You are on page 1of 9

Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2): 71 - 79

ISSN: 0852-3581
E-ISSN: 9772443D76DD3
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Pengaruh lama istirahat terhadap karakteristik karkas dan kualitas


fisik daging sapi Brahman Cross Steer
Mukhlas Agung Hidayat, Kuswati and Trinil Susilawati

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang


Jl. Veteran Malang 65145 Jawa Timur

kuswati_bx44@yahoo.com

ABSTRACT : The purposes of this study were determine the carcass characteristics
and physical meat quality of Brahman Cross Steer on different rest periods. The expe-
riment was conducted on June 2015 at Slaughter house Cianjur Arta Makmur Ltd. in the
Cianjur District, West Java. The total number of cattle used in the study was 30 heads of
Brahman Cross Steer treated for 18 hours lairage duration and 30 heads of Brahman
Cross Steer treated for 3 hours lairage duration from Pasir Tengah feedloter Ltd
(Holding Widodo Makmur Perkasa Ltd). The method used a case study. Data were ana-
lyzed using unpaired t test. The results showed that the carcass characteristics including
slaughtered weight, hot carcass weight, chilled carcass weight and carcass weight loss
percentage were not significantly different, while the dressing percentage for 18 hours
lairage duration (54.16±1.62%) and 3 hours lairage duration (55.60±2.00%) was signifi-
cantly different (P<0.05). Physical meat quality including cooking loss and drip loss
was not significantly different, while pH on 18 hours lairage duration and 3 hours lai-
rage duration was significantly different (P<0.05). The pH value of meat derived from
cattle which treated for 18 hours lairage duration (5.57±0.09) was higher than that of 3
hours lairage duration (5.42±0.11) although it remained normal for pH (5.4-5.7). It was
concluded that 18 and 3 hours lairage duration did not affect slaughtered weight, hot
carcass weight, chilled carcass weight, and carcass weight loss, but affected the dressing
percentage. In addition, the lairage duration did not affect the cooking loss and drip loss
but affected the pH value of the meat.

Keywords: drip loss, cooking loss, fattening, pH

PENDAHULUAN sebelum dipotong akan berpengaruh


Kebutuhan daging dalam negeri terhadap kualitas daging pasca pemo-
dipenuhi dari sapi lokal, sapi impor dan tongan.
daging impor. Sapi yang banyak dige- Faktor-faktor sebelum pemoton-
mukan di Indonesia adalah sapi Brah- gan yang dapat mempengaruhi kualitas
man Cross (BX) yang diimpor dari Aus- daging antara lain genetik, spesies,
tralia karena memiliki karkas yang lebih bangsa, tipe ternak, jenis kelamin,
tinggi dibandingkan sapi lokal Indone- umur, pakan termasuk bahan aditif
sia (Kuswati et al, 2014). Bangsa (hormon, antibiotik dan mineral) dan
(breed), umur, jenis kelamin, kondisi stres. Kondisi ternak sebelum dipotong
tubuh, penyakit, kelelahan (fatigue), sangat berpengaruh terhadap kualitas
resistensi terhadap stres dan penanganan daging yang dihasilkan. Penanganan

71
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79

sebelum penyembelihan terutama istira- Semakin tinggi penyusutan karkas, ma-


hat ternak umumnya memiliki dampak ka produksi karkasnya semakin rendah.
yang besar terhadap kuantitas dan kuali- Berdasarkan uraian diatas, maka
tas daging karena mempengaruhi meta- penelitian bertujuan untuk mengetahui
bolisme otot setelah penyembelihan. karakteristik karkas dan kualitas fisik
Menurut Ferguson et al.(2007), waktu daging sapi Brahman Cross Steer pada
istirahat standar yang dibutuhkan sapi lama istirahat yang berbeda.
sekitar 12-24 jam, sedangkan RPH PT.
Cianjur Artha Makmur hanya MATERI DAN METODE
mengistirahatkan ternak selama 3 jam. Metode yang digunakan dalam
Menurut Soeparno (2009), istirahat penelitian ini adalah studi kasus di RPH
ternak adalah penanganan ternak Cianjur Arta Makmur. Pengambilan
sebelum pemotongan dimana ternak sampel dilakukan dengan random sam-
didiamkan dalam kandang pling pada bulan Juni 2015. Random
penampungan sementara dengan sampling adalah salah satu metode non-
pemuasaan atau tanpa pemuasaan. probability sampling technique yang
Istirahat tanpa pemuasaan bertujuan memungkinkan peneliti untuk menentu-
agar ternak tidak stres ketika kan sampel secara acak dan dapat me-
disembelih, sehingga dapat wakili populasi. Metode random sam-
mengeluarkan darah sebanyak mungkin. pling digunakan dalam penelitian ini
Ternak diistirahatkan selama 18 karena data populasi bersifat homogen,
jam sebelum pemotongan merupakan sehingga data sampel yang terpilih da-
salah satu cara menekan stres pada ter- pat mewakili populasi.
nak. Tingkat stres akan mempengaruhi Materi penelitian adalah sapi
jumlah glikogen dalam otot yang digu- Brahman Cross Steer sebanyak 60 ekor
nakan sebagai cadangan energi otot saat terdiri dari 30 ekor sapi Brahman Cross
proses rigormortis berlangsung. Gliko- Steer yang diistirahatkan selama 18 jam
gen yang rendah didalam otot menurun- dan 30 ekor sapi Brahman Cross Steer
kan proses metabolisme setelah pemo- yang diistirahatkan selama 3 jam den-
tongan sehingga pH daging lebih tinggi gan kisaran umur 1,5-2 tahun. Peralatan
dari biasanya yang menyebabkan warna yang digunakan adalah timbangan ter-
gelap pada jaringan otot dan menurun- nak digital ”Great Scale” kapasitas
kan kualitas. Nilai pH juga berkaitan 1500 kg dengan ketelitian 1 kg untuk
dengan daya ikat air daging dimana se- menimbang bobot potong istirahat, re-
makin menjauhi titik isoelektrik pH straining box, alat stunning bertenaga
daging (5,0-5,4), maka semakin me- angin dengan kapasitas tekanan 6-12
ningkat pula daya mengikat airnya. bar, pisau bleeding, pisau skinning, ka-
Daya mengikat air tergambar dari sifat trol, brisket saw, carcass splitting saw,
fisik daging diantaranya cooking loss pH meter digital, timbangan analitik,
dan drip loss. Cooking loss maupun oven, timbangan karkas (carcass scale)
drip loss yang terlalu tinggi tidak dike- dengan ketelitian 0,5 kg, mesin vacuum
hendaki dalam produksi daging karena pack, plastik vacuum, termometer dan
dapat menurunkan nilai ekonomis dag- refrigerator bersuhu 4 0C.
ing. Selain itu, penanganan ternak sebe- Variabel yang digunakan dalam
lum pemotongan juga dapat mempenga- penelitian ini meliputi bobot potong yai-
ruhi persentase penyusutan karkas se- tu bobot hidup sapi yang ditimbang saat
lama pelayuan yang tergambar dari bo- akan dipotong, bobot karkas segar, per-
bot karkas segar dan bobot karkas layu. sentase karkas, bobot karkas layu yaitu

72
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79

bobot karkas setelah dilayukan, persen- refrigerator bersuhu 4 0C selama 48


tase penyusutan karkas, pH daging, drip jam. Setelah 48 jam ditimbang kembali
loss dan cooking loss. Persentase pe- (B gram). Soeparno (2009) menjelaskan
nyusutan karkas didapatkan dengan cara bahwa pengukuran nilai drip loss
mengurangi bobot karkas segar dengan dilakukan berdasarkan rumus sebagai
bobot karkas layu. Rumus persentase berikut:
penyusutan karkas sebagai berikut : % drip loss =

% penyusutan karkas =
Keterangan:
A = Berat daging sebelum perlakuan
Keterangan : (gram)
A : Bobot karkas segar B = Berat daging setelah perlakuan
B : Bobot karkas layu (gram)

Pemeriksaan cooking loss dila- Analisa data


kukan melalui tiga tahap yaitu tahap Data dianalisis menggunakan uji
penimbangan contoh, pemasakan dan “t-tidak berpasangan” untuk mengetahui
tahap pengukuran. Contoh daging di- pengaruh lama istirahat terhadap
timbang (A gram) kemudian dimasuk- karakteristik karkas dan kualitas fisik
kan kedalam kantong plastik tahan pa- daging. Rumus yang digunakan adalah :
nas. Daging tersebut dipanaskan dalam
air dengan suhu 75 ºC selama 50 menit
selanjutnya ditimbang kembali (B thitung=
gram). Contoh daging dikeluarkan dan
didinginkan pada suhu 1-5 ºC. Salakova Keterangan:
et al (2009) menyebutkan bahwa pen- = Rata-rata sapi dengan lama
gukuran nilai cooking loss dilakukan
berdasarkan rumus sebagai berikut: istirahat 18 jam
= Rata-rata sapi dengan lama
istirahat 3 jam
% cooking loss = = Ragam gabungan dari kelompok
dengan lama istirahat 18 jam dan
Keterangan: 3 jam
A = Berat daging sebelum perlakuan na = Jumlah sampel sapi dengan lama
(gram) istirahat 18 jam
B = Berat daging setelah perlakuan nb = Jumlah sampel sapi dengan lama
(gram) istirahat 3 jam

Pemeriksaan drip loss dilakukan Dimana diperoleh dari rumus :


melalui 3 tahap yaitu tahap penimban-
gan contoh, penggantungan sampel dan
tahap pengukuran. Contoh daging =
ditimbang (A gram) kemudian Keterangan :
digantung dengan tali khusus dan Sa = Ragam dari kelompok sapi dengan
dimasukkan dalam kantong plastik lama istirahat 18 jam
tanpa menyentuh permukaan plastik. Sb = Ragam dari kelompok sapi dengan
Selanjutnya disimpan didalam lama istirahat 3 jam

73
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79

HASIL DAN PEMBAHASAN ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil analisis


menunjukkan bobot potong sapi
Karakteristik karkas sapi Brahman Brahman Cross Steer yang
Cross Steer pada lama istirahat 18 diistirahatkan selama 18 jam dan 3 jam
jam dan 3 jam tidak berbeda nyata (P<0,05). Rata-rata
Rata-rata bobot potong, bobot bobot potong sapi dengan lama istirahat
karkas segar, bobot karkas layu, 18 jam lebih tinggi (517,17 ± 49,38 kg)
persentase karkas sapi Brahman Cross dibandingkan lama istirahat 3 jam
Steer pada lama istirahat yang berbeda (506,47 ± 39,89 kg).

Tabel 1. Rataan bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan penyusutan karkas
sapi Brahman Cross Steer pada lama istirahat yang berbeda
No Variabel Lama istirahat (jam) Rata-rata ± sd
1. Bobot potong (Kg) 18 517,17 ± 49,38
3 506,47 ± 39,89
Rataan 511,82 ± 44,83
2. Bobot karkas segar (Kg) 18 279,86 ±25,33
3 281,38 ± 21,77
Rataan 280,62 ± 23,43
3. Bobot karkas layu (Kg) 18 274,9 ± 24,86
3 276,08 ± 21,30
Rataan 275,43 ± 22,96
4. Persentase karkas (%) 18 54,16 ± 1,62a
3 55,60 ± 2,00b
Rataan 54,88 ± 1,95
5. Penyusutan karkas (%) 18 1,81 ± 0,26
3 1,88 ± 0,27
Rataan 1,85 ± 0,26
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
nyata (P<0,05)

Hasil analisis bobot potong yang Tabel 1 menunjukkan bahwa


tidak berbeda nyata dapat disebabkan bobot karkas segar dan bobot karkas
karena tidak dilakukan pemuasaan layu pada lama istirahat 18 jam dan 3
selama sapi diistirahatkan. Pemuasaan jam berbeda tidak nyata. Bobot karkas
ternak sebelum pemotongan dapat segar dan layu dipengaruhi oleh bobot
mengurangi isi saluran pencernaan potong dimana semakin tinggi bobot
sehingga berdampak pada penurunan potong, maka bobot karkasnya juga
bobot potong. Hafid dan Rugayah semakin tinggi. Rata-rata bobot karkas
(2009) menyebutkan bahwa semakin segar pada lama istirahat 18 jam dan 3
lama periode pemuasaan yang jam berturut-turut 279,86 ±25,33 kg dan
diterapkan maka penurunan bobot hidup 281,38 ± 21,77 kg dengan bobot potong
juga semakin besar. Hal ini disebabkan berturut-turut 517,17 ± 49,38 kg dan
oleh proses urinasi dan defekasi yang 506,47 ± 39,89 kg. Hasil analisis
lebih banyak yang pada akhirnya tersebut sesuai dengan pernyataan Choi
berimplikasi pada bobot hidup yang et al. (2010) bahwa bobot karkas sangat
semakin berkurang. dipengaruhi oleh bobot potong dimana
semakin tinggi bobot potong maka

74
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79

bobot karkas juga akan bertambah. oleh isi saluran pencernaan. Sapi yang
Bobot karkas sebagian besar tidak dipuasakan sebelum dipotong
dipengaruhi oleh bobot otot atau daging. tidak mengalami penyusutan bobot
Lama istirahat tidak memiliki pengaruh potong, sehingga persentase karkasnya
terhadap bobot karkas segar karena lebih rendah.
proses istirahat bertujuan untuk Penyusutan karkas merupakan
menurunkan tingkat stress ternak berkurangnya bobot karkas selama
selama proses transportasi ke RPH dan proses pelayuan. Penyusutan karkas
tidak mempengaruhi struktur serta sapi pada lama istirahat 18 jam dan 3
komposisi karkas. Komposisi karkas jam tidak berbeda nyata. Bobot karkas
secara umum adalah daging, tulang, le- sapi yang diistirahatkan selama 18 dan 3
mak dan tendon. Bobot karkas layu le- jam mengalami susut berturut turut 1,81
bih rendah dibandingkan bobot karkas ± 0,26% dan 1,88 ± 0,27%. Data
segar karena selama proses pelayuan tersebut lebih rendah dibandingkan
terjadi penyusutan bobot. Penyusutan dengan hasil penelitian Sunarlim dan
terjadi akibat keluarnya cairan yang di- Hadi (2001) dimana susut bobot karkas
namakan drip serta penguapan air yang pada pelayuan selama sehari (24 jam)
terjadi selama proses pelayuan. Menurut pada suhu 4 oC sebesar 2,90%.
Soeparno (2009), drip adalah cairan Perbedaan tersebut diduga karena
daging yang keluar atau eksudasi cairan perbedaan lama waktu pelayuan dan
beserta nutrien daging yang larut dan suhu. Pada penelitian ini proses pe-
hilang selama proses pelayuan. layuan dilakukan selama 18 jam. Sema-
Tabel 1 juga menunjukkan kin lama proses pelayuan dapat me-
bahwa persentase karkas pada lama ningkatkan persentase penyusutan kar-
istirahat 18 jam dan 3 jam berbeda kas. Sunarlim dan Hadi (2001) mene-
nyata (P < 0,05). Persentase karkas pada mukan bahwa persentase penyusutan
lama istirahat 3 jam lebih tinggi (55,60 karkas terbanyak ditemukan pada kar-
± 2,00 kg) dibandingkan pada lama kas yang dilayukan pada suhu 4 oC se-
istirahat 18 jam (54,16 ± 1,62 kg). lama seminggu (13,58%) yang berbeda
Perbedaan persentase karkas tersebut nyata dibandingkan dengan susut bobot
disebabkan karena isi saluran karkas dengan pelayuan pada suhu 4 oC
pencernaan sapi pada lama istirahat 3 selama sehari (2,90%).
jam lebih sedikit, sedangkan istirahat Lama istirahat 18 dan 3 jam pa-
selama 18 jam dilakukan tanpa proses da penelitian ini tidak berpengaruh nya-
pemuasaan sehingga isi saluran ta terhadap penyusutan karkas karena
pencernaan cenderung lebih banyak dari proses transportasi dari supplier sapi ke
pada sapi yang diistirahatkan selama 3 RPH hanya memerlukan waktu yang
jam dengan pemuasaan. Persentase singkat. Semakin singkat proses trans-
karkas sangat dipengaruhi oleh bobot portasi dapat menekan tingkat stres ter-
potong, bobot karkas dan bobot non nak. Menurut Adzitey (2011), ternak
karkas. Tingginya bobot karkas tidak dapat terpapar oleh stres akibat ling-
selalu diikuti dengan tingginya kungan seperti panas, kelembaban, sua-
persentase karkas karena ada perbedaan ra dan kepadatan selama proses trans-
isi saluran pencernaan. Hal tersebut portasi. Stres selama transportasi
sesuai dengan pernyataan Hafid (2002) merupakan faktor yang dapat
yang menyatakan bahwa perbedaan mempengaruhi penyusutan karkas.
persentase karkas selain dipengaruhi Penyusutan karkas pada lama
oleh bobot karkas, juga dipengaruhi istirahat 18 jam lebih rendah

75
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79

dibandingkan pada lama istirahat 3 jam. karkas. Data kerugian berdasarkan


Semakin rendah penyusutan karkas hitungan produksi ditunjukkan pada
dapat meningkatkan nilai produksi suatu Tabel 2.

Tabel 2. Selisih produksi karkas per bulan berdasarkan penyusutan karkas pada lama
istirahat yang berbeda
Lama istira- Lama istira-
hat 18 jam hat 3 jam
Jumlah pemotongan per bulan 800 (pemotongan 40 ekor per Selisih total pe-
(ekor) hari) nyusutan karkas
Rataan bobot karkas (Kg) 280,62 ± 23,43 lama istirahat 18
Rataan penyusutan karkas (%) 1,81 1,88 jam dan 3 jam se-
besar 157,14
Produksi karkas per bulan (Kg) 224.496
Kg/bulan
Penyusutan karkas per bulan 4063,38 4220,52
(Kg)

Tabel 2 menunjukkan selisih Kualitas fisik daging sapi Brahman


produksi karkas pada lama istirahat 18 Cross Steer pada lama istirahat 18
jam dan 3 jam sebesar 157,14 kg/bulan jam dan 3 jam
dengan jumlah pemotongan sebanyak Rata-rata pH, cooking loss dan
800 ekor/bulan. Selisih produksi antara drip loss daging sapi Brahman Cross
lama istirahat 18 jam dan 3 jam tersebut Steer pada lama istirahat 18 dan 3 jam
setara dengan bobot karkas 0,56 ekor ditunjukkan pada Tabel 3.
sapi.

Tabel 3. Rataan pH, cooking loss dan drip loss daging sapi Brahman Cross Steer pada
lama istirahat yang berbeda
No Variabel Lama istirahat (jam) Rata-rata ± sd
1 pH daging 18 5,57 ± 0,09a
3 5,42 ± 0,11b
Rataan 5,49 ± 0,13
2 Cooking loss (%) 18 37,56 ± 1,86
3 38,00 ± 3,78
Rataan 37,78 ± 2,96
3 Drip loss (%) 18 9,27 ± 2,86
3 9,64 ± 1,81
Rataan 9,45 ± 2,38
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
nyata (P<0,05)

Tabel 3 menunjukkan nilai pH (2001), nilai pH otot setelah ternak mati


daging pada lama istirahat 18 jam lebih akan menurun dari 7,4 hingga mencapai
tinggi (5,57 ± 0,09) dibandingkan pada pH 5,3–5,7. Hal ini dikarenakan ternak
lama istirahat 3 jam (5,42 ± 0,11) tetapi sebelum dipotong memiliki cadangan
masih dalam batas pH normal daging glikogen dalam otot yang cukup
setelah pelayuan. Menurut Aberle et al sehingga asam laktat yang dihasilkan

76
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79

setelah ternak disembelih cukup untuk Perubahan cooking loss disebabkan ter-
menurunkan pH daging secara optimal. jadinya penurunan pH daging postmor-
Nilai pH daging yang tinggi akan tem yang mengakibatkan banyak pro-
menyebabkan daging berwarna gelap. tein miofibriller yang rusak, sehinggga
Mounier et al (2006) menyatakan diikuti dengan kehilangan kemampuan
bahwa kondisi stres dapat protein untuk mengikat air yang pada
meningkatkan konsentrasi kortisol akhirnya cooking loss semakin besar.
darah dan disertai dengan deplesi Hasil penelitian pada uji drip
glikogen pada otot. Hal tersebut loss menunjukkan bahwa daging pada
menyebabkan penurunan produksi asam lama istirahat 18 jam dan 3 jam tidak
laktat posmortem dan pH daging yang berbeda nyata. Drip loss merupakan
tetap tinggi. Nilai pH daging pada lama salah satu parameter pengukuran kuali-
istirahat 18 jam dan 3 jam tergolong tas daging selain cooking loss. Drip loss
normal karena tingkat stres ternak adalah penyusutan bobot daging selama
sebelum dipotong rendah. Hal ini proses penyimpanan karena adanya cai-
dikarenakan jarak antara tempat asal ran dalam daging yang keluar pada
ternak ke RPH relatif dekat. Waktu proses tersebut. Drip loss pada lama
istirahat untuk makan dan minum istirahat 18 jam dan 3 jam berturut-turut
dibutuhkan oleh ternak untuk sebesar 9,27 ± 2,86% dan 9,64 ± 1,81%.
memulihkan kondisi akibat proses Selain dipengaruhi oleh lamanya waktu
transportasi. Sapi yang penyimpanan daging, drip loss juga di-
ditransportasikan selama kurang dari pengaruhi oleh tingkat stres ternak sebe-
enam jam dapat diistirahatkan minimal lum dipotong. Penanganan ternak sebe-
selama dua jam sebelum penyembelihan lum pemotongan diantaranya istirahat
(Ferguson et al. 2007). ternak dan tipe pemotogan tanpa pe-
Hasil analisis cooking loss me- mingsanan atau dengan pemingsanan.
nunjukkan sapi Brahman Cross Steer Proses penanganan ternak dengan re-
yang diistirahatkan selama 18 jam dan 3 straining box menyebabkan ternak lebih
jam tidak berbeda nyata. Rata-rata cook- tenang pada saat pemotongan. Sedang-
ing loss dengan lama istirahat 18 jam kan pada ternak yang tidak mengguna-
lebih rendah (37,56±1,86%) dibanding- kan restraining box, ternak lebih ba-
kan pada lama istirahat 3 jam nyak bergerak sehingga ternak menga-
(38,00±3,78%). Namun, persentase lami stres. Soeparno (2009) menye-
cooking loss masih dalam batas normal. butkan bahwa stres sebelum pemoton-
Nilai susut masak daging sapi gan disebabkan oleh ketakutan, terluka
berdasarkan penelitian Brahmantiyo dan gerakan yang berlebihan.
(2000) berkisar antara 37,53-38,34%, Daya ikat air daging merupakan
sedangkan penelitian Yanti dkk (2008) kemampuan daging dalam memperta-
menunjukkan nilai susut masak daging hankan kandungan air dalam daging
sapi 42,77–44,65%. Nilai cooking loss yang terlihat dari besarnya cooking loss
yang diperoleh masih termasuk dalam dan drip loss. Semakin tinggi daya ikat
kisaran normal. Cooking loss pada lama air daging, semakin rendah air bebas
istirahat 3 jam memiliki persentase yang yang keluar dari daging. Hal ini sesuai
lebih tinggi dari lama istirahat 18 jam. dengan pernyataan Shanks et al (2002)
Semakin tinggi cooking loss, maka kua- yang menyebutkan bahwa besarnya su-
litas daging semakin rendah. Menurut sut masak daging dipengaruhi oleh ba-
Soeparno (2009), cooking loss dipenga- nyaknya air yang keluar dari daging.
ruhi oleh waktu setelah pemotongan. Daya mengikat air dipengaruhi oleh pH

77
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79

akhir daging. Lawrie (2003) menye- carcass and meat quality. Int
butkan bahwa tingkat penurunan pH Food Res J. 18: 485-491.
postmortem berpengaruh terhadap daya Brahmantiyo, B. 2000. Sifat fisik dan
mengikat air. Apabila nilai pH lebih kimia daging sapi Brahman
tinggi atau lebih rendah dari titik isoe- Cross, Angus dan Murray Grey.
lektrik daging (5,0-5,1) maka nilai daya Media Veteriner. 7(2): 9-11.
ikat air daging akan tinggi. Apabila ter- Choi, B., K. Ryu, J. Bong, J. Lee, Y.
nak diistirahatkan sebelum dipotong, Choy, S. Son, O. Han and M.
maka jumlah glikogen didalam otot da- Baik. 2010. Comparison of ste-
pat dipertahankan tinggi. Setelah ternak roid hormone concentrations and
dipotong, glikogen didalam otot akan mRNA levels of steroidreceptor
berubah menjadi asam laktat dalam genes in longissimus dorsi mus-
keadaan anaerob dan nilai pH ultimat cle and subcutaneous fat be-
akan tercapai apabila glikogen otot tween bulls and steers and asso-
menjadi habis, sehingga nilai daya ciation with carcass traits in Ko-
mengikat air daging meningkat. Hal ter- rean cattle. Liv. Sci. 131: 218–
sebut sesuai dengan nilai pH pada lama 226.
istirahat 18 jam yang lebih tinggi dari- Ferguson D. M., F. D. Shaw and J. L.
pada lama istirahat 3 jam. Penurunan Stark. 2007. Effect of reduced
pH pada lama istirahat 18 jam lebih lairage duration on beef quality.
lambat dikarenakan cadangan glikogen Aus J Exp Agric. 47: 770-773.
dalam otot lebih tinggi. Nilai pH lama Hafid, H. 2002. Pengaruh pertumbuhan
istirahat 18 jam lebih tinggi sehingga kompensasi terhadap efisiensi
mempengaruhi daya ikat air yang me- pertumbuhan sapi Brahman
nyebabkan cooking loss dan drip loss Cross Kebiri pada penggemukan
lebih rendah dari lama istirahat 3 jam. feedlot. Jurnal Ilmu-Ilmu Perta-
Nilai cooking loss dan drip loss yang nian Agroland. 9 (2): 179-185.
lebih rendah merupakan indikator pe- Hafid, H dan N. Rugayah. 2009. Per-
ningkatan kualitas fisik daging. sentase karkas sapi Bali pada
berbagai berat badan dan lama
KESIMPULAN pemuasaan sebelum pemoton-
Hasil penelitian menyimpulkan gan. Teknologi Peternakan dan
bahwa lama istirahat 18 dan 3 jam tidak Veteriner. 1(1): 77-85.
mempengaruhi bobot potong, bobot Kuswati, Kusmartono, T. Susilawati, D.
karkas segar, bobot karkas layu dan per- Rosyidi dan A. Agus. 2014.
sentase penyusutan karkas tetapi ber- Carcass characteristics of Brah-
pengaruh terhadap persentase karkas. man Cross breed cattle in Indo-
Selain itu, lama istirahat tidak berpen- nesian feedlot. IOSR Journal of
garuh terhadap cooking loss dan drip Agriculture and Veterinary
loss tetapi berpengaruh nyata terhadap Science. 7(4): 19-24.
nilai pH daging meskipun masih dalam Lawrie, R. A. 2003. Ilmu daging. Pener-
rentang pH daging yang normal (5,4- jemah: Aminuddin Parakkasi.
5,7). Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Mounier L., H. Dubroeucq, S.
Adzitey, F. 2011. Minireview effect of Andanson and I. Veissier. 2006.
pre slaughter animal handling on Variations in meat pH of beef
bulls in relation to conditions of

78
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (2):71–79

transfer to slaughter and pre- Soeparno. 2009. Ilmu dan teknologi


vious history of the animals. J daging. Gadjah Mada University
Anim Sci. 84:1567-1576. Press. Yogyakarta.
Salakova A., E. Strakova, V. Valkova, Sunarlim, R dan S. Hadi. 2001. Pe-
H. Buchtova and I. Steinhause- layuan pada suhu kamar dan su-
rova. 2009. Quality indicators of hu dingin terhadap mutu daging
chicken broiler raw and cooked dan susut bobot karkas domba.
meat depending on their sex. Jurnal Ilmu Ternak Dan Vete-
Acta Vet Brno. 78:497-504. riner. (1) : 51-58.
Shanks, B. C., D. M. Wolf and R. J. Yanti, H., Hidayati dan Elfawati. 2008.
Maddock. 2002. Technical note: Kualitas daging sapi dengan
The effect of freezing on warner kemasan plastik PE (Polyethy-
bratzler shear force values of len) dan plastik PP (Polypropy-
beef longissimuss steak across len) di Pasar Arengka Kota Pe-
several postmortem aging pe- kanbaru. J. Peternakan. 5(1): 22-
riods. J. Anim.Sci. 80: 2122- 27.
2125.

79

You might also like