You are on page 1of 7

http://journal.trunojoyo.ac.

id/jurnalkelautan Jurnal Kelautan

Volume 13, No. 2, 2020

ISSN: 1907-9931 (print), 2476-9991 (online)

IDENTIFIKASI IKAN SARDIN KOMERSIAL (Dussumieria elopsoides) YANG


DIDARATKAN DI PASAR MUARA ANGKE, JAKARTA MENGGUNAKAN
PENGAMATAN MORFOLOGI, MORFOMETRIK DAN DNA BARCODING
IDENTIFICATION OF COMMERCIAL SARDIN FISH (Dussumieria elopsoides) IN MUARA
ANGKE MARKET, JAKARTA USING MORPHOLOGY, MORPHOMETRIC AND DNA
BARCODING OBSERVATIONS

Zakiyah Rahim*, Hawis Madduppa

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK IPB, Bogor, 16680, Indonesia

*Corresponden author e-mail: 040496zakiyahrahim@ipb.ac.id

Submitted: 09 January 2020 / Revised: 09 July 2020 / Accepted: 09 July 2020

http://doi.org/ 10.21107/jk.v13i2.6397

ABSTRACT

Sardines are an important commodity in import activities. Excessive imports and lack of catch data
are feared to reduce fish stocks. To complete the fish catch data required knowledge of body type and
size. This study aims to identify and confirm commercial sardines species landed at Muara Angke
Market, Jakarta using morphological, morphometric, and DNA barcoding methods targeting the
Mitochondrial Cytochrome c oxidase-I (COI) gene. The results of morphological and morphometric
analysis showed that the samples are the genus Dussumieria originating from the Dussumieriidae
family, the Order Clupeidae, having silver-colored body characteristics with reflections resembling
rainbows, slender bodies and rounded stomachs with a maximum length of up to 14.4 cm, then less
abdominal fins advance from the midsection. Based on the relationship of body weight length, this fish
is negative allometric. Molecular DNA barcoding analysis using COI, obtained by type of Dussumieria
elopsoides fish with local name of rainbow sardines, similarity level with Query Cover percentage was
94% and Per percentage. Ident of 91.64%. DNA barcoding analysis has corroborated morphological
and morphometric observations by obtaining fish samples identified as Dussumieria elopsoides.
Keywords: Morphology, Morphometrics, DNA Barcoding, Dussumiera elopsoides.

ABSTRAK

Ikan sardin merupakan komoditas penting dalam kegiatan impor. Impor berlebih serta kurangnya data
penangkapan dikhawatirkan dapat menurunkan stok ikan. Untuk melengkapi data tangkapan ikan
diperlukan pengetahuan mengenai jenis dan ukuran tubuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memastikan jenis ikan sardin komersial yang didaratkan di Pasar Muara Angke,
Jakarta dengan menggunakan studi morfologi, morfometrik, dan metode DNA barcoding dengan
target gen Mitokondrial Cytochrome c oxidase-I (COI). Hasil analisa morfologi dan morfometrik
menunjukkan bahwa sampel merupakan genus Dussumieria berasal dari famili Dussumieriidae, Ordo
Clupeidae, memiliki karakteristik tubuh yang berwarna silver dengan pantulan menyerupai pelangi,
tubuh ramping dan perut membulat dengan panjang maksimal dapat mencapai 14,4 cm, kemudian
sirip bagian perut kurang maju dari bagian tengah tubuhnya. Berdasarkan hubungan panjang berat
badan, ikan ini bersifat alometrik negatif. Analisis DNA barcoding secara molekuler menggunakan
COI, didapatkan ikan berjenis Dussumieria elopsoides dengan nama lokal ikan sardin pelangi, tingkat
kemiripan dengan presentase Query Cover sebesar 94% dan presentase Per. Ident sebesar 91,64%.
Analisis DNA Barcoding telah menguatkan pengamatan morfologi dan morfometrik dengan
didapatkan sampel ikan yang teridentifikasi berjenis Dussumieria elopsoides.
Kata Kunci: Morfologi, Morfometrik, DNA Barcoding, Dussumiera elopsoides.

93
Jurnal Kelautan, 13(2), 93-99 (2020)
PENDAHULUAN subspesies secara morfologi sulit dibedakan
dan menimbulkan ambiguitas, sehingga dapat
Ikan Sardin merupakan salah satu komoditas menggunakan DNA barcoding (Hebert et al.,
perikanan yang banyak diminati oleh 2003). Ambiguitas dan kesalahan dalam
masyarakat secara global khususnya di identifikasi suatu spesies dapat menjadi
Indonesia. Terbukti dengan meningkatnya ancaman bagi kegiatan konservasi maupun
tingkat konsumsi ikan di Indonesia dari tahun perikanan berkelanjutan (Sembiring et al.,
ke tahun, hingga meningkatnya jumlah ekspor 2015). Beberapa penelitian telah mampu
ikan sardin ke negara tetangga. mengidentifikasi ikan komersil dari perairan
Perkembangan impor ikan sardin mengalami Indonesia menggunakan teknik genetika
peningkatan sebanyak 137,49% pada periode molekuler diantaranya pada ikan kakap
2016-2017 (Sekjen KKP RI, 2018). Tingginya (Lutjanus), kerapu (Epinephelus), makarel
minat beli masyarakat terhadap ikan ini, (Scomberomorus), tuna (Thunnus) (Abdullah
menjadikan ikan ini sebagai komoditas ikan dan Rehbein 2016; Jefri et al., 2015; Maulid et
yang penting dalam meningkatkan al., 2016 Nurimala et al., 2016 : Akbar dan
perekonomian Indonesia. Namun Labenua, 2018). Manfaat studi morfometrik
penangkapan ikan yang berlebihan dan tidak sendiri yaitu dapat mengetahui dan
terkendali dapat menurunkan nilai stok mendeskripsikan pola pola keragaman
perikanan, contohnya terjadi pada negara morfologis dan pola pertumbuhan baik itu
India, dimana pada tahun 1943 daerah Madras antar populasi ataupun spesies (Strauss &
di India mengalami penurunan dan jatuhnya Bond, 1990).
stok ikan sardin akibat overfishing (Kripa et al.,
2018).ekplorasi sumberdaya yang terus Penerapan metode yang sesuai untuk
meningkat, makadiperlukan usaha untuk identifikasi ikan yang akurat dan cepat, sangat
mengetahui dan mengevaluasi terjadinya penting untuk membantu dalam mengelola
penururnan stok dan kepunahan dari suatu perikanan keberlanjutan dalam jangka panjang
spesies. dan diharapkan mampu meningkatkan
ketersedian di ekosistemnya, serta mampu
Penelitian biologi perikanan sangat penting meningkatkan nilai konservasi. Tujuan dari
dilakukan untuk pendugaan dari probabilitas penelitian ini yaitu untuk mengetahui spesies
suatu spesies di perairan. Salah satu ilmu ikan sardin yang tertangkap berdasarkan
pada bidang biologi perikanan yang dapat pengamatan morfologi pengukuran
dimanfaatkan dalam pendugaan dan morfometrik dan memverifikasi jenis spesies
pendataan suatu spesies di perairan yaitu sampel menggunakan DNA barcoding, serta
dengan menggunakan studi morfologi, untuk mengetahui hubungan panjang dan
morfometrik dan metode DNA barcoding yang berat tubuhnya. Dengan adanya penelitian ini,
telah dilakukan pada ikan Dussumieria diharapkan mampu membantu pemerintah
elopsoides (Keskin dan Atar, 2013). dalam mendapatkan informasi mengenai
Penggunaan data morfometrik dinilai penting perikanan tangkap maupun upaya dalam
untuk menentukan apakah ikan yang konservasi sumber daya perikanan laut,
tertangkap sudah layak untuk diambil, terutama pada bidang genetika molekuler.
sedangkan penggunaan DNA barcoding
dilakukan untuk memverifikasi apakah ada MATERI DAN METODE
kesalahan atau tidak dalam penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
taksonomi ikan yang diteliti, karena selama ini
beberapa spesies ikan mengalami ambiguitas Sampel diambil di Pasar Muara Angke Jakarta
dalam taksonomi (Ko et al., 2013). Contoh Utara pada bulan Oktober 2019. Pengukuran
kesalahan yang terjadi dalam identifikasi dilakukan di lapangan sedangkan analisis
secara morfologi yaitu pada penelitian morfometrikk dan analisisi molekuler dilakukan
Abdullah dan Rehbein (2016), dimana terdapat di Laboratorium Biosistematik dan Genetika
6 spesies ikan pari teridentifikasi sebagai Kelautan, Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas
Eusphyra blochii, namun setelah diidentifikasi Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institusi
menggunakan genetika molekuler spesies Pertanian Bogor.
tersebut merupakan Sphyrna lewisi. Genetika
molekuler dibutuhkan terkait dengan ketepatan Pengamatan Morfologi dan Morfometrik
mengidentifikasi spesies dan mendukung hasil
identifikasi berdasarkan sifat morfologi. Sebanyak 30 ekor sampel dikumpulkan
Identifikasi secara akurat pada suatu menggunakan metode sampling acak. Sampel
organisme dari tingkat genus hingga diambil dari tengkulak ikan yang terdapat di
Pasar Muara Angke. 30 individu kemudian
94
Rahim dan Maduppa, Identifikasi Ikan Sardin Komersial (Dussumieria elopsoides)
diamati morfologinya. 22 karakter Bagian Atas (PSEA), 16. Panjang Sirip Ekor
morfometrikk diukur pada tiap 30 ekor sampel Bagian Tengah (PSET), 17. Panjang Sirip
(Myers, 2013). Karakter morfometrikk sampel Ekor Bagian Bawah (PSEB), 18. Panjang
yang diukur yaitu 1. Panjang Total (PT), 2. Moncong (PM), 19. Diameter Mata (DM), 20.
Panjang Standar (PS), 3. Panjang Kepala Jarak Mata ke Tutup Insang (JMTI), 21. Jarak
(PK), 4. Panjang Sebelum Sirip Dorsal Antar Mata (JAM), 22. Lebar Badan (LB).
(PSSD), 5. Panjang Sebelum Sirip Ventral Perhitungan Morfometrik ditampilkan pada
(PSSV), 6. Panjang Sebelum Sirip Anus Gambar 1. Setiap sampel yang telah diukur
(PSSA), 7. Tinggi Kepala (TK), 8. Tinggi morfometriknya menggunakan jangaka sorong
Badan (TB), 9. Tinggi Pangkal Ekor (TPE), 10. kemudian ditimbang lalu difoto untuk
Panjang Batang Ekor (PBE), 11. Panjang kemudian didigitasi menggunakan CorelDraw.
Dasar Sirip Dorsal (PDSD), 12. Panjang Dasar Salah satu sampel ikan diambil bagian
Sirip Anus (PDSA), 13. Panjang Dasar Sirip ekornya lalu dipreservasi menggunakan etanol
Ventral (PDSV), 14. Panjang Dasar Sirip 96% untuk digunakan dalam anaisis molekuler
Pektoral (PDSP), 15. Panjang Sirip Ekor (DNA barcoding).

Gambar 1. Pengukuran Morfometrik (Myers, 2013)


Molekuler dengan 38 siklus amplifikasi (denaturasi pada
suhu 94 ˚C selama 30 detik, anneling pada
Tahapan yang dilakukan dalam analisis suhu 50 ˚C selama 1 menit, dan elongasi pada
molekuler yaitu meliputi ekstraksi DNA, 72 ˚C selama 1 menit) dan elongasi akhir pada
amplifikasi DNA menggunakan Polymerase 72 ˚C selama 7 menit, kemudian diikuti
Chain Reaction (PCR), visualisasi fragmen pendinginan pada suhu 4 ˚C selama 5 menit.
DNA menggunakan elektroforesis, dan Hasil dari proses PCR kemudian divisualisasi
sequensing DNA. Jaringan ekor ikan yang mengguakan elektroforesis dalam 1% gel
telah dipreservasi kemudian dijadikan sebagai agarose. Hasil visualisasi DNA yang terlihat
bahan ekstraksi DNA. Ekstraksi DNA 25 mg jelas dalam UV transilluminator, diyakini
sampel ikan mengunakan gSYNC DNA memiliki kualitas yang baik dan dapat
Extraction Kit (Geneaid, Taiwan) dan dilanjutkan ke tahap sequensing DNA. Hasil
mengikuti prosedur manualnya. Hasil amplifikasi kemudian dikirim dan dianalisis ke
ekstraksi kemudian digunakan dalam proses The 1st BASE® service di Singapore untuk
amplifikasi. Amplifikasi DNA dengan mengetahui urutan basa nukleotida dari DNA
menggunakan PCR pada Mitochondrial tersebut.
Cytochrome C Oxidase Subunit I (COI).
Komponen yang digunakan dalam proses Analisis Data
PCR yiatu DNA template 1 µl, Primer 1,25 µl,
DDH2O 9 µl, dan MyTaq 12,5 µl. Primer yang Identifikasi berdasarkan morfologi dan
digunakan yaitu FishF1 (5’- morfometrik dianalisa dengan menggunakan
TCAACCAACCACAAAGACATTGGCAC-3’) buku identifikasi FAO Species Catalog Vol. 7
dan FishR1 (5’- Clupeoid Fishes Of The World (Whitehead,
TAGACTTCTGGGTGGCCAAAGAAT CA-3’ 1985). Analisis hubugan panjang dan berat
(Ward et al., 2005). Proses PCR mengikuti tubuh menggunakan metode Santos et al.
manual Geneaid dan menggunakan alat DIAB (2002) yaitu dengan menggunakan persamaan
Mastercycler DNA Engine Thermal Cycle. Linear Allomatric Model.
PCR dilakukan dengan proses denaturasi awal W= (aLb)
dengan suhu 94˚C selama 30 detik, diikuti W = berat ikan (gram)
95
Jurnal Kelautan, 13(2), 93-99 (2020)
L = panjang ikan (cm) Pasar Ikan Muara Angke diperkirakan masuk
a = intercept regresi linear ke dalam famili Dussumieriidae, Ordo
b = koefisien regresi Clupeidae, yaitu golongan ikan sardin. Genus
dari famili ini yang terdapat di Indonesia yaitu
Hasil sequensing amplifikasi DNA berupa
Dussumieria dan Spratelloides. Berdasarkan
urutan basa kemudian diedit secara manual
bentuk dan ukuran tubuh serta ornamen di
menggunakan MEGA 6.0. Urutan basa yang
tubuhnya, ikan ini masuk ke dalam genus
sudah diedit kemudian dicocokan
Dussumieria, terlihat bahwa ikan memiliki
kemiripannya di Gene Bank pada halaman
tubuh yang ramping dan memanjang seperti
web NCBI dengan menggunakan BLAST serta
cerutu dengan panjang berkisar hingga 14 cm
membandingkan dengan referensi hasil
dengan maksimal panjang dapat mencapai 20
sequensing lainnya.
cm (Whitehead, 1985), dengan perut yang
HASIL DAN PEMBAHASAN membulat, tidak memiliki pre dan post pelvic
Morfologi dan Morfometrik scute, sedangkan pelvic scute berbentuk huruf
“W”, scute terletak diantara sirip perut dan
Setelah diidentifikasi berdasarkan dubur. Sirip perut dan punggung lebih
morfologinya dengan menggunakan buku mendekati ekor dibandingkan dengan kepala,
identifikasi FAO Species Catalog Vol. 7 kemudian sirip bagian perut kurang maju dari
Clupeoid Fishes Of The World (Whitehead, bagian tengah tubuhnya.
1985), 30 spesimen ikan yang diambil dari

Gambar 2. Dussumieria elopoides (Dokumentasi pribadi, 2019)


Ciri lainnya yaitu memiliki tubuh yang 1849). Hal tersebut juga dikuatkan dengan
berwarna silver atau keperakan dengan warna pengecekan molekuler menggunakan DNA
punggung hijau kebiruan,sehingga barcoding pada Cytochrome C Oxydase
memberikan pantulan warna tubuh yang Subunit I (COI).
menyerupai pelangi, sebab itu ikan ini dikenal
sebagai ikan sardin pelangi. Beberapa nelayan Pengukuran morfometrik dapat membantu
memberikan nama lokal pada ikan ini seperti dalam identifikasi suatu spesies dan dapat
Tembang Jawa, Tamban Buluh, Tamban melihat pula pola pertumbuannya. Hasil
Bulat, Tamban Bines, Tembang Bines dan pengukuran morfometrik yang telah dilakukan
Janggul. Ikan ini tidak memiliki duri punggung, berdasarkan Myers (2013) (Tabel 1).
namun memiliki sirip lunak punggung sejumlah
16 hingga 18 buah, kemudian terdapat sirip Menurut Nair (1982) D. elopsoides sendiri
lunak anal sebanyak 14 hingga 18 buah, tidak memiliki lebar tubuh yang jauh lebih kecil dari
ada striae pada bagian sisik posterior. Ikan ini panjang kepala, hal tersebut sesuai dengan
merupakan ikan pelagis yang berkoloni atau data pengukuran morfometrik yaitu dengan
schooling dan banyak tersebar di daerah Indo- lebar tubuh 1,8 cm dan panjang kepala 3 cm.
pasific terkhusus di Perairan Indonesia Nair (1982) juga menyebutkan bahwa panjang
(Sumatera, Utara Jawa dan Kalimantan). sirip ekor selalu kurang dari panjang kepala,
Makanan utamanya adalah plankton (Bukit et dan hampir tiga kali lipat diameter matanya.
al., 2017). Genus Dussumieria sendiri memiliki Hal tersebut sesuai dengan data pengukuran
2 spesies yang sedikit sulit untuk dibedakan morfometrik yaitu panjang sirip ekor (2,7-2,8
yaitu D. acuta dimana bentuk tubuh spesies ini cm), panjang kepala (3 cm), dan diameter
lebih lebar dan pendek dibandingkan dengan matanya (0,8 cm).
D. elopsoides yang terlihat lebih silindris.
Berdasarkan penjelasan morfologi tersebut Terjadi penurunan nilai panjang total badan
dapat ditentukan bahwa ikan yang dimaksud ikan D. elopsoides. Menurut Whitehead (1985)
merupakan jenis D. elopsoides (Bleeker, panjang standar tubuh spesies ini yaitu bekisar

96
Rahim dan Maduppa, Identifikasi Ikan Sardin Komersial (Dussumieria elopsoides)
20 cm, sedangkan rerata yang didapat dari akibat dari tekanan aktivitas perikanan (Pauly,
hasil pengukuran yaitu 12,3 ± 1,1 (Tabel 1). 2010). Berdasarkan perhitungan hubungan
Whitehead (1985) juga mengatakan bahwa panjang berat, nilai koefisien b yang didapat
lebar badan berkisar 16 hingga 22 % dari yaitu 2,7234. Jadi, pola pertumbuhannya yaitu
panjang total tubuh namun yang ditemukan Alometrik Negatif yang ditunjukan dengan nilai
hanya memiliki presentase 10% dari panjang b kurang dari 3 (b<3). Adapun untuk b<3
total tubuhnya. Dari hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa pertambahan berat tidak
dikatakan bahwa terdapat penurunan bobot secepat pertambahan panjang, b = 3 artinya
ikan D. elopsoides yang ditangkap pada saat pertambahan panjang dan berat seimbang,
ini. Hal ini dapat dikarenakan oleh gangguan dan untuk nilai b>3 pertambahan panjang
lingkungan, ketersediaan makanan, maupun lebih lambat dari pertambahan bobot.
Tabel 1. Hasil Pengukuran Morfometrik
Ukuran Maks.
NO Karakter Rerata (cm) ± SD
(cm)
1 Panjang total 14,4 12,3 ± 1,1
2 Panjang standar 11,7 9,95 ± 1,0
3 Panjang kepala 3 2,51 ± 0,2
4 Panjang sebelum sirip dorsal 6,8 5,4 ± 0,6
5 Panjang sebelum sirip ventral 7,4 5,83 ± 0,7
6 Panjang sebelum sirip anus 9,6 7,93 ± 0,8
7 Tinggi kepala 1,5 1,24 ± 0,1
8 Tinggi badan 2,5 1,96 ± 0,2
9 Tinggi pangkal ekor 1,4 0,92 ± 0,1
10 Panjang batang ekor 1,7 4,16 ± 0,2
11 Panjang dasar sirip dorsal 1,8 1,38 ± 0,2
12 Panjang dasar sirip anus 1,2 0,91 ± 0,1
13 Panjang dasar sirip ventral 0,4 0,32 ± 0,1
14 Panjang dasar sirip pektoral 1,5 1,14 ± 0,2
15 Panjang sirip ekor bagian atas 2,7 2,37 ± 0,2
16 Panjang sirip ekor bagian tengah 0,7 0,45 ± 0,1
17 Panjang sirip ekor bagian bawah 2,8 2,37 ± 0,2
18 Panjang moncong 1 0,8 ± 0,1
19 Diameter mata 0,8 0,66 ± 0,1
20 Jarak mata ke tutup insang 1,9 1,69 ± 0,2
21 Jarak antar dua mata 0,6 0,51 ± 0,1
22 Lebar badan 1,8 1,22 ± 0,2
23 Berat Total 25 (gr) 17,1± 4 (gr)
DNA Barcoding diperoleh yaitu panjang pasang basa yang
berasal dari DNA D. elopsoides yaitu
DNA Mitokondrial COI dijadikan sebagai sebanyak 682 bp (base pair), hal tersebut
daerah tercoding yang penting dalam dikarenakan primer yang digunakan pada
identifikasi sampel, hal ini dikarenakan DNA target dengan panjang basa sebanyak 600 bp,
Mitokondrial memiliki laju mutasi yang lebih hal ini juga dapat terlihat saat melakukan
tinggi dibandingkan DNA nukleus, jumlah visualisasi kualitas ekstraksi DNA pada hasil
salinan yang lebih tinggi, juga gen diwariskan elektroforesis (Gambar 3).
langsung yang hanya berasal dari induk
(Amorim et al., 2019). Hasil analisis yang
CCCTTTAAGTATTTGGTGCTTGAGCAGGGATAATTGGAACAGCCCTAAGCCTTTTA
ATTCGGGCAGAGCTAAGCCAACCAGGAGCACTCCTAGGAGATGATCAAATCTATA
ATGTCATCGTCACTGCGCACGCTTTTGTAATAATTTTCTTCATAGTAATGCCTATCC
TGATCGGTGGCTTTGGAAACTGGCTTGTGCCTCTTATAATCGGGGCCCCAGATAT
GGCATTCCCACGAATGAACAACATGAGCTTCTGACTTCTACCTCCTTCCTTTCTCC
TTTTATTAGCTTCTTCTGGAGTTGAAGCTGGGGCAGGAACTGGCTGAACAGTATAC
CCCCCTTTAGCAGGAAATCTAGCACATGCTGGTGCCTCAGTCGATCTAGCCATTTT
CTCCCTCCACTTGGCAGGTATTTCCTCCATTCTAGGGGCTATTAATTTCATTACTAC
AATTATTAACATGAAACCCCCCGCAATTTCACAATATCAAACACCGCTGTTCGTCT
GAGCCGTACTTGTAACAGCCGTGCTTCTTCTCCTATCCCTACCCGTACTAGCCGCT
GGAATTACCATGCTACTCACAGATCGTAACTTAAATACCACTTTCTTTGACCCAGC
AGGGGGAGGAGACCCCATCCTTTACCAGCACTTATTCTGATTCTTTGGCCACCAG
AAAGTCTAAAA

Gambar 3. Penjejaran hasil sequen gen COI jenis Dussumieria elopsoides yang dikoleksi dari Pasar
Ikan Muara Angke, Jakarta.
97
Jurnal Kelautan, 13(2), 93-99 (2020)
Komposisi basa nukleotida dalam satu utas menunjukkan hasil kemiripan paling tinggi
DNA lebih banyak mengandung pirimidin sebesar 91.64% dengan spesies Dussumieria
dibandingkan purin. 682 pasang basa yang elopsoides. Data teratas dari proses Basic
dimaksud memiliki komposisi nukleotida Timin Local Alignment Search Tool (BLAST)
sebanyak 202 (29,62%), Citosin 184 (26,98%), menggunakan Mitochondrial Cytochrome C
Adenin 168 (24,63%), dan Guanin 128 (18,77). Oxidase Subunit I (COI) sebagai target. Hasil
Basa nukleotida yang mendominasi yaitu Basic Local Alignment Search Tool (BLAST)
Timin yang mencapai 29,62%. (Tabel 2)

Hasil sequensing yang telah dicocokkan


kemiripannya pada GenBank NCBI
Tabel 2. Hasil BLAST Basa Nukleotida pada GenBank
Description Max Total Query E Per. Accession
Score Score Cover value Ident
Dussumieria elopsoides voucher 894 894 94% 0.0 91.64% FJ347960.1
NBFGR:Dsht-B cytochrome oxidase subunit
I (COI) gene, partial cds; mitochondrial
Dussumieria elopsoides voucher TR651EK 889 889 94% 0.0 91.49% KC500614.1
cytochrome oxidase subunit 1 (COI) gene,
partial cds; mitochondrial
Dussumieria elopsoides voucher 883 883 94% 0.0 91,33% FJ347959.1
NBFGR:Dsht-A cytochrome oxidase subunit
I (COI) gene, partial cds; mitochondrial
Dussumieria elopsoides voucher TR650EK 878 878 94% 0.0 91,18% KC500613.1
cytochrome oxidase subunit 1 (COI) gene,
partial cds; mitochondrial
Hasil sequensing yang telah didapat, dibandingkan dengan literatur yang diacu.
kemudian dibandingkan dengan database Hubungan antara panjang dan berat badan
GenBank NCBI (National Center for bersifat Alometrik negatif dimana pertambahan
Biotechnologi Information) dan didapatkan berat tidak secepat pertambahan panjang.
kemiripan tertinggi dengan spesies D. Kedepannya penulis menyarankan studi lanjut
elopsoides dengan Max Score dan Total Score berdasarkan genetika populasi Dussumieria
894, Query Cover 94%, E-value 0.0, dan nilai elopsoides di beberapa wilayah di Indonesia.
Per. Ident sebesar 91.64%. Menurut Triandiza
dan Madduppa (2018), kemiripan tertinggi UCAPAN TERIMA KASIH
pada Genbank, dapat dicirikan dengan nilai
Penulis mengucapkan banyak terima kasih
max score dan total score yang sama, nilai E-
kepada rekan-rekan Pascasarjana Ilmu
value yang bernilai 0, serta nilai query cover
Kelautan Institut Pertanian Bogor angkatan
dan nilai Per. Ident yang mendekati 100.
2019, dan Asisten Mata Kuliah Biodiversitas
Walaupun nilai Per.Ident sebesar 91.64%
nanum ia tetap dikatagorikan memiliki Laut yang telah membantu dalam penelitian
dan penulisan artikel ini.
kemiripan yang cukup tinggi. Nilai E-value 0
juga menunjukkan hasil perbandingan dengan DAFTAR PUSTAKA
spesies lainnya bersifat identik dan nilai
kepercayaan yang tinggi. Akbar, N. N., & Labenua, R. (2018).
Keragaman genetik Ikan Cakalang
KESIMPULAN DAN SARAN (Katsuwonus pelamis) di Perairan Laut
Maluku Utara. DEPIK Jurnal Ilmu-Ilmu
Hasil penelitian menunjukan bahwa Perairan, Pesisir dan Perikanan, 7(2),
pengamatan morfologi, pengukuran 164-176.
morfometrik, maupun verifikasi menggunakan Abdullah, A., & Rehbein, H. (2016). DNA
DNA Barcoding pada spesimen ikan sardin Barcoding for The Species Identification
yang dikoleksi dari Pasar Ikan Muara Angke, of Commercially Important Fishery
Jakarta merupakan jenis ikan Dussumieria Products in Indonesian Markets.
elopsoides dengan presentase Query Cover International Journal of Food Science
sebesar 94% dan Per. Ident sebesar 91,64%. and Technology.
Terdapat penurunan massa dan panjang
badan yang siginifikan dari sampel
98
Rahim dan Maduppa, Identifikasi Ikan Sardin Komersial (Dussumieria elopsoides)
Amorim, A., Fernandes, T., & Taveira, N. from Indian waters. Journal of the
(2019). Mitochondrial DNA in human Marine Biological Association of India,
identification: a review. PeerJ, 7, e7314. 24(1&2), 80-91.
Bukit, S. T. A. K., Affandi, R., Simanjuntak, C. Nurilmala, M., Widyastuti, U., Kusuma, W. A.,
P., Rahardjo, M. F., Zahid, A., Nurjanaha, N., Wulansari, N., &
Asriansyah, A., & Aditriawan, R. M. Widyatuti, Y. (2016). DNA barcoding for
(2017). Makanan ikan famili Clupeidae identification of processed tuna fish in
di Teluk Pabean, Indramayu. In: Hadie Indonesian market. Jurnal Teknologi,
W, Hadiaty RK, Lusiastuti AM, Syafei 78(4-2), 115–118.
LS, Hadie LE, Simanjuntak CPH, Pauly, D. (2010). Gasping fish and panting
Haryono, Rahardjo MF, Affandi R squids: oxygen, temperature and the
(Editors). Dalam: Prosiding Simposium growth of water-breathing animals. In:
Nasional Ikan dan Perikanan. Excellence in Ecology. Book 22. O.
Masyarakat Iktiologi Indonesia, Bogor, Kinne (Ed.). International Ecology
12-13. Institute, Oldendorf/Luhe, 216 p
Hebert, P. D., Cywinska, A., Ball, S. L., & Santos, M. N., Gaspar, M. B., Vasconcelos, P.,
Dewaard, J. R. (2003). Biological & Monteiro, C. C. (2002). Weight–length
identifications through DNA barcodes. relationships for 50 selected fish species
Proceedings of the Royal Society of of the Algarve coast (southern Portugal).
London. Series B: Biological Sciences, Fisheries research, 59(1-2), 289-295.
270(1512), 313-321. Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan
Jefri, E., Zamani, N. P., Subhan, B., & Perikanan Republik Indonesia. (2018).
Madduppa, H. H. (2015). Molecular Buku Laporan Tahunan 2017
phylogeny inferred from mitochondrial Kementerian Kelautan dan Perikanan
DNA of the grouper Epinephelus spp. in Republik Indonesia.
Indonesia collected from local fish Sembiring, A., Pertiwi, N. P. D., Mahardini, A.,
market. Biodiversitas Journal of Wulandari, R., Kurniasih, E. M.,
Biological Diversity, 16(2)., 254-263. Kuncoro, A. W., ... & Carpenter, K. E.
Keskİn, E., & Atar, H. H. (2013). DNA (2015). DNA barcoding reveals targeted
barcoding commercially important fish fisheries for endangered sharks in
species of T urkey. Molecular ecology Indonesia. Fisheries Research, 164,
resources, 13(5), 788-797. 130-134.
Ko, H. L., Wang, Y. T., Chiu, T. S., Lee, M. A., Strauss, R. E., & Bond, C. E. (1990).
Leu, M. Y., Chang, K. Z., ... & Shao, K. Taxonomic methods: Morphology in
T. (2013). Evaluating the accuracy of Methods for Fish Biology: C. B. Shreck
morphological identification of larval & P. B Moyle (Eds). Am. Fish. Soc.
fishes by applying DNA barcoding. Bethesda, Maryland. USA.
PLoS One, 8(1), e53451. Triandiza, T., & Madduppa, H. (2018). Aplikasi
Kripa, V., Mohamed, K. S., Koya, K. P., Analisa Morfologi dan DNA Barcoding
Jeyabaskaran, R., Prema, D., Padua, Pada Penentuan Jenis Kepiting
S., ... & Dhanya, A. M. (2018). Porcelain (Pisidia sp.) Yang Berasal dari
Overfishing and climate drives changes Pulau Tunda, Banten. Jurnal
in biology and recruitment of the indian Sumberdaya Akuatik Indopasifik, 2(2).
oil sardine sardinella longiceps in Ward, R. D., Zemlak, T. S., Innes, B. H., Last,
Southeastern Arabian Sea. Frontiers in P. R., & Hebert, P. D. (2005). DNA
Marine Science, 5, 443, 1-20 barcoding Australia's fish species.
Maulid, D. Y., Nurilmala, M., Nurjanah, N., & Philosophical Transactions of the Royal
Maddupa, H. (2016). Molecular Society B: Biological Sciences,
Characteristics of Cytochrome B for 360(1462), 1847-1857.
Mackerel Barcoding. Jurnal Pengolahan Whitehead, P. J. P. (1985). FAO species
Hasil Perikanan Indonesia, 19(1), 9-16. catalogue, Vol. 7. Clupeoid fishes of the
Myers, P., R. Espinosa et al., (2013). http:// world. An annotated and illustrated
animal diversity. ummz. umich. Edu catalogue of the herrings, sardines,
/collections/contributors/Grzimek_fish/Cl pilchards, sprats, anchovies and wolf
upeiformes/Chirocentrus_dorab/. herrings. Part 1-Chirocentridae,
[accessed date : 06 Desember 2019 Clupeidae and Pristigasteridae. FAO
Nair, P. N. (1982). On the systematics of Fish. Synop., 125, 303.
rainbow sardines Dussumieria
spp.(Family: Dussumieriidae, Pisces)
99

You might also like