You are on page 1of 64

SIMULASI DISTRIBUSI SUHU DAN POLA ALIRAN UDARA

DALAM RUMAH TANAMAN TIPE MODIFIED ARCH


MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

TITIN NURYAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Simulasi


Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam Rumah Tanaman Tipe Modified
Arch Menggunakan Computational Fluid Dynamics” adalah karya saya dengan
arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tesis ini.

Bogor, Maret 2011

Titin Nuryawati
NRP F152080041
ABSTRACT

TITIN NURYAWATI. Simulation of Temperature Distribution and Airflow


Pattern on a Modified Arch Greenhouse Using Computational Fluid Dynamics.
Supervised by HERRY SUHARDIYANTO, YULI SUHARNOTO and
HARMANTO.

In this research, the effect of wind speed on the natural ventilation of a modified
arch greenhouse was analysed by computational fluid dynamics (CFD), using the
commercial software SolidWorks of 2010. The objectives of this research were to
understand the natural ventilation on the greenhouse and develop a simulation of
temperature distribution and the airflow pattern on the modified arch greenhouse.
The experiment was carried out in a modified arch greenhouse equipped with both
top and side ventilations. Climate data and greenhouse characteristics were used
as inputs and boundary condition to develop a simulation model. Two-
dimensional simulation in a steady state with the condition of no wind speed (0.0
m/s), moderate wind speed (0.5 and 0.6 m/s) and high wind speed (1.8 m/s) were
carried out. The wind speed through the insect-proof screen was simulated as a
flow through porous media. The CFD model has succeded in predicting the
temperature distribution and airflow pattern of the greenhouse. The result of the
model showed that the greenhouse has a gradient temperature vertically and the
natural ventilation works effectively. It is proved that a small error percentage of
difference temperatures between the simulation result and the observed data (less
than 8%) was obtained. The coefficient variation was also small (0.12), with the
coefficient of uniformity of 89.76%.

Keywords: CFD, temperature distribution, modified arch greenhouse, ventilation,


simulation
RINGKASAN

TITIN NURYAWATI. Simulasi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam
Rumah Tanaman Tipe Modified Arch Menggunakan Computational Fluid
Dynamics. Dibimbing oleh HERRY SUHARDIYANTO, YULI SUHARNOTO
dan HARMANTO.

Sektor agrobisnis-agroindustri hortikultura Indonesia merupakan sektor


yang sangat penting peranannya dalam ekspor non migas dan perlu ditangani
secara serius karena sektor ini mempunyai potensi yang sangat besar dalam
peningkatan produksi dan mempunyai peluang pasar yang sangat luas, baik di
dalam maupun di luar negeri. Data Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa
nilai ekspor tahun 2009 mencapai US$ 350.505 juta untuk tanaman hias, disusul
produk sayuran sebesar US$ 20.459 juta dan produk buah-buahan sebesar US$
8.775 juta.
Penggunaan rumah tanaman yang telah disesuaikan konstruksinya dengan
iklim tropis (salah satunya adalah tipe busur termodifikasi atau modified arch)
dapat menjadi salah satu alternatif dalam pengembangan produk hortikultura di
Indonesia. Saat ini telah banyak digunakan rumah tanaman dengan bahan penutup
atap dari plastik dan penutup dinding dan bukaan ventilasi atap dari screen.
Penggunaan screen tersebut selain berfungsi sebagai ventilasi alamiah, juga
berfungsi sebagai pelindung dari hama tanaman. Screen akan mencegah serangga
masuk ke dalam rumah tanaman yang akan berimplikasi kepada penurunan
penggunaan pestisida.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja rumah
tanaman tipe modified arch di daerah tropis, dan tujuan khususnya adalah:
mempelajari ventilasi alamiah yang terjadi dan melakukan simulasi distribusi
suhu dan pola aliran udara pada rumah tanaman tipe modified arch menggunakan
Computational Fluid Dynamics (CFD).
Simulasi CFD dilakukan menggunakan software SolidWorks Office
Premium 2010. Simulasi dilakukan dalam empat kasus yaitu saat pagi hari dengan
kondisi tidak ada radiasi matahari dan kecepatan angin 0 m/detik (Kasus 1), saat
pagi hari dengan tingkat radiasi matahari sedang sebesar 418 W/m2 dan kecepatan
angin sebesar 0.5 m/detik (Kasus 2), saat siang hari dengan tingkat radiasi
matahari tinggi sebesar 802 W/m2 dan kecepatan angin sebesar 0.6 m/detik (Kasus
3), dan saat sore hari (Kasus 4) dengan kondisi radiasi matahari sedang (514
W/m2) dan kecepatan angin sebesar 1.8 m/detik.
Hasil pengukuran suhu di sekitar rumah tanaman, menunjukkan bahwa suhu
udara rata-rata harian adalah 30.5 oC, dengan suhu terendah sebesar 23.0 oC, dan
suhu tertinggi sebesar 35.3 oC. Perbedaan suhu di dalam dan di luar rumah
tanaman berkisar antara 2.2 - 5.5 oC. Gradien suhu udara di dalam rumah tanaman
secara vertikal pada ketinggian 1 - 3 m tidak terlalu besar, kisaran maksimum
hanya sebesar 2.3 oC.
Hasil simulasi pada Kasus 1 dengan input suhu lingkungan sebesar 25.2 oC
menunjukkan bahwa suhu di dalam rumah tanaman cukup seragam atau hampir
sama dengan suhu lingkungan. Gradien suhu sangat kecil dan cenderung
meningkat dengan bertambahnya ketinggian, yaitu sebesar 0.05 oC dan mencapai
ii

1.46 oC pada daerah dekat atap. Distribusi suhu pada ketinggian 1 - 3 meter antara
25.39 - 25.44 oC, dan mencapai 26.85 oC pada daerah dekat dengan atap.
Pada Kasus 2 dengan input suhu lingkungan 30.6 oC menunjukkan bahwa
suhu di dalam rumah tanaman cukup seragam. Gradien suhu sangat kecil yaitu
pada kisaran sebesar 0.3 oC dan mencapai 0.75 oC pada daerah dekat dengan atap.
Distribusi suhu pada ketinggian 1 - 3 meter antara 30.6 – 30.9 oC, dan mencapai
31.35 oC pada daerah dekat dengan atap.
Pada Kasus 3 dengan input suhu lingkungan sebesar 34.7oC, hasil simulasi
menunjukkan bahwa suhu pada ketinggian 1-3 meter mempunyai suhu yang
seragam (34.7 - 34.9 oC) dan baru meningkat pada daerah di atas screen (>3.5 m).
Suhu udara pada daerah dekat atap dapat mencapai 39 oC. Gradien suhu secara
vertikal pada ketinggian 1-3 m sangat kecil dan baru terlihat gradien suhunya pada
ketinggian >3.5 m.
Pada Kasus 4 dengan input kondisi udara sore hari dengan suhu udara
sebesar 34 oC, menunjukkan bahwa suhu udara di dalam rumah tanaman seragam
dan sama dengan suhu di luar rumah tanaman yaitu sebesar 34.00 – 34.33 oC.
Gradien suhu tidak ada di dalam rumah tanaman, hanya kecil sekali di dekat atap.
Perbedaan suhu udara hasil simulasi dan hasil pengukuran pada Kasus 1, 2,
3 dan 4 dinyatakan dalam persentase error untuk melihat keakuratan model
pendugaan suhu yang telah dikembangkan. Error yang dihasilkan pada masing-
masing kasus cukup kecil yaitu 0.05-2.96% untuk Kasus 1, sebesar 3.77-7.21%
untuk Kasus 2, sebesar 2.22-7.37% untuk Kasus 3, dan sebesar 1.16 - 7.72%
untuk Kasus 4. Selain persentase error, juga dianalisis nilai koefisien keseragaman
dan variasi suhu hasil simulasi, dan hasilnya menunjukkan bahwa nilai koefisien
variasi (CV) sebesar 0.12 dan nilai koefisien keseragaman (CU) sebesar 89.76%.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model simulasi telah berhasil dengan
baik melakukan simulasi.
Pada Kasus 1, aliran udara terjadi di dalam rumah tanaman karena adanya
efek termal yaitu karena perbedaan tekanan. Udara mengalir melalui dinding
screen dan bergerak keatas dan keluar melalui bukaan pada atap. Fenomena ini
disebut dengan chimney effect. Proses ini akan terjadi terus - menerus sampai pada
saat tidak ada perbedaan suhu di dalam dan di luar rumah tanaman atau saat
terjadi aliran angin yang cukup besar. Pada Kasus 2 dan 3, pola aliran udara sama
dengan Kasus 1. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya
bahwa pada waktu kecepatan angin kurang atau sama dengan 1.67 m/detik
pertukaran udara dominan terjadi karena efek termal. Dengan demikian Kasus 2
dan 3 tetap terjadi chimney effect. Pada Kasus 4 dengan kecepatan udara di luar
sebesar 1.8 m/detik, maka aliran udara di dalam rumah tanaman terjadi karena
adanya dorongan angin, sehingga chimney effect tidak terjadi.

Kata kunci: CFD, modified arch greenhouse, simulasi, distribusi suhu, ventilasi.
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa seijin IPB.
SIMULASI DISTRIBUSI SUHU DAN POLA ALIRAN UDARA
DALAM RUMAH TANAMAN TIPE MODIFIED ARCH
MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

TITIN NURYAWATI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Erizal, M.Agr.
Judul Tesis : Simulasi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam
Rumah Tanaman Tipe Modified Arch Menggunakan
Computational Fluid Dynamics
Nama : Titin Nuryawati
NRP : F152080041

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc


Ketua

Dr. Ir. Harmanto, M.Eng Dr. Ir. Yuli Suharnoto, M.Eng


Anggota Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Teknik Sipil dan Lingkungan

Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 4 April 2011 Tanggal Lulus:


PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan alam
Rasulullah Muhammad SAW. Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil’alamin
tesis dengan judul “Simulasi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam Rumah
Tanaman Tipe Modified arch Menggunakan Computational Fluid Dynamics”,
telah dapat diselesaikan.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya diucapkan kepada Prof. Dr. Ir.
Herry Suhardiyanto,M.Sc. sebagai ketua komisi pembimbing, atas segala arahan
dan bimbingannya selama pendidikan, penelitian dan penyelesaian tesis. Ucapan
yang sama disampaikan kepada Dr. Ir. Yuli Suharnoto, M.Eng., dan Dr. Ir.
Harmanto, M.Eng. sebagai anggota komisi pembimbing atas koreksi, saran,
bimbingan dan motivasinya dalam penyusunan tesis. Kepada Dr. Ir. Erizal, M.Agr
sebagai dosen penguji luar komisi pembimbing pada ujian tesis disampaikan
terima kasih atas saran, koreksi dan masukan bagi tesis ini, demikian juga kepada
Dr. Ir. Ahmad Indra Siswantara atas kesediaannya memberikan waktu untuk
konsultasi.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Kementerian Pendidikan
Nasional RI, khususnya DIKTI melalui Program BPPS atas bantuan biaya
pendidikan yang diberikan, kepada PT East West Seed Indonesia, Purwakarta atas
kerjasamanya dalam penelitian ini, kepada Teknisi Laboratorium Lingkungan dan
Bangunan Pertanian Fateta-IPB, dan juga kepada Bapak, Ibu, Kakak-kakak, dan
teman-teman di Program Studi SIL 2008, BBP Mektan Serpong, TEP 39, dan
Cyber-man, atas dukungan moril dan semangatnya.
Akhirnya semoga tesis dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia
ilmu pengetahuan pada umumnya.

Bogor, Maret 2011

Penulis
RIWAYAT HIDUP

Titin Nuryawati dilahirkan di Boyolali tanggal 26 April 1984, sebagai


putri keempat dari empat bersaudara dari Bapak Somadi dan Ibu Suratmi.
Penulis lulus dari SMU Negeri 6 Surakarta pada tahun 2002 dan
melanjutkan pendidikan Sarjana (S1) pada program studi Teknik Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Pada Februari 2007 penulis menyelesaian pendidikan S1.
Setelah lulus S1 bekerja sebagai Asisten Peneliti pada Laboratorium Lingkungan
dan Bangunan Pertanian, Departemen Teknik Pertanian IPB. Pada pertengahan
Agustus tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi
Teknik Sipil dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
dengan sponsor dari BPPS Ditjen Dikti.
ii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... vi
I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4
2.1 Ventilasi Alamiah .......................................................................................... 4
2.2 Pengaruh Ukuran Screen Terhadap Iklim Mikro dalam Rumah Tanaman.... 7
2.3 Computational Fluid Dynamics (CFD) ........................................................ 8
2.3.1 Pre-processor ........................................................................................ 9
2.3.2 Solver .................................................................................................. 10
2.3.3 Post-processor ..................................................................................... 11
III METODE PENELITIAN ................................................................................ 12
3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................................... 12
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................................. 12
3.3 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 13
3.3.1 Pengumpulan Data Teknik .................................................................. 13
3.3.2 Pengukuran Iklim Mikro dan Makro di sekitar Rumah Tanaman ...... 15
3.3.3 Simulasi CFD ...................................................................................... 16
3.3.4 Validasi Model .................................................................................... 21
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 23
4.1 Profil Distribusi Suhu di dalam Rumah Tanaman Tipe Modified Arch ...... 23
4.2 Simulasi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam Rumah Tanaman
Menggunakan CFD ...................................................................................... 26
4.2.1 Distribusi Suhu di dalam Rumah Tanaman ........................................ 26
4.2.2 Pola Aliran Udara pada Ventilasi Alamiah dalam Rumah Tanaman .. 30
V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 34
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 34
5.2 Saran ............................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 35
iii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Jenis screen yang diperlukan untuk menekan jumlah hama serangga ...... 7
Tabel 2. Karakteristik sifat bahan penyusun rumah tanaman ............................... 14
Tabel 3. Boundary condition dan initial condition dalam simulasi ...................... 16
Tabel 4. Suhu hasil simulasi dan hasil pengukuran .............................................. 29
Tabel 5. Laju aliran udara di dalam rumah tanaman hasil simulasi ...................... 33
iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bentuk rumah tanaman. .......................................................................... 5


Gambar 2. Rumah tanaman tipe modified arch yang digunakan dalam penelitian..12

Gambar 3. Hybrid recorder merk Yokogawa MV Advance IM MV1000-02E dan


Weather station merk Davis tipe 6163. ............................................... 13

Gambar 4. Skema titik pengukuran dalam penelitian............................................. 15


Gambar 5. General setting interface. ..................................................................... 18
Gambar 6. Optimasi mesh. ..................................................................................... 19
Gambar 7. Computational domain dalam simulasi. ............................................... 20
Gambar 8. Definisi real wall (tanah) dalam boundary condition........................... 20
Gambar 9. Calculation control option interface. ................................................... 21
Gambar 10. Suhu dan kelembaban relatif udara di luar rumah tanaman (5-7 Mei
2010, pukul 6:00 - 18:00 WIB). .......................................................... 23

Gambar 11. Radiasi matahari dan kecepatan angin di luar rumah tanaman (5 - 7
Mei 2010, pukul 6:00 - 18:00 WIB). .................................................. 24

Gambar 12. Distribusi suhu udara di luar dan di dalam rumah tanaman. .............. 25
Gambar 13. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada pagi hari (radiasi
matahari dan kecepatan angin sangat rendah)..................................... 26

Gambar 14. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada pukul 08:00 WIB
(radiasi matahari 418 W/m2 dan kecepatan angin 0.5 m/detik). ......... 27

Gambar 15. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada siang hari (radiasi
matahari 802 W/m2 dan kecepatan angin 0.6 m/detik). ...................... 27

Gambar 16. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada kondisi sore
hari(radiasi matahari 514 W/m2 dan kecepatan angin 1.8 m/detik). ... 28

Gambar 17. Perbandingan suhu hasil pengukuran dengan suhu hasil simulasi. .... 30
Gambar 18. Pola aliran udara dalam rumah tanaman saat kondisi pagi hari (tidak
ada radiasi matahari dan kecepatan angin 0.0 m/detik). ..................... 31

Gambar 19. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman pada pukul 08:00 WIB
(radiasi matahari 418 W/m2 dan kecepatan angin 0.5 m/detik). ......... 31

Gambar 20. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman saat kondisi siang hari
(radiasi matahari 802 W/m2 dan kecepatan angin 0.6 m/detik). ......... 32
v

Gambar 21. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman saat kondisi sore hari
(radiasi matahari 514 W/m2 dan kecepatan angin 1.8 m/detik). .......... 32
vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Gambar teknik rumah tanaman tipe modified arch yang
digunakan dalam penelitian (tampak isometrik)…….................... 39
Lampiran 2. Tampak depan dan samping rumah tanaman tipe modified arch
yang digunakan dalam penelitian……………………………..….. 40
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor agrobisnis-agroindustri hortikultura Indonesia merupakan sektor
yang sangat penting peranannya dalam ekspor non migas. Agrobisnis hortikultura
merupakan komoditas yang perlu ditangani secara serius karena komoditas ini
mempunyai potensi yang sangat besar dalam peningkatan produktivitas dan
mempunyai peluang pasar yang sangat luas, baik di dalam maupun di luar negeri.
Peningkatan daya saing melalui peningkatan produktivitas, kualitas dan
kontinyuitas produksi harus terus dilakukan agar produk hortikultura Indonesia
dapat bersaing dengan produk dari luar. Hal ini untuk mengurangi membanjirnya
produk dari luar negeri di pasar Indonesia.
Dari segi produksi, produk hortikultura terus mengalami peningkatan
dalam lima tahun terakhir (2005 – 2009). Pada tahun 2005 produksi sayuran
sebesar 9.101 juta ton, meningkat menjadi 9.455 juta ton pada tahun 2007 dan
mencapai 10.268 juta ton pada tahun 2009. Produksi buah-buahan sebesar 14.786
juta ton pada tahun 2005, meningkat menjadi 17.116 juta ton pada tahun 2007
dan mencapai 18.653 juta ton pada tahun 2009. Sedangkan produk tanaman hias,
produksinya sebesar 173.240 juta tangkai pada tahun 2005, meningkat menjadi
179.374 juta tangkai pada tahun 2007, dan mencapai 263.531 juta tangkai pada
tahun 2009. Nilai ekspor tahun 2009 yaitu mencapai US$ 350.505 juta untuk
tanaman hias, disusul produk sayuran sebesar US$ 20.459 juta dan produk buah-
buahan sebesar US$ 8.775 juta (Kementerian Pertanian, 2010).
Pengembangan produk hortikultura perlu terus dilakukan untuk
peningkatan nilai produksi, mutu dan ketersediaannya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan perluasan penggunaan rumah tanaman untuk
budidayanya. Penggunaan rumah tanaman lebih ditujukan untuk melindungi
tanaman dari hujan, angin dan hama, mengurangi intensitas radiasi matahari yang
berlebihan, mengurangi penguapan air dari daun dan media, serta memudahkan
perawatan tanaman (Suhardiyanto, 2009).
Aplikasi teknologi rumah tanaman dengan meniru konstruksi rumah
tanaman di daerah subtropika ternyata tidak sesuai untuk daerah tropika. Hal ini
dapat dilihat dengan tingginya nilai suhu di dalam rumah tanaman. Pada rumah
2

tanaman dengan konstruksi kaca dan besi berbentuk standard peak di daerah
Bogor, Jawa Barat, suhu di dalamnya dapat mencapai 44.5 oC (Asnawi, 2009).
Kondisi ini akan menyebabkan tanaman menjadi stres dan akibatnya akan
menurunkan produktivitas tanaman. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka
dilakukan berbagai modifikasi rumah tanaman yang sesuai untuk daerah tropika,
baik dari segi konstruksi maupun material yang digunakan. Modifikasi tersebut
dapat berupa perubahan bentuk atap, penambahan bukaan atap, perubahan sudut
kemiringan atap, penggunaan material plastik pada atap dan screen pada dinding
dan modifikasi lainnya.
Standarisasi mengenai konstruksi dan material penyusun rumah tanaman
di Indonesia sudah tersedia, namun aplikasinya belum terlaksana secara maksimal
sehingga cukup menyulitkan bagi petani yang akan mendisain dan membangun
rumah tanaman. Standarisasi ini diperlukan untuk memberikan pedoman kepada
petani untuk membangun rumah tanaman agar mendapatkan kondisi iklim mikro
yang sesuai untuk produksi tanaman yang diinginkan.
Perkembangan saat ini, telah banyak digunakan rumah tanaman dengan
bahan penutup atap dari plastik dan penutup dinding dan bukaan ventilasi atap
dari screen. Penggunaan screen tersebut selain berfungsi sebagai ventilasi
alamiah, juga berfungsi sebagai perlindungan hama tanaman. Screen akan
mencegah serangga masuk ke dalam rumah tanaman yang akan berimplikasi
kepada penurunan penggunaan pestisida. Bethke (1990) telah merekomendasikan
beberapa ukuran net yang dapat digunakan untuk menekan serangan hama
tanaman.
Penggunaan screen memang mengurangi jumlah serangan hama
pengganggu yang masuk ke dalam rumah tanaman, akan tetapi penggunaannya
menurunkan laju ventilasi dan menaikkan suhu udara dalam rumah tanaman.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mempelajari karakteristik resistansi
udara pada screen untuk memprediksi penurunan tekanan yang terjadi sebagai
fungsi dari aliran kecepatan udara yang melewati screen (Miguel et al., 1997,
1998; dan Teitel, 2001). Penelitian yang lain tentang pengaruh screen yang
dipasang pada bukaan ventilasi rumah tanaman di daerah subtropika juga telah
dilakukan oleh Teitel, 2001; dan Katsoulas, 2006. Akan tetapi analisis pola aliran
3

udara pada rumah tanaman dengan penggunaan screen di daerah tropika belum
banyak dilakukan.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa rumah tanaman telah banyak
digunakan di Indonesia, akan tetapi penelitian mengenai identifikasi iklim mikro
di dalamnya masih sedikit. Pengetahuan mengenai kondisi iklim mikro di dalam
rumah tanaman berperan penting untuk penentuan jenis tanaman yang akan
diproduksi dan desain sistem irigasi yang akan digunakan (Tanny, et al., 2003).
Penggunaan simulasi numerik dengan program komputer untuk
memprediksi laju aliran udara dan distribusi suhu dalam rumah tanaman di daerah
subtropika telah dilakukan oleh Bartzanas et al., 2002; Fatnassi et al., 2002; dan
Fatnassi et al., 2003, selain itu terdapat juga berbagai simulasi yang dapat
digunakan untuk memprediksi laju aliran udara dan distribusi suhu dalam rumah
tanaman dengan menggunakan CFD seperti yang dilakukan oleh Fatnassi et al.,
(2006). Soni et al., (2005). dan Harmanto et al., (2006) telah mempelajari
pengaruh berbagai macam ukuran screen untuk rumah tanaman di daerah tropika.
Penelitian mengenai iklim mikro di dalam rumah tanaman di daerah
tropika akan sangat membantu dalam perencanaan desain rumah tanaman yang
sesuai untuk daerah tropika. Untuk itu diperlukan suatu penelitian mengenai
identifikasi dan laju ventilasi serta optimasi ukuran screen yang sesuai digunakan
untuk rumah tanaman di daerah tropika.

1.2 Tujuan Penelitian


Secara umum tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja ventilasi
alamiah pada rumah tanaman tipe modified arch di daerah tropis. Tujuan khusus
dari penelitian ini adalah
1. Mempelajari ventilasi alamiah yang terjadi pada rumah tanaman tipe modified
arch menggunakan program Computational Fluid Dynamics (CFD).
2. Melakukan simulasi distribusi suhu dan pola aliran udara di dalam rumah
tanaman tipe modified arch dengan menggunakan Computational Fluid
Dynamics (CFD).
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Tanaman

Rumah tanaman merupakan suatu tempat tanaman untuk tumbuh dan


berkembang dengan kondisi lingkungan mikro yang telah diatur agar mendekati
kondisi yang optimum. Khusunya di Indonesia, fungsi rumah tanaman lebih
kepada perlindungan tanaman dari pengaruh buruk cuaca dan mengurangi
intensitas matahari yang berlebihan. Dalam konteks budidaya tanaman, pengertian
rumah tanaman adalah struktur lingkungan yang tertutup oleh bahan transparan
(tembus cahaya) dengan memanfaatkan radiasi surya untuk pertumbuhan tanaman
(Mastalerz, 1977).
Menurut Nelson (1981), istilah rumah tanaman digunakan untuk
menyatakan sebuah bangunan yang memiliki struktur atap dan dinding yang
bersifat tembus cahaya, sehingga tanaman tetap memperoleh cahaya matahari dan
terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan. Kondisi lingkungan
yang dimaksudkan adalah curah hujan yang deras, tiupan angin yang kencang atau
keadaan suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Pemilihan bentuk rumah tanaman yang digunakan pada suatu lahan
tergantung pada keadaan lingkungan dan jenis tanaman yang dibudidayakan
(Walls, 1993). Dalam aplikasinya rumah tanaman dapat ditemukan dalam
berbagai bentuk rumah tanaman seperti pada Gambar 1.
Bentuk rumah tanaman yang umum digunakan didaerah tropis adalah
bentuk venlo dan bentuk tunnel. Di Indonesia lebih banyak ditemukan rumah
tanaman dengan bukaan pada atap. Bentuk ini lebih cocok untuk daerah tropis
dengan pertimbangan bahwa penerimaan sinar matahari relatif banyak sehingga
diperlukan suatu konstruksi yang memungkinkan sirkulasi udara berlangsung
lebih lancar.
5

a. Flat
Flat b. Shed/Lean-to c. Uneven span

d. Even span/Standard
span/Standard peak/Gable
peak/Gable e. Venlo
Venlo house

f. Mansard
Mansard g. Arch

h. Quonset/tunnel i. Cold frame

Gambar 1. Bentuk rumah tanaman (Suhardiyanto, 2009).

Bentuk arch dikembangkan bukan dengan pertimbangan untuk


memaksimumkan cahaya matahari yang ditransmisikan, tetapi lebih merupakan
pertimbangan biaya (Tiwari dan Goyal, 1998). Biaya pembangunan rumah
tanaman dengan atap arch dapat ditekan menjadi 75% dibandingkan dengan atap
berbentuk peak. Selain itu, atap berbentuk lengkung (curved atau arch) lebih
mudah dalam pemasangan atap dari bahan plastik film. Bentuk arch dapat
dimodifikasi menjadi quonset/tunnel dan cold frame sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan lokasi.
Konstruksi rumah tanaman di daerah tropika harus dibuat dengan
memaksimalkan penggunaan bukaan baik pada atap atau dinding agar dapat
memberikan efek pergantian udara (ventilasi) yang baik. Pemanfaatan ventilasi
6

atap yang dikombinasikan dengan cukupnya tinggi ruangan rumah tanaman juga
membantu dalam pendinginan udara di dalam ruangan (Harmanto et al., 2006;
Munoz et al., 1999)

2.2 Ventilasi Alamiah


Ventilasi alamiah adalah pertukaran udara di dalam suatu bangunan
dengan udara di luarnya tanpa menggunakan kipas atau peralatan mekanik lainnya
(Suhardiyanto, 2009). Konstruksi yang sederhana, biaya awal yang murah dan
biaya energi yang rendah merupakan alasan utama tipe ventilasi ini sering
digunakan, terutama di daerah tropika. Akan tetapi ventilasi yang tergantung
faktor alamiah ini memiliki sifat yang berbeda-beda dan menghadapi banyak
keterbatasan. Faktor yang berpengaruh terhadap ventilasi alamiah antara lain
cuaca, letak geografis, penghalang angin, dan persyaratan lingkungan. Faktor ini
harus diperhatikan dalam perancangan sistem ventilasi alamiah dan pengaturan-
pengaturan selanjutnya (Hellickson & Walker, 1983).
Ventilasi alamiah terjadi akibat faktor termal dan faktor angin. Faktor
termal berperan dominan pada saat kecepatan udara rendah, sehingga terjadi
pergerakan udara akibat perbedaan suhu dan kerapatan udara di dalam dan di luar
rumah tanaman. Bot (1983) menyatakan bahwa pada kecepatan angin kurang atau
sama dengan 1.67 m/detik faktor termal berperan dominan. Selanjutnya
Kamaruddin (1999) menyatakan bahwa batas kecepatan angin tersebut adalah 1
m/detik sedangkan menurut Papadakis et al. (1996) sebesar 1.67 m/detik.
Adanya pergerakan angin disekitar rumah tanaman menyebabkan
terjadinya perbedaan tekanan udara antara di dalam dan di luar rumah tanaman.
Papadakis et al. (1996) menyatakan bahwa pada saat kecepatan angin di atas 1.8
m/detik efek termal terhadap laju ventilasi dapat diabaikan. Jika kecepatan angin
di luar rumah tanaman cukup tinggi dan perbedaan suhu udara di dalam dan di
luar rumah tanaman kecil maka faktor angin dominan dan pengaruh faktor termal
dapat diabaikan. Inilah yang dinamakan ventilasi akibat faktor angin.
Aliran udara pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu aliran
udara laminer dan aliran udara turbulen yang biasanya dinyatakan berdasarkan
nilai bilangan Reynold (Re). Batas atas bilangan Re untuk aliran udara laminer
adalah 2000, untuk aliran transisi adalah 2000 – 3000, dan untuk aliran turbulen
7

adalah > 3000 (Cengel dan Cimbala, 2006). Aliran udara laminer kurang
memberikan efek pertukaran udara yang baik, sedangkan aliran udara turbulen
dapat memberikan efek pertukaran udara yang lebih baik. Hal ini disebabkan
aliran udara turbulen bersifat tidak beraturan sedangkan aliran udara laminer
membentuk lapisan-lapisan lurus yang sejajar. Gerakan berputar pada aliran udara
turbulen menyebabkan pertukaran udara yang terjadi berlangsung lebih baik
(Yuwono et al, 2008).

2.3 Pengaruh Ukuran Screen Terhadap Iklim Mikro dalam Rumah


Tanaman

Penggunaan screen sebagai penutup pada bukaan ventilasi membantu


menekan jumlah serangan hama pengganggu ke dalam rumah tanaman, akan
tetapi penggunaannya akan menurunkan laju ventilasi dan menaikkan suhu udara
dalam rumah tanaman. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
mengidentifikasi ukuran mesh screen yang sesuai untuk mencegah berbagai
macam serangga masuk ke dalam rumah tanaman (Bethke 1990; Ross dan Gill,
1994; Teitel, 2007). Tipe dan jenis net yang harus digunakan untuk menekan
serangan beberapa jenis hama disajikan dalam Tabel 1. Ukuran mesh
menggambarkan banyaknya lubang per inchi panjang screen.

Tabel 1. Jenis screen yang diperlukan untuk menekan jumlah hama serangga
Ukuran lubang screen
Jenis hama serangga
Micron Inchi Mesh
(Serpentine) Leafminers 640 0,025 40
(Sweet potato) Whiteflies 462 0,018 52
(Melon) Aphids 340 0,013 78
(Greenhouse) Whitefly 288 0,0113 81
(Silver leaf) Whitefly 239 0,0094 123
(Western flower) Thrips 192 < 0,0075 132
Sumber: Bethke, 1990 dalam Harmanto et al., 2007.

Untuk daerah subtropika, Fatnassi et al. (2006) telah menguji screen anti-
Bemisia (52 mesh) dan anti-Thrips (132 mesh) yang dipasang pada bukaan
8

ventilasi di atap dan dinding rumah tanaman multi-span dan menunjukkan bahwa
suhu dan kelembaban absolut udara di dalam rumah tanaman yang dipasang
screen meningkat sebesar 2.7 oC dan 0.7 g/kg untuk screen anti-Bemisia (52
mesh) dan meningkat sebesar 4.7 oC dan 1.3 g/kg untuk screen anti-Thrips (132
mesh) dibandingkan dengan rumah tanaman yang tidak dipasangi screen pada
bukaan ventilasinya.
Harmanto et al., 2006 telah melakukan penelitian tentang iklim mikro
menggunakan model matematika (metode energy balance) pada rumah tanaman
modified arch dengan bukaan ventilasi atap dan dinding yang ditutup screen di
daerah tropika. Ukuran screen yang digunakan adalah 78, 52 dan 40-mesh.
Dibandingkan dengan screen ukuran 40 mesh, screen dengan ukuran 52 dan 78
mesh dapat menurunkan laju pertukaran udara sebesar 35% dan 78% dan
meningkatkan suhu udara di dalam rumah tanaman sebesar 1 – 3 oC. Akan tetapi
screen 40 mesh kurang efektif dalam mencegah hama masuk, sehingga ukuran net
52-mesh lebih dianjurkan untuk digunakan dalam mencegah kenaikan suhu udara
dan menurunnya laju ventilasi secara nyata.
Tanny et al. (2003) telah melakukan pengujian pada screenhouse
berbentuk atap datar (flat-top) di daerah subtropika dengan ukuran screen 50 mesh
dengan tanaman paprika di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil
suhu dan kelembaban absolut dalam rumah tanaman menunjukkan bahwa suhu
semakin meningkat dan kelembaban absolut semakin menurun dengan
bertambahnya ketinggian lokasi pengukuran dalam rumah tanaman. Laju ventilasi
dalam screenhouse dibandingkan dengan laju udara di kebun paprika yang
dibudidayakan di ruang terbuka untuk kecepatan angin 1.5 - 3.5 m/detik menurun
sebesar 51 – 71% di bagian tengah rumah tanaman, dan menurun sebesar 60 –
64% di bagian pinggir yang lebih dekat ke salah satu dindingnya.

2.4 Computational Fluid Dynamics (CFD)


Computational Fluid Dynamics (CFD) adalah metode yang mempelajari
atau memprediksi aliran fluida, perpindahan panas, reaksi kimia, dan fenomena
lainnya dengan menyelesaikan persamaan-persamaan matematika. CFD telah
dikenal sejak tahun 1960-an, dan digunakan untuk menganalisis berbagai masalah
seperti fenomena meteorologi, polusi udara dan pergerakan kontaminan,
9

pengkondisian udara untuk bangunan dan kendaraan, pembakaran di motor bakar


dan sistem propulsi, interaksi berbagai objek dengan udara/air, serta aliran
kompleks pada penukar panas dan reaktor kimia (Tuakia 2008).
Pada dasarnya persamaan-persamaan pada fluida dibangun dan dianalisis
berdasarkan persamaan differensial parsial (PDE) yang merepresentasikan
hukum-hukum konversi massa, momentum dan energi. Pada simulasi CFD,
pemecahan aliran fluida seperti udara digambarkan secara kuantitatif dalam
besaran suhu dan kecepatan dengan bentuk persamaan differensial yang
didasarkan pada analisis numerik metode volume hingga (finite volume method)
khususnya persamaan Navier-Stokes. Metode CFD mengandung tiga komponen
utama, yaitu: pre-processor, solver dan post-processor (Versteeg dan
Malalasekera, 1995).

2.4.1. Pre-processor
Komponen pre-processor merupakan komponen input dari permasalahan
aliran fluida ke dalam program CFD. Komponen tersebut berfungsi sebagai
transformer input ke tahapan berikutnya dalam bentuk yang sesuai dengan
pemecahan oleh solver. Pada tahapan pre-processor dilakukan hal-hal sebagai
berikut: 1) pembuatan geometri sistem yang akan dianalisis, 2) pembentukan grid
dan mesh pada setiap domain atau seluruhnya, 3) pemilihan fenomena kimia dan
fisik yang dibutuhkan, 4) menentukan sifat-sifat fluida (konduktivitas, viskositas,
panas jenis, massa jenis dan sebagainya), 5) menentukan kondisi batas yang sesuai
dengan keperluan (dinding, inlet, outlet, kecepatan, tekanan dan variabel
turbulensi), 6) sumber panas yang dikehendaki serta jenis fluida yang
disimulasikan.
Ketepatan aliran dalam geometri ditentukan oleh jumlah sel di dalam grid
yang dibangun. Semakin besar jumlah sel, ketepatan atau ketelitian dari hasil
pemecahan semakin baik. Mesh optimal tidak harus seragam. Perubahan mesh
dapat dilakukan dengan memperhalus mesh pada bagian yang memiliki variasi
cukup besar dan membuat mesh yang kasar untuk bagian yang relatif sedikit
mengalami perubahan (Tuakia 2008).
10

2.4.2. Solver
Proses pada solver merupakan proses pemecahan secara matematika dalam
CFD. Metode yang digunakan adalah volume hingga (finite volume) yang
dikembangkan dari metode beda hingga (finite difference). Proses pemecahan
matematika pada solver digambarkan sebagai diagram alir metode SIMPLE
(Semi-Implicit Method for Pressure-Linked Equation). Bentuk persamaan
matematika 2 dimensi dinyatakan sebagai berikut (Versteeg dan Malalasekera,
1995):

Persamaan Kekekalan Massa


Keseimbangan massa (kontinuitas) untuk elemen fluida dinyatakan
sebagai: laju kenaikan massa dalam elemen fluida = laju netto aliran massa ke
dalam elemen terbatas. Semua elemen fluida merupakan fungsi dari ruang dan
waktu, maka massa jenis fluida ρ ditulis dalam bentuk ρ (x, y, z, t) dan komponen
kecepatan fluida ditulis sebagai dx/dt=u, dy/dt=v, dan dz/dt=w. Bentuk persamaan
matematis ditulis sebagai berikut:

𝜕 𝜌𝑢 𝜕 𝜌𝑣
+ =0 (1)
𝜕𝑥 𝜕𝑦

dimana ρ adalah massa jenis fluida (kg/m3) dan x, y, z adalah arah koordinat
kartesian.

Persamaan Momentum
Persamaan momentum dikembangkan dari persamaan Navier-Stokes
dalam bentuk yang sesuai dengan metode finite volume.
Momentum arah x:

𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑝 𝜕2𝑢 𝜕2𝑢
𝜌 𝑢 +𝑣 = + 𝜌𝑔𝑥 + 𝜇 + + 𝑆𝑀𝑥 (2)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
Momentum arah y:

𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑝 𝜕2𝑣 𝜕2𝑣
𝜌 𝑢 +𝑣 = + 𝜌𝑔𝑦 + 𝜇 + + 𝑆𝑀𝑦 (3)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
11

dimana μ adalah viskositas dinamik fluida (kg/m.s), 𝑔 adalah percepatan gravitasi


(m/s2) dan SMx, SMy, SMz adalah momentum yang berasal dari body per unit volume
per unit waktu, masing-masing untuk koordinat x, y, dan z.

Persamaan Energi
Persamaan energi diturunkan dari Hukum I Termodinamika yang
menyatakan bahwa: laju perubahan energi partikel fluida = laju penambahan
panas ke dalam partikel fluida ditambahkan dengan laju kerja yang diberikan
pada partikel. Secara matematik dengan memasukan fungsi disipasi ditulis
sebagai berikut (Versteeg dan Malalasekera, 1995):
2 2
𝜕𝑇 𝜕𝑇 𝜕2𝑇 𝜕2𝑇 𝜕𝑣𝑥 𝜕𝑣𝑦
𝜌 𝑢 +𝑣 =𝑘 + + 2𝜇 +
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑥 𝜕𝑦
2
𝜕𝑣𝑥 𝜕𝑣𝑦
+𝜇 + + 𝑆𝑖 (4)
𝜕𝑦 𝜕𝑥

dimana T adalah suhu fluida (K), k adalah konduktivitas termal fluida (W/m.K),
dan Si adalah energi yang ditambahkan per unit volume per unit waktu.

Persamaan Kesetimbangan
Aliran fluida selalu mencari keseimbangan secara termodinamika, jika
ada gangguan. Jika dihubungkan dengan variabel  dan T, maka persamaan
kesetimbangan untuk tekanan (P) dan energi dalam (i) adalah sebagai berikut
(Versteeg dan Malalasekera, 1995):
𝑃 = 𝑃(𝜌, 𝑇) (5)
𝑖 = 𝑖(𝜌, 𝑇) (6)
Untuk gas ideal, dimana: 𝑃 = 𝜌𝑅𝑇 dan 𝑖 = 𝐶𝑣 𝑇

2.4.3. Post-processor
Seluruh hasil yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya akan
ditampilkan dalam post-processor. Hasil yang ditampilkan dapat berupa tampilan
geometri domain dan grid, plot vektor kecepatan, distribusi sebaran suhu pada
tiap-tiap titik yang dikehendaki, plot permukaan 2D, tracking (trajectory) partikel,
visualisasi besaran yang dikehendaki, hasil (goals) dan sebagainya.
III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Desember
2010. Pengukuran iklim mikro baik di dalam dan di luar rumah tanaman tipe
busur termodifikasi (Modified Arch) dilakukan pada bulan Mei 2010. Lokasi
penelitian di PT East West Seed Indonesia (6o 30' 00" LS dan 107o 30' 00" BT,
ketinggian 25 m dpl), Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah tanaman satu
bentang tipe modified arch dengan dimensi 9.6 x 15 x 6 m. Rangka utama dari
besi pipa galvanis berdiameter 1.25" dan 1.5". Atap terbuat dari bahan plastik film
polyethylene (LDPE) dengan pelapisan UV absorbing setebal 200 μm. Dinding
screen dari bahan senyawa polyuretan dengan penambahan zat anti UV dengan
ukuran 52 mesh (porositas 0.48) untuk dinding, dan 20 mesh (porositas 0.78)
untuk bukaan atap. Lantai dari tanah dan orientasi rumah tanaman adalah Timur-
Barat. Gambar rumah tanaman yang digunakan dalam penelitian seperti pada
Gambar 2. Gambar teknik rumah tanaman selengkapnya disajikan dalam
Lampiran 1 dan 2.

Gambar 2. Rumah tanaman tipe modified arch yang digunakan dalam penelitian.
13

Peralatan yang digunakan dalam pengambilan data adalah termokopel tipe


J untuk mengukur suhu bola kering dan bola basah di dalam rumah tanaman yang
dihubungkan dengan hybrid recorder merk Yokogawa MV Advance IM
MV1000-02E untuk mencatat data hasil pengukuran suhu. Weather station Davis
tipe 6163 dipasang di luar rumah tanaman untuk mengukur iklim makro (suhu,
kelembaban udara, tekanan udara, radiasi matahari, curah hujan, kecepatan angin,
dan arah angin) di sekitar rumah tanaman. Data hasil pengukuran weather station
dicatat menggunakan Wireless Vantage Pro2 yang diletakkan di dalam rumah
tanaman. Data hasil pengukuran disimpan menggunakan komputer yang telah di-
install software WeatherLink 5.8.3.

Gambar 3. Hybrid recorder merk Yokogawa MV Advance IM MV1000-02E dan


Weather station merk Davis tipe 6163.

Simulasi CFD dilakukan dengan seperangkat komputer (PC) dengan


spesifikasi CPU Intel ® Core ™ i7; 8GB RAM; dan 64-bit Operating system,
dengan software SolidWorksOffice Premium 2010 x64 Edition SP4.0 dengan
nomor serial 9000 0078 3094 0176 64N9 XP9B.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pengumpulan Data Teknik


Data teknik yang diperlukan adalah dimensi rumah tanaman, bahan
penyusun rumah tanaman dan karakteristik bahan penyusun rumah tanaman
(kerapatan, konduktivitas termal, panas jenis, titik leleh, koefisien emisivitas,
solar absorptance, dan porositas). Data teknik tersebut digunakan dalam
pembuatan geometri rumah tanaman serta sebagai input dalam pendefinisian
14

karakteristik bahan pada engineering database dalam SolidWorks 2010.


Karakteristik bahan penyusun rumah tanaman seperti pada Tabel 2. Jenis
konduktivitas untuk bahan padat dipilih isotropik dimana konduktivitas bahan
tidak tergantung pada arah di dalam bahan. Khusus untuk media berpori,
perhitungan resistansi aliran udara terhadap media berpori mengikuti Persamaan
(7) dan (8) serta menggunakan jenis perhitungan resistansi dependence on
velocity.

𝑘 = −𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑃 /𝜌𝑉 (7)


𝑘 = 𝐴. 𝑉 + 𝐵 (8)

dimana k adalah komponen vektor permeabilitas media berpori, P adalah tekanan


udara (Pa), V adalah kecepatan aliran udara (m/detik),  adalah kerapatan udara
(kg/m3), A adalah konstanta (kg/m4), dan B adalah konstanta (kg/(s·m3)

Tabel 2. Karakteristik sifat bahan penyusun rumah tanaman


Karakteristik sifat
Komponen Definisi bahan Nilai Satuan
Atap Bahan padat Kerapatan 930 kg/m3
(Plastik LDPE) Panas spesifik 2600 J/kg.K
Konduktivitas termal 0.33 W/mK
Titik leleh 396.15 K
Lantai (tanah) Bahan padat Kerapatan 1440 kg/m3
Panas spesifik 800 J/kg.K
Konduktivitas termal 1.5 W/mK
Titik leleh 1923.15 K
Dinding Media berpori Porositas 0.48 -
(screen 52 mesh) Permeabilitas 1.063 x 10-9 m2
A 0.00384 kg/m4
B 0.05 kg/s.m3
Bukaan atap Media berpori Porositas 0.78 -
(screen 20 mesh) Permeabilitas 2.301 x 10-9 m2
A 0.00384 kg/m4
B 0.05 kg/s.m3

Besarnya permeabilitas media berpori dihitung berdasarkan Persamaan 9


(Miguel, 1998).

𝐾 = 3.44 𝑥 10−9 𝛼 1.6 (9)


15

dimana α adalah porositas media berpori yang dihitung dengan Persamaan 10


(Brundrett, 1993).
2
𝐿−𝑑
𝛼= (10)
𝐿2

dimana L adalah ukuran mesh (m) dan d adalah diameter lubang media berpori
(m).

3.3.2 Pengukuran Iklim Mikro dan Makro di sekitar Rumah Tanaman


Parameter iklim mikro rumah tanaman yang diukur adalah suhu udara dan
suhu komponen rumah tanaman, sedangkan iklim makro di sekitar rumah tanaman
yang diukur berupa suhu, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan angin, arah
angin, radiasi matahari dan curah hujan.

Satuan: mm

Keterangan: Termokopel
Weather station
Gambar 4. Skema titik pengukuran dalam penelitian.

Pengukuran dilakukan secara otomatis setiap 10 menit dari pukul 06:00 -


18:00 selama tiga hari berturut-turut. Titik pengukuran suhu di dalam rumah
tanaman terletak pada titik tengah rumah tanaman yang berjumlah 12 titik yang
terdiri dari 6 titik pengukuran komponen rumah tanaman (atap bagian luar,
16

permukaan tanah dan dinding bagian dalam), dan 6 titik pengukuran suhu udara
(ketinggian 1, 2 dan 3 m) untuk validasi hasil simulasi suhu. Skema titik
pengukuran seperti pada Gambar 4.

3.3.3 Simulasi CFD


Simulasi dilakukan dengan model 2 dimensi (bidang XY) menggunakan
software CFD komersial yaitu SolidWorks 2010. Simulasi dilakukan pada tiga
kondisi yaitu:
1. Kondisi tidak ada kecepatan angin dan tidak ada radiasi matahari (Kasus 1)
2. Kondisi kecepatan angin sedang dan radiaasi matahari tinggi (Kasus 2)
3. Kondisi kecepatan angin tinggi dan radiasi sedang (Kasus 3)

Tabel 3. Boundary condition dan initial condition dalam simulasi


Simulasi Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 Kasus 4
Kondisi Awal
Suhu lingkungan (oC) 25.2 30.6 34.7 34.0
RH lingkungan (%) 96 76 61 62
Kecepatan angin (m/detik) 0 0.5 0.6 1.8
Radiasi Matahari (W/m2) 0 416 802 514
Waktu (WIB) 06:00 08:00 13:10 15:10
Kondisi Batas
Suhu atap sebelah Utara (oC) 27.1 36.2 42.8 38.6
Suhu atap sebelah Selatan (oC) 26.5 35.5 41.5 35.4
o
Suhu lantai ( C) 25.2 33.9 37.9 37.4
o
Suhu dinding screen ( C) 25.0 33.4 37.7 35.1
Porositas screen 0.48 0.48 0.48 0.48

Data input initial condition dan boundary condition selengkapnya


disajikan pada Tabel 3. Asumsi yang digunakan dalam simulasi adalah sebagai
berikut:
a) Udara bergerak dalam keadaan steady,
b) Udara bersifat tidak terkompresi (incompressible),
c) Udara lingkungan dianggap konstan, sehingga panas jenis, konduktivitas
dan viskositas udara konstan selama simulasi,
17

d) Distribusi suhu udara pada tiap komponen rumah tanaman (atap dan
lantai) seragam,
e) Rangka utama rumah tanaman dianggap tidak berperan besar dalam
proses pindah panas dalam rumah tanaman, sehingga tidak dijadikan
input dalam simulasi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam simulasi CFD menggunakan


SolidWorks 2010 adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan geometri sesuai dengan data teknik yang telah dikumpulkan.
2. Membuat wizard flow simulation sesuai dengan konfigurasi initial condition
dan boundary condition yang telah ditetapkan (Tabel 3). Pada general
setting (Gambar 5), analisis aliran dipilih tipe aliran internal, heat
conduction in solid, nilai radiasi matahari dan environment temperature
dimasukkan. Nilai environment temperature untuk tingkat keawanan
(cloudiness) tinggi, maka nilai environment temperature adalah sama
dengan suhu lingkungan. Akan tetapi, jika tingkat keawanan (cloudiness)
rendah dihitung dengan persamaan (11).

𝑇𝑒𝑛𝑣𝑖𝑟𝑜𝑛𝑚𝑒𝑛𝑡 = 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑖𝑒𝑛𝑡 1.34 + 0.0065 𝑇𝑑𝑒𝑤 𝑝𝑜𝑖𝑛𝑡 − 26 (11)

dimana Tenvironment adalah environment temperature, Tambient adalah suhu


lingkungan, dan Tdewpoint adalah suhu pengembunan udara.Fluida yang
dianalisis adalah udara (air), default solid yang dipilih adalah plastik LDPE,
default outer wall radiation surface merupakan non-radiation surface
dimana radiasi tidak berpengaruh pada permukaan solid. Kekasaran
(roughness) sebesar 0 mikrometer, dan masukkan nilai suhu udara pada
initial and ambient condition dan tekanan sebesar 101325 kPa. Pada bagian
default outer wall thermal condition, dimasukkan nilai suhu dinding untuk
mempercepat proses running.
18

Gambar 5. General setting interface.

3. Initial mesh diatur pada level 8, dan dilakukan optimasi mesh dengan
memasukkan nilai manual specification of the minimum gap size dan
nilai manual specification of the minimum wall thickness sebesar
0.002 m, dan mengubah automatic setting dengan menaikkan basic
mesh yaitu menambah jumlah sel per komponen X (Number cell per
X) menjadi 200 dan jumlah sel per komponen Y (Number cell per Y)
menjadi 100, serta mengubah nilai narrow channel refinement
menjadi 10 pada level 1 (Gambar 6).
19

Gambar 6. Optimasi mesh.

4. Computational domain dibuat untuk daerah di luar dan di dalam


rumah tanaman diperlihatkan pada Gambar 7. Luasan computational
domain adalah (100 x 30) m. Pemilihan domain yang besar adalah
untuk menghindari terjadinya vortex dalam aliran udara selama
simulasi, terutama untuk aliran udara yang cukup besar.
20

30 m

100 m
Gambar 7. Computational domain dalam simulasi.

5. Setting boundary condition. Komponen rumah tanaman yang


merupakan sumber panas terbesar adalah lantai dan atap. Boundary
condition dalam analisis distribusi suhu dan pola aliran udara ini
adalah lantai dan atap. Permukaan lantai dan atap yang menjadi
boundary condition adalah bagian dalam yang berhubungan langsung
dengan udara di dalam rumah tanaman. Hal ini dikarenakan kedua
komponen tersebut yang memberikan panas terbesar pada udara di
dalam rumah tanaman. Boundary condition dibuat dengan
mendefinisikan permukaan lantai (tanah) dan bagian dalam atap
sebagai real wall dengan memasukkan nilai suhunya (Gambar 8).

Gambar 8. Definisi real wall (tanah) dalam boundary condition.

6. Setting goal dari analisis, yaitu global goal temperature dari fluid
(maximum, minimum, dan average), global goal velocity (maximum,
minimum, dan average), dan global goal temperature pada porous
matrix (average).
21

7. Lakukan proses running atau perhitungan. Sebelum proses


perhitungan dilakukan, dapat juga dilakukan setting calculation
control option untuk menentukan kondisi konvergensi hasil yang
didapat dari simulasi (Gambar 9). Default kondisi running akan
selesai adalah jika salah satu kriteria dari goal setting tercapai,
maximum travels adalah 4 dan untuk konvergensi goal, analysis
interval (travels) sebesar 0.5. Pada penelitian ini, dipilih kondisi
konvergensi jika semua kriteria goal telah terpenuhi, menaikkan
maximum travels menjadi 5 dan analysis interval (travels) menjadi 2.

Gambar 9. Calculation control option interface.

8. Pada tahap post-processor ditentukan tampilan yang akan disajikan


oleh CFD, misalnya dalam bentuk kontur suhu (garis isotermal),
vektor kecepatan udara, mesh yang dihasilkan, dan animasi tampilan
tersebut (flow trajectory).

3.3.4 Validasi Model


Validasi model dilakukan dengan membandingkan suhu udara hasil
simulasi dengan suhu hasil pengukuran di lapang. Keakuratan hasil simulasi
dengan hasil pengukuran dinyatakan dalam persentase error. Error dinyatakan
dengan persamaan:
22

(𝑇𝑠𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 −𝑇𝑢𝑘 𝑢𝑟 )
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥100% (12)
𝑇𝑢𝑘𝑢𝑟

dimana Tsimulasi adalah suhu hasil simulasi (oC) dan Tukur adalah suhu hasil
pengukuran (oC).

Distribusi suhu hasil simulasi juga divalidasi dengan menghitung koefisien


keseragaman dan koefisien variasi (Karmeli, 1975). Apabila nilai koefisien
keseragaman (CU) lebih dari 75% dan nilai koefisien variasi (CV) kurang dari
15%, maka dikatakan bahwa hasil simulasi telah baik. Persamaannya dinyatakan
sebagai berikut:

𝜎
𝐶𝑉 = (13)
𝜇

𝑛
𝑖=1 𝑋𝑖 − 𝜇
𝐶𝑈 = 100 1 − 𝑛 (14)
𝑖=1 𝑋𝑖

dimana CV adalah koefisien variasi (coefficient of variation), CU adalah koefisien


keseragaman (coefficient of uniformity) (%), σ adalah standar deviasi, μ adalah
rata-rata suhu hasil simulasi (oC), Xi adalah suhu hasil pengukuran (oC), dan n
adalah jumlah data.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Distribusi Suhu di dalam Rumah Tanaman Tipe Modified Arch
Pengukuran iklim makro di sekitar rumah tanaman dilakukan selama tiga
hari (5 - 7 Mei 2010) dari pukul 6:00 - 18:00 WIB, dan menghasilkan profil suhu,
RH, radiasi matahari dan kecepatan angin seperti pada Gambar 9 dan 10. Suhu
udara rata-rata harian adalah 30.5 oC, dengan suhu terendah sebesar 23.0 oC, dan
suhu tertinggi sebesar 35.3 oC. Kelembaban relatif udara rata-rata harian adalah
74.9%, dengan kelembaban udara terendah sebesar 57.0%, dan kelembaban udara
tertinggi sebesar 96.0%. Radiasi matahari rata-rata harian adalah 378.7 W/m2,
dengan radiasi matahari tertinggi sebesar 1041.0 W/m2. Sedangkan, kecepatan
angin rata-rata harian adalah 1.6 m/detik dengan nilai tertinggi sebesar 7.2
m/detik.
38
36
34
32
Tout ( C)

30
28
26
24
22
20
6:00
8:00

7:50
9:50

7:40
9:40
10:00
12:00
14:00
16:00
18:00

11:50
13:50
15:50
17:50

11:40
13:40
15:40
17:40

Waktu (WIB)

100

90

80
RH (%)

70

60

50
6:00
8:00
10:00

7:50
9:50

7:40
9:40
11:40
12:00
14:00
16:00
18:00

11:50
13:50
15:50
17:50

13:40
15:40
17:40

Waktu (WIB)

Gambar 10. Suhu dan kelembaban relatif udara di luar rumah tanaman (5 - 7 Mei
2010, pukul 6:00 - 18:00 WIB).
24

1100
1000
900
Rad (W/m^2) 800
700
600
500
400
300
200
100
0

7:40
6:00
8:00

7:50
9:50

9:40
10:00
12:00
14:00
16:00
18:00

11:50
13:50
15:50
17:50

11:40
13:40
15:40
17:40
Waktu (WIB)

8
7
6
5
WS(m/s)

4
3
2
1
0
6:00
8:00

18:00
7:50
9:50

7:40
9:40
10:00
12:00
14:00
16:00

11:50
13:50
15:50
17:50

11:40
13:40
15:40
17:40

Waktu (WIB)

Gambar 11. Radiasi matahari dan kecepatan angin di luar rumah tanaman (5 - 7
Mei 2010, pukul 6:00 - 18:00 WIB).

Pengukuran iklim mikro dilakukan pada saat rumah tanaman dalam


keadaan kosong tanpa tanaman. Distribusi suhu udara di dalam rumah tanaman
mempunyai pola bahwa suhu udara akan meningkat seiring dengan penambahan
ketinggian seperti yang disajikan pada Gambar 10. Perbedaan suhu di dalam dan
di luar rumah tanaman berkisar antara 2.2 - 5.5 oC. Menurut Suhardiyanto (2009),
ventilasi alamiah masih cukup efektif jika dapat mempertahankan kenaikan suhu
udara di bawah 6 oC, sehingga rumah tanaman tipe modified arch dengan
kombinasi bukaan pada atap dan dinding yang ditutup dengan screen mempunyai
kinerja yang cukup baik didaerah tropika.
25

42.0
Tout (suhu
40.0 udara diluar
38.0 rumah tanman)
Suhu udara ( C) 36.0
34.0 T1 (suhu udara
didalam rumah
32.0
tanaman
30.0 ketinggian 1 m)
28.0 T2 (suhu udara
26.0 didalam rumah
24.0 tanaman
22.0 ketinggian 2 m)
T3 (suhu udara
20.0
didalam rumah
6:00
6:50
7:40
8:30
9:20
10:10
11:00
11:50
12:40
13:30
14:20
15:10
16:00
16:50
17:40
tanaman
ketinggian 3 m)
Waktu (WIB)

Gambar 12. Distribusi suhu udara di luar dan di dalam rumah tanaman.

Gradien suhu udara di dalam rumah tanaman secara vertikal pada


ketinggian 1 - 3 m tidak terlalu besar, kisaran maksimum sebesar 2.3 oC. Suhu
udara harian rata-rata pada ketinggian 1 m adalah 30.8 oC, pada ketinggian 2 m
adalah 31.2 oC, dan pada ketinggian 3 m adalah 32.0 oC.
Besarnya radiasi matahari yang masuk kedalam rumah tanaman sangat
berpengaruh pada peningkatan suhu udara di dalam rumah tanaman. Radiasi
matahari masuk melalui atap dan diterima oleh permukaan tanah serta struktur
rumah tanaman yang lain. Atap menerima radiasi matahari secara langsung,
sehingga suhu atap meningkat dengan pertambahan radiasi matahari. Suhu
permukaan tanah juga mengalami peningkatan karena menerima radiasi matahari
yang diteruskan oleh atap. Pada atap dan lantai terjadi pindah panas secara
konduksi ke seluruh bagiannya. Panas yang diterima oleh permukaan tanah
dikonduksikan juga ke lapisan tanah yang ada di bawahnya. Sifat termofisik
bahan atap dan lantai menyebabkan perbedaan kemampuan dalam menyimpan
dan melepaskan panas. Pindah panas juga terjadi secara konveksi dari permukaan
atap dan lantai ke udara. Udara yang bergerak melalui permukaan tersebut
membawa panas menyebar di dalam rumah tanaman dan sebagian dibuang keluar.
26

4.2 Simulasi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam Rumah Tanaman
Menggunakan CFD
Simulasi CFD dilakukan untuk melihat kinerja kinerja rumah tanaman.
Simulasi dilakukan pada tiga kasus yaitu pada pagi hari saat radiasi matahari
relatif rendah dan tidak ada kecepatan angin (Kasus 1), pada siang hari saat panas
dengan radiasi matahari sebesar 802 W/m2 dan kecepatan angin 0.6 m/detik
(Kasus 2), dan kondisi sore hari saat radiasi matahari sebesar 514 W/m2 dan
kecepatan angin 1.8 m/detik (Kasus 3).

4.2.1 Distribusi Suhu di dalam Rumah Tanaman


Pada Kasus 1 dengan kondisi lingkungan yang cukup stabil yaitu pada
pagi hari dengan suhu lingkungan 25.2 oC dan tidak ada kecepatan angin
menunjukkan bahwa suhu hasil simulasi di dalam rumah tanaman cukup seragam
atau hampir sama dengan suhu di luar (Gambar 13). Gradien suhu sangat kecil
dan cenderung meningkat dengan bertambahnya ketinggian, yaitu pada kisaran
25.39 - 25.44 oC, dan mencapai 26.85 oC pada daerah dekat dengan atap.

Gambar 13. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada pagi hari
(radiasi matahari dan kecepatan angin sangat rendah).

Pada Kasus 2 dengan kondisi lingkungan yang mulai panas (pukul 08:00
WIB) dengan suuhu lingkungan 30.6 oC dan kecepatan angin 0.5 m/detik
menunjukkan bahwa suhu hasil simulasi di dalam rumah tanaman seragam atau
hampir sama dengan suhu di luar (Gambar 14). Gradien suhu sangat kecil yaitu
27

pada kisaran 30.6 – 30.9 oC, dan mencapai 31.35 oC pada daerah dekat dengan
atap.

Gambar 14. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada pukul 08:00 WIB
(radiasi matahari 418 W/m2 dan kecepatan angin 0.5 m/detik).

Pada kasus 3 dengan kondisi lingkungan yang panas, dimana suhu


lingkungan mencapai 34.7 oC dan radiasi matahari 802 W/m2, hasil simulasi
menunjukkan bahwa suhu pada ketinggian 1-3 meter mempunyai suhu yang
seragam (34.7 - 34.9 oC) dan baru meningkat pada daerah di atas screen (>3.5 m).
Suhu udara pada daerah dekat atap dapat mencapai 38 oC (Gambar 15). Gradien
suhu secara vertikal pada ketinggian 1-3 m sangat kecil dan baru terlihat gradien
suhunya pada ketinggian >3.5 m.

Gambar 15. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada siang hari (radiasi
matahari 802 W/m2 dan kecepatan angin 0.6 m/detik).
28

Pada Kasus 4, dengan input kondisi udara sore hari dengan suhu udara
sebesar 34 oC, radiasi matahari 514 W/m2 dan kecepatan angin 1.8 m/detik,
menunjukkan bahwa suhu udara di dalam rumah tanaman seragam dan sama
dengan suhu di luar rumah tanaman yaitu sebesar 34.00 – 34.33 oC (Gambar 16).
Gradien suhu di dalam rumah tanaman tidak ada pada ruang tanam, hanya kecil
sekali di dekat atap.

Gambar 16. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada kondisi sore
hari(radiasi matahari 514 W/m2 dan kecepatan angin 1.8 m/detik).

Perbedaan suhu udara hasil simulasi dan hasil pengukuran pada Kasus 1,
2, 3 dan 4 dinyatakan dalam persentase error untuk melihat seberapa akurat model
pendugaan suhu yang telah dikembangkan. Error yang dihasilkan pada masing-
masing kasus cukup kecil yaitu 0.05-2.96% untuk Kasus 1, sebesar 3.77-7.21%
untuk Kasus 2, sebesar 2.22-7.37% untuk Kasus 3, dan sebesar 1.16 - 7.72%
untuk Kasus 4, sehingga dapat dikatakan bahwa model simulasi telah cukup baik
melakukan pendugaan distribusi suhu di dalam rumah tanaman. Nilai persentase
error untuk masing-masing kasus selengkapnya disajikan pada Tabel 4. Distribusi
suhu hasil simulasi dan hasil pengukuran seperti pada Gambar 17.
Selain persentase error, nilai koefisien keseragaman dan keragaman suhu
hasil simulasi juga dilihat. Berdasarkan pada Persamaan (12) – (14) diperoleh
bahwa nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0.12 dan nilai koefisien keseragaman
(CU) sebesar 89.76%. Sehingga menurut Karmeli (1975), dapat dinyatakan bahwa
model simulasi telah berhasil dengan baik dalam melakukan simulasi.
29

Tabel 4. Suhu hasil simulasi dan hasil pengukuran


Suhu
x y z
[m] [m] [m] Simulasi Pengukuran Error
Kasus [°C] [°C] [%] Perbedaan
3 1 -7.5 25.39 25.40 0.05 0.01
6.6 1 -7.5 25.38 25.30 0.33 0.08
3 2 -7.5 25.41 25.10 1.23 0.31
1
6.6 2 -7.5 25.40 25.60 0.78 0.20
3 3 -7.5 25.44 26.10 2.52 0.66
6.6 3 -7.5 25.42 26.20 2.96 0.78
3 1 -7.5 30.60 31.80 3.77 1.20
6.6 1 -7.5 30.65 32.00 4.22 1.35
3 2 -7.5 30.71 32.30 4.92 1.59
2
6.6 2 -7.5 30.78 32.70 5.87 1.92
3 3 -7.5 30.85 33.10 6.80 2.25
6.6 3 -7.5 30.90 33.30 7.21 2.40
3 1 -7.5 34.71 35.50 2.22 0.79
6.6 1 -7.5 34.72 36.60 5.14 1.88
3 2 -7.5 34.73 37.50 7.37 2.77
3
6.6 2 -7.5 34.75 37.50 7.35 2.75
3 3 -7.5 34.98 37.70 7.23 2.72
6.6 3 -7.5 34.97 37.70 7.23 2.73
3 1 -7.5 34.00 34.90 2.58 0.90
6.6 1 -7.5 34.00 34.40 1.16 0.40
4 3 2 -7.5 34.13 35.60 4.13 1.47
6.6 2 -7.5 34.20 35.80 4.47 1.60
3 3 -7.5 34.33 37.00 7.22 2.67
6.6 3 -7.5 34.33 37.20 7.72 2.87
30

40
y=x

36

T simulasi [oC]
32

28

24

20
20 24 28 32 36 40
T pengukuran [oC]

Gambar 17. Perbandingan suhu hasil pengukuran dengan suhu hasil simulasi.

4.2.2 Pola Aliran Udara pada Ventilasi Alamiah dalam Rumah Tanaman
Pola aliran udara di dalam rumah tanaman saat tidak ada angin seperti
yang ditunjukkan pada Kasus 1 (Gambar 18). Pola aliran udara yang terjadi di
dalam rumah tanaman karena adanya efek termal yaitu karena perbedaan tekanan.
Udara mengalir melalui dinding screen dan bergerak keatas dan keluar melalui
bukaan pada atap. Fenomena ini disebut dengan chimney effect. Proses ini akan
terjadi terus - menerus sampai pada saat tidak ada perbedaan suhu di dalam dan di
luar rumah tanaman atau saat terjadi aliran angin yang cukup besar. Pada Kasus 2
(Gambar 19) dan Kasus 3 (Gambar 20) dapat dilihat bahwa pola aliran udara yang
terjadi sama dengan Kasus 1. Menurut Bot (1983), pada waktu kecepatan angin
kurang atau sama dengan 1.67 m/detik pertukaran udara dominan terjadi karena
efek termal, sehingga chimney effect tetap terjadi pada Kasus 2 dan 3. Pada Kasus
4 (Gambar 21) dengan kecepatan udara di luar sebesar 1.8 m/detik, maka aliran
udara di dalam rumah tanaman terjadi karena adanya dorongan angin, sehingga
chimney effect tidak terjadi. Berdasarkan Gambar 18 – Gambar 21, dapat dilihat
bahwa bukaan pada dinding berfungsi sebagai inlet dan bukaan pada atap
berfungsi sebagai outlet.
31

Gambar 18. Pola aliran udara dalam rumah tanaman saat kondisi pagi hari (tidak
ada radiasi matahari dan kecepatan angin 0.0 m/detik).

Gambar 19. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman pada pukul 08:00
WIB (radiasi matahari 418 W/m2 dan kecepatan angin 0.5 m/detik).
32

Gambar 20. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman saat kondisi siang
hari (radiasi matahari 802 W/m2 dan kecepatan angin 0.6 m/detik).

Gambar 21. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman saat kondisi sore hari
(radiasi matahari 514 W/m2 dan kecepatan angin 1.8 m/detik).

Pola aliran udara yang bergerak di dalam dan di luar rumah tanaman
dipengaruhi oleh desain rumah tanaman, kecepatan udara, arah pergerakan udara
dan bangunan yang ada di sekitar rumah tanaman. Udara yang bergerak dari
samping (X) rumah tanaman mengenai dinding sebelah utara dan masuk melalui
dinding dan bukaan atap. Bukaan atap mengakibatkan sebagian udara yang masuk
dibuang keluar dan sebagian lain menyebabkan perputaran udara di dalam rumah
tanaman (Gambar 18-19). Perputaran udara tersebut yang akan membawa panas
dari atap secara konveksi menyebar ke udara dalam rumah tanaman.
33

Sistem ventilasi alamiah banyak dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu
perbedaan suhu (bouyancy effect) dan kecepatan (atau arah) angin. Laju aliran
udara di dalam rumah tanaman mempunyai gradien penurunan kecepatan udara
dengan bertambahnya ketinggian (Tabel 5). Laju ventilasi alamiah berbanding
lurus dengan kecepatan udara di luar rumah tanaman dan perbedaan tekanan udara
yang ditimbulkan oleh perbedaan suhu udara di dalam dan di luar rumah tanaman
(Takakura, 1979). Arah angin tidak berpengaruh terhadap laju ventilasi akibat
faktor termal dan akibat faktor angin (Bot, 1983).

Tabel 5. Laju aliran udara di dalam rumah tanaman hasil simulasi

Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 Kasus 4


x y z Laju aliran Laju aliran Laju aliran Laju aliran
[m] [m] [m] udara [m/detik] udara [m/detik] udara [m/detik] udara [m/detik]
3 1 -7.5 0.038 0.485 0.468 1.667
6.6 1 -7.5 0.037 0.462 0.428 1.431
3 2 -7.5 0.020 0.418 0.342 1.357
6.6 2 -7.5 0.026 0.402 0.379 1.331
3 3 -7.5 0.011 0.384 0.285 1.248
6.6 3 -7.5 0.014 0.365 0.270 1.233

Berdasarkan Tabel 5 diatas, untuk Kasus 1 dengan kecepatan angin 0.0


m/detik menghasilkan laju aliran udara di dalam rumah tanaman berkisar antara
0.014-0.038. Laju aliran udara tersebut terjadi karena adanya chimney effect. Pada
Kasus 2 dengan kecepatan angin sebesar 0.5 m/detik, diperoleh bahwa laju aliran
udara di dalam rumah tanaman antara 0.365-0.485 m/detik. Penurunan laju udara
di luar dan di dalam rumah tanaman sebesar 3-27%. Pada Kasus 3 dengan
kecepatan angin sebesar 0.6 m/detik, diperoleh bahwa laju aliran udara di dalam
rumah tanaman antara 0.270-0.468 m/detik. Penurunan laju udara di luar dan di
dalam rumah tanaman sebesar 22-55%. Pada Kasus 4 dengan kecepatan angin
sebesar 1.6 m/detik, diperoleh bahwa laju aliran udara di dalam rumah tanaman
antara 1.233-1.667 m/detik. Penurunan laju udara di luar dan di dalam rumah
tanaman sebesar 7-31%. Secara keseluruhan (Kasus 1 – 4), penurunan laju udara
di luar dan di dalam rumah tanaman sebesar 3-55%. Hal ini menunjukkan bahwa
dinding yang ditutup dengan screen ukuran 52 mesh pada modified arch
greenhouse ini dapat menurunkan kecepatan angin sebesar 3-55%.
34

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Model simulasi CFD dinyatakan berhasil dengan baik untuk memprediksi
suhu udara (nilai CV sebesar 0.12 dan CU sebesar 89.76%.) dan pola aliran
udara, sehingga rumah tanaman tipe modified arch memiliki kinerja yang
baik.
2. Hasil simulasi distribusi suhu menunjukkan hasil yang seragam, dengan pola
aliran udara terjadi dari inlet (bukaan dinding) menuju outlet (bukaan atap).
3. Perbedaan suhu udara di dalam rumah tanaman tipe modified arch dengan
suhu lingkungan berkisar antara 2.2 - 5.5 oC. Gradien suhu terjadi secara
vertikal, tetapi besarnya tidak signifikan.
4. Distribusi suhu dan pola aliran udara dalam rumah tanaman dengan ventilasi
alami mampu dijelaskan dengan baik menggunakan program CFD dan
memungkinkan dilakukan permodelan untuk memprediksi suhu dan
kelembaban udara di dalamnya.
5. Ventilasi alamiah dalam rumah tanaman tipe modified arch bekerja secara
efektif baik terjadi dengan adanya pengaruh kecepatan angin maupun tanpa
adanya kecepatan angin di luar rumah tanaman karena saat angin tidak bertiup
maupun saat kecepatan angin rendah pertukaran udara tetap terjadi karena
adanya chimney effect.

5.2 Saran
Perlu dilakukan pengembangan model simulasi dengan pendefinisian sistem
yang lebih baik diantaranya dengan menambahkan beberapa parameter bahan
screen seperti koefisien discharge dan nilai permeabilitas bahan screen agar
menghasilkan output simulasi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson Jr, J.D. 1995. Computational Fluid Dynamics: the basic with
applications. McGraw-Hill, Inc, Singapore.

Asnawi, M.A.M. 2009. Prediksi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam
Greenhouse Tipe Standard Peak Menggunakan Computational Fluid
Dynamics. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB. Bogor.

Bartzanas, T., T. Boulard, C. Kittas. 2002. Numerical simulation of the airflow


and temperature distribution in a tunnel greenhouse equipped with
insect-proof screen in the openings. Computers and Electronics in
Agriculture 34: 207–221.

Bethke, J.A., 1990. Screening Greenhouse for Insect Size. Grower Talks. P. 102.
Illinois.

Bot, G.P.A. 1983. Greenhouse Climate: from Physical Processes to a Dynamic


Model. Thesis. Agricultural University of Wagenigen, Netherland.

Brundrett, E. 1993. Prediction of pressure drop for incompressible flow through


screen. J. Fluid Eng. (115): 239-242.

Cengel, Y. A., Cimbala, J. M. 2006. Fluid Mechanics: Fundamentals and


Applications, 2nd ed., McGraw Hill Book Company, New York.

Connelan, G.J. 2002. Selection of greenhouse design and technology option for
high temperature regions. Proceedings of International Seminar on
Tropical Subtrop. Greenhouse, Acta Horticulturae. 578.

Fatnassi, H., T. Boulard, H. Demrati, L. Bouirden, G. Sappe. 2002. Ventilation


Performance of a Large Canarian-Type Greenhouse equipped with
Insect-proof Nets. Biosystem Engineering 82 (1): 97-105.

Fatnassi, H., T. Boulard, L. Bouirden. 2003. Simulation of climatic conditions in


full-scale greenhouse fitted with insect-proof screens. Agricultural and
Forest Meteorology 118: 97–111.

Fatnassi, H., T. Boulard, C. Poncet, M. Chave. 2006. Optimisation of greenhouse


insect screening with computational fluid dynamics. Biosystems
Engineering 93 (3): 301 - 312.

Harmanto, H.J. Tantau, V.M. Salokhe. 2006. Microclimate and air exchange
rates in greenhouse covered with different nets in the humid tropics.
Biosystems Engineering 94 (2): 239 - 253.
36

Harmanto, A. Prabowo, A. Nurhasanah. 2007. Prospek pengembangan low-cost


adapted screenhouse untuk budidaya hortikultura di daerah tropis. Balai
Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong.

Hellickson, M.A, J.N. Walker. 1983. Ventilation of agricultural structures.


American Society of Agricultural Engineers, Michigan.

Jansen, M.H, Alan J.M. 1994. Protected Agriculture: A Global Review. The
World Bank, Washington.

Kamaruddin, R. 1999. A Naturally Ventilated Crop Protection Structure for


Tropical Conditions. Ph.D thesis. SAFE, Cranfield University. Cranfield.

Katsoulas, N., T . Bartzanas, T . Boulard, M . Mermier, C . Kittas. 2006. Effect of


vent openings and insect screens on greenhouse ventilation. Biosystems
Engineering 93 (4): 427 - 436.

Kementerian Pertanian. 2010. Statistik Pertanian (Agricultural Statistics) 2010.


Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian.

Mastalerz, J.W. 1977. The Greenhouse Environment. John Wiley and Sons, Inc.
New York.

Miguel, A.F, N.J. van de Braak, G.P.A. Bot, 1997. Analysis of the airflow
characteristics of greenhouse screening materials. Agricultural
Engineering Resources 67: 105 – 112.

Munoz, P., J.I. Montero, A. Anton dan F. Giuffrida, 1999. Effect of insect-proof
screens and roof openings on greenhouse ventilation. Journal of
Agricultural Engineering Research 73: 171 – 178.

Nelson, P.V. 1981. Greenhouse: Operation and Management. Prentice Hall


Company Inc, Reston, Virginia.

Ould Khaoua, S.A., P.E. Bournet, C. Migeon, T. Boulard, G. Chasse´riaux. 2006.


Analysis of greenhouse ventilation efficiency based on computational
fluid dynamics. Biosystems Engineering 95 (1): 83 - 98.

Papadakis, G., M. Mermier, J.F. Menesses, T. Boulard. 1996. Ventilation control


and systems. Animal Science and Engineering Division, Silso Research
Institute. Bedford.

Ross, D.S., Gill, S.A., 1994. Insect Screening for Greenhouses. Information
Facts, Vol. 186. University of Maryland at College Park, 21 pp.

Soni, P., V.M. Salokhe, H.J. Tantau. 2005. Effect of screen mesh size on vertical
temperature distribution in naturally ventilated tropical greenhouses.
Biosystems Engineering 92 (4): 469 – 482.
37

Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Rumah Tanaman untuk Iklim Tropika Basah:


Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan. IPB Press, Bogor.

Tanny, J., S. Cohen, M. Teitel. 2003. Screenhouse microclimate and ventilaion:


an experimental study. Biosystem Engineering 84 (3): 331 - 341.

Teitel, M. 2007. Review: The effect of screened opening on greenhouse


microclimate. Agric. And Forest Meteorology (143): 159 - 175.

Tiwari, G. N., Goyal, R. K. 1998. Greenhouse Technology. Narosa Publishing


House, 6 Community Centre, Panchsheel Park, New Delhi, India.

Tuakia, F. 2008. Dasar-dasar CFD Menggunakan Fluent. Informatika, Bandung.

Versteeg, H. K., Malalasekera, W. 1995. An Introduction to Computational Fluid


Dynamics, The Finite Volume Method. Longman Group Ltd. Essex.

Walls, I.G. 1993. The complete book of greennhouse. 5th edition. Ward Lock
Ltd., London.

Yuwono, A.S, R. Hasbullah, Gardjito, dan Y. Chadirin. 2008. Lingkungan dan


Bangunan Pertanian (Farm Structure and Environment). Departemen
Teknik Pertanian IPB, Bogor.
38

LAMPIRAN
39

Lampiran 1. Gambar teknik rumah tanaman tipe modified arch yang digunakan dalam penelitian (tampak isometrik).
40

Lampiran 2. Tampak depan dan samping rumah tanaman tipe modified arch yang digunakan dalam penelitian.

You might also like