Professional Documents
Culture Documents
Pengendalian Panas Hidrasi Beton Massa Bendungan Karalloe Fix
Pengendalian Panas Hidrasi Beton Massa Bendungan Karalloe Fix
OLEH
Bagus P Ririh; [1]. M Arif Paputungan; [2]. Muklisun; (3)
1
PT Nindya Karya Persero Wilayah V Makassar ,
2
Ahli Madya Bendungan Besar KNIBB
3
BBWS Pompengan Jeneberang/ KNIBB
0
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ….......................................……………………………………………… 2
1. PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
1
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
Abstract
Mass concrete is a volume of concrete with dimensions that are so large that it requires certain
actions to overcome excessive heat growth that can lead to cracks. There are many cases of
cracks in mass concrete reported in various cases and most are caused by heat hydration
(thermal hydration) by chemical reactions of cement. Which must be maintained in mass
concrete namely the emergence of a large temperature difference (> 20° C) between the
temperature in the concrete core and the bottom and top. The maximum concrete temperature
at the core is 70oC.
The hydration reaction that occurs is largely determined by the reactivity of each of the main
compounds. C3A compounds are the most reactive, they react quickly, followed by C3S and C2S
compounds. Precooling concrete hydration heat control begins with temperature regulation of
fine aggregate, coarse aggregate, water and cement. After Concrete pouring, monitoring of the
concrete temperature is carried out using a thermocouple. Measurements are made until the age
of concrete reaches 7 days.
Intisari
Beton massa (mass concrete) adalah volume beton dengan dimensi yang sedemikian besar
sehingga membutuhkan tindakan-tindakan tertentu untuk mengatasi pertumbuhan panas yang
berlebihan yang dapat memicu timbulnya keretakan. Banyak timbul kasus keretakan pada beton
massa yang dilaporkan dalam berbagai kasus dan yang paling banyak diakibatkan oleh panas
hidrasi (thermal hydration) oleh reaksi kimia semen. Masalah penting yang harus dijaga pada
beton massa yaitu timbulnya perbedaan temperature yang besar (>20°C) antara temperatur di
bagian inti beton dengan bagian bawah dan atasnya. Maksimum suhu beton pada inti (core)
adalah 70oC.
Reaksi hidrasi yang terjadi sangat ditentukan oleh reaktifitas masing-masing senyawa utama.
Senyawa C3A adalah yang paling reaktif, senyawa ini bereaksi dengan cepat, kemudian disusul
oleh senyawa-senyawa C3S dan C2S. Pengendalian panas hidrasi beton dimulai dengan
pengaturan suhu material air aggregate kasar, aggregate halus dan semen. Setelah pengecoran
dilakukan monitoring terhadap suhu beton massa dengan menggunakan alat pengukur suhu
(thermocouple). Pengukuran suhu beton dilakukan sampai umur beton mencapai 7 hari.
Key words: Beton massa panas hidrasi, senyawa semen, suhu beton, thermocouple
2
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bendungan Karalloe dibangun di sungai Karalloe yang masuk dalam Satuan
Wilayah Sungai Jeneberang . Dilihat dari wilayah administrasi bendungan ini terletak di
Desa Garing, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Gowa yang berjarak 135 km dari kota
Makassar. Bendungan ini mempunyai kapasitas tampungan 49,5 juta m3 merupakan
bendungan urugan batu membran beton (UBM) atau CFRD dengan tinggi bendungan 85 m.
Pekerjaan konstruksi sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2013 dan direncanakan akan
diselesaikan pada tahun 2020.
Saat ini sedang dilaksanakan pekerjaan timbunan tubuh bendungan, bangunan
pelimpah dan bangunan pengambilan sedangkan bangunan pelengkap lainnya yang sudah
selesai adalah terowongan pengelak. Pada struktur bangunan pelimpah terutama pada tumit
dinding pelimpah mempunyai dimensi yang cukup besar dengan tebal 3.0 m dan lebar tumit
= 15m. Pengecoran dilakukan beberapa tahapan namun dengan demikian diperlukan
pengendalian kualitas beton struktur dinding yang sudah masuk dalam kategori beton massa
(mass concrete).
Karaloe
3
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menyebarkan informasi
tentang penanganan panas hidrasi pada beton massa (mass concrete) di bendungan Karalloe
untuk dapat menjadi bahan pembanding dan dapat diterapkan pada konstruksi struktur
bangunan pelengkap pada bendungan-bendungan besar yang sedang dibangun di Indonesia.
4
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
beton maka hal ini berpotensi akan timbulnya keretakan (thermal cracking) seperti pada yang
diperlihatkan pada Gambar 3.
Umumnya peningkatan temperatur pada beton massa (mass concrete) dapat terjadi pada
hari ke 1 sampai dengan hari ke 3 setelah pengecoran dilakukan. Gambar 5 memperlihatkan
grafik temperatur pada beton massa.
Reaksi yang terjadi di dalam semen portland adalah reaksi kimia antara senyawa
potensial dengan air, senyawa-senyawa kalsium silikat, kalsium aluminat dan kalsium ferit hidrat
yang terjadi berupa struktur larutan padat yang spesifik dan akan mengeras. Reaksi selanjutnya
adalah interaksi antar senyawa hidrat tersebut, masing-masing saling mengikat membentuk
strukrur baru yang kokoh, kaku dan kuat yang biasa disebut pasta, mortar atau beton.
Jika air ditambahkan ke dalam semen, maka akan terjadi beberapa proses yaitu :
1. Pembubaran butiran semen dan tumbuh konsentrasi ion dalam air.
2. Pembentukan senyawa dalam larutan.
3. Setelah mencapai konsentrasi saturasi, senyawa mengendap sebagai bentuk padatan dan
merupakan produk hidrasi.
4. Pada stadium lanjut, produk terbentuk pada atau sangat dekat dengan permukaan.
Proses yang dimaksud diatas merupakan proses hidrasi semen yang diperlihatkan pada
Gambar 7 dimana terdiri dari 4 fase perubahan dan akan membentuk reaksi-reaksi yang baru
1 2 3 4
Gambar 6. Proses hidrasi semen
Panas hidrasi (heat hydration) yang terjadi pada beberapa waktu dengan satuan kal/g dapat
6
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
Pengolahan dan analisis data pada beton massa dilaukan berdasarkan ACI (American
Concrete Institute) 305
1. Metode Ini dilaksanakan jika:
a. Temperatur pengecoran diatas 12° C.
b. Meode PCA sesuai untuk beton yang mengandung 300-600 kg/m3.
c. Metode PCA cocok untuk semua Semen Portland (ASTM C150).
Kelemahan Metode PCA :
a. Metode PCA tidak dapat memprediksi waktu temperatur puncak terjadi.
b. Metode PCA tidak dapat memprediksi perbedaan temperatur dan kehilangan
panas terjadi.
Prediksi initial temperatur dapat menggunakan persamaan
Dimana :
Ti : Initial concrete temperature
Ta : Aggregate temperature
Tc : Cement temperature
Tfa : Fly ash temperature
Tw : Water temperature
Twa : Water in agregate temperature
Wa : Mass of aggregate
Wc : Mass of cement
Wfa : Mass of fly ash
Ww : Mass of water
Wwa : Mass of water in aggregate (kandungan air yang diserap agregat)
Penurunan initial temperatur dapat menggunakan persamaan berikut ini
𝟎.𝟐𝟐(𝑻𝒂 .𝑾𝒂 +𝑻𝒄 .𝑾𝒄 +𝑻𝒇𝒂 .𝑾𝒇𝒂 )+𝑻𝒘 .𝑾𝒘 +𝑻𝒘𝒂 .𝑾𝒘𝒂 −𝟏𝟏𝟐𝑾𝒊
Ti = 𝟎.𝟐𝟐(𝑾𝒂 +𝑾𝒄 +𝑻𝒇𝒂 )+𝑾𝒘 +𝑾𝒘𝒂 +𝑾𝒊
Dimana :
Wi : Massa es
Prediksi temperatur puncak
7
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
𝑾 𝑾
Tmax = 𝑻𝒊 + 𝟏𝟐 (𝟏𝟎𝟎𝒄 ) + 𝟔 ( 𝟏𝟎𝟎
𝒔𝒄𝒎
)
Dimana:
Ti : Temperatur awal beton
Wc : Kandungan semen
Tfa : Kandungan fly ash
8
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
Tujuan dari sistem pengendalian suhu awal (precooling) adalah melakukan sebuah
kontrol terhadap material beton yang berpengaruh dan akan menghasilkan peningkatan
suhu dari beton massa terhadap perubahan suhu udara. Pengendalian dilakukan di
batching plant meliputi
Temperature udara
Temperature air untuk adukan
Temperature aggregate (pasir & split 10/20)
Temperature beton segar
9
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
Laporan No :
Lokasi Pengujian : Batching Plant & Spillway WL 8 Tanggal Pengujian : 27-Apr-19
Diuji Oleh : Alamsyah Jam Pengujian : 07.00
10
I. Properties Campuran Beton IV. Diagram Syarat Pengecoran Beton
Komposisi Penyerapa Kadar Air Suhu
Material
kg n % % °C
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
11
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
Kegiatan : Pengamatan Suhu Struktur Beton dengan Thermocouple
Konstruksi : Lantai Mercu Bangunan Pelimpah
Blok : WL.8
Hari / Tgl. Cor : Sabtu / 27 April 2019
Hari
Tanggal Jam Pembacaan Thermocouple ( o C)
T. 01 T. 02 T. 03 Udara Δ1 Δ2 Δ3 Δ4
27/04/2019 07:00 40,5 46,1 47,7 27,4 5,6 1,6 7,2 20,3
09:00 41,6 49,5 53,7 28,7 7,9 4,2 4,2 25,0
11:00 42,0 49,8 53,9 27,3 7,8 4,1 4,1 26,6
12
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
13
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
d) Suhu beton massa juga sangat ditentukan oleh suhu material untuk itu
pengendalian suhu material beton seperti air campuran, semen, aggregate
kasar dan aggregat halus perlu dilakukan treatment sebelum digunakan untuk
bahan campuran sehingga suhu beton segar yang didapatkan < 30oC.
Persiapan awal (precooling) beton massa akan mempengaruhi suhu beton
setelah pengecoran.
e) Hasil pembacaan monitoring suhu beton massa dengan alat thermocouple
untuk suhu yang berada di lapisan bawah. tengah. dan lapisan atas adalah
sebagai berikut
Puncak suhu beton di inti (core) beton massa adalah 68,7 oC < yang
dizinkan yaitu 70oC
Perbedaan suhu antara inti (core) dan bagian tepi beton massa adalah
11,4oC < yang diizinkan yaitu 20oC.
14
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
Dengan demikian maka beton massa pada dinding structure bangunan
pelimpah bendungan Karalloe aman dari kemungkinan retakan (crack) akibat
panas hidrasi.
4.2 SARAN-SARAN
15
Sub Thema “ Inovasi perencanaan dan kinerja bendungan Beton”
DAFTAR PUSTAKA
16