You are on page 1of 8

ISSN 1411-3570

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol IX, No. 2, Oktober 2018


eISSN 2579-9525

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE TRUE OR FALSE


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA POKOK
BAHASAN TEKS EKSPOSISI KELAS X MIPA 1 SMA NEGERI 2 PEKANBARU

(Applying True or False Active Learning Strategies to Increase Students 'Learning Outcomes
in the Topic of Text Exposition of Class X MIPA 1 SMA Negeri 2 Pekanbaru)

Oleh: Nurmaini*)
*) Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Pekanbaru

ABSTRACT
Learning is a system that aims to help the learning process of students, which contains a
series of events that are designed, arranged in such a way as to influence and support the
learning process of students (Firdaus, 2012). According to Nasution (2000) the learning
process is an interaction / process of communication between the teacher and students and
between students and students. Intertwined communication should be reciprocal
communication created in such a way, so that the message conveyed in the form of the subject
matter will be effective and efficient. Students as the subject of learning must play an active
role in learning. the activeness of students is assessed from their role in learning, such as
asking questions, answering questions, giving responses and others. In addition, the
activeness of students is a form of independent learning, namely students trying to learn
everything about their own will and ability / business, so that in this case the teacher only acts
as a mentor, motivator and facilitator. Therefore, the teacher needs to create an atmosphere
of learning that can foster an attitude of collaboration between students and other students.
The main problem in learning in formal education (school) today is the low absorption of
students. The learning process to this day is still dominated by teachers and does not provide
access for students to develop independently through discovery in the process of thinking.
According to Dimyati and Mudjiono (2002) the dominance of teachers in the learning process
causes students to be passively involved, students are more waiting for the presentation of the
teacher rather than looking for and finding their own knowledge, skills and attitudes they
need during the learning process. Therefore, it is necessary to apply new learning strategies
that can make students actively participate in learning. One active learning strategy
developed by Silberman (2011) is true or false active learning strategies. The learning steps
in the true or false active learning strategy will activate students from the beginning of
learning which will stimulate students to think and motivate students to play an active role in
learning activities so that the teacher does not dominate the learning process. This strategy is
marked by the teacher making statements that are in accordance with the subject matter, half
right and the other half wrong. Then students discuss in their groups to state whether the
statement is true or false. By discussing students can exchange opinions. According to
Silberman (2011) by listening to various opinions, students will be challenged to think. our
brain will do a better learning process if we discuss information with other people. When the
learning process is passive, the brain cannot store information properly. In answering
questions, students are required to give reasons why they answer correctly and why they
answer wrongly. This is so that students do not guess when answering and will make students
better understand the material. Then the results of the group discussion will be presented in
front of the class, students are given the opportunity to ask questions, answer questions and
respond or give opinions. This will activate students more in learning and can train students'
courage. According to Silberman (2011), learning activities carried out with the activities of
students themselves will cause a knowledge to be more meaningful and can last a long time in
memory of students so that the learning outcomes achieved will be better. Based on the results
of the study obtained values from the first and second cycles in a row - according (77.33%),
and (80.00%).

1
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol IX, No. 2, Oktober 2018
eISSN 2579-9525

Kata Kunci : Active Learning Strategy, true or false

2
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol IX, No. 2, Oktober 2018
eISSN 2579-9525

PENDAHULUAN mereka butuhkan saat proses


Pembelajaran adalah suatu sistem yang pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan
bertujuan untuk membantu proses belajar adanya penerapan strategi pembelajaran
peserta didik, yang berisi serangkaian baru yang dapat membuat peserta didik
peristiwa yang dirancang, disusun ikut aktif dalam pembelajaran. Salah satu
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan strategi pembelajaran aktif yang
mendukung terjadinya proses belajar dikembangkan oleh Silberman (2011)
peserta didik (Firdaus, 2012). Menurut adalah strategi pembelajaran aktif tipe true
Nasution (2000) proses pembelajaran or false. Langkah-langkah pembelajaran
merupakan interaksi/proses komunikasi dalam strategi pembelajaran aktif tipe true
antara guru dengan peserta didik dan or false akan mengaktifkan peserta didik
antara peserta didik dengan peserta didik. sejak awal pembelajaran yang akan
Komunikasi yang terjalin hendaknya merangsang peserta didik untuk berfikir
merupakan komunikasi timbal balik yang dan memotivasi peserta didik untuk
diciptakan sedemikian rupa, sehingga berperan aktif dalam aktifitas belajar
pesan yang disampaikan dalam bentuk sehingga guru tidak terlalu mendominasi
materi pelajaran berlangsung efektif dan proses pembelajaran. Strategi ini ditandai
efisien. Peserta didik sebagai subjek dengan guru membuat pernyataan-
belajar harus berperan aktif dalam pernyataan yang sesuai dengan materi
pembelajaran. Keaktifan peserta didik pelajaran, separuh benar dan separuhnya
dinilai dari peranannya dalam lagi salah. Kemudian peserta didik
pembelajaran, seperti bertanya, menjawab berdiskusi dalam kelompoknya untuk
pertanyaan, member tanggapan dan lain- menyatakan apakah pernyataan tersebut
lain. Disamping itu, keaktifan peserta didik benar atau salah. Dengan berdiskusi
merupakan bentuk pembelajaran mandiri, peserta didik dapat saling bertukar
yaitu peserta didik berusaha mempelajari pendapat. Menurut Silberman (2011)
segala sesuatu atas kehendak dan dengan mendengarkan beragam pendapat,
kemampuannya/usahanya sendiri, peserta didik akan tertantang untuk
sehingga dalam hal ini guru hanya berfikir. Otak kita akan melakukan proses
berperan sebagai pembimbing, motivator belajar yang lebih baik jika kita membahas
dan fasilitator. Oleh karena itu, guru perlu informasi dengan orang lain. Ketika proses
menciptakan suasana belajar yang dapat belajar pasif, maka otak tidak dapat
menumbuhkan sikap bekerjasama antara menyimpan informasi dengan baik. Dalam
peserta didik satu dengan peserta didik menjawab soal pernyataan, peserta didik
lainnya. Masalah utama dalam diharuskan untuk memberikan alas an
pembelajaran pada pendidikan formal mengapa menjawab benar dan mengapa
(sekolah) dewasa ini adalah masih pula menjawab salah. Hal ini bertujuan
rendahnya daya serap peserta didik. Proses agar peserta didik tidak asal tebak dalam
pembelajaran hingga dewasa ini masih menjawab dan akan membuat peserta didik
didominasi oleh guru dan tidak lebih memahami materi. Kemudian hasil
memberikan akses bagi peserta didik untuk diskusi kelompok akan dipresentasikan di
berkembang secara mandiri melalui depan kelas, peserta didik diberikan
penemuan dalam proses berfikirnya. kesempatan bertanya, menjawab
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) pertanyaan dan menanggapi atau
dominasi guru dalam proses pembelajaran memberikan pendapat. Hal ini akan lebih
menyebabkan peserta didik terlibat secara mengaktifkan peserta didik dalam
pasif, peserta didik lebih banyak pembelajaran dan dapat melatih
menunggu sajian dari guru dari pada keberanian peserta didik. Menurut
mencari dan menemukan sendiri Silberman (2011), kegiatan belajar yang
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dilakukan dengan aktivitas peserta didik

3
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol IX, No. 2, Oktober 2018
eISSN 2579-9525

sendiri akan menyebabkan suatu 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
pengetahuan lebih bermakna dan dapat Peneliti melakukan penjumlahan nilai
bertahan lama diingatan peserta didik yang diperoleh siswa yang selanjutnya
sehingga hasil belajar yang dicapai akan dibagi dengan jumlah siswa yang ada di
lebih baik. kelas tersebut sehingga diperoleh rata –
rata tes formatif dapat dirumuskan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan (action research), karena Dengan : = nilai rata – rata
penelitian ini dilakukan untuk : = jumlah semua nilai
memecahkan masalah pelajaran di kelas. siswa
Penelitian ini juga termasuk penelitian : = jumlah peserta didik
deskriptif, sebab menggambarkan 2. Untuk ketuntasan belajar
bagaimana suatu tekhnik pembelajaran Ada dua kategori ketuntasan belajar
diterapkan dan bagaimana hasil yang yaitu secara perorangan dan secara
diinginkan dapai dicapai. Tempat klasikal. Berdasarkan petunjuk
penelitian adalah tempat yang digunakan pelaksanaan belajar mengajar, seorang
dalam melakukan penelitian untuk siswa telah tuntas belajar bila telah
memperoleh data yang diinginkan. mencapai skor 75% atau nilai 75. Dan
Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 2 kelas tersebut tuntas belajar bila di kelas
Pekanbaru. Waktu penelitian adalah waktu tersebut terdapat 75% yang telah mencapai
berlangsungnya penelitian atau saat daya serap lebih dari atau sama dengan
penelitian ini berlangsung. Penelitian ini 80%. Untuk menghitung presentase
dilaksanakan pada awal bulan Agustus ketuntasan belajar digunakan rumus
sampai pertengahan bulan September sebagai berikut :
2016. Subyek penelitian adalah peserta P=
didik kelas X MIPA 1 tahun 2016 pada
x
pokok bahasan Teks Eksposisi.
100%
Tekhnik Analisa Data
Untuk mengetahui kefektivan suatu HASIL DAN PEMBAHASAN
metode dalam kegiatan pembelajaran perlu Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di
diadakan analisa data. Pada penelitian ini kelas X MIPA 1 SMA Negeri 2
menggunakan tekhnik analisa deskriptif Pekanbaru pada semester ganjil tahun
kuantitatif, yaitu suatu metode penelitian ajaran 2016/2017 yang berjumlah 30 orang
yang bersifat menggambarkan kenyataan peserta didik, terdiri dari 10 peserta didik
atau fakta sesuai dengan data yang laki-laki dan 20 peserta didik perempuan.
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui Penelitian dilaksanakan Peneliti Dra. Hj.
hasil belajar yang dicapai siswa juga untuk Nurmaini dan Dra. Murniati. Dimana Dra.
memperoleh respon siswa terhadap Hj. Nurmaini sebagai pelaksana tindakan
kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa sedangkan Dra. Murniati sebagai observer.
selama proses pembelajaran. Untuk Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus,
menganalisis tingkat keberhasilan atau setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan
presentase keberhasilan siswa setelah dengan alokasi waktu setiap pertemuan
proses belajar mengajar setiap putarannya adalah 2 x 45 menit dan diamati oleh
dilakukan dengan cara memberikan observer yang melakukan observasi
evaluasi berupa soal tes tertulis pada akhir terhadap aktivitas peserta didik dan guru
putaran. selama berlangsungnya proses
Analisis ini dihitung dengan menggunakan pembelajaran dengan menggunakan
statistik sederhana yaiu : lembar observasi.Penelitian bertujuan

4
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol IX, No. 2, Oktober 2018
eISSN 2579-9525

untuk meningkatkanhasil belajar bahasa revisi pada siklus 1, sehingga kesalahan


indonesia peserta didik dengan atau kekurangan pada siklus 1 tidak
menerapkan strategi pembelajaran aktif terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
tipe true or false pada pokok bahasan teks (observasi) dilaksanakan bersamaan
eksposisi. Data yang diperoleh dalam dengan pelaksanaan belajar mengajar.
penelitian ini adalah hasil pengamatan diperoleh nilai rata – rata hasil belajar
aktivitas peserta didik dan guru setiap kali peserta didik adalah 84.63 dan ketuntasan
pertemuan dan nilai posttest yang belajar mencapai 100% atau ada 30 orang
diberikan setiap akhir siklus dalam bentuk peserta didik dari 30 peserta didik yang
essay dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. sudah tuntas belajar. hasil ini menunjukkan
Data yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar
merupakan data hasil penerapan strategi secara klasikal telah mengalami
pembelajaran aktif tipe true or false peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I.
terhadap peserta didik selama proses Adanyan peningkatan hasil belajar peserta
pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan didik ini karena peserta didik sudah mulai
kegiatan belajar mengajar untuk siklus 1 terbiasa dengan strategi pembelajaran aktif
dilaksanakan pada tanggal 04 Agustus tipe true or false yang diterapkan oleh
2016 di kelas X MIPA 1 dengan jumlah guru. Disamping itu kemampuan guru
peserta didik 30 orang. Dalam hal ini dalam pengelolaan proses belajar mengajar
peneliti bertindak sebagai guru. Adapun semakin mantap sehingga hasilnya pun
proses belajar mengajar mengacu pada hasil belajar peserta didik semakin
rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. meningkat
Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar Pembahasan
mengajar. Pada akhir proses belajar Peningkatan hasil belajar peserta didik
mengajar diberi tes formatif 1 dengan dengan penerapan strategi pembelajaran
tujuan untuk mengetahui tingkat aktif tipe true or false terjadi karena
keberhasilan peserta didik dalam proses peserta didik terlibat aktif dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. pembelajaran, yaitu dimulai ketika peserta
dijelaskan bahwa dengan menerapkan didik dalam kelompoknya berdiskusi
strategi pembelajaran aktif tipe true or dalam merumuskan alasan yang tepat
false diperoleh nilai rata – rata hasil belajar untuk setiap pernyataan yang dianggap
peserta didik adalah 77,66 dan ketuntasan benar atau salah, serta mengemukakan
belajar mencapai 73.33% atau ada 22 pendapat dan menanggapi pertanyaan
peserta didik dari 30 peserta didik yang ketika presentasi. Silberman (2011)
sudah tuntas belajar. hasil tersebut mengatakan bahwa pembelajaran aktif
menunjukkan bahwa pada siklus pertama meliputi berbagai cara untuk membuat
secara klasikal peserta didik sudah tuntas peserta didik aktif sejak awal melalui
belajar, karena peserta didik yang aktivitas-aktivitas yang membangun kerja
memperoleh nilai hanya sebesar kelompok dan dalam waktu singkat
77,66. Ini lebih kecil dari presentase membuat mereka berfikir tentang materi
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar pelajaran. Pembelajaran aktif sangat
75%. Pelaksanaan kegiatan belajar diperlukan oleh peserta didik untuk
mengajar untuk siklus II dilaksanakan mendapatkan hasil belajar yang
pada tanggal 19 Agustus 2016 di kelas X maksimum. Ketika peserta didik pasif atau
MIPA 1 dengan jumlah peserta didik hanya menerima dari pengajar, ada
sebanyak 30 orang. Dalam hal ini peneliti kecenderungan untuk cepat melupakan apa
bertindak sebagai guru. Adapun proses yang telah diberikan. Ketika berdiskusi
belajar mengajar mengacu pada rencana peserta didik diberi keleluasaan tentang
pembelajaran dengan memperhatikan bagaimana cara menyelesaikan tugas

5
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol IX, No. 2, Oktober 2018
eISSN 2579-9525

dalam kelompoknya, selain dapat aktif dan produktif dalam kelompok adalah
mengarahkan peserta didik untuk lebih dengan penugasan secara acak. Saat
mudah bertanya dan mengeluarkan presentasi berlangsung, peserta didik dari
pendapat, strategi ini dapat menumbuhkan kelompok lain diberikan kesempatan untuk
rasa tanggung jawab peserta didik untuk bertanya, mengeluarkan pendapat atau
menyelesaikan tugas. Firdaus (2012) menanggapi hasil diskusi dari kelompok
mengatakan bahwa pentingnya tujuan penyaji. Keterlibatan peserta didik dalam
kelompok dan tanggung jawab individu bertanya, mengeluarkan pendapat ataupun
merupakan motivasi bagi peserta didik menanggapi, memperlihatkan peran aktif
untuk membantu satu sama lain dan saling peserta didik dalam mengikuti proses
mendorong untuk melakukan usaha yang pembelajaran. Hal ini dapat menimbulkan
maksimal. Salah satu contoh pernyataan motivasi dalam diri peserta didik dalam
pada penerapan strategi pembelajaran aktif mengikuti proses pembelajaran di kelas.
tipe true or falseyang didiskusikan oleh Menurut Firdaus (2012), dalam belajar,
peserta didik pada pertemuan ketiga yaitu sangat diperlukan adanya motivasi. Makin
“kalimat nominal”. Setiap peserta didik tepat motivasi yang diberikan, akan makin
berdiskusi dan bekerjasama dalam berhasil pula kegiatan pembelajaran. jadi
kelompoknya masing-masing dalam motivasi akan senantiasa menentukan
mencari informasi dari sumber belajar intensitas usaha belajar bagi para peserta
yang ada untuk menentukan pernyataan didik, sehingga hasil belajar yang diraih
tersebut benar atau salah disertai dengan akan lebih baik. Ada beberapa kendala
alasannya. Penjabaran alasan merupakan yang dihadapi dalam penerapan strategi
aktivitas yang dapat mengembangkan pembelajaran aktif tipe true or false pada
berfikir kritis. Ketika berfikir kritis, pokok bahasan teks eskposisi diantaranya
peserta didik akan berusaha menganalisa yaitu pada pertemuan pertama, masih ada
berdasarkan fakta-fakta yang telah mereka kelompok yang belum mengerti tentang
dapatkan. Menganalisa dan berfikir kritis cara penerapan strategi pembelajaran aktif
merupakan salah satu ciri aktivitas mental tipe true or false pada pokok teks
dalam proses pembelajaran (Sardiman, eksposisi. Untuk mengatasi masalah
2011). Merumuskan alasan yang tepat, tersebut, peneliti menjelaskan kembali
maka peserta didik telah mampu tentang cara penerapan strategi
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. pembelajaran aktif tipe true or false pada
Budiningsih (2005) mengemukakan bahwa pokok bahasan teks eksposisi dan
jika peserta didik mampu mengkonstruksi memberikan beberapa contoh pernyataan
pengetahuannya sendiri, maka beserta alasannya. Selain itu, masih
pengetahuan dan pemahaman peserta didik banyak peserta didik yang belum terlibat
tersebut akan meningkat. Hasil diskusi dari aktif berdiskusi dalam kelompoknya. Hal
tiap kelompok akan dipresentasikan di ini terjadi karena masih kurangnya rasa
depan kelas dengan cara diundi baik tanggung jawab mereka terhadap tugas
kelompok maupun perwakilan kelompok yang diberikan. Untuk mengatasi masalah
yang akan mempresentasikan hasil tersebut, guru memberitahukan kepada
diskusinya. Hal ini bertujuan untuk seluruh peserta didik bahwa hasil diskusi
mencegah tugas hanya dilakukan oleh akan dipresentasikan di depan kelas
beberapa orang saja. Selain itu akan dengan cara diundi, baik kelompok yang
mendorong peserta didik untuk lebih tampil maupun peserta didik sebagai
menguasai materi untuk mewakili perwakilan kelompoknya. Hal ini
kelompoknya dalam mempresentasikan bertujuan untuk menanamkan rasa
hasil diskusi. Hal ini sesuai dengan yang tanggung jawab kepada masing-masing
dikemukakan Silberman (2011) bahwa peserta didik untuk menyelesaikan tugas
salah satu cara agar peserta didik belajar dengan cara bekerjasama. Kelompok akan

6
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol IX, No. 2, Oktober 2018
eISSN 2579-9525

memastikan semua anggotanya telah Arikunto, S., 2005, Dasar-dasar Evaluasi


mempelajari materi, karena keberhasilan Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
kelompok bergantung pada semua Budiningsih, A.C., 2005, Belajar dan
anggotanya. Oleh karena itu anggota Pembelajaran, Asdi Mahasatya,
kelompok akan termotivasi untuk saling Jakarta.
mengajarkan (Firdaus, 2012). Pada Depdiknas, 2006, Petunjuk Teknis
pertemuan terakhir, kelompok yang terbaik Pengembangan Silabus dan
akan diumumkan di depan kelas. Hal ini Contoh/Model Silabus SMA/MA,
bertujuan untuk meningkatkan motivasi BSNP, Jakarta.
peserta didik dalam belajar. Setiap peserta Dimyati dan Mujiono, 2002, Belajar dan
didik dalam kelompoknya akan lebih aktif pembelajaran, Departemen
dan lebih serius dalam menyelesaikan Pendidikan dan Kebudayaan,
tugas yang diberikan guru. Hal ini sesuai Jakarta.
dengan yang dikemukakan oleh Uno Djamarah, 2006, Strategi Belajar
(2008) bahwa membuat suasana Mengajar,Rineka Cipta, Jakarta.
persaingan yang sehat diantara peserta Firdaus, T., 2012, Pembelajaran Aktif,
didik menimbulkan upaya belajar yang Elmatera, Yogyakarta.
sungguh-sungguh. Hartono, 2011, PAIKEM, Zanafa,
Pekanbaru.
KESIMPULAN Ibrahim, M., 2000, Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dan Kooperatif, University Press,
pembahasan dapat disimpulkan sebagai Universitas Negeri Surabaya.
berikut : Nasution,S., 2000, Belajar dan
a) Penerapan strategi pembelajaran aktif Mengajar,Bumi aksara, Bandung.
tipe true or false dapat meningkatkan Nazir, 2005, Metode Penelitian, Ghalia
hasil belajar peserta didik dengan Indonesia, Jakarta.
persentase pada siklus I sebesar Sanjaya, W., 2008, Strategi Pembelajaran
77,63%, dan siklus II sebesar Berorientasi Standar Proses
84.63%. Pendidikan,Kencana, Jakarta.
Sardiman, 2011, Interaksi dan Motivasi
DAFTAR PUSTAKA Belajar Mengajar, Raja
GrafindoPersada, Jakarta
.

7
ISSN 1411-3570
Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol IX, No. 2, Oktober 2018
eISSN 2579-9525

You might also like