You are on page 1of 13

590

PERAN KONSELOR SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN


KARAKTER MELALUI PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING
DI SEKOLAH

Meidy D. Ar Noya S.Th., M.Si1, Jenny M. Salamor S.Psi., M.Si2


E-mail: eynoya@gmail.com1, alamorjenny2489@gmail.com2
Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Hein Namotemo1,2

Abstract
Character education was one of the focuses in the system of national education. Therefore, educators must
not neglect this. A school counselor, as one of the educators, has to play a role in character education.
Referring to guidance and counseling responsibilities in relation to students’ personal, social, academic, and
career aspects, a school counselor must not escape from the main duties. Considering that character
education is the responsibility of all parties, a school counselor can, independently and in collaboration with
all school components, play a role in character education. Individually, a school counselor can provide
services, such as individual services, individual planning services, and responsive services. In collaboration
with other parties, a school counselor can make a synergy in character education programs. While guidance
and counseling services are one of the service programs that contribute to the implementation of the program
in schools. So that it is expected that the implementation of strengthening of character education through
guidance and counseling services in schools can be implemented and implemented effectively and efficiently,
so that it can achieve more optimal goals for the development of character values that exist in students.
Keywords: School Counselors; Character Education; Counseling Guidance Services

Abstrak
Pendidikan karakter adalah salah satu fokus dalam sistem pendidikan nasional. Karena itu, pendidik tidak
boleh mengabaikan hal ini. Konselor sekolah, sebagai salah satu pendidik, harus berperan dalam pendidikan
karakter. Mengacu pada tanggung jawab Bimbingan dan Konseling dalam kaitannya dengan aspek pribadi,
sosial, akademik, dan karier siswa, seorang konselor sekolah tidak boleh lepas dari tugas utama.
Mempertimbangkan bahwa pendidikan karakter adalah tanggung jawab semua pihak, konselor sekolah dapat,
secara independen dan bekerja sama dengan semua komponen sekolah, memainkan peran dalam pendidikan
karakter. Secara individual, konselor sekolah dapat memberikan layanan, seperti layanan individu, layanan
perencanaan individu, dan layanan responsif. Bekerja sama dengan pihak lain, konselor sekolah dapat
membuat sinergi dalam program pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan salah satu gerakan
pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etika), olah rasa
(estetika), olah pikiran (literasi), dan olah raga (kinesteti) dengan dukungan melibatkan publik dan kerja sama
antar sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sementara layanan Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu
program layanan yang turut andil dalam pelaksanaan program di sekolah. Sehingga diharapkan implementasi
penguatan pendidikan karakter melalui pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dilaksanakan
dan diterapkan dengan efektif dan efesian, agar dapat mencapai tujuan yang lebih optimal bagi
perkembangan nilai-nilai karakter yang ada pada peserta didik.
Kata Kunci : Konselor Sekolah; Pendidikan Karakter; Layanan Bimbingan Konseling
PENDAHULUAN
Berbicara tentang Bimbingan dan is) kepada kondisi bagaimana seharusnya
Konseling tidak bisa terlepas dari (what should be) (Kartadinata, 2010). Hal
pendidikan, karena Bimbingan dan ini menggambarkan bahwa pendidikan
Konseling ada di dalam pendidikan. merupakan aset yang tak ternilai bagi
Pendidikan bertolak dari hakikat manusia individu dan masyarakat. Namun perlu
dan merupakan upaya membantu manusia digarisbawahi bahwa pendidikan tidak
dari kondisi obyektif apa adanya (what it bisa diukur atau dideskripsikan hanya dari

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


591

megahnya gedung, fasilitas yang dimiliki bermasyarakat secara harmonis.


atau banyaknya siswa, dan banyaknya Untuk mewujudkan pendidikan
personel yang mengelola; karena yang bermutu diharuskan
pendidikan lebih dari itu semua. mengintegrasikan tiga bidang kegiatan
Pendidikan adalah persoalan fokus dan utamanya yaitu bidang administratif dan
tujuan. Ia merupakan proses yang esensial kepemimpinan, bidang instruksional dan
dalam mempengaruhi perkembangan kurikuler dan bidang pembinaan siswa
manusia (Kartadinata, 2010). (Bimbingan dan Konseling yang
Sebagai suatu proses pendidikan memandirikan). Pendidikan yang hanya
melibatkan berbagai faktor dalam melaksanakan bidang administratif dan
mencapai kehidupan yang bermakna. pengajaran dengan mengabaikan bidang
Karena itu dikatakan mendidik adalah bimbingan mungkin hanya akan
pilihan moral dan bukan pilihan teknis menghasilkan individu yang pintar dan
belaka. Menurut Terdapat tiga fungsi terampil dalam aspek akademik, namun
pendidikan, yakni (a) fungsi kurang memiliki kemampuan atau
pengembangan, membantu individu kematangan dalam aspek
mengembangkan diri sesuai dengan psikososiospiritual (Natawidjaja, 1998,
segenap potensi dan keunikannya; (b) Yusuf dan Nurihsan, 2005). Jadi
fungsi peragaman (diferensiasi), Bimbingan dan Konseling diperlukan dan
membantu individu memilih arah merupakan bagian penting dalam upaya
perkembangan yang tepat sesuai dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional.
potensinya; dan (c) fungsi integratif, Suatu profesi yang bertujuan membantu
membawa keragaman perkembangan ke dan mendukung mengembangkan seluruh
arah tujuan yang sama sesuai dengan potensi dan kompetensi peserta didik
hakikat manusia utnuk menjadi pribadi sesuai dengan bakat, minat, dan
utuh (kaffah) (Kartadinata, 2010). Fungsi kebutuhannya melalui layanan Bimbingan
yang terakhir ini bermakna bahwa dan Konseling yang bersifat
pendidikan berupaya mengintegrasikan psikopedagogis. Dalam kaitan ini
nilai-nilai sosial budaya ke dalam setumpuk harapan diembankan kepada
kehidupan peserta didik baik yang para penyelenggara layanan Bimbingan
menyangkut tatakrama, solidaritas, dan Konseling di sekolah. Suatu profesi
toleransi, kooperasi maupun empati yang diharapkan akan dapat membantu
sehingga peserta didik dapat belajar hidup dan mendukung mengembangkan seluruh

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


592

kemampuan peserta didik sesuai dengan sulit untuk dapat menuaikan tugas secara
potensinya melalui layanan Bimbingan umum layanan Bimbingan dan Konseling
dan Konseling yang bersifat psiko- dengan baik dan komprehensif, terlebih
pedagogis. Dengan demikian, layanan untuk melaksanakan pendidikan karakter.
Bimbingan dan Konseling di sekolah Penyelenggaraan pendidikan karakter
merupakan salah satu bentuk kegiatan banyak memerlukan pendekatan personal,
pendidikan untuk pencapaian tujuan baik dalam arti guru pembimbing harus
pendidikan. Harapan besar ditumpukan kompeten dan layak untuk dicontoh,
pada para penyelenggara layanan disamping itu juga pada umumnya para
Bimbingan dan Konseling di sekolah siswa akan ‘respek’ kepada mereka yang
(konselor). memiliki kedekatan secara pribadi
Di dalam pendidikan perjalanan sehingga memudahkan terjadinya
mengemban tugas tersebut, Bimbingan penyampaian pesan-pesan atau informasi
dan Konseling sebagai suatu profesi yang tentang pendidikan karakter. Ada banyak
secara legal formal relatif masih muda, faktor penyebab terjadinya kesalahan
banyak mengalami gangguan dan persepsi tentang konselor sekolah tersebut
hambatan. Beragam gangguan dan di atas, salah satunya kinerja konselor
hambatan tersebut, mulai dari jumlah sekolah yang belum maksimal atau belum
tenaga yang masih terbatas sehingga bisa menunjukkan tugas dan peran yang
semua orang “merasa” diperbolehkan seharusnya dikerjakan sebagai seorang
melaksanakan tugas tersebut sampai konselor (Sofyan, 2008).
dengan pelaksanaan layanan Bimbingan Penjelasan diatas menunjukkan
dan Konseling yang belum optimal. bahwa betapa pentingnya solusi untuk
Akibat berbagai gangguan dann mengatasi keadaan tersebut. Suatu kondisi
hambatan tersebut menjadi fakta yang yang cukup rumit, mengingat tugas
terjadi di sekolah selama ini yang me- tersebut sudah mendarah daging (habitual
nunjukkan bahwa konselor sekolah (guru performance) bagi para konselor sekolah
pembimbing) masih banyak atau sering sebagai pelaksana kesehariannya, namun
dipersepsikan secara negatif, seperti guru di pihak lain ternyata kinerja yang tampak
pembimbing sebagai polisi sekolah, guru belum sesuai dengan harapan. Bukti
pembimbing menakutkan, guru secara empiris menunjukkan masih
pembimbing hanya menangani anak banyak siswa yang belum bisa berperilaku
bermasalah. Kondisi tersebut tentu sangat secara normative.Hal ini terjadi antara lain

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


593

dari sisi peran yang semestinya dilakukan melalui Pelayanan Bimbingan dan
oleh seorang konselor sekolah dalam Konseling di Sekolah
pengembangan aspek pribadi dan sosial HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa yang belum maksimal. Walaupun Pendidikan Karakter
konselor sekolah bukan sebagai satu- Karakter merupakan ciri khusus
satunya pihak yang harus atau paling yang melekat pada seseorang, keluarga,
bertanggung jawab terhadap kondisi dan komunitas. Pengembangan karakter
tersebut, namun konselor sekolah tidak dimulai dari pembentukan sikap
bisa lepas dari tanggung jawab tersebut berdasarkan nilai-nilai tertentu, seperti
(Washington, et.all, 2008). Dari perspektif nilai-nilai agama, budaya, termasuk
ini, diharapkan tulisan ini dapat ideologi negara. Karakter seseorang
memberikan wacana untuk mengurai bukanlah hasil dari penilaian terhadap
kerumitan masalah peran yang harus sikap dan perilaku diri sendiri, tetapi
ditampilakn oleh konselor sekolah dalam merupakan hasil dari penilaian orang lain.
pengembangan pendidikan karakter Karakter tidak dilahirkan dari retorika
melalui pelayanan bimbingan konseling di mulia atau niat baik semata, tetapi
Sekolah. karakter lahir dari kejujuran dan loyalitas
METODE PENELITIAN yang melekat pada nilai-nilai moral
Tulisan ini merupakan hasil telaah (Josephson. M, 2013).
pustaka untuk mengungkap bentuk peran Pendidikan karakter, konsep
konselor sekolah dalam pengembangan pengembangan kesadaran moral pada
pendidikan karakter melalui pelayanan siswa (LicNona, 1999), muncul dari
bimbingan konseling. Berbagai literatur psikologis, pembelajaran sosial, dan
yang terkait dikaji dengan seksama dan kerangka berpikir perkembangan kognitif.
dibandingkan antara yang satu dengan Sebuah tinjauan literatur mengungkapkan
yang lainnya untuk mendapatkan jabaran keprihatinan dalam menemukan
tentang: (1) Pendidikan Karakter; (2) pendekatan yang paling mujarab untuk
Posisi Konselor Sekolah dalam mengembangkan karakter siswa. Studi
Pendidikan Karakter di Indonesia; (3) dalam pendidikan karakter telah dilakukan
Konselor Sekolah dalam Kegiatan di bidang perkembangan kognitif (Gibbs
Pendidikan Karakter; (4) Layanan 2006; Narvaez, 2001); kebajikan karakter
Bimbingan dan Konseling; (5) dan (LicNona, 1999); dan pembelajaran sosial
Implementasi Pendidikan Karakter (Anderson, 2000; Wynne, 1997).

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


594

Pendekatan perkembangan berteori bahwa tanggung jawab, dan kepercayaan. Pusat


anak-anak mengembangkan moral secara Kurikulum Departemen Pendidikan
bertahap. Teori ini dikembangkan oleh (Menteri Pendidikan Nasional 2010)
Lawrence Kohlberg dan mirip dengan menyatakan bahwa untuk lebih
model yang dikembangkan oleh Jean memperkuat pelaksanaan pendidikan
Piaget (Kohlberg, 1989). karakter di satuan pendidikan Indonesia.
Para ahli menafsirkan pendidikan Pengembangan Pendidikan Karakter
karakter dalam berbagai perspektif, untuk Melalui Pelayanan Bimbingan dan
contoh, pendidikan karakter berasal dari Konseling di Sekolah (Sulma Mafirja & Jj
tahap pembentukan karakter (Marten, Sa’Adah) telah mengidentifikasi 18 nilai-
2004), dimensi psikologis (LicNona, nilai yang berasal dari agama, Pancasila
1991), penilaian moral (Piaget, 1967; (ideologi nasional), budaya, dan tujuan
Kohlberg; 1976), dan pedagogis pendidikan nasional, yaitu :
pendekatan (Berkowitz, 2002). Marten  Agama: Sikap dan perilaku taat dalam
(2004) menjelaskan bahwa ada tiga melaksanakan ajaran agama mereka,
tahapan yang harus dilakukan dalam praktek. agama toleran terhadap orang
pendidikan karakter, yaitu identifikasi lain, dan hidup harmonis dengan
nilai-nilai, nilai pembelajaran dan agama-agama lain.
memberikan kesempatan untuk  Jujur: Perilaku yang berdasarkan pada
menerapkan nilai tersebut. Pendidikan upaya untuk sesuai dirinya sebagai
karakter psikologis meliputi penalaran orang yang selalu dapat dipercaya
moral dimensi, perasaan moral, dan dalam kata, tindakan, dan pekerjaan.
perilaku moral (LicNona, 1991), atau  Toleransi terhadap Keaneka-
dalam arti moralitas yang mencakup utuh ragaman: Sikap dan tindakan yang
sebagai pertimbangan moral dan perilaku menghormati perbedaan agama, ras,
moral baik moralitas yang berdasarkan etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
pada orientasi dan perkembangan orang lain yang berbeda dari diri
moralitas sosial (Piaget, 1967; Kohlberg; mereka sendiri.
1976).  Disiplin: Tindakan yang
Pendidikan Karakter yang mengacu menunjukkan perilaku tertib dan
pada judul kurikulum yang mendidik mematuhi berbagai aturan dan
siswa tentang seperti peduli, peraturan
kewarganegaraan, keadilan, rasa hormat,  Kerja keras: Tindakan yang

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


595

menunjukkan tertib perilaku dan untuk peduli dan lebih aktif terhadap
mematuhi berbagai aturan dan orang lain.
peraturan.  Cinta Perdamaian: Sikap dan tindakan
 Kreatif: Melakukan sesuatu untuk yang mendorong dirinya untuk cinta
menghasilkan cara baru atau hasil akan kedamaian yang ada di
dari sesuatu yang telah lingkungannya.
diselenggarakan  Gemar Membaca: Kebiasaan untuk
 Independen: Sikap dan perilaku yang membaca berbagai bacaan yang
tidak mudah tergantung pada orang memberikan kebajikan bagi dirinya
lain untuk menyelesaikan tugas  Peduli Lingkungan: Sikap dan
 Demokrat: Cara individu dalam tindakan yang dilakukan untuk
berperilaku, dan bertindak hak yang mencegah kerusakan alam ling-
sama dan kewajiban menilai dirinya kungan sekitarnya, dan mengem-
dan orang lain bangkan upaya-upaya untuk men-
 Curiosity: Sikap dan tindakan sebagai coba dan untuk memperbaiki
mencoba untuk menentukan kerusakan lingkungan yang telah
kedalaman dan penyebaran sesuatu terjadi
yang dipelajari, dilihat, dan didengar.  Kepedulian Sosial: Sikap dan
 Semangat Kebangsaan: Tindakan, dan tindakan selalu ingin anggota
suara yang menempatkan kepentingan membantu orang lain dan masyarakat
bangsa dan negara di atas diri sendiri yang membutuhkan.
dan kepentingan dan kelompok  Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku
 Cinta Tanah Air: Tindakan, dan suara seseorang untuk melak- sanakan tugas
yang menempatkan kepentingan dan kewajibannya, yang harus
bangsa dan negara di atas diri sendiri dilakukan, terhadap diri sendiri,
dan menghargai kelompok masyarakat, lingkungan (alam, sosial,
 Prestasi: Sikap dan tindakan yang dan budaya), Negara dan Tuhan Yang
mendorong dirinya untuk Maha Esa.
menghasilkan sesuatu yang berguna Posisi Konselor Sekolah Dalam
bagi masyarakat, mengakui dan Pendidikan Karakter Di Indonesia
menghormati keberhasilan orang lain. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
 Ramah / Komunikatif: Sikap dan tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
tindakan yang mendorong dirinya 3 menggariskan bahwa “Pendidikan

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


596

Nasional berfungsi mengembangkan kependidikan yang berkualifikasi sebagai


kemampuan dan membentuk watak serta guru, dosen, konselor, pamong belajar,
peradaban bangsa yang bermartabat dalam widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan sebutan lain yang sesuai dengan
bertujuan untuk berkembangnya potensi kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
peserta didik agar menjadi manusia yang menyelenggarakan pendidikan”. Dari
beriman dan bertakwa kepada Tuhan pengertian tersebut maka konselor sekolah
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, (guru pembimbing merupakan sebutan
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan konselor sekolah sesuai sebutan resmi
menjadi warga negara yang demokratis untuk guru yang mempunyai tugas khusus
serta bertanggung jawab”. Dari hal dalam Bimbingan dan Konseling, menurut
tersebut nampak bahwa pendidikan bukan Surat Keputusan Bersama Menteri
sekedar berfungsi sebagai media untuk Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala
mengembangkan kemampuan semata, Badan Administrasi Kepegawaian
melainkan juga berfungsi untuk Nasional Nomor 25 Ta- hun 1993) tidak
membentuk watak dan peradaban bangsa bisa lepas dari fungsi dan tujuan
yang bermartabat. Dari hal ini maka pendidikan tersebut. Dengan kata lain,
sebenarnya pendidikan watak (karakter) konselor sekolah mempunyai peran dan
tidak bisa ditinggalkan dalam tugas yang terkait dengan pendidikan
berfungsinya pendidikan. Oleh karena itu, karakter. Sebagai salah satu pihak yang
sebagai fungsi yang melekat pada berkepentingan dengan pendidikan
keberadaan pendidikan nasional untuk karakter ini, konselor sekolah harus
membentuk watak dan peradaban bangsa, berkomitmen untuk melaksanakan
pendidikan karakter merupakan pendidikan karakter tersebut (Stone dan
manifestasi dari peran tersebut. Untuk itu, Dyal, 1997:22). Beberapa pertimbangan
pendidikan karakter menjadi tugas dari bahwa konselor sekolah harus berperan
semua pihak yang terlibat dalam usaha dalam pendidikan karakter : pertama
pendidikan (pendidik). Sementara itu, Konselor Sekolah sebagai konsultan
konselor sekolah di dalam Undang- hampir sama dengan tugas sebagai
Undang Sistem Pendidikan Nasional konselor. Sebagai konsultan, konselor
Tahun 2003 telah diakui sebagai salah sekolah menerima konsultasi dari berbagai
satu tenaga pendidik, seperti yang tersurat pihak lain untuk membantu perkembangan
di dalam Pasal 1, “Pendidik adalah tenaga siswa. Pendidikan karakter tidaklah

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


597

mungkin diselesaikan sendiri oleh salah masalah pribadi atau masalah sosial. Hal
satu pihak. Pendidikan karakter itu semua sebagai bentuk kegiatan
memerlukan keterlibatan semua pihak di pelayanan responsif dari konselor sekolah.
sekolah maupun keluarga. Berdasarkan Di samping itu, ketika siswa menghadapi
perspektif ini maka semua pihak memiliki berbagai persoalan yang bersifat pilihan
peran yang bersifat saling komplementer. maka peran konselor untuk membantu
Oleh karena itu, konselor sekolah sebagai siswa memilih dapat dilakukan melalui
pihak yang memberikan layanan bersifat kegiatan perencanaan individual
psikopedagogis harus mampu Keempat, konselor sekolah sebagai
memberikan layanan yang bersifat konsultan/ mediator. Bahwa pendidikan
konsultatif atas kepentingan berbagai karakter merupakan tugas dan tanggung
pihak, mulai dari siswa, guru, orang tua, jawab semua pendidik di sekolah. Oleh
kepala sekolah, bahkan mungkin sampai karena itu, konselor akan dapat berperan
dengan masyarakat. sebagai patner ataupun sebagai konsultan
Kedua, konselor sekolah berperan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di
sebagai contoh. Sebagai pendidik konselor sekolah. Bahkan, konsulasi tidak terbatas
sekolah merupakan figur yang menjadi hanya dengan para pelaksana pendidikan
sorotan para siswa khususnya dalam karakter di sekolah (guru, kepala sekolah)
contoh pelaksanaan pendidikan karakter tetapi juga dengan para pelaksanan
kehidupan sehari- hari di sekolah. Sebagai pendidikan karakter di luar sekolah (orang
teladan bagi siswa maka semua aspek tua, anggota masyarakat). Di samping itu,
kepribadian, penampilan, dan tingkah laku di mungkinkan juga konselor sekolah
akan menjadi contoh siswa. bertindak sebagai mediator dalam rangka
penyelesaian permasalahan yang dihadapi
Ketiga, konselor sekolah sebagai
para siswa.
healer/problem solver, bahwa pelayanan
Konselor Sekolah Dalam Kegiatan
Bimbingan dan Konseling terkait dengan
Pendidikan Karakter
pendidikan karakter terutama melalui
Di dalam rambu-rambu
bimbingan pribadi dan bimbingan sosial.
penyelenggaraan Bimbingan dan
Dari sudut pandang ini maka peran
Konseling dalam jalur pendidikan formal
konselor sekolah nampak ketika
termuat dalam lampiran 3 Standar
membantu memecahkan berbagai
Kompetensi Konselor (Departemen
permasalahan yang terkait dengan
Pendidikan Nasional, 2007:261)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


598

dijelaskan bahwa pelayanan ahli (Departemen Pendidikan Nasional,


Bimbingan dan Konseling yang diampu 2007:186). Oleh karena itu, konselor
oleh konselor sekolah berada dalam sekolah hendaknya merancangkan dalam
konteks tugas “kawasan pelayanan yang program kegiatannya untuk secara aktif
bertujuan memandirikansiswa (individu) berpartisipasi dalam pengembangan dan
dalam memandu perjalanan hidup mereka penumbuhan karakter pada siswa.
melalui pengambilan keputusan tentang Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara
pendidikan termasuk yang terkait dengan mandiri yang terancang dalam program
keperluan untuk memilih, meraih serta Bimbingan dan Konseling, dan juga
mempertahankan karir untuk mewujudkan bersama-sama dengan pendidik lain (guru
kehidupan yang produktif dan sejahtera, bidang studi misalnya) yang terancang
serta untuk menjadi warga masyarakat dalam program sekolah yang dilakukan
yang peduli kemaslahatan umum melalui secara sinergis dari beberapa pihak.
pendidikan”. Ekspektasi kinerja konselor Berkaitan dengan bentuk kegiatan
yang mengampu pelayanan Bimbingan tersebut, maka layanan yang diberikan
dan Konseling selalu digerakkan oleh oleh konselor sekolah dapat bersifat
motif altruistik dalam arti selalu preventif, kuratif, dan preseveratif atau
menggunakan penyikapan yang empatik, developmental dalam rangka menunaikan
menghormati keragaman, serta fungsi pendidikan dalam mengembangkan
mengedepankan kemaslahatan pengguna karakter siswa. Layanan yang bersifat
pelayanannya, dilakukan dengan selalu preventif berarti kegiatan yang dilakukan
mencermati kemungkinan dampak jangka oleh konselor sekolah bermaksud untuk
panjang dari tindak pelayanannya itu mencegah agar perilaku siswa tidak
terhadap pengguna pelayanan, sehingga berlawanan dengan karakter yang
pengampu pelayanan profesional itu juga diharapkan. Layanan yang bersifat kuratif
dinamakan “the reflective practitioner”. bermakna bahwa layanan konselor
Terkait dengan kegiatan pendidikan ditujukan untuk mengobati / memperbaiki
karakter di sekolah konselor sekolah wajib perilaku siswa yang sudah terlanjur
memfasilitasi pengembangan dan melanggar karakter yang diharapkan.
penumbuhan karakter serta tanpa Kegiatan preseveratif/developmental
mengabaikan penguasaan hard skills lebih berarti layanan yang diberikan oleh
lanjut yang diperlukan dalam perjalanan konselor sekolah bermaksud untuk
hidup serta dalam mempersiapkan karier memelihara dan sekaligus

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


599

mengembangkan perilaku siswa yang pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan


sudah sesuai agar tetap terjaga dengan dan kelemahan dirinya, serta menerima
baik, tidak melanggar norma, dan juga dirinya secara positif dan dinamis sebagai
mengembangkan agar semakin lebih baik modal pengembangan diri lebih lanjut.
lagi perkembangan karakternya. Jenis layanan Bimbingan dan Konseling
Layanan Bimbingan dan Konseling terselenggara harus sesuai dengan empat
Bimbingan dapat diartikan sebagai bidang bimbingan yaitu: (1). Bidang
sesuatu proses pemberian bantuan kepada bimbingan pribadi (2). Bidang bimbingan
individu yang dilakukan secara sosial (3). Bidang bimbingan belajar (4).
berkesinambungan, supaya individu Bidang bimbingan karier. (Nur Kholis:
tersebut dapat memahami dirinya sendiri, 2015).
sehingga dia sanggup mengarahkan Implementasi Pendidikan Karakter
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, Melalui Pelayanan Bimbingan Dan
sesuai dengan tuntutan dan keadaaan Konseling Di Sekolah
lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat Penerapan pendidikan karakter juga
dan kehidupan pada umumnya, diharapkan tidak akan terlepas dari
Bimbingan membantu individu mencapai pelayanan Bimbingan dan Konseling di
perkembangan diri secara optimal sebagai sekolah. Pelayanan Bimbingan dan
makhluk sosial. Konseling merupakan Konseling di sekolah merupakan salah
suatu upaya bantuan yang dilakukan satu layanan yang juga dapat memberikan
dengan empat mata atau tatap mukaantara perubahan pada perkembangan dan
konselor, dan konseli yang berisi usaha kemampuan peserta didik, baik dalam
yang selaras, unik, human (manusiawi), proses belajar mengajar, religius, sosial,
yang dilakukan dalam suasana keahlian dan karir dari peserta didik itu sendiri.
dan yang didasarkan atas norma-norma Implementasi pendidikan karakter
yang berlaku, agar konseli memperoleh malalui pelayanan Bimbingan dan
konsep diri dan kepercayaan diri sendiri Konseling di sekolah, diharapkan mampu
dalam memperbaiki tingkah lakunya saat untuk meningkatkan nilai-nilai karakter
ini dan mungkin pada masa yang akan yang ada pada peserta didik/siswa. Karena
datang. dalam pelayanan Bimbingan dan
Secara umum tujuan pelaksanaan Konseling itu sendiri sudah menekankan
layanan Bimbingan dan Konseling adalah pada empat bidang layanan, yaitu pribadi,
berupaya membantu siswa menemukan sosial, belajar dan karir. Sedangkan dalam

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


600

pendidikan karakter juga lebih menekan baik di kalangan masyarakat, (3) agar
kan pada nilai- nilai yang terdiri dari 18 siswa bias menghargai setiap proses
nilai-nilai dan terdiri dari 4 dimensi belajar yang mereka alami baik di sekolah
perkembangan. Pendidikan karakter jauh maupun di rumah, dan (4) agar siswa lebih
lebih mungkin untuk bekerja ketika itu bisa memahami dirinya dengan baik.
dirancang dengan baik, ketika hal itu (Prasetyo, dkk, 2017).
bergantung pada prinsip- prinsip berbasis Selain itu, penerapan pendidikan
penelitian dan kerangka konseptual karakter juga tersusun atas tiga bagian,
bermakna, dan ketika itu sepenuhnya dan seperti yang dijeskan oleh (Zubaedi, 2011:
akurat dilaksanakan. 13 dalam Ramdhani, 2014) yakni: moral
Guru Bimbingan dan Konseling atau knowing (pengetahuan moral), moral
Konselor bertanggung jawab atas kegiatan feeling (perasaan moral), dan moral
pembelajaran yang terkait dengan behavior (perilaku moral). Karakter yang
pelayanan Bimbingan dan Konseling baik terdiri dari pengetahuan tentang
untuk sejumlah peserta didik. Oleh sebab kebaikan (knowing the good), keinginan
itu, disekolah harus diadakan pelayanan terhadap kebaikan (desiring the good),
Bimbingan dan Konseling. Tujuan dan berbuat kebaikan (doing the good).
pelayanan Bimbingan dan Konseling Dalam hal ini, diperlukan pembiasaan
adalah agar konseli dapat merencanakan dalam pemikiran (habits of the mind), dan
kegiatan penyelesaian studi, pembiasaan dalam tindkan (habits of the
perkembangan karir serta kehidupannya di heart), dan pembiasaan dalam tindakan
masa depan, mengembangkan seluruh (habit of the action). Tentunya bagian ini
potensi dan kekuatan yang dimilikinya juga sesuai dengan tujuan dari
seoptimal mungkin, menyesuaikan diri perkembangan dan layanan dalam
dengan ling- kungan, mengatasi hambatan Bimbingan dan Konseling.
dan kesulitan yang dihadapi serta Namun demikian, masih banyak
pengembangkan karakter secara ditemukan dilapangan bahwa
maksiamal. Adapun manfaat Implementasi pendidikan karakter belum
pengembangan karakter melalui layanan menyentuh dimensi penghayatan afektif
Bimbingan dan Konseling ini ialah : (1) dan masih jauh dari tataran pengamalan
agar siswa lebih mandiri dalam nilai secara nyata dalam tindak perilaku
menyelesaikan masalahnya, (2) agar siswa hidup terpelajar sehari-hari. Konsep dasar
lebih bisa menerapkan sopan santun yang yang dipergunakan sebagai orientasi

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


601

pendidikan karakter di Indonesia juga pendidikan karakter. Kedekatan dan


tidak jelas ujung pangkalnya. Dari mana keberatan kewajiban konselor sekolah
berangkatnya dan mau ke mana terhadap pendidikan karakter terlihat
pendidikan karakter dibawa, landasan secara jelas dari bidang gerak Bimbingan
filosofisnya tidak mudah ditemukan. dan Konseling yang berimplikasi bahwa
Arthur (2014:205) mengamati bahwa konselor sekolah secara substantif dan
gerakan pendidikan karakter ini tidak fungsional memiliki tugas yang tidak
memiliki perspektif teoretis dan dasar terelakkan. Oleh karena itu, konselor
praktek bersama. (dalam Barus, 2015). sekolah di Indonesia baik secara langsung
Dengan penjelasan di atas maka maupun tidak langsung berkewajiban
dapat dipahami bahwa implementasi menyelenggarakan program pelayanan
pendidikan karakter dapat dilakukan Bimbingan dan Konseling yang bernuansa
dengan mengguanakan layanan dalam nilai-nilai pendidikan karakter. Di
Bimbingan dan Konseling yang tentunya samping itu, konselor harus menyiapkan
tetap menuntut pada perubahan atau diri untuk melakukan koordinasi dan
perkembangan dari nilai-nilai karakter sinkronisasi sebangai bentuk sinergi
yang dimiliki oleh peserta didik dan pelaksanaan pendidikan karakter. Tidak
berfokus memang hanya pada perubahan ketinggalan, sebagai konselor hendaknya
prilaku kearah yang lebih positif dan mengembangkan nilai-nilai pendidikan
optimal. Selain itu dalam layanan karekater melalui kegiatan konseling yang
Bimbingan dan Konseling juga dilakukannya.
menekankan pada peruabahan tingkah DAFTAR PUSTAKA
laku atau prilaku dari peserta didiknya Anderson, D. 2000. Character Education:
who is responsible? Journal of
dalam menghadapi setiap permasalahan
Instructional Psychology, 27(3), 139
yang mereka hadapi. Walupun dalam
Arthur, J. dalam Larry P. Nucci &Darcia
implementasinya masih banyak sekolah
Narvaez. 2014. Handbook
atau lembaga pendidikan yang belum Pendidikan Moral dan Karakter.
Bandung: Nusa Media
terlalu paham dan mengerti dari mana
awal mulanya akan di kembangakan dan Gibbs, J. 2006. Should Kohlberg’s
Cognitive Developmental Approach
dibentuk pendidikan karakter.
To Morality Be Replaced With A
PENUTUP More Pragmatic Approach?
Comments on Krebs and Denton
Konselor sekolah memiliki tugas
(2005). Psychological Review, 22
yang sangat dekat dan erat dengan misi (3), 666- 667.

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020


602

Sidiknas UU No 20 Tahun 2003


In A. Molnar. 2005. The Construction of
Children’s Character The Sofyan S. Willis. 2008. “Guru
Construction Of Children’s BIMBINGAN DAN KONSELING
Character. Ninety-sixth yearbook of tak Perlu Beri Solusi”. Pikiran
the national society for the study of Rakyat 17 Pebruari 2008.
education (pp. 63-76). Chicago IL: http://www.- pikiran-
University of Chicago Press. rakyat.com/cetak/2006/-
042006/07/0702.htm.
Josephson, M. 2003. Josephson Institute
of Ethics and Character Counts, Stone, C. and Dyal, M.A. 1997. “School
www.josephsonInstitute.org Counselors Sowing the Seeds of
(Diakses tgtl 10 Maret 2020) Character Education”. Professional
School Counseling, Dec 1997; 1, 2;
Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. pg. 22-24.
Pembangunan Pendidikan Budaya
dan Karakter Bangsa: Pedoman Suparno, dkk. 2002. Pendidikan Budi
Sekolah. Jakarta: Puskur Balitbang Pekerti di Sekolah. Yogyakarta:
Kemendiknas. Kanisius.

Kohlberg, L. 1976. “Moral Stages and Suparno, dkk. 2002. Pendidikan Budi
Moralization. The Cognitive- Pekerti di Sekolah. Yogyakarta:
Developmental Approach.” Moral Kanisius.
Development and Behavioral:
Theory, Research and Issue, Washington, E. Y., Clark, M.A. and
Thomas Lickona (ed) News York: Dixon, A.L. 2008. “Everyone in
Holt, Rinehart, Winston School Should Be Involved” Pre-
service Counselors’ Perceptions of
Lapdley, D.K & Narvaez, D. 2006. Democracy and the Connections
Character education. In V ol 4 (A. Between Character Educat- ion and
Renninger & I. Siegal, volume Democratic Citizenship Education”.
Eds.). Handbook of Child Journal of Research in Character
Psychology (Damon & R. Lerner, Education, 6(2), pp. 63– 80.
Series Eds.) (pp. 248-296). Newww
York: Wiley. Wynne, E. 1997. For Character
Education. In A. Molnar (Ed), The
Licnona, Thomas. 1999. Characteer Construction of Children’s
Education: The cultibation of character The construction of
Virtue. In C. M. Reigeluth (Ed.), children’s character. Ninety-sixth
Instructional-design theories and yearbook of the national society for
models: A new paradigm of the study of education (pp. 63-76).
instructional theory (pp. 594-612). Chicago, IL: University of Chicago
Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Press.
Associates
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan
Marten, R. 2004. Successful Coaching, Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya
3th edition, Champaign, IL: Human dalam Lembaga Pendidikan.
kinetics Jakarta: Kencana.

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 16 No. 1, Juni 2020

You might also like