You are on page 1of 7

RESPON ANATOMIS Acacia mangium Willd.

TERHADAP KONDISI CEKAMAN GARAM : OBSERVASI AWAL


UNTUK PROGRAM PEMULIAAN TANAMAN
Anatomical Response of Acacia mangium Willd. in Salt Stress : A Preliminary Observation
for Tree Improvement Program
Dwi1Kartikaningtyas1, Octiva Quirena2, Suharyanto2, Sri Sunarti1,
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Jl. Palagan Tentara Pelajar Km. 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta 55582
2
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada
Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Yogyakarta 55281

ABSTRACT
The utilization of marginal land with high salinity becomes an alternative method to develop
adaptable A. mangium in extreme environment condition. Thus, it is necessary to test the levels of
adaptability of A. mangium in various salt stress conditions. The purpose of this study was to analyze
the anatomical response of A. mangium in salt stress. Results in study might be implemented as the
initial observation to provide data base in breeding programs. The A. mangium was tested at 4 level
salinity concentrations, i.e. 0 ppm (as a control), 22,000 ppm, 26,000 ppm and 30,000 ppm at 8
months plants. Anatomical parameters were index, length and width of stomata, number and diameter
of the trachea, and chlorophyll levels. The results showed that salt concentrations have significant
effect on anatomical of A. mangium. The increasing concentration of salt has reduced stomatal index,
stomata length and width, and total chlorophyll content. In contrast, the higher salt concentration has
increased the number of trachea. However, effect of salt concentrations was insignificant on trachea
diameter. The information should be important information for further examination of A. mangium in
response to salt stress through tree improvement programs.

Keywords: Acacia mangium, environmental stress, salt stress, anatomical response

ABSTRAK
Pemanfaatan lahan marginal dengan salinitas tinggi menjadi metode alternatif dalam mengembangkan
A. mangium yang mampu beradaptasi dalam kondisi lingkungan yang ekstrim. Dengan demikian,
perlu untuk dilakukan uji terhadap tingkat kemampuan adaptasi A. mangium dalam berbagai kondisi
cekaman garam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis adanya respon anatomi A.
mangium dalam kondisi cekaman garam. Hasil penelitian ini dapat diimplementasikan sebagai
pengamatan awal untuk menyediakan data dasar dalam program pemuliaan tanaman. Tanaman A.
mangium diuji secara terkontrol pada 4 taraf konsentrasi kadar garam, yaitu 0 ppm, 22.000 ppm,
26.000 ppm dan 30.000 ppm pada tanaman umur 8 bulan. Parameter anatomis tanaman yang diamati
meliputi indeks stomata, panjang dan lebar stomata, jumlah dan diameter trakea, dan kadar klorofil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum perbedaan konsentrasi kadar garam memberikan
pengaruh yang nyata terhadap sifat anatomis tanaman A. mangium. Peningkatan konsentrasi garam
telah mengurangi indeks stomata, panjang dan lebar stomata, kadar klorofil total. Sebaliknya, semakin
tinggi konsentrasi garam telah meningkatkan jumlah trakea. Akan tetapi pengaruh konsentrasi garam
tidak memberikan berpengaruh nyata terhadap ukuran diameter trakea. Informasi tersebut menjadi
informasi penting dalam penelitian lebih lanjut dari A. mangium terhadap kondisi cekaman garam
melalui program pemuliaan pohon.
Kata kunci : Acacia mangium, cekaman lingkungan, cekaman garam, respon anatomis

95
Wana Benih
Vol 14 No. 2, September 2013, 95 - 102

I. PENDAHULUAN
Acacia mangium Willd. merupakan salah satu jenis tanaman cepat tumbuh yang
umumnya hidup pada tanah dengan drainase baik dan bereaksi masam/pH rendah
(Hardiyanto, 2004). A. mangium mempunyai beberapa keunggulan diantaranya adalah
memiliki sifat kayu yang bagus sebagai bahan baku pulp serta mempunyai kemampuan
beradaptasi pada lahan yang kurang subur. Dalam pengembangan Hutan Tanaman Industri
(HTI), A. mangium banyak ditanam untuk memenuhi bahan baku pembuatan pulp.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan ketersediaan lahan dan dalam rangka
perluasan lokasi tanam, perlu dilakukan upaya untuk mendapatkan A. mangium yang mampu
tumbuh pada kondisi lahan marginal ataupun kondisi cekaman lingkungan. Cekaman
merupakan suatu perubahan kondisi pada lingkungan yang dapat merugikan atau menurunkan
pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman (Salisbury, 1991). Cekaman dapat diartikan
juga sebagai perubahan signifikan dari kondisi optimal yang dapat mengakibatkan adanya
perubahan pada tingkat fungsional. Perubahan yang terjadi sebagai respon dari kondisi
cekaman tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen (Larcher, 1995). Salah satu
kondisi cekaman yang banyak dijumpai pada lahan-lahan penanaman adalah cekaman garam.
Penelitian terhadap kondisi cekaman lingkungan juga dilakukan pada jenis Eucalyptus
occidentalis, dimana adanya tekanan garam yang tinggi menimbulkan respon yang berbeda
pada uji terkontrol dan uji lapangan (Hendrati, 2010). Adanya cekaman dapat menimbulkan
respon yang berbeda-beda pada setiap tanaman, salah satunya dengan adanya respon
anatomis. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Rofiah (2010) bahwa terdapat terdapat
perbedaan aspek anatomi daun pada tanaman kedelai yang diuji pada kondisi cekaman
kekeringan, respon tersebut juga terjadi pada anatomi daun klon andalas (Idris &
Mansyurdin, 2010). Sedangkan Noi & Banyo (2011) juga mengungkapkan bahwa salah satu
respon tanaman terhadap kekurangan air dapat ditunjukkan dengan penurunan konsentrasi
daun.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan konsentrasi garam terendah yaitu 0 ppm
sampai dengan konsentrasi garam mendekati konsentrasi garam air laut yaitu 30.000 ppm.
Hal ini didasarkan pada Nybakken (1992) yang menyebutkan bahwa salinitas air laut adalah
3,5% atau 35.000 ppm.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon anatomis A. mangium terhadap
kondisi cekaman garam. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

96
Respon Anatomis Acacia mangium Willd. Terhadap Kondisi
Cekaman Garam : Observasi Awal Untuk Program Pemuliaan Tanaman
Dwi Kartikaningtyas, Octiva Quirena, Suharyanto, Sri Sunarti

observasi awal untuk mengetahui kemampuan A. mangium Willd terhadap cekaman garam
dan data dasar dalam rangka memperluas program pemuliaan terhadap cekaman lingkungan.

II. BAHAN DAN METODE


A. Bahan dan Alat
Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah bibit A. mangium Willd. umur 8
bulan dan larutan garam. Untuk pembuatan preparat dengan menggunakan metode irisan
bebas bahan yang digunakan antara lain alkohol 70%, aquades, safranin, gliserin, kuteks dan
pembuatan preparat irisan epidermis akar dengan metode leaf clearing menggunakan
kloralhidrat.
Beberapa alat yang dipergunakan diantaranya adalah plastik takar, jangka sorong,
meteran, gunting, timbangan digital, pipet ukur, pipet tetes, gelas ukur, bak preparat 20 cm x
20 cm, mikroskop, kaca preparat, lampu spiritus, petridish, cutter, pinset dan botol flakon.

B. Metode Penelitian
1. Prosedur Kerja
a. Penelitian diawali dengan pemilihan bibit A. mangium umur 8 bulan yang
mempunyai kondisi hampir sama, yaitu dengan tinggi ± 1 m dan diameter ± 0,5
cm. Bibit dipindahkan kedalam polybag besar berukuran 15 x 25 cm dengan
menggunakan media tanah dan kompos dengan perbandingan 2 : 1. Pengambilan
data awal dilakukan dengan mengukur tinggi dan diameter bibit, jumlah tunas dan
jumlah filodia. Sebelum perlakukan dimulai, bibit diaklimatisasti selama 1 bulan
di dalam rumah kaca.
b. Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap berblok pada 4 taraf konsentrasi dan 4 ulangan. Taraf konsentrasi garam
yang diberikan yaitu 0 ppm, 22.000 ppm, 26.000 ppm dan 30.000 ppm dimana
setiap bibit disiram dengan larutan garam sebanyak 200 ml.
c. Pengamatan anatomis dilakukan pada bulan Juni 2010, dengan parameter yang
diamati diantaranya adalah :

97
Wana Benih
Vol 14 No. 2, September 2013, 95 - 102

1) Stomata
Pengamatan stomata dilakukan dengan pembuatan preparat menggunakan
metode leaf clearing yang kemudian dihitung besarnya indeks stomata,
panjang dan lebar stomata. dimana menurut Indeks stomata dapat dihitung
dengan rumus (Palit, 2008) :
Indeks stomata = Jumlah stomata
Jumlah stomata + Jumlah sel epidermis
2) Trakea
Pengamatan trakea dilakukan dengan pembuatan preparat melintang akar
dengan metode irisan bebas (Johansen, 1940) dengan modifikasi yang
kemudian dihitung jumlah trakea.
3) Klorofil
Analisis klorofil dilakukan dengan penghitungan kadar klorofil. Kadar klorofil
dapat dihitung dengan rumus (Harborne, 1987):

Kadar klorofil total = 17,3 (abs 646) + 7,18 (abs 663) mg/L
Dimana abs adalah nilai absorbansi pada panjang gelombang 646 nm dan 663
nm yang tertera di spektrofotometer. Selanjutnya kadar klorofil yang telah
terukur dikonversi kedalam satuan mg/g dengan rumus sebagai berikut :

10/1000 x kadar klorofil


0,1 mg/g
2. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varians (ANOVA) menggunakan
data rata-rata plot, dan apabila terdapat perbedaan antar perlakuan pada taraf
kepercayaan 95% dilanjutkan dengan menggunakan analisis DMRT (Duncan’s
Multiple Range Test).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengamatan anatomis A. mangium menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi
garam memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter anatomis yang diamati, yaitu
indeks stomata, panjang stomata, lebar stomata, kadar klorofil dan jumlah trakea, akan tetapi
perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter trakea seperti
tersaji pada Tabel 1. Perlakuan konsentrasi garam menimbulkan adaptasi anatomis dari

98
Respon Anatomis Acacia mangium Willd. Terhadap Kondisi
Cekaman Garam : Observasi Awal Untuk Program Pemuliaan Tanaman
Dwi Kartikaningtyas, Octiva Quirena, Suharyanto, Sri Sunarti

tanaman A. mangium. Hal ini dapat dilihat dengan adanya penambahan konsentrasi garam
mengakibatkan kecenderungan adanya penurunan pada stomata baik indeks stomata dari 0,14
menjadi 0,10, panjang stomata dari 22,37 ȝm menjadi 17,85 ȝm, lebar stomata dari 14,52 ȝm
menjadi 13,77 ȝm, dan kadar klorofil total dari 1,3955 mg/g menjadi 0,304 mg/g. Sebaliknya
penambahan konsentrasi kadar garam telah meningkatkan jumlah trakea dari 82,33 menjadi
156,59 (Tabel 2).
Tabel 1. Hasil Analisis Varians Pengaruh Perlakuan Cekaman Garam Terhadap A. mangium
P = Value
Sumber Parameter
Variasi Panjang
Indeks Stomata Lebar Kadar Jumlah Diameter Diameter
Stomata (µm) Stomata Klorofil Besar
Trakea Trakea Kecil
(µm) (mg/g) Trakea
Blok 0.2289 0.5039 0.1338 0.0389 0.0079 0.6406 0.7048
Konsentrasi 0.0348 0.0009 0.0592 0.0003 < .0001 0.4848 0.5729
Tabel 2. Hasil Uji DMRT Pengaruh Perlakuan Cekaman Garam Terhadap A. mangium.

Konsentrasi Parameter
Garam (ppm) Indeks Panjang Lebar Stomata Kadar Jumlah Trakea
Stomata Stomata Klorofil
0 0.137500 a 22.3650 a 14.5175 a 1.3955 a 82.333 c
22.000 0.120000 ab 20.5675 b 13.9150 ab 0.8360 b 115.335 b
26.000 0.122500 a 20.2075 b 13.1100 b 0.7308 b 128.915 b
30.000 0.105000 b 17.8500 c 13.7650 ab 0.3040 c 156.585 a
Rata-rata 0.12 ± 0.015 20.25 ± 1.09 13.83 ± 0.68 0.82 ± 1.41 120.79 ± 7.05
Pada kondisi cekaman garam maka tanaman akan mengalami toksisitas garam akibat
konsentrasi ion yang tinggi dan kekurangan air akibat tanah yang lebih hipertonis, sehingga
tanaman akan mengalami cekaman kekeringan. Untuk tetap mempertahankan hidupnya
tanaman akan melakukan adaptasi morfologi untuk mengurangi keluarnya air secara
berlebihan. Menurut Devlin (1983), keluarnya air dari tumbuhan sebagian besar dilakukan
melalui traspirasi, dimana transpirasi itu sendiri dapat terjadi melalui stomata, kutikula dan
lentisel. Lebih lanjut menurut Harjadi dan Yahya (1988), cekaman garam selain merubah
aktivitas metabolisme juga dapat menyebabkan perubahan anatomi tumbuhan diantaranya,
ukuran daun lebih kecil, stomata lebih kecil per satuan luas daun, peningkatan sukulensi,
penebalan kutikula dan lapisan lilin pada permukaan daun, serta lignifikansi akar yang lebih
awal.
Pada beberapa tanaman melakukan adaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan
mengurangi transpirasi dengan mengurangi jumlah stomata (Prince dan Courtis, 1991). Hal
inilah yang terjadi pada tanaman A. mangium, dimana telah terjadi penurunan indeks stomata

99
Wana Benih
Vol 14 No. 2, September 2013, 95 - 102

dari 0,14 menjadi 0,10 sejalan dengan bertambahnya konsentrasi garam (Tabel 2). Indeks
stomata merupakan perbandingan antara jumlah stomata dengan jumlah total sel dipermukaan
daun. Selain dengan menurunnya indeks stomata, perlakuan penambahan konsentrasi garam
juga mengakibatkan mengecilnya ukuran stomata (panjang dan lebar stomata). Ukuran
stomata yang kecil merupakan salah satu mekanisme adaptasi terhadap cekaman kekeringan
untuk efisiensi air sehingga akan mengurangi traspirasi (Prince dan Courtis, 1991). Dari tabel
2 dapat dilihat bahwa kenaikan konsentrasi garam mengakibatkan penurunan ukuran panjang
stomata dari 22,37 ȝm menjadi 17,85 ȝm dan lebar stomata dari 14,52 ȝm menjadi 13,77 ȝm
Dalam kondisi tercekam,selain dengan mengurangi transpirasi tanaman juga akan
melakukan adaptasi untuk memenuhi kebutuhan air. Pada tanaman ini dapat dilihat bahwa
jumlah trakea semakin banyak dengan semakin meningkatnya konsentrasi garam. Kenaikan
jumlah trakea dari 82,33 menjadi 156,59 dapat dilihat pada tabel 2. Hal ini mengindikasikan
adanya adaptasi yang dilakukan oleh tanaman dimana dengan bertambahnya jumlah trakea
maka air yang diangkut juga semakin banyak sehingga kebutuhan air akan terpenuhi
walaupun dalam kondisi tercekam. Untuk memperlancar pengangkutan air, adaptasi yang
dilakukan oleh A. mangium hanya dengan memperbanyak jumlah trakea sejalan dengan
penambahan konsentrasi garam, akan tetapi tidak diikuti dengan penambahan ukuran trakea
(diameter trakea).
Adaptasi lain yang dilakukan oleh A. mangium dalam kondisi tercekam (cekaman
garam) adalah adanya penurunan kadar klorofil sejalan dengan penambahan konsentrasi
garam. Secara morfologis, penurunan kadar klorofil dapat dilihat dengan adanya gejala
klorosis pada daun A. mangium yang dapat menghambat proses fotosintesis, dimana mula –
mula daun muda akan berwarna pucat dan semakin menguning, timbul bercak – bercak dan
kelamaan akan terjadi nekrosis. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sipayung (2003)
bahwa satu respon tanaman terhadap cekaman garam dapat ditunjukkan dengan pertumbuhan
yang tertekan dan timbul gejala seperti mengeringnya daun dibagian ujung dan gejala
klorosis yang menyebabkan pertumbuhan sel tidak normal. Gangguan pembentukan klorofil
juga terjadi pada tanaman yang mengalami penurunan serapan Nitrogen total sebagai unsur
utama dalam pembentukan klorofil seiring dengan peningkatan kadar salinitas (Pessarakli,
1994). Dengan adanya penurunan kadar klorofil maka proses fotosintesis akan terganggu, dan
berdampak pada terganggunya pertumbuhan tanaman.
Adanya penurunan indeks stomata, ukuran stomata (panjang dan diameter stomata dan
kadar klorofil maupun kenaikan jumlah trakea sejalan dengan penambahan konsentrasi garam
pada tanaman A. mangium (Tabel 2) merupakan mekanisme adaptasi anatomis yang

100
Respon Anatomis Acacia mangium Willd. Terhadap Kondisi
Cekaman Garam : Observasi Awal Untuk Program Pemuliaan Tanaman
Dwi Kartikaningtyas, Octiva Quirena, Suharyanto, Sri Sunarti

dilakukan oleh tanaman A. mangium. Adaptasi anatomis yang dilakukan bertujuan untuk
mempertahankan hidup pada kondisi tercekam (cekaman garam). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanaman A. mangium masih mampu beradaptasi/tumbuh pada kondisi
cekaman garam sampai dengan taraf konsentrasi garam 30.000 ppm.

IV. KESIMPULAN
1. Perlakuan cekaman garam pada tanaman A. mangium Willd. memberikan respon anatomis
diantaranya adalah penurunan nilai indeks stomata, panjang dan lebar stomata, kadar
klorofil serta kenaikan jumlah trakea. Adanya respon anatomis ini mengindikasikan
adanya kemampuan adaptasi A. mangium Willd. terhadap cekaman garam.
2. Tanaman A. mangium Willd. masih mampu beradaptasi pada kondisi cekaman garam
sampai dengan 30.000 ppm, dan informasi ini dapat digunakan sebagai data awal dalam
program pemuliaan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J. B.1987. Metode Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerbit
ITB, Bandung
Hardiyanto, E.B. 2004. Silvikultur dan Pemuliaan Acacia mangium. Dalam: Hardiyanto, E.B dan
Hardjono, A. (eds). Pembangunan Hutan Tanaman Acacia mangium Pengalaman di PT. Musi
Hutan Persada. PT Musi Hutan Persada. Sumatera Selatan.
Harjadi , S.S. dan S. Yahya. 1988. Fisiologi Stres Tanaman. PAU IPB, BogorLarcher, W. 1995.
Physiological Plant Ecology. Chapsiology and Stress Physiology of Functional groups.
Institute Fur Allgemeine Botanic. Austria
Hendrati, R.L. 2010. Respon Populasi Eucalyptus occidentalis Terhadap Seleksi Kondisi Garam
Tinggi Pada Uji Terkontrol dan Uji Lapangan. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan 4 (2) : 91-
100
Idris, M dan Mansyurdin. 2010. Struktur Anatomi Daun Klon Andalas (Morus macroura Miq. var.
macroura) Hasil Seleksi Kekeringan Secara In Vitro Menggunakan Polietilena Glikol.
Prosiding Seminar dan Rapat Tahunan BKS-PTN Wilayah Barat ke-21. 10-11 Mei 2010
Nio, S.A. dan Y. Banyo. 2011. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada
Tanaman. Jurnal Ilmiah sains II (2):167-173
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. PT Gramedia Pustaka Utama
Palit, J. 2008. Teknik Penghitungan Jumlah Stomata Beberapa Kultuvar Kelapa. Buletin Teknik
Pertanian 13 (1)
Pessarakli, M. 1994. Respon of Green Beans (Phaseolus vulgaris L.) to Salt Stress in Handbook of
Plant and Crop Physiology. Marcel Dekker, Inc. New York
Rofiah, A. 2010. Kajian Aspek Anatomi Daun Beberapa Varietas kedelai (Glicine max. L) Pada
Kondisi Cekaman Kekeringan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Malang Maulana Malik
Ibrahim. Malang
Salisbury, F.B. 1991. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga, Terj. Lukman, D.R. & Sumaryono. Penerbit ITB
Bandung
Sipayung, R. 2003. Stres Garam dan Mekanisme Toleransi pada Tanaman. Fakultas Pertanian Jurusan
Budidaya Pertanian, Universitas Sumatera Utara

101

You might also like