilan keputusan dalam kepemimpinan
dan kritik tersebut dapat menjadi kekuatan untuk partisipatif tidak berarti bahwa setiap pendapat
menghasilkan keputusan yang berkualitas. terkait pengambilan keputusan harus selalu
N a m u n , k e n ya t a a n n ya p a d a s a a t diterima dan setiap pendapat yang disampaikan
pengambilan keputusan seringkali usulan secara sah dinyatakan sebagai sebuah
atau pendapat saat diadakan rapat dari keputusan karena perlu adanya kesepakatan
partisipan telah dianggap sebagai suatu bersama dan tinjauan atas pendapat yang
yang sah karena diminta mengutarakan dan diberikan dengan kesesuaian untuk masalah
memiliki kesempatan untuk mengemukanan guna mendukung keputusan yang ideal dalam
pendapat atau masukan dari partisipan pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
yang memberikan pendapat maupun kritik. Selain itu, pengambilan keputusan dalam
Anggapan bahwa pendapat atau masukan kepemimpinan partisipatif mungkin berarti
yang diberikan telah diterima tersebut akan bahwa berbagai bentuk partisipasi pegawai
membuat anggota atau pihak yang memberikan BLH dalam pengendalian kebakaran hutan dan
pendapat dalam pengambilan keputusan lahan itu efektif pada situasi tertentu, namun
akan merasa yang menjadi pandangan dan tidak demikian pada waktu lainnya. Karena
pendapatnya telah benar sehingga akan tidak selalu keputusan dalam pengendalian
mengesampingkan pendapat pihak lain. Hal kebakaran hutan dan lahan harus diputuskan
ini berakibat pada anggota organisasi itu dengan melibatkan partisipan oleh Kepala
sendiri yang dalam pelaksanaan tugasnya BLH Kota Palangka Raya. Hal terpenting
berdasarkan pemahaman dan pemikirannya yang perlu diingat adalah bahwa partisipasi
pribadi yang dianggap benar oleh dirinya tidak mungkin efektif jika partisipan potensial
sendiri. Dalam hal ini seharusnya Kepala BLH tidak memiliki sasaran yang sama dalam
Kota Palangka Raya harus menekankan bahwa pengendalian kebakaran hutan dan lahan dari
selama belum ada keputusan akhir yang secara Kepala BLH Kota Palangka Raya, jika mereka
sah dan disetujui bersama maka keputusan tidak ingin menerima tanggung jawab untuk
tersebut masih bersifat sementara atau tentatif membantu dalam pengambilan keputusan, dan
dan memberikan batasan bahwa tidak semua tidak mempercayai pimpinan tersebut.
pendapat dan tidak selalu partisipasi dari para
anggota organisasi harus dilibatkan karena Kesimpulan
Kepala BLH memiliki kekuasaan absolut untuk Berdasarkan hasil pembahasan tersebut
menentukan dan mengambil keputusan tanpa di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
ada pengaruh atau intervensi dari partisipasi tugas utama Kepala BLH adalah mengambil
24
Desie Andreastuti, Analisis Kepemimpinan Partisipatif dalam Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
keputusan yang dilakukan secara partisipatif (Studi kasus di hutan konservasi Mawas,
dalam melaksanakan tugas dan fungsi Kalimantan Tengah). Yogyakarta : UGM.
pengendalian kebakaran hutan dan lahan. James Gibson, Ivancevich, John M, dan
Namun perlu diingat bahwa kepemimpinan Donnelly James H. (2000). Organizations:
partisipatif mungkin berarti bahwa berbagai Behavior, Structure, Processes. Boston:
bentuk partisipasi itu efektif pada situasi Irwin McGraw-Hill.
tertentu, namun tidak demikian pada waktu Handoko, T. Hani. (1995). Manajemen Personalia
lainnya. Yang perlu diingat adalah bahwa dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
partisipasi tidak mungkin efektif jika partisipan BPFE.
potensial tidak memiliki sasaran yang sama House, R.J. (1971). A Path Goal Theory of
jika anggota organisasi dalam BLH tidak Leader Effectiveness. Administrative Science
ingin menerima tanggung jawab untuk Quarterly, 16, hlm. 321-338.
membantu dalam pengambilan keputusan, Mawardi, Ikhwanuddin, dan Sudaryono.
dan tidak mempercayai Kepala BLH sebagai (2008). Konservasi Hutan dan Lahan
pemimpin. Melalui Pemberdayaan Masyarakat Sekitar
Adapun saran yang dapat dikemukakan Hutan. Jakarta.
berdasarkan kajian ini yaitu sebagai Kepala Maxwell, Joseph A. 1996. Qualitative Research
BLH Kota Palangka Raya sebaiknya tetap Design an Interactive Approach. California:
mempertahankan gaya kepemimpinan Sage Publications,Inc.
partisipatif yang sudah ada, namun gaya Rusmond, Yunyta. (2008). Implementasi Peraturan
kepemimpinan tersebut disesuaikan dengan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 5
situasi yang ada pada lingkungan kerja. Tahun 2003 Tentang Pengendalian Kebakaran
Kepala BLH Kota Palangka Raya diharapkan Hutan dan Lahan (Studi kasus di Dinas
dapat mempertahankan kondisi motivasi kerja Kehutanan Propinsi Kalimantan Tengah).
karyawan dengan menciptakan kebersamaan Malang: Universitas Muhammadiyah.
antar karyawan guna menjaga kemeratan Djam’an Satori, Komariah, Aan. (2010). Metodologi
sesama karyawan maupun atasan. Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga, Jakarta:
Daftar Pustaka Penerbit Rajawali Pers.
Akbar, Acep. (2012). Pencegahan Kebakaran Yukl, Gary A. (2010). Kepemimpinan dalam
Hutan Rawa Gambut Berbasis Masyarakat Organisasi, Edisi Indonesia. Jakarta :
PT.Indeks.
25