You are on page 1of 18

1

TAYUBAN DAN TRADISI BERSIH DESA DI WONOGIRI


(STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF PADA MASYARAKAT DUSUN
SAMBENG, DESA KEPUHSARI, KECAMATAN MANYARAN)

Dara Maytisa, Siany Indria Liestyasari, dan Atik Catur Budiati


Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta
daramaytisa@student.uns.ac.id

ABSTRACT
This research aims to understand meaning and function tayuban in the
tradition of clean village .Of research in hamlet Sambeng, Kepuhsari village,
Manyaran subdistrict, Wonogiri district to the subject research the community
hamlet sambeng and are involved in the event tayuban clean village .
This research using the kind of research qualitative by adopting
descriptive qualitative.In-depth interviews were conducted with key informants
namely the public hamlet Sambeng, while for supporting informants were
community figures and religious figures Sambeng. Observation done by observing
places danyangan. Documentation use documents something like data planning
rasulan hamlet Sambeng 2015, while documents a picture of a photograph
tayuban in hamlet Sambeng in september 2015.Technique the informants using a
technique purposive sampling. Technique data analysis use model interactive
consisting of reduction data, presentation of data, and the withdrawal of a
conclusion or verification.
Based on the research done can be concluded that tayuban in clean village
seen as local knowledge. The form of wisdom of the local community hamlet
Sambeng seen in tradition clean village. Tayuban purport to a tradition of clean
village come into being in relation the community to nature ( danyang). Tayuban
is a form of an offering the community hamlet Sambeng to danyang that serve as
FRPPXQLW\ HIIRUWV LQ ³ORRNLQJ IRU VDIHW\´ life. Function tayuban in clean village
that is as of social solidarity. Community social solidarity hamlet Sambeng
included in solidarity mechanical. Of social solidarity of this come into being in
the actions formed through the process of social interaction, including pay a fee
for tayuban, a community service cleaning up hamlet, rewang, kenduri or
kondangan, and when the peak of the event tayuban for individuals that are not
involved in tayuban, will get the sanction of out to the community and rebuke
directly .

Keywords: Local Wisdom, Social Solidarity, Tayuban


2

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan fungsi tayuban
dalam tradisi bersih desa. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Sambeng, Desa
Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri dengan subyek penelitian
masyarakat Dusun Sambeng dan yang terlibat acara tayuban dalam bersih desa.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Wawancara mendalam dilakukan
dengan informan kunci yaitu masyarakat Dusun Sambeng, sedangkan untuk
informan pendukung adalah tokoh masyarakat serta tokoh agama Sambeng.
Observasi dilakukan dengan mengamati tempat-tempat danyangan. Dokumentasi
menggunakan dokumen tulisan seperti data perencanaan rasulan Dusun Sambeng
tahun 2015, sedangkan dokumen gambar berupa foto tayuban di Dusun Sambeng
pada september 2015. Teknik pengambilan informan menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik analisis data mengunakan model interaktif yang
terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tayuban dalam
bersih desa dimaknai sebagai kearifan lokal. Bentuk kearifan lokal masyarakat
Dusun Sambeng terlihat pada tradisi bersih desa. Pemaknaan tayuban dalam
tradisi bersih desa mewujud dalam relasi masyarakat dengan alam (danyang).
Tayuban merupakan bentuk persembahan masyarakat Dusun Sambeng kepada
danyang yang dijadikan sebagai upaya PDV\DUDNDW GDODP ³PHQFDUL NHVHODPDWDQ´
hidup. Fungsi tayuban dalam bersih desa yaitu sebagai solidaritas sosial.
Solidaritas sosial masyarakat Dusun Sambeng termasuk dalam solidaritas
mekanik. Solidaritas sosial ini mewujud dalam tindakan-tindakan yang terbentuk
melalui proses interaksi sosial, diantaranya membayar iuran untuk tayuban, kerja
bakti membersihkan Dusun, rewang, kenduri atau kondangan, dan saat puncak
acara tayuban Bagi individu yang tidak terlibat dalam tayuban, akan mendapatkan
sanksi yang berupa gunjingan masyarakat dan teguran langsung.

Kata Kunci : Kearifan Lokal, Solidaritas Sosial, Tayuban

PENDAHULUAN pemeluk agama Islam di Indonesia yang


Latar Belakang Masalah terbilang besar. Data sensus penduduk
Dalam keragaman agama, Islam yang menyatakan bahwa pemeluk agama
Indonesia pada zaman dahulu pernah Islam menduduki urutan pertama pada
mendapat pengaruh dari kebudayaan tahun 2010 dimana tercatat sebanyak
Hindu, oleh karena itu masih terdapat 207,2 juta jiwa (87,18 %), sedangkan
fenomena yang mengandung unsur pada provinsi Jawa diantaran ya adalah
animisme dan dinamisme. Di samping DKI Jakarta (85,36 %), Jawa Barat (97
itu juga didukung dengan adanya jumlah %), Jawa Tengah (96,74%), DIY
3

(91,95%), Jawa Timur (96,36%), dan kejawen biasanya tinggal di Yogyakarta,


Banten (94,67%) (demografi.bps.go.id Surakarta, dan Bagelen.
dalam Penduduk Indonesia Hasil Sensus Salah satu tradisi kejawen yang
Penduduk 2010). Berdasarkan biasanya masih banyak dilakukan pada
pemaparan data tersebut dapat dilihat masyarakat desa di Jawa adalah bersih
bahwa mayoritas pemeluk agama Islam desa, dengan nama dan cara yang tidak
hampir keseluruhan berada di wilayah selalu sama. Tradisi ini juga ditemukan
Jawa. di salah satu daerah di Jawa yakni
Di wilayah Jawa, kegiatan ritual Wonogiri. Bentuk pelaksanaan atau
pada umumnya banyak dipengaruhi oleh perayaan tradisi bersih desa di beberapa
tradisi kejawen. Hal ini seperti yang daerah Wonogiri memiliki cara yang
digambarkan oleh Hildred (1983) dalam berbeda-beda. Berdasarkan survei
(Wisadirana, 2004:60) menyatakan peneliti pada bulan Juli-Agustus 2015
bahwa agama yang dipeluk oleh hal yang berbeda dapat ditemui pada
sebagian besar masyarakat pedesaan masyarakat Dusun Sambeng, Desa
Jawa adalah agama Islam taat (santri) Kepuhsari, Kecamatan Manyaran,
dan juga Islam abangan atau Islam Kabupaten Wonogiri dimana ada salah
kejawen dengan kepercayaan bersumber satu pelaksanaan yang menarik dan
dari tradisi leluhur, sehingga terjadi menjadi sorotan yaitu pelaksanaan bersih
percampuran antara ajaran-ajaran Islam desa yang dilakukan dengan
dengan upacara-upacara atau tradisi mengadakan tayub atau tayuban.
kejawen. Dalam penggolongan tersebut, Keberadaan tayuban hingga kini masih
antara yang menganut Islam taat (santri) hidup dan dipertunjukkan di beberapa
dan Islam abangan (kejawen) dapat wilayah seperti Jawa Tengah,
ditemui di beberapa wilayah. diantaranya daerah Purworejo,
Koentjaraningrat (2008:211) bahkan Temanggung, Pemalang, Tegal,
menegaskan bahwa masyarakat Jawa Sukoharjo, Wonogiri, Klaten, Sragen,
yang menganut Islam santri biasanya Purwodadi, Grobogan, Blora, dan Pati
tinggal di daerah pesisir, seperti (Wati, 2012:18). Tayuban sejak dulu
Surabaya, Gresik, dan lain-lain, sering dikonotasikan masyarakat sebagai
sedangkan yang menganut Islam pertunjukkan dengan citra yang negatif.
4

Citra yang melekat ini muncul karena nilai budaya leluhur sejak dulu. Menurut
pada saat pertunjukkan sering ditemukan (Simatupang, 2005 dalam Suwardi,
beberapa tindakan yang menyimpang, 2006:12) menegaskan bahwa manusia
dimana hal ini senada dengan penelitian ibarat makhluk yang terjerat dalam
Sukari (2008:710) bahwa setelah jaring-jaring makna yang dipintalnya
masuknya unsur budaya asing yang tidak sendiri. Tidak heran jika dalam setiap
cocok dengan norma dan aturan budaya tindakan atau pengambilan keputusan,
Jawa, maka tarian ini sengaja terdapat mitos-mitos yang diyakini oleh
dikeluarkan dari budaya keraton. Unsur masyarakat. Hal tersebut akan membawa
budaya asing yang mencemari tayub berkah apabila dilakukan, sebaliknya
dikenal dengan 3C, yaitu ciu (minuman akan mendatangkan bahaya jika
keras), colek dan cium. Oleh karena itu ditinggalkan.
dalam perkembangannya, tayub bukan Oleh karena itu penting untuk
lagi tarian sakral yang hanya bisa dikaji tayuban hingga saat ini masih
dipertontonkan oleh keraton, tetapi telah menjadi kebiasaan sebagai pola adat
menjadi hiburan yang bisa dalam tradisi bersih desa di dusun
diselenggarakan oleh siapa saja. Sambeng. Setiap tradisi kebudayaan
Tayuban dalam tradisi bersih mengandung unsur-unsur simbolik dan
desa merupakan bentuk manifestasi dari makna tersendiri. Dengan adanya
kebudayaan masyarakat Dusun tayuban dalam bersih desa dapat melihat
Sambeng. Dalam artian, suatu sisi lain dari kebudayaan masyarakat
masyarakat tidak akan mengadopsi suatu yang bersifat non material. Dalam artian
budaya bukan tanpa alasan. Budaya dan menemukan nilai-nilai masyarakat yang
masyarakat merupakan satu kesatuan tidak dapat diamati dalam kehidupan
holistik yang tidak dapat dipisahkan, sehari-hari sekaligus tentang eksistensi
artinya budaya sangat identik dengan mereka dalam menjaga tatanan sistem
kehidupan manusia dan sudah mendarah sosial budaya yang ada.
daging. Konstruksi budaya yang Dari hasil pemaparan latar
terbentuk ini merupakan akumulasi dari belakang masalah diatas, maka penulis
proses sosialisasi dan internalisasi tertarik untuk melakukan penelitian
pengetahuan-pengetahuan tentang nilai- dengan judul Tayuban dalam Tradisi
5

Bersih Desa di Dusun Sambeng, Desa Kabupaten Wonogiri.


Kepuhsari, Kecamatan Manyaran,
TUJUAN PENELITIAN pergaulan bersama di dalam masyarakat
Penelitian ini bertujuan (Mardimin, 1994:13).
mengetahui makna dan fungsi tayuban Dalam kebudayaan terdapat apa
dalam tradisi bersih desa pada yang disebut dengan ekologi budaya,
masyarakat Dusun Sambeng. yaitu mempelajari kebudayaan dari
KAJIAN PUSTAKA kelompok manusia yang beradaptasi
Tradisi dalam Masyarakat Jawa dengan sumber alam lingkungan dan
Perkembangan manusia dibentuk terhadap eksistensi dari kelompok
oleh kebudayaan yang melingkunginya. manusia lainnya. Dalam proses budaya
Dalam batasan-batasan tertentu, manusia akan terjadi apa yang disebut
mengubah dan membentuk equilibrium dan disequilibrium, untuk
kebudayaannya, tetapi pada dasarnya mencapai equilibrium (keseimbangan)
manusia lahir dan besar sebagai antara manusia dengan lingkungan
penerima kebudayaan dari generasi yang dibutuhkkan sarana kebudayaan,
mendahuluinya. Kebiasaan yang turun- sedangkan dalam proses keseimbangan
temurun dalam suatu masyarakat inilah sering terjadi disequilibrium
disebut tradisi (Mardimin, 1994:12). (ketidakseimbangan) antara manusia
Tradisi dikatakan sebagai suatu sistem dengan lingkungannya. Maka untuk
yang menyeluruh, terdiri dari cara aspek menjaga keseimbangan ini dalam tradisi
dan pemberian arti terhadap laku ujaran, budaya diadakan slametan (Sutardjo,
laku ritual dan berbagai jenis laku 2008:11).
lainnya dari manusia atau sejumlah Menurut Koentjaraningratat
manusia yang melakukan tindakan satu (1974:20) dalam (Herusatoto, 1983:103-
dengan yang lain (Wasid, dkk, 2011:30). 106) tradisi atau adat istiadat atau
Tradisi merupakan mekanisme yang disebut juga adat tata kelakuan, dapat
dapat membantu memperlancar dibagi dalam empat tingkatan,
perkembangan pribadi anggota diantaranya sebagai tingkat nilai budaya,
masyarakat, juga sebagai pembimbing tingkat norma-norma, tingkat hukum,
tingkat aturan khusus. Tradisi pada
6

dasarnya tidak terlepas dari pengertian bersih desa adalah upaya manusia untuk
kebudayaan. Kebudayaan merupakan mencari keseimbangan atau hubungan
keseluruhan gagasan dan karya yang dengan makhluk yang tidak kasat mata
dipelajari, dibagi, dan dipertukarkan (gaib) dan diyakini sebagai penjaga atau
yang di dalamnya terdapat nilai-nilai pelindung desa.
atau aspek penting yang mendasari Waktu pelaksanaan bersih desa
kehidupan dalam suatu masyarakat. yaitu satu tahun sekali, biasanya sesudah
Kebudayaan memiliki tiga wujud musim panen padi. Terkait soal bulan,
diantaranya adalah ide, aktivitas, dan hari, tanggal, dan cara pelaksanaannya
artefak. Wujud kebudayaan tersebut tidak selalu sama antara satu desa
dapat diuraikan melalui berbagai tradisi. dengan desa yang lain. Tempat
Tradisi merupakan warisan sosial penyelenggaraan bersih desa dan pesta
budaya yang diwariskan secara turun desa mengikuti kebiasaan desa setempat,
temurun dari generasi ke generasi oleh ada kegiatan yang merata dilakukan di
nenek moyang di masa lampau. Berbagai seluruh lingkungan desa beserta
tradisi yang ada di masyarakat misalnya penghuninya, disamping itu juga ada
tradisi slametan. Slametan pada kegiatan yang dipusatkan pada tempat-
masyarakat Jawa biasanya ditemui pada tempat tertentu, 1) tradisi puncak
siklus kehidupan manusia dari lahir dipusatkan di balai desa, 2) pesta desa
hingga meninggal dunia. dipusatkan di lapangan desa setempat, 3)
Bersih Desa dan Tayuban sedekah misal dilaksanakan di makam
Tradisi dalam masyarakat Jawa leluhur, 4) sesaji dan doa dilakukan di
mewujud dalam beragam bentuk, salah makam atau petilasan cikal bakal desa
satunya adalah tradisi bersih desa. (Suwardi, 2006:1-2).
Menurut Sumardi, dkk (1997:134) Menurut Muriatmono (1981:39),
menyatakan bahwa upacara bersih desa upacara bersih desa selalu didahului
mempunyai banyak sebutan, misalnya dengan membersihkan desa dari segala
sedekah bumi, rasulan, slametan bumi kotorannya yaitu sampah-sampah harus
suran dan lainnya. Pemberian nama ini dibersihkan, membersihkan got-got
biasanya tergantung dari daerah masing- saluran air agar lancar pengairannya,
masing. Namun pada prinsipnya upacara membenahi pagar halaman dan
7

sebagainya, sehingga kampung kelihatan sebagai tayuban, dimana tayuban ini


bersih, rajin, dan dalam suasan untuk sesembahan demi kesuburan
menyenangkan. Kebersihan di makam pertanian dan menjadi pusat kekuatan
juga dilakukan, di makam tidak ada penduduk desa.
acara khusus yang ada hanya mengirim Konsep Kearifan Lokal dalam Tradisi
doa. Pelaksanaan kebersihan di makam Masyarakat Jawa mempunyai
ini dilakukan oleh warga desa secara beberapa kearifan lokal yang merupakan
gotong royong. pandangan hidup masyarakat Jawa yang
Menurut (Jarianto, 2006:3132 sarat dengan pengalaman religius.
dalam Sukari, 2008:711), pertunjukan Pengalaman religius ini merupakan
tayub merupakan pertunjukan yang bentuk kepercayaan dan penghayatan
sangat populer dalam masyarakat Jawa. kepada Yang Maha Pencipta, Yang
Sebagian besar pertunjukan tayub Maha Tunggal. Yang Maha Tunggal
diselenggarakan dalam hajat menjadikan spirit bagi manusia untuk
perkawinan, sedekah bumi, kaul selalu berbuat kebajikan, bersikap penuh
(nadzar) dan juga khitanan. kasih, dan menumbuhkan etos kerja
Penyelenggaraan pertunjukan tayub di yang tinggi. Masyarakat Jawa
bebarapa daerah menjadi kebanggaan mempercayai dan meyakini bahwa
dan bagian penting dari status sosial bagi pengalaman religious sebagai wahana
yang nanggap untuk bersikap spiritual sehingga ada
Dari berbagai pandangan tentang keharmonisan antara dunia dengan
bersih desa, terangkum bahwa bersih manusia (Herawati, 2012:65).
desa merupakan tradisi selametan desa Menurut Tiezzi dalam (Nuraeni
pada masyarakat agraris di Jawa yang & Alfan, 2012: 68) bahwa kearifan lokal
dilakukan setahun sekali setelah musim merupakan pengetahuan yang eksplisit,
panen dengan bentuk pelaksanaan yang muncul dari periode panjang yang
berbeda-beda. Salah satu bentuk berevolusi bersama-sama masyarakat
pelaksanaanya adalah tayub. Tayub dan lingkungannya, dalam sistem lokal
adalah sebuah pertunjukan tari hiburan yang sudah dialami bersama-sama.
Jawa yang lekat dengan masyarakat Dengan demikian, kearifan lokal tiidak
pedesaan, sehingga sering disebut sekedar sebagai acuan tingkah laku
8

seseorang dalam hidup bermasyarakat, manusia; 3) hunbungan manusia dengan


tetapi lebih luasnya mampu lingkungan alam/hidup (Herawati,
mendinamisasi kehidupan masyarakat 2004:24-35), b) kearifan yang berupa
yang penuh keadaban. Tiezzi juga sikap hidup sosial, nasehat, dan iktibar
menambahkan bahwa ujung atau yang diungkap dalam bentuk pepatah,
pengendapan dari kearifan lokal ini akan perumpamaan, pantun, syair atau folklor
mewujud menjadi tradisi atau agama. (cerita rakyat), c) kearifan yang berupa
Menurut Haryati Soebadio ritus/seremoni yang diwujudkan ke
mengatakan bahwa local genius adalah dalam bentuk upacara, d) kearifan yang
juga cultural identity, berupa prinsip, norma, dan tata aturan
identitas/kepribadian budaya bangsa bermasyarakat yang terwujud menjadi
yang menyebabkan bangsa tersebut sistem sosial, e) kearifan yang berupa
mampu menyerap dan mengolah kebiasaan yang terlihat dari perilaku
kebudayaan asing sesuai watak dan sehari-hari dalam pergaulan sosial.
kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, Kearifan lokal merupakan suatu
1986:18-19). identitas budaya dari pengetahuan-
Wujud kearifan lokal meliputi pengetahuan leluhur sejak dulu berupa
aspek yang cukup luas. Dilihat dari sisi berbagai sikap dan etika moralitas
substansi yang ditampilkan dalam komunitas masyarakat local atau
kehidupan sosial, menurut Muchtar setempat yang bersifat religius.
(2009:236) kearifan lokal dapat Kerarifan lokal ini mengandung arti
dibedakan ke dalam lima kategori relasi antara manusia dengan manusia,
diantaranya a) kearifan yang berupa manusia dengan lingkungan, dan
pandangan hidup, kepercayaan atau manusia dengan Tuhan yang
ideologi yang diungkapkan dalam terinternalisasi dan diikuti oleh anggota
bentuk kata-kata bijak (filsafat). masyarakat dimana bertujuan untuk
Pandangan hidup yang melekat pada mengatur berbagai tatanan kehidupan
masyarakat menurut Koentjaraningrat yang harmonis antara dunia dengan
(1974) terbagi lagi menjadi tiga aspek manusia.
yaitu 1) hubungan manusia dengan Fungsionalisme Emile Durkheim
Tuhan; 2) hubungan manusia dengan
9

Durkheim membedakan dua tipe sama. Homogenitas ini mungkin kalau


solidaritas sosial. Perbedaan keduanya kita melihat kenyataan bahwa
bersifat evolusionistis dalam arti bahwa pembagian kerja sangat rendah. Tentu
yang kedua (organis) adalah ada semacam spesialisasi menurut usia
perkembangan dari yang pertama dan jenis kelamin. Orang yang lebih tua
(mekanis) (Abdullah, 1986:13). Dalam diharapkan menjadi pemimpin atau
suatu masyarakat yang menganut sekurang-kurangnya sebagai penasehat
solidaritas mekanik yang diutamakan yang bijaksana, sedangkan wanita
adalah persamaan perilaku dan sikap. diharapkan untuk berspesialisasi dalam
Perbedaan tidak dibenarkan. Menurut urusan rumah tangga. Solidaritas sosial
Durkheim, seluruh warga masyarakat ini terancam oleh kemungkinan
diikat oleh apa yang dinamakan perpecahan kelompok-kelompok kecil
kesadaran kolektif, hati nurani kolektif yang secara fungsional bersifat otonom
(collective conscience) yaitu suatu dan oleh jenis perilaku menyimpang apa
kesadaran bersama yang mencakup saja yang merusakan kesadaran kolektif
keseluruhan kepercayaan dan perasaan yang kuat (Johnson, 1986:187-189).
kelompok, dan bersifat ekstern serta Sedangkan untuk solidaritas
memaksa. Sanksi terhadap pelanggaran organik merupakan bentuk solidaritas
hukum di sini bersifat represif, barang yang mengikat masyarakat kompleks
siaap yang melanggar solidaritas sosial yaitu masyarakat yang telah mengenal
akan dikenai hukuman pidana (Sunarto, pembagian kerja yang rinci dan
2004:128). dipersatukan oleh kesalingtergantungan
Kesadaran kolektif yang antar bagian, karena adanya
mendasari solidaritas mekanik paling kesalingtergantungan ini maka
kuat perkembangannya dalam ketidakhadiran pemegang peran tertentu
masyarakat-masyarakat primitif yang akan mengakibatkan gangguan pada
sederhana. Dalam masyarakat seperti kelangsungan hidup masyarakat. Pada
itu semua anggota pada dasarnya solidaritas ini, ikatan utama yang
memiliki kepercayaan bersama, mempersatukan masyarakat bukan lagi
pandangan, nilai, dan semuanya kesadaran kolektif atau hati nurani
memiliki gaya hidup yang kira-kira kolektif (collective conscience),
10

melainkan kesepakatan yang terjalin suatu masyarakat, yang berujuan agar


diantara berbagai kelompok profesi. Di tercipta suatu keteraturan sosial.
sini pun hukum yang menonjol bukan Keteraturan sosial ini meliputi hukum,
lagi hukum pidana, melainkan ikatan sistem nilai, ide-ide moralitas, serta
hukum perdata. Dalam hal terjadi kepercayaan bersama. Dalam artian,
pelanggaran terhadap kesepakatan Durkheim ingin melihat apa yang dapat
bersama, maka yang berlaku ialah sanksi mempersatukan masyarakat pada
restitutif (Sunarto, 2005:128). umumnya.
Saling ketergantungan solidaritas METODE PENELITIAN
organik bertambah sebagai hasil dari Penelitian ini menggunakan jenis
bertambahnya spesialisasi dalam penelitian kualitatif dengan
pembagian kerja. Munculnya perbedaan- menggunakan pendekatan deskriptif
perbedaan di tingkat individu ini kualitatif. Teknik pengambilan informan
merombak kesadaran kolektif itu, yang menggunakan teknik purposive
pada gilirannya menjadi kurang penting sampling. Informan yang adalah
lagi sebagai dasar untuk keteraturan masyarakat Dusun Sambeng, tokoh
sosial dibandingkan dengan saling masyarakat yang terdiri atas perangkat
ketergantungan fungsional yang Dusun Sambeng dan Kepala Desa
bertambah antara individu-individu yang Kepuhsari serta tokoh agama Sambeng.
memiliki spesialisasi dan secara relatif Jenis data menggunakan data primer dan
lebih otonom sifatnya. Pertumbuhan sekunder. Data primer diperoleh dari
dalam pembagian kerja (dan solidaritas wawancara mendalam dengan informan
organic sebagai hasilnya) tidak kunci (masyarakat Dusun Sambeng) dan
menghancurkan kesadaran kolektif, dia informan pendukung (tokoh masyarakat
hanya mengurangi arti pentingnya dalam dan tokoh agama) serta observasi ke
pengaturan terperinci dalam kehidupan tempat-tempat yang diyakini masyarakat
sehari-hari (Johnson, 1986:183-185). sebagai tempat danyangan. Data
Durkheim menekankan tentang sekunder diperoleh dari dokumen
adanya integrasi dan solidaritas sosial perencanaan rasulan Dusun Sambeng
dengan cara melihat bagaimana proses- 2015. Analisis data menggunakan model
proses sosial tersebut terjalin dalam interaktif yang terdiri dari reduksi data,
11

penyajian data, dan penarikan didapat saat panen dikembalikan lagi ke


kesimpulan atau verifikasi. alam pada acara bersih desa. Wujud
HASIL PENELITIAN keraifan lokal berupa relasi masyarakat
1) Kearifan Lokal sebagai Makna Dusun Sambeng dengan berbagai
Tayuban dalam Tradisi Bersih elemen kehidupan yang tertuang dalam
Desa bentuk tradisi.
Berdasarkan hasil wawancara 2) Solidaritas Sosial sebagai Fungsi
terhadap informan menunjukkan bahwa Tayuban dalam Tradisi Bersih
masyarakat Dusun Sambeng melakukan Desa
tradisi bersih desa untuk melestarikan Dalam bersih desa, seluruh
budaya Jawa dan menjaga hubungan masyarakat ikut terlibat. Di dalamnya
yang harmonis antara Tuhan, alam dan terdapat pembagian kerja, dimana
sesama manusia. Tujuan diadakan individu-individu sebagai bagian dari
tayuban sebagai sarana masyarakat masyarakat Dusun Sambeng memiliki
untuk mengungkapkan rasa syukur tugas sesuai dengan fungsi dan perannya
kepada Tuhan atas hasil panen yang masing-masing. Pembagian kerja terlihat
telah didapatkan, sebagai ajang jelas saat kegiatan kerja bakti dan
silaturahmi dan hiburan bagi warga, puncak rasulan. Sebaliknya pada saat
sebagai sarana politik bagi pejabat- rewang, pembagian kerja tidak begitu
pejabat setempat serta media untuk diberlakukan, antara individu satu
peresmian rumah baru. Tayuban juga dengan yang lain saling membantu
digunakan sebagai tari persembahan dalam menjalankan tugas. Berbagai
untuk danyang (penunggu Dusun) yang persiapan baik itu dari penetapan
dianggap masyarakat sebagai pengayom tanggal, perencanaan dana, iuran warga,
desa. Persepsi tayuban bagi sebagian dan pembagian kerja ditentukan saat
masyarakat berbeda-beda, beberapa ada rapat warga dan disepakati melalui
yang percaya apabila tradisi tersebut proses musyawarah. Pembagian kerja ini
tidak dilakukan, maka akan terjadi dilakukan dengan sistem rolling tiap
musibah yang menimpa pada tahunnya. Dalam acara kenduri atau
masyarakat. Dari segi sesaji sendiri kondangan, semua warga Sambeng
memiliki filosofi bahwa hasil bumi yang berkumpul membawa ambengan untuk
12

didoakan, kemudian saling bentuk tayuban, yang digunakan sebagai


dipertukarkan. Sedangkan untuk acara sarana untuk terhubung dengan Tuhan.
tayuban, baik itu masyarakat dalam Kedua, nilai persatuan yang mendorong
maupun luar berbaur menjadi satu untuk interaksi antar warga masyarakat.
menyaksikan tayub. Interaksi yang dilakukan oleh
PEMBAHASAN masyarakat Dusun Sambeng berupa
1) Kearifan Lokal sebagai : persiapan-persiapan yang dilakukan saat
Pemaknaan Tayuban dalam bersih desa dan menyaksikan tayuban.
Tradisi Bersih Desa Sehingga, hasil dari interaksi ini akan
Pengetahuan masyarakat Dusun menimbulkan rasa kebersamaan dan
Sambeng menggunakan tayub saat kerjasama antar warga. Ketiga, nilai
bersih desa sudah ada sejak zaman nenek kejawen yang sarat akan hal-hal yang
moyang dan hingga kini masih mistik. Ini ditandai dengan masyarakat
dilestarikan oleh masyarakat. Tradisi ini Dusun Sambeng yang dahulu merupakan
terbentuk melalui proses budaya yang penganut agama Budha, sehingga masih
cukup lama. Tayuban merupakan memegang kepercayaan animisme dan
permintaan atau syarat dari danyang. dinamisme.
Lambat laun, tradisi yang sering Tayuban dalam tradisi bersih
dilakukan ini, nantinya akan menjadi desa menunjukan hubungan atau relasi
sebuah sistem yang berpola atau rutin, yang harmonis dengan beberapa elemen
yang mau tidak mau harus selalu kehidupan. Hubungan antar manusia
dilakukan oleh masyarakat Dusun dengan manusia ditunjukkan pada saat
Sambeng. acara tayuban. Seluruh masyarakat baik
Dusun Sambeng sebagai sebuah itu dari Sambeng maupun luar Dusun
komunitas lokal pedesaan juga berkumpul menjadi satu untuk
mempunyai sistem nilai norma yang menyaksikan. Saat nyawer dengan
berlaku pada masyarakat. Nilai yang ledhek secara bergantian, mempunyai
melekat pada masyarakat Sambeng tujuan sebagai ucapan syukur secara
diantaranya adalah nilai religius, nilai bersama-sama karena hal ini lebih
persatuan, dan nilai kejawen. Pertama, bersifat religius dan menyangkut
nilai religius ini dimanifestasikan dalam hubungan antara manusia dengan Tuhan.
13

Sedangkan, untuk hubungan masyarakat pemuka masyarakat. Selain itu, sistem


Dusun Sambeng dengan alam ditandai norma juga berlaku saat tayuban.
dengan upaya dalam menjaga Perangkat Dusun mendapatkan giliran
keseimbangan hidup dengan danyang pertama untuk menari dengan ledhek,
yang dianggap cikal bakal baru setelahnya adalah masyarakat.
Dusun/sesepuh. Ketiga, tingkatan hukum. Hukum adat di
Menurut Koentjaraningrat Dusun Sambeng berdasarkan atas
(1974:20) dalam (Herusatoto, 1983:103- pengalaman sejarah karena dahulu
106) tradisi atau adat istiadat atau sempat tidak mengadakan tayuban. Hal
disebut juga adat tata kelakuan, dapat ini mengakibatkan masyarakat Sambeng
dibagi dalam empat tingkatan, mengalami musibah seperti kecelakaan,
diantaranya a) tingkat nilai budaya, b) kesurupan, dan meninggal dunia. Bagi
tingkat norma-norma, c) tingkat hukum, sebagian masyarakat, musibah ini dikait-
d) tingkat aturan khusus. Pertama, kaitkan dengan danyang. Oleh karena
tingkat nilai budaya. Tayuban dalam itu, hingga sekarang masyarakat Dusun
bersih desa mengandung nilai budaya Sambeng selalu rutin mengadakan
berupa nilai gotong royong atau kerja tayuban karena hal tersebut sebagai
sama. Nilai ini dapat terlihat saat kerja bentuk permintaan danyang. Keempat,
bakti membersihkan Dusun dan rewang. tingkat aturan khusus. Dalam hal ini,
Selain itu, terdapat pula nilai religius aturan khusus yang terdapat di Dusun
yang ditandai dalam bentuk syukur Sambeng berkaitan tentang etika
masyarakat Dusun Sambeng kepada interaksi dengan danyang. Interaksi yang
Tuhan atas hasil panen selama satu dilakukan adalah datang langsung ke
tahun, dan terkahir adalah nilai kejawen tempat danyangan, seperti berdoa ke
yang terlihat saat pemberian sesaji ke sumur tua, memberikan sesaji ke sungai
tempat-tempat danyangan. Kedua, Pleter maupun Tambak. Hal ini
tingkat norma-norma.. Sistem norma ini bertujuan untuk memohon sesuatu yang
terikat pada peran masing-masing diinginkan atau sebagai peringatan
anggota masyarakat yang terlihat dalam danyang. Maksud dari peringatan
sikap dan perilaku khususnya antara danyang di sini berupa nadzar. Jika
masyarakat Dusun Sambeng dengan masyarakat merasa permintaannya
14

terwujud, biasanya nadzar yang antara manusia dengan manusia,


dilakukan adalah memohon doa dan manusia dengan Tuhan dan manusia
memberi sesaji ke tempat danyangan. dengan alam (danyang), dimana esensi
Secara eksplisit, tayuban utama dari hal ini adalah sebagai bentuk
digunakan sebagai hiburan masyarakat ungkapan syukur masyarakat petani dan
Dusun Sambeng. Terlepas dari itu, ada bertujuan agar terhindar dari mala petaka
esensi yang lebih penting bahwa tradisi danyang karena danyang dianggap
ini merupakan hasil kebudayaan manusia sebagai sesepuh yang mengayomi Dusun
yang menekankan tentang upaya Sambeng. Sehingga, kearifan lokal ini
masyarakat Dusun Sambeng dalam lama-kelamaan akan berproses menjadi
³PHQFDUL NHVHODPDWDQ´ KLGXS 7D\XEDQ tradisi yang melekat pada masyarakat
merupakan sebuah persembahan yang dan hingga kini masih dilestarikan.
ditujukan kepada danyang melalui 2) Solidaritas Sosial sebagai : Fungsi
sesaji-sesaji (krowotan) dan tayub Tayuban dalam Tradisi Bersih
supaya Dusun Sambeng terhindar dari Desa
berbagai musibah. Apabila ini diabaikan, Masyarakat Dusun Sambeng
maka danyang akan marah dan Dusun diikat oleh kesadaran kolektif yang
Sambeng akan terancam musibah seperti ditandai dengan proses-proses sosial
kesurupan, kecelakaan, bahkan yang terjadi saat bersih desa dan acara
meninggal dunia. Pemuka masyarakat tayuban. Pertama, dalam hal membayar
ataupun masyarakat di sini selalu iuran untuk tayuban.Iuran ini bersifat
mengarahkan kepada anggota ekstern dan memaksa artinya wajib bagi
masyarakat lain untuk selalu seluruh warga Sambeng, akan tetapi ada
menggunakan tayuban dalam bersih desa pula beberapa anggota masyarakat dari
karena hal ini secara tersirat merupakan kelompok keagamaan yang tidak
bentuk pencegahan mereka agar mendukung acara ini. Kelompok ini
terhindar dari musibah. tetap mengikuti iuran wajib akan tetapi
Wujud kearifan lokal masyarakat dana dialihkan untuk kegiatan
Dusun Sambeng yang bertujuan untuk pembangunan. Solidaritas sosial ini
menjaga hubungan harmonis dengan terancam oleh kemungkinan perpecahan
berbagai elemen kehidupan. Hubungan kelompok-kelompok kecil yang secara
15

fungsional bersifat otonom dan oleh Dusun Sambeng juga ikut serta dalam
jenis perilaku menyimpang apa saja membersihkan. Dalam kerja bakti,
yang merusakan kesadaran kolektif yang pembagian tugas tidak begitu rinci
kuat (Johnson, 1986:189). Perpecahan seperti pada solidaritas organis karena
kelompok-kelompok kecil ditandai pada solidaritas ini, ikatan utama yang
dengan kelompok minoritas keagamaan mempersatukan masyarakat bukan lagi
yang tidak mendukung keputusan kesadaran kolektif atau hati nurani
masyarakat Sambeng dalam kolektif (collective conscience),
mengadakan tayuban. melainkan kesepakatan yang terjalin
Pada solidaritas mekanik, diantara berbagai kelompok profesi
individu yang tidak terikat dalam sistem (Sunarto, 2005:128). Sedangkan, pada
akan mendapatkan sanksi sebagimana masyarakat Sambeng, walaupun hampir
menurut Sunarto bahwa sanksi terhadap mayoritas berprofesi sebagai petani
pelanggaran hukum di sini bersifat tetapi ikatan utama yang mempersatukan
represif, barang siapa yang melanggar masyarakat tetap pada kesadaran
solidaritas sosial akan dikenai hukuman kolektif. Pembagian tugas secara umum
pidana (Sunarto, 2004:128). Dalam bukan atas dasar keahlian melainkan
masyarakat Dusun Sambeng, sanksi keputusan dari perangkat dusun.
yang dilakukan berupa sanksi secara Ketiga, kesadaran kolektif yang
verbal. Sanksi ini dilakukan dengan dua terlihat saat kegiatan rewang. Terdapat
cara yaitu gunjingan dan teguran spesialisasi pembagian tugas antara
langsung. kaum laki-laki dan perempuan (Johnson,
Kedua, kesadaran kolektif 1986:187). Bapak-bapak serta Karang
terlihat saat kegiatan kerja bakti, terdapat Taruna Dusun Sambeng biasanya
pembagian tugas saat kerja bakti melakukan pekerjaan yang bersifat
membersihkan dusun. Pembagian tugas maskulin, sedangkan untuk ibu-ibu
ini ditentukan oleh Ketua RT masing- melakukan tugas dalam ranah domestik
masing saat pertemuan warga dan yaitu pekerjaan yang identik dengan
dilakukan secara bergilir tiap tahunnya. rumah tangga, seperti memasak untuk
Walaupun kerja bakti identik dengan keperluan acara tayuban. Pembagian
kaum lelaki, akan tetapi ibu-ibu di tugas antara bapak-bapak dan ibu-ibu
16

dilakukan supaya setiap warga Dusun ambengan. Dalam acara ini pun
Sambeng dapat mendapatkan pembagian pembagian tugas juga terlihat. Ada
tugas secara merata. Pada saat rewang beberapa pihak yang berperan serta
pun, tidak dijumpai pembagian tugas dalam menugurus tukar menukar
dalam hal memasak, pekerjaan ambengan,
dilakukan secara bersama-sama dan Kelima, kesadaran kolektif juga
saling membantu satu sama lain. Peran terlihat saat acara puncak tayuban yang
perangkat dusun seperti Ketua RT ditandai saat nyawer. Masyarakat
memiliki kuasa penuh dalam Sambeng sebagai tuan rumah lebih
menentukan perwakilan secara begilir mendahulukan tamu dari luar Dusun
untuk orang yang bertugas ke pasar, untuk nyawer. Selain itu, juga terdapat
yang berhak menugaskan warga untuk pembagian tugas seperti yang bertugas
persiapan tayuban adalah Ketua RT menyiapkan makanan di dapur untuk
masing-masing karena Ketua RT lebih penonton adalah ibu-ibu, yang melayani
mengetahui warganya dibandingkan makan dan minum adalah pihak Karang
dengan Ketua RW Taruna, sedangkan untuk bagian
Keempat, kesadaran kolektif keamanaan di handle oleh bapak-bapak.
terlihat saat acara kenduri, yang mana SIMPULAN DAN SARAN
setiap warga diharuskan untuk Berdasarkan tujuan penelitian,
membawa nasi beserta lauk pauk yang maka dapat diambil suatu kesimpulan
dibungkus sebanyak 4 buah dan mengenai tayuban dalam tradisi bersih
diletakkan di atas tampah. Tidak ada desa di Dusun Sambeng, Desa
ketentuan mengenai lauk pauk, dalam Kepuhsari, Kecamatan Manyaran,
artian bebas sesuai dengan keinginan Kabupaten Wonogiri sebagai berikut :
warga. Ambengan ini nantinya akan (1) Bentuk kearifan lokal masyarakat
ditukarkan dengan warga lain. Tujuan Dusun Sambeng terlihat pada tradisi
masyarakat Dusun Sambeng melakukan bersih desa. Pemaknaan tayuban dalam
hal tersebut untuk menjaga keteraturan tradisi bersih desa mewujud dalam relasi
sosial yang sudah lama ada. Masyarakat masyarakat dengan alam (danyang).
merasa perkewuh DWDX ³WLGDN HQDN´ Tayuban diartikan masyarakat sebagai
dengan tetangga apabila tidak membawa bentuk persembahan kepada danyang.
17

Danyang dipercaya sebagai roh membersihkan Dusun, rewang, kenduri


penunggu yang mengayomi dan atau kondangan, dan saat puncak acara
mendukung Dusun Sambeng. Apabila tayuban. Individu-individu yang tidak
hal ini diabaikan, maka danyang akan terlibat dalam sistem sosial ini akan
marah dan masyarakat sebagai objek mendapatkan sanksi dari masyarakat
pelampiasaan akan menanggung yang berupa gunjingan dan teguran
dampaknya. Antisipasi masyarakat langsung kepada individu yang
Dusun Sambeng untuk mencegah bersangkutan.
marahnya danyang yaitu dengan DAFTAR PUSTAKA
menanggap tayub karena tayub Abdullah, Taufik. 1986. Durkheim dan
dipercaya masyarakat sebagai kesenian Pengantar Sosiologi Moralitas.
yang disukai oleh danyang. Sehingga, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia
poin kearifan lokal pada masyarakat Ayatrohaedi. 1986. Kepribadian Budaya
Dusun Sambeng ini berkaitan tentang Bangsa (Local Genius). Jakarta:
XSD\D PDV\DUDNDW GDODP ³PHQFDUL Pustaka Jaya
NHVHODPDWDQ´ KLGXS, (2) Tayuban dalam Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk
bersih desa tidak hanya dilihat sebagai Indonesia Hasil Sensus Penduduk
sebuah tradisi belaka, di dalamnya ada (2010). Jakarta: BPS Indonesia
suatu pengikat yang dapat Herusatoto, Budiono. 1983. Simbolisme
mempersatukan masyarakat yaitu dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:
solidaritas sosial. Solidaritas sosial PT Hanindata
masyarakat Dusun Sambeng termasuk Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori
dalam solidaritas mekanik karena Sosiologi Klasik dan Modern.
kesadaran kolektifnya tergolong masih Jakarta: PT. Gramedia
sangat kuat. Solidaritas sosial ini Koentjaraningrat. 2008. Manusia dan
mewujud dalam sistem sosial yang ada Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
di masyarakat Dusun Sambeng. Sistem Djambatan
sosial ini berupa sistem tindakan- Mardimin, Johanes. 1994. Jangan Tangisi
tindakan yang terbentuk melalui proses Tradisi. Yogyakarta: Kanisius
interaksi sosial, diantaranya membayar Muchtar, Rusdi. 2009. Harmonisasi
iuran untuk tayuban, kerja bakti Agama dan Budaya di Indonesia.
18

Jakarta: Nusanatara Lestari Ceria Penerbit Fakultas Ekonomi


Pratama Indonesia
Muriatmono, Gatut. 1981. Adat Istiadat Sutardjo, Imam. 2008. Kajian Budaya
DIY. Yogyakarta: Depdikbud Jawa. Surakarta: Jurusan Sastra
Nanik Herawati. (2012). Kearifan Lokal Daerah FSSR UNS
Bagian Budaya Jawa. Jurnal Suwardi Endraswara. (2006). Mistisisme
Magistra, 24 (79): 64-70. dalam Seni Spiritual Bersih Desa
Diperoleh 1 Januari 2016, dari di Kalangan Penghayat
http://download.portalgaruda.org Kepercayaan. Jurnal Kejawen, 1
Nuraeni, Heny Gustini & Alfan, (2): 38-57. Diperoleh 22
Muhammad. 2014. Studi Budaya Desember 2015, dari
Indonesia. Bandung: Pustaka http://books.google.co.id
Setia Wasid, Dkk. 2011. Menafsirkan Tradisi
Sukari. (2008). Tayub : Sebuah Tari dan Modernitas: Ide-Ide
Pertunjukan Rakyat di Daerah Pembharuan Islam. Surabaya:
Kabupaten Pati. Jurnal Pustaka Idea
Patrawidya, 9 (3): 709 -740 Wisadirana, Darsono. 2004. Sosiologi
Sumardi, Sukarjo, Sukari, Sudarmo & Pedesaan. Malang: UMM Press
Hisbaron Muryantoro. 1997. Yayuk Retno Wati. (2012). Tari Tayub
Peranan Nilai Budaya Daerah dalam Upacara Sedekah Laut
Dalam Upaya Pelestarian Longkangan Masyarakat
Lingkungan Hidup di Daerah Munjungan. Jurnal Greget, 11 (1):
Istimewa Yogyakarta. 15-27. Diperoleh 17 Desember
Yogyakarta: Depdikbud 2015, dari http://jurnal.isi-
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar ska.ac.id
Sosiologi. Jakarta: Lembaga

You might also like