You are on page 1of 96

LESI SARAF PERIFER

Oleh
Sabirin Berampu, Ftr.,M.Fis
Prodi Fisioterapi INKes Medistra
SUSUNAN
SARAF
Susunan saraf pusat (SSP)
 Otak
 Medulla Spinalis

Susunan saraf tepi (SST)


 Saraf kranial
 Saraf spinal
12 pairs CENTRAL
of cranial NERVOUS 31 pairs of
Brain Spinal cord
nerves SYSTEM spinal nerves
(CNS)*
(input to CNS from periphery) (output from CNS to periphery)

PERIPHERAL
Afferent NERVOUS Efferent
divison SYSTEM (PNS) division

Somatic Autonomic
nervous nervous
Sensory Visceral system system
stimuli stimuli

Motor Sympathetic Parasympathetic


neurons nervous nervous
system system
* FUNCTIONAL
DIVISIONS OF THE Skeletal muscle Smooth muscle
NS Cardiac muscle
Glands
EFFECTOR ORGANS
Struktur
Saraf
Tepi
SUSUNAN SARAF PERIFER:

I. Saraf kranialis:
1. N. olfaktorius 7. N. fasialis
2. N. optikus 8. N. akustikus
3. N. okulomotorius 9. N. glosofaringeus
4. N. trokhlearis 10. N. vagus
5. N. trigeminus 11. N. asesorius
6. N. abdusens 12. N. hipoglosus .
II. SYARAF SPINALIS :
- N. Cervikalis …………….. 8
- N. Thorakalis …………… 12
- N. lumbalis ……………… 5
- N. Sakralis .……………. 5
- N. Cocygeus …………….. 1
------
31
KASUS-KASUS KELAINAN SARAF TEPI
1. Lesi pada saraf kranialis (Bell’s palsy, trigeminal neuralgia)
2. Lesi pada plexus (Erb, Klumpke’s)
3. Cedera pada saraf tepi/mononeuropati (radialis, medianus,
peroneus, dll)
4. Kasus-kasus entrapment (ischialgia, cervical syndrome,
carpal tunnel syndrome)
5. Kasus-kasus infeksi (poliomyelitis)
6. Penyakit Autoimune (GBS, Myasthenia Gravis)
7. Polineuropati (Rematism, diabetes) , dll
TEKNIK PEMERIKSAAN
Anamnesis: keluhan utama, penyebab, waktu, rps,
rpd yang terkait, riwayat keluarga, riwayat
pengobatan/terapi
Pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi
Pemeriksaan tanda vital: tek.darah, resp. rate,
nadi, suhu
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan fungsional
PROBLEM FISIOTERAPI PADA LESI SARAF
TEPI
Impairment
 Direct : ggn sensorik (nyeri dan atau kemunduran sensorik),
kelumpuhan flaccid, ggn reflek
 Indirect : atrofi/oedem, kontraktur, kaku sendi,
 Combine : deformitas/ggn postur/sikap, koordinasi,
keseimbangan, pola gerak termasuk pola jalan
Functional limitation
Participation restriction
Impairment
Direct :
 px sensorik (px derajat nyeri, rasa sentuhan ringan, rasa nyeri, rasa temperatur,
rasa sikap, diskriminasi 2 titik, getar, sensorik tangan: stereognosis, barognosis,
dll),
 px kekuatan otot (MMT, dinamometer, metode Holten), px tonus
 px reflek fisiologis mungkin reflek patologis

Indirect :
 atrofi/oedem dengan anthropometri
 Kontraktur dengan tes panjang otot
 kaku sendi px ROM dengan goniometer

Combine :
 Px postur, keseimbangan, koordinasi, pola gerak, analisa jalan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 EMG (electromyography)
 Kelistrikan saraf (NCT nerve conduction test, SDC
strength duration curve)
 Biofeedback
 Laboratorium
 Ct.Scan
 MRI
 dll
Functional limitation
 Px fungsi dasar, tes fungsi tangan termasuk dexterita
Participation restriction
 Px home assesment, quality of life dll
TEST KHUSUS
Bell’s palsy: ugo fisch
CTS: phalen, tinel, prayer
Ischialgia: SLR/lasseque, neri, bragard, patrick, contra patrick
Nerve Entrapment : nafziger, traksi, kompresi
SKALA UGO FISCH
5 posisi pemeriksaan: diam, mengerutkan dahi, menutup mata, tersenyum dan
bersiul.
4 skala penilaian
 0% :zero, asimetri komplit, tak ada gerak volunter
 30%:poor, kesembuhan ke arah asimetri
 70%:fair, kesembuhan parsial ke arah simetri
 100%:normal, simetris komplit
Utk kategori global evaluasi (physician
global evaluation) penilaiannya adalah
jumlah skor (prosenstase) utk lima aspek
penilaian dibagi dengan 5

Utk kategori detil evaluasi (physicoan


detailed evaluation) penilaiannya adalah
mengubah nilai prosentase menjadi nilai
point
 Diam = 20
 Mengerutkan dahi = 10
 Menutup mata = 30
 Tersenyum = 30
 Bersiul = 10

Misal menutup mata dinilai fair, maka


skornya adalah 70% x 30 = 21
Nilai akhir adalah jumlah skor dari 5
aspek penilaian
MMT OTOT WAJAH
0 Zero tidak ada kontraksi
1 Trace kontraksi minimal
3 Fair kontraksi, dilakukan susah payah
5 Normal kontraksi dan terkontrol
STRENGTH/DURATION CURVE (SDC)
IT CURVE (INTENSITY/TIME CURVE)
SDC adalah gambaran kurva gravis yang dibuat
dengan cara menghubungkan titik-titik yang
menunjukkan hubungan antara durasi/waktu pulsa
(ms) dengan intensitas/amplitudo arus (mA) pada
otot atau grup otot yang diberikan stimulasi listrik
dengan menggunakan arus searah terputus-putus
(IDC) jenis rektangular dan atau triangular, hingga
didapatkan kontraksi minimal yang dapat dilihat
atau dipalpasi (perceptible) pada otot atau grup
otot tersebut.
Tujuan pembuatan SDC adalah
 (1) sebagai penunjang diagnosis, yaitu dengan memperoleh
informasi tentang sensitivitas dari system neuromuskuler
terhadap stimulasi listrik. Selanjutnya akan diperoleh
gambaran seberapa berat tingkat denervasi dari jaringan
otot yang dimaksud
 (2) selanjutnya dari SDC tersebut dapat dilihat jenis pulsa,
durasi pulsa dan intensitas arus dari stimulasi elektris (dosis)
untuk kepentingan terapi, dan
 (3) sebagai alat evaluasi untuk membandingkan kondisi
neuromuskuler.
Alat: mesin yang menghasilkan arus IDC rektangular
atau triangular dengan durasi yang dapat diatur.
Jenis Pulsa Rektangular
 Rheobase
 Temps utile
 Chronaxy
Triangular
 Accommodation threshold
 Optimum phase time
Accommodation Quotient (AQ)
Nilai AQ ini seringkali dibuat untuk memperoleh
gambaran keadaan patologi pada jaringan saraf
untuk kepentingan klinis praktis.
Nilai AQ diperoleh dari accommodation threshold
dibagi dengan rheobase.
Nilai AQ normal adalah berkisar 2 hingga 6.
Nilai AQ di bawah 2 mengindikasikan adanya
degenerasi saraf
Nilai di atas 6 menunjukkan tanda adanya distonia
neurogenik.
SDC PADA OTOT DENGAN INNERVASI
NORMAL
TERIMAKASIH
CEDERA PLEKSUS BRAKHIALIS

Sabirin Berampu, SST. M.FIS

Prodi Fisioterapi INKes Medistra


PENDAHULUAN

Cedera pleksus brakhialis adalah cedera saraf yang paling berat


pada anggota gerak yang menyebabkan gangguan fungsi dari
lengan atas
Pleksus brakhialis :aferen motorik dan eferen sensorik yang mensuplai
ekstremitas superior.
Letaknya pada posisi anatomis yang rawan diantara leher dan bahu.
Cedera pada pleksus ini yang sering terjadi akibat tarikan
menyebabkan berbagai tingkatan defisit motorik dan sensorik yang
melibatkan lengan atas
Cedera pleksus brakhialis obstetri merupakan akibat dari cedera
karena tarikan karena sulit saat akan melahirkan anak.

Cedera pleksus brakhialis pada dewasa dapat terjadi akibat


kecelakan kenderaan bermotor

Disabilitas yang permanen dapat dicegah dengan cara intervensi dini


dan rehabilitasi.2
ANATOMY
ANATOMI PLEKSUS
BRAKHIALIS
C5-6: Erb’s paralysis C8-T1: Klumpke paralysis

Radial Nerve (C5-7 (T1))


1. Axillary nerve
2. Lateral antebrachial cutaneous nerve
(branch of musculocutaneous nerve)
3. Superficial branch of radial nerve

Median Nerve (C5-T1): Ulnar Nerve (C8-T1)


Carpal Tunnel Syndrome
EPIDEMIOLOGI

Sekitar 44-70% cedera pleksus brakhialis disebabkan cedera


traumatis antara lain kecelakaan kenderaan bermotor, aktifitas
olahraga dan pada tempat kerja
Insiden dari cedera pleksus brakhialis pada anak akibat cedera saat
lahir antara 0,13 dan 3,6 kasus per seribu kelahiran.
KLASIFIKASI
MEKANISME CEDERA
 Secara umum cedera pleksus brakhialis yang terjadi pada orang
dewasa disebabkan oleh cedera tertutup, yang biasanya
disebabkan oleh traksi maupun kompresi, dimana traksi terjadi
pada 95% dari keseluruhan cedera

Lima segmen yang mungkin mengalami cedera pada pleksus


brakhialis:
 Radiks
 Cabang anterior nervus spinalis
 Trunkus
 Fasikulus (cord)
 Saraf perifer
MEKANISME CEDERA
 Avulsi radiks terjadi pada 75% dari seluruh lesi supraklavikular,
dengan avulsi yang terjadi pada beberapa radiks (multipel) sudah
sering dalam 25 tahun terakhir.
 Avulsi radiks dikenal 2 mekanisme cedera yaitu cedera avulsi sentral
dan perifer.
 Cedera avulsi perifer terjadi ketika gaya traksi pada lengan
melebihi kapasitas perlekatan fibrosa saraf yang keluar dari
foramen spinalis
 Cedera avulsi sentral terjadi oleh karena medula spinalis bergerak
dengan arah longitudinal atau transversal pada saat terjadi trauma
servikal yang hebat
MEKANISME AVULSI PADA
SARAF

Kiri: (Avulsi perifer): Gaya tarikan terhadap lengan akan


menyebabkan perlekatan fibrotik saraf di sekitar tempat
keluar saraf.
Kanan: (Avulsi sentral): medulla spinalis bergerak secara
transversal atau longitudinal, yang menyebabkan robekan
dan perdarahan spinal yang akhirnya menyebabkan avulsi
Cedera pleksus brachialis bagian atas terjadi ketika kepala
dan leher tertarik dengan arah yang berlawanan di daerah
bahu. Dalam mekanisme cedera ini, bahu tertarik kebawah
sedangkan kepala tertarik ke arah atas. Tarikan berlawanan
tersebut mengakibatkan regangan, avulsi atau robekan pada
Abduksi dan traksi seperti yang terjadi pada gambar ini, menyebabkan
cedera pada pleksus bagian bawah (C8, T1)
PLEXUS BRACHIALIS
(C5 – TH1)

 Dibtk cbg ant C5-T1 → m’btk trunkus:


 C5-6: trunkus sup (superior trunk)
 C7 : med
 C8-T1 : inf (lower trunk)
Inf.trunk
 Msg2 trunkus punya cbg2 ant & post m’btk:
 Cbg ant tr sup → lateral cord
 Cbg ant tr inf → med cord
 Ketiga cbg post → post cord
 N. medianus : dibtk med & lat cord
 N. musculocutaneus: sisa lat cord
 N. ulnaris : sisa med cord
 N. axillaris & radialis : post cord
•Erb’s palsy (upper plexus paralysis/ Erb-Duchen) (C5-6)
• Kelemahan otot
–Motorik: (-) abduksi & eksternal rotasi lengan; (-) fleksi & supinasi lengan
bawah pd siku; atrofi; posisi lgn bwh & tangan menjemput (waiter’s tip
position)
–Sensorik: (-) sensasi deltoid, bgn luar lengan, jempol & tljk

–Etioligi: Birth injury, fraktur dislokasi shoiulder, hanging, dll


–Tanda d gejala : kelemahan otot2 abd shoulder & flek siku,
sholder: add dan inrot, siku ekstensi , wrist dan jari semiflksi (
mid posisi) , atropi, ggn sensibilitas sekittar deltoid , supra
spintaus,dan bisep brachii
PENATALAKSAANAN
A. Tujuan
FISIOTERAPI
1). Mencegah komplikasi : Atropi , kontrakatur, stif joint 2).
mempertahan sifat fisiologi neuro muscular.
3). Meningkatakan/ mempertahankan ROM, Kekuatan otot,
4). Meningkatkan. ADL
B. Intervensi :
1). Posisioning : abd, exo rot., semiplek.siku, wrist dan jari2 .
2). Heating : IR , hot pac, parafin, dll
3). Elektrikal Stimulasi: faradik , interferential terapi.
4). Exercise Terapi : Passip, aktif
5). Massage : Strokinmg eflurage, kneading, friktion
6). Parent edukasi , ADL
6). Ortosis : Aero plane splint.
Klumpke palsy (C8-T1)
 Motorik: claw hand
 Sensorik: ulnar type sensory loss
 Otonom: (jika T1 trlbt) Horner’s syndrome
 Edema kulit, sianosis, ggn tropik kuku
N. Radialis (C5-7 (T1))---mis: Saturday night palsy
Etiologi : Fraktur, infeksi , degeneratif, crutches axila,
tumor , dll
 Motorik: wrist drop/ drop hand; (-) ekstensi lgn bwh; (-) ekstensi
jari, phalanx prox & tgn pd lgn; ref trisep (-), supinator.
 Sensorik: hipestesi dorsum manus
 Kecacatan : drop hand >>>coug up splint
Intervensi:
 Mencegah komplikasi, meningkatkan,mendidik, ADL
N. Medianus (C5-T1)
 Motorik: ggn fleksi perglgn tgn, jari; abduksi tgn, jari-jempol;
pronasi, Radial deviasi
 Sensorik: hipo, hiper atau paraesthesia sesuai daerahnya
 Kecacatann: Monkey hand
N. Ulnaris (C8-T1)
 Motorik: claw hand; (-) ekstensi phalanx II & distal jari; (-) aduksi
jempol; aduksi & abduksi jari terganggu; atrofi tenar; reflek ulnar (-
)
 Sensorik: sesuai daerahnya
INTERVENSI FT PADA CEDERA PLEKSUS
BRAKHIALIS

Fisioterapi merupakan bagian dari ilmu kedokteran yang


berupa intervensi fisik non farmakologis dengan tujuan
utama kuratif dan rehabilitatif gangguan kesehatan.
MODALITAS FISIOTERAPI

Modalitas fisika dan kaitannya dengan Aplikasi Fisioterapi


FISIOTERAPI
Penderita perlu diajarkan untuk melakukan latihan gerakan pasif dan
aktif pada bagian sendi yang mengalami paralisis. Sambil menuggu
pemulihan saraf dan pergerakan otot, penderita harus terus menerus
mengikuti program latihan fisioterapi
Perawatan otot yang mengalami denervasi bertujuan untuk melindungi
dari paparan panas dan dingin, trauma minor dan peregangan
berlebihan akibat gravitasi. Otot dijaga agar tetap ukuran
fisiologisnya, untuk mencegah stasis limfatik dan vaskular, kontraktur,
kekakuan otot dan ankilosis.
MANFAAT FISIOTERAPI PADA
CEDERA PLEKSUS BRAKHIALIS
Tujuan utama rehabilitasi adalah mempertahankan trofi otot yang
adekuat sampai terjadi regenerasi saraf (reinervasi sampai ke
perifer). Salah satu pendekatan dengan peregangan otot secara
pasif
Stimulasi sangat efektif jika dimulai secepatnya pada cedera pleksus
brakhialis dan dilakukan beberapa kali perhari.
Manajemen nyeri merupakan hal yang paling utama pada
pendekatan terapi terhadap pasien cedera pleksus brakhialis.
Sebagai langkah awal eksplorasi dan rekonstruksi pleksus brakhialis
merupakan hal yang utama bukan sekedar untuk perbaikan dari
fungsi lengan namun juga dalam pengobatan nyeri neuropati.
Regenerasi yang berhasil dan reinervasi sel saraf baik pada aferen
maupun eferen diduga mempunyai keterlibatan terhadap
pengurangan nyeri
ELECTROTHERAPY
Electrotherapy, atau terapi listrik merupakan terapi dengan
menggunakan listrik arus rendah
Pada electrotherapy, arus yang terjadi pada tegangan 1 sampai 150
V disebut arus tegangan rendah, sedangkan diatas 150 V disebut
arus tegangan tinggi. Energi yang terjadi pada terapi tersebut
dihitung sebagai watt (ampere kali voltage)
Listrik arus rendah dapat mengurangi nyeri dengan memblokir saraf
sensorik. Arus listrik rendah ini juga dapat menstimulasi saraf motorik
karena impuls elektrik ini menyerupai impuls saraf otak untuk
menstimulasi gerakan otot. Oleh karenanya terapi ini dapat
digunakan untuk memperbaiki kelemahan otot
Penempatan elektroda yang tepat sebagai aplikasi
stimulasi neuroelektrik dimana elektroda aktif ditempatkan
di deltoid dan ekstensor lengan
Penting untuk melatih keseimbangan pada otot yang
lemah untuk memfasilitasi pertumbuhan tulang
walaupun mengalami kelemahan. Tanda panah hitam
menunjukkan ekstremitas yang terlibat
Latihan gerakan bahu
Latihan pergerakan siku
Latihan pergelangan tangan
Latihan pergerakan jari tangan
Latihan ibu jari tangan
Kontraktur dapat menyebabkan penurunan ruang gerak
secara aktif dan pasif dan menyebabkan gangguan yang
signifikan terhadap fungsi ektremitas. Ekstremitas diperbaiki
dengan cara rotasi internal pada sendi bahu dengan siku
diarahkan ke thoraks.
TERIMAKASIH
PLEKSUS LUMBO-SACRALIS LESI
oleh
S a b i r i n B e ra m p u , S S T, M . F i s
PLEKSUS LUMBAL
Pleksus lumbal dibentuk oleh segmen Th12–L4
Saraf-saraf tepi besar yang dipercabangkan
dari pleksus lumbal adalah:
 N. Femoralis (L2-3-4)
Mensarafi otot-otot tungkai atas bag depan
Sensorik menuju daerah anterior & medial tungkai
 N. Obturatorius (L2-3-4)
Mensarafi grup otot adduktor panggul
Sensorik menuju sebagian aspek medial tungkai
atas
PLEKSUS SAKRAL
• Pleksus sakral dibentuk oleh segmen L4–
S3
• Saraf tepi besar yang dipercabangkan dari
pleksus sakral adalah:
N. Ischiadicus (L4,5 & S1,2)
• Saraf tepi terbesar di tubuh manusia
• Pd tungkai atas mensarafi grup otot
hamstring,
Pd tungkai bawah bercabang 2, yaitu:

1. N. Peroneus Communis / N. Popliteus externus


(L4,5 & S1,2)
Mensarafi grup otot dorsal fleksor ankle,
sedangkan distribusi sensoriknya di permukaan
lateral tungkai bawah dan dorsum kaki
2. N. Tibialis / N. Popliteus internus (L4,5 & S1,2)
Mensarafi grup otot calf, sedangkan distribusi
sensoriknya di permukaan medial tungkai bawah
dan telapak kaki
PATOLOGI
Pleksus lumbalis >>> Th.12 – L.4
Etio: kompressi, infiltrat, abses psoas.
N.femoralis, N.obturatorius ( tungkai atas medial
dan ventral )
Pleksus Sakralis >> L4 – S4
Etio; Partus
N.Gluteus superior dan inferior, N.ischiadicus (
Lateral dan posterior)
N.FEMORALIS
Radiks l2,L3 dan L4
Innervasi otot Qudricep,sartorius, pectineus dan
iliacus
Sensoris ; 2/3 medial paha, antero medial paha,
medial tungkai bawah ,medial kaki dan ibujari
kaki, ( n.safeneus)
Tanda dan gejala : Lutut tdk bisa lurus, atropi ,
knee jerk hilang, anaestesi/hipoaestesi
TREATMENT
1.Support
Back splint atau walking caliper
Lutut ekstensi tdk hyper ext.
2.Elektrical stimulasi
Faradik, galvanik
3. Re-education exercise
Prone lying, side lying pd sisi sehat
Sitting,standing and walking
N.OBTURATORIUS
Radiks L2,3,4 >> foramen obturatorius
Otot yang diinervasi: m.add.longus and brevis,
m.add.magnus, m.gracilis, m.obturator eksternus,
m.pektineus
Sensorik 1/3 medial atas paha
Gejala : tidak dpt mempertahankan kedua lutut
bila ditekuk pd posis tidur terlentang
N.ISKHIADICUS
Radiks L4,l5,S1,S2,dan S3
Inervasi ; m.semitendineus, m.semimembranosus,
bicepfemoris dan add.magnus
Sensoris : seluruh tumgkai bawah anterolateral
Cabang : N. Peroneus dan N.Tibialis
Causa; fraktur pelvis,femur,suntikan,
neoplasma,osteofit, radang sakroiliaca
N.PERONEUS
Etio: Fraktur fibula bgn atas, obstetrical paralysis
Tanda dan gejala; Paralysis dan atropi M.Tibialis
anterior,ext.digitorum dan peroneal >>shg tdk
bisa melakukan dorsi pleksi ,ekt jari2 dan eversi
Anaestesia /hypoaestesia pd 2/3 antero lat.
Tungkai bawah dan dorsumpedis
Joint sense
Trophic changes
Drop foot
Treatment
Support: Plaster splint atau toe-spring, valgus
wedge
Elektrikal stimulasi
Passiv – aktive mov.
Re-education exc. And walking
N.TIBIALIS
Etio: Luka tusukan atau tertembak
Tanda dan gejala : Paralysis dan atropi ( otot2
gastroknemius,soleus, plantaris, popliteus, tibialis
posterior, flek.dig.longus, flek hallucis longus
Talipes calcaneovalgus
Treatment : Support, ES,Exc., Re-education.
TERIMAKASIH
PENATALAKSANAAN GBS

Oleh
Sabirin Berampu, SST, M.Fis

73
GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS)
Suatu neuropati perifer akut yang menimbulkan kelemahan
anggota gerak yang berkembang selama beberapa hari hingga
4 minggu

Insidensi tahunan 1,3


kasus per 100.000 Laki-laki >>
populasi Perempuan
anak-anak dan
dewasa
74
GUILLAIN BARRE SYNDROME (GBS)
Idiopathic polyneuritis, acute febrile polyneuritis, infective
polyneuritis, post infectious polyneuritis, acute inflammatory
demyelinating polyradiculoneuropathy

Penyebab paralisis neuromuskular yang paling sering

75
ETIOLOGI
Infeksi bakterial atau viral, vaksinasi dan lain-lain

bergantung pada kerentanan host

2/3 kasus GBS memiliki riwayat infeksi

dalam 4-6 minggu

infeksi saluran nafas dan gastro

intestinal >>
76
KLASIFIKASI
Acute inflammatory demyelinating polyneuropathy (AIDP), acute motor axonal neuropathy (AMAN),

acute motor and sensory axonal neuropathy (AMSAN) dan sindroma Miller Fisher.

77
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan laboratorium penunjang

(Pemeriksaan CSF, EMG, KHS)

MRI (magnetic resonance imaging)

78
PENATALAKSANAAN
Kombinasikan imunoterapi spesifik dan perawatan suportif.

Plasma exchange (PE) dan Intravenous immunoglobulin (IVIG)

Nyeri pada
89% kasus Nyeri neuropatik : antidepresan (trisiklik dan
GBS serotonin/noradrenalin reuptake inhibitors), obat anti-
epilepsi (gabapentin dan pregabalin) atau lidokain topikal
(untuk regio fokal).

Nyeri refrakter berat: tramadol dan opiat dapat


dipertimbangkan.
79
REHABILITASI

1. So-called day hospital care (Pasien tidur di rumah, dan dibawa ke

rumah sakit tempat rehabilitasi atau pusat untuk terapi)

2. Rehabilitasi sub-akut, pada fasilitas rawatan/ rehab.

3. In-patient care di rumah sakit.

4. Rehabilitasi pasien rawat jalan.

5. Terapi di rumah (home-based therapy)

80
REHABILITASI
Program rehabilitasi di
rumah sakit (inpatient) Fisioterapis dan terapis
dan program individual okupasional
di rumah
Range of motion (ROM) (pasif, assistif aktif, aktif atau resistif aktif)

untuk tungkai bawah dan atas

Latihan pernafasan dalam (deep breathing exercises) pada pasien-

pasien dengan gangguan pernafasan

Latihan gait dengan atau tanpa splint dan alat-alat bantu

Latihan keterampilan aktifitas sehari-hari (activities of daily living

,ADL). 81
TERAPI FISIK

Mengajarkan pasien untuk berjalan se-independen mungkin

Pasien di kolam
pakaikan berenang berjalan
pelampung

Nyeri
otot

82
Bila kekuatan otot
kembali??

Punggung pasien diletakkan pada matras, dengan lutut


dinaikkan pada sokongan busa triangular; secara
progresif beban diletakkan pada pergelangan kaki dan
pasien diarahkan untuk menaikkan dan menurunkan
tungkai secara lambat dan berulang-ulang.

Mengangkat paha dan mempertahankannya pada posisi


di atas melawan gravitasi.

Latihan sepeda stasioner dapat dipakai dengan


menggunakan kekuatan yang disesuaikan terhadap
tungkai saat mengayuh sepeda

83
Dapat menahan berat badan
dan mulai berjalan

Gunakan alat bantu untuk memberikan sokongan dan

membantu keseimbangan.

Pasien bisa ditempatkan diantara 2 railings, disebut dengan

balok paralel, diposisikan pada setinggi pinggang. Hal ini memberikan sokongan maksimal saat berjalan
dengan berpegangan pada balok dengan kedua tangan.

Jika keseimbangan membaik, walker beroda dapat digunakan. Pasien mendorong walker ke depan untuk
membantu mereka berjalan.

Perkembangan selanjutnya adalah dengan menggunakan forearm crutches atau langsung ke underarm crutches
dan kemudian dengan tongkat. Tongkat berkaki 4 memberikan stabilitas yang cukup. Bila pasien telah memiliki
keseimbangan dan kekuatan yang cukup, tongkat lurus bisa digunakan.

84
CHEST PHYSICAL THERAPY

Sekelompok terapi yang didesain untuk memperbaiki efisiensi respirasi, meningkatkan


ekspansi paru-paru, menguatkan otot-otot pernafasan dan menghilangkan sekret dari
sistem respirasi.

Drainase postural, perkusi dada, vibrasi dada, turning, deep breathing exercises dan
coughing. Terapi lain meliputi suctioning, terapi nebulizer dan pemberian obat anti
ekspektoran.
85
CHEST PHYSICAL THERAPY

1. Turning

Membalik badan dari satu sisi ke sisi yang lain agar


terjadinya ekspansi dada. Pasien dapat membalikkan
tubuhnya sendiri atau dibalikkan oleh orang lain. Kepala
tempat tidur ditinggikan untuk meningkatkan drainasi bila pasien
dapat mentolerir posisi ini.

Pasien yang sedang dalam penggunaan alat respirasi mekanik


(ventilator) perlu dibalik-balikkan setiap 1 atau 2 jam.

86
CHEST PHYSICAL THERAPY
2. Coughing

Membantu menghancurkan sekret di paru-paru, sehingga mukus dapat


di-suction keluar atau diludahkan.

Pasien duduk tegak dan menarik nafas panjang melalui hidung,


Membatukkan diulangi beberapa kali dalam satu hari.

3. Deep breathing

Membantu mengekspansi (meluaskan) paru-paru dan distribusi udara


ke seluruh bagian paru.

Pasien bisa duduk di kursi atau duduk tegak di tempat tidur dan menarik
nafas maksimal, Kemudian abdomen dikontraksikan dan pasien
87
CHEST PHYSICAL THERAPY

4. Drainase postural.

Menggunakan tenaga gravitasi untuk membantu drainase sekret


secara efektif dari paru-paru

Pasien ditempatkan dengan posisi kepala atau dada di bawah


selama 15 menit.

Pasien yang memakai ventilator perlu mendapatkan terapi ini 4-6


kali sehari.

Perkusi dan vibrasi dapat dilakukan bersama-sama dengan


drainase postural 88
CHEST PHYSICAL THERAPY
5. Perkusi

Menepuk-nepuk dinding dada dengan tangan yang ditangkupkan (pada setiap


segmen paru selama 1-2 menit )

Untuk menghancurkan sekret-sekret yang tebal di paru-paru sehingga dapat


dengan mudah dikeluarkan.

6. Vibrasi

Membantu menghancurkan sekret.

Dapat dilakukan secara mekanikal atau manual pada saat pasien bernafas dalam.
Bila dilakukan manual, terapis melakukan vibrasi pada tangannya yang diletakkan
di dada pasien dan mengadakan vibrasi secara cepat dengan mangkontraksikan dan
merelaksasikan otot-otot lengan dan bahu saat pasien menghembuskan nafas (diulangi
beberapa kali setiap hari sekitar 5 ekshalasi)

89
Gambar 1. Chest physiotherapy

90
Gambar 2. Posisi untuk drainase postural
91
Gambar 3. molded ankle- foot orthosis (MAFO)

92
Gambar 4 dan 5. Diagram yang menunjukkan efek pergerakan ankle (4) dan
diagram yang menunjukkan siklus gait skematik
untuk mengoptimisasi fungsi ankle-foot orthosis (5).
93
Gambar 6. Velcro strap

94
TERAPI WICARA

Bicara dapat terganggu pada 40% pasien GBS

Pasien dengan respirator tidak mampu berbicara oleh karena tube ditempatkan ke jalan nafas.

Pasien-pasien ini biasanya dapat berkomunikasi melalui kartu komunikasi (communication cards).

Membantu pasien mempelajari latihan-latihan terhadap otot-otot yang terkena, untuk

memperbaiki pola bicara dan kejelasan suara, begitu juga dengan merekomendasikan perubahan

diet untuk memfasilitasi penelanan makanan dengan nutrisi yang adekuat.9

95
Terima kasih

96

You might also like