You are on page 1of 10

Penerapan Pembelajaran Aktif Untuk Meningkatkan hasil Belajar Peserta

Didik Madrasah Aliyah Al Badar Bilalang Parepare

Faesal1, Nasruddin2
Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah
Email : faesal@iainpare.ac.id1, nasruddin@iainpare.ac.id2

Abstract
In the learning process it can be said to be successful if students get final results that
meet predetermined weights, to obtain this it is necessary to do the right strategy,
active learning as a strategy to make students active in the learning process can
improve student learning outcomes, this article aims to knowing the application of
active learning to improve student learning outcomes, the author has conducted face-
to-face learning at MTs DDI Taqwa Parepare starting from November 7 to November
30, 2022, with class VIII objects, in the application of active learning that has been
carried out by the author there are still many deficiencies due to several factors both
internal and external but the author tries to make learning successful, active learning
is declared successful if students have obtained a final score of 70 and above.
Key words : aktive learning, strategy, learning outcomes, improve

Abstrak
Dalam proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika siswa mendapat hasil akhir
yang memenuhi bobot yang telah ditentukan, untuk memperoleh hal tersebut maka
perlu dilakukan strategi yang tepat, aktive learning sebagai startegi untuk membuat
siswa aktif dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa, artikel
ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran aktif untuk meningkatkan
hasil belajar siswa, penulis telah melakukan pembelajaran tatap muka di MA Al Badar
Bilalang Parepare dimulai dari tanggal 03 Oktober sampai dengan 03 November
2023, dengan objek kelas XII , dalam penerapan pembelajaran aktif yang telah
dilakukan penulis masih banyak terjadi kekurangan diakibatkan beberapa faktor baik
internal maupun eksternal namun penulis berusaha agar pembelajaran bisa berhasil,
pembelajaran aktif dinyatakan berhasil jika siswa sudah memperoleh nilai akhir 75
keatas.
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan pendidikan berperan penting dalam perkembangan seseorang
pendidikn merupakan suatu usaha untuk membentuk mental, mengembangkan potensi
diri, minat, bakat, serta kepercayaan diri, dan untuk meningkatkan kecerdasan.
Dengan mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai salah satu icon penting kehidupan
masyarakat perlu dilakukan upaya-upaya aktualisasi menuju masa depan yang baik
(Nasution, 2015 :1). Mengatur pemberian pendidikan bagi masyarakat di Indonesia,
telah dirangkum dalam beberapa kurikulum pendidikan yang dijalankan oleh setiap
penyelenggara proses pendidikan di Indonesia. Pernyataan tersebut dikuatkan dalam
UURI No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1,yakni
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara” (Aisyatur, 2017 :109).[1]
Proses belajar mengajar dikelas sering kali diartikan dengan proses guru
menjelaskan materi dan seluruh siswa menyimak, yang akan memberikan hasil belajar
dari siswa yang begitu-begitu saja, untuk adanya perubahan dan terjadinya
peningkatan siswa seharusnya dilibatkan secara aktif didalam kelas, hal ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk tanya jawab , berdiskusi, dan
menggunakan pengetahuan baru yang mereka didapat.[2] Oleh sebab itu guru
diharapkan memberikan strategi baru dalam proses pembelajaran yang bisa membuat
siswa lebih aktif dalam proses belajar, E. Mulyasa mengatakan lima strategi yang
dianggap relevan dengan ketentuan kurikulum diantaranya : Learning, Role Playing ,
Mastery Learning ,Contextual Teaching, Modular Instruction, Participative Teaching
And Learning, Mastery Learning, Modular Instruction, [3]
Selain permasalah diatas sikap siswa yang beranggapan pelajaran sejarah
kebudayaan islam adalah pelajaran yang tidak mudah juga membuat siswa cenderung
tidak memperoleh bobot yang telah ditentukan, hal ini berarti guru harus bisa
memberikan motivasi dan menumbuhkan semangat baru bagi siswa agar mereka mau
semangat dan aktif untuk belajar, siswa yang mempunyai motivasi untuk belajar maka
juga terdorong untuk aktif dalam pembelajaran, karena adanya ketertarikan serta
semangat ingin mengetahui sesuatu dan tidak merasa bosan selama proses
pembelajaran,[4] keaktifan peserta didik dalam proses belajar mengajar akan
menyebabkan interaksi yang tinggi antara pendidik dengan siswa, atau dengan siswa
itu sendiri (Effendi, 2016). Hal tersebut akan membuat suasana ruang belajar menjadi
kondusif dan setiap peserta didik bisa menampilkan kemampuannya [5]
Pembelajaran aktif adalah istilah yang menunjukkan proses belajar dimana
siswa secara mental ikut dalam suatu tugas (Kumara, 2004). sehubungan dengan
pandangan teori kognitif, active learning juga memiliki pandangan bahwa yang
menjadi fokus dalam belajar adalah aktivitas mental siswa. Dapat dikatakan bahwa
pembelajaran active learning adalah pembelajaran yang memegang peranan penting
adalah aktivitas kognitif mahasiswa.[6] Pembelajaran aktif learning dimaksudkan
untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh para siswa,
sehingga semua siswa bisa mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan
karakteristik pribadi yang dimiliki siswa. Selain itu pembelajaran aktif learning juga
dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap fokus pada proses
belajar mengajar.
Hasil belajar siswa adalah bukti keberhasilan suatu proses pembelajaran sesuai
dengan bobot yang telah dicapai, strategi pembelajaran ini bisa meningkatkan
ketertarikan peserta didik dan hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu Untuk
mengatasi seluruh permasalahan yang telah diuraikan diatas dibuat penelitian yang
berjudul “Penerapan Pembelajaran Aktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siwa
Madrasah Aliyah Al Badar Bilalang Parepare”[7]
B. Pembahasan
Kata pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar.
Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada peserta didik,
sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh pendidik. Jadi, istilah
pembelajaran merupakan gabungan dari kata belajar dan mengajar. Dengan defenisi
lain, pembelajaran merupakan pbentuk sederhana dari kata belajar dan mengajar
(BM), proses belajar mengajar (PMB), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).
Hasil belajar dapat dimaknai seebagai perubahan-perubahan yang terjadi pada
diri peserta didik, baik hal yang berupaa aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Defenisi mengenai hasil belajar
sebagaimana dijelaskan sebelumnya dipertegas lagi oleh Nawawi dalam K.Brahim
(2007:39) yang mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dimaknai sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi belajar disekolah yang dinyatakan
dalam skor yang didapat dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajarn tertentu.
Yang dimaksud dengan pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang
menekankan keaktifan pesera didik untuk mengalami sendiri, untuk proses berlatih,
untuk melakukan kegiatan sehingga baik dengan daya pikir, emosional dan
keterampilan peserta didik; belajar dan berlatih. Guru adalah fasilitator, suasana
ruang belajar demokratis, kedudukan guru adalah pembimbing dan pemberi arah,
siswa adalah obyek sekaligus subyek dan siswa bersama-sama saling mengisi
kegiatan, belajar aktif dan kreatif. [8]
Pandangan Soegeng (2012), pembelajaran aktif merupakan kegiatan proses
belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dalam melakukan suatu hal dan
memikirkan apa yang sedang peserta didik lakukan. Sedangkan pandangan Zaini,
Munthe dan Aryani (2002), pembelajaran aktif merupakan proses belajar dimana
peserta didik memperoleh kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktivitas
belajar, seperti hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga termotivasi
untuk menyimpulkan pemahaman dibanding hanya sekedar menerima pelajaran yang
diberikan. Serta pandangan Warsono dan Hariyanto (2012), pembelajaran aktif
merupakan metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik dengan aktif dalam
proses belajar mengajar Pembelajaran aktif sebisa mungkin sesuai dengan kondisi
siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir
mengenai apa yang dapat dilakukan mereka selama pembelajaran.
Active learning mewajibkan siswa berpartisipasi dalam proses belajar mengajar
dengan mengikut sertakan diri dalam beberapa jenis kegiatan diantaranya secara fisik
mereka merupakan bagian dari proses belajar tersebut. Secara sederhana active
learning adalah learning by doing.[9]
Pembelajaran aktif telah ada pada masa Socrates sebagai salah satu pencetus
utama di antara banyaknya guru progresif seperti John Dewey yang berpendapat
bahwa secara harfia belajar adalah proses yang aktif .[10]
Kegiatan proses mengajar dalam konteks active learning akan sering melibatkan
para ssiwa secara active untuk meningkatkan kemampuan dan penalaran berupa
mengerti, menyimak, menginterprestasikan konsep, membuat penelitian, melakukan
penelitian, mempresentasikan hasilnya dan seterusnya, sesuai dengan sprosedur atau
langkah-langkah yang teratur dan urut.[11]
Dari penjelasan tersebut, bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan pendekatan belajar aktif merupakan suatu cara atau strategi pembelajaran
yang menentukan keaktifan dan partisipasi para siswa seefektif mungkin sehingga
para siswa bisa mengubah perilakunya secara efektif dan efisien didalam
kehidupannya sehari-hari.[12]
Karakteristik pembelajaran aktif menurut Menurut Bonwell (dalam
Habibi,2010) diantaranya:
a) penekanan proses belajar mengajar bukan pada penyampaian informasi oleh
pendidik melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran terhadap tema
atau permasalahan yang dipelajari;
b) siswa tidak hanya belajar secara pasif melainkan mengerjakan hal yang
berhubungan dengan materi pelajaran;
c) penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan perilaku berkenaan dengan materi ajar;
d) siswa lebih banyak diharuskan untuk berpikir kritis, menganalisa serta melakukan
evaluasi;
e) hasil nalik yang lebih cepat akan terjadi pada proses belajar mengajar.
Belajar mengjar secara active learning menurut Ali Muhtadi (2009) dalam
implementasinya dapat diketahui 8 tahap proses belajar, yaitu: 1) orientasi, 2)
pembuatan kelompok, 3) tugas kerja kelompok, 4) eksplorasi, 5) presentasi materi
dalam ruang belajar, 6) pengecekan pengetahuan dan pendalaman materi, 7) refleksi
dan umpan balik, dan 8) evaluasi [6]
Adapun ciri-ciri aktif learning menurut Effendi (2013), adalah:
1. Keadaan ruang belajar menarik para siswa membuat proses pembelajaran dengan
bebas tapi terkondisikan.
2. Guru bukan melakukan lebih banyak pembahsan bicara melainkanlebih banyak
memberikan sugesti unutk berfikir para siswa guna menyelesaikan persoalan.
3. guru memberikan dan mengupayakan bahan ajar untuk para siswa,dapat sumber
tertulis, sumber manusia, seperti siswa itu sendiri menjelaskan masalah kepada siswa
yang lain, berbagai media yang diperlukan, alat bantu mengajar, termasuk guru
sendiri sebagai sumber belajar.
4. Proses pembelajaran siswa beragam, ada proses yang bentuknya bersama-sama
dilakukan oleh semua siswa, ada proses belajar yang dilakukan secara kelompok
dalam bentuk diskusi dan ada juga kegiatan belajar yang mesti dilakukan secara
masing-masing peserta didik atau secara mandiri. Penetapan proses belajar tersebut
diatur oleh pendidik secara sistematik dan terencana.
5. Guru memposisikan dirinya menjadi pembimbing untuk semua siswa yang
memerlukan uluran tangan ketika mereka menghadapi masalah dalam belajar.
6. Situasi dan kondisi ruang belajar tidak kaku terikat dengan susunan yang mati,
melainkan sewaktu-waktu bisa dirubah sesuai dengan keperluan peserta didik.
7. Belajar bukan hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang diperoleh peserta didik
tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar yang dilakukan peserta didik
8. Adanya keberanian siswa mengemukakan pendapatnya melalui pertanyaan atau
pernyataan idenya, baik yang diajukan kepada guru maupun kepada siswa lainnya
dalam pemecahan masalah belajar.
9. Pendidik senantiasa menghargai pendapat peserta didik terlepas dari benar atau salah.
Bahkan pendidik harus mendorong peserta didik agar selalu mengajukan pendapatnya
secara bebas.
Prinsip Pembelajaran aktif sama dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) atau
ALIS (Active Learning In School).
1. Prinsip melakukan, yang dalam CBSA disebut belajar sambil bekerja, pada dasarnya
proses belajar ini harus menjadikan peserta didik berbuat sesuatu, tidak hanya tinggal
diam.
2. Prinsip menggunakan semua alat indra ,bahwa dalam belajar mengajarhendaknya
mengaktifkan semua alat indra untuk memperoleh informasi atau pengetahuan.
Dengan mengerahkan semua indra (sejauh mungkin) peserta didik akan memperoleh
pengetahuan atau informasi yang lebih mengesankan, bukan sekedar hafalan, dan
tidak mudah untuk dilupakan.
3. Prinsip eksplorasi lingkungan, dimaksudkan pembelajaran aktif memanfaatkan alam
sekitar sebagai sarana media atau sumber belajar. Alam sekitar itu dapat seperti objek
(benda-benda), tempat (situasi dan kondisi), kejadian atau peristiwa dan ide atau
gagasan.
Selain ciri-ciri dan prinsip active learning juga memiliki Tujuan diantaranya
bisa mengembangkan keaktifan dan pemahaman peserta didik, serta proses belajar
aktif yang mengasikkan akan memotivasi dan mengembangkan semangat belajar
peserta didik untuk menjadi yang terbaik seperti di dalam sebuah permainan dalam
pembelajaran, kegiatan-kegiatan kerja bersama juga bisa mengembangkan
keberanian, kerja sama dan rasa tanggung jawab pada kelompoknya. Cara
pembelajaran yang lebih berfokus pada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
akan lebih membuat terkesann dan mudah untuk diingat, yang menjadikan mereka
kepada tujuan pembelajaran dengan sukses.[13]
a. Silberman mengemukakan kelebihan strategi pembelajaran aktif adalah
1) membuat peserta didik aktif dari pertama
2) bekerja sama kelompok : menjadikan peserta didik mengtahui masing-masing
diantaranya atau membuat semangat bekerja tim dan sama-sama
membutuhkan.
3) Membuat kegiatan pembelajaran dengan langsung yang pada akhirnya
memberikan ketertarikan awal dengan proses belajar.
4) membuat peserta didik memperoleh ilmu, kemampua, serta perilaku.
5) kegiatan pembelajaran dalam ruang kelas dipenuhi : ajaran yang dipimpin
langsung oleh pendidik yang memperhatikan semua peserta didik.
6) Pemecahan masalah dikelas : percakapan serta adu argumen mengenai
permasalahan-permasalahan utama.
7) Membuat proses pembelajaran selalu diingat
8) Bisa mengembangkan dan mempercayai sesuatu yang sudah dipelajari bisa
memberikan perubahan sikap.
9) Bisa memilih bagaimana peserta didik akan melakukan ulang belajarnya
setelah proses pembelajarann selesai.
10) Dapat mengemukakan pendapat, pemikiran dan permasalahan yang dihadapi
peserta didik.[14]
Dari beberapa pendapat tentang kelebihan active learning tersebut
diketahui dengan jelas bahwa kelebihan strategi dalam active learning dapat
membantu serta melatih peserta didik lebih aktif dan melatih komunikasi dan
hubungan satu sama lain pada pembelajaran. Tapi demikian, setiap strategi tidak ada
yang sempurna. Strategi active elarning juga memiliki beberapa kekurangan
didalamnya.[15]
Kekurangan dari active learning yaitu diantaranya:
1. Suasana ribut di kelas karena dari aktivitas yang disebabkan oleh
activelearning yang sering kali bisa mengacaukan keadaan pembelajaran.
2. Konsep pembelajaran aktif yang mengasikkan juga bisa menjadikan siswa
lebih lebih memilih hanya untuk bermain dan tidak mengingat tugas utamanya
untuk belajar
C. Kesimpulan
Pembelajaran aktif merupakan proses belajar mengajar yang menekankan
keaktifan peserta didik untuk terlibat sendiri, untuk berlatih, sehingga baik dengan
daya pikir, emosional dan keterampilannya peserta didik. guru adalah fasilitator,
suasana kelas demokratis, posisi pendidik, peserta didik adalah obyek sekaligus
subyek dan peserta didik bersama-sama saling mengisi kegiatan, belajar aktif dan
kreatif. Tujuan model pembelajaran aktif merupakan bisa mengembangkan keaktifan
dan pemahaman siswa, kemudian proses belajar aktif yang mengasikkan akan
memotivasi, Hasil dari belajar siswa adalah bukti keberhasilan suatu proses belajar
mengajar sesuai dengan bobot yang telah dicapai.

\
DAFTAR PUSTAKA
[1] J. P. Sendratasik, “Jurnal pendidikan sendratasik,” pp. 1–13.
[2] P. Strategi et al., “Wiwin Yuliani, 2016 PENGARUH STRATEGI ACTIVE
LEARNING TERHAD AP KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA KELAS V SD
LABORATORIUM UPI CIBIRU Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu,” pp. 1–9, 2016.
[3] K. Hastuti, “Penerapan Strategi Active Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Bahasa Inggris Siswa Kelas X IPS . 1 SMA Negeri 14 Pekanbaru,” vol. 05, no. 01, pp.
374–386, 2022.
[4] Hasan Baharun, “Jurnal Pendidikan Pedagogik, Vol. 01 No. 01 Januari-Juni 2015,”
PENERAPAN PEMBELAJARAN Act. Learn. UNTUK Meningkat. Has. BELAJAR
SISWA DI MADRASAH, J. Pendidik. Pedagog. Vol. 01 No. 01 Januari-Juni 2015, vol.
01, no. 01, p. 39, 2015.
[5] M. Brekelmans, P. Sleegers, and B. Fraser, “Teaching for Active Learning,” New
Learn., pp. 227–242, 2000, doi: 10.1007/0-306-47614-2_12.
[6] F. Kristin, “Keberhasilan belajar mahasiswa ditinjau dari keaktifan dalam perkuliahan
dengan menggunakan pembelajaran active learning,” J. Pendidik. dasar PerKhasa J.
Penelit. Pendidik. Dasar, vol. 3, no. 2, pp. 405–413, 2017.
[7] Huraiyah, “Upaya peningkatan hasil belajar bahasa inggris siswa dengan model
pembelajaran active learning,” J. Paedagogy, vol. 02, no. 02, pp. 82–86, 2015.
[8] A. I. Suryani, “MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN
BAHASA INGGRIS DI KELAS VII-1 MELALUI PENDEKATAN
PEMBELAJARAN CARA BELAJAR SISWA AKTIF DI SMP NEGERI 2 1 . 1 Latar
Belakang Masalah Suasana belajar yang menyenangkan akan membawa dampak pada
motivasi belajar,” vol. 5, no. 1, 2020.
[9] “MAKALAH_PENDEKATAN_ACTIVE_LEARNING_docx.”
[10] E. S. Nur Jannah, “Penerapan Metode Pembelajaran ‘Active Learning-Small Group
Discussion’ di Perguruan Tinggi Sebagai Upaya Peningkatan Proses Pembelajaran,”
Fondatia, vol. 3, no. 2, pp. 19–34, 2019, doi: 10.36088/fondatia.v3i2.219.
[11] A. P. M. Pembelajaran, “BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Metode
Pembelajaran,” pp. 11–59, 2012.
[12] N. Mubayyinah and M. Y. Ashari, “Efektivitas Metode Active Learning dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas X-A di SMA Darul
Ulum 3 Peterongan Jombang,” J. Pendidik. Islam, vol. 1, no. 1, pp. 75–93, 2017,
[Online]. Available: journal.unipdu.ac.id/index.php/jpi/index
[13] aditia edy Utama, “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関
連指標に関する共分散構造分析 Title,” no. 167, pp. 1–14, 2017.
[14] 2008 A. Fatah Yasin, “A. Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam ,
(Yogyakarta : Sukses Offset, 2008), Hal. 180 29,” pp. 29–53.
[15] A. K. Pustaka and M. Pedesaan, “BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1.,” pp.
18–45, 2002.

You might also like