You are on page 1of 17

Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”

PENGENDALIAN PANAS HIDRASI BETON MASSA PADA


KONSTRUKSI BENDUNGAN KARALLOE

OLEH
Bagus P Ririh; [1]. M Arif Paputungan; [2]. Muklisun; (3)

1
PT Nindya Karya Persero Wilayah V Makassar ,
2
Ahli Madya Bendungan Besar KNIBB
3
BBWS Pompengan Jeneberang/ KNIBB

Paper Dalam Rangka Seminar Pembangunan dan Pengelolaan Bendungan


Makassar 2019

0
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ….......................................……………………………………………… 2

1. PENDAHULUAN ............................................................................................... 3

2. PANAS HIDRASI BETON MASSA................................................................... 4


2.1 Beton Massa................................................................................................. 4
2.2 Reaksi Hidrasi Semen Portland ........................................................... 6
2.3 Perhitungan Suhu Awal Beton ................................................................ 8

3. PENGENDALIAN PANAS HIDRASI BETON MASSA PADA KONSTRUKSI


BENDUNGAN KARALLOE.
3.1 Lokasi Pengecoran Beton Massa di Bangunan Pelimpah...................... 10
3.2 Pengendalian Suhu Awal Beton ....................................................................... 11
3.3 Pemasangan Alat Instrumentasi untuk Pengamatan..................................... 11
3.4 Perhitungan dan Evaluasi ............................................................................... 14

4. KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 21
4.2 Saran........................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 23

1
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”

PENGENDALIAN PANAS HIDRASI BETON MASSA PADA


KONSTRUKSI BENDUNGAN KARALLOE

Bagus P Ririh; [1]. M Arif Paputungan; [2].Muklison, [3]


.
1
PT Nindya Karya Persero Cab. V , 2 Ahli Madya Bendungan Besar KNIBB
3
BBWS Pompengan Jeneberang/ KNIBB

Abstract
Mass concrete is a volume of concrete with dimensions that are so large that it requires certain
actions to overcome excessive heat growth that can lead to cracks. There are many cases of
cracks in mass concrete reported in various cases and most are caused by heat hydration
(thermal hydration) by chemical reactions of cement. Which must be maintained in mass
concrete namely the emergence of a large temperature difference (> 20° C) between the
temperature in the concrete core and the bottom and top. The maximum concrete temperature
at the core is 70oC.
The hydration reaction that occurs is largely determined by the reactivity of each of the main
compounds. C3A compounds are the most reactive, they react quickly, followed by C3S and C2S
compounds. Precooling concrete hydration heat control begins with temperature regulation of
fine aggregate, coarse aggregate, water and cement. After Concrete pouring, monitoring of the
concrete temperature is carried out using a thermocouple. Measurements are made until the age
of concrete reaches 7 days.

Intisari
Beton massa (mass concrete) adalah volume beton dengan dimensi yang sedemikian besar
sehingga membutuhkan tindakan-tindakan tertentu untuk mengatasi pertumbuhan panas yang
berlebihan yang dapat memicu timbulnya keretakan. Banyak timbul kasus keretakan pada beton
massa yang dilaporkan dalam berbagai kasus dan yang paling banyak diakibatkan oleh panas
hidrasi (thermal hydration) oleh reaksi kimia semen. Masalah penting yang harus dijaga pada
beton massa yaitu timbulnya perbedaan temperature yang besar (>20°C) antara temperatur di
bagian inti beton dengan bagian bawah dan atasnya. Maksimum suhu beton pada inti (core)
adalah 70oC.
Reaksi hidrasi yang terjadi sangat ditentukan oleh reaktifitas masing-masing senyawa utama.
Senyawa C3A adalah yang paling reaktif, senyawa ini bereaksi dengan cepat, kemudian disusul
oleh senyawa-senyawa C3S dan C2S. Pengendalian panas hidrasi beton dimulai dengan
pengaturan suhu material air aggregate kasar, aggregate halus dan semen. Setelah pengecoran
dilakukan monitoring terhadap suhu beton massa dengan menggunakan alat pengukur suhu
(thermocouple). Pengukuran suhu beton dilakukan sampai umur beton mencapai 7 hari.

Key words: Beton massa panas hidrasi, senyawa semen, suhu beton, thermocouple

2
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bendungan Karalloe dibangun di sungai Karalloe yang masuk dalam Satuan
Wilayah Sungai Jeneberang . Dilihat dari wilayah administrasi bendungan ini terletak di
Desa Garing, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa yang berjarak 135 km dari kota
Makassar. Bendungan ini mempunyai kapasitas tampungan 49,5 juta m3 merupakan
bendungan urugan batu membran beton (UBM) atau CFRD dengan tinggi bendungan 85 m.
Pekerjaan konstruksi sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2013 dan direncanakan akan
diselesaikan pada tahun 2020.
Saat ini sedang dilaksanakan pekerjaan timbunan tubuh bendungan, bangunan
pelimpah dan bangunan pengambilan sedangkan bangunan pelengkap lainnya yang sudah
selesai adalah terowongan pengelak. Pada struktur bangunan pelimpah terutama pada tumit
dinding pelimpah mempunyai dimensi yang cukup besar dengan tebal 3.0 m dan lebar tumit
= 15m. Pengecoran dilakukan beberapa tahapan namun dengan demikian diperlukan
pengendalian kualitas beton struktur dinding yang sudah masuk dalam kategori beton massa
(mass concrete).

Karaloe

Gambar 1. Peta Lokasi Bendungan Karalloe

3
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”

Gambar 2. Tipical Bendungan Karalloe

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyebarkan informasi
tentang penanganan panas hidrasi pada beton massa (mass concrete) di bendungan Karalloe
untuk dapat menjadi bahan pembanding dan dapat diterapkan pada konstruksi struktur
bangunan pelengkap pada bendungan-bendungan besar yang sedang dibangun di Indonesia.

II. PANAS HIDRASI PADA BETON MASSA


2.1 Beton Massa
Beton massa adalah volume beton dengan dimensi yang sedemikian besar sehingga
membutuhkan tindakan-tindakan tertentu untuk mengatasi pertumbuhan panas yang
berlebihan yang dapat memicu timbulnya keretakan (ACI Committee 207, 1996). Suatu
elemen struktur dikatakan beton massa apabila memiliki dimensi/ketebalan minimal antara
1 – 1,5 m, atau rasio volume terhadap luas permukaan > 1,2 atau lebih.
Hal yang membedakan beton massa dengan beton biasa yaitu perilaku termik-nya
(thermal behavior), karena dengan struktur yang besar dan tebal panas hidrasi tidak mudah
keluar, sehingga suhu didalam beton menjadi sangat tinggi. Hal ini dikarenakan hidrasi
semen merupakan suatu proses yang sangat eksotermik, yang menyebabkan tingginya suhu
di bagian inti dari beton massa.
Suatu hal yang harus diperhatikan pada beton massa adalah timbulnya perbedaan suhu
maksimum yang besar (thermal shock) yang dapat menyebabkan terjadinya kontraksi dan
menyebabkan retak adalah 40oC/jam (ACI. 224. 1. R93. 7) dan adanya perbedaan temperatur
beton inti dan beton dibawahnya tidak lebih dari 20oC (ACI, Jurnal. Vol. 94 No. 2, 1997).
Hal ini disebabkan karena terjadi perbedaan suhu yang sangat cepat pada bagian
permukaan beton massa, yang menyebabkan perbedaan suhu yang besar dengan bagian inti

4
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
beton maka hal ini berpotensi akan timbulnya keretakan (thermal cracking) seperti pada yang
diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Perbedaan suhu pada beton massa


Mekanisme timbulnya thermal cracking, dimulai dari proses hidrasi semen yang
menghasilkan meningkatnya termperatur dibagian tengah/ inti beton massa. Jika bagian
luar/permukaan beton massa mengalami pendinginan lebih cepat dari bagian tengah/inti,
berikutnya akan terjadi thermal expansion/contraction, dan perbedaan temperatur memicu
terjadi thermal (tensile) stress dibagian permukaan beton massa.. Gambar 4 memperlihatkan
perbedaan temperatur beton massa.

Gambar 4. Perbedaan temperatur beton massa

Umumnya peningkatan temperatur pada beton massa (mass concrete) dapat terjadi pada
hari ke 1 sampai dengan hari ke 3 setelah pengecoran dilakukan. Gambar 5 memperlihatkan
grafik temperatur pada beton massa.

Gambar 5. Grafik temperatur pada beton massa


5
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
2.2 Reaksi Hidrasi Semen Portland

Reaksi yang terjadi di dalam semen portland adalah reaksi kimia antara senyawa
potensial dengan air, senyawa-senyawa kalsium silikat, kalsium aluminat dan kalsium ferit hidrat
yang terjadi berupa struktur larutan padat yang spesifik dan akan mengeras. Reaksi selanjutnya
adalah interaksi antar senyawa hidrat tersebut, masing-masing saling mengikat membentuk
strukrur baru yang kokoh, kaku dan kuat yang biasa disebut pasta, mortar atau beton.
Jika air ditambahkan ke dalam semen, maka akan terjadi beberapa proses yaitu :
1. Pembubaran butiran semen dan tumbuh konsentrasi ion dalam air.
2. Pembentukan senyawa dalam larutan.
3. Setelah mencapai konsentrasi saturasi, senyawa mengendap sebagai bentuk padatan dan
merupakan produk hidrasi.
4. Pada stadium lanjut, produk terbentuk pada atau sangat dekat dengan permukaan.
Proses yang dimaksud diatas merupakan proses hidrasi semen yang diperlihatkan pada

Gambar 7 dimana terdiri dari 4 fase perubahan dan akan membentuk reaksi-reaksi yang baru

akibat hidrasi yang terbentuk pada proses pengikatan yang terjadi.

1 2 3 4
Gambar 6. Proses hidrasi semen

Panas hidrasi (heat hydration) yang terjadi pada beberapa waktu dengan satuan kal/g dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Panas hidrasi oleh komponen semen

Panas hidrasi yang terjadi berdasarkan waktu (kal/g)


Komponen
3 hari 90 hari 13 tahun
C3 S 58 104 122
C2 S 12 42 59
C3 A 212 311 324
C4AF 69 98 102

6
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”

2.3 Perhitungan Suhu Awal Beton

Pengolahan dan analisis data pada beton massa dilaukan berdasarkan ACI (American
Concrete Institute) 305
1. Metode Ini dilaksanakan jika:
a. Temperatur pengecoran diatas 12° C.
b. Meode PCA sesuai untuk beton yang mengandung 300-600 kg/m3.
c. Metode PCA cocok untuk semua Semen Portland (ASTM C150).
Kelemahan Metode PCA :
a. Metode PCA tidak dapat memprediksi waktu temperatur puncak terjadi.
b. Metode PCA tidak dapat memprediksi perbedaan temperatur dan kehilangan
panas terjadi.
Prediksi initial temperatur dapat menggunakan persamaan

𝟎.𝟐𝟐(𝑻𝒂 .𝑾𝒂 +𝑻𝒄 .𝑾𝒄 +𝑻𝒇𝒂.𝑾𝒇𝒂 )+𝑻𝒘 .𝑾𝒘 +𝑻𝒘𝒂 .𝑾𝒘𝒂


Ti =
𝟎.𝟐𝟐(𝑾𝒂 +𝑾𝒄 +𝑻𝒇𝒂 )+𝑾𝒘 +𝑾𝒘𝒂

Dimana :
Ti : Initial concrete temperature
Ta : Aggregate temperature
Tc : Cement temperature
Tfa : Fly ash temperature
Tw : Water temperature
Twa : Water in agregate temperature
Wa : Mass of aggregate
Wc : Mass of cement
Wfa : Mass of fly ash
Ww : Mass of water
Wwa : Mass of water in aggregate (kandungan air yang diserap agregat)
Penurunan initial temperatur dapat menggunakan persamaan berikut ini

𝟎.𝟐𝟐(𝑻𝒂 .𝑾𝒂 +𝑻𝒄 .𝑾𝒄 +𝑻𝒇𝒂 .𝑾𝒇𝒂 )+𝑻𝒘 .𝑾𝒘 +𝑻𝒘𝒂 .𝑾𝒘𝒂 −𝟏𝟏𝟐𝑾𝒊
Ti = 𝟎.𝟐𝟐(𝑾𝒂 +𝑾𝒄 +𝑻𝒇𝒂 )+𝑾𝒘 +𝑾𝒘𝒂 +𝑾𝒊

Dimana :
Wi : Massa es
Prediksi temperatur puncak
7
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
𝑾 𝑾
Tmax = 𝑻𝒊 + 𝟏𝟐 (𝟏𝟎𝟎𝒄 ) + 𝟔 ( 𝟏𝟎𝟎
𝒔𝒄𝒎
)

Dimana:
Ti : Temperatur awal beton
Wc : Kandungan semen
Tfa : Kandungan fly ash

III. PENGENDALIAN PANAS HIDRASI BETON MASSA STRUKTUR


PELIMPAH BENDUNGAN KARALLOE

3.1 Lokasi Pengecoran Beton Massa di Bangunan Pelimpah

Lokasi Pengecoran Beton Massa

Gambar 7 . Denah dan Potongan Melintang Spillway

Lokasi Pengecoran Beton Massa

Gambar 8 . Lokasi Penempatan Thermocouple dinding pelimpah

3.2 Pengendalian Suhu Awal Beton

8
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
Tujuan dari sistem pengendalian suhu awal (precooling) adalah melakukan sebuah
kontrol terhadap material beton yang berpengaruh dan akan menghasilkan peningkatan
suhu dari beton massa terhadap perubahan suhu udara. Pengendalian dilakukan di
batching plant meliputi
 Temperature udara
 Temperature air untuk adukan
 Temperature aggregate (pasir & split 10/20)
 Temperature beton segar

3.3 Pemasangan Alat Instrumentasi dan Pengamatan Suhu Beton


Kebutuhan untuk pemasangan dan monitoring proses pengecoran Spillway
menggunakan instrument berupa Thermocouple Digital dengan kapasitas 200 0C dan
ketelitian 0,1 0C untuk memperoleh data primer yang disusun berdasarkan parameter-
parameter analisis yang dibutuhkan.
 Pemasangan Thermocouple
Pemasangan thermocouple dilakukan di tengah blok pengecoran . Adapun
pemasangan thermocouple tersebut tidak boleh bersinggungan dengan tulangan
dan diikat dengan tali yang bukan penghantar panas.
 Peralatan dan pembacaan thermocouple
a. Kabel (nikel dan tembaga) untuk ditanam
b. Alat ukur digital dengan kapasitas 2000C dan ketelitian 0,10C
 Pembacaan/pencatatan thermocouple :
Thermocouple selain dipakai untuk memonitor perbedaan suhu juga dipakai
mengukur suhu udara. Sistem pengecekan dengan mengambil referensi dari ACI
116R dengan mengikuti petunjuk sebagai berikut :
 Setiap 2 jam sekali diukur/diambil data suhu untuk 24 jam pertama (hari ke
1)
 Setiap 3 jam sekali diukur/diambil data suhunya untuk 24 jam kedua (hari ke-
2 dan ke-3)
 Selanjutnya hari ke empat sampai hari ketujuh tiap 24 jam diambil 4 kali
setiap pagi 09.00, siang 12.00, sore 17.00 dan malam 20.00 selama 7 hari.

9
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”

Gambar 9 .Kelengkapan Alat Thermocouple dan Pemasangan Thermocouple

Gambar 10. Lokasi Pengecoran Beton Massa Dinding Pelimpah

Gambar 13. Pembacaan Thermocouple


3.4 PERHITUNGAN DAN EVALUASI
A. Perhitungan Suhu Awal Beton

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI POMPENGAN - JENEBERANG
SNVT. PEMBANGUNAN BENDUNGAN BBWS POMPENGAN JENEBERANG
Jl. Sekolah Guru Perawat No. 3 Telp. (0411) 868781 Fax. (0411) 868781, Makassar - Sulawesi Selatan 90222

PROYEK PEMBANGUNAN BENDUNGAN KARALLOE

PERHITUNGAN SUHU AWAL BETON SEGAR DAN SYARAT PENGECORAN BETON


ACI 305

Laporan No :
Lokasi Pengujian : Batching Plant & Spillway WL 8 Tanggal Pengujian : 27-Apr-19
Diuji Oleh : Alamsyah Jam Pengujian : 07.00
10
I. Properties Campuran Beton IV. Diagram Syarat Pengecoran Beton
Komposisi Penyerapa Kadar Air Suhu
Material
kg n % % °C
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”

B. Hasil Pengukuran Suhu Beton dengan Thermocouple

11
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
Kegiatan : Pengamatan Suhu Struktur Beton dengan Thermocouple
Konstruksi : Lantai Mercu Bangunan Pelimpah
Blok : WL.8
Hari / Tgl. Cor : Sabtu / 27 April 2019

Tabel 2. Data Pengamatan Suhu Bangunan Pelimpah


Pengamatan Suhu

Hari
Tanggal Jam Pembacaan Thermocouple ( o C)
T. 01 T. 02 T. 03 Udara Δ1 Δ2 Δ3 Δ4
27/04/2019 07:00 40,5 46,1 47,7 27,4 5,6 1,6 7,2 20,3
09:00 41,6 49,5 53,7 28,7 7,9 4,2 4,2 25,0
11:00 42,0 49,8 53,9 27,3 7,8 4,1 4,1 26,6

Cek Suhu Hari Ke-1


13:00 46,3 52,8 53,9 26,2 6,5 1,1 1,1 27,7
15:00 49,7 52,8 54,6 26,0 3,1 1,8 1,8 28,6
17:00 53,7 53,3 54,9 26,0 -0,4 1,6 1,6 28,9
19:00 54,1 53,3 56,3 25,8 -0,8 3,0 3,0 30,5
21:00 55,1 56,1 57,8 27,1 1,0 1,7 1,7 30,7
23:00 57,4 57,8 61,7 26,7 0,4 3,9 3,9 35,0
28/04/2019 01:00 58,9 63,1 61,9 25,6 4,2 -1,2 -1,2 36,3
03:00 60,1 64,1 63,1 25,0 4,0 -1,0 -1,0 38,1
05:00 60,8 64,7 63,8 24,3 3,9 -0,9 -0,9 39,5
08:00 62,3 65,5 67,3 29,8 3,2 1,8 1,8 37,5
11:00 69,3 66,3 69,3 31,4 -3,0 3,0 3,0 37,9
14:00 69,1 68,7 67,6 30,6 -0,4 -1,1 -1,1 37,0
17:00 69,1 68,4 67,5 29,7 -0,7 -0,9 -0,9 37,8
Cek Suhu Hari Ke-2 & Ke-3

20:00 69,1 67,5 67,4 28,6 -1,6 -0,1 -0,1 38,8


23:00 65,9 66,8 66,2 28,1 0,9 -0,6 -0,6 38,1
29/04/2019 02:00 63,4 65,4 65,8 26,4 2,0 0,4 0,4 39,4
05:00 63,4 63,5 64,7 25,5 0,1 1,2 1,2 39,2
08:00 62,3 63,5 66,4 27,9 1,2 2,9 2,9 38,5
11:00 60,3 63,1 66,3 30,4 2,8 3,2 3,2 35,9
14:00 59,8 62,7 65,7 32,7 2,9 3,0 3,0 33,0
17:00 58,4 62,7 65,7 29,8 4,3 3,0 3,0 35,9
20:00 57,6 62,5 64,9 28,6 4,9 2,4 2,4 36,3
23:00 55,6 62,3 64,5 28,3 6,7 2,2 2,2 36,2
30/05/2019 02:00 54,3 61,9 64,3 25,7 7,6 2,4 2,4 38,6
05:00 54,1 61,6 64,3 25,0 7,5 2,7 2,7 39,3
11:00 53,4 61,5 64,2 31,6 8,1 2,7 2,7 32,6
17:00 52,8 61,3 64,1 28,7 8,5 2,8 2,8 35,4
23:00 52,6 61,2 63,7 26,4 8,6 2,5 2,5 37,3
01/05/2019 05:00 52,4 60,7 63,7 25,5 8,3 3,0 3,0 38,2
11:00 52,4 60,7 63,7 29,8 8,3 3,0 3,0 33,9
17:00 52,1 60,6 63,7 28,6 8,5 3,1 3,1 35,1
23:00 51,7 60,3 63,4 26,2 8,6 3,1 3,1 37,2
02/05/2019 05:00 51,5 60,1 63,1 25,0 8,6 3,0 3,0 38,1
Cek Suhu Hari Ke-4 s/d Ke-9

11:00 51,4 59,3 62,7 29,6 7,9 3,4 3,4 33,1


17:00 51,4 58,9 62,3 28,5 7,5 3,4 3,4 33,8
23:00 51,4 58,7 62,1 26,1 7,3 3,4 3,4 36,0
03/05/2019 05:00 51,3 58,7 62,1 25,7 7,4 3,4 3,4 36,4
11:00 50,9 58,7 61,9 29,2 7,8 3,2 3,2 32,7
17:00 50,9 58,7 61,6 28,7 7,8 2,9 2,9 32,9
23:00 50,8 58,3 61,5 26,0 7,5 3,2 3,2 35,5
04/05/2019 05:00 50,2 58,2 61,5 25,4 8,0 3,3 3,3 36,1
11:00 50,1 58,1 61,2 29,5 8,0 3,1 3,1 31,7
17:00 48,6 57,6 60,9 28,3 9,0 3,3 3,3 32,6
23:00 47,5 57,6 60,7 26,7 10,1 3,1 3,1 34,0
05/05/2019 05:00 47,3 57,6 60,4 25,2 10,3 2,8 2,8 35,2
11:00 46,7 57,1 60,4 29,3 10,4 3,3 3,3 31,1
17:00 46,2 56,5 60,1 28,7 10,3 3,6 3,6 31,4
23:00 44,9 56,3 59,7 26,3 11,4 3,4 3,4 33,4
06/05/2019 05:00 44,5 54,1 59,2 25,8 9,6 5,1 5,1 33,4

12
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”

13
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN

a) Berdasarkan hasil perhitungan suhu beton segar setelah pencampuran dengan


batching plant didapatkan suhu beton rata- rata = 29.20oC . lebih kecil dari
batas maksimum suhu beton segar sesuai spesifikasi yaitu 30.0oC. Adapun
treatment material yang dilakukan yaitu
 Aggregat kasar dibuatkan pelindung (atap) dan dilakukan penyiraman
aggregate secara berkala setiap 30 menit pada saat 2 jam sebelum material
digunakan.
 Aggregat halus dibuatkan pelindung (atap) untuk material yang akan
digunakan.
b) Hasil pencatatan dari data thermocouple untuk pengecoran WL.8 suhu
puncak inti beton massa (core) terjadi pada jam ke 36 dengan suhu
maksimum 68,7oC . Dengan demikian maka suhu maksimum yang terjadi di
inti core masih dibawah suhu maksimum yang dizinkan yaitu 70oC.
c) Maksimum perbedaaan suhu antara inti (core) dan tepi atas dan tepi bawah
beton massa adalah 11,4oC masih lebih kecil dengan suhu maksimum yang
dizinkan adalah sebesar 20oC.

d) Suhu beton massa juga sangat ditentukan oleh suhu material untuk itu
pengendalian suhu material beton seperti air campuran, semen, aggregate
kasar dan aggregat halus perlu dilakukan treatment sebelum digunakan untuk
bahan campuran sehingga suhu beton segar yang didapatkan < 30oC.
Persiapan awal (precooling) beton massa akan mempengaruhi suhu beton
setelah pengecoran.
e) Hasil pembacaan monitoring suhu beton massa dengan alat thermocouple
untuk suhu yang berada di lapisan bawah. tengah. dan lapisan atas adalah
sebagai berikut
 Puncak suhu beton di inti (core) beton massa adalah 68,7 oC < yang
dizinkan yaitu 70oC
 Perbedaan suhu antara inti (core) dan bagian tepi beton massa adalah
11,4oC < yang diizinkan yaitu 20oC.

14
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
Dengan demikian maka beton massa pada dinding structure bangunan
pelimpah bendungan Karalloe aman dari kemungkinan retakan (crack) akibat
panas hidrasi.

4.2 SARAN-SARAN

a) Pengendalian suhu beton massa sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya


retak akibat panas hidrasi, sehingga pengendalian suhu beton masuk harus
dimasukkan dalam spesifikasi teknik khususnya untuk pembangunan struktur
bendungan yang sedang giat-giatnya dilaksanakan
b) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terutama pengambilan sample dengan
cara drillling inti (core drilling) pada beton massa untuk memastikan tidak
ada retakan yang terjadi.
c) Pemilihan tipe bekisting sebagai insulating pada beton massa sangat penting
untuk mencegah terjadinya thermal shock pada permukaan beton massa.
Tidak dianjurkan memakai insulating dengan penghantar panas yang baik
seperti besi plat dan lain lain.

15
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials), 1998b,


Standard Spesification for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing
Part II : Tests. 19th edition, Washington D.C.
Anas Ali, M., 2010, Modul Kursus Singkat Perkerasan Beton Semen, Himpunan Pengembangan
Jalan Indonesia Propinsi Riau.
ACI 207.IR6. Mass concrete Reported by ACI Commitee 207
ACI 228.1R. 2003. In-Place Methods of Estimate Concrete Strength. Reported by ACI
Committee 228.
Farmington Hills, MI: American Concrete Institute
Bergstrom, S. G. 1953. Curing Temperatures, Age and Strength of Concrete. Magazine of
Concrete Research Vol. 5, No. 14: pp. 61-66
Carino, N. J., Lew, H. S., and Volz, C. K. 1983. Early Age Temperature Effects on Concrete
Strength Prediction by the Maturity Method. ACI Journal Vol. 80, No. 2: pp. 93-101
Early Age Thermal And Shrinkage Cracks In Concrete Structures – Ruthwik Chala,
Mourougane R
EXPERIMENTAL STUDY OF TEMPERATURE RISE AND EARLYAGE THERMAL
CRACK CONTROL IN CONCRETE
Freiesleben Hansen, P. and Pederson, J. 1984. Curing of Concrete Structures. Draft CEB-
Guide toDurable Concrete Structures. Comite Euro-International Du Beton. Appendix 1.
pp. 1-44.
Mass Concrete, An Every Day Extreme Problem , Jonathan Poole, Ph.D, Wiss Janney Ass. Inc
Mass Concrete ,Robert Moser Robert Moser CEE8813A CEE8813A – Material Science of
Concrete
McIntosh, J. D. 1949. Electrical Curing of Concrete. Magazine of Concrete Research Vol. 1,
No. 1: pp.21-28.
Pilot Project for Maximum Heat of Mass Concrete, Mang Tia, Adrian Lawrence, Department
Civil Engineering and Costal, University of Florida
Suprenant, B. A. 1985. An Introduction to Concrete Core Testing. Civil Engineering for
Practicing and Design Engineers Vol. 4, pp. 607-615.

16

You might also like