Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Mariani, Sri Buwono, Endang Uliyanti
Abstract: The research activity of this class action done in class VI Elementary
School 03 Sungai Pinyuh Pontianak Regency because based on observations on the
process of learning in the sixth grade elementary school 03 This suggests that the
interaction of learning in the classroom just monotonous. Students are less active,
learning is teacher-centered. The response of students towards learning tends to lower,
during the process of learning takes students only silence. The purpose of this study
was to describe physical activity, mental and emotional student group work using
worksheets assisted students in learning math classes VI Elementary School 03
Sungai Pinyuh Pontianak Regency. The method used is descriptive method of
research is a classroom action research. The subjects of this study were the teacher
and all the students of class VI Elementary School District 03 Sungai Pinyuh
Pontianak totaling 19 people. The study consisted of two cycles with the overall result
that in the first cycle, the average student physical activity by 78%, then on the second
cycle increased by 11% to 89%. While the average student who does mental activity
in the first cycle by 80%, then on the second cycle increased by 18% to 98%. While
on active student emotional activity by 79%, then on the second cycle decreased by
1% to 78%.
Keywords: learning activities, group work methods, mathematics learning
Abstrak: Kegiatan penelitian Tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas VI
Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak karena berdasarkan
hasil observasi pada proses pembelajaran di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 03 ini
menunjukkan bahwa interaksi pembelajaran dalam kelas hanya bersifat monoton.
Siswa kurang aktif, pembelajaran masih berpusat pada guru. Respon siswa terhadap
pembelajaran cendrung rendah, selama proses pembelajaran berlangsung siswa hanya
diam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aktifitas fisik, mental dan
emosional siswa dengan menggunakan metode kerja kelompok berbantuan lembar
kerja siswa dalam pembelajaran matematika kelas VI Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai
Pinyuh Kabupaten Pontianak. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan Jenis penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas. Subyek dari penelitian ini
adalah guru dan seluruh siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Pinyuh
Kabupaten Pontianak yang berjumlah 19 orang. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus
dengan hasil secara keseluruhan bahwa pada siklus I, rata-rata siswa yang melakukan
aktifitas fisik sebesar 78%, kemudian pada siklus II meningkat sebesar 11% menjadi
89%. Sedangkan rata-rata siswa yang melakukan aktifitas mental pada siklus I sebesar
80%, kemudian pada siklus II meningkat sebesar 18% menjadi 98%. Sedangkan pada
aktifitas emosional siswa aktif sebesar 79%, kemudian pada siklus II menurun sebesar
1% menjadi 78%.
Kata kunci: aktifitas belajar, metode kerja kelompok, pembelajaran matematika
Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa Sekolah Dasar,
karena guru yang mengajarkan mata pelajaran matematika kadang kurang menguasai
materi dan strategi pembelajaran. Hal ini berimbas kepada peserta didik di mana rata-
rata mereka tidak paham dengan materi yang disampaikan oleh gurunya. Salah satu
masalah yang terjadi dalam pembelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar
adalah rendahnya aktivitas belajar siswa.
Selama ini penulis mengajar tidak menggunakan metode pembelajaran yang
baik dan memacu aktivitas belajar siswa, akibat yang timbul dari pembelajaran yang
terjadi di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak
adalah rendahnya aktivitas dalam proses belajar siswa selama mengajarkan materi
matematika dengan menggunakan metode ceramah sehingga yang aktif guru bukan
siswa.
Dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran di
sekolah dasar diperlukan peran serta guru yang kreatif dan aktif dalam mengelola
pembelajaran yakni, guru menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas fisik, mental dan aktivitas emosional siswa sehingga apa yang
dicapai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Dengan menggunakan metode kerja kelompok berbantuan lembar kerja siswa
diharapkan dapat meningkatkan semua komponen aktivitas belajar siswa, karena
metode kerja kelompok berbantuan lembar kerja siswa lebih melibatkan siswa dalam
proses pembelajaran, dan guru sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan
arahan dan masukan sehingga siswa dapat menguasai materi pembelajaran sesuai
yang diharapkan oleh guru. Penulis berharap dengan menggunakan metode kerja
kelompok berbantuan lembar kerja siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
secara keseluruhan. Penggunaan metode kerja kelompok berbantuan lembar kerja
siswa sangat diperlukan untuk perubahan perilaku dan karakter belajar siswa karena
membuat pembelajaran jauh lebih bermakna, menyenangkan dan responsif.
Pada dasarnya Aktivitas berasal dari kata dasar aktif. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia menyatakan aktif berarti giat bekerja atau berusaha, sedangkan
aktivitas berarti keaktifan dalam suatu kegiatan. Belajar berdasarkan aktivitas,
menurut Dave Meier (2004:9) menyatakan bergerak aktif secara fisik, mental,dan
emosional dalam proses pembelajaran, dengan memanfaatkan segala potensi indera
yang dimiliki sebanyak mungkin,dan membuat seluruh tubuh atau pikiran terlibat
dalam proses pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas merupakan
bergeraknya seluruh potensi yang ada dalam diri seseorang / siswa secara aktif, baik
fisik, mental maupun emosional dengan melihatkan pikiran dalam suatu proses
pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif pula.
Adapun gerak fisik, mental,dan emosional yang dikemukakan oleh Dave
Meier ( 2004:95) adalah sebagai berikut: (1) Aktivitas Fisik, yang meliputi: (a) aktif
dalam pembelajaran, (b) aktif mendengarkan penjelasan dan dan arahan guru, (c) aktif
dalam bertanya, (d) aktif menjawab pertanyaan guru, dan (e) membawa peralatan
yang diminta oleh guru. (2) Aktivitas Mental, yang meliputi: (a) mempersiapkan diri
untuk mengikuti pembelajaran, (b) memperhatikan dengan tekun arahan dan
penjelasan guru, (c) dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan (d)
semangat mengikuti pembelajaran. (3) Aktivitas Emosional, yang meliputi: (a) senang
mengikuti pembelajaran, (b) senang melakukan tugas yang diberikan, (c) senang
mengajukan pertanyaan, (d) senang menjawab pertanyaan, dan (e) senang kerja
kelompok dalam kegiatan pembelajaran.
Metode kerja kelompok merupakan salah satu metode mengajar yang sangat
membantu guru, karena metode kerja kelompok berusaha untuk meningkatkan kerja
sama antar siswa dalam mencapai tujuan bersama.
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (2005:63) menyatakan bahwa
“Metode kerja kelompok dalam rangka pendidikan dan pengajaran ialah kelompok
dari kumpulan beberapa individu yang bersifat pedagogis yang di dalamnya terdapat
adanya hubungan timbal balik antar individu serta sikap saling percaya. Sedangkan
menurut Sagala (dalam Isriani Hardani dan Dewi Puspitasari, 2012:23) menyatakan
bahwa metode kerja kelompok adalah bahwa siswa dalam suatu kelas dipandang
sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok-kelompok
kecil atau sub-sub kelompok.
Menurut J.J. Hasibuan dan Moedjiono (2009:24) Menyatakan bahwa metode
kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar-mengajar yang memiliki kadar
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode kerja kelompok adalah
suatu kegiatan yang melibatkan siswa secara berkelompok dalam proses pembelajaran
sehingga anak menjadi aktif.
Adapun kelebihan dan kekurangan metode kerja kelompok menurut Abu
Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (2005:64) adalah sebagai berikut:
Kelebihan dari metode kerja kelompok yaitu: (a) Dapat meningkatkan kepribadian,
seperti kerjasama, toleransi, berpikir kritis, disiplin, dan sebagainya. (b) Anak-anak
yang pandai dalam kelompoknya dapat membantu temannya memenangkan
persaingan antar kelompok. Sedangkan kekurangan dari metode kerja kelompok
yaitu: (a) Metode kelompok memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit apabila
dibandingkan dengan metode lain, misalnya dengan metode ceramah. (b) Apabila
terjadi persaingan negatif, hasil pekerjaan akan lebih memburuk.
LKS merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler
maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang
didapat (Azhar, 2011 : 78). LKS (lembar kerja siswa) adalah materi ajar yang dikemas
secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara
mandiri.
Menurut Andi Prastowo (2011:204) menyatakan bahwa Lembar Kerja Siswa
(LKS) adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik
diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam Lembar
Kerja Siswa (LKS) peserta didik akan mendapatkan materi,ringkasan, dan tugas yang
berkaitan dengan materi. Selain itu, peserta didik juga dapat menemukan arahan yang
terstruktur untuk memahami materi yang diberikan.
Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu perangkat pembelajaran
matematika yang cukup penting dan diharapkan mampu membantu peserta didik
menemukan serta mengembangkan konsep matematika. Lembar Kerja Siswa (LKS)
merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan
guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar.
Dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam pengajaran akan
membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam
pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung jawab penuh dalam memantau
siswa dalam proses belajar mengajar.
Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah
lembaran kertas yang intinya berisi informasi dan instruksi dari guru kepada siswa
agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek atau
mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk
mencapai tujuan pengajaran”.
Berdasarkan pengertian dan penjelasan awal mengenai Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang telah kita singgung pada bagian sebelumnya bahwa menurut Arsyad
(2011) Lembar Kerja Siswa (LKS) memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut:
(a) sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik, (b) sebagai bahan ajar yang mepermudah peserta didik
untuk memahami materi yang diberikan, (c) sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya
tugas untuk berlatih, dan (d) memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta
didik.
Dalam hal ini, paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan penyusunan
Lembar Kerja Siswa (LKS), yaitu: (a) menyajikan bahan ajar yang memudahkan
peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan, (b) menyajikan tugas-
tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan,
(c) melatih kemandiran belajar peserta didik, dan (d) memudahkan pendidik dalam
memberikan tugas kepada peserta didik.
Mengenai kegunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) bagi kegiatan pembelajaran,
tentu saja ada cukup banyak kegunaan. Bagi kita selaku pendidik, melalui Lembar
Kerja Siswa kita mendapat kesempatan untuk memancing peserta didik agar secara
aktif terlibat dengan materi yang dibahas.
Setiap Lembar Kerja Siswa (LKS) disusun dengan materi-materi dan tugas-
tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Karena adanya
perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing Lembar Kerja
Siswa (LKS) tersebut, hal ini berakibat Lembar Kerja Siswa (LKS) memiliki berbagai
macam bentuk. Jika kita telusuri hal tersebut, maka paling tidak kita akan menemukan
lima macam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang umumnya digunakan oleh
peserta didik, yaitu sebagai berikut: (a) Lembar Kerja Siswa (LKS) yang membantu
peserta didik menemukan suatu konsep, (b) Lembar Kerja Siswa (LKS) membantu
peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah
ditemukan, (c) Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berfungsi sebagai penuntun belajar,
(d) Lembar Kerja Siswa yang berfungsi sebagai penguatan, dan (e) Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum.
Langkah-langkah Aplikatif membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yaitu: (a)
Melakukan analisis kurikulum, (b) Menyusun peta kebutuhan Lembar Kerja Siswa
(LKS), (c) Menentukan judul-judul Lembar Kerja Siswa (LKS), (d) Penulisan Lembar
Kerja Siswa (LKS).
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses dan aktivitas belajar siswa
dalam pembelajaran KPK dan FPB dengan menggunakan metode kerja kelompok
berbantuan lembar kerja siswa di kelas VI Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Pinyuh
Kabupaten Pontianak. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan dan
mendeskripsikan tentang: (1) Kemampuan guru merencanakan pembelajaran dengan
menerapkan metode kerja kelompok berbantuan lembar kerja siswa dalam
pembelajaran KPK dan FPB siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Pinyuh
Kabupaten Pontianak, (2) Kemampuan guru menerapkan metode kerja kelompok
berbantuan lembar kerja siswa dalam pembelajaran KPK dan FPB siswa kelas VI
Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Pinyuh Kabupaten Pontianak, dan (3) Aktivitas
siswa dalam pembelajaran KPK dan FPB dengan metode kerja kelompok berbantuan
lembar kerja siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Pinyuh Kabupaten
Pontianak.
METODE PENILITIAN
Menurut Wardani (2007:17) menyatakan jenis penelitian yang digunakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu merupakan penelitian yang dilakukan
di dalam kelas sehingga terfokus penelitian ini pada kegiatan pembelajaran berupa
perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi. Oleh karena itu penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di dalam kelasnya sendiri dan
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga proses pembelajaran siswa dapat
meningkat.
Sifat penelitian yang digunakan adalah kolaborasi antara guru dan teman
sejawat dan siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri 03 Sungai Pinyuh Kabupaten
Pontianak.
Menurut Wiraatmaja dalam (Maridjo,2010:65) menyatakan penelitian ini
mengikuti tahap–tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari:
Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, Evaluasi dan Refleksi Tindakan.
Alur yang digunakan dalam PTK ini dapat dilihat melalui gambar berikut:
Permasalahan Pelaksanaan
Perencanaan
baru hasil tindakan II
tindakan II
refleksi
SIKLUS II Refleksi II
Pengamatan/
Pengumpulan data
II
Permasalahan
terselesaikan
Diagram 1
Persentase Peningkatan Aktifitas Siswa Pada Pembelajaran Metematika Dengan
Metode Kerja Kelompok Berbantuan LKS
98%
89%
80%
79%
78% 78%
Aktifitas Fisik
Aktifitas Mental
Aktifitas Emosion
Emosional
Siklus I Siklus II