Professional Documents
Culture Documents
Jurnal 4 Sapi
Jurnal 4 Sapi
ISSN: 0852-3581
E-ISSN: 9772443D76DD3
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/
kuswati_bx44@yahoo.com
ABSTRACT : The purposes of this study were determine the carcass characteristics
and physical meat quality of Brahman Cross Steer on different rest periods. The expe-
riment was conducted on June 2015 at Slaughter house Cianjur Arta Makmur Ltd. in the
Cianjur District, West Java. The total number of cattle used in the study was 30 heads of
Brahman Cross Steer treated for 18 hours lairage duration and 30 heads of Brahman
Cross Steer treated for 3 hours lairage duration from Pasir Tengah feedloter Ltd
(Holding Widodo Makmur Perkasa Ltd). The method used a case study. Data were ana-
lyzed using unpaired t test. The results showed that the carcass characteristics including
slaughtered weight, hot carcass weight, chilled carcass weight and carcass weight loss
percentage were not significantly different, while the dressing percentage for 18 hours
lairage duration (54.16±1.62%) and 3 hours lairage duration (55.60±2.00%) was signifi-
cantly different (P<0.05). Physical meat quality including cooking loss and drip loss
was not significantly different, while pH on 18 hours lairage duration and 3 hours lai-
rage duration was significantly different (P<0.05). The pH value of meat derived from
cattle which treated for 18 hours lairage duration (5.57±0.09) was higher than that of 3
hours lairage duration (5.42±0.11) although it remained normal for pH (5.4-5.7). It was
concluded that 18 and 3 hours lairage duration did not affect slaughtered weight, hot
carcass weight, chilled carcass weight, and carcass weight loss, but affected the dressing
percentage. In addition, the lairage duration did not affect the cooking loss and drip loss
but affected the pH value of the meat.
71
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79
72
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79
% penyusutan karkas =
Keterangan:
A = Berat daging sebelum perlakuan
Keterangan : (gram)
A : Bobot karkas segar B = Berat daging setelah perlakuan
B : Bobot karkas layu (gram)
73
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79
Tabel 1. Rataan bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan penyusutan karkas
sapi Brahman Cross Steer pada lama istirahat yang berbeda
No Variabel Lama istirahat (jam) Rata-rata ± sd
1. Bobot potong (Kg) 18 517,17 ± 49,38
3 506,47 ± 39,89
Rataan 511,82 ± 44,83
2. Bobot karkas segar (Kg) 18 279,86 ±25,33
3 281,38 ± 21,77
Rataan 280,62 ± 23,43
3. Bobot karkas layu (Kg) 18 274,9 ± 24,86
3 276,08 ± 21,30
Rataan 275,43 ± 22,96
4. Persentase karkas (%) 18 54,16 ± 1,62a
3 55,60 ± 2,00b
Rataan 54,88 ± 1,95
5. Penyusutan karkas (%) 18 1,81 ± 0,26
3 1,88 ± 0,27
Rataan 1,85 ± 0,26
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
nyata (P<0,05)
74
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79
bobot karkas juga akan bertambah. oleh isi saluran pencernaan. Sapi yang
Bobot karkas sebagian besar tidak dipuasakan sebelum dipotong
dipengaruhi oleh bobot otot atau daging. tidak mengalami penyusutan bobot
Lama istirahat tidak memiliki pengaruh potong, sehingga persentase karkasnya
terhadap bobot karkas segar karena lebih rendah.
proses istirahat bertujuan untuk Penyusutan karkas merupakan
menurunkan tingkat stress ternak berkurangnya bobot karkas selama
selama proses transportasi ke RPH dan proses pelayuan. Penyusutan karkas
tidak mempengaruhi struktur serta sapi pada lama istirahat 18 jam dan 3
komposisi karkas. Komposisi karkas jam tidak berbeda nyata. Bobot karkas
secara umum adalah daging, tulang, le- sapi yang diistirahatkan selama 18 dan 3
mak dan tendon. Bobot karkas layu le- jam mengalami susut berturut turut 1,81
bih rendah dibandingkan bobot karkas ± 0,26% dan 1,88 ± 0,27%. Data
segar karena selama proses pelayuan tersebut lebih rendah dibandingkan
terjadi penyusutan bobot. Penyusutan dengan hasil penelitian Sunarlim dan
terjadi akibat keluarnya cairan yang di- Hadi (2001) dimana susut bobot karkas
namakan drip serta penguapan air yang pada pelayuan selama sehari (24 jam)
terjadi selama proses pelayuan. Menurut pada suhu 4 oC sebesar 2,90%.
Soeparno (2009), drip adalah cairan Perbedaan tersebut diduga karena
daging yang keluar atau eksudasi cairan perbedaan lama waktu pelayuan dan
beserta nutrien daging yang larut dan suhu. Pada penelitian ini proses pe-
hilang selama proses pelayuan. layuan dilakukan selama 18 jam. Sema-
Tabel 1 juga menunjukkan kin lama proses pelayuan dapat me-
bahwa persentase karkas pada lama ningkatkan persentase penyusutan kar-
istirahat 18 jam dan 3 jam berbeda kas. Sunarlim dan Hadi (2001) mene-
nyata (P < 0,05). Persentase karkas pada mukan bahwa persentase penyusutan
lama istirahat 3 jam lebih tinggi (55,60 karkas terbanyak ditemukan pada kar-
± 2,00 kg) dibandingkan pada lama kas yang dilayukan pada suhu 4 oC se-
istirahat 18 jam (54,16 ± 1,62 kg). lama seminggu (13,58%) yang berbeda
Perbedaan persentase karkas tersebut nyata dibandingkan dengan susut bobot
disebabkan karena isi saluran karkas dengan pelayuan pada suhu 4 oC
pencernaan sapi pada lama istirahat 3 selama sehari (2,90%).
jam lebih sedikit, sedangkan istirahat Lama istirahat 18 dan 3 jam pa-
selama 18 jam dilakukan tanpa proses da penelitian ini tidak berpengaruh nya-
pemuasaan sehingga isi saluran ta terhadap penyusutan karkas karena
pencernaan cenderung lebih banyak dari proses transportasi dari supplier sapi ke
pada sapi yang diistirahatkan selama 3 RPH hanya memerlukan waktu yang
jam dengan pemuasaan. Persentase singkat. Semakin singkat proses trans-
karkas sangat dipengaruhi oleh bobot portasi dapat menekan tingkat stres ter-
potong, bobot karkas dan bobot non nak. Menurut Adzitey (2011), ternak
karkas. Tingginya bobot karkas tidak dapat terpapar oleh stres akibat ling-
selalu diikuti dengan tingginya kungan seperti panas, kelembaban, sua-
persentase karkas karena ada perbedaan ra dan kepadatan selama proses trans-
isi saluran pencernaan. Hal tersebut portasi. Stres selama transportasi
sesuai dengan pernyataan Hafid (2002) merupakan faktor yang dapat
yang menyatakan bahwa perbedaan mempengaruhi penyusutan karkas.
persentase karkas selain dipengaruhi Penyusutan karkas pada lama
oleh bobot karkas, juga dipengaruhi istirahat 18 jam lebih rendah
75
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79
Tabel 2. Selisih produksi karkas per bulan berdasarkan penyusutan karkas pada lama
istirahat yang berbeda
Lama istira- Lama istira-
hat 18 jam hat 3 jam
Jumlah pemotongan per bulan 800 (pemotongan 40 ekor per Selisih total pe-
(ekor) hari) nyusutan karkas
Rataan bobot karkas (Kg) 280,62 ± 23,43 lama istirahat 18
Rataan penyusutan karkas (%) 1,81 1,88 jam dan 3 jam se-
besar 157,14
Produksi karkas per bulan (Kg) 224.496
Kg/bulan
Penyusutan karkas per bulan 4063,38 4220,52
(Kg)
Tabel 3. Rataan pH, cooking loss dan drip loss daging sapi Brahman Cross Steer pada
lama istirahat yang berbeda
No Variabel Lama istirahat (jam) Rata-rata ± sd
1 pH daging 18 5,57 ± 0,09a
3 5,42 ± 0,11b
Rataan 5,49 ± 0,13
2 Cooking loss (%) 18 37,56 ± 1,86
3 38,00 ± 3,78
Rataan 37,78 ± 2,96
3 Drip loss (%) 18 9,27 ± 2,86
3 9,64 ± 1,81
Rataan 9,45 ± 2,38
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
nyata (P<0,05)
76
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79
setelah ternak disembelih cukup untuk Perubahan cooking loss disebabkan ter-
menurunkan pH daging secara optimal. jadinya penurunan pH daging postmor-
Nilai pH daging yang tinggi akan tem yang mengakibatkan banyak pro-
menyebabkan daging berwarna gelap. tein miofibriller yang rusak, sehinggga
Mounier et al (2006) menyatakan diikuti dengan kehilangan kemampuan
bahwa kondisi stres dapat protein untuk mengikat air yang pada
meningkatkan konsentrasi kortisol akhirnya cooking loss semakin besar.
darah dan disertai dengan deplesi Hasil penelitian pada uji drip
glikogen pada otot. Hal tersebut loss menunjukkan bahwa daging pada
menyebabkan penurunan produksi asam lama istirahat 18 jam dan 3 jam tidak
laktat posmortem dan pH daging yang berbeda nyata. Drip loss merupakan
tetap tinggi. Nilai pH daging pada lama salah satu parameter pengukuran kuali-
istirahat 18 jam dan 3 jam tergolong tas daging selain cooking loss. Drip loss
normal karena tingkat stres ternak adalah penyusutan bobot daging selama
sebelum dipotong rendah. Hal ini proses penyimpanan karena adanya cai-
dikarenakan jarak antara tempat asal ran dalam daging yang keluar pada
ternak ke RPH relatif dekat. Waktu proses tersebut. Drip loss pada lama
istirahat untuk makan dan minum istirahat 18 jam dan 3 jam berturut-turut
dibutuhkan oleh ternak untuk sebesar 9,27 ± 2,86% dan 9,64 ± 1,81%.
memulihkan kondisi akibat proses Selain dipengaruhi oleh lamanya waktu
transportasi. Sapi yang penyimpanan daging, drip loss juga di-
ditransportasikan selama kurang dari pengaruhi oleh tingkat stres ternak sebe-
enam jam dapat diistirahatkan minimal lum dipotong. Penanganan ternak sebe-
selama dua jam sebelum penyembelihan lum pemotongan diantaranya istirahat
(Ferguson et al. 2007). ternak dan tipe pemotogan tanpa pe-
Hasil analisis cooking loss me- mingsanan atau dengan pemingsanan.
nunjukkan sapi Brahman Cross Steer Proses penanganan ternak dengan re-
yang diistirahatkan selama 18 jam dan 3 straining box menyebabkan ternak lebih
jam tidak berbeda nyata. Rata-rata cook- tenang pada saat pemotongan. Sedang-
ing loss dengan lama istirahat 18 jam kan pada ternak yang tidak mengguna-
lebih rendah (37,56±1,86%) dibanding- kan restraining box, ternak lebih ba-
kan pada lama istirahat 3 jam nyak bergerak sehingga ternak menga-
(38,00±3,78%). Namun, persentase lami stres. Soeparno (2009) menye-
cooking loss masih dalam batas normal. butkan bahwa stres sebelum pemoton-
Nilai susut masak daging sapi gan disebabkan oleh ketakutan, terluka
berdasarkan penelitian Brahmantiyo dan gerakan yang berlebihan.
(2000) berkisar antara 37,53-38,34%, Daya ikat air daging merupakan
sedangkan penelitian Yanti dkk (2008) kemampuan daging dalam memperta-
menunjukkan nilai susut masak daging hankan kandungan air dalam daging
sapi 42,77–44,65%. Nilai cooking loss yang terlihat dari besarnya cooking loss
yang diperoleh masih termasuk dalam dan drip loss. Semakin tinggi daya ikat
kisaran normal. Cooking loss pada lama air daging, semakin rendah air bebas
istirahat 3 jam memiliki persentase yang yang keluar dari daging. Hal ini sesuai
lebih tinggi dari lama istirahat 18 jam. dengan pernyataan Shanks et al (2002)
Semakin tinggi cooking loss, maka kua- yang menyebutkan bahwa besarnya su-
litas daging semakin rendah. Menurut sut masak daging dipengaruhi oleh ba-
Soeparno (2009), cooking loss dipenga- nyaknya air yang keluar dari daging.
ruhi oleh waktu setelah pemotongan. Daya mengikat air dipengaruhi oleh pH
77
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79
akhir daging. Lawrie (2003) menye- carcass and meat quality. Int
butkan bahwa tingkat penurunan pH Food Res J. 18: 485-491.
postmortem berpengaruh terhadap daya Brahmantiyo, B. 2000. Sifat fisik dan
mengikat air. Apabila nilai pH lebih kimia daging sapi Brahman
tinggi atau lebih rendah dari titik isoe- Cross, Angus dan Murray Grey.
lektrik daging (5,0-5,1) maka nilai daya Media Veteriner. 7(2): 9-11.
ikat air daging akan tinggi. Apabila ter- Choi, B., K. Ryu, J. Bong, J. Lee, Y.
nak diistirahatkan sebelum dipotong, Choy, S. Son, O. Han and M.
maka jumlah glikogen didalam otot da- Baik. 2010. Comparison of ste-
pat dipertahankan tinggi. Setelah ternak roid hormone concentrations and
dipotong, glikogen didalam otot akan mRNA levels of steroidreceptor
berubah menjadi asam laktat dalam genes in longissimus dorsi mus-
keadaan anaerob dan nilai pH ultimat cle and subcutaneous fat be-
akan tercapai apabila glikogen otot tween bulls and steers and asso-
menjadi habis, sehingga nilai daya ciation with carcass traits in Ko-
mengikat air daging meningkat. Hal ter- rean cattle. Liv. Sci. 131: 218–
sebut sesuai dengan nilai pH pada lama 226.
istirahat 18 jam yang lebih tinggi dari- Ferguson D. M., F. D. Shaw and J. L.
pada lama istirahat 3 jam. Penurunan Stark. 2007. Effect of reduced
pH pada lama istirahat 18 jam lebih lairage duration on beef quality.
lambat dikarenakan cadangan glikogen Aus J Exp Agric. 47: 770-773.
dalam otot lebih tinggi. Nilai pH lama Hafid, H. 2002. Pengaruh pertumbuhan
istirahat 18 jam lebih tinggi sehingga kompensasi terhadap efisiensi
mempengaruhi daya ikat air yang me- pertumbuhan sapi Brahman
nyebabkan cooking loss dan drip loss Cross Kebiri pada penggemukan
lebih rendah dari lama istirahat 3 jam. feedlot. Jurnal Ilmu-Ilmu Perta-
Nilai cooking loss dan drip loss yang nian Agroland. 9 (2): 179-185.
lebih rendah merupakan indikator pe- Hafid, H dan N. Rugayah. 2009. Per-
ningkatan kualitas fisik daging. sentase karkas sapi Bali pada
berbagai berat badan dan lama
KESIMPULAN pemuasaan sebelum pemoton-
Hasil penelitian menyimpulkan gan. Teknologi Peternakan dan
bahwa lama istirahat 18 dan 3 jam tidak Veteriner. 1(1): 77-85.
mempengaruhi bobot potong, bobot Kuswati, Kusmartono, T. Susilawati, D.
karkas segar, bobot karkas layu dan per- Rosyidi dan A. Agus. 2014.
sentase penyusutan karkas tetapi ber- Carcass characteristics of Brah-
pengaruh terhadap persentase karkas. man Cross breed cattle in Indo-
Selain itu, lama istirahat tidak berpen- nesian feedlot. IOSR Journal of
garuh terhadap cooking loss dan drip Agriculture and Veterinary
loss tetapi berpengaruh nyata terhadap Science. 7(4): 19-24.
nilai pH daging meskipun masih dalam Lawrie, R. A. 2003. Ilmu daging. Pener-
rentang pH daging yang normal (5,4- jemah: Aminuddin Parakkasi.
5,7). Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Mounier L., H. Dubroeucq, S.
Adzitey, F. 2011. Minireview effect of Andanson and I. Veissier. 2006.
pre slaughter animal handling on Variations in meat pH of beef
bulls in relation to conditions of
78
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79
79