You are on page 1of 8

Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 69

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN


STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WARUNGGUNUNG TAHUN 2018
Daini Zulmi
Akbid La Tansa Mashiro
Korespondensi: dainizulmi@gmail.com

ABSTRACT
Malnutrition in infancy is a very serious problem because if toddlers have poor or even poor
nutritional status, there will be various delays and irreversible damage. Based on PSG of the
primary health care Warunggunung in 2016-2017 is higher than several categories: poor
nutrition (2.93%) to (2.38%), malnutrition (10.09) to (11.09%). The purpose of this study was
to determine the relationship between the history of exclusive breastfeeding and the nutritional
status of child under fifth age 12-59 months in at the primary health care Warunggunung 2018.
The type of research used is analytic, with a case control design. The population in this study
were 379 toddlers, sample were 60 toddlers with a rasio of 1:2. The results of the univariate
analysis that under-five children who experienced malnutrition and poor nutrition were used
as a sample of 20 (33.33%) toddlers and those who experienced good nutrition were used as a
control group of 40 (66.67%) toddlers, almost half (38.33%) toddlers are not given exclusive
breastfeeding. The results of the bivariate analysis showed a significant relationship between
the history of exclusive breastfeeding and the nutritional status of under-five children (p- value
= 0.00) OR = 8.04. Paramedices are expected to further improve services in providing
counseling, information and education about exclusive breastfeeding, convincing every mother
to be able to breastfeed exclusively from the time of pregnancy to breastfeeding to give
exclusive breastfeeding and continue for 2 years which is the initial stage of toddlers having
good nutritional status.
Keywords: exclusive breastfeeding, nutritional status

ABSTRAK
Gizi pada masa balita merupakan hal yang perlu diperhatikan lebih serius karena jika balita
memiliki status gizi yang kurang atau bahkan buruk maka akan terjadi berbagai keterlambatan
dan kerusakan yang tidak dapat dipulihkan (irreversibel). Berdasarkan Pemantauan Status Gizi
Puskesmas Warunggunung tahun 2016-2017 mengalami peningkatan dibeberapa kategori: gizi
buruk (2,93%) menjadi (2,38%), gizi kurang (10,09) menjadi (11,09%). Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan gizi balita 12-59 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Warunggunung tahun 2018. Jenis penelitian yang digunakan adalah
analitik, dengan pendekatan case control. Populasi pada penelitian ini adalah 379 balita jumlah
sample 60 balita dengan rasio 1:2. Hasil analisis univariat bahwa balita yang mengalami gizi
kurang dan buruk dijadikan sebagai sampel kasus sebanyak 20 (33,33%) balita dan yang
mengalami gizi baik dijadikan kelompok kontrol sebanyak 40 (66,67%) balita, hampir
setengahnya (38,33%) balita tidak diberikan ASI eksklusif. Hasil analisis bivariat terdapat
hubungan yang bermana antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan status gizi balita (p-
value= 0,00) OR = 8,04. Tenaga kesehatan diharapkan agar lebih meningkatkan pelayanan
dalam memberikan KIE (konseling, informasi dan edukasi) tentang ASI eksklusif, meyakinkan
setiap ibu untuk bisa menyusui secara eksklusif sejak masa kehamilan hingga menyusui untuk
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 70

memberikan ASI eksklusif dan diteruskan sampai 2 tahun yang menjadi tahap awal balita
memiliki status gizi yang baik.
Kata Kunci: ASI Ekslusif, Status Gizi Balita

PENDAHULUAN
Status gizi pada masa balita perlu kematian terkait gizi buruk dikaitkan dengan
mendapatkan perhatian yang serius dari para status gizi kurang dikarena populasi status
orang tua, pada usia 2-5 tahun (Golden Age) gizi kurang lebih banyak dibandingkan
zat gizi hanya digunakan untuk dengan status gizi buruk. Penelitian ini juga
pertumbuhan dan perkembangan yang menegaskan walaupun malnutrisi bukan
sangat cepat, akan tetapi jika kekurangan penyebab langsung kematian tapi memiliki
gizi dapat menyebabkan kerusakan yang efek multiplikasi pada kematian.
irreversibel (tidak dapat dipulihkan). Secara klasik kata gizi hanya
Kekurangan gizi yang lebih fatal akan dihubungan dengan kesehatan tubuh, yaitu
berdampak pada perkembangan otak. Fase untuk menyediakan energi, membangun,
perkembangan otak pesat pada usia 30 dan memelihara jaringan tubuh, serta
minggu–18 bulan. Status gizi balita dapat mengatur proses-proses kehidupan dalam
diketahui dengan cara mencocokkan umur tubuh. Tetapi sekarang kata gizi mempunyai
anak dengan berat badan standar dengan pengertian lebih luas; disamping untuk
menggunakan pedoman WHO (World kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi
Health Organization)–NCHS (National ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan
Center for Health Statistics). (Maryam, dengan perkembangan otak, kemampuan
2016). belajar, dan produktivitas kerja. Oleh karena
Menurut Blössner dan Mercedes de itu, di Indonesia yang sekarang sedang
Onis (2005) dalam Andriani, dkk (2015) membangun, faktor gizi di samping faktor-
hasil dari delapan penelitian tentang faktor lainnya dianggap penting untuk
epidemiologi malnutrisi menunjukkan memacu pembangunan, khususnya yang
bahwa malnutrisi merupakan masalah yang berkaitan dengan sumber daya manusia
sangat serius karena berkaitan dengan berkualitas (Almatsier, 2011).
peningkatan risiko morbiditas dan Masa balita merupakan periode
mortalitas. Faktanya, sebagian besar terpenting dalam pertumbuhan dan
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 71

perkembangan anak. Karena pada saat ini internasional seperti Konvensi Hak Anak
pertumbuhan dasar akan mempengaruhi (Komisi Hak Azasi Anak PBB, 1989, Pasal
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa 24) adalah memberikan makanan yang
balita kemampuan yang bisa dikembangkan terbaik bagi anak usia di bawah 2 tahun.
diantaranya berbahasa, kreativitas, Untuk mencapai target tersebut, Strategi
kesadaran sosial, emosional dan intelegensia Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan
yang berjalan cepat dan merupakan landasan MP-ASI merekomendasikan pemberian
perkembangan berikutnya. Perkembangan makanan yang baik dan tepat bagi bayi dan
moral dan dasar-dasar kepribadian juga anak 0-24 bulan, yaitu mulai menyusu
dibentuk pada masa balita. Sehingga setiap dalam 1 jam setelah melahirkan, menyusu
kelainan sekecil apapun apabila tidak secara eksklusif sampai usia 6 bulan,
terdeteksi apalagi tidak tertangani dengan memberikan Makanan Pendamping ASI
baik akan mengurangi kualitas sumber daya (MP-ASI) mulai usia 6 bulan, dan
manusia kelak (Adriani, 2014). meneruskan menyusu sampai usia 2 tahun
Menurut Depkes RI (2010), atau lebih. (Irianto, K. 2014).
munculnya masalah gizi pada anak balita Menurut Roesli (2005) dalam Atiqa
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling (2016) pemberian ASI Eksklusif memberi
berkaitan. Secara langsung dipengaruhi oleh dampak baik bagi tubuh bayi yaitu sebagai
beberapa hal, yaitu anak tidak cukup makanan tunggal untuk memenuhi semua
mendapat makanan bergizi seimbang pada kebutuhannya, meningkatkan daya tahan
usia balita, anak tidak mendapatkan asuhan tubuh bayi, sebagai anti alergi,
gizi yang memadai dan anak menderita meningkatkan kecerdasan dan meningkatkan
penyakit infeksi. Kemiskinan juga jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi. Hal
merupakan salah satu penyebab munculnya ini sejalan dengan riset yang dilakukan
kasus gizi buruk terkait ketersediaan dan WHO pada tahun 2005 menyebutkan bahwa
konsumsi pangan keluarga (Handayani, 42 persen penyebab kematian balita di dunia
2017). Munculnya masalah gizi pada balita terbesar adalah malnutrisi (58%), sedangkan
dimulai dari lingkup keluarga yang kurang riset WHO pada tahun 2000 menyebutkan
memadai. bahwa kurang dari 15% bayi di seluruh
Hak dasar anak salah satunya adalah dunia diberikan ASI Eksklusif selama 4
pemenuhan gizi. Upaya untuk meningkatkan bulan dan seringkali memberikan makanan
kesehatan anak menurut kesepakatan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 72

aman. Pada pertemuan tingkat tinggi di studi pendahuluan di Puskesmas


markas PBB pada September 2015, Warunggunung yang berada di Kabupaten
Pemerintah di setiap negara anggota PBB– Lebak berdasarkan data Pemantaun Status
baik negara kaya, menengah, maupun Gizi (PSG) tahun 2015 dengan populasi
miskin, baik negara maju maupun 1772 balita 12-59 bulan, frekuensi gizi
berkembang – memiliki tanggung jawab buruk (1,02%), gizi kurang (6,66%), gizi
mengimplementasikan SDGs untuk baik (90,12%). Data tahun 2016 dengan
mencapai SDGs yang berlaku selama 15 populasi 2.085 balita 12-59 bulan, frekuensi
tahun ke depan mulai 2016 hingga 2030. gizi buruk yaitu (2,93%), gizi kurang
Salah satu tujuan dari 17 tujuan SDGs (10,09%), gizi baik (83,56). Sedangkan pada
adalah Kesehatan (Health)– Menjamin tahun 2017 dengan populasi 2.353 balita 12-
hidup yang sehat dan meningkatkan 59 bulan mengalami kenaikan dibeberapa
kesehatan / kesejahteraan bagi semua pada kategori diantaranya, frekuensi balita
semua usia (ICPH, 2018). dengan gizi buruk yaitu (2,38%), gizi kurang
Persentase cakupan balita 0-59 bulan (11,09%), gizi baik (85,17%). Pada salah
menurut status gizi dengan indeks BB/U satu desa wilayah kerja Puskesmas
tahun 2016-2017 Indonesia mengalami Warunggunung tahun 2018 dengan populasi
kenaikan di dua kategori yaitu gizi buruk 379 balita 12-59 bulan menjadi desa
dari 3,40% menjadi 3,80% dan gizi lebih tertinggi yang mencatat angka status gizi
dari 1,47% menjadi 1,80%. Sedangkan buruk yaitu (4,49%). Sedangkan untuk gizi
untuk kategori gizi kurang mengalami kurang yaitu (7,39%), gizi baik (87,33%).
penurunan dari 14,43% menjadi 14% dan Berdasarkan latarbelakang diatas peneliti
gizi baik dari 80,70% menjadi 80,40%. tertarik untuk melakukan penelitian adakah
(BKKBN, 2017). hubungan antara ASI Ekslusif terhadap Gizi
Provinsi Banten tahun 2016-2017 Balita di wilayah kerja Puskesmas
mencatat angka cakupan gizi balita 0-59 Warunggunung Kabupaten Lebak tahun
bulan dengan indeks BB/U mengalami 2018.
kenaikan di gizi kurang dari 13,89%
menjadi 15,70% dan gizi lebih dari1,83% METODE
menjadi 2,20%. Sedangkan untuk kategori Jenis penelitian analitik (kuantitatif) dengan
gizi buruk mengalami penurunan dari 4,24% rancangan case control. Adapun
menjadi 4% dan gizi baik dari 80,05% Independent variabel yaitu Pemberian ASI
menjadi 78,10% .(BKKBN, 2017). Hasil Eksklusif dan Dependent variabel yaitu
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 73

Gizi Balita 12-59 Bulan. Populasi dalam dan buruk dijadikan sebagai sampel kasus
penelitian ini adalah semua balita di salah sebanyak 20 (33,33%) balita dan yang
satu desa yang banyak mengalami masalah mengalami gizi baik dijadikan sampel
gizi di wilayah kerja Puskesmas kontrol sebanyak 40 (66,67%) balita
Warunggunung tahun 2018 sebanyak 379 dengan menggunakan rasio 1:2.
balita. teknik pengambilan sampel dengan Tabel 2
Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan
Unmatched Case Control, maka untuk
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah
menentukan besar sampel dalam penelitian Kerja Puskesmas Warunggunung Tahun
2018
ini menggunakan epiinfo.exe.versi 7.
Sampel yang digunakan peneliti 1 : 2. Maka ASI Eksklusif Frekuensi Persentase

sampel minimal dalam kelompok kasus Tidak 23 38,33


adalah 10 balita yang status gizi kurang dan Ya 37 61,67
Total 60 100
sampel minimal kelompok kontrol adalah
20 balita yang status gizi baik. Jadi jumlah
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
sampel minimal adalah 30 balita. Pada
bahwa hampir setengahnya 38,33% balita
penelitian ini peneliti menggunakan sampel
tidak diberikan ASI eksklusif.
kasus 20 balita dan sampel kontrol 40
2. Analisi Bivariat
balita. Jadi jumlah semua sampel yang Tabel 3
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
diambil adalah 60 balita.
Dengan Status Gizi Balita Wilayah Kerja
Puskesmas Warunggunung Tahun 2018
HASIL Status Gizi
ASI Kurang Total P- OR
1. Analisis Univariat Eksklusif
+buruk
Baik Valu
e

F % F % F %
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Balita Berdasarkan Tidak 14 70 9 22,5 23 38,33

Status Gizi Di Wilayah Puskesmas Ya 30 31 37


6 87,5 61,67 0,00 8.04
Warunggunung Tahun 2018.
F(%) 20 100 40 100 60 100
Status Gizi Frekuensi Persentase

Kurang+ 20 33,33 Berdasarkan tabel diatas menunjukan


Buruk
Baik 40 66,67 bahwa kelompok balita yang tidak
Total 60 100 diberikan ASI eksklusif lebih banyak
yang mengalami gizi kurang dan buruk
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
sebesar 70% dibandingkan dengan balita
bahwa balita yang mengalami gizi kurang
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 74

dengan gizi baik sebesar 22,5%. Hasil uji ASI mengandung gizi yang cukup
statistik diperoleh nilai p=0,00 (p < 0,05), lengkap, ASI juga mengandung antibodi
artinya terdapat hubungan yang bermakna atau zat kekebalan yang akan melindungi
antara riwayat pemberian ASI Eksklusif balita terhadap infeksi. Hal ini yang
dengan status gizi pada balita 12-59 bulan menyebabkan balita yang diberi ASI,
di desa Jagabaya wilayah kerja tidak rentan terhadap penyakit dan dapat
Puskesmas Warunggunung tahun 2018. berperan langsung terhadap status gizi
Bila dilihat dari nilai Odds Ratio (OR) balita. Selain itu, ASI disesuaikan dengan
sebesar 8.04, maka balita yang tidak sistem pencernaan karena mengandung
diberikan ASI eksklusif berisiko 8 kali enzim pencernaan sehingga zat gizi cepat
lebih besar mengalami status gizi kurang terserap.
dan buruk. Sejalan dengan penelitian
Kartiningrum, hasil penelitian yang
PEMBAHASAN dilakukan Normayanti dan Susanti (2013)
Berdasarkan hasil uji statistik peneliti dengan p-value 0,003 dan nilai OR 6,667,
diperoleh nilai p=0,00 (p < 0,05), artinya menunjukkan bahwa terdapat hubungan
terdapat hubungan yang bermakna antara yang berarti antara riwayat pemberian ASI
pemberian ASI Eksklusif dengan status Eksklusif dengan status gizi balita karena
gizi pada balita di wilayah kerja sebelum usia 6 (enam) bulan, sistem
Puskesmas Warunggunung tahun 2018. pencernaan bayi belum dapat mencerna
Bila dilihat dari nilai Odds Ratio (OR) makanan atau minuman selain ASI
sebesar 8.04, maka balita yang tidak sehingga jika dipaksakan maka berpotensi
diberikan ASI eksklusif berisiko 8 kali menderita infeksi terutama pada sistem
lebih besar mengalami status gizi kurang pencernaan. Balita yang mengalami
dan buruk. infeksi sangat mudah mengalami
Sesuai dengan hasil penelitian penurunan status gizi.
Kartiningrum (2015), menyimpulkan Jika dilihat dari dua penelitian di
bahwa riwayat ASI Ekslusif merupakan atas maka dapat disimpulkan bahwa balita
faktor risiko terjadinya gizi kurang pada yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki
balita karena terdapat pengaruh yang zat kekebalan yang lebih baik terutama
signifikan, dimana balita yang tidak pada sistem pencernaan, dimana pada
mendapatkan ASI eksklusif memiliki masa bayi ASI merupakan makanan yang
risiko mengalami kejadian kurang baik. paling mudah dicerna dan mengandung
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 75

zat gizi yang sempurna. Hal ini sesuai terhadap status gizi balita. Berdasarkan
dengan teori Acandra dalam penelitian analisis peneliti bahwa pemberian ASI
Atika (2014) bahwa ASI merupakan eksklusif sangat berpengaruh dengan
makanan yang paling cocok pada bayi saat status gizi balita dan sesuai dengan yang
usia 0-6 bulan karena mempunyai nilai terjadi di lapangan. Tubuh balita yang
gizi yang paling tinggi dibandingkan pernah diberikan ASI secara eksklusif saat
makanan yang dibuat oleh manusia berumur 0-6 bulan memiliki pertahanan
ataupun susu yang berasal dari hewan, yang lebih baik dibandingkan balita yang
seperti susu sapi, susu kerbau atau susu tidak diberikan ASI eksklusif terhadap
kambing. Sedangkan menurut Prasetyono berbagai macam infeksi yang turut andil
dalam penelitian Atika (2014) ASI dalam mempengaruhi status gizi balita.
mengandung zat gizi berkualitas tinggi Seperti teori yang telah dipaparkan di atas
berguna untuk pertumbuhan dan bahwa ASI merupakan makanan yang
perkembangan dan mengandung sempurna untuk bayi 0-6 bulan dimana
komposisi sesuai kebutuhan yang sistem tubuh yang masih dalam fase
diperlukan. Maka bayi yang diberi ASI penyesuaian dan bekerja secara lambat
eksklusif cenderung memiliki status gizi sehingga ASI menjadi menu yang pasti
yang baik karena disebabkan gizi yang memenuhi semua kriteria tubuh saat itu
cukup yang diperoleh dari ASI. Dan untuk mempersiapkan kebutuhan yang
ditambah dengan makanan pendamping sejalan dengan bertambahnya usia.
ASI yang bergizi membuat pertumbuhan Meskipun di lapangan terdapat balita
dan perkembangan menjadi stabil hingga yang tidak diberikan ASI eksklusif dan
usia balita. memiliki gizi yang baik, hal tersebut
Sejalan dengan teori di atas, menurut dikarenakan balita mendapatkan makanan
Soekirman dalam penelitian Dewi tambahan setelah 6 bulan (MP-ASI) yang
Novitasari (2012) Selain ASI mengandung lebih baik dibandingkan balita lain namun
gizi yang cukup lengkap, ASI juga tetap saja keuntungan dari ASI eksklusif
mengandung antibodi atau zat kekebalan tidak dimiliki oleh balita tersebut seperti
yang akan melindungi balita terhadap zat kekebalan yang baik terhadap infeksi.
infeksi. Hal ini yang menyebabkan balita Begitu pun terdapat juga bayi yang
yang diberi ASI, tidak rentan terhadap diberikan ASI eksklusif namun memiliki
penyakit dan dapat berperan langsung status gizi yang kurang, hal tersebut
Medikes (Media Informasi Kesehatan),Volume 6, Nomor 1, Mei 2019 76

terjadi karena makanan pendamping yang DAFTAR RUJUKAN


A, Dewi Novitasari. 2012. Faktor-Faktor
diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan
Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada
balita. Saat usia >6 bulan ASI tidak dapat Balita Yang Dirawat di RSUP dr.
Kariadi Semarang. Laporan Akhir
memenuhi kebutuhan seperti sebelumnya
Hasil Penelitian Karya Tulis Ilmiah
karena proses pertumbuhan dan Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.
perkembangan yang pesat dan sistem
Andriani, dkk. 2015. Hubungan Pemberian
tubuh yang sudah mulai bekerja Asi Eksklusif Dengan Kejadian Status
Gizi Kurang Pada Balita Umur 1 – 5
semestinya, maka disarankan untuk
Tahun. Jurnal Wiyata, Vol. 2 No. 1 S1
diberikan makanan pendamping yang Kesehatan Masyarakat IIK Bhakti
Wiyata: Kediri
bernutrisi agar semua berjalan secara
Almatsier. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
optimal. Jadi dalam penelitian ini penelit Gramedia: Jakarta.
Atika. N. 2014. Perbedaan Pemberian ASI
berasumsi bahwa ASI eksklusif
Eksklusif dan Susu Formula terhadap
merupakan sebuah langkah awal untuk Status Gizi Bayi Usia 7-12 Bulan.
Karya Tulis Ilmiah Akademi
balita memiliki gizi yang baik, dimulai
Kebidanan Ngudi Waluy: Ungaran.
dari terbentuknya zat-zat kekebalan dalam Atiqa, UD. 2016. Perbedaan Pertumbuhan
dan Perkembangan Bayi Usia 6 Bulan
tubuh balita yang sudah terbentuk saat
yang Diberikan ASI Eksklusif dan Non
bayi dan sistem tubuh yang sudah terlatih Eksklusif. Makasar. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
sesuai dengan tahapannya membuat balita
BKKBN. 2017. Survey Demografi dan
memiliki status gizi yang baik dan Kesehatan Indonesia: Jakarta
http://sdki.bkkbn.go.id/?lang=id
membuat pertumbuhan dan
(Diakses pada tanggal 01 Oktober
perkembangannya optimal. 2018)
Handayani. 2017. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Status Gizi Pada
SIMPULAN Anak Balita. Journal Endurance 2(2)
Juni 2017 (217-224)
Berdasarkan paparan hasil penelitian maka
ICPH. 2018. Sustainable
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan Development Goals: Jakarta
http://theicph.com/id_ID/icph/sustainab
pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi
le-development-goals/ (Diakses pada
Balita. Hampir setengahnya (38,33%) balita tanggal 30 September 2018)
Irianto, K. 2014. Ilmu Kesehatan Anak.
tidak diberikan ASI eksklusif. Kelompok
Alfabet: Bandung.
balita yang tidak diberikan ASI eksklusif Kartiningrum. 2015. Faktor Risiko Kejadian
Gizi Kurang Pada Balita Di Desa
lebih banyak memiliki status gizi kurang dan
Gayaman Kecamatan Mojoanyar
buruk. Balita yang tidak diberikan ASI Mojokerto. Hospital Majapahit Vol 7
No. 2
eksklusif berisiko 8 kali lebih besar untuk
Maryam. S. 2012. Gizi dalam Kesehatan
mengalam status gizi kurang dan buruk. Reproduksi. Salemba Medika: 2016

You might also like