Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Character education was one of the focuses in the system of national education. Therefore, educators must
not neglect this. A school counselor, as one of the educators, has to play a role in character education.
Referring to guidance and counseling responsibilities in relation to students’ personal, social, academic, and
career aspects, a school counselor must not escape from the main duties. Considering that character
education is the responsibility of all parties, a school counselor can, independently and in collaboration with
all school components, play a role in character education. Individually, a school counselor can provide
services, such as individual services, individual planning services, and responsive services. In collaboration
with other parties, a school counselor can make a synergy in character education programs. While guidance
and counseling services are one of the service programs that contribute to the implementation of the program
in schools. So that it is expected that the implementation of strengthening of character education through
guidance and counseling services in schools can be implemented and implemented effectively and efficiently,
so that it can achieve more optimal goals for the development of character values that exist in students.
Keywords: School Counselors; Character Education; Counseling Guidance Services
Abstrak
Pendidikan karakter adalah salah satu fokus dalam sistem pendidikan nasional. Karena itu, pendidik tidak
boleh mengabaikan hal ini. Konselor sekolah, sebagai salah satu pendidik, harus berperan dalam pendidikan
karakter. Mengacu pada tanggung jawab Bimbingan dan Konseling dalam kaitannya dengan aspek pribadi,
sosial, akademik, dan karier siswa, seorang konselor sekolah tidak boleh lepas dari tugas utama.
Mempertimbangkan bahwa pendidikan karakter adalah tanggung jawab semua pihak, konselor sekolah dapat,
secara independen dan bekerja sama dengan semua komponen sekolah, memainkan peran dalam pendidikan
karakter. Secara individual, konselor sekolah dapat memberikan layanan, seperti layanan individu, layanan
perencanaan individu, dan layanan responsif. Bekerja sama dengan pihak lain, konselor sekolah dapat
membuat sinergi dalam program pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan salah satu gerakan
pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etika), olah rasa
(estetika), olah pikiran (literasi), dan olah raga (kinesteti) dengan dukungan melibatkan publik dan kerja sama
antar sekolah, keluarga, dan masyarakat. Sementara layanan Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu
program layanan yang turut andil dalam pelaksanaan program di sekolah. Sehingga diharapkan implementasi
penguatan pendidikan karakter melalui pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dapat dilaksanakan
dan diterapkan dengan efektif dan efesian, agar dapat mencapai tujuan yang lebih optimal bagi
perkembangan nilai-nilai karakter yang ada pada peserta didik.
Kata Kunci : Konselor Sekolah; Pendidikan Karakter; Layanan Bimbingan Konseling
PENDAHULUAN
Berbicara tentang Bimbingan dan is) kepada kondisi bagaimana seharusnya
Konseling tidak bisa terlepas dari (what should be) (Kartadinata, 2010). Hal
pendidikan, karena Bimbingan dan ini menggambarkan bahwa pendidikan
Konseling ada di dalam pendidikan. merupakan aset yang tak ternilai bagi
Pendidikan bertolak dari hakikat manusia individu dan masyarakat. Namun perlu
dan merupakan upaya membantu manusia digarisbawahi bahwa pendidikan tidak
dari kondisi obyektif apa adanya (what it bisa diukur atau dideskripsikan hanya dari
kemampuan peserta didik sesuai dengan sulit untuk dapat menuaikan tugas secara
potensinya melalui layanan Bimbingan umum layanan Bimbingan dan Konseling
dan Konseling yang bersifat psiko- dengan baik dan komprehensif, terlebih
pedagogis. Dengan demikian, layanan untuk melaksanakan pendidikan karakter.
Bimbingan dan Konseling di sekolah Penyelenggaraan pendidikan karakter
merupakan salah satu bentuk kegiatan banyak memerlukan pendekatan personal,
pendidikan untuk pencapaian tujuan baik dalam arti guru pembimbing harus
pendidikan. Harapan besar ditumpukan kompeten dan layak untuk dicontoh,
pada para penyelenggara layanan disamping itu juga pada umumnya para
Bimbingan dan Konseling di sekolah siswa akan ‘respek’ kepada mereka yang
(konselor). memiliki kedekatan secara pribadi
Di dalam pendidikan perjalanan sehingga memudahkan terjadinya
mengemban tugas tersebut, Bimbingan penyampaian pesan-pesan atau informasi
dan Konseling sebagai suatu profesi yang tentang pendidikan karakter. Ada banyak
secara legal formal relatif masih muda, faktor penyebab terjadinya kesalahan
banyak mengalami gangguan dan persepsi tentang konselor sekolah tersebut
hambatan. Beragam gangguan dan di atas, salah satunya kinerja konselor
hambatan tersebut, mulai dari jumlah sekolah yang belum maksimal atau belum
tenaga yang masih terbatas sehingga bisa menunjukkan tugas dan peran yang
semua orang “merasa” diperbolehkan seharusnya dikerjakan sebagai seorang
melaksanakan tugas tersebut sampai konselor (Sofyan, 2008).
dengan pelaksanaan layanan Bimbingan Penjelasan diatas menunjukkan
dan Konseling yang belum optimal. bahwa betapa pentingnya solusi untuk
Akibat berbagai gangguan dann mengatasi keadaan tersebut. Suatu kondisi
hambatan tersebut menjadi fakta yang yang cukup rumit, mengingat tugas
terjadi di sekolah selama ini yang me- tersebut sudah mendarah daging (habitual
nunjukkan bahwa konselor sekolah (guru performance) bagi para konselor sekolah
pembimbing) masih banyak atau sering sebagai pelaksana kesehariannya, namun
dipersepsikan secara negatif, seperti guru di pihak lain ternyata kinerja yang tampak
pembimbing sebagai polisi sekolah, guru belum sesuai dengan harapan. Bukti
pembimbing menakutkan, guru secara empiris menunjukkan masih
pembimbing hanya menangani anak banyak siswa yang belum bisa berperilaku
bermasalah. Kondisi tersebut tentu sangat secara normative.Hal ini terjadi antara lain
dari sisi peran yang semestinya dilakukan melalui Pelayanan Bimbingan dan
oleh seorang konselor sekolah dalam Konseling di Sekolah
pengembangan aspek pribadi dan sosial HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa yang belum maksimal. Walaupun Pendidikan Karakter
konselor sekolah bukan sebagai satu- Karakter merupakan ciri khusus
satunya pihak yang harus atau paling yang melekat pada seseorang, keluarga,
bertanggung jawab terhadap kondisi dan komunitas. Pengembangan karakter
tersebut, namun konselor sekolah tidak dimulai dari pembentukan sikap
bisa lepas dari tanggung jawab tersebut berdasarkan nilai-nilai tertentu, seperti
(Washington, et.all, 2008). Dari perspektif nilai-nilai agama, budaya, termasuk
ini, diharapkan tulisan ini dapat ideologi negara. Karakter seseorang
memberikan wacana untuk mengurai bukanlah hasil dari penilaian terhadap
kerumitan masalah peran yang harus sikap dan perilaku diri sendiri, tetapi
ditampilakn oleh konselor sekolah dalam merupakan hasil dari penilaian orang lain.
pengembangan pendidikan karakter Karakter tidak dilahirkan dari retorika
melalui pelayanan bimbingan konseling di mulia atau niat baik semata, tetapi
Sekolah. karakter lahir dari kejujuran dan loyalitas
METODE PENELITIAN yang melekat pada nilai-nilai moral
Tulisan ini merupakan hasil telaah (Josephson. M, 2013).
pustaka untuk mengungkap bentuk peran Pendidikan karakter, konsep
konselor sekolah dalam pengembangan pengembangan kesadaran moral pada
pendidikan karakter melalui pelayanan siswa (LicNona, 1999), muncul dari
bimbingan konseling. Berbagai literatur psikologis, pembelajaran sosial, dan
yang terkait dikaji dengan seksama dan kerangka berpikir perkembangan kognitif.
dibandingkan antara yang satu dengan Sebuah tinjauan literatur mengungkapkan
yang lainnya untuk mendapatkan jabaran keprihatinan dalam menemukan
tentang: (1) Pendidikan Karakter; (2) pendekatan yang paling mujarab untuk
Posisi Konselor Sekolah dalam mengembangkan karakter siswa. Studi
Pendidikan Karakter di Indonesia; (3) dalam pendidikan karakter telah dilakukan
Konselor Sekolah dalam Kegiatan di bidang perkembangan kognitif (Gibbs
Pendidikan Karakter; (4) Layanan 2006; Narvaez, 2001); kebajikan karakter
Bimbingan dan Konseling; (5) dan (LicNona, 1999); dan pembelajaran sosial
Implementasi Pendidikan Karakter (Anderson, 2000; Wynne, 1997).
menunjukkan tertib perilaku dan untuk peduli dan lebih aktif terhadap
mematuhi berbagai aturan dan orang lain.
peraturan. Cinta Perdamaian: Sikap dan tindakan
Kreatif: Melakukan sesuatu untuk yang mendorong dirinya untuk cinta
menghasilkan cara baru atau hasil akan kedamaian yang ada di
dari sesuatu yang telah lingkungannya.
diselenggarakan Gemar Membaca: Kebiasaan untuk
Independen: Sikap dan perilaku yang membaca berbagai bacaan yang
tidak mudah tergantung pada orang memberikan kebajikan bagi dirinya
lain untuk menyelesaikan tugas Peduli Lingkungan: Sikap dan
Demokrat: Cara individu dalam tindakan yang dilakukan untuk
berperilaku, dan bertindak hak yang mencegah kerusakan alam ling-
sama dan kewajiban menilai dirinya kungan sekitarnya, dan mengem-
dan orang lain bangkan upaya-upaya untuk men-
Curiosity: Sikap dan tindakan sebagai coba dan untuk memperbaiki
mencoba untuk menentukan kerusakan lingkungan yang telah
kedalaman dan penyebaran sesuatu terjadi
yang dipelajari, dilihat, dan didengar. Kepedulian Sosial: Sikap dan
Semangat Kebangsaan: Tindakan, dan tindakan selalu ingin anggota
suara yang menempatkan kepentingan membantu orang lain dan masyarakat
bangsa dan negara di atas diri sendiri yang membutuhkan.
dan kepentingan dan kelompok Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku
Cinta Tanah Air: Tindakan, dan suara seseorang untuk melak- sanakan tugas
yang menempatkan kepentingan dan kewajibannya, yang harus
bangsa dan negara di atas diri sendiri dilakukan, terhadap diri sendiri,
dan menghargai kelompok masyarakat, lingkungan (alam, sosial,
Prestasi: Sikap dan tindakan yang dan budaya), Negara dan Tuhan Yang
mendorong dirinya untuk Maha Esa.
menghasilkan sesuatu yang berguna Posisi Konselor Sekolah Dalam
bagi masyarakat, mengakui dan Pendidikan Karakter Di Indonesia
menghormati keberhasilan orang lain. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Ramah / Komunikatif: Sikap dan tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
tindakan yang mendorong dirinya 3 menggariskan bahwa “Pendidikan
mungkin diselesaikan sendiri oleh salah masalah pribadi atau masalah sosial. Hal
satu pihak. Pendidikan karakter itu semua sebagai bentuk kegiatan
memerlukan keterlibatan semua pihak di pelayanan responsif dari konselor sekolah.
sekolah maupun keluarga. Berdasarkan Di samping itu, ketika siswa menghadapi
perspektif ini maka semua pihak memiliki berbagai persoalan yang bersifat pilihan
peran yang bersifat saling komplementer. maka peran konselor untuk membantu
Oleh karena itu, konselor sekolah sebagai siswa memilih dapat dilakukan melalui
pihak yang memberikan layanan bersifat kegiatan perencanaan individual
psikopedagogis harus mampu Keempat, konselor sekolah sebagai
memberikan layanan yang bersifat konsultan/ mediator. Bahwa pendidikan
konsultatif atas kepentingan berbagai karakter merupakan tugas dan tanggung
pihak, mulai dari siswa, guru, orang tua, jawab semua pendidik di sekolah. Oleh
kepala sekolah, bahkan mungkin sampai karena itu, konselor akan dapat berperan
dengan masyarakat. sebagai patner ataupun sebagai konsultan
Kedua, konselor sekolah berperan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di
sebagai contoh. Sebagai pendidik konselor sekolah. Bahkan, konsulasi tidak terbatas
sekolah merupakan figur yang menjadi hanya dengan para pelaksana pendidikan
sorotan para siswa khususnya dalam karakter di sekolah (guru, kepala sekolah)
contoh pelaksanaan pendidikan karakter tetapi juga dengan para pelaksanan
kehidupan sehari- hari di sekolah. Sebagai pendidikan karakter di luar sekolah (orang
teladan bagi siswa maka semua aspek tua, anggota masyarakat). Di samping itu,
kepribadian, penampilan, dan tingkah laku di mungkinkan juga konselor sekolah
akan menjadi contoh siswa. bertindak sebagai mediator dalam rangka
penyelesaian permasalahan yang dihadapi
Ketiga, konselor sekolah sebagai
para siswa.
healer/problem solver, bahwa pelayanan
Konselor Sekolah Dalam Kegiatan
Bimbingan dan Konseling terkait dengan
Pendidikan Karakter
pendidikan karakter terutama melalui
Di dalam rambu-rambu
bimbingan pribadi dan bimbingan sosial.
penyelenggaraan Bimbingan dan
Dari sudut pandang ini maka peran
Konseling dalam jalur pendidikan formal
konselor sekolah nampak ketika
termuat dalam lampiran 3 Standar
membantu memecahkan berbagai
Kompetensi Konselor (Departemen
permasalahan yang terkait dengan
Pendidikan Nasional, 2007:261)
pendidikan karakter juga lebih menekan baik di kalangan masyarakat, (3) agar
kan pada nilai- nilai yang terdiri dari 18 siswa bias menghargai setiap proses
nilai-nilai dan terdiri dari 4 dimensi belajar yang mereka alami baik di sekolah
perkembangan. Pendidikan karakter jauh maupun di rumah, dan (4) agar siswa lebih
lebih mungkin untuk bekerja ketika itu bisa memahami dirinya dengan baik.
dirancang dengan baik, ketika hal itu (Prasetyo, dkk, 2017).
bergantung pada prinsip- prinsip berbasis Selain itu, penerapan pendidikan
penelitian dan kerangka konseptual karakter juga tersusun atas tiga bagian,
bermakna, dan ketika itu sepenuhnya dan seperti yang dijeskan oleh (Zubaedi, 2011:
akurat dilaksanakan. 13 dalam Ramdhani, 2014) yakni: moral
Guru Bimbingan dan Konseling atau knowing (pengetahuan moral), moral
Konselor bertanggung jawab atas kegiatan feeling (perasaan moral), dan moral
pembelajaran yang terkait dengan behavior (perilaku moral). Karakter yang
pelayanan Bimbingan dan Konseling baik terdiri dari pengetahuan tentang
untuk sejumlah peserta didik. Oleh sebab kebaikan (knowing the good), keinginan
itu, disekolah harus diadakan pelayanan terhadap kebaikan (desiring the good),
Bimbingan dan Konseling. Tujuan dan berbuat kebaikan (doing the good).
pelayanan Bimbingan dan Konseling Dalam hal ini, diperlukan pembiasaan
adalah agar konseli dapat merencanakan dalam pemikiran (habits of the mind), dan
kegiatan penyelesaian studi, pembiasaan dalam tindkan (habits of the
perkembangan karir serta kehidupannya di heart), dan pembiasaan dalam tindakan
masa depan, mengembangkan seluruh (habit of the action). Tentunya bagian ini
potensi dan kekuatan yang dimilikinya juga sesuai dengan tujuan dari
seoptimal mungkin, menyesuaikan diri perkembangan dan layanan dalam
dengan ling- kungan, mengatasi hambatan Bimbingan dan Konseling.
dan kesulitan yang dihadapi serta Namun demikian, masih banyak
pengembangkan karakter secara ditemukan dilapangan bahwa
maksiamal. Adapun manfaat Implementasi pendidikan karakter belum
pengembangan karakter melalui layanan menyentuh dimensi penghayatan afektif
Bimbingan dan Konseling ini ialah : (1) dan masih jauh dari tataran pengamalan
agar siswa lebih mandiri dalam nilai secara nyata dalam tindak perilaku
menyelesaikan masalahnya, (2) agar siswa hidup terpelajar sehari-hari. Konsep dasar
lebih bisa menerapkan sopan santun yang yang dipergunakan sebagai orientasi
Kohlberg, L. 1976. “Moral Stages and Suparno, dkk. 2002. Pendidikan Budi
Moralization. The Cognitive- Pekerti di Sekolah. Yogyakarta:
Developmental Approach.” Moral Kanisius.
Development and Behavioral:
Theory, Research and Issue, Washington, E. Y., Clark, M.A. and
Thomas Lickona (ed) News York: Dixon, A.L. 2008. “Everyone in
Holt, Rinehart, Winston School Should Be Involved” Pre-
service Counselors’ Perceptions of
Lapdley, D.K & Narvaez, D. 2006. Democracy and the Connections
Character education. In V ol 4 (A. Between Character Educat- ion and
Renninger & I. Siegal, volume Democratic Citizenship Education”.
Eds.). Handbook of Child Journal of Research in Character
Psychology (Damon & R. Lerner, Education, 6(2), pp. 63– 80.
Series Eds.) (pp. 248-296). Newww
York: Wiley. Wynne, E. 1997. For Character
Education. In A. Molnar (Ed), The
Licnona, Thomas. 1999. Characteer Construction of Children’s
Education: The cultibation of character The construction of
Virtue. In C. M. Reigeluth (Ed.), children’s character. Ninety-sixth
Instructional-design theories and yearbook of the national society for
models: A new paradigm of the study of education (pp. 63-76).
instructional theory (pp. 594-612). Chicago, IL: University of Chicago
Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Press.
Associates
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan
Marten, R. 2004. Successful Coaching, Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya
3th edition, Champaign, IL: Human dalam Lembaga Pendidikan.
kinetics Jakarta: Kencana.