You are on page 1of 14

Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

SISTEM PERENCANAAN PRODUKSI


PADA KOMODITAS TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill)
(Studi Kasus di Gapoktan Bina Mukti Desa Cipulus Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka)

PRODUCTION PLANNING SYSTEM ON TOMATO COMMODITY


(Lycopersicum esculentum Mill)
(Case Study at Gapoktan Bina Mukti Cipulus Village Cikijing District Majalengka District)

DINAR DAN IDA MARINA


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Majalengka
Alamat : Jln. K.H. Abdul Halim No. 103 Kabupaten Majalengka – Jawa Barat 45418
e-mail : dinar_dnr@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the operational production of tomato commodities conducted by farmers
in Gapoktan Bina Mukti Cipulus Village, especially in issuing production costs and profits obtained and
production planning system that can be applied to meet market demand for the next year. The research
method used in this research is descriptive quantitative technique with the determination of respondents
Stratafied Random Sampling as much as 53 people consisting of 38 people tomato farmers who are members
of Gapoktan Bina Mukti Village Cipulus and 15 traders who each 5 traders from the Jagasatru market
Cirebon, Patrol Indramayu and Patroman market Banjar. The results showed that the operational
production of tomato commodities made by farmers Gapoktan Bina Mukti Cipulus Village is the pattern of
planting by using polykulture system. Planting time of MT I in October - November, MT II in March - April
and MT III in July. Average production cost per hectare is Rp. 29.250.219 with a profit rate of B / C Ratio of
1.40. Production planning that can optimally provide benefits to tomato farmer Gapoktan Bina Mukti
Cipulus Village is to do the planting time in February - March because it will produce harvest time in the
month of May - June when the average price is high. Avoid harvesting simultaneously in August - September
due to low price position and will not benefit tomato farmers.

Keywords: Production Planning, Tomato, Forecasting.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui operasional produksi komoditas tomat yang dilakukan oleh
petani di Gapoktan Bina Mukti Desa Cipulus terutama dalam mengeluarkan biaya produksi dan keuntungan
yang diperoleh serta sistem perencanaan produksi yang dapat diterapkan untuk memenuhi permintaan pasar
untuk satu tahun kedepan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif
dengan teknik penentuan responden Stratafied Random Sampling sebanyak 53 orang terdiri atas 38 orang
petani tomat yang tergabung di Gapoktan Bina Mukti Desa Cipulus dan 15 orang pedagang yang masing –
masing 5 orang pedagang dari pasar Jagasatru Cirebon, pasar Patrol Indramayu dan pasar Patroman Banjar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa operasional produksi komoditas tomat yang dilakukan oleh petani
Gapoktan Bina Mukti Desa Cipulus ialah pola tanam dengan menggunakan sistem polykultur. Waktu tanam
MT I bulan Oktober – November, MT II bulan Maret – April dan MT III bulan Juli. Biaya produksi rata–rata
per hektar sebesar Rp. 29.250.219 dengan tingkat keuntungan B/C Ratio sebesar 1,40. Perencanaan produksi
yang dapat secara optimal memberikan keuntungan kepada petani tomat Gapoktan Bina Mukti Desa Cipulus
ialah dengan melakukan waktu tanam di bulan Februari – Maret karena akan menghasilkan waktu panen di
bulan Mei – Juni ketika harga rata – rata sedang tinggi. Hindari pemanenan secara serentak di bulan Agustus
– September karena posisi harga sedang rendah dan tidak akan menguntungkan petani tomat.

Kata Kunci : Perencanaan Produksi, Tomat, Peramalan.

53
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

PENDAHULUAN baik itu dari segi kuantitas maupun kualitas.


Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) Namun apabila ketersediaan tomat melebihi
merupakan sayuran buah yang tergolong dari jumlah permintaan, maka akan berakibat
tanaman semusim berbentuk perdu dan pula pada segi harga yang relatif akan menurun
termasuk ke dalam famili Solanacea. Buahnya sesuai dengan hukum permintaan Untuk itu
merupakan sumber vitamin dan mineral. perlu adanya Sistem peramalan permintaan
Penggunaannya semakin luas, karena selain agar perencanan produksi terhadap buah tomat
dikonsumsi sebagai tomat segar dan untuk dapat diprediksi dalam satu tahun mendatang
bumbu masakan juga dapat diolah lebih lanjut dan memperkirakan jumlah yang harus
sebagai bahan baku industri makanan seperti diproduksi agar dapat memenuhi permintaan
sari buah dan saus tomat (Wasonowati, 2011 tersebut serta tidak melebihi batas produksi
dalam Pusdatin Pertanian, 2014). Tomat maksimal yang mengakibatkan harga tomat
menjadi salah satu komoditas hortikultura yang jatuh di pasaran. Provinsi Jawa Barat
bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan menempati urutan teratas dalam produksi tomat
penanganan serius, terutama dalam hal pada tahun 2015. Namun mengalami
peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya penurunan dari tahun sebelumnya sebesar
(Hanindita, Nisa. 2008). 2,05% dari 304.687 ton ke 298.445 ton.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Produksi tomat Provinsi Jawa Barat
Statistik dan Direktur Jenderal Hortikultura terus mengalami penurunan dari tahun 2013
(2015) produksi tomat nasional mencapai sampai dengan tahun 2015. Kabupaten
878.741 ton pada tahun 2015 dan mengalami Majalengka menjadi salah satu daerah
penurunan 4,07% dari tahun sebelumnya yang produsen tomat di Jawa Barat dengan total
mencapai 915.987 ton. Namun hal tersebut produksi 3.302 ton pada tahun 2016
seringkali terjadi pada tahun-tahun sebelumnya berdasarkan Data Statistik Pertanian dan
mengingat hampir semua komoditas pertanian Perikanan Kabupaten Majalengka Tahun 2012-
mengalami fluktuasi produksi setiap tahunnya. 2016. Jumlah tersebut meningkat karena pada
Dikaji dari data tersebut tomat menjadi salah tahun 2015 produksi tomat di Kabupaten
satu komoditas yang fluktuasi produksinya Majalengka mencapai 2.952 ton. Artinya
tidak terlalu menurun ataupun meningkat terjadi peningkatan sebesar 350 ton atau sekitar
tajam. Melihat jumlah produksi nasional pada 5 11,85%. (Data Produksi Tomat Kabupaten
tahun terakhir pertumbuhannya dibawah 5% Majalengka Tahun 2012-2016 dapat dilihat
dan penurunannya diatas -5%. pada lampiran 7). Untuk lebih jelasnya tentang
Permintaan kebutuhan tomat yang setiap perkembangan produksi tomat di Kabupaten
hari mengharuskan terjaminnya ketersediaan Majalengka dituangkan dalam Gambar 1.

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0
2012 2013 2014 2015 2016
ton

Gambar 1. Perkembangan produksi tomat di Kabupaten Majalengka .

54
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

Berdasarkan Gambar 1. Bahwasannya sesuai dengan prosedur perencanaan produksi


perkembangan produksi tomat di Kabupaten yang seharusnya, seperti waktu tanam yang
Majalengka mengalami fluktuasi pada 5 tahun belum sesuai dengan penjadwalan. Karena
terakhir. Terdapat penurunan produksi yang tidak adanya jaminan harga, bahkan para petani
cukup tajam dari tahun 2013 ke tahun 2014. akan menanam apabila harga tomat sedang
Begitupun ditahun berikutnya masih tinggi. pemasaran komoditas tomat di
mengalami penurunan meskipun signifikan. Kabupaten Majalengka beragam. Berikut ini
Namun terjadi peningkatan produksi dari tahun data distribusi pemasaran tomat yang diwakili
2015 ke tahun 2016 seperti yang telah oleh tiga kecamatan yang menjadi sentra
dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Saat ini produksi tomat di Kabupaten Majalengka
di Kabupaten Majalengka proses perencanaan dituangkan dalam Tabel 1.
produksi tomat masih belum dilaksanakan

Tabel 1. Distribusi Pemasaran Tomat Tiga Kecamatan Sentra di Kabupaten Majalengka

No Kecamatan Tujuan Pasar


1. Argapura Sumatera, Bandung, Cirebon dan Indramayu
2. Cikijing Cirebon, Ciamis dan Indramayu
3. Lemahsugih Jakarta, Tangerang, Bekasi, Cirebon dan Kuningan
Sumber : Data Primer, 2018

Kecamatan Cikijing bisa dikatakan Kecamatan Cikijing Kabupaten Majalengka


menjadi sentra produksi tomat di Kabupaten dengan jumlah 250 orang. Jumlah tersebut
Majalengka karena jumlah produksi nya yang terbagi dalam 5 Kelompok Tani (poktan),
paling tinggi yakni sebesar 1.249 ton di tahun yaitu Kelompok Tani Taman Sari, Mekar
2016 atau sekitar 37,82% dari total produksi Mukti, Mekar Baru, Semplo dan Ciinjuk.
tomat Kabupaten Majalengka (Lihat Lampiran Penentuan responden dilakukan dengan teknik
7). Sedangkan untuk luas tanam tomat pada Stratafied Random Sampling, yaitu
tahun 2016 Kecamatan Cikijing memiliki luas mengambil sampel secara proporsional
tanam sebesar 29 ha (Lihat Lampiran 4). Dan berdasarkan strata kelompok tani dan
berdasarkan data yang diperoleh dari BP3K dilakukan secara acak.
Kecamatan Cikijing bahwasannya saat ini Berdasarkan jumlah petani yang
sentra tomat berada di Desa Cipulus dengan tergabung dalam Kelompok Tani Taman Sari,
luas tanam sekitar 7 ha. Namun belakangan Mekar Mukti, Mekar Baru, Semplo dan
ini terdapat beberapa petani yang sebagian Ciinjuk di Desa Cipulus Kecamatan Cikijing
beralih ke komoditas cabai karena harga jual Kabupaten Majalengka sebanyak 250 orang
tomat yang kian rendah. Akibat dari harga jual dengan responden yang dijadikan sampel
tomat yang rendah, petani lebih memilih sebanyak 38. Selain respoden, peneliti juga
untuk tidak memanen tomat karena akan membutuhkan data permintaan tomat yang
mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi dan dapat diperoleh dari informan seperti para
tak sebanding dengan harga yang akan mereka bandar baik itu bandar tingkat desa maupun
terima. Diharapkan kedepannya petani dapat bandar besar dari tiap kota yang menjadi
memperkirakan penjadwalan waktu tanam tujuan pemasaran komoditas tomat Gapoktan
tomat agar tidak terjadi penurunan harga jual Bina Mukti Desa Cipulus Kecamatan
tomat yang terlalu tajam akibat dari Cikijing.
melimpahnya hasil produksi tomat pada saat
panen raya. Teknik Analisis :
1. Untuk mengetahui kondisi operasional
MATERI DAN METODE produksi komoditas tomat di Desa
Penentuan responden dilakukan dengan Cipulus Kecamatan Cikijing Kabupaten
menggunakan metode survei yang diperoleh Majalengka, peneliti akan menggunakan
dari data petani yang tergabung dalam metode deskriptif sebagaimana yang
Gapoktan Bina Mukti di Desa Cipulus dikemukakan oleh Sugiyono (2003).

55
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

Kemudian untuk mengetahui keuntungan 2. Penelitian ini menggunakan alat analisis


yang diperoleh petani tomat dapat berupa data historis dengan deret waktu
menggunakan rumus pendapatan. Namun (time series). Metode time series yang
sebelumnya akan dihitung terlebih dahulu digunakan terdiri atas Metode Naive,
total biaya (fix cost) dan penerimaan Moving Average, Eksponential Smoothing
(revenue). Berikut ini rumus dan Proyeksi Trend. Berikut penjelasan
perhitungannya : dari keempat metode tersebut :
a. Menghitung Biaya Total (Total Cost) 1. Metode Naive
Pada metode ini menganggap bahwa
TC = TFC + TVC pengamatan pada periode waktu yang baru
saja berlalu (tahun lalu, bulan lalu, dsb)
Keterangan : adalah alat peramalan terbaik untuk
TC = Total Cost/Biaya Total meramalkan keadaan di masa yang akan
TFC = Total Fixed Cost/Biaya datang. Adapun secara matematis dapat
TetapTotal ditulis sebagai berikut :
TVC = Total Variabel Cost/Biaya
Variabel Total ¥t+1 = Yt

b. Menghitung Penerimaan (Revenue) dimana, periode berikutnya (t+1) dianggap


akan sama dengan nilai yang terjadi pada
R=PxQ saat ini (t).

Keterangan : 2. Moving Average


R = Revenue/Penerimaan Menurut Tampubolon (2004) metode
P = Price/Harga rata – rata bergerak sederhana merupakan
Q = Quantity/Kuantitas metode sederhana tetapi dapat dianggap
telah bisa menghilangkan fluktuasi random
c. Menghitung Pendapatan (Benefit) bagi peramalan. Ada beberapa Moving
Average yang bisa digunakan, namun kali
B = R - TC ini penulis akan menggunakan Moving
Average ganda 3 x 3 menurut R. Lerbin
Keterangan : dan R. Aritonang (2002), berikut ini
B = Benefit/Pendapatan ketentuannya :
R = Revenue/Penerimaan - n pada MA yang pertama sama dengan
TC = Total Cost/Biaya Total n pada MA yang kedua.
- Lambang MA diganti dengan St’ untuk
d. Menghitung Tingkat Keuntungan (B/C MA yang pertama dan St’’ untuk MA
Ratio) kedua.
- Hasil yang diramalkan didasarkan pada
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐵 St’ ditambah dengan at dan bt untuk
B/C = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶 menghasilkan St’’.
Untuk lebih jelasnya, berikut rumus
Keterangan : penggunaan dengan n (periode yang
B = Benefit/Pendapatan digerakkan) sama dengan 3 :
C = Cost/Biaya Total St’ = (Y1 + Yt – 1 + Yt – 2 + ... + Yt – n + 1)/n
 hasil penghalusan pertama
Kaidah keputusannya ialah sebagai berikut : St’’ = (St’ + St – 1’+ St – 2’ + ... + St – n + 1’)/n
 B/C > 0, berarti usahatani tersebut  hasil penghalusan kedua
menguntungkan at = (2St’) – St’’
 B/C = 0, berarti usahatani tersebut bt = 2(St’ – St’’)/(n-1)
impas Ft+m = at + bt (m)  hasil yang diramalkan
 B/C < 0, berarti usahatani tersebut tidak pada periode t + m
menguntungkan N = banyaknya periode yang digerakkan

56
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

m = 1 untuk periode 1 s.d 13, = 2 untuk Operasional Produksi Komoditas Tomat di


periode14, = 3 untuk periode 15, dst. Desa Cipulus, Biaya Produksi dan
Keuntungan Yang Diperoleh
Operasional produksi adalah kegiatan
yang dilakukan dalam melakukan proses
3. Ekspotential Smoothing produksi dari mulai sebelum pelaksanaan
Menurut Handoko (2000) dengan proses produksi sampai pada menghasilkan
Ekspotential Smoothing, forecast dilakukan suatu produk. Operasional produksi dalam
dengan cara ramalan periode terakhir melakukan usahatani tomat dimulai dari jenis
ditambah porsi perbedaan (disebut α) antara pola tanam, waktu tanam dan perkiraan waktu
permintaan nyata periode terakhir dan panen. Selain itu, proses usahatani tomat itu
ramalan periode terakhir. Berikut sendiri dimulai dari pembibitan, persiapan
persamaannya : lahan, penanaman, pemasangan ajir/turus,
pemupukan, pemeliharaan, pengendalian OPT
Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1) sampai dengan panen.
Pola tanam pada tanaman tomat di Desa
Cipulus ialah dengan menggunakan sistem
Keterangan : polykultur (tumpang sari). Tanaman yang di
Ft = ramalan untuk periode sekarang (t) tumpang sari sebagian besar adalah tanaman
Ft-1 = ramalan yang dibuat untuk periode cabai merah besar dengan alasan memiliki nilai
terakhir (t-1) ekonomi yang cukup tinggi bagi petani selaku
α = smoothing constant (0 ≤ α ≤ 1) produsen sehingga ketika harga tomat dalam
At-1 = permintaan nyata periode terakhir keadaan rendah maka biaya operasional dari
usahatani tomat tersebut dapat tertutupi dengan
4. Proyeksi Trend pendapatan dari komoditas cabai merah besar.
Proyeksi trend merupakan metode Waktu tanam untuk tanaman tomat di
peramalan seri waktu. Teknik ini Desa Cipulus terbagi menjadi tiga kali Musim
mencocokkan garis trend ke rangkaian titik Tanam (MT) yakni MT I terjadi pada bulan
data historis kemudian memproyeksikan Oktober – November, MT II terjadi pada bulan
garis itu ke dalam ramalan jangka Maret – April dan MT III terjadi pada bulan
menengah hingga jangka panjang. Juli – Agustus. Waktu tanam tersebut tidak
Pendekatan ini menghasilkan garis lurus menentu tergantung dari curah hujan karena
yang meminimalkan jumlah kuadrat lahan yang digunakan merupakan lahan tadah
perbedaan vertikal dari garis pada setiap hujan dan berbentuk terasering. Khusus pada
observasi aktual. Rumus trend garis lurus saat MT III karena curah hujan yang rendah,
dengan metode kuadrat terkecil adalah : kegiatan usahatani hanya bisa dilakukan oleh
petani tomat yang memiliki lahan di wilayah
Ŷ = a + bx datar sehingga proses pengairan bisa dilakukan
dengan sistem irigasi.
Dengan penyelesaian nilai a dan b Waktu panen tanaman tomat di Desa
pada dua persamaan normal berikut Cipulus ialah terjadi pada bulan Desember –
(Handoko, 2000) : Januari untuk MT I, kemudian pada bulan Mei
∑Y = na+b∑X – Juni untuk MT II dan pada bulan Oktober –
∑ XY = a ∑ X + b ∑ X2 November untuk MT III. Namun waktu
Bila titik tengah data sebagai tahun dasar, tersebut bergantung dari umur tanaman tomat
maka ∑ X = 0 itu sendiri karena ada yang berumur 70 – 80
∑Y = na a= hari untuk lahan yang berada di ketinggian <
500 mdpl dengan keadaan suhu yang lebih
∑ XY= b ∑ X2 b= hangat. Sedangkan umur tanaman tomat yang
berada di lahan dengan ketinggian > 500 mdpl
akan lebih lama yakni sekitar 90 hari karena
HASIL DAN PEMBAHASAN suhu nya yang dingin dan dapat memperlambat
proses kematangan tomat.

57
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

Proses usahatani tomat di Desa Cipulus Pembuatan bedengan dilakukan setelah


yakni berdasarkan dari pengalaman tanah dirasa cukup gembur. Panjang
berusahatani yang dilakukan oleh petani tomat bedengan tergantung dari panjang lahan itu
dan belum menerapkan SOP (Standar sendiri, sedangkan lebarnya sekitar 1 – 2
Operasional Produksi). Proses tersebut m. Setelah bedengan dibuat, tanah
dimulai dari pembibitan, persiapan lahan, kemudian dihaluskan dan diratakan lalu
penanaman, pemasangan ajir/turus, pada tiap tepi bedengan tanah dipadatkan
pemupukan, pemeliharaan, pengendalian OPT agar tidak mudah longsor. Diantara
sampai dengan panen. Berikut ini penjelasan bedengan yang satu dengan yang lainnya
dari setiap tahapannya : dipisahkan oleh wahangan yang berfungsi
1. Pembibitan menampung air untuk proses penyiraman
Pembibitan tomat yakni menggunakan dengan lebar sekitar 40 cm.
benih dari panah merah yang dibeli di kios c. Pengapuran
pertanian desa setempat. Varietas yang Setelah bedengan selesai dibuat, dilakukan
digunakan pun beragam, ada jenis Permata, pengapuran supaya kondisi tanah tidak
Servo, Tymoti dan Betavila. Namun yang terlalu asam. Dosis kapur nya kira – kira
sering digunakan oleh petani tomat Desa sebanyak 1 ton/ha. Kapur juga berfungsi
Cipulus adalah jenis varietas Permata F1. untuk memperbaiki struktur tanah dan
Pembibitan dilakukan dengan sistem kokeran, membantu mikroba untuk menguraikan zat
kokeran adalah sejenis wadah berbentuk beracun yang dapat mengurangi kesuburan
tabung yang memiliki tinggi ± 5 cm dan tanah.
diameter ± 5 cm. Bahan yang digunakan d. Pemberian Pupuk Dasar
untuk membuat kokeran bisa dari daun pisang Pemberian pupuk dasar dilakukan setelah
ataupun bambu. Kemudian kokeran diisi dibuat jarak tanam dan lubang tanam.
dengan media tanam dari campuran tanah, Jarak tanam tomat yakni 70 cm x 60 cm
pupuk kandang dan kokopet dengan dengan diameter lubang tanam ± 20 cm
perbandingan 1 : 1 : 1 dan dicampur dengan dan kedalaman ± 15 cm. Kemudian tiap
air. Setelah kokeran berisikan media tanam, lubang tanam diberi pupuk kandang
kemudian masukan benih tomat dengan sebanyak 1 genggaman tangan orang
ketentuan 1 kokeran 1 benih lalu tutup dengan dewasa atau sekitar 0,5 kg. Lalu lubang
tanah. Setelah itu simpan ditempat yang ditutup dengan tanah dan tanah diberi
mendapat sinar matahari cukup atau dibawah pupuk SP-36 dengan cara ditabur secara
naungan. Setelah bibit tomat berumur sekitar merata.
14 hari maka bibit tomat tersebut siap untuk e. Pemasangan Mulsa
ditanam. Pemasangan mulsa bertujuan untuk
mengurangi pertumbuhan gulma dan
2. Persiapan Lahan meminimalisir serangan hama terhadap
Sebelum dilakukan penanaman, terlebih tanaman tomat. Mulsa yang digunakan
dahulu mempersiapkan lahan yang hendak ialah Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP).
ditanami bibit tomat. Persiapan lahan dibagi Pemasangan mulsa ini sebaiknya dilakukan
menjadi 5 tahapan berikut penjelasannya : pada siang hari sehingga mulsa dapat
a. Pengolahan Tanah ditarik dan dikembangkan secara
Tanaman tomat akan tumbuh subur pada maksimal. Cara pemasangannya ialah
lahan yang tanahnya gembur, maka dari itu terlebih dahulu siapkan mulsa sesuai
perlu dilakukan proses penggemburan dengan panjang bedengan namun
tanah terlebih dahulu sebelum dilakukan dikurangi 0,5 – 1 meter karena mulsa akan
penanaman dengan cara tanah memuai bila terkena panas dan tarikan.
ditraktor/dibajak kemudian tanah tersebut Tiap ujung mulsa ditarik secara bersamaan
dicangkul bagian atasnya lalu tanah diberi lalu kedua ujung dipasak dengan
pupuk kandang sehingga kandungan nutrisi menggunakan pasak dari bambu.
dalam tanah dapat tercukupi. Kemudian salah satu sisinya dipasang
b. Pembuatan Bedengan pasak bambu dengan jarak setiap 50 cm.
Setelah itu lakukan hal yang sama pada sisi

58
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

yang satunya. Pemasangan pasak ini Pemupukan petani tomat di Desa Cipulus
dilakukan sambil menarik mulsa secara dibagi menjadi 2 – 3 tahapan tergantung dari
perlahan – lahan hingga menutupi pertumbuhan tanaman itu sendiri, berikut
bedengan. Setelah pemasangan mulsa penjelasannya :
selesai, maka yang perlu dilakukan
selanjutnya ialah memberi lubang pada Tahap I : Ketika tanaman tomat berumur 15
mulsa sesuai dengan lubang tanam dengan – 20 hari dengan menggunakan
cara menandai pada area yang akan phonska dan mutiara sekitar 10
menjadi lubang tanam dengan gram per lubang tanam.
menggunakan spidol, lalu lakukan Tahap II : Ketika tanaman tomat berumur 45
pelubangan dengan menggunakan – 50 hari dengan menggunakan
pelubang mulsa dengan cara menancapkan ZA.
dan mendorong pelubang pada mulsa Tahap III : Dilakukan apabila tanaman dirasa
sambil diputar, kemudian cabut pelubang masih belum tumbuh maksimal
tersebut dan terbentuklah lubang tanam. menggunakan pupuk yang sama
pada tahap II yaitu ZA.
3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menanam 6. Pemeliharaan
langsung bibit tomat yang sebelumnya telah Pemeliharaan dalam kegiatan usahatani
disemai dan berumur sekitar 14 hari. tomat terdiri atas penyulaman, penyiangan,
Pengambilan bibit tomat dari persemaian perompelan tunas wiwilan dan pengairan.
dilakukan secara hati-hati agar akar tanaman Berikut ini penjelasan dari setiap tahapannya :
tidak putus. Letakan bibit tomat pada lubang a. Penyulaman
tanam yang telah disiapkan, usahakan letak Penyulaman yakni mengganti bibit
penanaman akar tunggang posisinya lurus tanaman tomat yang gagal tumbuh dengan
sedangkan akar serabut menyebar ke segala bibit tomat yang baru. Penyulaman
arah. Setelah itu, lubang disekitar akar bertujuan agar mendapatkan tanaman
dikubur dengan tanah sampai akar tertutupi tomat yang seragam. Bibit tanaman tomat
penuh dan segera lakukan penyiraman. yang menggantikan tanaman tomat yang
gagal tumbuh bisa diambil dari sisa bibit
4. Pemasangan Ajir/Turus dipersemaian.
Pemasangan ajir/turus bertujuan agar b. Penyiangan
tanaman tomat dapat berdiri kokoh dan Penyiangan merupakan kegiatan
posisinya tegak. Ajir/turus biasanya terbuat membersihkan gulma yang tumbuh
dari bambu dengan pemasangan 1 tanaman disekitar tanaman agar unsur hara dalam
yakni 1 ajir/turus. Pemasangan dilakukan tanah dapat terserap oleh tanaman
sedini mungkin setelah penanaman agar budidaya secara optimal. Gulma disekitar
tanaman tomat dapat tumbuh mengikuti posisi tanaman dapat menjadi pesaing tanaman
ajir/turus tersebut. Ajir/turus ditancapkan budidaya dalam menyerap unsur hara
dibelakang tanaman tomat dengan diberi jarak dalam tanah, sehingga dapat menyebabkan
10 – 20 cm dari batang tanaman tomat, tanaman budidaya menjadi kerdil.
kemudian tanaman tomat diikat menggunakan c. Perompelan Tunas Wiwilan
tali plastik pada ajir/turus tersebut. Namun Perompelan tunas wiwilan atau tunas yang
pengikatan jangan terlalu keras, cukup sampai tumbuh diketiak daun dilakukan bertujuan
tanaman tomat dapat berdiri. Setiap tanaman untuk mencegah terjadinya percabangan,
tomat bertambah tinggi perlu dilakukan mempercepat pembuahan dan
pengikatan agar tanaman tomat dapat terus meremajakan tanaman. Perompelan
berdiri. biasanya dilakukan ketika tanaman tomat
berumur 40 hari. Perompelan dilakukan
5. Pemupukan dengan cara memotong tunas yang tumbuh
Pemupukan bertujuan untuk diketiak daun dan memotong ranting yang
merangsang pertumbuhan tomat sehingga terkena penyakit. Namun perompelan pada
dapat berproduksi secara maksimal. tanaman tomat yang kurang tinggi harus

59
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

dilakukan secara lebih berhati-hati agar berbeda pada tanaman tomat yang berada di
tunas terakhir tidak ikut terpangkas lahan dengan ketinggian > 500 mdpl yakni
sehingga mengakibatkan tanaman terlalu sekitar umur tanaman menginjak 85 – 90 hari.
pendek. Ciri – ciri tanaman tomat yang sudah siap
dipanen yakni buahnya yang sudah hijau
d. Pengairan kekuning-kuningan serta bagian daun dan
Tanaman tomat harus berada pada lahan batang yang telah tua dan mengering.
yang cukup basah namun tidak Sedangkan waktu pemetikan tomat biasanya
menggenang. Maka dari itu ketika dilakukan pada waktu pagi sampai dengan
persiapan lahan, tanah perlu disiram sore hari. Namun waktu panen yang baik ialah
terlebih dahulu. Namun pada saat musim dengan melakukan pemetikan pada sore hari.
hujan, agar air tidak menggenang perlu Tomat yang hendak dipasarkan dengan jarak
dibuatkan bedengan agar air hujan yang cukup jauh sebaiknya dipanen ketika
mengalir pada bedengan tersebut. kematangan sekitar 75% atau masih kehijau-
Bedengan pun berfungsi untuk hijauan, sehingga tidak mudah busuk ataupun
penampungan air ketika musim kemarau rusak pada saat perjalanan. Namun tomat
dan memudahkan proses penyiraman. yang dipasarkan dengan jarak dekat sebaiknya
dipanen ketika kematangan tomat sudah
7. Pengendalian OPT sampai 90%. Cara panen tomat yaitu dengan
Pengendalian OPT (Organisme melakukan pemetikan tomat menggunakan
Pengganggu Tanaman) seperti hama dan tangan. Tomat yang hendak dipetik mula-
penyakit dilakukan dengan cara pemberian mula dipegang bagian ujungnya kemudian
pestisida tergantung dari jenis OPT nya. diputar hingga tomat terputus dari tangkainya.
Hama yang biasa mengganggu tanaman tomat Adapula cara pemetikan tomat bersamaan
yakni hama ulat, pengendaliannya bisa dengan tangkainya, hal tersebut agar tomat
dilakukan dengan cara memberikan lebih tahan lama.
insektisida seperti Prevathon 50 SC. Setelah melakukan pemanenan,
Sedangkan penyakit yang saat ini sering biasanya tomat dimasukkan kedalam peti
mengganggu tanaman tomat yakni busuk daun kayu dan langsung dijual ke pengepul/bandar.
yang disebabkan oleh jamur Phytophthora Petani di Desa Cipulus tidak melakukan
infestans dan biasanya memang menyerang proses pasca panen seperti penyortiran buah
tanaman tomat di dataran tinggi. Gejala nya tomat sesuai dengan ukuran dan kualitasnya
berupa bercak coklat hingga hitam. Tanaman serta tidak pula melakukan proses
yang sudah terserang penyakit ini sebaiknya pembersihan untuk menghilangkan kotoran.
dicabut dan dibakar (jangan dikubur) dan Proses tersebut dilakukan setelah tomat
segera lakukan penyemprotan dengan berada di pengepul/bandar.
menggunakan fungisida seperti Dithane M-45 Biaya produksi adalah nilai yang
80 WP. dikeluarkan petani dalam melakukan
Selain dari hama dan penyakit yang usahatani tomat selama satu kali musim tanam
telah disebutkan diatas, masih banyak OPT (MT) pada tahun 2017 yang diukur dalam
lain yang biasa mengganggu tanaman tomat satuan Rupiah/1x MT/Ha. Biaya produksi
diantaranya hama kutu kebul, lalat buah, kutu usahatani tomat meliputi biaya tetap yang
daun dan hama thrips. Lalu penyakitnya terdiri atas pajak lahan dan penyusutan alat
seperti layu fusarium, bercak daun, layu kemudian biaya variabel yang terdiri atas
bakteri, mosaik, busuk buah dan virus kuning benih, ajir/turus, pupuk, pestisida dan tenaga
keriting pada daun (Tomato Yellow Leaf Curl kerja yang kemudian dihitung sesuai dengan
Virus). penggunaan per luas lahan petani tomat di
Desa Cipulus dan dikalikan dengan harga
8. Panen satuannya sehingga diperoleh jumlah biaya
Waktu panen dilakukan apabila umur untuk masing – masing sarana produksi. Lalu
tanaman tomat sudah menginjak sekitar 70 – biaya tersebut dijumlahkan untuk
80 hari untuk tanaman tomat yang ditanam di mendapatkan total biaya produksi. Namun
lahan dengan ketinggian < 500 mdpl, namun total biaya tersebut kemudian akan dirata-

60
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

ratakan dan dikonversi kedalam 1 hektar. tomat di Desa Cipulus per hektare dituangkan
Berikut rincian biaya produksi usahatani dalam Tabel 3 :

Tabel 3. Biaya Rata – Rata Usahatani Tomat per Hektare di Desa Cipulus
Penggunaan Jumlah
Uraian Satuan
Sarana Produksi (Rp)
Biaya Variabel
 Benih (Rp. 170.000/Bungkus) 13,98 Bungkus 2.378.116
 Ajir/Turus (Rp. 400/Batang) 23.402 Batang 9.361.496
 Mulsa (Rp. 515.000/Roll) 7,16 Roll 3.548.649
 Pupuk
- Kandang (Rp. 17.000/Karung) 174,63 Karung 2.969.113
- ZA (Rp. 1.600/Kg) 174,63 Kg 279.446
- Mutiara (Rp. 12.000/Kg) 35,97 Kg 454.115
- Phonska (Rp. 3.000/Kg) 170,76 Kg 512.327
- SP-36 (Rp. 2.500/Kg) 170,76 Kg 426.939
 Pestisida
- Dithane M-45 80 WP (Rp.25.000/Botol) 7,37 Botol 184.384
- Prevathon 50 SC (Rp. 87.000/Botol) 3,79 Botol 331.371
 Tenaga Kerja
- HOK (Rp. 50.000/Orang) 74 Orang 3.698.061
- HKW (Rp. 35.000/Orang) 118 Orang 4.115.651
Jumlah Biaya Variabel 28.259.709
Biaya Tetap
 Pajak Lahan 157.305
 Penyusutan Alat 833.205
Jumlah Biaya Tetap 990.510
Biaya Total 29.250.219
Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Dari Tabel 3, bahwa biaya rata – rata terdiri atas pupuk kandang, ZA, mutiara,
usahatani tomat per hektare di Desa Cipulus phonska dan SP-36. Biaya rata-rata pembelian
sebesar Rp. 29.250.219/ha. Dengan rata-rata pupuk untuk usahatani tomat di Desa Cipulus
jumlah biaya variabel sebesar Rp. sebesar Rp. 4.641.940/ha dan diperoleh dari
28.259.709/ha dan rata-rata biaya tetap kios pertanian di Desa setempat.
sebesar Rp. 990.510/ha. Pestisida yang digunakan oleh para
Biaya rata-rata yang harus dikeluarkan petani responden di Desa Cipulus adalah
petani responden untuk pembelian benih Dithane M-45 80 WP dan Prevathon 50 SC.
tomat sebesar Rp. 2.378.116/ha. Petani Penggunaan pestisida pada usahatani tomat
responden membeli benih tomat tersebut dari adalah untuk mengendalikan hama dan
kios pertanian yang berada di Desa Cipulus penyakit yang paling merusak. Biaya variabel
dengan harga Rp. 170.000/bungkus. Benih yang harus dikeluarkan oleh petani responden
tomat yang digunakan yakni rata-rata 13,97 untuk membeli pestisida sebesar Rp.
bungkus berdasarkan perhitungan jumlah 515.755/ha.
biaya rata-rata benih yakni Rp. 2.378.116/ha Tenaga kerja yang digunakan oleh
dibagi dengan harga per bungkus benih yakni petani responden di Desa Cipulus adalah
Rp. 170.000. tenaga kerja pria dan wanita dewasa diluar
Pemupukan merupakan proses dalam keluarga yang dibagi sesuai dengan tugasnya
berusahatani dengan tujuan untuk menjaga, masing-masing dan bekerja selama 6 jam.
menyediakan dan mempertahankan tingkat Tenaga kerja pria diantaranya bertugas pada
kesuburan tanah agar tanaman tetap sehat persemaian, mengolah lahan, penanaman,
dengan berproduksi dengan maksimal. Jenis pemeliharaan dan panen dengan upah tenaga
pupuk yang dipakai oleh petani responden kerja sebesar Rp. 50.000 sedangkan tenaga

61
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

kerja wanita berperan dalam proses dapat dikatakan bahwa usahatani tomat di
persemaian, penanaman, pemeliharaan dan Desa Cipulus pada MT II 2017
panen dengan upah tenaga kerja sebesar Rp. menguntungkan dan usahatani tersebut layak
35.000. Biaya rata-rata tenaga kerja yang untuk diusahakan.
dikeluarkan oleh petani responden sebesar Rp.
7.813.712/ha. Perencanaan Produksi Yang Dapat Secara
Seluruh petani responden di Desa Optimal Memberikan Keuntungan Kepada
Cipulus menggunakan lahan milik sendiri Petani Tomat di Desa Cipulus
dalam melakukan usahatani tomat sehingga Pada kegiatan usahatani, agar
beban biaya yang harus dikeluarkan hanya mendapatkan keuntungan yang optimal selain
biaya pajak lahan. Pajak lahan dan penyusutan dari tingginya hasil produksi harus ditunjang
alat termasuk kedalam biaya tetap, dan rata- dengan harga yang nantinya akan petani
rata biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh terima. Harga tomat dipasaran selalu
petani responden ialah sebesar Rp. 990.510/ha. berfluktuasi sebagaimana hukum permintaan
Penerimaan adalah nilai dari hasil atas pasokan tomat dan permintaan konsumen.
produksi usahatani tomat per hektare dikali Permintaan konsumen terhadap tomat cukup
dengan harga yang diterima dan diukur dalam tinggi setiap harinya, mengingat tomat
satuan rupiah. Penerimaan rata-rata usahatani merupakan komoditas sayur buah yang
tomat per hektare adalah sebesar Rp. digunakan hampir setiap hari. Desa Cipulus
70.211.218,- (28.084 kg x Rp. 2.500,-). Namun berdasarkan informasi dari bandar besar
angka tersebut tidaklah menentu disebabkan memasok tomat ± 1 ton setiap harinya ke
oleh beberapa faktor diantaranya faktor cuaca setiap pasar yang menjadi tujuan pemasaran
yang menyebabkan hasil produksi tidak tetap tomat Desa Cipulus yakni tiga pasar induk
serta faktor hama dan penyakit yang diantaranya pasar Jagasatru Cirebon, Patrol
menyerang tanaman tomat sehingga produksi Indramayu dan Patroman Banjar. Kapasitas
menurun. Apabila produksi menurun, erat setiap pasar induk untuk komoditas tomat
kaitannya dengan penerimaan yang didapat tidak mempunyai batas ataupun ketentuan
oleh petani tidaklah maksimal serta harga tergantung dari tinggi rendahnya permintaan
tomat dipasaran yang seringkali berfluktuasi konsumen ataupun pedagang dari pasar lokal
menyebabkan petani tidak selalu untung. yang mengambil pasokan tomat ke pasar
Sedangkan pendapatan petani adalah induk tersebut. Maka dari itu untuk dapat
besarnya nilai selisih antara penerimaan memperkirakan tinggi rendahnya suatu
dengan biaya total yang diukur dengan satuan permintaan terhadap komoditas tomat dapat
rupiah. Dari hasil analisis yag telah dilakukan dilihat melalui perkembangan harga tomat
dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan pada setiap periode dengan hitungan bulan.
usahatani tomat petani responden di Desa Untuk dapat mengetahui informasi mengenai
Cipulus sebesar Rp. 40.960.999/ha. Pendapatan perkembangan harga tomat tersebut dalam
yang diperoleh ini tentunya akan berbeda pada kurun waktu 1 tahun mendatang maka perlu
setiap petani responden disebabkan oleh luas dilakukan peramalan, yang terlebih dahulu
lahan, penggunaan sarana produksi dan harga akan dibuat plot data harga.
yang diterima pada saat penjualan.
Tingkat keuntungan usahatani adalah 1. Plot Data Harga Tomat
besarnya nilai pendapatan yang dibandingkan Plot data harga tomat dimaksudkan untuk
dengan nilai total biaya dan diukur dengan melihat perkembangan serta fluktuasi harga
suatu besaran yaitu B/C Ratio. Nilai B/C tomat di pasar. Dengan plot harga akan lebih
Ratio usahatani tomat di Desa Cipulus mudah dilakukan suatu peramalan dengan
diperoleh dengan cara membagi jumlah memilih metode yang cocok sebagaimana
pendapatan rata-rata yaitu Rp. 40.960.999/ha pola yang terbentuk dari perkembangan harga
dengan rata-rata total biaya produksi Rp. tomat tesebut, apakah berpola siklikal,
29.250.219/ha maka diperoleh hasil B/C Ratio musiman, trend atau random.
usahatani tomat sebesar 1,40. Informasi perkembangan harga rata-rata
Menurut kaidah keputusan, jika nilai komoditas tomat di tiga pasar induk yang
B/C Ratio yang diperoleh lebih dari 0 maka menjadi tujuan pemasaran tomat Desa Cipulus

62
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

Kecamatan Cikijing yakni pasar Jagasatru di bulan Oktober ke November yakni dari
Cirebon, Patrol Indramayu dan Patroman harga Rp. 2.925 ke harga Rp. 2.750.
Banjar. Berdasarkan survei, diperoleh Kemudian dari November ke Desember juga
informasi mengenaia harga komoditas tomat mengalami penurunan hingga menyentuh
di pasar Jagasatru Cirebon mengalami harga Rp. 1.800. Setelah itu harga tomat
peningkatan dari bulan Agustus 2016 sampai cukup mengalami peningkatan yang
dengan bulan November 2016 hingga signifikan sampai puncak harga tertingginya
mencapai harga tertingginya yakni Rp. 6.250. di bulan Mei yang menyentuh harga Rp.
Kemudian mengalami penurunan harga yang 6.200. Lalu kembali turun dari bulan Mei ke
sangat drastis dari bulan November ke bulan Juni di kisaran harga Rp. 4.950. Namun harga
Desember hingga menyentuh harga Rp. 1.450. terendah terjadi pada bulan Juli 2016 yang
Namun harga terendah terjadi pada bulan Juli mencapai harga Rp. 1.500.
hingga menyentuh harga Rp. 1.350. Informasi harga rata-rata komoditas
Begitu pula dengan harga komoditas tomat di tiga pasar induk memiliki plot data
tomat di pasar Patrol Indramayu mengalami yang berbeda dan terjadi peningkatan maupun
peningkatan yang sangat tajam dari bulan penurunan harga di periode yang berbeda.
Oktober ke bulan November hingga Namun untuk plot data harga di pasar
menyentuh harga tertinggi yakni Rp. 7.500. Jagasatru Cirebon dan pasar Patrol Indramayu
Namun kemudian di bulan Desember sedikit ada kemiripan dari plot harga yang
mengalami penurunan yang sangat drastis tertuang dalam grafik, berbeda dengan plot
hingga menyentuh harga terendah yakni Rp. data harga rata-rata tomat di pasar Patroman
1.250. Selanjutnya terus mengalami Banjar yang dinilai lebih stabil. Berikut ini
peningkatan sampai bulan Maret di kisaran grafik gabungan dari keriga pasar akan
harga Rp. 5.500. dituangkan dalam Gambar 6.
Sedangkan harga komoditas tomat di
pasar Patroman Banjar mengalami penurunan

Gambar 2. Perkembangan Harga Rata – Rata Tomat di Tiga Pasar Induk

Berdasarkan Gambar 2. dapat dilihat besar seperti hari raya tidak berpengaruh
bahwa harga rata-rata komoditas tomat tertinggi terhadap harga komoditas tomat di pasar.
di pasar Jagasatru Cirebon dan Patrol Indramayu Ketersediaan pasokan komoditas tomat
terjadi pada bulan November, sedangkan di merupakan faktor penentu dari ketentuan harga
pasar Patroman Banjar harga rata-rata sebagaimana hukum permintaan pasar.
komoditas tomat tertinggi terjadi di bulan Mei. Kemudian harga terendah dari tiga pasar induk
Mengingat bulan – bulan tersebut tidak terdapat pun berbeda, untuk pasar Jagasatru Cirebon dan
perayaan hari besar, maka faktor dari hari – hari Patroman Banjar harga terendah terjadi di bulan

63
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

Juli, sedangkan di pasar Patrol Indramayu bahwa metode yang nilai MAE nya paling besar
terjadi di bulan Desember. Perbedaan periode ialah Metode Moving Average dengan nilai
harga terendah ini disebabkan karena pasokan 1.872, kemudian disusul dengan Metode
komoditas tomat di tiga pasar induk bukan Proyeksi Trend dengan nilai 383. Lalu yang
hanya dari Desa Cipulus saja melainkan dari nilai MAE nya terkecil ialah Metode Naive dan
daerah lain yang waktu panen nya berbeda. Eksponential Smoothing dengan memperoleh
Berdasarkan pengujian pola data dengan nilai 0. Metode Naive berasumsi bahwa periode
menggunakan aplikasi SPSS 16.0 dapat saat ini merupakan predicator terbaik dari masa
disimpulkan bahwa plot data untuk harga rata – mendatang, sehingga hasil peramalan akan sama
rata tomat di pasar Jagasatru Cirebon dan Patrol persis dengan data aktual yang ada karena tidak
Indramayu tidak terdapat autokorelasi karena dilakukannya perhitungan. Sedangkan untuk
bar-bar yang dihasilkan tidak melebihi garis metode Eksponential Smoothing dilakukan suatu
upper dan lower. Artinya, jika tidak terdapat ramalan yang menghitung nilai selisih dari
autokorelasi maka data tersebut tidak terbukti periode sebelumnya dengan periode hitung,
ada siklikal, musiman ataupun trend dan justru kemudian dikalikan dengan nilai smoothing
bersifat random. Sedangkan hasil pengujian constant (0 ≤ α ≤ 1) diambil nilai α sebesar 0,5
untuk data harga rata – rata tomat di pasar dan ditambahkan dengan ramalan periode
Patroman Banjar terdapat autokorelasi karena hitung. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode
bar-bar yang dihasilkan melebihi garis upper peramalan yang tepat untuk data harga
dan lower. Artinya, jika terdapat autokorelasi komoditas tomat ialah metode Eksponential
diduga data tersebut mempunyai pengaruh Smoothing.
siklikal, musiman ataupun trend.
3. Hasil Peramalan
2. Penentuan Metode Peramalan Setelah dilakukan tahapan – tahapan
Penentuan metode peramalan yang tepat peramalan seperti plot data harga tomat,
dapat dilakukan dengan cara menghitung tingkat identifikasi pola data sampai pada penentuan
kesalahan taksir (forecast error) dari tiap metode metode peramalan, maka akan dihasilkan suatu
peramalan yang telah digunakan. Alat untuk ramalan yang akan menggambarkan estimasi
mengukur tingkat kesalahan taksir dalam harga rata-rata komoditas tomat pada periode
peramalan ini menggunakan Mean Absolut dalam kurun waktu 1 tahun mendatang. Dari
Error (MAE). Metode yang nantinya akan hasil perhitungan metode peramalan terpilih
dipilih menjadi metode yang tepat untuk yakni Eksponential Smoothing diperoleh hasil
melakukan suatu peramalan adalah metode yang ramalan harga tomat di tiga pasar induk
memiliki nilai MAE terkecil. (Jagasatru, Patrol dan Patroman) sebagai berikut
Dari hasil perhitungan menggunakan :
Metode Peramalan Time Series diperoleh hasil

Gambar 3. Hasil Peramalan Harga Rata – Rata Tomat di Tiga Pasar Induk
Menggunakan Metode Eksponential Smoothing

64
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

Berdasarkan Gambar 3 diperoleh suatu bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2019.
gambaran bahwa harga rata – rata komoditas Berikut tabel yang menuangkan hasil
tomat di tiga pasar induk akan mengalami peramalan harga tomat secara terperinci
harga terendah dan tertinggi di periode yang dengan menggunakan Metode Eksponential
berbeda, namun harga relatif akan stabil di Smoothing :

Tabel 3. Hasil Peramalan Harga Rata – Rata Komoditas Tomat di Tiga Pasar Induk
Menggunakan Metode Eksponential Smoothing
Pasar Induk
Periode Jagasatru Cirebon Patrol Indramayu Patroman Banjar
(Rp)/Kg (Rp)/Kg (Rp)/Kg
Juli 2.300 3.175 3.225
Agustus 1.375 2.000 1.575
September 1.825 2.125 1.900
2018
Oktober 2.838 3.325 2.538
November 4.838 5.825 2.838
Desember 3.850 4.375 2.275
Januari 2.675 1.975 2.100
Februari 3.325 3.275 2.850
Maret 3.025 4.700 3.975
2019
April 3.200 4.625 4.925
Mei 3.275 4.525 5.700
Juni 3.350 4.725 5.575
Sumber: Data Primer Diolah, 2018.

Dari Tabel 3. dapat ditarik suatu sebesar Rp. 29.250.219 dengan tingkat
kesimpulan bahwa harga rata – rata komoditas keuntungan B/C Ratio sebesar 1,40.
tomat tertinggi terjadi pada periode Mei – Juni Perencanaan produksi yang dapat secara
2019, dimana pada bulan Mei dan Juni 2019 optimal memberikan keuntungan kepada petani
harga rata – rata komoditas tomat di tiga pasar tomat Gapoktan Bina Mukti Desa Cipulus ialah
induk berada pada Rp. 3.275 dan Rp. 3.350 dengan melakukan waktu tanam di bulan
untuk pasar Jagastru Cirebon, Rp. 4.525 dan Februari – Maret karena akan menghasilkan
Rp. 4.725 untuk pasar Patrol Indramayu dan waktu panen di bulan Mei – Juni ketika harga
terakhir Rp. 5.700 dan Rp. 5.575 untuk pasar relatif sedang tinggi. Hindari pemanenan secara
Patroman Banjar. Maka dari itu petani tomat di serentak di bulan Agustus – September karena
Desa Cipulus alangkah lebih baik melakukan posisi harga sedang rendah dan tidak akan
penanaman di bulan Februari – Maret sehingga menguntungkan petani tomat.
waktu panen akan jatuh di bulan Mei – Juni
ketika harga rata – rata komoditas tomat di tiga DAFTAR PUSTAKA
pasar induk sedang tinggi. Hindari pemanenan BADAN PUSAT STATISTIK DAN
secara serentak di bulan Agustus – September DIREKTORAT JENDERAL
karena posisi harga sedang rendah dan tidak HORTIKULTURA. 2016. Produksi
akan menguntungkan petani tomat. Tomat Nasional per Provinsi 2011-
2015. Diperoleh dari :
KESIMPULAN http//:www.bps.go.id./pdf. [Diakses
Operasional produksi komoditas tomat 07/03/17].
yang dilakukan oleh petani Gapoktan Bina HANDOKO. 2000. Dasar – Dasar
Mukti Desa Cipulus ialah sistem pola tanam Manajemen Produksi dan Operasi.
polykultur dengan waktu tanam MT I bulan Yogyakarta: BPFE
Oktober – November, MT II bulan Maret – HANINDITA, NISA. 2008. Analisis Ekspor
April dan MT III bulan Juli – Agustus. Biaya Tomat Segar Indonesia. [Tesis].
produksi usahatani tomat rata-rata per hektare Program Pascasarjana Manajemen

65
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan Volume 6 Nomor 1 Juli 2018

Bisnis IPB: Bogor. Diperoleh dari :


http//:www.repository.ipb.ac.id.
[Diakses 01/03/2017].
R, LERBIN DAN R, ARITONANG. 2002.
Peramalan Bisnis (Edisi Kedua). Bogor
: Ghalia Indonesia.
SUGIYONO. 2003. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung : Alfabeta.
TAMPUBOLON. 2004. Manajemen
Operasional. Jakarta : Ghalia
Indonesia.

66

You might also like