Professional Documents
Culture Documents
Simulasi Distribusi Suhu Dan Pola Aliran Udara Dalam Rumah Tanaman Tipe Modified Arch Menggunakan Computational Fluid Dynamics
Simulasi Distribusi Suhu Dan Pola Aliran Udara Dalam Rumah Tanaman Tipe Modified Arch Menggunakan Computational Fluid Dynamics
TITIN NURYAWATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Titin Nuryawati
NRP F152080041
ABSTRACT
In this research, the effect of wind speed on the natural ventilation of a modified
arch greenhouse was analysed by computational fluid dynamics (CFD), using the
commercial software SolidWorks of 2010. The objectives of this research were to
understand the natural ventilation on the greenhouse and develop a simulation of
temperature distribution and the airflow pattern on the modified arch greenhouse.
The experiment was carried out in a modified arch greenhouse equipped with both
top and side ventilations. Climate data and greenhouse characteristics were used
as inputs and boundary condition to develop a simulation model. Two-
dimensional simulation in a steady state with the condition of no wind speed (0.0
m/s), moderate wind speed (0.5 and 0.6 m/s) and high wind speed (1.8 m/s) were
carried out. The wind speed through the insect-proof screen was simulated as a
flow through porous media. The CFD model has succeded in predicting the
temperature distribution and airflow pattern of the greenhouse. The result of the
model showed that the greenhouse has a gradient temperature vertically and the
natural ventilation works effectively. It is proved that a small error percentage of
difference temperatures between the simulation result and the observed data (less
than 8%) was obtained. The coefficient variation was also small (0.12), with the
coefficient of uniformity of 89.76%.
TITIN NURYAWATI. Simulasi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam
Rumah Tanaman Tipe Modified Arch Menggunakan Computational Fluid
Dynamics. Dibimbing oleh HERRY SUHARDIYANTO, YULI SUHARNOTO
dan HARMANTO.
1.46 oC pada daerah dekat atap. Distribusi suhu pada ketinggian 1 - 3 meter antara
25.39 - 25.44 oC, dan mencapai 26.85 oC pada daerah dekat dengan atap.
Pada Kasus 2 dengan input suhu lingkungan 30.6 oC menunjukkan bahwa
suhu di dalam rumah tanaman cukup seragam. Gradien suhu sangat kecil yaitu
pada kisaran sebesar 0.3 oC dan mencapai 0.75 oC pada daerah dekat dengan atap.
Distribusi suhu pada ketinggian 1 - 3 meter antara 30.6 – 30.9 oC, dan mencapai
31.35 oC pada daerah dekat dengan atap.
Pada Kasus 3 dengan input suhu lingkungan sebesar 34.7oC, hasil simulasi
menunjukkan bahwa suhu pada ketinggian 1-3 meter mempunyai suhu yang
seragam (34.7 - 34.9 oC) dan baru meningkat pada daerah di atas screen (>3.5 m).
Suhu udara pada daerah dekat atap dapat mencapai 39 oC. Gradien suhu secara
vertikal pada ketinggian 1-3 m sangat kecil dan baru terlihat gradien suhunya pada
ketinggian >3.5 m.
Pada Kasus 4 dengan input kondisi udara sore hari dengan suhu udara
sebesar 34 oC, menunjukkan bahwa suhu udara di dalam rumah tanaman seragam
dan sama dengan suhu di luar rumah tanaman yaitu sebesar 34.00 – 34.33 oC.
Gradien suhu tidak ada di dalam rumah tanaman, hanya kecil sekali di dekat atap.
Perbedaan suhu udara hasil simulasi dan hasil pengukuran pada Kasus 1, 2,
3 dan 4 dinyatakan dalam persentase error untuk melihat keakuratan model
pendugaan suhu yang telah dikembangkan. Error yang dihasilkan pada masing-
masing kasus cukup kecil yaitu 0.05-2.96% untuk Kasus 1, sebesar 3.77-7.21%
untuk Kasus 2, sebesar 2.22-7.37% untuk Kasus 3, dan sebesar 1.16 - 7.72%
untuk Kasus 4. Selain persentase error, juga dianalisis nilai koefisien keseragaman
dan variasi suhu hasil simulasi, dan hasilnya menunjukkan bahwa nilai koefisien
variasi (CV) sebesar 0.12 dan nilai koefisien keseragaman (CU) sebesar 89.76%.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model simulasi telah berhasil dengan
baik melakukan simulasi.
Pada Kasus 1, aliran udara terjadi di dalam rumah tanaman karena adanya
efek termal yaitu karena perbedaan tekanan. Udara mengalir melalui dinding
screen dan bergerak keatas dan keluar melalui bukaan pada atap. Fenomena ini
disebut dengan chimney effect. Proses ini akan terjadi terus - menerus sampai pada
saat tidak ada perbedaan suhu di dalam dan di luar rumah tanaman atau saat
terjadi aliran angin yang cukup besar. Pada Kasus 2 dan 3, pola aliran udara sama
dengan Kasus 1. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya
bahwa pada waktu kecepatan angin kurang atau sama dengan 1.67 m/detik
pertukaran udara dominan terjadi karena efek termal. Dengan demikian Kasus 2
dan 3 tetap terjadi chimney effect. Pada Kasus 4 dengan kecepatan udara di luar
sebesar 1.8 m/detik, maka aliran udara di dalam rumah tanaman terjadi karena
adanya dorongan angin, sehingga chimney effect tidak terjadi.
Kata kunci: CFD, modified arch greenhouse, simulasi, distribusi suhu, ventilasi.
@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
TITIN NURYAWATI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Erizal, M.Agr.
Judul Tesis : Simulasi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam
Rumah Tanaman Tipe Modified Arch Menggunakan
Computational Fluid Dynamics
Nama : Titin Nuryawati
NRP : F152080041
Disetujui
Komisi Pembimbing
Mengetahui
Dr. Ir. Nora H. Pandjaitan, DEA Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan alam
Rasulullah Muhammad SAW. Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil’alamin
tesis dengan judul “Simulasi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam Rumah
Tanaman Tipe Modified arch Menggunakan Computational Fluid Dynamics”,
telah dapat diselesaikan.
Terima kasih yang sedalam-dalamnya diucapkan kepada Prof. Dr. Ir.
Herry Suhardiyanto,M.Sc. sebagai ketua komisi pembimbing, atas segala arahan
dan bimbingannya selama pendidikan, penelitian dan penyelesaian tesis. Ucapan
yang sama disampaikan kepada Dr. Ir. Yuli Suharnoto, M.Eng., dan Dr. Ir.
Harmanto, M.Eng. sebagai anggota komisi pembimbing atas koreksi, saran,
bimbingan dan motivasinya dalam penyusunan tesis. Kepada Dr. Ir. Erizal, M.Agr
sebagai dosen penguji luar komisi pembimbing pada ujian tesis disampaikan
terima kasih atas saran, koreksi dan masukan bagi tesis ini, demikian juga kepada
Dr. Ir. Ahmad Indra Siswantara atas kesediaannya memberikan waktu untuk
konsultasi.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Kementerian Pendidikan
Nasional RI, khususnya DIKTI melalui Program BPPS atas bantuan biaya
pendidikan yang diberikan, kepada PT East West Seed Indonesia, Purwakarta atas
kerjasamanya dalam penelitian ini, kepada Teknisi Laboratorium Lingkungan dan
Bangunan Pertanian Fateta-IPB, dan juga kepada Bapak, Ibu, Kakak-kakak, dan
teman-teman di Program Studi SIL 2008, BBP Mektan Serpong, TEP 39, dan
Cyber-man, atas dukungan moril dan semangatnya.
Akhirnya semoga tesis dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia
ilmu pengetahuan pada umumnya.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis screen yang diperlukan untuk menekan jumlah hama serangga ...... 7
Tabel 2. Karakteristik sifat bahan penyusun rumah tanaman ............................... 14
Tabel 3. Boundary condition dan initial condition dalam simulasi ...................... 16
Tabel 4. Suhu hasil simulasi dan hasil pengukuran .............................................. 29
Tabel 5. Laju aliran udara di dalam rumah tanaman hasil simulasi ...................... 33
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 11. Radiasi matahari dan kecepatan angin di luar rumah tanaman (5 - 7
Mei 2010, pukul 6:00 - 18:00 WIB). .................................................. 24
Gambar 12. Distribusi suhu udara di luar dan di dalam rumah tanaman. .............. 25
Gambar 13. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada pagi hari (radiasi
matahari dan kecepatan angin sangat rendah)..................................... 26
Gambar 14. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada pukul 08:00 WIB
(radiasi matahari 418 W/m2 dan kecepatan angin 0.5 m/detik). ......... 27
Gambar 15. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada siang hari (radiasi
matahari 802 W/m2 dan kecepatan angin 0.6 m/detik). ...................... 27
Gambar 16. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada kondisi sore
hari(radiasi matahari 514 W/m2 dan kecepatan angin 1.8 m/detik). ... 28
Gambar 17. Perbandingan suhu hasil pengukuran dengan suhu hasil simulasi. .... 30
Gambar 18. Pola aliran udara dalam rumah tanaman saat kondisi pagi hari (tidak
ada radiasi matahari dan kecepatan angin 0.0 m/detik). ..................... 31
Gambar 19. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman pada pukul 08:00 WIB
(radiasi matahari 418 W/m2 dan kecepatan angin 0.5 m/detik). ......... 31
Gambar 20. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman saat kondisi siang hari
(radiasi matahari 802 W/m2 dan kecepatan angin 0.6 m/detik). ......... 32
v
Gambar 21. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman saat kondisi sore hari
(radiasi matahari 514 W/m2 dan kecepatan angin 1.8 m/detik). .......... 32
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Gambar teknik rumah tanaman tipe modified arch yang
digunakan dalam penelitian (tampak isometrik)…….................... 39
Lampiran 2. Tampak depan dan samping rumah tanaman tipe modified arch
yang digunakan dalam penelitian……………………………..….. 40
I PENDAHULUAN
tanaman dengan konstruksi kaca dan besi berbentuk standard peak di daerah
Bogor, Jawa Barat, suhu di dalamnya dapat mencapai 44.5 oC (Asnawi, 2009).
Kondisi ini akan menyebabkan tanaman menjadi stres dan akibatnya akan
menurunkan produktivitas tanaman. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka
dilakukan berbagai modifikasi rumah tanaman yang sesuai untuk daerah tropika,
baik dari segi konstruksi maupun material yang digunakan. Modifikasi tersebut
dapat berupa perubahan bentuk atap, penambahan bukaan atap, perubahan sudut
kemiringan atap, penggunaan material plastik pada atap dan screen pada dinding
dan modifikasi lainnya.
Standarisasi mengenai konstruksi dan material penyusun rumah tanaman
di Indonesia sudah tersedia, namun aplikasinya belum terlaksana secara maksimal
sehingga cukup menyulitkan bagi petani yang akan mendisain dan membangun
rumah tanaman. Standarisasi ini diperlukan untuk memberikan pedoman kepada
petani untuk membangun rumah tanaman agar mendapatkan kondisi iklim mikro
yang sesuai untuk produksi tanaman yang diinginkan.
Perkembangan saat ini, telah banyak digunakan rumah tanaman dengan
bahan penutup atap dari plastik dan penutup dinding dan bukaan ventilasi atap
dari screen. Penggunaan screen tersebut selain berfungsi sebagai ventilasi
alamiah, juga berfungsi sebagai perlindungan hama tanaman. Screen akan
mencegah serangga masuk ke dalam rumah tanaman yang akan berimplikasi
kepada penurunan penggunaan pestisida. Bethke (1990) telah merekomendasikan
beberapa ukuran net yang dapat digunakan untuk menekan serangan hama
tanaman.
Penggunaan screen memang mengurangi jumlah serangan hama
pengganggu yang masuk ke dalam rumah tanaman, akan tetapi penggunaannya
menurunkan laju ventilasi dan menaikkan suhu udara dalam rumah tanaman.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mempelajari karakteristik resistansi
udara pada screen untuk memprediksi penurunan tekanan yang terjadi sebagai
fungsi dari aliran kecepatan udara yang melewati screen (Miguel et al., 1997,
1998; dan Teitel, 2001). Penelitian yang lain tentang pengaruh screen yang
dipasang pada bukaan ventilasi rumah tanaman di daerah subtropika juga telah
dilakukan oleh Teitel, 2001; dan Katsoulas, 2006. Akan tetapi analisis pola aliran
3
udara pada rumah tanaman dengan penggunaan screen di daerah tropika belum
banyak dilakukan.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa rumah tanaman telah banyak
digunakan di Indonesia, akan tetapi penelitian mengenai identifikasi iklim mikro
di dalamnya masih sedikit. Pengetahuan mengenai kondisi iklim mikro di dalam
rumah tanaman berperan penting untuk penentuan jenis tanaman yang akan
diproduksi dan desain sistem irigasi yang akan digunakan (Tanny, et al., 2003).
Penggunaan simulasi numerik dengan program komputer untuk
memprediksi laju aliran udara dan distribusi suhu dalam rumah tanaman di daerah
subtropika telah dilakukan oleh Bartzanas et al., 2002; Fatnassi et al., 2002; dan
Fatnassi et al., 2003, selain itu terdapat juga berbagai simulasi yang dapat
digunakan untuk memprediksi laju aliran udara dan distribusi suhu dalam rumah
tanaman dengan menggunakan CFD seperti yang dilakukan oleh Fatnassi et al.,
(2006). Soni et al., (2005). dan Harmanto et al., (2006) telah mempelajari
pengaruh berbagai macam ukuran screen untuk rumah tanaman di daerah tropika.
Penelitian mengenai iklim mikro di dalam rumah tanaman di daerah
tropika akan sangat membantu dalam perencanaan desain rumah tanaman yang
sesuai untuk daerah tropika. Untuk itu diperlukan suatu penelitian mengenai
identifikasi dan laju ventilasi serta optimasi ukuran screen yang sesuai digunakan
untuk rumah tanaman di daerah tropika.
a. Flat
Flat b. Shed/Lean-to c. Uneven span
d. Even span/Standard
span/Standard peak/Gable
peak/Gable e. Venlo
Venlo house
f. Mansard
Mansard g. Arch
atap yang dikombinasikan dengan cukupnya tinggi ruangan rumah tanaman juga
membantu dalam pendinginan udara di dalam ruangan (Harmanto et al., 2006;
Munoz et al., 1999)
adalah > 3000 (Cengel dan Cimbala, 2006). Aliran udara laminer kurang
memberikan efek pertukaran udara yang baik, sedangkan aliran udara turbulen
dapat memberikan efek pertukaran udara yang lebih baik. Hal ini disebabkan
aliran udara turbulen bersifat tidak beraturan sedangkan aliran udara laminer
membentuk lapisan-lapisan lurus yang sejajar. Gerakan berputar pada aliran udara
turbulen menyebabkan pertukaran udara yang terjadi berlangsung lebih baik
(Yuwono et al, 2008).
Tabel 1. Jenis screen yang diperlukan untuk menekan jumlah hama serangga
Ukuran lubang screen
Jenis hama serangga
Micron Inchi Mesh
(Serpentine) Leafminers 640 0,025 40
(Sweet potato) Whiteflies 462 0,018 52
(Melon) Aphids 340 0,013 78
(Greenhouse) Whitefly 288 0,0113 81
(Silver leaf) Whitefly 239 0,0094 123
(Western flower) Thrips 192 < 0,0075 132
Sumber: Bethke, 1990 dalam Harmanto et al., 2007.
Untuk daerah subtropika, Fatnassi et al. (2006) telah menguji screen anti-
Bemisia (52 mesh) dan anti-Thrips (132 mesh) yang dipasang pada bukaan
8
ventilasi di atap dan dinding rumah tanaman multi-span dan menunjukkan bahwa
suhu dan kelembaban absolut udara di dalam rumah tanaman yang dipasang
screen meningkat sebesar 2.7 oC dan 0.7 g/kg untuk screen anti-Bemisia (52
mesh) dan meningkat sebesar 4.7 oC dan 1.3 g/kg untuk screen anti-Thrips (132
mesh) dibandingkan dengan rumah tanaman yang tidak dipasangi screen pada
bukaan ventilasinya.
Harmanto et al., 2006 telah melakukan penelitian tentang iklim mikro
menggunakan model matematika (metode energy balance) pada rumah tanaman
modified arch dengan bukaan ventilasi atap dan dinding yang ditutup screen di
daerah tropika. Ukuran screen yang digunakan adalah 78, 52 dan 40-mesh.
Dibandingkan dengan screen ukuran 40 mesh, screen dengan ukuran 52 dan 78
mesh dapat menurunkan laju pertukaran udara sebesar 35% dan 78% dan
meningkatkan suhu udara di dalam rumah tanaman sebesar 1 – 3 oC. Akan tetapi
screen 40 mesh kurang efektif dalam mencegah hama masuk, sehingga ukuran net
52-mesh lebih dianjurkan untuk digunakan dalam mencegah kenaikan suhu udara
dan menurunnya laju ventilasi secara nyata.
Tanny et al. (2003) telah melakukan pengujian pada screenhouse
berbentuk atap datar (flat-top) di daerah subtropika dengan ukuran screen 50 mesh
dengan tanaman paprika di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil
suhu dan kelembaban absolut dalam rumah tanaman menunjukkan bahwa suhu
semakin meningkat dan kelembaban absolut semakin menurun dengan
bertambahnya ketinggian lokasi pengukuran dalam rumah tanaman. Laju ventilasi
dalam screenhouse dibandingkan dengan laju udara di kebun paprika yang
dibudidayakan di ruang terbuka untuk kecepatan angin 1.5 - 3.5 m/detik menurun
sebesar 51 – 71% di bagian tengah rumah tanaman, dan menurun sebesar 60 –
64% di bagian pinggir yang lebih dekat ke salah satu dindingnya.
2.4.1. Pre-processor
Komponen pre-processor merupakan komponen input dari permasalahan
aliran fluida ke dalam program CFD. Komponen tersebut berfungsi sebagai
transformer input ke tahapan berikutnya dalam bentuk yang sesuai dengan
pemecahan oleh solver. Pada tahapan pre-processor dilakukan hal-hal sebagai
berikut: 1) pembuatan geometri sistem yang akan dianalisis, 2) pembentukan grid
dan mesh pada setiap domain atau seluruhnya, 3) pemilihan fenomena kimia dan
fisik yang dibutuhkan, 4) menentukan sifat-sifat fluida (konduktivitas, viskositas,
panas jenis, massa jenis dan sebagainya), 5) menentukan kondisi batas yang sesuai
dengan keperluan (dinding, inlet, outlet, kecepatan, tekanan dan variabel
turbulensi), 6) sumber panas yang dikehendaki serta jenis fluida yang
disimulasikan.
Ketepatan aliran dalam geometri ditentukan oleh jumlah sel di dalam grid
yang dibangun. Semakin besar jumlah sel, ketepatan atau ketelitian dari hasil
pemecahan semakin baik. Mesh optimal tidak harus seragam. Perubahan mesh
dapat dilakukan dengan memperhalus mesh pada bagian yang memiliki variasi
cukup besar dan membuat mesh yang kasar untuk bagian yang relatif sedikit
mengalami perubahan (Tuakia 2008).
10
2.4.2. Solver
Proses pada solver merupakan proses pemecahan secara matematika dalam
CFD. Metode yang digunakan adalah volume hingga (finite volume) yang
dikembangkan dari metode beda hingga (finite difference). Proses pemecahan
matematika pada solver digambarkan sebagai diagram alir metode SIMPLE
(Semi-Implicit Method for Pressure-Linked Equation). Bentuk persamaan
matematika 2 dimensi dinyatakan sebagai berikut (Versteeg dan Malalasekera,
1995):
𝜕 𝜌𝑢 𝜕 𝜌𝑣
+ =0 (1)
𝜕𝑥 𝜕𝑦
dimana ρ adalah massa jenis fluida (kg/m3) dan x, y, z adalah arah koordinat
kartesian.
Persamaan Momentum
Persamaan momentum dikembangkan dari persamaan Navier-Stokes
dalam bentuk yang sesuai dengan metode finite volume.
Momentum arah x:
𝜕𝑢 𝜕𝑢 𝜕𝑝 𝜕2𝑢 𝜕2𝑢
𝜌 𝑢 +𝑣 = + 𝜌𝑔𝑥 + 𝜇 + + 𝑆𝑀𝑥 (2)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
Momentum arah y:
𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑝 𝜕2𝑣 𝜕2𝑣
𝜌 𝑢 +𝑣 = + 𝜌𝑔𝑦 + 𝜇 + + 𝑆𝑀𝑦 (3)
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2
11
Persamaan Energi
Persamaan energi diturunkan dari Hukum I Termodinamika yang
menyatakan bahwa: laju perubahan energi partikel fluida = laju penambahan
panas ke dalam partikel fluida ditambahkan dengan laju kerja yang diberikan
pada partikel. Secara matematik dengan memasukan fungsi disipasi ditulis
sebagai berikut (Versteeg dan Malalasekera, 1995):
2 2
𝜕𝑇 𝜕𝑇 𝜕2𝑇 𝜕2𝑇 𝜕𝑣𝑥 𝜕𝑣𝑦
𝜌 𝑢 +𝑣 =𝑘 + + 2𝜇 +
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑥 𝜕𝑦
2
𝜕𝑣𝑥 𝜕𝑣𝑦
+𝜇 + + 𝑆𝑖 (4)
𝜕𝑦 𝜕𝑥
dimana T adalah suhu fluida (K), k adalah konduktivitas termal fluida (W/m.K),
dan Si adalah energi yang ditambahkan per unit volume per unit waktu.
Persamaan Kesetimbangan
Aliran fluida selalu mencari keseimbangan secara termodinamika, jika
ada gangguan. Jika dihubungkan dengan variabel dan T, maka persamaan
kesetimbangan untuk tekanan (P) dan energi dalam (i) adalah sebagai berikut
(Versteeg dan Malalasekera, 1995):
𝑃 = 𝑃(𝜌, 𝑇) (5)
𝑖 = 𝑖(𝜌, 𝑇) (6)
Untuk gas ideal, dimana: 𝑃 = 𝜌𝑅𝑇 dan 𝑖 = 𝐶𝑣 𝑇
2.4.3. Post-processor
Seluruh hasil yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya akan
ditampilkan dalam post-processor. Hasil yang ditampilkan dapat berupa tampilan
geometri domain dan grid, plot vektor kecepatan, distribusi sebaran suhu pada
tiap-tiap titik yang dikehendaki, plot permukaan 2D, tracking (trajectory) partikel,
visualisasi besaran yang dikehendaki, hasil (goals) dan sebagainya.
III METODE PENELITIAN
Gambar 2. Rumah tanaman tipe modified arch yang digunakan dalam penelitian.
13
dimana L adalah ukuran mesh (m) dan d adalah diameter lubang media berpori
(m).
Satuan: mm
Keterangan: Termokopel
Weather station
Gambar 4. Skema titik pengukuran dalam penelitian.
permukaan tanah dan dinding bagian dalam), dan 6 titik pengukuran suhu udara
(ketinggian 1, 2 dan 3 m) untuk validasi hasil simulasi suhu. Skema titik
pengukuran seperti pada Gambar 4.
d) Distribusi suhu udara pada tiap komponen rumah tanaman (atap dan
lantai) seragam,
e) Rangka utama rumah tanaman dianggap tidak berperan besar dalam
proses pindah panas dalam rumah tanaman, sehingga tidak dijadikan
input dalam simulasi.
3. Initial mesh diatur pada level 8, dan dilakukan optimasi mesh dengan
memasukkan nilai manual specification of the minimum gap size dan
nilai manual specification of the minimum wall thickness sebesar
0.002 m, dan mengubah automatic setting dengan menaikkan basic
mesh yaitu menambah jumlah sel per komponen X (Number cell per
X) menjadi 200 dan jumlah sel per komponen Y (Number cell per Y)
menjadi 100, serta mengubah nilai narrow channel refinement
menjadi 10 pada level 1 (Gambar 6).
19
30 m
100 m
Gambar 7. Computational domain dalam simulasi.
6. Setting goal dari analisis, yaitu global goal temperature dari fluid
(maximum, minimum, dan average), global goal velocity (maximum,
minimum, dan average), dan global goal temperature pada porous
matrix (average).
21
(𝑇𝑠𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 −𝑇𝑢𝑘 𝑢𝑟 )
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 𝑥100% (12)
𝑇𝑢𝑘𝑢𝑟
dimana Tsimulasi adalah suhu hasil simulasi (oC) dan Tukur adalah suhu hasil
pengukuran (oC).
𝜎
𝐶𝑉 = (13)
𝜇
𝑛
𝑖=1 𝑋𝑖 − 𝜇
𝐶𝑈 = 100 1 − 𝑛 (14)
𝑖=1 𝑋𝑖
4.1 Profil Distribusi Suhu di dalam Rumah Tanaman Tipe Modified Arch
Pengukuran iklim makro di sekitar rumah tanaman dilakukan selama tiga
hari (5 - 7 Mei 2010) dari pukul 6:00 - 18:00 WIB, dan menghasilkan profil suhu,
RH, radiasi matahari dan kecepatan angin seperti pada Gambar 9 dan 10. Suhu
udara rata-rata harian adalah 30.5 oC, dengan suhu terendah sebesar 23.0 oC, dan
suhu tertinggi sebesar 35.3 oC. Kelembaban relatif udara rata-rata harian adalah
74.9%, dengan kelembaban udara terendah sebesar 57.0%, dan kelembaban udara
tertinggi sebesar 96.0%. Radiasi matahari rata-rata harian adalah 378.7 W/m2,
dengan radiasi matahari tertinggi sebesar 1041.0 W/m2. Sedangkan, kecepatan
angin rata-rata harian adalah 1.6 m/detik dengan nilai tertinggi sebesar 7.2
m/detik.
38
36
34
32
Tout ( C)
30
28
26
24
22
20
6:00
8:00
7:50
9:50
7:40
9:40
10:00
12:00
14:00
16:00
18:00
11:50
13:50
15:50
17:50
11:40
13:40
15:40
17:40
Waktu (WIB)
100
90
80
RH (%)
70
60
50
6:00
8:00
10:00
7:50
9:50
7:40
9:40
11:40
12:00
14:00
16:00
18:00
11:50
13:50
15:50
17:50
13:40
15:40
17:40
Waktu (WIB)
Gambar 10. Suhu dan kelembaban relatif udara di luar rumah tanaman (5 - 7 Mei
2010, pukul 6:00 - 18:00 WIB).
24
1100
1000
900
Rad (W/m^2) 800
700
600
500
400
300
200
100
0
7:40
6:00
8:00
7:50
9:50
9:40
10:00
12:00
14:00
16:00
18:00
11:50
13:50
15:50
17:50
11:40
13:40
15:40
17:40
Waktu (WIB)
8
7
6
5
WS(m/s)
4
3
2
1
0
6:00
8:00
18:00
7:50
9:50
7:40
9:40
10:00
12:00
14:00
16:00
11:50
13:50
15:50
17:50
11:40
13:40
15:40
17:40
Waktu (WIB)
Gambar 11. Radiasi matahari dan kecepatan angin di luar rumah tanaman (5 - 7
Mei 2010, pukul 6:00 - 18:00 WIB).
42.0
Tout (suhu
40.0 udara diluar
38.0 rumah tanman)
Suhu udara ( C) 36.0
34.0 T1 (suhu udara
didalam rumah
32.0
tanaman
30.0 ketinggian 1 m)
28.0 T2 (suhu udara
26.0 didalam rumah
24.0 tanaman
22.0 ketinggian 2 m)
T3 (suhu udara
20.0
didalam rumah
6:00
6:50
7:40
8:30
9:20
10:10
11:00
11:50
12:40
13:30
14:20
15:10
16:00
16:50
17:40
tanaman
ketinggian 3 m)
Waktu (WIB)
Gambar 12. Distribusi suhu udara di luar dan di dalam rumah tanaman.
4.2 Simulasi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam Rumah Tanaman
Menggunakan CFD
Simulasi CFD dilakukan untuk melihat kinerja kinerja rumah tanaman.
Simulasi dilakukan pada tiga kasus yaitu pada pagi hari saat radiasi matahari
relatif rendah dan tidak ada kecepatan angin (Kasus 1), pada siang hari saat panas
dengan radiasi matahari sebesar 802 W/m2 dan kecepatan angin 0.6 m/detik
(Kasus 2), dan kondisi sore hari saat radiasi matahari sebesar 514 W/m2 dan
kecepatan angin 1.8 m/detik (Kasus 3).
Gambar 13. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada pagi hari
(radiasi matahari dan kecepatan angin sangat rendah).
Pada Kasus 2 dengan kondisi lingkungan yang mulai panas (pukul 08:00
WIB) dengan suuhu lingkungan 30.6 oC dan kecepatan angin 0.5 m/detik
menunjukkan bahwa suhu hasil simulasi di dalam rumah tanaman seragam atau
hampir sama dengan suhu di luar (Gambar 14). Gradien suhu sangat kecil yaitu
27
pada kisaran 30.6 – 30.9 oC, dan mencapai 31.35 oC pada daerah dekat dengan
atap.
Gambar 14. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada pukul 08:00 WIB
(radiasi matahari 418 W/m2 dan kecepatan angin 0.5 m/detik).
Gambar 15. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada siang hari (radiasi
matahari 802 W/m2 dan kecepatan angin 0.6 m/detik).
28
Pada Kasus 4, dengan input kondisi udara sore hari dengan suhu udara
sebesar 34 oC, radiasi matahari 514 W/m2 dan kecepatan angin 1.8 m/detik,
menunjukkan bahwa suhu udara di dalam rumah tanaman seragam dan sama
dengan suhu di luar rumah tanaman yaitu sebesar 34.00 – 34.33 oC (Gambar 16).
Gradien suhu di dalam rumah tanaman tidak ada pada ruang tanam, hanya kecil
sekali di dekat atap.
Gambar 16. Distribusi suhu di dalam rumah tanaman pada kondisi sore
hari(radiasi matahari 514 W/m2 dan kecepatan angin 1.8 m/detik).
Perbedaan suhu udara hasil simulasi dan hasil pengukuran pada Kasus 1,
2, 3 dan 4 dinyatakan dalam persentase error untuk melihat seberapa akurat model
pendugaan suhu yang telah dikembangkan. Error yang dihasilkan pada masing-
masing kasus cukup kecil yaitu 0.05-2.96% untuk Kasus 1, sebesar 3.77-7.21%
untuk Kasus 2, sebesar 2.22-7.37% untuk Kasus 3, dan sebesar 1.16 - 7.72%
untuk Kasus 4, sehingga dapat dikatakan bahwa model simulasi telah cukup baik
melakukan pendugaan distribusi suhu di dalam rumah tanaman. Nilai persentase
error untuk masing-masing kasus selengkapnya disajikan pada Tabel 4. Distribusi
suhu hasil simulasi dan hasil pengukuran seperti pada Gambar 17.
Selain persentase error, nilai koefisien keseragaman dan keragaman suhu
hasil simulasi juga dilihat. Berdasarkan pada Persamaan (12) – (14) diperoleh
bahwa nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0.12 dan nilai koefisien keseragaman
(CU) sebesar 89.76%. Sehingga menurut Karmeli (1975), dapat dinyatakan bahwa
model simulasi telah berhasil dengan baik dalam melakukan simulasi.
29
40
y=x
36
T simulasi [oC]
32
28
24
20
20 24 28 32 36 40
T pengukuran [oC]
Gambar 17. Perbandingan suhu hasil pengukuran dengan suhu hasil simulasi.
4.2.2 Pola Aliran Udara pada Ventilasi Alamiah dalam Rumah Tanaman
Pola aliran udara di dalam rumah tanaman saat tidak ada angin seperti
yang ditunjukkan pada Kasus 1 (Gambar 18). Pola aliran udara yang terjadi di
dalam rumah tanaman karena adanya efek termal yaitu karena perbedaan tekanan.
Udara mengalir melalui dinding screen dan bergerak keatas dan keluar melalui
bukaan pada atap. Fenomena ini disebut dengan chimney effect. Proses ini akan
terjadi terus - menerus sampai pada saat tidak ada perbedaan suhu di dalam dan di
luar rumah tanaman atau saat terjadi aliran angin yang cukup besar. Pada Kasus 2
(Gambar 19) dan Kasus 3 (Gambar 20) dapat dilihat bahwa pola aliran udara yang
terjadi sama dengan Kasus 1. Menurut Bot (1983), pada waktu kecepatan angin
kurang atau sama dengan 1.67 m/detik pertukaran udara dominan terjadi karena
efek termal, sehingga chimney effect tetap terjadi pada Kasus 2 dan 3. Pada Kasus
4 (Gambar 21) dengan kecepatan udara di luar sebesar 1.8 m/detik, maka aliran
udara di dalam rumah tanaman terjadi karena adanya dorongan angin, sehingga
chimney effect tidak terjadi. Berdasarkan Gambar 18 – Gambar 21, dapat dilihat
bahwa bukaan pada dinding berfungsi sebagai inlet dan bukaan pada atap
berfungsi sebagai outlet.
31
Gambar 18. Pola aliran udara dalam rumah tanaman saat kondisi pagi hari (tidak
ada radiasi matahari dan kecepatan angin 0.0 m/detik).
Gambar 19. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman pada pukul 08:00
WIB (radiasi matahari 418 W/m2 dan kecepatan angin 0.5 m/detik).
32
Gambar 20. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman saat kondisi siang
hari (radiasi matahari 802 W/m2 dan kecepatan angin 0.6 m/detik).
Gambar 21. Pola aliran udara di dalam rumah tanaman saat kondisi sore hari
(radiasi matahari 514 W/m2 dan kecepatan angin 1.8 m/detik).
Pola aliran udara yang bergerak di dalam dan di luar rumah tanaman
dipengaruhi oleh desain rumah tanaman, kecepatan udara, arah pergerakan udara
dan bangunan yang ada di sekitar rumah tanaman. Udara yang bergerak dari
samping (X) rumah tanaman mengenai dinding sebelah utara dan masuk melalui
dinding dan bukaan atap. Bukaan atap mengakibatkan sebagian udara yang masuk
dibuang keluar dan sebagian lain menyebabkan perputaran udara di dalam rumah
tanaman (Gambar 18-19). Perputaran udara tersebut yang akan membawa panas
dari atap secara konveksi menyebar ke udara dalam rumah tanaman.
33
Sistem ventilasi alamiah banyak dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu
perbedaan suhu (bouyancy effect) dan kecepatan (atau arah) angin. Laju aliran
udara di dalam rumah tanaman mempunyai gradien penurunan kecepatan udara
dengan bertambahnya ketinggian (Tabel 5). Laju ventilasi alamiah berbanding
lurus dengan kecepatan udara di luar rumah tanaman dan perbedaan tekanan udara
yang ditimbulkan oleh perbedaan suhu udara di dalam dan di luar rumah tanaman
(Takakura, 1979). Arah angin tidak berpengaruh terhadap laju ventilasi akibat
faktor termal dan akibat faktor angin (Bot, 1983).
5.1 Kesimpulan
1. Model simulasi CFD dinyatakan berhasil dengan baik untuk memprediksi
suhu udara (nilai CV sebesar 0.12 dan CU sebesar 89.76%.) dan pola aliran
udara, sehingga rumah tanaman tipe modified arch memiliki kinerja yang
baik.
2. Hasil simulasi distribusi suhu menunjukkan hasil yang seragam, dengan pola
aliran udara terjadi dari inlet (bukaan dinding) menuju outlet (bukaan atap).
3. Perbedaan suhu udara di dalam rumah tanaman tipe modified arch dengan
suhu lingkungan berkisar antara 2.2 - 5.5 oC. Gradien suhu terjadi secara
vertikal, tetapi besarnya tidak signifikan.
4. Distribusi suhu dan pola aliran udara dalam rumah tanaman dengan ventilasi
alami mampu dijelaskan dengan baik menggunakan program CFD dan
memungkinkan dilakukan permodelan untuk memprediksi suhu dan
kelembaban udara di dalamnya.
5. Ventilasi alamiah dalam rumah tanaman tipe modified arch bekerja secara
efektif baik terjadi dengan adanya pengaruh kecepatan angin maupun tanpa
adanya kecepatan angin di luar rumah tanaman karena saat angin tidak bertiup
maupun saat kecepatan angin rendah pertukaran udara tetap terjadi karena
adanya chimney effect.
5.2 Saran
Perlu dilakukan pengembangan model simulasi dengan pendefinisian sistem
yang lebih baik diantaranya dengan menambahkan beberapa parameter bahan
screen seperti koefisien discharge dan nilai permeabilitas bahan screen agar
menghasilkan output simulasi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson Jr, J.D. 1995. Computational Fluid Dynamics: the basic with
applications. McGraw-Hill, Inc, Singapore.
Asnawi, M.A.M. 2009. Prediksi Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara dalam
Greenhouse Tipe Standard Peak Menggunakan Computational Fluid
Dynamics. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB. Bogor.
Bethke, J.A., 1990. Screening Greenhouse for Insect Size. Grower Talks. P. 102.
Illinois.
Connelan, G.J. 2002. Selection of greenhouse design and technology option for
high temperature regions. Proceedings of International Seminar on
Tropical Subtrop. Greenhouse, Acta Horticulturae. 578.
Harmanto, H.J. Tantau, V.M. Salokhe. 2006. Microclimate and air exchange
rates in greenhouse covered with different nets in the humid tropics.
Biosystems Engineering 94 (2): 239 - 253.
36
Jansen, M.H, Alan J.M. 1994. Protected Agriculture: A Global Review. The
World Bank, Washington.
Mastalerz, J.W. 1977. The Greenhouse Environment. John Wiley and Sons, Inc.
New York.
Miguel, A.F, N.J. van de Braak, G.P.A. Bot, 1997. Analysis of the airflow
characteristics of greenhouse screening materials. Agricultural
Engineering Resources 67: 105 – 112.
Munoz, P., J.I. Montero, A. Anton dan F. Giuffrida, 1999. Effect of insect-proof
screens and roof openings on greenhouse ventilation. Journal of
Agricultural Engineering Research 73: 171 – 178.
Ross, D.S., Gill, S.A., 1994. Insect Screening for Greenhouses. Information
Facts, Vol. 186. University of Maryland at College Park, 21 pp.
Soni, P., V.M. Salokhe, H.J. Tantau. 2005. Effect of screen mesh size on vertical
temperature distribution in naturally ventilated tropical greenhouses.
Biosystems Engineering 92 (4): 469 – 482.
37
Walls, I.G. 1993. The complete book of greennhouse. 5th edition. Ward Lock
Ltd., London.
LAMPIRAN
39
Lampiran 1. Gambar teknik rumah tanaman tipe modified arch yang digunakan dalam penelitian (tampak isometrik).
40
Lampiran 2. Tampak depan dan samping rumah tanaman tipe modified arch yang digunakan dalam penelitian.