You are on page 1of 9

KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398

PEMBUATAN KONSENTRAT PROTEIN DARI BIJI KELOR (Moringa oleifera L.) DAN
ANALISIS PROFIL ASAM AMINO

[The Production of Protein Concentrate from Moringa Seed (Moringa oleifera L.) and
its Amino Acid Profile Analysis]

Nurhayati1*, Mappiratu1, Musafira2


1)
Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km.9, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp. 0451- 422611
2)
Universitas Sulawesi Barat, Majene

*)Coresponding author: noerchemz@yahoo.co.id

Diterima 6 Desember 2017, Disetujui 25 Januari 2018

ABSTRACT
A reasearch about the production of protein concentrate from moringa seeds and analysis of amino
acid profiles have been conducted. The aim of the reasearch is to determine the degree of saturation
of ammonium sulphate with high rendament and protein content, ti determine the ratio of ammonium
sulphate toward moringa seeds with high rendament and also high protein content, and to determine
the amino acid profile of moringa seed protein concentrate. The completely randomized design (CRD)
was used in the reasearch, with 6 variations of ammonium sulphate saturation degree and 5
variations of the ratio of moringa seed flour toward ammonium sulphate (50%, 60%, 65%, 70%, 75%,
80% and 1:2, 1:3, 1:4, 1:5, and 1:6 (w/v) respectively). Each treatment was done in triplo. The best
degree of saturation of ammonium sulphate was 65% with 46.56% of the rendament and 72.19% of
protein content. The best ratio of moringa seed flour toward ammonium sulphate was 1:6. It has
70.96% of rendament and 74.16% of protein content. The amino acid profile consist of essential
amino acid and non essential amino acids. The components of those amino acids were arginine (77.3
mg/g), phenylalanine (27.61 mg/g), leucine (27.39 mg/g), valine (15.19 mg/g), isoleucine (13.16
mg/g), histidine (13,16 mg/g), threonine (11,29 mg/g), methionine (10.67 mg/g) lysine (7.57 mg/g),
triptofan (3.49 mg/g) and glutamc acid (97.2 mg/g), proline (26.3 mg/g), glysine (24.74 mg/g), alanine
(17.57 mg/g), aspartic acid (17.45 mg/g), serine (15.16 mg/g), tyrosine (11.29 mg/g), cystein (5,9
mg/g) respectively.
Keywords : Amino acids profile, moringa seeds, protein concetrate.

ABSTRAK
Penelitian tentang pembuatan konsentrat protein dari biji kelor dan analisis profil asam amino telah
dilakukan, dengan tujuan untuk menentukan tingkat kejenuhan amonium sulfat yang menghasilkan
konsentrat protein dengan rendemen dan kadar protein tertinggi, rasio tepung biji kelor terhadap
amonium sulfat yang menghasilkan konsentrat protein dengan rendemen dan kadar protein tertinggi,
dan mengetahui profil asam amino konsentrat protein biji kelor. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL), dengan variasi tingkat kejenuhan amonium sulfat
50%, 60%, 65%, 70%, 75%, 80% dan variasi rasio tepung biji kelor terhadap amonium sulfat 1:2, 1:3,
1:4, 1:5, dan 1:6 (b/v), setiap perlakuan dilakukan sebanyak 2 kali. Tingkat kejenuhan amonium sulfat
terbaik diperoleh pada 65% dengan rendemen sebesar 46,56% dan kadar protein 72,18%. Rasio
amonium sulfat terhadap tepung biji kelor diperoleh rasio terbaik 1:6 dengan rendemen sebesar
70,96% dan kadar protein sebesar 74,16%. Profil asam amino konsnentrat protein biji kelor yaitu
asam amino essensial berupa arginin (77,3 mg/g), fenilalanin (27,61 mg/g), leusin (27,39 mg/g), valin
(15,19 mg/g), isoleusin (13,16 mg/g), threonin (11,29 mg/g), metionin (10,67 mg/g), lisin (7,57 mg/g),
dan triptofan (3,49 mg/g). Asam amino non essensial berupa asam glutamat (97,2 mg/g), prolin (26,3
mg/g), glisin (24,74 mg/g), alanin (17,57 mg/g), asam aspartat (17,45 mg/g), serina (15,16 mg/g),
tirosin (11,29 mg/g), dan sistina (5,9 mg/g).
Kata kunci : Asam amino essensial biji kelor, Biji kelor, Konsentrat protein, Profil asam amino

Nurhayati dkk.. 24
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398

LATAR BELAKANG Konsentrat protein didefinisikan sebagai


Lembah Palu merupakan salah satu protein dalam bentuk pekat dengan kadar
daerah yang memiliki iklim yang sangat protein paling sedikit 50%. Protein jenis ini
sesuai untuk tanaman kelor (Moringa dibuat dengan cara menghilangkan
oleifera L.) tumbuh dengan subur (Laguni, senyawa karbohidrat, lemak, mineral, dan
2012). Tanaman ini banyak dimanfaatkan air yang termasuk nonprotein, sehingga
oleh masyarakat Palu sebagai sayuran, kadar protein akan lebih tinggi
baik daun maupun buahnya. Akan tetapi, dibandingkan bahan bakunya (Amoo, et
banyak pula buah kelor yang jika telah al., 2006 dalam Karnila, et al., 2011).
kering hanya terbuang percuma, tidak Pemanfaatan konsentrat protein diarahkan
terkecuali bagian bijinya. Biji buah kelor sebagai bahan baku dalam industri
berbentuk bulat dan bila sudah tua akan pangan, seperti industri roti dan makanan
bertekstur agak keras. Dilain pihak biji tambahan (Purwitasari et al., 2014).
buah kelor dapat dimanfaatkan untuk Konsentrat protein dari hewan
berbagai terapan, selah satunya sebagai maupun tumbuhan dapat dibuat dengan
sumber protein, sebagaimana menurut Al- beberapa cara, salah satunya dengan
Khalili, et al. (1997) dalam Srawaili (2008), menggunakan garam amonium sulfat
biji tersebut mengandung protein 38,4%. secara pengendapan (salting out). Metode
Protein termasuk jenis makromolekul ini merupakan metode banyak digunakan
yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam pengendapan protein ataupun
manusia sebagai zat gizi (Muchtadi, enzim dari suatu bahan. Senyawa
2009). Jenis dan jumlah asam amino amonium sulfat merupakan jenis garam
penyusun protein sangat menentukan dengan kekuatan ionik yang tinggi
kualitas dari protein tersebut (Toha, 2001 (Matthews et al., 2000 dalam Su’i, 2013),
dalam Hermiastuti, 2013). Yuniastuti kelarutan tinggi dalam air, murah (Wang,
(2008) mengemukakan bahwa protein 2004 dalam Su’i, 2013), tidak berbahaya,
memiliki mutu tinggi apabila mengandung dan memiliki efek penstabil enzim serta
semua jenis asam amino essensial yang tidak merusak protein sehingga banyak
dapat memberikan manfaat optimal bagi dimanfaatkan pada metode ini (Chaplin et
pertumbuhan. al., 2004 dalam Su’i, 2013).
Kekurangan makanan yang Penelitian yang dilakukan oleh
mengandung protein merupakan sa;ah Purwitasari et al. (2014), mengenai
satu masalah yang selalu dihadapi oleh pengaruh suhu dan waktu ekstraksi
negara-negara berkembang termasuk terhadap sifat kimia dalam pembuatan
Indonesia (Purwitasari et al., 2014). Hal konsentrat protein kacang komak
tersebut dapat diatasi melalui pembuatan menggunakan pelarut etanol 95% dengan
dan pemanfaatan konsentrat protein. rasio 1:2 (b/v) diperoleh hasil terbaik

Nurhayati dkk.. 25
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398

dengan kadar protein tertinggi pada suhu Prosedur Penelitian


ekstraksi 30oC selama 60 menit dengan Pembuatan Tepung Biji Kelor
rendemen 93,10%. Buah kelor yang sudah tua diambil
Isolasi enzim protease bijinya, kemudian dikeringkan. Biji kelor
menggunakan amonium sulfat telah yang sudah kering dihilangkan kulit arinya,
banyak dilakukan, salah satunya protease kemudian dikeringkan dibawah sinar
dari getah tanaman biduri menggunakan matahari. Biji kelor yang kering diblender
ammonium sulfat 65% (Hardi dan dan diayak menggunakan ayakan 60
Diharnaini, 2014; Witono et al., 2006). mesh hingga diperoleh tepung biji kelor
Selain itu, Bahri et al. (2012) mengisolasi
Ekstraksi Lemak Tepung Biji Kelor
enzim amilase dari kecambah biji jagung (Sanusi dan Sitorus, 2013)
ketan melalui salting out enzim dengan Ekstraksi lemak tepung biji kelor
tingkat kejenuhan ammonium sulfat 55%. dilakukan dengan metode soxhletasi
Berdasarkan beberapa kajian di atas, tepung biji kelor dimasukkan ke dalam
maka perlu dilakukan penelitian mengenai solongsong kertas, disumbat dengan
tingkat kejenuhan amonium sulfat dan kapas, kemudian dimasukkan ke dalam
rasionya terhadap tepung biji kelor yang alat soxhlet yang dihubungkan dengan
optimal untuk konsentrat protein terbaik labu lemak yang telah dikeringkan. Residu
serta profil asam amino untuk mengetahui kemudian dikeluarkan dari solongsong
kualitas proteinnya biji kelor. dan diangin-anginkan hingga kering.
Tepung biji kelor hasil ekstraksi
METODE PENELITIAN
dihaluskan kemudian disimpan ddalam
Bahan dan Peralatan
wadah tertutup.
Bahan yang digunakan : biji kelor, n-
heksan, amonium sulfat ((NH4)2SO4) Pembuatan Konsentrat Protein Biji
Kelor
tehnis, aquades, kertas saring, NaOH 1 N,
1. Penentuan Tingkat Kejenuhan
HCl 6 N, alpha aminobutyric acid (AABA), Amonium Sulfat (Modifikasi Cara
aquabidest, AccQ-flour borate, reagen Timumun, 2012)
flour A. Sebanyak 6 buah gelas kimia
Alat yang digunakan : blender, dimasukkan tepung biji kelor hasil
ayakan 60 mesh, neraca analitik, ekstraksi masing-masing sebanyak 25 g,
seperangkat alat soxhlet, penyaring kemudian ke dalam masing-masing gelas
Buchner, mesin kocok, spektrofotometer kimia ditambahkan amonium sulfat tingkat
UV-Visible (perkinElmer Lambda 25), kejenuhan 50%, 60%, 65%, 70%, 75%,
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), dan 80% sebanyak 100 mL. Selanjutnya
dan alat-alat gelas yang umum digunakan diaduk selama 10 menit dan disimpan
dalam laboratorium kimia. dalam lemari pendingin selama 24 jam.

Nurhayati dkk.. 26
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398

Konsentrat protein yang terletak di Analisis Kadar Protein dengan Metode


Spektrofotometri (Sumantri, 2007)
permukaan campuran, kemudian
Konsentrat protein yang diperoleh
dipisahkan dari fasa cairnya dengan cara
ditimbang sebanyak 0,25 g dimasukkan
vakum sambil dibilas dengan aquades.
dalam Erlenmeyer 250 mL kemudian
Konsentrat protein dalam keadaan basah
ditambahkan 50 mL NaOH 1 N. Campuran
tersebut kemudian dikeringkan dalam
dikocok di atas mesin kocok selama 1
oven dengan suhu 60 oC selama 12 jam.
jam. Larutan yang telah dikocok,
Konsentrat protein kering ditimbang,
kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh
dihitung rendemennya kemudian
diambil 5 mL kemudian dimasukkan ke
dihaluskan. Setelah itu, dimasukkan
dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan
dalam wadah dan disimpan dalam lemari
NaOh 1 N sampai garis batas. Filtrat hasil
pendingin.
pengenceran diukur serapannya pada
a a kon entrat protein tepun biji kelor
endemen 100 panjan elomban (λ) 280 nm dan 260
a a tepun biji kelor
nm menggunakan spektrofotometer UV-
2. Penentuan Rasio Tepung Biji Kelor VIS. Serapan yang terbaca, digunakan
terhadap Amonium Sulfat
(Modifikasi Cara Timumun, 2012) untuk menghitung kadar protein dengan
Tepung biji kelor ditimbang sebanyak menggunakan persamaan :
25 g, kemudian di masukkan ke dalam
280 a
adar protein ( ) 100
gelas kimia. Selanjutnya, ditambahkan 1000 berat ampel

dengan amonium sulfat tingkat kejenuhan


Keterangan :
terbaik yang diperoleh pada perlakuan FK (Faktor Koreksi) = A280/A260
FP = Faktor Pengenceran
sebelumnya dengan rasio 1:2, 1:3, 1:4,
1:5, dan 1:6 (b/v), kemudian diaduk Analsisi Profil Asam Amino dengan
selama 10 menit dan disimpan dalam Metode KCKT (Elfita, 2014)
lemari pendingin selama 24 jam. Konsentrat protein ditimbang

Konsentrat protein dipisahkan dari fasa sebanyak 0,1 g, kemudian ditambahkan 5

cainnya dengan cara vakum sambil mL HCl 6 N dan divortex, dihidrolisis

dibiiloas dengan aquades. Konsentrat selama 22 jam pada suhu 110 oC, setelah

protein dikeringkan dalam oven dengan itu didinginkan. Larutan dipindahkan ke

suhu 60 oC selama 12 jam, setelah itu labu ukur 50 mL, kemudian ditambahkan

ditimbang, dihitung rendemennya aquabides sampai tanda batas. Larutan

kemudian dihaluskan. Konsentrat protein kemudian disaring dengan filter 0,45 µm.

tersebut dimasukkan dalam wadah dan Filtrat yang dihasilkan, diambil sebanyak

disimpan dalam lemari pendingin. 500 µL, ditambahkan 40 µm AABA ± 460


µL aquabides. Campuran tersebut dipipet
sebanyak 10 µL, ditambahkan 70 µL

Nurhayati dkk.. 27
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398

AccQ-Flour Borate kemudian divortex, getah biduri pada tingkat kejenuhan 55%
setelah itu ditambahkan 20 µL reagen (Rahmawati, 2009).
flour A, divortex dan didiamkan selama 1 50

Rendemen (%)
menit. Larutan itu diinkubasi selama 10 40
o
menit pada suhu 55 C, kemudian 30
disuntikan pada injektor KCKT. 20
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
0
Konsentrat Protein pada Berbagai 50% 60% 65% 70% 75% 80%
Tingkat Kejenuhan Amonium Sulfat
Tingkat Kejenuhan Amonium Sulfat
Pemisahan protein dilakukan
Gambar 1 Grafik hubungan pengaruh tingkat
dengan metode salting out. Hasil yang kejenuhan terhadap rendemen
konsentrat protein
diperoleh (Gambar 1) menunjukkan
rendemen semakin meningkat seiring Hasil uji sidik ragam menunjukkan
bertambahnya tingkat kejenuhan amonium bahwa tingkat kejenuhan amonium sulfat
sulfat sampai pada tingkat kejenuhan berpengaruh nyata pada rendemen
65%. Namun rendemen menurun pada konsentrat protein tepung biji kelor yang
tingkat kejenuhan setelahnya. Menurut dihasilkan. Hasil analisis lanjut
Nooralabettu (2014), peningkatan tingkat menggunakan BNJ menunjukkan masing-
kejenuhan amonium sulfat dapat masing tingkat kejenuhan 50%, 60%,
meningkatkan koagulasi protein karena 70%, dan 75% mempunyai rendemen
beberapa bagian hidrofilik terkoagulasi yang berbeda tidak nyata, sementara
pada tingakt kejenuhan amonium sulfat pada tingkat kejenuhan 65% dan 80%
yang lebih rendah dan beberapa protein rendemennya berbeda sangat nyata.
dengan bagian hidrofilik terkoagulasi pada Kadar Protein Konsentrat Protein Biji
tingkat kejenuhan yang lebih tinggi. Kelor dari Berbagai Tingkat Kejenuhan
Amonium Sulfat
Tingkat kejenuhan untuk koagulasi
Kadar protein pada suatu
protein itu berbeda-beda, bergantung
konsentrat protein sangat berpengaruh
pada jenis bahan dasar yang digunakan.
pada kualitas konsentrat tersebut.
Tingkat kejenuhan untuk mengkoagulasi
Konsentrat protein harus memiliki minimal
enzim amilase dari kecambah biji jagung
kadar protein 50%. Jumlah kadar protein
ketan tingkat kejenuhan terbaik yaitu pada
dalam suatu bahan pangan, menentukan
65% (Bahri, et al., 2012), sementara
kepadatan protein pangan tersebut
tingkat kejenuhan amonium sulfat terbaik
(Tejasari, 2005).
untuk enzim lipase dari dua bahan
Berdasarkan hasil yang diperoleh
berbeda yaitu dedak padi pada 65%
(Gambar 2) menunjukkan kadar protein
(Hutomo, 2004) dan koagulasi protein dari
meningkat seiring bertambahnya tingkat

Nurhayati dkk.. 28
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398

kejenuhan amonium sulfat sampai pada Hasil uji sidik ragam menunjukkan
65%, sedangkan pada tingkat kejenuhan bahwa kadar protein dari tingkat
selanjutnya kadar protein menurun. kejenuhan amonium sulfat berpengaruh
sangat nyata. Hasil analisis lanjut
Kadar Protein (%)

80
70 menggunakan BNJ menunjukkan rasio
60
50 65% memiliki nilai tertinggi dan berbeda
40
nyata dengan perlakuan lainnya.
30
20
10 Konsentrat Protein dari Berbagai Rasio
0 Tepung Biji Kelor terhadap Amonium
50% 60% 65% 70% 75% 80% Sulfat Tingkat Kejenuhan 65%
Tingkat Kejenuhan Amonium Sulfat
Pembuatan konsentrat protein
Gambar 2 Grafik hubungan tingkat kejenuhan dipengaruhi oleh beberapa factor,
amonium sulfat terhadap kadar
diantaranya jumlah pengkoagulan untuk
protein
mengkoagulasi protein. Semakin banyak
Kenaikan kadar protein protein
jumlah pengkoagulan maka
seiring seiring dengan peningkatan
kemampuannya untuk mengkoagulasi
rendemen. Pada proses salting out yang
protein akan semakin besar (Kurniati,
diinginkan adalah terjadi koagulasi protein
2009).
yang ditambahkan suatu larutan garam
80
sehingga terjadi peningkatan daya
Rendemen (%)

70
kelarutan (salting in) sampai titik 60
50
maksimumnya, kemudian terjadi 40
30
penurunan daya larutnya (salting out). 20
10
Saat proses ini terjadi kompetisi diantara 0
protein dan garam dalam menarik molekul 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6
Rasio Tepung Biji Kelor Terhadap
air untuk proses pelarutan, maka interaksi Amonium Sulfat 65% (b/v)
antara protein dengan protein menjadi Gambar 3 Grafik hubungan rasio tepung biji
kelor : amonium sulfat terhadap
lebih penting (Bintang, 2010). Hal ini rendemen konsentrat protein
menyebabkan terjadinya proses koagulasi
protein hingga menghasilkan konsentrat Gambar 3 menunjukkan semakin
protein. Menurut Witono, et al. (2006), besar rasio tepung biji kelor terhadap
semakin banyak rendemen yang amonium sulfat yang digunakan, maka
dihasilkan, maka kadar protein yang ada rendemen konsentrat protein yang
pada rendemen konsentrat protein dihasilkan semakin tinggi. Jumlah
tersebut semakin banyak. Hal ini pengkoagulan yang semakin besar
diakibatkan jumlah protein yang banyak membuat interaksi antara tepung
terkoagulasi semakin banyak. biji kelor dengan larutan amonium sulfat

Nurhayati dkk.. 29
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398

dalam proses salting out semakin protein kadar kemurnian protein


meningkat, karena kompetisi diantara meningkat menjadi 75,05%. Pada proses
protein dan garam dalam menarik molekul salting out, hanya protein yang
air untuk proses pelarutan, sehingga terkoagulasi sehingga protein menjadi
interaksi protein dengan protein menjadi lebih murni bebas dari karbohidrat, lemak,
lebih penting. air, dan mineral yang terkandung pada
Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahan sebelum proses pembuatan
rendemen konsentrat protein dari rasio konsentrat protein.
tepung biji kelor terhadap amonium sulfat Hasil uji sidik ragam menunjukkan
berbeda nyata. Hasil analisis lanjut kadar protein terhadap rasio konsentrat
menggunakan BNJ menunjukkan pada protein tepung biji kelor dan amonium
rasio 1:3, 1:4, dan 1:5 berbeda tidak sulfat berbeda sangat nyata. Hasil uji
nyata, sementara 1:2 dan 1:6 mempunyai lanjut dengan BNJ menunjukkan pada
perbedaan yang sangat nyata. rasio 1:4, 1:5 menunjukkan perbedaan
nyata, sementara rasio 1:2, 1:3, dan 1:6
Kadar Protein dari Berbagai Rasio
Tepung Biji Kelor terhadap Amonium menunjukkan perbedaan yang sangat
Sulfat
nyata. Dengan demikian rasio 1:6 adalah
Berdasarkan hasil yang diperoleh
perlakuan terpilih untuk penentuan profil
(Gambar 4) kadar protein meningkat
asam amino.
seiring dengan meningkatnya rasio tepung
biji kelor terhadap amonium sulfat yang Profil Asam Amino Konsentrat Protein
diterapkan. Kadar protein terbaik diperoleh Biji Kelor

pada rasio 1:6. Hasil analisis profil asam amino


dari konsentrat protein biji kelor
90
Kadar Protein (%)

80 menggunakan KCKT (Tabel 1)


70
60
menunjukkan bahwa terdapat 18 jenis
50 asam amino penyusun protein biji kelor,
40
30 10 jenis diantaranya diantaranya
20
10
merupakan asam amino essensial dan 8
0 jenis merupakan asam amino non
1:2 1:3 1:4 1:5 1:6
Rasio Tepung Biji Kelor terhadap
essensial. Asama amino essensial
Amonium Sulfat 65% merupakan asam amino yang tidak dapat
Gambar 4 Grafik hubungan konsentrat protein
tepung biji kelor terhadap kadar disintesis oleh tubuh, untuk mencukupi
protein kebutuhannya maka diperlukan dari bahan

Hasil ini menunjukkan peningkatan makanan yang dapat mencukupinya.

kadar protein dari biji kelor yang awalnya


38,4%, setelah dibuat menjadi konsentrat

Nurhayati dkk.. 30
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398

Tabel 1 Profil asam amino biji kelor (27,39), valin (15,19), isoleusin (13,16),
Kadar treonin (11,29) metionin (10,67), lisin
Jenis Asam Amino
(mg/g)
(7,57), lisin (7,57), triptopan (3,49). Asam
Arginin (arg) 77,33
Fenilalanin (phe) 27,61 amino non esensial (mg/g) berupa asam
Leusin (leu) 27,39 glutamat (97,19), prolin (26,3), glisin
Valin (val) 15,19
Isoleusin (ile) 15,29 (24,74), alanin (17,57), asam aspartat
Essensial
Histidin (his) 13,16 (17,45), serin (15,16), tirosin (11,29), dan
Threonin (thr) 11,29
sisitein (5,9).
Metionin (met) 10,67
Lisin HCl (lys) 7,57 Rasio maksimum untuk memperoleh
Triptofan (try) 3,49 konsentrat protein belum diperoleh, kadar
Asam glutamat (glu) 97,19
Prolin (pro) 26,3
protein yang cukup tinggi serta asam
Glisin (gly) 24,74 amino esensial yang lengkap pada biji
Non Alanin (ala) 17,57
kelor dapat dipertimbangkan untuk
essensial Asam aspartat (asp) 17,45
Serin (ser) 15,16 dilakukan penelitian lanjutan dalam
Tirosin (tyr) 11,29 pemanfaatan konsentrat protein tersebut.
Sistein (cys) 5,9
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1 menunjukkan asam amino Bahri, S., Mirzan, M., Hasan, M. (2012).
essensial yang lengkap pada konsentrat Karakteristik Enzim Amilase dari
Kecambah Biji Jagung Ketan
protein biji kelor. Namun jika dibandingkan (Zae mays ceratine L.). Jurnal
dengan pola asam amino baku FAO/WHO Natural Sciences, 1(1) : 132-143
belum memenuhi jumlah asam amino Bintang, M. (2010). Biokimia Tehnik
Penelitian Jakarta : Erlangga.
yang dibutuhkan dalam setiap bahan
Elfita, L. (2014). Analisis Profil Protein dan
pangan. Asam Amino Sarang Burung
Walet (Collocalia Fuchiphaga)
KESIMPULAN Asal Painan. Jurnal Sains
Farmasi dan Klinis. 1(1) : 27-37
Tingkat kejenuhan amonium sulfat
Hardi, J., & Diharnaini, D. (2014).
terbaik diperoleh pada tingkat kejenuhan Penggunaan Protease dari Getah
65% dengan rendemen sebesar 46,56% Biduri dalam Produksi Flavor
Udang Windu (Penaeus
dan kadar protein sebesar 72,19%. Rasio monodon). Natural Science:
tepung biji kelor terhadap amonium sulfat Journal of Science and
Technology, 3(2).
tingkat kejenuhan terbaik diperoleh rasio
Hermiastuti, M. (2013). Analisis Kadar
terbaik diantara rasio yang diterapkan Protein dan Identifikasi Asam
pada rasio 1:6 (b/v), dengan rendemen Amino Ikan Patin (Pangasius
djambal). Skripsi. Jember:
70,96% dan kadar protein 74,16%. Profil Jurusan Kimia FMIPA Jember.
asam amino konsentrat protein biji kelor Hutomo, G.S. (2004). Optimasi Ekstraksi
yaitu asam amino esensial (mg/g) berupa Lipase dari Dedak Padi Varietas
arginin (77,3), fenilalanin (27,61), leusin

Nurhayati dkk.. 31
KOVALEN, 4(1):24-32, April 2018 e-ISSN: 2477-5398

IR-64. Jurnal Agroland. 11 (1) : Getah Tanaman Biduri


32-36 (Calletropis gigantean). Skripsi.
Palu: Jurusan Kimia FMIPA
Karnila, R., Astawan, M., Sukarno.,
Universitas Tadulako.
Wresdiyati, T. (2011).
Karakteristik Konsentrat Protein Sanusi, I., Sitorus, M. (2013). Tehnik
Teripang Pasir (Hulothuria scabra Laboratorium Kimia Organik.
J.) dengan Pengestrak Aseton. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Jurnal Perikanan dan Kelautan.
Srawaili N. (2008). Efektivitas Biji Kelor
16 (1) : 90-102.
(Moringa oleifera) dalam
Kurniati, E. (2009). Pembuatan Konsentrat Menurunkan Kekeruhan, Kadar
Protein dari Biji Kecipir dengan Ion Besi dan Mangan dalam Air.
Penambahan HCl. Jurnal Tesis. Bandung: Program Studi
Penelitian Ilmu Tehnik. 9 (2) : Kimia Institut Tehnologi Bandung.
115-122.
Su’i M.S. (2013). Fraksinasi Enzim Lipase
Laguni, N. (2012). Penggunaan Bungkil dari Endosperm Kelapa dengan
Biji Kelor (Moringa oleifera) Metode Salting Out. Jurnal
sebagai Adsorben Ion Fe (II) dan Agritech. 33 (4) : 377-383
ion Pb (II). Skripsi. Palu: Jurusan
Sumantri A.R. (2007). Analisis Makanan.
Kimia FMIPA Universitas
Yogyakarta : Gajah Mada
Tadulako.
University Press.
Muchtadi, D. (2009). Pengantar Ilmu Gizi.
Tejasari. (2005). Nilai Gizi Pangan.
Bandung : Alfabeta.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nooralabettu K.P. (2014). Optimasi of
Timumun M.I. (2012). Isolasi Lipase Daun
Ammonium Sulfate Precipitation
Pepaya (Carica papaya L.)
Method to Achieve High
Varietas Lokal dan Aplikasinya
Throughtput Concentration of
dalam Biosintesis Monolaurin.
Crude Alkaline Phosphatase from
Skripsi. Palu: Jurusan Kimia
Brown shrimp (Metapenaeus
FMIPA Universitas Tadulako.
monoceros) Hepatopancreas. Int.
J. Anal Bio-Sci. 2 (1) : 7-16 Witono Y., ulanni’am., Subagio A.,
Bambang, Simon. (2006).
Purwitasari A., Hendrawan Y.,
Pemurnian Parsial Enzim
Yulianingsih R. (2014). Pengaruh
Protease dari Getah Tanaman
Suhu dan Waktu Ekstraksi
Biduri (Calletropis gigantean)
terhadap Sifat Fisik Kimia dalam
menggunakan Amonium Sulfate.
Pembuatan Konsentrat Protein
Jurnal Teknologi Pertanian. 7 (1)
Kacang Komak (Lablab
: 20-26
purpureus L. Sweet). Jurnal
Bioproses Komoditas Tropis. 2(1) Yuniastuti A. (2008). Gizi dan Kesehatan.
: 42-53 Yogyakarta : Graha Ilmu
Rahmawati, A.T. (2009). Isolasi dan
Karakterisasi Enzim Lipase

Nurhayati dkk.. 32

You might also like