You are on page 1of 13

TUGAS NARRATIVE REVIEW

APLIKASI MIKROBIOLOGI DAN KEAMANAN PANGAN

METODE IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN : Bacillus cereus

KELOMPOK 4
AIDAH NAFISAH (G031191044)
CLAUDIA GABRELLA LEVEN (G031191003)
FITRI RAMADHAN (G031191037)
KHAERUNNISA (G031191038)
KURNIA MASNI (G031191068)
NURASIA HALEDE (G031191002)
TRI SETYO WIBOWO PUTRA (G031191084)
USWATUN HASANAH MAKMUR (G031191029)

APLIKASI BIOKIMIA DAN FISIOLOGI KEAMANAN PANGAN


PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
METODE IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN : Bacillus cereus
Aidah Nafisah1, Claudia Gabrella Leven1, Fitri Ramadhan1, Kherunnisa1, Kurnia Masni1,
Nurasia Halede1, Tri Setyo Wibowo Putra1, Uswatun Hasanah Makmur1,
Mata Kuliah Aplikasi Mikrobiologi dan Keamanan Pangan, Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK
Food safety is very important to note, one of the threats in food safety is bacteria that
can damage food, for example Bacillus cereus bacteria. Bacillis cereus bacteria can produce
toxins that cause diarrhea, it is necessary to do a food safety test against Bacillus cereus. PCR
or Polymerase Chain Reaction is an in vitro DNA synthesis and amplification technique. This
method includes a method that is quite sensitive to detect infectious diseases, one of which is
food-borne diseases. In the Bacillus cereus PCR test, it was marked by the discovery of specific
DNA sequences from B. cereus. Bacillus cereus biochemical test is a treatment with the aim of
identifying and determining a pure culture of isolated bacteria based on their physiological
properties, for example indole test, mannitol test, catalase test, glucose test, motility test, and
nitrate reduction test. Bacillus cereus is a pathogenic bacterium that can cause diarrhea,
contamination of this bacterium occurs through the food we consume. Therefore, to avoid
contaminants from Bacillus cereus, the prevention is to always apply a sanitation and hygiene
system because in this way B. cereus bacteria are difficult to contaminate food, if it is
contaminated by these bacteria then the food can no longer be consumed.
Keywords: Bacillus Cereus, Rapid Method, Conventional Method, PCR.

I. PENDAHULUAN positif,tumbuh secara aerob-fakultatif, serta


a. Latar Belakang selnya berukuran besar dibandingkan bakteri
Keamanan pangan merupakan kondisi dan batang lainnya. Bakteri ini secara alami
upaya yang dibutuhkan untuk mencegah terdapat di tanah dan produk segar. Terdapat
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, 2 tipe toksin yang dihasilkan Bacillus cereus,
kimia, fisik, serta benda lain yang dapat yaitu toksin yang menyebabkan diare
mengganggu, membahayakan, serta (disebabkan oleh protein dengan berat
merugikan kesehatan manusia. Terjadinya molekul besar) dan toksin yang
kontaminasi atau pencemaran biologis pada menyebabkan muntah atau emetik
makanan dapat diakibatkan oleh bakteri, (disebabkan oleh peptide tahan panas dengan
salah satunya bakteri Bacillus. Bakteri berat molekul rendah) (Purwati, 2008).
Bacillus merupakan salah satu jenis mikroba
patogen yang dapat menyebabkan penyakit Berdasarkan uraian diatas, keamanan
dan intoksikasi (keracunan) pada manusia, pangan perlu diketahui serta diupayakan agar
dan kerusakan produk. Bakteri ini terdapat di tidak terjadi keracunan makanan yang dapat
segala tempat, terutama air, tanah, dan dapat mengganggu kesehatan manusia. Adapun,
mengkontaminasi produk makanan salah satu jenis bakteri yang paling umum
(Fatmasari, 2015). mengkontaminasi makanan adalah Bacillus
cereus. Maka, penelitian ini dilakukan untuk
Bacillus cereus adalah bakteri berbentuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri
batang yang berspora, bersifat gram-
pada bahan pangan agar tercipta kondisi Bacillus cereus merupakan penyebab paling
keamanan pangan. umum dua gejala klinis diare dan muntah
pada keracunan makanan berbahan dasar
b. Rumusan Masalah daging. Bacillus cereus dapat tumbuh pada
1. Apa itu Keamanan Pangan? makanan siap santap dan membentuk toksin
2. Apa saja tanda-tanda bahan pangan di dalamnya. Dewanti (2006), menyatakan
terkontaminasi bakteri Bacillus cereus? sedikitnya ada dua macam toksin B.cereus
3. Bagaimana cara menghindari bahan yang diketahui dapat menyebabkan
pangan terkontaminasi bakteri Bacillus keracunan, yaitu toksin emetik penyebab
cereus? muntah selama 2-6 jam setelah konsumsi dan
c. Tujuan Praktikum toksin penyebab diare bereaksi setelah 12-24
1. Untuk mengetahui Keamanan Pangan. jam konsumsi. Bacillus cereus dapat pula
2. Untuk mengetahui tanda-tanda bahan menyebabkan infeksi lain yang lebih
pangan terkontaminasi bakteri Bacillus berbahaya seperti infeksi non
cereus. gastrointestinal, infeksi saluran pernafasan,
3. Untuk mengetahui cara menghindari infeksi nosokomial, infeksi sistem saraf
bahan pangan terkontaminasi bakteri pusat, infeksi saluran kemih, infeksi kulit,
Bacillus cereus. endokarditis, dan osteomielitis (Bottone,
2010).
II. METODOLOGI PENULISAN
Penyusunan narative riview ini Pengobatan infeksi akibat Bacillus cereus
menggunakan metode studi pustaka yaitu didasarkan pada prinsip yang sama seperti
mencari beberapa pustaka yang berkaitan pasien lain tetapi tergantung pada kondisi
dengan topik yang akan dibahas. Narative klinis, biokimia, dan profil mikrobiologi.
riview ini mengacu pada beberapa jurnal Bacillus cereus sensitif terhadap gentamisin,
yang diperoleh dari hasil pencarian melalui teikoplanin, vankomisin, linezoid,
google scholar dengan total jurnal sebanyak siprofloksasin, dan moksifloksasin. Pada
9 sebagai perbandingan titik focus dengan bayi atau anak-anak, penanganan terbaik
menggunakan Metode cepat dan dengan adalah menggunakan vankomisin bersamaan
Metode Konvensional. dengan pengobatan lini pertama atau kedua
yang sesuai sebagai antibiotik lokal.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Alternatif terapeutik lainnya selain
Bakteri Bacillus cereus vankomisin meliputi aminoglikosida,
Bacillus cereus merupakan bakteri siprofloksasin dan linezolid (Dewanti, 2006).
patogen, bakteri ini dapat mengkontaminasi
tubuh melalui makanan. Karakteristik dari Metode Identifikasi Cepat
Bacillus cereus yaitu bersel tunggal, (PCR/Polymerase Chain Reaction)
berbentuk batang pendek, biasanya dalam Metode PCR atau Polymerase Chain
bentuk rantai panjang. Umumnya Reaction merupakan suatu teknik sintesis
mempunyai ukuran lebar 1,0 µm–1,2 µm dan dan amplifikasi DNA secara in vitro. Metode
panjang 3 µm–5 µm, suhu pertumbuhan ini termasuk metode yang cukup sensitive
maksimum 37-48oC dan minimum 5–20 oC, untuk mendeteksi penyakit-penyakit
suhu pertumbuhan optimum 30 oC dan pH infeksius, salah satunya penyakit akibat
pertumbuhan 5,5-8,5 (Agustien, 2005). makanan. Pada deteksi kontaminasi bahan
pangan oleh mikroorganisme patogen, PCR EluteTM Bakteri Genomik DNA Kit (Sigma
dimanfaatkan untuk dapat menemukan Aldrich, St. Louis, USA. PCR spesifik
adanya sekuen DNA spesifik yang dimiliki spesies untuk B. cereus dilakukan baik
oleh kontaminan tersebut. Primer yang menurut Manzano et al. (2003) dengan
digunakan harus didesain sesuai dengan primer BCFW1 dan BCrevnew, dan dengan
sekuen DNA target sehingga produk PCR primer yang dirancang BCER-F dan BCER-
yang dihasilkan bisa menunjukkan ada R.
tidaknya hasil amplifikasi DNA dari Hasilnya Sebanyak 86 galur diisolasi dari
mikroorganisme kontaminan yang menjadi koloni terpilih yang ditumbuhkan dari sampel
target deteksi (Nurdyansyah dan Widyastuti, yang tidak diaktifkan panas. Kedua media
2017). Komponen-komponen yang memberikan hasil yang sama untuk 77%
diperlukan untuk berjalannya metode PCR galur, 14 di antaranya diidentifikasi sebagai
yaitu sepasang primer (suatu oligonukleotida B. cereus sensu lato. PCR dengan B. cereus
pendek yang mempunyai urutan nukleotida menurut Manzano et al. (2003) memberikan
yang komplementer dengan urutan hasil positif untuk masing-masing strain basil
nukleotida DNA template), buffer PCR, yang diuji (baik galur terisolasi maupun galur
dNTP (Deoxynucleotide triphosphates) dan kontrol negatif). Alasannya mungkin karena
thermal cycler. Adapun tahapan-tahapan dari Manzano et al. (2003) merancang metode
proses PCR yaitu (1) pra-denaturasi DNA mereka untuk membedakan spesies dalam
template; (2) denaturasi DNA template; (3) kelompok B. cereus dan tidak fokus pada
penempelan primer pada template kelompok basil lainnya
(annealing); (4) pemanjangan primer Dalam penelitian yang dilakukan oleh
(extension) dan (5) pemantapan Abdos et al (2013), menggunakan metode
(postextension). Tahap (2) sampai dengan (4) PCR dalam mendeteksi Bacillus cereus
merupakan tahapan berulang (siklus), di dalam makanan bayi. Pada penelitian
mana pada setiap siklus terjadi duplikasi tersebut menggunakan 200 sampel makanan
jumlah DNA (Handoyo dan Rudiretna, bayi berbahan baku beras dan susu (n=50),
2001). gandum dan susu (n=50), gandum, madu, dan
susu (n=50), serta gandum, pisang dan susu
Identifikasi Bacillus cereus pada susu (n=50) yang dijual di supermarket Isfahan,
mentah menggunakan PCR Iran. Masing-masing sampel terlebih dahulu
Dalam penelitian Němečková et.al (2012) dilakukan uji biokimia berupa uji Gram dan
Sebanyak 75 sampel susu mentah dianalisis uji katalase. Kemudian, koloni bakteri yang
dengan metode menggunakan media memiliki karakteristik dari B.cereus akan
dibandingkan. Sampel susu mentah dan ;lanjut ke pengujian metode PCR. Sebelum
sampel yang sama yang diinaktivasi dengan masuk ke metode PCR, terlebih dahulu
pemanasan pada 85°C/10 menit diinokulasi dilakukan ekstraksi DNA. Strain
pada media referensi mannitol- egg yolk- ditumbuhkan selama 16 jam pada suhu 37°C.
polymyxine agar (MYPA; Merck, Lalu, dilakukan penggoresan dari cawan dan
Darmstadt, Jerman) dan pada media yang disuspensikan pada 150 𝜇L air steril. Setelah
diuji: polimiksin-kuning telur- manitol- disuspensikan, dibekukan selama 20 menit
Bacillus agar (PEMBA; Oxoid, Basingstoke, pada suhu -80°C lalu direbus selama 10
UK), BrillianceTM Bacillus cereus agar. menit. Selanjutnya, sel disentrifugasi.
Kemudian DNA diisolasi dengan Gen- Supernatan yang mengandung DNA genomic
disimpan pada suhu -80°C. Setelah itu,
dilanjutkan dengan pengujian menggunakan
metode PCR. Dari pengujian

Tabel 1. Identifikasi Bacillus cereus menggunakan PCR

Sampel Primer Hasil Sumber


yang
diujikan
Susu Primer BCFW1 dan BCrevnew, Sebanyak 77% positif bakteri Němečk
mentah dan dengan primer yang dirancang Bacillus cereus ová et.al
BCER-F dan BCER-R.' (2012)

Foodstuffs Primer: (5′- Ditemukan 174 isolat yang Amor


in Tunisia GAAAAAGATGAGTAAAAAA positif. Dengan tingkat tertinggi et.al
CAACAA-3′) sebagai primer 67,7% pada produk sereal dan (2018)
degenerasi maju dan (5′- terendah 4,8% pada produk
CATTTGTGCTTTGAATGCTA susu.
G-3′) sebagai primer balik (Sigma
Aldrich).

Food Isolat B. cereus dianalisis Hasil analisis PCR Berthold


product in keberadaan gen toksin emetik menunjukkan bahwa sebagian -Pluta
Poland menggunakan primer primer besar isolat B. cereus dari susu et.al
CesF1 dan CesR2 formula bubuk dan produk susu (2019)
lainnya berpotensi sebagai
penghasil toksin

Makanan Primer yang digunakan bceT, Dari pengujian tersebut, 84 Abdos et


Bayi entFM, hblC. (42%) dari 200 sampel al (2013)
terdeteksi terdapat bakteri
Bacillus cereus.
Cooked Untuk mendeteksi B. cereus dan B. Hasil yang diperoleh dari Sandra
rice thuringiensis pasangan primer penelitian ini adalah level et al
berikut digunakan. BCJH-F kontaminasi B. cereus tertinggi (2012)
(5'TCATGAAGAGCCTGTGTA adalah sampel nasi ayam
CG 3’) dan BCJH-1R (5' (100%), diikuti dengan nasi
CGACGTGTCAATTCACGCGC putih (76,2%), nasi lemak
3') adalah digunakan untuk (70,4%), dan nasi biryani
mengamplifikasi fragmen 475 bp (50%).
dari girase B (gyrB) gen untuk
mendeteksi B. cereus.
Makanan Pasangan primer BalF/BalR17 Hasil yang diperoleh dari 68 Das et al
tropis khusus untuk kelompok B. cereus. sampel, 25 (36,7% ) sampel (2009)
positif B. cereus non
enterotoxigenik

tersebut, 84 (42%) dari 200 sampel selama 20 menit dan secepatnya


terdeteksi terdapat bakteri Bacillus cereus. didinginkan pada suhu -20 C selama 10
Pada sampel makanan bayi dengan bahan menit. Lalu, disentrifugasi lagi selama 5
baku beras dan susu, jumlah sampel yang menit. Supernatan yang dihasilkan pun
terdeteksi B.cereus sebanyak 31 sampel, dilanjutkan menggunakan metode PCR
makanan bayi dengan bahan baku gandum jenis multiplex PCR. Hasil yang diperoleh
dan susu terdeteksi B.cereus sebanyak 25 dari penelitian ini adalah level kontaminasi
sampel, makanan bayi dengan bahan baku B. cereus tertinggi adalah sampel nasi ayam
gandum, madu, dan susu terdeteksi (100%), diikuti dengan nasi putih (76,2%),
B.cereus sebanyak 18 sampel dan makanan nasi lemak (70,4%), dan nasi biryani (50%).
bayi berbahan baku gandum, pisang dan Nasi ayam dapat mengontaminasi hingga
susu terdeteksi B.cereus sebanyak 10 100% dikarenakan, nasi ayam meupakan
sampel. nasi yang dikukus dan diberi sup ayam serta
Penelitian lain yang dilakukan oleh ditambah rempah-rempah. Tambahan-
Sandra et al (2012) juga menggunakan tambahan tersebut yang memberikan
metode PCR dalam mendeteksi bakteri kontribusi terhadap terkontaminasinya nasi
Bacillus cereus. Pada penelitian ini, ayam pada B.cereus. Nasi putih juga
menggunakan 115 sampel nasi dari termasuk tinggi kontaminasinya,
beberapa restoran di Selangor, Malaysia. kemungkinan disebabkan oleh tidak
Adapun jenis-jenis sampelnya yaitu nasi dicucinya beras dengan baik sebelum
lemak, nasi biryani, nasi ayam, dan nasi pemasakan. Pada sampel beras, semua
putih. 25 jenis beras diambil dari 5 varietas terdeteksi mengandung bakteri B.cereus.
local di Sarawak, Malaysia, yaitu Keladi Metode PCR juga dipilih oleh Das et al
Halus Wangi, Keladi Wangi, Kanowit (2009) dalam melakukan penelitian
Halus Wangi, Lansam Halus Wangi, dan mengenai deteksi bakteri Bacillus cereus
Bario. Pengujian diawali dengan preparasi, dalam makanan laut tropis. Sebanyak 68
di mana sampel diinkubasi ada suhu 37°C sampel makanan laut diperoleh dari pasar
selama 12 jam. Sebelum mengekstraksi lokal di Cochin, India. Sampel tersebut di
DNA, dilakukan metode MPN (Most uji selama 13 bulan muali dari Januari 2004
Probable Number) terlebih dahulu. Metode hingga Februari 2005. 68 sampel tersebut
MPN merupakan metode perhitungan sel adalah 50 ikan, 10 udang, dan 8 remis
berdasarkan jumlah perkiraan. Dalam (clams). Sampel diisolasi menggunakan
penelitian ini, metode tersebut dilakukan media PEMPA (pyruvate-egg yolk-
menggunakan spesifik untuk mengisolasi mannilol-bromocresol purple agar) dan
dan mengidentifikasi bakteri kelompok diikubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
Bacillus. Kemudian, dilakukan ekstraksi Koloni B. cereus yang dicurigai
DNA dengan cara broth MPN sebelumnya menunjukkan reaksi lesitinase diambil,
disentrifugasi dan disuspensi kembali dimurnikan dan disimpan pada nutrient agar
menggunakan air steril. Kemudian, direbus miring untuk konfirmasi lebih lanjut, yang
dilakukan dengan pewarnaan Gram dan sampel, 25 (36,7% ) sampel positif B.
reaksi biokimia standar. Kemampuan cereus non enterotoxigenik. Pada uji
menghidrolisis pati diuji dengan inokulasi enterotoksin diare dan aktivitas hemolitik,
pada pati agar. Setelah pertumbuhan, 20 sampel (29,41%) enterotoxigenik. Pada
lempeng-lempeng tersebut dipaparkan uji PCR, PCR spesifik gen hbla
dengan uap yodium untuk menemukan zona menggunakan pasangan primer HblA1 /
bening di sekitar koloni jika terjadi reaksi HblA2, menghasilkan produk amplifikasi
positif. sebesar 834 bp hanya pada 30 isolat
enterotoksigenik. Tak satu pun dari isolat
Uji selanjutnya yang dilakukan adalah non-enterotoksigenik menghasilkan produk
enterotoksin diare dan aktivitas hemolitik. yang diperkuat dalam PCR ini.
kemampuan produksi enterotoksin diuji
dengan uji reverse passive latex Metode Identifikasi Konvensional (Uji
agglutination (RPLA). Brain Heart Infusion Biokimia dan Agar Selektif)
(BHI) diinokulasi dengan satu loop penuh Uji Biokimia
kultur dan diinkubasi semalaman pada 37°C Uji biokimia bakteri adalah suatu
dengan pengocokan konstan pada 150 rpm. perlakuan dengan tujuan untuk
Kultur disentrifugasi pada 4000 X g pada mengidentifikasi dan mendeterminasi suatu
suhu 4°C. Supernatan bebas sel menjadi biakan murni bakteri hasil isolasi
sasaran deteksi enterotoksin dengan uji berdasarkan sifat fisiologisnya (Rahayu dan
RPLA menggunakan kit BCET-RPLA Gumilar, 2017). Tujuan dari uji biokimia ini
(Oxoid, Inggris) sesuai instruksi pabrik. Uji yaitu untuk mengetahui sifat-sifat fisiologis
produksi hemolisis dilakukan pada 5 persen dari koloni bakteri hasil isolasi yang
agar darah domba, baik dengan inokulasi berdasarkan proses metabolisme dari sel
tusuk maupun inokulasi permukaan. Uji bakteri. Contoh uji biokimia bakteri yaitu
terakhir yaitu metode PCR untuk uji indol, urease, Voges Proskauer (VP),
mengetahui keberadaan enterotoksin pada Metil Red (MR), sitrat, motilitas dan lain-
sampel. Hasil yang diperoleh dari 68 lain.

Tabel 2. Hasil Uji Biokimia Terhadap Bakteri Bacillus cereus.

Jenis Pengujian Sampel Hasil Sumber


Glukosa Tahu Positif (Yudhistira dkk, 2017)
Manitol Tahu Negatif (Yudhistira dkk, 2017)
Indol Tahu Positif (Yudhistira dkk, 2017)
Motilitas Tahu Negatif (Yudhistira dkk, 2017)
VP Tahu Positif (Yudhistira dkk, 2017)
Kotoran manusia, daging (Tewari dan Singh,
Glukosa Positif 2015)
dan produk daging
Saluran pencernaan ikan (Kurniasih, 2013)
Glukosa Positif
lele
Kotoran manusia, daging (Tewari dan Singh,
Manitol Negatif 2015)
dan produk daging
Manitol Daging ayam Negatif (Solanki, 2019)
Kepiting bakau, ikan (Moritania dkk, 2019)
Indol Negatif
tembakul dan siput bakau
Indol Daging kari siap santap Negatif (Ali dkk, 2017)
Saluran pencernaan ikan (Kurniasih, 2013)
Motilitas Positif
lele
Motilitas Daging ayam Positif (Tahmasebi dkk, 2014)
VP Daging ayam Positif (Solanki, 2019)
Kotoran manusia, daging (Tewari dan Singh,
VP Positif 2015)
dan produk daging
Katalase Daging ayam Positif (Solanki, 2019)
VP Daging ayam Positif (Solanki, 2019)
Nitrat reduction Daging ayam Positif (Solanki, 2019)
Motilitas Daging ayam Positif (Solanki, 2019)
Manitol Daging ayam Negatif (Solanki, 2019)
Katalase Daging kari siap santap Positif (Ali dkk, 2017)
Saluran pencernaan ikan (Kurniasih, 2013)
Katalase Positif
lele
Nitrat reduction Daging kari siap santap Positif (Ali dkk, 2017)
Kotoran manusia, daging (Tewari dan Singh,
Nitrat reduction Positif 2015)
dan produk daging

Berdasarkan hasil penelitian uji kovaks seperti Ehrlich yang mengandung


biokimia Bacillus cereus didapatkan para-dimetil-aminobenzaldehida. Dan juga
perbedaan hasil uji indol dan motilitas pada pada hasil uji motilitas Bacillus cereus,
sampel tahu yang dilakukan oleh Yudhistira Yudhistira dkk (2017) mendapatkan hasil
dkk (2017). Yudhistira dkk (2017) negatif sedangkan Kurniasih dkk (2013)
mendapatkan hasil uji indol Bacillus cereus dan Tahmasebi dkk (2014) mendapatkan
positif sedangkan Moritania dkk (2019) dan hasil positif. Hal ini diduga terjadi akibat
Ali dkk (2017) mendapatkan hasil negatif. adanya kesalahan pada penelitian yang
Hasil uji motilitas, Yudhistira dkk (2017) dilakukan oleh Yudhistira dkk (2017). Hasil
mendapatkan hasil negatif sedangkan positif pada uji motilitas yang ditandai
Kurniasih (2013) dan Tahmasebi dkk dengan pertumbuhan koloni menyebar dan
(2014) mendapatkan hasil positif. Hal ini timbul kekeruhan seperti kabut yang berarti
diduga terjadi akibat adanya kesalahan pada bakteri bergerak.
penelitian yang dilakukan oleh Yudhistira
dkk (2017). Hasil negatif pada uji indol Selective Agar
yang ditandai dengan tidak terbentuk Media selektif merupakan media padat
lapisan (cincin) berwarna merah muda pada yang mengandung cairan empedu (bile
permukaan biakan, artinya bakteri Bacillus salts), senyawa kimia tertentu, antibiotik,
cereus tidak dapat membentuk indol dari dan pewarna yang dapat menghambat
triptophan sebagai sumber karbon dan dapat pertumbuhan mikroba lain dan membantu
diketahui dengan menambahkan larutan pertumbuhan mikroba tertentu yang
diinginkan. Media selektif digunakan untuk koloni eosin merah muda. Hal ini sesuai
menumbuhkan mikroba yang diperoleh dari dengan pernyataan (Mossel et al, 1967)
spesimen yang diperoleh dari tempat yang bahwa MYP Agar untuk isolasi Bacillus
memungkinkan tumbuhnya berbagai jenis cereus dalam makanan dan bahan makanan.
mikroba . Contoh medium jenis ini adalah Media ini membedakan Bacillus cereus dari
Medium Lowenstein - Jenson. Pada jurnal bakteri lainnya berdasarkan resitensinya
penelitian sanjoy et all 2009 terhadap Polymyxin B, kurangnya
Tabel 3. Identifikasi Bacillus cereus fermentasi Mannitol, dan terbentuknya
menggunakan media selektif Lecithinase. Nitrogen, vitamin, dan sumber
karbon berasal dari daging sapi ekstrak
Sampel Metode Hasil Sumber
(beef extract) dan Peptone dalam MYP
Finfish, Isolasi : Positif (Das et Agar. D-Mannitol adalah sumber
Udang Media untuk al., karbohidrat, dan fermentasi terdeteksi oleh
Dan Selektif ikan 2009)
Kerang PEMPA sebanya pH indikator phenol red. Bakteri yang
k 36,7 memfermentasi Mannitol mengakibatkan
dan produksi asam dan menghasilkan koloni
29,41 berwarna kuning, Bacillus cereus tidak
% memfermentasi mannitol/ Mannitol negatif
Nasi Isolasi : Positif Ruriani dan menghasilkan koloni berwarna merah
Goreng Media untuk 7 dan muda (pink).
Selektif dari 15 Nurhayat
MYP sampel i (2010) Hasil yang diperoleh B. Cereus dan
Nasi enterotoksigenik B. Cereus ditemukan di
goreng 36,7 dan 29,41 persen sampel ikan, masing-
masing. Semua isolat penghasil
Metode yang digunakan pada penelitian
enterotoksin diare menunjukkan adanya
ini adalah Pelapisan selektif pada agar
hbla gen tidak ada dalam isolat non-
polimiksin-piruvat-kuning telur-manitol-
enterotoksigenik yang diuji dalam
bromocresol ungu (PEMPA) digunakan
penelitian ini.
untuk isolasi B. cereus dari finfish, udang
Pada kedua jurnal tersebut dilakukan
dan kerang. Kemampuan memproduksi
Identifikasi berdasarkan media selektif
enterotoksin dari semua 42 isolat yang
yaitu PEMPA dan MYP. Sampai saat ini,
diperoleh dari sampel dinilai dengan uji
tiga gen berbeda yaitu hbla, bceT dan
reverse passive latex aglutination (RPLA)
entFM bertanggung jawab untuk produksi
dan adanya gen virulen yang berbeda. yaitu
enterotoksin diare di B. Cereus telah
hbla, bceT dan entFM disaring oleh PCR.
dikarakterisasi. Uji aglutinasi lateks pasif
Namun ada beberapa medium atau
terbalik (RPLA) adalah uji yang andal
media selektif seperti MYP, LB, SSA,
untuk mendeteksi B. cereus enterotoksin
BSA, SCB, TSIA, PEMPA dan LIA. Pada
diare (Granum PE , dkk 1993).
jurnal Ruriani dan Nurhayati (2010)
B. Cereus NCIM 2106 digunakan
menyatakan bahwa dari 15 sampel nasi
sebagai strain standar. Strain standar bakteri
goreng yang diuji ada 7 sampel yang
lain sepertiB. Subtilis NCIM 2545,
menunjukan adanya pertumbuhan bakteri
Salmonella dublin ATCC 15480,
Bacillus cereus pada media agar Mannitol
Escherichia coli NCIM 2068 dan
egg yolk polymyixin (MYP) yang ditandai
stafilokokus aureus NCIM 2079 juga
digunakan untuk PCR. B. cereus Tahapan penelitian yang dilakukan
NCIM2106, Bacillus subtilisNCIM2545 meliputi: Pengambilan sampel, Isolasi
dan E. Coli NCIM 2068 diperoleh dari Bacillus cereus dan Salmonella, Seleksi
Koleksi Nasional Mikroorganisme Industri, pada media selektif (pemupukan dan
Laboratorium Kimia Nasional, Pune, India. pengayaan), dan Analisis mikrobiologis
Salmonella Dublin ATCC 15480 iperoleh (morfologi dan identifikasi)Sampel yang
dari American Type Culture Collection dan digunakan pada penelitian/jurnal tersebut
dipelihara di laboratorium. Isolasi dari B. ialah nasi goreng dari pedagang kaki lima.
cereus dilakukan dengan pelapisan selektif Tahap isolasi bakteri merupakan salah satu
pada polimiksinpiruvat-kuning telur- cara untuk mendapatkan jenis bakteri yang
manitol-bromocresol ungu agar-agar diinginkan. Isolasi merupakan kegiatan
(PEMPA) (Szabo RA, dkk 1984). Sampel pemisahan mikroorganisme yang akan diuji
ikan (25 gr) dimaserasi dalam 225 ml dari mikroorganisme lain dengan
normal saline dalam perut blender (Seward menggunakan media selektif, sehingga
Ltd, UK) dan serial pengenceran 10 kali diharapkan akan diperoleh biakan atau
lipat dibuat pada normal saline. 0,5 ml dari kultur murni (Benson, 1998).
setiap pengenceran dilapisi permukaan Satu mata ose koloni Bacillus cereus dan
pada media PEMPA yang telah dikeringkan Salmonella ditempatkan pada gelas objek,
sebelumnya. Plate diinkubasi pada suhu kemudian ditetesi dengan larutan fisiologis
37°C selama 24 jam. Diduga tipikal B. / aquades 2-3 tetes dan dilakukan fiksasi di
cereus Koloni yang menunjukkan reaksi atas api. Setelah itu ditetesi dengan pewarna
lesitinase diambil, dimurnikan dan pertama (kristal violet yodium), dibiarkan
disimpan pada nutrien agar miring untuk sampai kering (1-2 menit), dicuci dengan
konfirmasi lebih lanjut, yang dilakukan alkohol, kemudian ditetesi dengan pewarna
dengan pewarnaan Gram dan reaksi kedua (safranin), dibiarkan beberapa saat
biokimia standar. (10 - 20 detik) dan dicuci dengan air
Kemampuan menghidrolisis pati diuji mengalir. Pengamatan di bawah mikroskop
dengan menginokulasikan pada agar pati menggunakan lensa obyektif minyak imersi
(Collins Arnold 2001). Setelah dengan perbesaran kecil ke besar. Uji
pertumbuhan, pelat terkena uap yodium positif umumnya metode yang digunakan
untuk menemukan zona bening di sekitar pada jurnal tersebut sudah secara umum,
koloni dalam kasus reaksi positif. jika tetap berwarna ungu berbentuk
Selanjutnya pada jurnal Ruriani dan basil/batang.
Nurhayati (2010), umumnya metode yang Tahap identifikasi didahului dengan
digunakan sudah secara umum, dimana pelarutan sampel dalam larutan fisiologis
diharapkan pada investigasi kali ini yaitu dengan perbandingan 10 gr dalam 100 ml
Bacillus cereus dan Salmonella pada nasi larutan fisiologis. Kemudian dilakukan
goreng ini diharapkan dapat pemupukan langsung pada MYP dan
mengidentifikasi keberadaan kedua diinkubasi pada suhu 37℃ selama 24 – 48
mikroorganisme patogen tersebut dalam jam. Keberadaan Bacillus cereus ini dapat
setiap porsi penyajian. Dimana pada diketahui dari pengamatan koloni pada
penentuan morfologi bakteri dengan media MYP dengan tanda-tanda yaitu
berdasarkan pewarnaan gram (Pelczar dan adanya pertumbuhan koloni berbentuk opak
Chan, 1986; Fardiaz, 1989). melebar dengan permukaan cembung,
warna merah muda. Hasil pewarnaan gram Bacillus cereus, ditandai dengan
untuk menguji kebenaran dugaan terhadap ditemukannya sekuen DNA spesifik dari
Bacillus cereus berdasarkan bentuk B.cereus.
mikroskopis menunjukkan bakteri yang Uji biokimia Bacillus cereus adalah
diduga adalah gram positif dengan bentuk suatu perlakuan dengan tujuan untuk
bulat lonjong (basil). mengidentifikasi dan mendeterminasi
Nasi goreng diduga mengandung / suatu biakan murni bakteri hasil isolasi
terserang Bacillus cereus pada lingkungan berdasarkan sifat fisiologisnya,
misalnya tempat penyimpanan atau contohnya uji indol, uji manitol, uji
wadahnya, debu dan polusi, berada pada katalase, uji glukosa, uji motilitas, dan
suhu kamar, serta dari pekerjanya sendiri uji Nitrat reduction.
bisa menimbulkan bakteri pathogen Selective agar adalah pengujian
tersebut. Hal lain seperti ketidak higienisan Bacillus cereus dengan mengisolasinya
bahan baku pada nasi, sanitasi alat, dll. Hal pada media agar, salah satu contoh
ini sesuai dengan pernyataan (Fardiaz, metodenya adalah Pelapisan selektif
1997) yang menyatakan bahwa hal ini pada agar polimiksin-piruvat-kuning
sangat rentan untuk terjadinya kontaminasi, telur-manitol-bromocresol ungu
karena penyimpanan makanan selama 6-12 (PEMPA) dan pada media agar Mannitol
jam atau lebih tanpa lemari pendingin bisa egg yolk polymyixin (MYP) yang
menyebabkan kontaminasi oleh bakteri ditandai koloni eosin merah muda.
pembentuk spora yang relatif tahan panas Diduga tipikal B. Cereus Koloni yang
seperti Clostridium perfringens dan menunjukkan reaksi lesitinase diambil,
Bacillus cereus. dimurnikan dan disimpan pada nutrien
agar miring untuk konfirmasi lebih
IV. KESIMPULAN DAN SARAN lanjut, yang dilakukan dengan
a. Kesimpulan pewarnaan Gram dan reaksi biokimia
Beberapa kesimpulan yang bisa diambil standar.
dari praktikum ini : 3. Bacillus cereus merupakan bakteri
1. Keamanan pangan sangat penting untuk patogen yang dapat menyebabkan diare,
diperhatikan, salah satu ancaman dalam kontaminasi dari bakteri ini terjadi
keamanan pangan adalah bakteri yang melalui makanan yang kita konsumsi.
dapat merusak pangan, contohnya Oleh karena itu untuk menghindari
bakteri Bacillus cereus. Bakteri Bacillis kontaminan dari Bacillus cereus, maka
cereus dapat menghasilkan toksin yg pencegahannya yaitu selalu menerapkan
menyebabkan diare, maka perlu system sanitasi dan hygiene karena
dilakukan uji keamanan pangan terhadap dengan cara tersebut bakteri B.cereus
Bacillus cereus. sulit mengkontaminasi makanan, apabila
2. PCR atau Polymerase Chain Reaction sudah terkontaminasi oleh bakteri
merupakan suatu teknik sintesis dan tersebut maka makanan tersebut tidak
amplifikasi DNA secara in vitro. Metode bisa lagi untuk dikonsumsi.
ini termasuk metode yang cukup
sensitive untuk mendeteksi penyakit-
penyakit infeksius, salah satunya b. Saran
penyakit akibat makanan. Pada uji PCR
Adapun saran dari praktikum ini adalah Eritromisin dan Klindamisin
sebaiknya dilakukan perhitungan yang Terhadap Bacillus cereus Yang
lebih detail dalam membuat larutan Diisolasi Dari Daging Sapi di Pasar
penyangga agar hasilnya lebih akurat. Tradisional dan Pasar Modern Kota
Makassar, Skripsi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Hasanudin,
V. DAFTAR PUSTAKA Makassar.
Agata N, Ohta M, Arakawa Y, Mori M. The
bceT gen dari Bacillus cereus Gdoura-Ben Amor, M., Siala, M., Zayani,
mengkode protein enterotoksik. M., Grosset, N., Smaoui, S.,
Mikrobiologi 1995; 141 : 983-8. Messadi-Akrout, F., ... & Gdoura, R.
(2018). Isolation, identification,
Asano SI, Nukumizu Y, Bando H, Iizuka T, prevalence, and genetic diversity of
Yamamoto T. Kloning gen Bacillus cereus group bacteria from
enterotoksin baru dari Bacillus different foodstuffs in Tunisia.
cereus dan Bacillus thuringiensis. Frontiers in microbiology, 9, 447.
Lingkungan ApplMikrobiolbi1997;
63 : 1054-7. Granum PE, Brynestad S, Kramer JM.
Analisis produksi enterotoksin
Benson, H.J. (1998), Microbial denganBacillus cereus dari produk
Application, Seventh edition, Mc susu, insiden keracunan makanan
Graw-Hill Companies Inc., Boston. dan infeksi non-gastrointestinal.
Mikrobiol Makanan Int J 1993; 17 :
Berthold-Pluta, A., Pluta, A., Garbowska, 269-79.
M., & Stefańska, I. (2019).
Prevalence and toxicity Heinrichs JH, Beecher DJ, Macmillan JD,
characterization of Bacillus cereus Zilinskas BA. Kloning molekuler
in food products from Poland. dan karakterisasihbla gen yang
Foods, 8(7), 269. mengkode komponen B dari
hemolisin BL dari Bacillus cereus. J
Collins, CH, Lyne, PM, Grange JM. Bakteri1993; 175 : 6760-6
Metode mikrobiologi collins dan
Lyne. 7ini ed. London: Arnold; John, T. Y. H. (2012). Bacillus cereus and
2001. Bacillus thuringiensis in ready-to-
eat cooked rice in Malaysia.
Fardiaz, D. 1997. “Praktek Pengolahan International food research journal,
Pangan yang Baik”. Pelatihan 829-836.
Pengendalian Mutu dan Keamanan
Pangan Bagi Staf Pengajar. Mäntynen V, Lindstrom K. Tes DNA cepat
Kerjasama Pusat Studi Pangan dan berbasis PCR untuk enterotoksik
Gizi (CFNS)-IPB dengan Dirjen Bacillus cereus. Mikrobiol
Dikti. Bogor, 21 Juli – 2 Agustus Lingkungan Appl1998; 64 :1634-9.
1997.
Němečková, I., Solichová, K., Roubal, P.,
Fatmasari, 2015, Uji Sensitivitas Antibiotik Uhrova, B., & Šviráková, E. (2012).
Kloramfenikol, Siprofloksasin, Methods for detection of Bacillus
sp., B. cereus, and B. licheniformis Szabo RA, Todd ECD, Rayman M. Dua
in raw milk. Czech Journal of Food puluh empat jam isolasi dan
Sciences, 29(Special Issue), S55- konfirmasi Bacillus cereus dalam
S60. makanan. J Makanan Prot 1984; 47
: 856-60.
Nurdyansyah, F. Widyastuti, D.A. (2017).
Deteksi Molekuler Mikroorganisme
Patogen Pada Bahan Pangan dengan
Metode RT-PCR. Jurnal Ilmu
Pangan dan Hasil Pertanian. 1(1).
80-89.

Purwati, (2008), Pertumbuhan Bacillus


cereusdan Clostridium perfringens
pada Makanan Tambahan
Pemulihan yang Dikonsumsi Balita
Penderita Gizi Buruk. Jurnal
Penelitian Sains, 31:4.

Relman DA, Persing DH. Metode genotip


untuk identifikasi mikroba. Dalam:
Persing DH, editor.Protokol PCR
untuk penyakit menular yang
muncul. Washington DC: American
society for Microbiology, ASM
Press; 1996. Hal. 3-31.

Rhodehamel EJ, Harmon SM. Bacillus


cereus. Manual Analisis
Bakteriologis online 8ini ed. Revisi
1998. Bab 14 [monografi di
Internet]. Administrasi Makanan
dan Obat-obatan AS;2001.

Rudiretna, A. Handoyo, D. (2001). Prinsip


Umum dan Pelaksanaan Polymerase
Chain Reaction (PCR). Unitas. 9(1).
17-29.

Ruriani., E. &, & Nurhayati, . (2010).


Investigasi of bacillus cereus dan
salmonella pada nasi goreng
pedagang kaki lima di sekitar
kampus universitas jember. Jurnal
Agroteknologi, 4(1), 68–75.

You might also like