You are on page 1of 9

Eddy Muzdajar Batubara, Rujiman, dan Rahmanta: Analisis Faktor-Faktor…

PENGARUH MANAJEMEN ASET TERHADAP OPTIMALISASI


ASET RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
PROVINSI SUMATERA UTARA
Erlini Nasution*, Harmein Nasution**, dan Yeni Absah**
*Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Properti USU
**Dosen Program Studi Magister Manajemen Properti USU

Abstract: Management of hospital asset represent one of healthy effort


performance determinant so that required the existence of analysis optimalization
in assesstment of hospital asset, that is stocktaking asset, legal and make audit of,
and assesstment executed better and accurate. The phenomenon exsist in mental
hospital of area of Sumatera Utara Province not yet the nun system of asset
management as according to standart.It is a quantitative descriptive research
which is use explanatory approaching. The population is taken from the overall of
shares of exist in mental hospital of North Sumatera Province namely at shares of
study and development, keuangan,tata usaha,kepegawaian of laboratory
installation,sis supporter,and installation of con servancy of hospital medium
amounting to 40 people.Overall of population made by sample research. The study
was conducted from July 2013 – July 2014. Data was collected through kueisoner,
observations, and have documents.The results of this research is by parsial
variable of asset stocktaking,legal make healt an audit of and asset
assessment.Proven to have an effect on positive and signifikan to optimization of
health equipments,result of analysis by together.Legal make an audit of the asset
assessment proven to have an effect on the signifikan positive to optimization of
health equipments.Unrightious of hospital require to the new health appliance
levying so that can change the appliance destroyed can be utilized as according to
requirement.The hospital needs to undertake procurement of new medical devices
that can replace equipment that has been damaged so that it can be used as
needed.

Abstrak: Pengelolaan (manajemen) aset Rumah Sakit merupakan salah satu faktor
penentu kinerja usaha yang sehat, sehingga dibutuhkan adanya analisis optimalisasi
dalam penilaian aset Rumah Sakit, yaitu: invetarisasi aset, legal audit, dan
penilaian aset yang dilaksanakan dengan baik dan akurat. Fenomena yang ada di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara adalah belum berjalannya sistem
manajemen aset sesuai dengan standart.Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif dengan pendekatan eksplanatory. Populasi penelitian ini
adalah keseluruhan bagian yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Sumatera Utara yakni pada bagian pengkajian dan pengembangan, keuangan,tata
usaha,kepegawaian instalasi laboratorium, penunjang medik, dan instalasi
pemeliharaan sarana rumah sakit yang berjumlah 40 orang. Keseluruhan populasi
dijadikan sampel penelitian.Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2013 – Juli
2014.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan
telaah dokumen.Hasil penelitian dengan menggunakan uji regresi linier berganda
menunjukkan bahwa secara parsial variabel inventarisasi aset, legal audit dan
penilaian aset terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap optimalisasi
aset.Hasil analisis secara bersama-sama/serentak menunjukan bahwa ke-tiga
variabel yaitu inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset terbukti berpengaruh
signifikan/positif terhadap optimalisasi aset.Pihak rumah sakit perlu melakukan
pengadaan alat kesehatan yang baru sehingga dapat mengganti alat-alat yang telah
rusak agar dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan..

Kata kunci: Manajemen Aset, Optimalisasi Aset

10
Jurnal Ekonom, Vol 18, No 1, Januari 2015

PENDAHULUAN daerah telah diberikan kewenangan yang


Dengan berlakunya UU No. lebih besar untuk mengatur sumber dayanya
22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan termasuk bagaimana mengoptimalkan dan
UU No. 25/1999 tentang Perimbangan memanfaatkan aset daerah yang dimilikinya
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan dengan jalan menerapkan sistem
Pemerintahan Daerah yang kemudian manajemen aset sesuai dengan peraturan
direvisi menjadi UU No. 32/2004 dan UU perundangan yang berlaku. Dengan
No. 33/2004 merupakan landasan demikian pemerintah daerah dituntut
perubahan sistem pemerintahan daerah memiliki suatu kemandirian dalam
termasuk perimbangan Keuangan Negara. membiayai sebagian besar anggaran
Perubahan itu mengarah pada pelaksanaan pembangunannya.Oleh karena itu,
desentralisasi atau otonomi daerah yang pemerintah daerah harus dapat
luas, nyata dan bertanggung jawab (Arifin mengarahkan dan memanfaatkan sumber
et al. 2003). Diberlakukannya kedua daya yang ada secara berdayaguna dan
undang-undang di atas, untuk berhasilguna serta mampu melakukan
menghilangkan ketimpangan, ketidak- optimalisasi sumber-sumber penerimaan
harmonisan, dan ketidakkreativitasan daerah termasuk optimalisasi dan
daerah akibat diberlakukannya UU No pemanfaatan dari aset-aset yang ada.
5/1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Aset daerah adalah semua harta
di daerah dan telah memberikan kekayaan milik daerah baik barang
kewenangan kepada daerah untuk mengatur berwujud maupun barang tak berwujud
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan (Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Bab I
menurut asas otonomi untuk meningkatkan pasal 1). Barang Daerah adalah semua
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan barang berwujud milik daerah yang berasal
pemerintahan dan pelayanan kepada dari pembelian dengan dana yang
masyarakat. bersumber seluruhnya atau sebagian dari
Pembentukan Undang-undang APBD dan atau berasal dari perolehan
tentang Perimbangan Keuangan antara lainnya yang sah (Kepmendagri No. 29
Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Tahun 2002 Bab I pasal 1). Barang
Daerah dimaksudkan untuk mendukung berwujud atau disebut dengan aktiva tetap
pendanaan atas penyerahan urusan kepada adalah barang yang mempunyai masa
pemerintah daerah yang diatur dalam manfaat lebih dari satu periode akuntansi
undang-undang tentang Pemerintahan dan digunakan untuk penyelenggaraan
Daerah.Perimbangan keuangan mencakup kegiatan pemerintah dan pelayanan publik.
pembagian keuangan antara Pemerintah Aktiva tetap antara lain terdiri dari tanah,
Pusat dan Pemerintah Daerah secara jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi
proporsional, demokratis, adil, dan dan jaringan, gedung, mesin dan peralatan,
transparan dengan memperhatikan potensi, kendaraan, meubelair dan perlengkapan
kondisi, dan kebutuhan daerah. serta bukubuku perpustakaan. Salah satu
Sumber-sumber pendanaan diantaranya adalah Rumah Sakit Jiwa
pelaksanaan pemerintahan daerah terdiri daerah Provinsi Sumatera Utara.
atas Pendapatan Asli Daerah, dana Rumah sakit jiwa adalah suatu
perimbangan, pinjaman daerah, dan lain- institusi pelayanan kesehatan jiwa yang
lain pendapatan yang sah. Pendapatan Asli kompleks, padat profesi dan padat
Daerah merupakan pendapatan daerah yang modal.Kompleksitas ini muncul karena
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil pelayanan rumah sakit jiwa menyangkut
pengelolaan kekayaan daerah yang berbagai fungsi pelayanan, pendidikan dan
dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli penelitian serta mencakup berbagai
Daerah yang sah yang bertujuan untuk tindakan maupun disiplin medis.Agar
memberikan keleluasaan kepada daerah rumah sakit jiwa mampu melaksanakan
dalam menggali pendanaan dalam fungsi yang demikian kompleks, rumah
pelaksanaan otonomi daerah sebagai sakit jiwa harus memiliki sumber daya
perwujudan asas desentralisasi. manusia yang profesional baik di bidang
Konsekuensi logis dari pelaksanaan teknis medis maupun administrasi
UU Nomor 32 dan 33 tahun 2004 adalah kesehatan serta sarana dan prasarana yang

11
Erlini Nasution, Harmein Nasution, dan Yeni Absah: Pengaruh Manajemen Aset …

memadai. dan akurat. Sekarang ini, Sistem Informasi


Rumah Sakit Jiwa Daerah Propinsi Manajemen Aset (SIMA) merupakan suatu
Sumatera Utara merupakan rumah sakit sarana yang efektif untuk meningkatkan
jiwa terbesar di Sumatera Utara yang kinerja sehingga transparansi kerja dalam
dilengkapi dengan berbagai fasilitas medis pengelolaan aset sangat terjamin tanpa
dan fasilitas penunjang.Pelayanan perlu adanya kekhawatiran akan
kesehatan yang berkesinambungan perlu pengawasan dan pengendalian yang lemah
didukung dengan peralatan yang selalu (Siregar, 2004).
dalam kondisi siap pakai serta dapat Fenomena yang ada di Rumah
difungsikan dengan baik. Sakit Jiwa daerah Provinsi Sumatera Utara
Rumah sakit jiwa sebagai penyedia adalah belum berjalannya sistem
pelayanan kesehatan sangat perlu manajemen aset sesuai dengan standar.
melakukan inovasi-inovasi baru guna Beberapa alat tidak berfungsi maksimal
meningkatkan pelayanannya, bukan hanya karena kurangnya pemeliharaan dan biaya
pelayanan yang dilakukan oleh dokter, operasional untuk pemeliharaan tidak
perawat dan pegawai yang harus maksimal, diprioritaskan, jajaran management Rumah
namun ketersediaan alat-alat medis maupun Sakit Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara
non medis sangat mempengaruhi kemajuan seharusnya melakukan kerjasama dengan
rumah sakit, dimana dalam memberikan pihak luar, untuk melaksanakan pelatihan –
pelayanannya harus bisa mengikuti pelatihan baik untuk peralatan maupun
perkembangan teknologi agar bias bersaing peningkatan SDM.
dengan rumah sakit lain sebagai Aset-aset yang dimiliki pada
kompetitornya. Rumah sakit jiwa yang kenyataannya membuat biaya operasional
memiliki SDM dan fasilitas yang memadai dan pemeliharaan yang cukup besar,
akan semakin banyak dipilih oleh sementara kondisinya yang “idle” (tidak
masyarakat. digunakan) menyebabkan inefisiensi bagi
Kemajuan rumah sakit tidak pengelola.Program pengelolaan aset
terlepas dari arti penting aset yang dimiliki terpadu, meliputi restrukturisasi aset dan
dan pengelolaannya, yang juga turut implementasi teknologi (sistem) informasi
mempengaruhi perkembangan rumah sakit manajemen aset merupakan langkah
tersebut.Aset ini menjadi penting karena strategis untuk ikut mendorong peningkatan
nilainya yang material, sehingga pemanfaatannya (Siregar, 2002).
mekanisme yang baik dalam manajeman Manajemen aset merupakan proses
sangat diperlukan.Oleh karena itulah aset pengelolaan aset (kekayaan) baik berwujud
sangat penting bagi rumah sakit karena dan tidak berwujud yang memiliki nilai
dalam operasionalnya tidak terlepas dari ekonomis, nilai komersial, dan nilai
alat-alat medis tersebut. tukar, mampu mendorong tercapainya
Ketersediaan aset tersebut, tujuan dari individu dan organisasi. Melalui
diharapkan dapat memberikan manfaat proses manajemen planning, organizing,
ekonomis dimasa depan untuk rumah sakit leading dan controlling. bertujuan
sebagai sebuah entitas. Adanya peralatan mendapat keuntungan dan mengurangi
sebagai aset tetap mempengaruhi performa biaya (cost) secara efisien dan efektif
rumah sakit dalam menjalankan (Hariyono, 2007).
kegiatannya untuk melayani setiap
pasien.Sebagai sumber daya utama rumah METODE
sakit untuk melakukan aktivitasnya, maka Tempat penelitian ini adalah di
pengelolaan dan sistem yang berlaku laboratorium Rumah Sakit Jiwa Daerah
terhadap aset yang ada, harus diperhatikan. Provinsi Sumatera Utara.Penelitian ini
Pengelolaan (manajemen) aset bersifat eksplanatory yaitu penelitian yang
Rumah Sakit merupakan salah satu faktor bertujuan untuk memaparkan dan
penentu kinerja usaha yang sehat, sehingga menjelaskan sifat suatu keadaan yang
dibutuhkan adanya analisis optimalisasi berlangsung pada saat penelitian dilakukan
dalam penilaian aset Rumah Sakit, yaitu: dan menganalisis kedudukan variabel-
inventarisasi, identifikasi, legal audit, dan variabel yang diteliti serta hubungan antara
penilaian yang dilaksanakan dengan baik variabel yang lain (Sugiyono, 2008:57).

12
Jurnal Ekonom, Vol 18, No 1, Januari 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN yang diberikan kepada pegawai rumah sakit


Inventarisasi Aset, Legal Audit karena sejauh ini kinerja dan loyalitas
dan Penilaian Aset secara serempak sebatas rutinitas saja.
berpengaruh positif terhadap Optimalisasi
Aset. Pelaksanaan kegiatan optimalisasi dan Inventarisasi Aset
pemeliharaan alat kesehatan secara penuh Dalam pelaksanaan penatausahaan
menjadi tanggung jawab dari unit BMD, Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
laboratorium, yang pelaksanaannya Sumatera Utara setiap tahun melakukan
dipegang langsung oleh kepala inventarisasi ulang. Inventarisasi ulang ini
laboratorium. Untuk dapat memastikan dilakukan dengan sistem kodefikasi
bahwa proses pelaksanaan atau pengelolaan terhadap BMD serta semua proses
berjalan sesuai dengan ketentuan maka unit inventarisasi BMD setelah kodefikasi yang
laboratorium membuat berbagai Tata Kerja meliputi persiapan, pelaksanaan dan tindak
Individu (TKI) atau Standard Operating lanjut yang diperoleh dari SDM yang ada di
Procedure (SOP) terkait kegiatan dalam ruangan masing-masing.
optimalisasi/pengoperasian dan Dalam pelaksanaan penatausahaan
pemeliharaan alat kesehatan. Namun sejauh barang milik daerah dilakukan 2 (dua)
ini pelaksanaan kegiatan optimalisasi alat kegiatan meliputi pelaksanaan pencatatan
kesehatan di laboratorium Rumah Sakit dan pelaporan. Inventarisasi merupakan
Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara tidak kegiatan atau tindakan untuk melakukan
mengacu kepada kebijakan dan prosedur perhitungan, pengurusan, penyelengaraan,
yang ada, dalam hal ini sudah tidak sesuai pengaturan, pencatatan data dan pelaporan
dengan tata kerja organisasi (TKO) dan terhadap BMD. Hal ini ditujukan untuk
Tata Kerja Individu (TKI) atau Standard memberikan kemudahan dalam pembukuan
Operating Procedure (SOP). aset atau pelaksanaan penatausahaan/
Fungsi pelaksanaan sangat erat administrasi sehingga seluruh BMD dapat
kaitannya dengan kemampuan seorang dibukukan secara seragam dan dapat
pemimpin dalam mengarahkan staf ataupun dengan mudah diketahui lokasi, jenis/merk
bawahannya agar dapat menjalankan fungsi type, jumlah, serta kondisinya.
dan tugasnya sesuai dengan job description- Setelah dilakukan pengujian antara
nya masing-masing. Seperti halnya yang variabel inventarisasi aset dengan
dinyatakan oleh Muninjaya (2004) bahwa optimalisasi aset dilaboratorium Rumah
pergerakan atau pelaksanaan adalah proses Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara
bimbingan kepada staf agar mampu dan diperoleh hasil bahwa variabel inventarisasi
mau bekerja secara optimal menjalankan berpengaruh secara signifikan terhadap
tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuan optimalisasi aset.Besarnya pengaruh dapat
dan keterampilan yang dimiliki, serta dilihat dari nilai koefisien resgresi (B) yang
dukungan sumber daya yang tersedia. diperoleh. Besarnya nilai koefisien korelasi
Kepemimpinan yang efektif, adalah 0,201 yang artinya dengan nilai
pengembangan motivasi, komunikasi, dan koefisien regresi yang positif dapat
pengarahan sangat membantu suksesnya dijelaskan sebagai adanya pergerakan yang
pelaksanaan fungsi aktuasi. searah antara faktor inventarisasi aset (X1)
Dalam pelaksanaan kegiatan dan optimalisasi perlengkapan kesehatan
optimalisasi dan pemeliharaan aset belum (Y) atau dengan kata lain, variabel
diadakannya bentuk reward dan inventarisasi aset (X1) berpengaruh
punishment pada pegawai rumah sakit. positifterhadap optimalisasi aset, dengan
Adapun bentuk reward yang seharusnya syarat faktor legal audit (X2) dan penilaian
diberikan yaitu pemberian penilaian kerja aset (X3) tetap atau konstan. Artinya jika
pegawai rumah sakit, sedangkan untuk faktor inventarisasi aset lebih baik maka
punishment yaitu pelaksanaan kegiatan optimalisasi perlengkapan kesehatan di
harus seusai dengan Tata Kerja Individu Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara
(TKI) atau Standard Operating Procedure juga akan lebih baik. Nilai koefisien regresi
(SOP) yang merupakan tanggung jawab sebesar 0,201 mempunyai makna bahwa
secara langsung diemban oleh setiap setiap terjadi kenaikan 1% pada variabel
pegawai rumah sakit. Belum adanya sanksi inventarisasi aset sedangkan variabel

13
Erlini Nasution, Harmein Nasution, dan Yeni Absah: Pengaruh Manajemen Aset …

lainnya tetap maka akan terjadi perubahan a. Buku Induk Inventaris (BII)
sebesar 0,201 poin pada tingkat merupakan gabungan/kompilasi
optimalisasi perlengkapan kesehatan di buku
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara b. Kartu Inventaris Barang (KIB)
dengan arah yang searah atau positif. c. Kartu Inventaris Ruangan (KIR)
Variabel inventarisasi aset ini d. Daftar Rekapitulasi Inventaris
berbengaruh terhadap optimalisasi aset e. Daftar Mutasi Barang.
dikarenakan oleh bagian Aset dan 5. Aparat Pelaksana Inventarisasi
Inventaris di bawah Wakil Direktur Dalam rangka tertib administrasi
Administrasi dan Keuangan melakukan pengelolaan barang milik daerah yang
tugas menghimpun data inventaris/aset meliputi pembukuan,pencatatan dan
termasuk menyimpan seluruh dokumen pelaporan,pengelola menetapkan
kepemilikan.Dalam pelaksanaan tugasnya, pengurus barang pada masing-masing
Bagian Aset dan Inventaris dibantu oleh SKPD.
pengurus barang yang ada pada masing- 6. Pelaksanaan Sensus Barang Daerah
masing unit kerja dan secara periodik (per Untuk mendapatkan data barang yang
semester atau per tahun) menyampaikan benar dan dapat dipertanggung
Rekapitulasi Inventaris kepada Bagian Aset jawabkan serta akurat (up to date),
dan Inventaris. harus melalui sensus barang daerah.
Tahapan inventarisasi BMD di Selain itu sesuai dengan hasil
RSJD Provsu adalah sebagai berikut: observasi dan telaah dokumen yang
1. Persiapan dilakukan oleh peneliti, bahwa jenis biaya
a. Membentuk tim inventarisasi yang dianggarkan dalam menunjang
b. Membagi tugas dan menyusun kegiatan optimalisasi alat kesehatan
jadwal pelaksanaan inventarisasi laboratorium di Rumah Sakit Jiwa Daerah
c. Mengumpulkan dokumen BMD Provinsi Sumatera Utara antara lain biaya
d. Menyiapkan label sementara pengadaan barang baru, biaya pengadaan
e. Membuat denah ruangan, suku cadang, biaya perbaikan, serta
memberi nomor ruangan dan anggaran kegiatan operasional
menentukan penanggung jawab laboratorium. Besarnya dana yang diajukan
ruangan sesuai dengan tingkat kebutuhan yang
f. Menyiapkan kertas kerja dihitung oleh petugas laboratorium,
inventarisasi kemudian disusun dalam bentuk pengajuan
2. Pelaksanaan Inventarisasi permohonan pencairan dana yang
1. Pelaksanaan Inventarisasi dibagi ditandatangani dan harus mendapat
dalam dua kegiatan yakni : persetujuan dari kepala laboratorium.
a. Pelaksanaan Pencatatan. Namun, sejauh ini besarnya dana yang
b. Pelaksanaan Pelaporan. diajukan dalam proses kegiatan optimalisasi
2. Dalam pencatatan dimaksud belum mencukupi, hal ini karena anggaran
dipergunakan buku dan kartu sebagai yang diajukan tidak disetujui seluruhnya
berikut oleh manajemen Rumah Sakit Jiwa Daerah
a. Kartu Inventaris Barang (KIB Provinsi Sumatera Utara.
A,B,C,D,E dan F ); Pengadaan kebutuhan alat
b. Kartu Inventaris Ruangan; kesehatan di unit laboratorium pada
e. Buku Inventaris; umumnya hanya meliputi perencanaan yang
d. Buku Induk Inventaris. diajukan dari klinisi yang bertugas di
3. Dalam pelaksanaan pelaporan laboratorium. Kemudian diproses ditangani
dipergunakan daftar yaitu : oleh bagian keuangan Rumah Sakit Jiwa
a. Buku Inventaris dan Rekap. Daerah Provinsi Sumatera Utara sebagai
b. Daftar Mutasi Barang dan Rekap pengawas dan pengelola Rumah Sakit Jiwa
4. Fungsi dari buku dan kartu inventaris Daerah Provinsi Sumatera Utara.
baik untuk kegiatan pencatatan Seharusnya alat kesehatan yang telah
maupun untuk kegiatan pelaporan diajukan klinisi untuk diadakan sesuai
sebagaimana dikemukakan dibawah dengan permintaan namun realisasinya
ini: tidak sesuai. peruntukan dana untuk

14
Jurnal Ekonom, Vol 18, No 1, Januari 2015

pengadaan sebagai evaluasi penganggaran cara mengecek semua bukti kepemilikan


dalam kegiatan optimalisasi alat kesehatan, aset. Legal audit dapat digunakan untuk
namun untuk lebih dapat menunjang mengatasi berbagai permasalahan legal
kegiatan optimalisasi alat kesehatan di menyangkut status kepemilikan aset.
laboratorium diharapkan ke depannya unit Berdasarkan pengamatan yang
laboratorium dapat melakukan perencanaan dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit
kebutuhan anggaran biaya optimalisasi alat Jiwa Daerah Propinsi Sumatera Utara dapat
kesehatan secara lebih lanjut, paling tidak dilihat bahwa ada alat kesehatan yang
dalam bentuk persentase anggaran biaya seharusnya sudah dihapuskan dikarenakan
optimalisasi tahunan yang berdasarkan pada pertimbangan pada pasal 144 peraturan
tingkat kebutuhan dan skala prioritas gubernur sumatera utara nomor 29 tahun
melalui evaluasi biaya optimalisasi tahun 2009 tidak dapat dipergunakan secara
sebelumnya, serta kondisi alat kesehatan di optimal (idle) dan pertimbangan teknis
laboratorium saat ini serta yang akan secara fisik barang tidak dapat digunakan
datang. Sehingga pengadaan alat kesehatan karena rusak dan tidak ekonomis bila
tersebut diharapkan dapat menjadi salah diperbaiki dan tidak dapat dipergunakan
satu parameter dalam mengukur tingkat lagi akibat modernisasi. Tahun pembelian
pencapaian efisiensi pelaksanaan kegiatan Drug Monitoring yaitu 1993 telah
optimalisasi alat kesehatan di laboratorium. melampaui batas waktu keguanaan namun
hingga saat ini tahun 2014 belum juga
Legal Audit dihapuskan. Seharusnya dilihat dari umur
Faktor legal audit berpengaruh teknis yaitu 15 tahun alat ini sudah
secara signifikan terhadap optimalisasi dihapuskan dan digantikan dengan alat
aset.Besarnya pengaruh dapat dilihat dari yang fungsinya sama. Begitu juga dengan
nilai koefisien resgresi (B) yang diperoleh. Reflotron Plus dan Reflotron system yang
Besarnya nilai koefisien korelasi adalah sudah lebih dari 10 tahun masih menjadi
0,287 yang artinya dengan nilai koefisien inventaris walaupun alat ini rusak dan tidak
regresi yang positif dapat dijelaskan sebagai dipergunakan lagi karena sudah ada
adanya pergerakan yang searah antara penggantinya.Alasan yang didapat dari
faktor legal audit (X2) dan optimalisasi pengelola aset rumah sakit jiwa daerah
perlengkapan kesehatan (Y) atau dengan propinsi sumatera utara tidak dihapuskan
kata lain, variabel legal audit (X2) alat kesehatan ini karena belum adanya
berpengaruh positifterhadap optimalisasi perintah dari atasan.Selama ini sudah
aset, dengan syarat faktor inventarisasi aset pernah dibuat permohonan untuk
(X1) dan penilaian aset (X3) tetap atau penghapusan ke biro perlengkapan
konstan. Artinya jika faktor legal audit sekretaris daerah provinsi sumatera utara
lebih baik maka optimalisasi perlengkapan sampai saat ini belum keluar SK
kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah penghapusan dari gubernur sumatera
Sumatera Utara juga akan lebih baik. Nilai utara.Mengingat alat ini tidak
koefisien regresi sebesar 0,287 mempunyai memungkinkan untuk diadakan lagi dengan
makna bahwa setiap terjadi kenaikan 1% anggaran daerah dan izin tidak ada.
pada variabel legal audit sedangkan
variabel lainnya tetap maka akan terjadi Penilaian Aset
perubahan sebesar 0,287 poin pada tingkat Faktor legal audit berpengaruh
optimalisasi perlengkapan kesehatan di secara signifikan terhadap optimalisasi
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara aset.Besarnya pengaruh dapat dilihat dari
dengan arah yang searah atau positif. nilai koefisien resgresi (B) yang diperoleh.
Dalam rangka inventarisasi BMD, Besarnya nilai koefisien korelasi adalah
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi 0,338 yang artinya dengan nilai koefisien
Sumatera Utara juga telah melakukan legal regresi yang positif dapat dijelaskan sebagai
audit, yaitu menentukan inventarisasi status adanya pergerakan yang searah antara
penguasaan aset. Bagian aset dan inventaris faktor penilaian aset (X3) dan optimalisasi
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi perlengkapan kesehatan (Y) atau dengan
Sumatera Utara telah melakukan kata lain, variabel penilaian aset (X3)
pengecekan status penguasaan aset dengan berpengaruh positifterhadap optimalisasi

15
Erlini Nasution, Harmein Nasution, dan Yeni Absah: Pengaruh Manajemen Aset …

aset, dengan syarat faktor inventarisasi aset audit dan penilaian aset) terhadap
(X1) dan legal audit (X2) tetap atau variabel dependent (optimalisasi aset).
konstan. Artinya jika faktor penilaian aset 2. Besarnya pengeruh inventarisasi aset,
lebih baik maka optimalisasi perlengkapan legal audit dan penilaian aset terhadap
kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah optimalisasi aset adalah 73,3%,
Sumatera Utara juga akan lebih baik. Nilai sedangkan sisanya akan dijelaskan
koefisien regresi sebesar 0,338 mempunyai oleh faktor-faktor lain diluar
makna bahwa setiap terjadi kenaikan 1% persamaan model regresi.
pada variabel penilaian aset sedangkan 3. Variabel penilaian aset merukapan
variabel lainnya tetap maka akan terjadi variabel yang paling dominan
perubahan sebesar 0,338 poin pada tingkat mempengaruhi optimalisasi aset di
optimalisasi perlengkapan kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Rumah Sakit Jiwa Daerah Sumatera Utara Sumatera Utara
dengan arah yang searah atau positif.
Penilaian BMD dilaksanakan oleh SARAN
tim yang ditetapkan oleh Kepala Daerah 1. Perlu diadakannya pelatihan secara
dan dapat melibatkan penilai independen berkesinambungan dalam
yang bersetifikat dibidang penilaian aset. meningkatkan kemampuan petugas
Dilakukan dalam rangka penyusunan laboratorium dalam melakukan
neraca Pemerintah Daerah, pemanfaatan optimalisasi alat kesehatan yang
dan pemindahtanganan BMD.Penetapan difasilitasi oleh pihak rumah sakit,
nilai BMD dalam rangka penyusunan sehingga akan mampu mengantisipasi
neraca Pemerintah Daerah dilakukan perkembangan teknologi alat
dengan berpedoman pada Standar kesehatan.
Akuntansi Pemerintahan (SAP).Dengan 2. Pihak rumah sakit perlu mengajukan
demikian penilaian aset ini tidak dapat proposal pengadaan alat kesehatan
dikatakan berhasil sepenuhnya dalam yang baru kepada pihak yang
memperkirakan nilai aset di Rumah Sakit berwenang sehingga dapat mengganti
Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara alat-alat yang telah lama rusak agar
secara keseluruhan. Dalam proses penilaian dapat dipergunakan sesuai dengan
aset juga dipertimbangkan pemanfaatan dan kebutuhan, seperti drug monitoring,
pemeliharaan alat kesehatan itu sendiri. reflotron plus, dan reflotron system.
Pemanfaatan bisa merupakan 3. Perlunya penyempurnaan sistem
penyewaan hak penggunaan kepada pihak pendokumentasian dan pengarsipan
ketiga, dalam hubungan sewa menyewa kegiatan optimalisasi alat kesehatan di
tersebut dapat dilaksanakan dengan laboratorium termasuk peralatan
pertimbangan untuk mengoptimalkan daya penunjang sehingga diharapkan
guna dan hasil guna alat kesehatan yang ada dokumentasi kegiatan optimalisasi
dilaboratorium rumah sakit jiwa daerah tidak hanya memuat laporan
propinsi sumatera utara. Drug Monitoring pelaksanaan kegiatan, melainkan juga
merupakan alat yang sudah lama ada dapat mengukur tingkat pencapaian
namun tidak pernah dipergunakan dengan efektivitas dan efisiensi kegiatan
alasan tidak ada perizinan dan reagen yang optimalisasi alat laboratorium.
mahal. Laboratorium swasta atau instansi 4. Disarankan untuk melakukan promosi
lainnya tidak mempunyai alat ini sementara ke masyarakat bahwa laboratorium
izin dan tarif bisa dilakukan pemeriksaan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Daerah
dengan alat ini.Hanya saja alat ini belum Sumatera Utara juga dapat digunakan
pernah disewakan dan tidak diketahui untuk pemeriksaan oleh masyarakat
keberadaannya di rumah sakit jiwa daerah umum.
propinsi sumatera utara.
DAFTAR RUJUKAN
KESIMPULAN American Society for Health Care
1. Terdapat pengaruh yang signifikan Engineering of the American
secara serentak (simultan) dari variabel Hospital Association. 1996.
independent (inventarisasi aset, legal Maintenance Management for

16
Jurnal Ekonom, Vol 18, No 1, Januari 2015

Medical Equipment. (USA: The Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor


American Hospital Association 152 tahun 2004 tentang Pedoman
One North Franklin Chicago, IL. Pengelolaan Barang Daerah.
60606). Mardiasmo, 2004, Otonomi dan
Aniroen, 1999.Manajemen Mutu Pelayanan Manajemen Keuangan Daerah,
Rumah Sakit. Yogyakarta: Genta Good GovernenceDemocratization,
Aksara. Local Government Financial
Angkasawati. 2003. Studi utilisasi alat Management, Public
kedokteran canggih di RS Syaiful Policy,Reinventing Government,
Anwar Malang Jawa Timur Accountability Probity, Value for
Awusi, A.B. 2005. Analisis Effisiensi Money,Participatory Development,
Persediaan Reagen Laboratorium Serial Otonomi Daerah, Andi,
Dengan Penerapan EOQ di Rumah Yogyakarta.
Sakit Tingkat III 04.06.01 Wijaya Noerhadi, M. 2008. Optimalisasi Dan Arah
Kusuma Purwokerto. Tesis. Pengembangan Laboratorium
Semarang: Program Pascasarjana Anatomi, Fisiologi Dan Histologi
Universitas Diponegoro. Fakultas Ilmu Keolahragaan
Corder, P. 1992. Teknik Manajemen Universitas Negeri Yogyakarta.
Pemeliharaan. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Edisi Indonesia. Jakarta: Gelora Keolahragan Universitas Negeri
Aksara Pratama. Yogyakarta
Depkes RI, 1987. Pedoman Pelayanan RS Peraturan Gubernur Sumatera Utara nomor
Kelas C (Su kelas C1) dan Kelas D. 29 Tahun 2009 tentang petunjuk
Jakarta: Departemen Kesehatan pelaksanaan peraturan daerah
Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Utara nomor 2
Depkes RI, 1992. Pedoman Pemeliharaan tahun 2009 tentang pengelola
Elektrokardiograf. Jakarta: barang milik daerah provinsi
Direktorat Jenderal Pelayanan sumatera utara.
medik, Direktorat Instalasi Medik Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
Departemen Kesehatan Republik 986/MENKES/PER/XI/1992
Indonesia. tentang Persyaratan Kesehatan
Depkes RI, 2001. Pedoman Operasional Lingkungan Rumah Sakit. Menteri
dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Republik Indonesia.
Kesehatan, Jakarta: Departemen Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
Kesehatan Republik Indonesia. 363/MENKES/PER/V/1998
Depkes RI, 2004. Pedoman Praktek tentang Pengujian dan Kalibrasi
Laboratorium yang Benar(Good Alat Kesehatan pada Sarana
Laboratory Practice).Cetakan Pelayanan Kesehatan.
Ketiga.Jakarta: Departemen Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
Kesehatan Republik Indonesia. 1164/MENKES/PER/VIII/2000
Gani, Ascorbat, 1991. Akuntansi Biaya dan tentang Organisasi dan Tata Kerja
Akuntansi Manajerial Rumah Sakit Balai Pengamanan Fasilitas
(Pelatihan Sistem Akuntansi Kesehatan.
Rumah Sakit untuk Pimpinan RSU Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
se Jawa Barat). Bandung, 29 Juni 1184/MENKES/PER/X/2004
1991. tentang Pengamanan Alat
Hariyono, T. 2007. Modul Diklat Teknis Kesehatan dan Perbekalan Rumah
Manajemen Aset Daerah. Jakarta. Tangga.
Indrajit, R.E. Richardus D. 2003. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor:
Manajemen Persediaan. Jakarta: 530/MENKES/PER/IV/2007
Gramedia Widiasarana Indonesia. tentang Organisasi dan Tata Kerja
Iskandar, D. 1998. Rumah Sakit, Tenaga Balai Pengamanan Fasilitas
Kesehatan, dan Pasien, Jakarta: Kesehatan.
Sinar Grafika. Priel, V.Z. 1974. Systematic Maintenance
Organization. Alih Bahasa:

17
Erlini Nasution, Harmein Nasution, dan Yeni Absah: Pengaruh Manajemen Aset …

Lembaga Manajeman PPM. Developing Countries. New Delhi:


Mc.Donald & Evans Ltd. World Health Organization (WHO)
Rahmah, S. 2008. Analisis Sistem Regional Office for South-East
Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Asia.
Di Rumah Sakit Kota Medan. Subagya M.S. 1994. Manajemen Logistik.
Medan: Tesis,Sekolah Pascasarjana Cetakan Keempat. Jakarta: Gunung
USU. Agung.
Riyono, 2006.Pengendalian Mutu Widayanti, Endang. 2010. Pengaruh
Laboratorium Kimia Klinik Dilihat manajemen aset terhadap
Dari Aspek Mutu Hasil Analisis Optimalisasasi pemanfataan aset
Laboratorium Klinik Rumah Sakit tetap Pemerintah daerah (Studi
Di Kabupaten Sragen. Surakarta. Kasus di Kabupaten Sragen). Tesis
Sharma, K.B. et.al. 1994. Health Program Studi Magister Akuntansi
Laboratory Services: in Support of Fakultas Ekonomi Universitas
Primary Health Care in Sebelas Maret Surakarta 2010

18

You might also like