Professional Documents
Culture Documents
Sejarah Artikel
Abstract
Fracture is continuity or cracking of tissue due to trauma that is determined by the extent and type of trauma So it has
decreased physical function which is one of the potential threats to integrity. One of the fracture treatments is done by surgery.
After surgery, a person will feel pain in the surgical scar. The purpose of this paper is to be able to understand nursing care in
postoperative femoral fracture patients in Mrs. T with acute pain problems by carrying out pharmacological and
nonpharmacological measures. The method used is descriptive method. Descriptive technique is a technique of writing in the
form of presenting information described by researchers conducted on certain objects clearly and systematically. The research
site was conducted at RSUD Dr. Harjono Ponorogo Hospital on July 25 - July 29, 2019. Patients taken by researchers were
postoperative femur fracture patients named Ny. T with 74 years old who is a farmer. Actions taken on Ny.T are actions that
are in accordance with the nursing plan. There are fifteen nursing plan actions that are used to deal with the pain that Ny.T
feels that everything is done. In conducting research there are obstacles that decrease hearing on the client. Thus blocking
communication between nurses and patients in communicating. The results of the treatment for five days the patient said that
the pain appeared with scale 2. Pain with scale is included in the category of mild pain.
Keywords: Nursing Care, Femur Fracture, Acute Pain
Abstrak
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas atau retaknya jaringan yang disebabkan trauma yang ditentukan oleh luas dan jenis
trauma. Sehingga mengalami penurunan fungsi fisik yang merupakan salah satu ancaman potensial pada integritas. Salah satu
penganan fraktur dilakukan dengan melakukan operasi. Setelah dilakukanya operasi maka seseorang akan merasakan nyeri
pada bekas luka operasi. Tujuan dari penulisan ini adalah dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien post operasi
fraktur femur pada Ny.T dengan masalah nyeri akut dengan melakukakan tindakan farmakologi dan nonfarmakologi. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik deskriptif adalah teknik penulisan dengan bentuk penyajian informasi yang
digambarkan oleh para peneliti yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas serta sistematis. Tempat penelitian di lakukan
di RSUD Dr Harjono Ponorogo pada tanggal 25 Juli – 29 Juli 2019. Pasien yang diambil oleh peneliti merupakan pasien post
operasi fraktur femur yang bernama Ny. T dengan usia 74 tahun yang merupakan seorang petani. Tindakan yang dilakukan
pada Ny.T merupakan tindakan yang sesuai dengan rencana keperawatan. Terdapat lima belas tindakan rencana keperawatan
yang di gunakan untuk mengatasi nyeri yang di rasakan Ny.T yang semua di lakukan. Dalam melakukan penelitian terdapat
hambatan yaitu menurunya pendengaran pada klien. Sehingga mengahambat komunikasi antara perawat dan pasien dalam
berkomunikasi. Hasil dari dilakukanya perawatan selama lima hari pasien mengatakan bahwa nyeri muncul dengan sekala 2.
Nyeri dengan sekala tersebut masuk dalam katagori nyeri ringan.
Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Fraktur Femur, Nyeri akut
How to Cite: Rudi Hermanto, Laily Isro’in, Saiful Nurhidayat (2020). Studi Kasus : Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Fraktur Femur. Penerbitan Artikel llmiah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Vol 4 (No 1).
PENDAHULUAN
Fraktur merupakan terputusnya femur memiliki urutan paling terbanyak
kontinuitas atau retak jaringan yang nomor satu dengan jumlah 19.629.
disebabkan trauma yang ditentukan oleh Di Jawa Timur angka kejadian
luas dan jenis trauma. Sehingga fraktur pada tahun 2016 mulai dari Bulan
mengalami penurunan fungsi fisik yang Januari sampai Bulan Oktober sebanyak
merupakan salah satu ancaman potensial 1.422 kasus (Rois, 2016). Dengan jumlah
pada integritas. Rusaknya integritas tulang persentase kasus fraktur pada ekstremitas
menyebabkan nyeri, trauma, kaku sendi, bawah dan ekstremitas atas di rumah sakit
dan gangguan muskuloskeletal (Nanda Dr. Soetomo Surabaya sebesar 68,14%
International, 2015). Salah satu penyebab (Rekam Medis RSUD. Dr. Sutomo
fraktur adalah ruda peksa pada suatu Surabaya, 2015). Pada tahun 2012 jumlah
jaringan yang menyebabkan kontinuitas pasien fraktur di RSUD Dr. Harjono
jaringan menjadi terputus (Sjamsuhidajat, Ponorogo sejumlah 794 pasien, pada tahun
2010). 2013 jumlah kejadian fraktur sejumlah 632
Kejadian fraktur di dunia meningkat pasien (Rekam Medis RSUD Dr.Harjono
setiap tahunya terbukti oleh badan Ponorogo, 2014). Pada tahun 2017 – 2018
keselamatan (WHO) tercatat 13 juta orang kejadian fraktur femur di RSUD Dr.
mengalami kecelakaan pada tahun 2012. Harjono Ponorogo sejumlah 756 kasus
Dengan 2,7% terjadi fraktur. Pada tahun (Rekam Medis RSUD Dr. Harjono
2013 dengan presentase 4,2%. Pada tahun Ponorogo, 2018).
2014 kejadian fraktur meningkat menjadi Fraktur disebabkan oleh trauma
21 juta sehingga menjadi 7,5%.). tunggal yang diberikan dengan kekuatan
Sedangkan pada tahun 2016 terdapat 8 juta yang berlebihan dan secara tiba tiba seperti
orang meninggal akibat mengalami fraktur benturan, plintiran, dan penarikan. Selain
femur. Menurut (DepKes RI), bahwa itu trauma tunggal juga menyebabkan
hampir delapan juta orang mengalami jaringan lunak menjadi rusak (Zairi dkk,
fraktur yang berbeda. Pada tahun 2011 2012). Untuk mengembalikan gerakan,
fraktur dengan prevalensi yang paling pencegahan disabilitas dan pengurangan
tinggi adalah fraktur ekstremitas bawah nyeri karena adanya rusaknya kontinuitas
46,2%. Kasus fraktur pada ekstremitas jaringan maka dilakukan penanganan pada
bawah dengan jumlah 45.987 yang daerah fraktur. Ada tiga cara dalam
diakibatkan oleh kecelakaan. Kasus fraktur melakukan penanganan fraktur yaitu
92 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 9 0 - 1 1 1
yang memiliki tujuan untuk mendapat data 5, durasi nyeri 10 – 20 menit. Riwayat
objekif yang terdapat pada klien yang penyakit di dapatkan data berupa pasien
dilakukan dengan inspeksi, palpasi, pernah mengalami penyakit jantung dan di
perkusi serta auskultasi. Implementasi rawat selama 3 hari. Pada riwayat
dilakukan sesuai dengan yang dikeluhkan psikososial di dapatkan data pasien tinggal
oleh pasien yang secara subjektif maupun dengan anak laki – lakinya.
objektif. Evaluasi dilakukan dengan Pada pola kesehatan sehari hari
mengamati respon dari klien yang berupa didapatkan data berupa nutrisi selama di
fisik, psikologis, rasa aman dan nyaman rumah sakit klien makan 3 kali sehari,
klien. Pada penyelesaian studi kasusu ini habis 1 porsi dalam sekali makan, minum
penulis juga mengumpulkan data dari sebanyak 2 liter sehari. Jenis minuman
jurnal, buku, artikel, web dan sumber adalah air putih. Eliminasi: buang air kecil
lainya sebagai acuan. menggunakan kateter dengan volume
sehari bisa 2500 cc, berwarna kuning
HASIL pekat, bau khas urin. Buang air besar 1
1. Pengkajian kali selama di rumah sakit. Istirahat:
Pengkajian dilakukan pada tanggal pasien beristirahat pada jam 19.00 – 22.00
25 Juli 2019 pada jam 14.00 WIB. dan malam pada jam 23.00 – 04.00. Jadi
Didapatkan data berupa biodata klien yaitu pasien beristirahat selama 8 jam. Pasien
nama: Ny.T; umur: 74 tahun; agama: sering terbangun dari tidur karena rasa
Islam; alamat: Prajegan; pendidikan sakit yang muncul. Personal Hygiene :
terakhir: SD; pekerjaan: petani; tanggal pasien disibin sehari 2 kali, ganti pakaian
masuk rumah sakit : 17 Juli 2019. Keluhan sehari sekali. Aktivitas: pada saat pasien
utama klien saat masuk rumah sakit adalah di rumah sakit kegiatan pasien dibantu
kaki kanan sakit saat berjalan dan keluhan sebagian oleh orang lain.
utama pada saat pengkajian adalah nyeri 2. Pemeriksaan Fisik
pada kaki kanan. Riwayat penyakit Didapatkan data keadaan umum
sekarang di dapatkan data pada saat lemah, nadi: 88x/menit, suhu: 360 C, TD:
pengkajian pasien mengeluhkan nyeri pada 110/80 mmHg, RR: 20x/menit.
saat kaki kanan di gerakan dan hilang Pemeriksaan muka: inspeksi wajah
ketika kaki kanan tidak digerakan, nyeri simetris, pucat, sedikit kaku menahan
terasa seperti di tarik tarik, nyeri pada luka nyeri. Palpasi pada muka tidak ada
operasi di paha kaki kanan, dengan skala benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 9 0 - 1 1 1 | 95
nyeri akut yang di sebabkan oleh luka post volume 150 ml/ 24 jam dengan warna
operasi pada kaki kanan dengan panjang merah, pasien membatasi gerakan pada
luka 25 cm dengan keadaan luka bersih kaki yang di operasi, pemberian obat
tidak kotor atau pus, jahitan jelujur. dekoprofen dengan dosis 50 mg. Dapat di
Terpasang drain dengan volume 150 ml/24 simpulkan bahwa masalah nyeri akut
jam dengan warna merah, pasien belum teratasi. Perencanaan melanjutkan
membatasi gerakan pada kaki yang di intervensi yang telah direncanakan.
operasi. Pemberian obat deketoprofen Pada tanggal 28 Juli evaluasi
dengan dosis 50 mg. Pasien melakukan dilaksanakan pada jam 14.00 WIB. Pada
teknik napas dalam. Dapat di simpulkan evaluasi di dapatkan data subjektif yaitu
bahwa masalah nyeri akut teratasi pasien mengeluhkan nyeri, muncul saat
sebagian. Perencanaan melanjutkan kaki kanan di gerakan, seperti di tarik
intervensi yang telah direncanakan. tarik, nyeri pada luka operasi di paha
Pada tanggal 27 Juli evaluasi kanan, dengan skala 4, durasi nyeri 5 – 10
dilakukan di jam 14.00. Dapatkan hasil menit. Pasien mengatakan belum ada
data subjektif pasien mengeluhkan nyeri penurunan skala nyeri. Nyeri memiliki
,muncul saat kaki kanan di gerakan, seperti skala 4 muncul selama 5 – 10 menit.
di tarik tarik, nyeri pada luka operasi di Pasien mengatakan waktu istirahat selama
paha kanan, dengan skala 4, durasi nyeri 10 jam. Pasien merasa nyaman dengan
10 – 15 menit. Pasien merasa nyaman adanya aliran udara yang tidak terlalu
dengan posisi tidur terlentang dengan dingin atau panas melalui jendela sehingga
bagian kaki yang di operasi didukung rasa nyeri berkurang. Pasien melakukan
dengan bantal. Pasien melakukan teknik teknik nafas dalam. Di dukungan dengan
napas dalam. Pasien mengatakan belum data objektif yaitu keadaan umum lemah.
ada penurunan skala nyeri. Pasien Inspeksi wajah pucat, tenang. Luka post
mengatakan waktu istirahat selama 10 jam. operasi pada kaki kanan dengan panjang
Di dukungan dengan data objektif berupa luka 25 cm dengan keadaan luka bersih
keadan umum pasien lemah, wajah sedikit tidak kotor atau pus, jahitan delujur.
pucat, tenang, pasien melakukan teknik Terpasang drain dengan volume 100 ml/
napas dalam, luka post operasi pada kaki 24 jam dengan warna merah, pasien
kanan dengan panjang luka 25 cm dengan membatasi gerakan pada kaki yang di
keadaan luka bersih tidak kotor atau pus, operasi. Pemberian obat deketoprofen
jahitan delujur, terpasang drain dengan dengan dosis 50 mg. Dapat di simpulkan
100 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 9 0 - 1 1 1
bahwa masalah nyeri akut teratasi Tahap dalam proses keperawatan yaitu
sebagian. Perencanaan melanjutkan pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi yang telah direncanakan. intervensi, implementasi dan terakir
Pada tanggal 29 Juli evaluasi di evaluasi yang di gunakan untuk mengukur
lakukan pada jam 14.00 WIB. Pada keberhasilan proses keperawatan (Potter &
evaluasi ini didapatkan data subjektif yaitu perry, 2009).
pasien mengeluhkan nyeri ,muncul saat 1. Pengkajian
kaki kanan di gerakan, seperti di tarik Keluhan utama pada saat pengkajian
tarik, nyeri pada luka operasi di paha Ny. T pada tanggal 25 Juli 2019 pasien
kanan, dengan skala 2, durasi nyeri 5 – 10 mengeluhkan nyeri. Muncul saat kaki
menit. Pasien merasa nyaman dengan kanan di gerakan ,seperti di tarik-tarik,
posisi bed yang setengah duduk sehingga nyeri pada luka operasi di kaki kanan,
memudahkan pasien dalam beraktivitas dengan skala 5, durasi nyeri 10 – 20 menit.
dan mengurangi nyeri. Pasien melakukan Nyeri kerusakan jaringan oleh sesuatu
teknik nafas dalam. Pasien mengatakan yang menyebabkan rangsangan sehingga
waktu istirahat selama 11 jam. Di timbul rasa emosional (Helmi, 2012).
dapatkan juga data objektif yaitu keadaan Nyeri yang dialami oleh Ny. T adalah
umum lemah, inspeksi wajah sedikit pucat, nyeri akut yang dirasakan pada tanggal 25
tenang. Luka post operasi pada kaki kanan Juli 2019 yang timbul setelah dilakukanya
dengan panjang luka 25 cm dengan tindakan operasi di RSUD Dr. Harjono
keadaan luka bersih tidak kotor atau pus, Ponorogo. Nyeri tersebut selaras dengan
jahitan delujur. Terpasang drain dengan teori yang mengatakan nyeri adalah
volume 50 ml/ 24 jam dengan warna pengalam sensori yang di gambarkan
merah. Pemberian obat deketoprofen secara tiba – tiba dan awitan dengan akhir
dengan dosis 50 mg. Dapat di simpulkan dapat diprediksi yang disebabkan
bahwa masalah nyeri akut teratasi kerusakan jaringan aktual atau potensial
sehingga intervensi di hentikan. yang muncul kurang dari 3 bulan, dengan
intensitas tinggi sampai rendah (Heather
PEMBAHASAN herdman, 2014).
Pada pembahasan akan memaparkan Pengkajian nyeri menggunakan
hasil dari proses keperawatan yang metode P ( Provoking incident ), Q (
dilakukan pada pasien. Proses keperawatan Quality of pain ), R( Region ), S( Severity
memiliki beberapa tahap dalam of pain ) dan T ( Time ). Nyeri yang
menentukan penyelesaian masalah pasien. dirasakan oleh pasien Ny. T
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 9 0 - 1 1 1 | 101
kerjasama antara perawat dan klien dalam Implementasi yang kedua adalah
mendiskusikan tindakan yang akan observasi reaksi verbal dan nonverbal
dilakukan dan merupakan realita yang ada dengan ketidaknyamanan. Observasi
sehingga meminimalisir efek–efek yang reaksi verbal yaitu mengamati reaksi
menyebabkan nyeri dan meningkatkan terhadap nyeri dengan cara mengadu ke
derajat pemulihan nyeri. keluarga atau ke orang lain. Sedangkan
4. Pelaksanaan reaksi non verbal yaitu reaksi tubuh
Tindakan yang dilaksanakan pada terhadap nyeri dengan adanya tanda tanda
pasien Ny. T berdasarkan data yang dari gerakan tubuh (Musliha dan
terdapat dengan masalah keperawatan Fatmawati 2010).
Nyeri akut berhubungan dengan Agen Implementasi yang ketiga adalah
cedera fisik (prosedur pembedahan, menggunakan komunikasi terapeutik untuk
trauma). Implementasi keperawatan mulai mengetahui pengalaman nyeri. Teknik ini
dilakukan pada tanggal 25 Juli 2019 merupakan salah satu teknik untuk
sampai 29 Juli 2019. Implementasi ini mengetahui pengalaman nyeri secara
dilakukan untuk tercapainya suatu tujuan umum yang pernah pasien alami dan untuk
dalam mengatasi suatu masalah mengetahui apakah pasien pernah
keperawatan. Di setiap implementasi yang mengalami nyeri yang sama (Musliha dan
dilakukan ini memiliki kelemahan dan Fatmawati 2010). Implementasi yang ke
kelebihan. empat adalah kaji kultur yang
Implementasi pertama yang mempengaruhi pengalaman nyeri pasien.
dilakukan melakukan pengkajian nyeri Mengkaji kultur merupakan salah satu cara
dengan mencangkup skala nyeri, untuk mengetahui pengalaman nyeri
frekuensi, lokasi nyeri, karakteristik dan menurut budaya pasien dan orang yang
durasi nyeri. Dalam menentukan ada disekitar pasien. Selain itu juga untuk
pengukuran nyeri juga harus menentukan mengetaui budaya yang di gunakan
fisiologis, psikologis dan lingkungan. penangan nyeri secara umum yang di
Dalam penilaian nyeri meliputi lakukan oleh pasien ( Tamsuri, 2012 ).
pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, Implementasi yang ke kelima adalah
anamnesis spesifik nyeri, skala nyeri, mengevaluasi pengalaman nyeri masa
keadaan yang dapat menimbulkan lampau. Intervensi ini digunakan untuk
perasaan nyeri, durasi serta intensitas nyeri mengetahui nyeri yang dulu pernah
(Prasetyo, 2010). dialami pasien karena riwayat operasi atau
104 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 9 0 - 1 1 1
menuju saraf bebas sehingga dapat berperan mengurangi bengkak (Kee &
mengurangi persepsi nyeri (Tamsuri, Hayes dalam Ropyanto, 2011).
dalam Zees, 2012). Implementasi ke lima belas adalah
Implementasi yang ke dua belas memonitor penerimaan pasien tentang
adalah mengevaluasi keefektifan kontrol manajemen nyeri. Intervensi merupakan
nyeri. Evaluasi ini berguna untuk melihat evaluasi terhadap pasien tentang
keefektifan penanganan nyeri. Ketika penerimaan penanganan nyeri dengan
penangan nyeri tidak efektif maka akan manajemen nyeri. Penerimaan pasien
dilakukan pertimbangan penangan nyeri terhadap manajemen nyeri dapat
selanjutnya secara lebih komprehensif. mempengaruhi keadaan nyeri. Ketika
Implementasi ketigabelas adalah intervensi penerimaan manajemen nyeri oleh pasien
meningkatkan istirahat. Meningkatkan sangat baik maka nyeri berkurang atau
istirahat juga mengurangi impuls stress ketika penerimaan manajemen nyeri oleh
yang menyebabkan impuls nyeri timbul. pasien kurang baik maka nyeri akan
Selain itu kebutuhan oksigen pada jaringan memiliki rasa yang sama atau bertambah (
perifer akan menurun. Sehingga darah Lesmana, 2009 ).
pada miokardium akan meningkatkan Implementasi yang dilakukan adalah
kadar oksigen yang berguna untuk sejumlah lima belas yang disebutkan
menurunkan iskemia (Smletzer dan Bare , diatas. Menurut peneliti terdapat
2010). kesenjangan antara kasus dan teori, pasien
Implementasi ke empat belas adalah merupakan pasien dengan umur 74 tahun
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian yang dimana merupakan dalam kriteria
deketoprofen yang merupakan jenis obat usia lansia sehingga menurunya
analgesik dengan dosis 50 mg melalui pendengaran pasien sehingga perlu ada
jalur intravena. Obat analgesik adalah obat dukungan keluarga yang baik untuk
yang mengurangi persepsi nyeri yang juga bekerja sama mengatasi masalah yang
berakibat menghilangnya fungsi sensori terjadi pada pasien sehingga skala nyeri
dan kesadaran (Imail, 2013). Memberikan turun. Sehingga proses kesembuhan pasien
injeksi analgesik seperti ketorolac dapat dapat lebih cepat.
mengurangi cyclooxygenase dan memiliki 5. Evaluasi
akibat proteksi membran mukosa pada Evaluasi adalah proses tahapan
pencernaan terhambat dan menghambat terakhir dari suatu proses. Evaluasi dalam
terjadinya pembekuan darah. Selain proses keperawatan adalah tindakan
mengurangi persepsi nyeri obat ini juga
106 | Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 9 0 - 1 1 1
keperawatan yang paling akhir setelah Observasi reaksi verbal dan non verbal dan
diberikan beberapa rencana keperawatan ketidaknyamanan. 8) Kontrol lingkungan
yang diberikan kepada klien dan yang yang dapat mempengaruhi nyeritipe dan
telah dilaksanakan (Diagnosa sumber nyeri untuk menentukan
Keperawatan, 2015). Pada tahap ini juga intervensi. 11) Ajarkan teknik non
berguna memonitor tindakan apa saja yang farmakologi. 12) Evaluasi keefektifan
belum dilakukan oleh perawat selama kontrol nyeri. 13) Tingkatkan istirahat. 14)
dilakukannya pengkajian, analisa, Kolaborasi dengan dokter untuk
perencanaan dan implementasi pemberian analgesik untuk mengurangi
(Ignatavicius & Bayne, 1994 dalam nyeri.
Nursalam 2011). Hasil evaluasi pada tanggal 26 Juli
Setelah melakukan tindakan 2019. Diperkuat dengan adanya data
keperawatan dengan diagnosa nyeri akut subjektif menunjukan pasien yang
pada tanggal 25 Juli 2019. Terdapat data menyatakan nyeri ,muncul saat kaki kanan
subjektif pasien mengeluhkan nyeri pada digerakan ,seperti di tarik – tarik, nyeri
daerah luka operasi, dengan skala 5, pada luka operasi di paha kanan, dengan
seperti di tarik – tarik, terasa sekitar 10 – skala 4, durasi nyeri 10 – 15 menit. Pasien
20 menit, menghilang timbul. Pasien merasa nyaman dengan ditutupnya
merasa nyaman dengan ditutupnya lingkungan dengan sketsel sehingga
lingkungan dengan sketsel sehingga mengurangi stress Pasien mengatakan ada
mengurangi stress. Pasien mengatakan penurunan skala nyeri dan waktu istirahat
waktu istirahat selama 2 jam. Didukung selama 9 jam. Selain itu juga di dukung
dengan data objektif keadaan umum dari data objektif keadaan umum lemah,
lemah, wajah sedikit pucat, sedikit kaku pemeriksaan pada wajah sedikit pucat,
menahan nyeri, pasien bisa melakukan sedikit kaku menahan nyeri. Didukung
teknik nafas dalam, pemberian obat dengan data objektif pasien melakukan
analgesik berupa dekoprofen sebanyak 50 teknik nafas dalam pemberian obat
mg. Sehingga di dapatkan assessment hari analgesik berupa dekoprofen sebanyak 50
pertama masalah belum teratasi maka mg. Sehingga di dapatkan assessment
perlu dilanjutkan intervensi yaitu 1) masalah keperawatan teratasi sebagian
Manajemen nyeri yang berisi pengkajian sehingga intervensi dilanjutkan adalah 1)
nyeri secara komprehensif termasuk Manajemen nyeri yang berisi pengkajian
lokasi, karakteristik,skala, frekuensi, nyeri secara komprehensif termasuk
kualitas dan faktor presipitasi. 2) lokasi, karakteristik,skala, frekuensi,
Health Sciences Journal Vol 4 (No 1)(2020): 9 0 - 1 1 1 | 107
lanjut usia. Jurnal Kebidanan dan Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu
Keperawatan, 10(1). Bedah, Edisi II. Jakarta : Egc.
Prasetyo,S.N. 2010. .Konsep dan Proses Smeltzer, S.C., & Bare, B. (2012). Buku
Keperawatan (Musliha dan Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Fatmawati 2010). Brunner & Suddarth, Volume 1 Edisi
Ropyanto, Candra. 2011. Analisis faktor – 12. Jakarta: EGC.
faktor yang berhubungan dengan Tamsuri. 2012. Konsep dan
status fungsional pasien pasca open Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :
reduction internal fixation (ORIF) EGC.
Fraktur Ekstremitas bawah. Di rs. Zairi. 2012 Buku Ajar Gangguan
Ortopedi PROF Soeharso Surakarta. Muskuloskeletall. Jakarta : Salemba
Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Saryono & Anggraeni. 2010. Metodologi
Penelitian Kualitatif dalam Bidang
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Medika.