You are on page 1of 12

IMPLEMENTASI WAWASAN KEBANGSAAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

DI PONDOK PESANTREN
(Studi Kasus di SMA Al-Muayyad Surakarta
dan SMA Muhammadiyah Boarding School Yogyakarta)

Oleh:
1 2 3
Madhan Anis , Husain Haikal , Hermanu Joebagio

Abstract
Background: This study has the objective to (1) describe the history lesson planning, (2)
describe the implementation of the teaching of history, (3) describe the history of learning
assessment, and (4) analyzing the constraints in the implementation of national awareness-
based teaching history in high school Al -Muayyad which is one unit of formal education in
Pondok Pesantren Al-Muayyad SMA Muhammadiyah Surakarta and Boarding School, which is
one unit of formal education in Modern Boarding School Boarding School Muhammadiyah
Yogyakarta.
Methods: The study was a descriptive qualitative study of the strategies are rooted
double case. Footage used in this research is purposive sampling with criterion-based selection.
Data was collected through direct observation, in-depth interviews with teachers and students of
class XI IPS, and recording documents such as learning devices. Data validation performed by
triangulation. Analysis of the data used is interactive model, namely data collection, data
reduction, data display and conclusion.
Results: This study concluded that (1) Planning made educators in high school and high
school Al-Muayyad MBS in history teaching based national vision is to construct a learning tool
in the form of a syllabus and lesson plan (RPP) which incorporate cultural values and national
character . (2) The implementation of national awareness-based history of learning is done in
high school educators Al-Muayyad through heroic story boarding in upholding the independence
of Indonesia, question and answer, and discussion groups. While the implementation of national
awareness-based history of learning is done in high school educators MBS through
documentary film history of national struggle, question and answer, discussion groups, and
assignment (3) The form of the assessment test and non-test by considering the cognitive,
affective and psychomotor student. (4) The problem faced in teaching history in high school
national awareness-based Al-Muayyad and senior MBS including the ability of teachers in the
learning process, the attitude of students in participating in the learning and teaching facilities.

Keywords: Concept of Nationalism, History Lessons, Boarding.

1
Alumni Program Pascasarjana S-2 Pendidikan Sejarah, Universitas sebelas Maret e-
mail: dhanis_1987@yahoo.com
2
Dosen Program Pascasarjana S-2 Pendidikan Sejarah, Universitas sebelas Maret
3
Dosen Program Pascasarjana S-2 Pendidikan Sejarah, Universitas sebelas Maret

11
PENDAHULUAN Mereka berasal dari berbagai daerah di
Bangsa Indonesia terdiri atas beragam suku, Indonesia. Namun disitulah keindahan
bahasa daerah, adat istiadat, agama, serta sebuah komunitas sosial bila mampu
memiliki latar belakang budaya yang merekat berbagai perbedaan itu dan
beragam. Keberagaman tersebut tetap dalam menjadikannya sebagai sarana untuk saling
satu kesatuan, hal itu ditegaskan dengan memahami, tepo seliro dan toleransi yang
semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang akhirnya akan melahirkan persatuan dan
artinya berbeda-beda tetap satu jua. Bahkan kesatuan yang kokoh.
pulaunya pun berbeda-beda, tetapi masih Santri yang terdiri dari beragam suku, ras,
merupakan satu kesatuan. Dalam dan budaya berpotensi dalam
keragaman tersebut, bangsa Indonesia mengembangkan wawasan kebangsaan di
hendaknya membangun diri untuk menjadi pondok pesantren. Perbedaan adalah
satu bangsa yang memperoleh tempat sesuatu yang tidak dapat dielakkan karena
selayaknya di samping bangsa-bangsa lain di Allah Swt menciptakan manusia dengan
dunia ini. Membangun manusia seutuhnya segala perbedaannya. Keberagaman suku,
berarti membangun keutuhan dalam sumber agama, ras, dan golongan tersebut
daya manusianya untuk berperan secara dipandang sebagai rahmat Tuhan. Al-Qur’an
penuh sebagai individu dan sebagai warga telah menjelaskan tentang adanya
masyarakat bangsa, salah satunya melalui keberagaman dalam kehidupan manusia.
pendidikan. Allah berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat
Pendidikan adalah upaya manusia untuk 13:
“memanusiakan manusia”. Manusia pada “Sesungguhnya Aku ciptakan kalian
hakekatnya adalah makhluk Tuhan yang dari lelaki dan perempuan, dan Aku
jadikan kalian berbangsa-bangsa dan
paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan
bersuku-suku untuk saling mengenal,
makhluk lain ciptaan-Nya. Manusia memiliki sesungguhnya yang paling mulia di sisi
kemampuan berbahasa dan akal pikiran, Allah adalah orang yang paling
sehingga manusia mampu mengembangkan bertaqwa”.
dirinya sebagai manusia yang berbudaya.
Dari sini kita tahu bahwa ternyata
Kemampuan mengembangkan diri dilakukan
perbedaan yang oleh Allah Swt
melalui hubungan dengan lingkungannya,
dilambangkan dengan laki-laki dan
baik lingkungan fisik maupun lingkungan
perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-
sosial. Hubungan dengan lingkungan sosial
suku itu diciptakan sendiri oleh-Nya. Artinya,
menempatkan peranan, kedudukan, tugas,
bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang
dan tanggung jawabnya sebagai makhluk
harus disalahkan karena Allah Swt sendiri
sosial (Nana Sudjana, 2008: 1).
yang menciptakan. Perbedaan bahasa dan
SMA Al-Muayyad yang merupakan salah
warna kulit merupakan salah satu tanda-
satu unit pendidikan formal yang dimiliki
tanda kekuasaan-Nya. Sesuai dengan firman
Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta
Allah Swt :
dan SMA Muhammadiyah Boarding School
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-
yang merupakan salah satu unit pendidikan
Nya ialah Dia menciptakan langit dan
formal yang dimiliki Pondok Pesantren bumi dan berlain-lainan bahasamu dan
Modern Muhammadiyah Boarding School warna kulitmu. Sesungguhnya pada
Yogyakarta. Banyak para santri yang yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
menimba ilmu di pondok pesantren tersebut.
yang mengetahui” (Ar-Ruum : 22)”.
Selain menjadi santri di pondok tersebut,
mereka juga bersekolah formal disana.

12
Wawasan kebangsaan diantaranya dapat asal-usul kata santri pula banyak sarjana
diterapkan melalui pembelajaran sejarah. berpendapat bahwa lembaga pesantren pada
Pembelajaran sejarah sangat penting untuk dasarnya adalah lembaga pendidikan
menanamkan sikap berbangsa dan keagamaan bangsa Indonesia pada masa
bernegara, yang di dalamnya banyak menganut agama Hindu Budha yang
mengandung moral, etika, rasa cinta bernama “mandala” yang diislamkan oleh
terhadap lingkungannya, tanah air dan para kyai.
memperluas wawasan hubungan antar Sebagai lembaga, pesantren
bangsa. Tujuannya adalah menumbuhkan dimaksudkan untuk mempertahankan nilai-
kesadaran atas adanya krisis solidaritas nilai keislaman dengan menitikberatkan pada
keIndonesiaan yang kemudian mengarah pendidikan. Pengaruh agamis yang
kearah perpecahan kehidupan bangsa dihasilkan dari lingkungan yang khas, disiplin
Indonesia di masa yang akan datang. Gejala dalam menegakkan shalat dan pelaksanaan
ini merupakan sebuah ironi kesejarahan kewajiban Islam lainnya. Untuk meresapkan
Indonesia apabila dihadapkan dengan jiwa keislaman, pesantren tidak hanya
peristiwa sejarah yang berlangsung unik dan dihormati sebagai tempat belajar, tetapi lebih
einmalig (sekali terjadi dan tidak terulang ditekankan sebagai tempat tinggal yang
kembali) yakni peristiwa sumpah pemuda 28 seluruhnya dipenuhi dan diresapi dengan
oktober 1928. nilai-nilai agama (Karel A. Steenbrink,
Melihat keadaan tersebut penulis 1986:16-17).
terpanggil untuk melakukan penelitian Sejalan dengan perkembangannya,
tentang wawasan kebangsaan di pondok menurut Ahmad Syafi’i Noer dalam Abuddin
pesantren dan menganalisis secara ilmiah. Nata (2001:96) pesantren kini mulai diadopsi
Analisis tersebut melalui sudut pandang pada bagian-bagian tertentu. Seperti
pembelajaran sejarah di SMA Al-Muayyad pengadopsian sistem pengasramaan pada
yang merupakan salah satu sekolah formal SMU unggulan, yang sebenarnya sistem itu
yang dimiliki Pondok Pesantren Al-Muayyad merupakan salah satu karakteristik dasar
Surakarta dan SMA Muhammadiyah sistem pendidikan pesantren yang dikenal
Boarding School yang merupakan salah satu dengan santri mukim.
sekolah formal yang dimiliki Pondok Wawasan kebangsaan terdiri dari kata
Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding wawasan dan kebangsaan. Wawasan
School Yogyakarta. berasal dari kata “wawas” yang dalam
Istilah pesantren berasal dari kata santri, bahasa mengandung arti pandangan,
yang dengan awalan pe di depan dan tinjauan, penglihatan, tanggapan inderawi,
akhiran an berarti tempat tinggal para santri. dan dalam istilah lain wawasan mengandung
Profesor Johns berpendapat bahwa istilah arti paham atau keyakinan tentang suatu hal,
santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti cara pandang, cara tinjauan dan cara
guru mengaji. C.C Berg dalam Zamakhsyari tanggapan inderawi. Kebangsaan berasal
Dhofier (2011:41) berpendapat bahwa istilah dari kata bangsa atau “nation” yang diartikan
tersebut berasal dari istilah shastri yang sebagai kelompok manusia yang berasal dari
dalam bahasa India berarti oang yang tahu keturunan nenek moyang yang sama (SA
buku-buku suci agama Hindu, atau seorang Kodhi, 1989:83). Kebangsaan berasal dari
sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata kata bangsa atau nation. Menurut Benedict
shastri berasal dari kata shastra yang berarti Anderson (2002:8) nation diartikan sebagai
buku-buku suci, buku-buku agama atau sebuah komunitas politik terbayang. Nation
buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Dari pada awalnya lebih dalam bentuk bayangan

13
pekerjaan belaka, namun kemudian nation bangsa serta terhadap peningkatan kualitas
terbayangkan sebagai komunitas dan kehidupan bangsa.
diterima sebagai persahabatan yang kuat Pembelajaran merupakan suatu kesatuan
dan dalam. Pendapat tersebut sangat mirip antara dua kegiatan yaitu kegiatan belajar
dengan pendapat Ernest Renan. Ernest oleh peserta didik dan kegiatan mengajar
Renan berpendapat bahwa bangsa adalah oleh guru. Istilah “pembelajaran” sama
adanya satu nyawa, satu asas akal, yang dengan “instruction” berbeda dengan
terjadi dari dua hal: Pertama, mempunyai “pengajaran” atau “teaching”. Pengajaran
satu riwayat yang sama. Kedua, harus mempunyai arti: cara mengajar atau
mempunyai kemauan, keinginan hidup mengajarkan, sedangkan pembelajaran
menjadi satu atau keinginan hidup bersama berasal dari kata belajar, kedua istilah
(Soekarno, 1965:3). Sedangkan konsep tersebut berbeda. Jadi pembelajaran adalah
kebangsaan menurut Hans Kohn (1958:11) suatu proses atau kegiatan yang sangat
dinyatakan sebagai suatau paham yang sistematis dan sistemik, yang bersifat
berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi interaktif dan komunikatif antara guru dengan
pribadi harus diserahkan kepada negara peserta didik, sumber belajar dan lingkungan
kebangsaan. untuk menciptakan suatu kondisi yang
Dengan demikian dapat disimpulkan apa memungkinkan terjadinya tindakan belajar,
sebenarnya yang dikandung dari wawasan baik di kelas maupun di luar kelas (Arifin,
kebangsaan, yaitu cara pandang tentang diri 2009: 10). Dale H. Schunk (2012: 5)
dan lingkungannya yang tidak didasarkan menjelaskan bahwa pembelajaran
atas kesamaan suku bangsa, keturunan, merupakan perubahan yang bertahan lama
kedaerahan, keagamaan ataupun dalam perilaku, atau dalam kapasitas
kepercayaan serta adat-istiadat atau berperilaku dengan cara tertentu, yang
kebudayaan daerah. Dengan cara pandang dihasilkan dari praktek atau bentuk
yang demikian akan tumbuh sikap hidup, pengalaman lainnya. Sedangkan John W.
cara berfikir dan cara kerja yang tidak Santrock (2010: 265) mengemukakan definisi
diletakkan atas pengkotak-kotakan bangsa pembelajaran sebagai pengaruh permanen
berdasarkan keterkaitan etnik, kedaerahan, atas perilaku, pengetahuan, dan
keturunan, agama, dan kepercayaan. Selain keterampilan berpikir yang diperoleh melalui
itu juga akan tumbuh sikap hidup, cara pengalaman. Karakteristik mata pelajaran
berfikir dan cara kerja yang mengacu pada sejarah di SMA menurut Aman (2011: 57)
kesatuan dan persatuan bangsa. Disamping yang menyatakan bahwa pelajaran sejarah
itu cara pandang yang demikian juga memiliki artistrategis dalam pembentukan
memiliki unsur-unsur kesatuan, kebebasan, watak dan peradaban bangsa yang
kesamaan, kepribadian, dan prestasi yang bermartabat serta dalam pembentukan
merupakan kebanggaan bagi warga negara. manusia Indonesia yang memiliki rasa
Disamping itu ada unsur-unsur lain, seperti kebangsaan dan cinta tanah air. Sasaran
bahasa, wilayah, agama, warisan leluhur, umum pembelajaran sejarah menurut S.K.
seni, serta berbagai macam lembaga yang Kochhar (2008: 27-38) diantaranya adalah
hidup dalam masyarakat. Cara pandang mengajarkan toleransi dan memperkokoh
yang demikian itu mempersyaratkan adanya rasa nasionalisme.
kesadaran diri dan rasa tanggung jawab Berdasarkan latar belakang masalah di atas
pada diri seseorang atau suatu masyarakat maka permasalahan yang akan dikaji dalam
untuk berperan serta terhadap eksistensi penelitian ini adalah: (1) bagaimana
perencanaan pembelajaran sejarah berbasis

14
wawasan kebangsaan di SMA Al-Muayyad unit pendidikan formal yang dimiliki Pondok
Surakarta dan SMA Muhammadiyah Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding
Boarding School Yogyakarta? (2) bagaimana School Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan
pelaksanaan pembelajaran sejarah berbasis dalam waktu 7 bulan yaitu dari persiapan
wawasan kebangsaan di SMA Al-Muayyad penelitian, bulan Desember 2012 sampai
Surakarta dan SMA Muhammadiyah dengan penyusunan laporan penelitian bulan
Boarding School Yogyakarta? (3) bagaimana Juni 2013.
penilaian pembelajaran sejarah berbasis Jenis penelitian yang digunakan adalah
wawasan kebangsaan di SMA Al-Muayyad penelitian kualitatif deskriptif (Sutopo, 2006:
Surakarta dan SMA Muhammadiyah 40). Sedangkan strategi yang digunakan
Boarding School Yogyakarta? (4) bagaimana adalah studi kasus ganda terpancang.
kendala-kendala dalam pelaksanaan Penelitian yang akan diteliti mempunyai
pembelajaran sejarah berbasis wawasan sasaran (kajian studi) lebih dari satu yang
kebangsaan di SMA Al-Muayyad Surakarta mempunyai perbedaan karakteristik dan
dan SMA Muhammadiyah Boarding School sudah diarahkan atau ditentukan peneliti.
Yogyakarta? Dalam penelitian ini data atau informasi yang
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penting untuk dikumpulkan dan dikaji
peneliti mempunyai tujuan penelitian yang sebagian besar adalah data kualitatif. Lebih
ingin dicapai. Tujuan itu antara lain sebagai lanjut Sugiyono (2012: 306) menjelaskan
berikut: (1) menggambarkan perencanaan bahwa peneliti merupakan instrumen kunci
pembelajaran sejarah berbasis wawasan dalam penelitian kualitatif (the researcher is
kebangsaan di SMA Al-Muayyad Surakarta the key instrumen). Setelah fokus penelitian
dan SMA Muhammadiyah Boarding School menjadi jelas, maka kemungkinan akan
Yogyakarta. (2) menggambarkan dikembangkan instrumen penelitian
pelaksanaan pembelajaran sejarah berbasis sederhana yang diharapkan dapat
wawasan kebangsaan di SMA Al-Muayyad melengkapi data dan membandingkan
Surakarta SMA Muhammadiyah Boarding dengan data yang ditemukan melalui
School Yogyakarta. (3) menggambarkan observasi dan wawancara. Adapun data dan
penilaian pembelajaran sejarah berbasis sumber data yang akan diteliti adalah
wawasan kebangsaan di SMA Al-Muayyad informan atau nara sumber, dokumen dan
Surakarta dan SMA Muhammadiyah arsip, tempat dan aktivitas. Teknik
Boarding School Yogyakarta. (4) pengumpulan data yang digunakan dalam
menganalisis kendala-kendala dalam proses penelitian ini adalah wawancara mendalam
pembelajaran sejarah berbasis wawasan (in-depth interviewing), pengamatan
kebangsaan di SMA Al-Muayyad Surakarta (observasi) dan pencatatan dokumen arsip
SMA Muhammadiyah Boarding School (Sutopo, 2006: 56-62).
Yogyakarta.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN 1. Perencanaan Pembelajaran Sejarah
Tempat penelitian ini di wilayah Surakarta Berbasis Wawasan Kebangsaan di
dan Yogyakarta. Obyek penelitian yang SMA Al-Muayyad Surakarta dan SMA
diambil adalah SMA Al-Muayyad yang MBS Yogyakarta
merupakan salah satu unit pendidikan formal Pada tahap perencanaan guru sejarah
yang dimiliki Pondok Pesantren Al-Muayyad di SMA Al-Muayyad maupun SMA MBS telah
Surakarta dan SMA Muhammadiyah menyusun Silabus dan RPP. Dari hasil
Boarding School yang merupakan salah satu temuan di lapangan melalui observasi dan

15
wawancara, Silabus dan RPP yang disusun 2. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah di
oleh guru sejarah di SMA Al-Muayyad SMA Al-Muayyad Surakarta dan SMA
maupun SMA MBS adalah silabus dan RPP MBS Yogyakarta
berkarakter bangsa yang Pelaksanaan pembelajaran sejarah
menginternalisasikan nilai-nilai karakter berbasis wawasan kebangsaan di SMA Al-
bangsa yang mesti dikembangkan Muayyad dapat diamati dalam beberapa
diantaranya religius, jujur, toleransi, disiplin, aspek. Terkait dengan wawasan
kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin kebangsaan, guru berpandangan bahwa
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, wawasan kebangsaan dalam pembelajaran
menghargai prestasi, bersahabat, cinta sejarah diantaranya dapat dilakukan melalui
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, materi pembelajaran yang berhubungan
peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai dengan wawasan kebangsaan dan
karakter tersebut merupakan bagian dari diimplementasikan melalui metode
wawasan kebangsaan. Sehingga dengan pembelajaran. Metode-metode pembelajaran
demikian dapat diketahui bahwa tersebut diantaranya bercerita, tanya jawab
pembelajaran sejarah di SMA Al-Muayyad dan diskusi. Implementasi wawasan
maupun SMA MBS merupakan pembelajaran kebangsaan dalam pembelajaran sejarah
berbasis wawasan kebangsaan. Menurut juga dilakukan oleh guru dengan cara selalu
Oemar Hamalik (2011: 135) fungsi dari mengingatkan kepada siswanya di sela-sela
perencanaan pembelajaran sebagai berikut, penyampaian materi kepada siswa bahwa
(1) memberi guru pemahaman yang lebih cinta tanah air adalah sebagian dari iman
jelas tentang tujuan pendidikan sekolah dan (hubbul wathon minal iman) yang
hubungannya dengan pembelajaran yang menurutnya diambil dari salah satu hadist.
dilaksanakan untuk mencapai tujuan itu, (2) Metode lain yang dilakukan guru sejarah
membantu guru dalam memperjelas diantaranya metode tanya jawab. Hal ini
pemikiran tentang nilai-nilai pembelajaran dilakukan oleh guru sejarah dengan cara
yang dan prosedur yang diperlukan, (3) memberikan pertanyaan kepada siswa di
membantu guru dalam memperjelas sela-sela ceramah yang dilakukan. Dengan
pemikiran tentang sumbangan cara ini diharapkan dapat menarik minat dan
pembelajarannya terhadap tujuan motivasi siswa. Terutama saat guru
pendidikan, (4) membantu guru dalam menyampaikan materi dengan ceramah yang
mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta terlalu lama, siswa merasa bosan atau jenuh
didik, dan mendorong dalam memotivasi bahkan mengantuk. Tetapi, ketika guru
belajar, (5) mengurangi resiko trial dan error mengkombinasikannya dengan tanya jawab
dalam proses pembelajaran, (6) peserta didik maka siswa termotivasi untuk
akan menghormati guru karena sungguh- memperhatikan materi ceramah guru,
sungguh dalam mengajar sesuai harapan terlebih lagi apabila jawaban siswa mendapat
peserta didik, (7) membantu guru dalam penilaian dari guru. Dalam memberikan
memelihara semangat mengajar dan pertanyaan-pertanyaan guru berusaha
senantiasa memberikan bahan-bahan yang menghindari jawaban serempak dari siswa,
up to date kepada peserta didik. yaitu dengan cara menunjuk salah satu
siswanya atau dengan menyebut nama
siswanya yang terlihat mengantuk dan
kurang memperhatikan penjelasan dari guru.
Tujuannya adalah melatih siswa untuk
disiplin dan bertanggung jawab atas apa

16
yang dilakukannya. Apabila jawaban dari Pembelajaran sejarah di SMA MBS
siswanya tersebut dirasa kurang memadukan secara utuh ranah
memuaskan, maka guru mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan sikap selama
pertanyaan tersebut kepada siswa lain aktivitas belajar. Pada tahap pelaksanaan
sehingga dalam diri siswa tumbuh rasa untuk pembelajaran sejarah, metode mengajar
menghargai pendapat orang lain. Untuk yang digunakan oleh guru adalah
menghindari dominasi dengan metode pembelajaran yang aktif dan inovatif,
ceramah, selain melakukan tanya jawab guru diantaranya melalui metode ceramah yang
juga melakukan variasi lain dalam dipadukan dengan media film, tanya jawab,
pembelajarannya. Diantaranya dengan diskusi, dan penugasan. Hal ini menjadikan
mengajak siswa untuk membentuk kelompok sebagian besar siswa berpartisipasi aktif dan
diskusi. Mengingat siswa yang belajar di tidak merasa bosan dalam mengikuti
SMA Al-Muayyad berasal dari berbagai pelajaran. Penggunaan metode pemutaran
daerah dengan latar belakang budaya dan film sejarah digunakan karena metode ini
etnis yang berbeda, maka agar terjalin dinilai paling efektif dan sesuai untuk
kerjasama dan tidak menimbulkan menyampaikan materi pembelajaran yang
kecemburuan, maka kelompok dibagi dibahas. Terlebih lagi dalam kesehariannya
berdasarkan nomor urut presensi. Dengan siswa selain belajar di sekolah juga
cara seperti ini secara tidak langsung guru disibukkan oleh kegiatan kepesantrenan,
juga mengajarkan nilai kerja sama, dan sehingga kesempatan siswa untuk mendapat
persatuan diatas perbedaan tanpa sarana hiburan seperti menonton film sangat
membeda-bedakan status sosial siswanya jarang ditemui. Media pembelajaran dalam
baik itu suku, budaya, dan etnis mereka. proses pembelajaran mempunyai kedudukan
Sedangkan pembelajaran di SMA MBS dan peran yang sangat penting, bahkan
terkait dengan wawasan kebangsaan, guru merupakan bagian integral dari proses
berpandangan bahwa tujuan pembelajaran pembelajaran. Sehingga, disinilah peran
sejarah adalah untuk menanamkan pendidik dalam pembelajaran tidak hanya
semangat patriotisme dalam diri siswa. sekedar memberikan materi pelajaran, tetapi
Pembelajaran sejarah merupakan instrumen juga mampu untuk memilih dan menentukan
penggugah rasa cinta tanah air. Sehingga media yang paling sesuai untuk
dengan menghadirkan wawasan kebangsaan menyampaikan materi pelajaran. Selain itu,
dalam pembelajaran sejarah maka akan pendidik juga dituntut mampu memberikan
tumbuh semangat persatuan dan kesatuan motivasi dalam hal mendukung terciptanya
dan rasa cinta tanah air. Penerapan suasana belajar mengajar yang
wawasan kebangsaan dalam pembelajaran menyenangkan sehingga peserta didik dapat
sejarah guru berpendapat tidak hanya berprestasi semaksimal mungkin. Lebih dari
melalui materi pembelajaran yang itu, melalui metode pemutaran film sejarah
berhubungan dengan wawasan kebangsaan perjuangan secara tidak langsung guru telah
dan metode pembelajarannya, tetapi juga mengimplementasikan wawasan kebangsaan
dengan mengaitkan peristiwa masa lalu dalam pembelajaran sejarah dengan
dengan kondisi saat ini serta menciptakan mengajak siwa untuk mengambil suri
suasana belajar yang bervariatif. tauladan dari para pejuang yang mempunyai
Pelaksanaan pembelajaran sejarah berbasis semangat pantang menyerah, cinta tanah air,
wawasan kebangsaan dilakukan agar siswa dan semangat bekerja sama, yang nantinya
mampu mengembangkan dan menerapkan bisa diterapkan didalam kehidupan sehari-
nilai-nilai kebangsaan yang telah ditentukan. hari oleh para siswanya. Dari film yang telah

17
diputar dan dilihat bersama-sama guru juga 3. Penilaian Pembelajaran Sejarah
berusaha menghubungkan peristiwa masa Berbasis Wawasan Kebangsaan di
lampau dengan apa yang terjadi saat ini. SMA Al-Muayyad Surakarta dan SMA
Metode lain yang digunakan guru sebagai MBS Yogyakarta
upaya mengimlementasikan wawasan Penilaian pembelajaran di SMA Al-
kebangsaan kepada siswa melalui metode Muayyad dan SMA MBS terdapat persamaan
tanya jawab. Kegiatan ini dilakukan dengan dan perbedaan, yakni penilaian berdasarkan
cara guru memberi pertanyaan kepada siswa beberapa aspek yaitu aspek kognitif, afektif,
dengan menunjuk satu persatu siswanya dan psikomotorik. Menurut Sumiati Asra
secara bergantian untuk mengutarakan (2009: 200) fungsi penilaian adalah untuk
jawabannya masing-masing. Hal ini selain mengetahui apakah tujuan yang telah
untuk menumbuhkan motivasi siswa agar dirumuskan dapat tercapai, penilaian
berperan aktif dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor terpenting
dan terjadi interaksi dua arah, yaitu dari guru dalam proses pembelajaran. Keberhasilan
ke siswa dan dari siswa ke guru juga proses pembelajaran dapat dilihat dari
bertujuan agar dalam diri santri tumbuh rasa prestasi belajar yang dicapai siswa. Kriteria
saling menghargai dan menghormati keberhasilan guru dan siswa dalam
pendapat orang lain. Agar terjadi interaksi melaksanakan program pembelajaran dapat
antara siswa dengan siswa atau siswa dilihat dari kompetensi dasar yang dimiliki
dengan guru, metode diskusi juga digunakan oleh siswa. Informasi ini akan diperoleh
oleh guru sebagai upaya dalam melalui kegiatan penilaian. Dalam aspek
mengimplementasikan wawasan kebangsaan kognitif penilaiannya berdasarkan ketuntasan
dengan membagi siswa ke dalam kelompok- siswa dalam belajar yang bisa dilihat dari
kelompok diskusi. Adapun siswa yang belajar penugasan, ulangan harian, ujian tengah
di SMA MBS berasal dari berbagai daerah di semester dan ulangan akhir semester.
Indonesia, memiliki latar belakang suku dan Sementara itu, untuk aspek afektif atau sikap
budaya yang berbeda. Agar tumbuh rasa indikatornya adalah perilaku peserta didik
persatuan dan kerja sama diantara para selama mengikuti pembelajaran di kelas.
siswa, maka melalui metode diskusi secara Namun penilaian pada aspek ini mempunyai
tidak langsung guru melatih siswanya untuk kelemahan, yakni guru baik di SMA Al-
mengutamakan musyawarah dalam Muayyad maupun di SMA MBS belum
mengambil keputusan, saling menghormati, mempunyai instrumen khusus untuk menilai
menghargai pendapat orang lain, dan aspek afektif. Sedangkan aspek psikomotorik
mengutamakan kepentingan bersama yang atau keterampilan indikatornya adalah
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- keterampilan siswa selama kegiatan diskusi
hari siswa yang hidup dalam satu lingkungan dan keterampilan siswa dalam mengerjakan
pondok pesantren maupun kelak dalam tugas yang diberikan oleh guru. Sangat
kehidupan bermasyarakat sehingga melalui disayangkan jika penilaian yang dilakukan
pembelajaran sejarah dapat memperkuat oleh guru hanya berorientasi pada ranah
persatuan dan kesatuan dalam menghadapi kognitif. Sebab yang menjadi tolak ukur
disintegrasi bangsa (Dadang Supardan dan kemampuan santri hanyalah nilai tes prestasi
A. Razak Ahamad, 2009: 96-107). belajar.

18
4. Kendala-kendala dalam Proses tenaga untuk melakukan perencanaan,
Pembelajaran sejarah Berbasis pelaksanaan hingga penilaian (evaluasi).
Wawasan Kebangsaan di SMA Al- Selain itu, guru juga dituntut untuk
Muayyad Surakarta dan SMA MBS melakukan pengembangan metode
Yogyakarta mengajar dan pemanfaatan media
Kendala-kendala Dalam proses pembelajaran. Pengembangan materi dan
belaksanaan pembelajaran sejarah berbasis program pembelajaran merupakan hal yang
wawasan kebangsaan di SMA Al-Muayyad harus diperhatikan dalam Kurikulum Tingkat
dan MBS mengalami kendala-kendala. Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum ini
Adapun kendala-kendala tersebut dapat memberikan kesempatan yang luas kepada
dilihat dari beberapa aspek diantaranya (a) sekolah untuk mengembangkan kurikulum,
kemampuan guru dalam proses terutama dalam pengembangan silabus
pembelajaran sejarah; (b) sikap siswa dalam yang lebih sesuai dengan kebutuhan atau
pembelajaran sejarah di kelas; (c) sarana karakteristik sekolah. Guru dapat
pembelajaran sejarah. memasukkan unsur-unsur lokal dalam
a) Kemampuan guru dalam proses materi pembelajaran diantaranya museum
pembelajaran sejarah dan tempat-tempat bersejarah di sekitar
Dalam pembelajaran sejarah, guru harus sekolah yang dapat dijadikan sebagai
mampu menghadirkan peristiwa-peristiwa sumber belajar. Pada kenyataannya guru
masa lampau ke dalam proses sejarah di SMA Al-Muayyad dan SMA MBS
pembelajaran. Tetapi karena peristiwa masih memilih menggunakan acuan silabus
tersebut telah terjadi dan tidak dapat diulang yang dibuat oleh Pusat Kurikulum (Puskur),
kembali, maka kemampuan guru dibutuhkan tanpa menyesuaikan dengan kondisi yang
untuk mengimajinasikan serta ada.
memvisualisasikannya agar siswa dapat b) Sikap siswa dalam pembelajaran
memahami dan mengambil makna dari sejarah di kelas
peristiwa yang disajikan. Kebijakan Kegiatan siswa di SMA Al-Muayyad dan
kurikulum yang kurang mendukung SMA MBS yang sangat padat baik di sekolah
eksistensi mata pelajaran sejarah. Hal maupun pesantren yang dimulai dari jam
tersebut terbukti bahwa tidak seimbangnya 03.30 pagi sampai jam 21.30 membuat siswa
jumlah materi dengan alokasi waktu yang lelah. Sehingga berdampak pada kegiatan
tersedia merupakan bukti bahwa sejarah pembelajaran di kelas. Dengan kondisi yang
menjadi mata pelajaran yang di nomor demikian, guru harus mampu menerapakan
duakan atau dimarginalkan. Hal ini berbagai model, strategi atau metode
merupakan tantangan bagi guru sejarah mengajar sehingga ada variasi saat
untuk menunjukkan bahwa sejarah adalah menyampaikan materi. Dengan adanya
mata pelajaran yang harus dan sangat variasi dalam pembelajaran, berarti akan
penting untuk dipelajari oleh siswa. Selain dapat membawa siswa tetap bergairah dalam
itu guru dituntut untuk mampu belajar dan akan selalu memberikan
menumbuhkan motivasi belajar sejarah tanggapan yang positif terhadap materi yang
sehingga pada gilirannya siswa mampu diterimanya. Sebaliknya apabila guru dalam
memahami makna sejarah bagi melaksanakan proses pembelajaran
kehidupannya baik kini maupun yang akan menggunakan satu metode saja seperti
datang. Kualitas pembelajaran sejarah salah metode ceramah, jelas akan menimbulkan
satunya harus didukung oleh kinerja guru kebosanan pada siswa dan muncul
yang menuntut banyak pikiran, waktu dan tanggapan yang kurang simpatik

19
(pembelajaran sejarah dianggap kurang kinerja mengajar guru sejarah dalam
simpatik). Sikap siswa dalam pembelajaran meningkatkan kualitas pembelajaran. Sarana
sejarah berpengaruh terhadap peningkatan pembelajaran yang mampu meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran kualitas pembelajaran sejarah antara lain
sejarah. Siswa yang mempunyai sikap positif meliputi ruang kelas yang representatif atau
(aktif) selama kegiatan belajar mengajar memadai, media pembelajaran yang lengkap
pada dasarnya memiliki semangat dan dan memadai seperti tersedianya komputer,
motivasi belajar yang lebih tinggi OHP, LCD, peta, tape recorder, serta
dibandingkan dengan siswa yang sikapnya ketersediaan sumber-sumber belajar seperti
negatif (pasif). Sehingga dengan demikian, koleksi buku-buku sejarah yang lengkap
motivasi belajar yang tinggi dalam diri siswa maka tidak menutup kemungkinan siswa
akan diikuti oleh intensitas belajar yang lebih lebih memahami dan mendalami sejarah
tinggi sehingga prestasi belajarnya juga lebih bangsanya.
tinggi. Dengan demikian, kualitas proses dan
hasil pembelajaran sejarah juga dipengaruhi SIMPULAN DAN SARAN
oleh sikap siswa selama mengikuti kegiatan Pada tahap perencanaan pembelajaran guru
belajar mengajar berlangsung. sejarah di SMA Al-Muayyad dan SMA MBS
c) Sarana pembelajaran melakukan internalisasi nilai-nilai
Kendala lain yang ditemui di SMA Al- kebangsaan kedalam Silabus dan RPP yang
Muayyad maupun SMA MBS adalah faktor telah disusunnya. Pada tahap ini guru
sarana pembelajaran. Dalam upaya merancang langkah langkah pembelajaran
melakukan pembaharuan dalam sejarah yang memfasilitasi siswa aktif dari
pembelajaran sejarah, kendala yang dihadapi pendahuluan, inti, sampai penutup. Guru
selama ini adalah ketersediaan sarana juga berusaha mengimplementasikan
pembelajaran. Disamping faktor kemampuan wawasan kebangsaan dalam pelaksanaan
pengajar dan strategi mengajar sejarah, tidak pembelajaran sejarah melalui materi yang
kalah penting adalah tersedianya sarana berhubungan dengan wawasan kebangsaan
yang digunakan dalam pembelajaran dan menggunakan metode pembelajaran
sejarah, baik yang bersifat statis (seperti yang beragam. Dengan menggunakan
gambar, dsb) maupun yang bersifat dinamis metode yang bisa mengaktifkan peserta
(seperti kehidupan yang nyata di lingkungan didik, maka akan mempermudah proses
sekitar peserta didik). Sehingga, dalam implementasi wawasan kebangsaan dalam
pengembangan strategi pembelajaran pembelajaran sejarah. Proses pembelajaran
sejarah harus sudah diperhitungkan pula sejarah berbasis wawasan kebangsaan di
fasilitas atau sarana yang ada ataupun yang SMA Al-Muayyad dan SMA MBS dilakukan
perlu diadakan. Sebab, tanpa mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
memperhitungkan itu semua suatu strategi penilaian (evaluasi). Ketiga tahap tersebut
yang betapapun direncanakan dengan baik merupakan elemen penting dalam
akan tidak efektif pula hasilnya. Sarana pelaksanaan proses pembelajaran disekolah.
pembelajaran merupakan segala sesuatu Kegiatan belajar mengajar dari tahap
yang dapat memudahkan terlaksananya pendahuluan inti dan penutup dipilih dan
kegiatan pembelajaran baik di SMA Al- dilakukan agar para siswa dapat memahami
Muayyad maupun SMA MBS. Sarana dan selanjutnya mengamalkan wawasan
pembelajaran dapat berupa ruang belajar, kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari.
media pembelajaran dan sumber belajar. Tiga tahap tersebut dapat dijalankan guru
Sarana pembelajaran juga berpengaruh pada sejarah di SMA Al-Muayyad dan SMA MBS

20
dengan baik. Hal ini membuat pendidik lebih lebih banyak untuk meningkatkan sarana dan
mudah dalam melaksanakan pembelajaran prasarana sekolah. Selain itu, diharapkan
dan peserta didik lebih antusias dan mudah pemerintah juga ikut meningkatkan
dalam mengikuti pelajaran. Walaupun perlu kesejahteraan guru swasta agar mutu
adanya perbaikan-perbaikan agar proses pendidik tidak ketinggalan dengan sekolah
pembelajaran sejarah berbasis wawasan negeri.
kebangsaan bisa berjalan lebih baik lagi. 2. Kepada Sekolah
Kendala-kendala yang dijumpai dalam a. Untuk mengadakan pelatihan-pelatihan
pembelajaran sejarah berbasis wawasan seperti workshop/training yang ditujukan bagi
kebangsaan beragam. Kendala-kendala para guru untuk menambah kemampuan dan
tersebut perlu mendapat perhatian dari keterampilan dalam mengajar.
berbagai pihak. Proses pembelajaran sejarah b. Untuk menambah buku penunjang/referensi
berbasis wawasan kebangsaan akan berhasil sebagai sumber belajar agar menambah
jika tidak ada kendala-kendala baik dari guru, wawasan dan pengetahuan guru maupun
siswa dan sumber belajar. Sehingga peserta didik.
memungkinkan peserta didik mengetahui, 3. Kepada Guru
memahami dan bisa menerapkan wawasan a. Hendaknya guru meningkatkan keterampilan
kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari. mengajar baik dalam penguasaan materi,
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran penggunaan metode maupun media
yang perlu peneliti sampaikan adalah: pembelajaran.
1. Kepada pejabat terkait, melalui Kementerian b. Untuk mengoptimalisasi perannya, guru
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) hendaknya sering mengikuti pelatihan-
agar memberikan alokasi anggaran yang pelatihan (workshop) dan seminar-seminar.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syafi’i Noer, “Pesantren: Asal-Usul dan Pertumbuhan Kelembagaan”, dalam Abuddin
Nata. 2001. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: Grassindo.
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Anderson Benedict. Imagined Communities, a.b. Omi Intan naomi 2004. Komunitas-komunitas
Terbayang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Dadang Supardan dan A. Razak Ahamad. 2009. “Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan
Multikultural dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, dan Global dalam Integrasi
Bangsa”, Forum Kependidikan, Volume 28 No.2, Maret 2009, hlm. 96-107.
H.B Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian). Surakarta: UNS Press.
Kochhar, S.K, “Teaching of History”, a.b. H.Purwanta, dkk 2008, Pembelajaran Sejarah.
Jakarta: Gramedia.
Kodhi SA dan R Soerjadi. 1989. Filsafat Idiologi, dan Wawasan Bangsa Indonesia. Yogyakarta:
Universitas Atmajaya.
Kohn H. 1958. Nasionalisme Arti dan Sedjarahnya. Jakarta: Pustaka Sardjana.
Nana Sudjana. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

21
Oemar Hamalik. 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
Bumi Aksara.
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Schunk, Dale H. 2012. Teori-Teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Soekarno. 1965. Di Bawah Bendera Revolusi. Jakarta: Gunung Agung.
Steenbrink, Karel A. 1986. Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan Islam Dalam Kurun
Modern. Jakarta: LP3ES.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sumiati Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.
Zamakhsyari Dhofier. 2011. Tradisi Pesantren, Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya
Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES.

22

You might also like