You are on page 1of 7

Volume

Jurnal 6, Nomor 1,Manarang


Kesehatan Juli 2020 Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap ...
Volume 6, Nomor 1, Juli 2020, pp. 62 – 68
ISSN 2528-5602 (Online), ISSN 2443-3861 (Print)
Journal homepage: http://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/m

ANALISIS BEBAN KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP


DI RSU BAHTERAMAS SULAWESI TENGGARA

Iqra S1, Rusna Tahir2


1
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mamuju
2
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article history The quality of health services, one of which is determined by the quality of nursing
services provided to patients. Workload problems felt by nurses both qualitatively and
Submitted : 2019-07-30 quantitatively often cause a decrease in the quality of care services that are sometimes
Revised : 2020-07-22 not noticed by the hospital. This study aimed to identify the workload of nurses working
Accepted : 2020-07-27 in class I, class II, and class III treatment rooms. This study was an observational
analytic cross-sectional study approach. The samples were 74 female nurses who
Keywords: worked for ≥ 2 years in the treatment room. They were selected by purposive sampling.
Data collection was done through questionnaires, observations, and interviews. Data
Workload were analyzed by Kruskal Wallis analysis to see differences in workloads between three
Nurse treatment rooms. The results showed a significant difference in workload between the
Ward three treatment rooms (p = 0.037), where class III treatment rooms had a greater
workload compared to other treatment rooms (Mean rank = 45.81). The need for an
analysis of the needs of nurses is adjusted to the level of dependence of patients in each
room so that the workload received by nurses in accordance with existing conditions.
Kata Kunci: Kualitas layanan kesehatan salah satunya ditentukan oleh kualitas layanan keperawatan
yang diberikan kepada pasien. Masalah beban kerja yang dirasakan oleh perawat baik
Beban Kerja secara kualitatif dan kuantitatif sering menyebabkan penurunan kualitas layanan
Perawat perawatan yang kadang-kadang tidak diperhatikan oleh rumah sakit. Penelitian ini
Ruang Perawatan bertujuan untuk mengidentifikasi beban kerja perawat yang bekerja di ruang perawatan
kelas I, kelas II, dan kelas III. Penelitian ini adalah analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional study. Sampel diambil sebanyak 74 perawat wanita yang
bekerja ≥ 2 tahun di ruang perawatan, dan sampel dipilih secara purposive sampling.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner, observasi, dan wawancara. Data
dianalisis dengan analisis Kruskal Wallis untuk melihat perbedaan dalam beban kerja di
antara tiga ruang perawatan. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan
dalam beban kerja di antara ketiga ruang perawatan (p = 0,037), di mana ruang
perawatan kelas III memiliki beban kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ruang
perawatan lainnya (Mean rank = 45,81). Perlunya dilakukan analisis kebutuhan tenaga
perawat yang disesuaikan dengan tingkat ketergantungan pasien di ruangan masing-
masing, sehingga beban kerja yang diterima perawat sesuai dengan kondisi yang ada.
 Corresponding Author:

Iqra S
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mamuju
Telp. 085255532277
Email: iqra.sy@gmail.com

PENDAHULUAN karena burnout yang dialaminya. Burnout


Pelayanan keperawatan merupakan merupakan keadaan individu yang mengalami
salah satu cerminan mutu pelayanan kesehatan kelelahan, depersonalisasi, dan menurunnya
di rumah sakit secara keseluruhan. Besarnya kinerja akibat keterlibatan diri pada pekerjaan
peran perawat dalam sistem tatanan pelayanan yang memiliki banyak tuntutan emosional dan
kesehatan di rumah sakit, menyebabkan terlalu sedikit sumber kepuasan atau adanya
adanya tuntutan kerja tinggi yang harus ketidakpuasan (Moorhead & Griffin, 2013).
ditunjukkan perawat dalam memberikan Burnout dapat memberikan dampak
asuhan keperawatan yang berkualitas. yang negatif terhadap penampilan kerja
Sehingga tidak jarang ditemukan munculnya perawat dalam memberikan asuhan
masalah penurunan kinerja bagi perawat oleh keperawatan. Selain itu, burnout juga dapat

62 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap ...

berdampak pada rendahnya kepuasan kerja yang langsung kontak dengan pasien maupun
perawat, berkurangnya komitmen terhadap tidak secara langsung. Contoh untuk waktu
organisasi, dan meningkatnya intention keperawatan berupa tindakan yang langsung
turnover perawat (Laschinger & Wong, 2014). kontak dengan pasien yaitu melakukan
Salah satu faktor yang menjadi pengkajian, mengukur tanda-tanda vital,
penyebab munculnya burnout bagi perawat membantu personal hygiene, menemani pasien
yang banyak di bicarakan saat ini adalah bercakap-cakap, dan lain-lain. Sedangkan
karena adanya beban kerja yang berlebihan waktu keperawatan tidak langsung yaitu tidak
pada perawat (Xanthopoulou et al., 2007). adanya kontak langsung dengan pasien
Volume kerja yang tidak sesuai dengan misalnya, menulis dokumentasi pengkajian
kemampuan diri perawat akan menyebabkan pasien, hasil tindakan, mengurus berkas rekam
perawat bekerja lebih ekstra dalam memenuhi medis, dan lain-lain.
pelayanan keperawatan kepada pasien. Kondisi Hal-hal yang dapat mempengaruhi
ini akan menjadi pemicu kelelahan emosional beban kerja perawat dapat dilihat melalui dua
perawat dari aktivitas tersebut yang pada faktor yaitu faktor eksternal dan faktor
akhirnya berdampak pada kinerja yang internal. Faktor eksternal merupakan beban
ditunjukkan. Memperhatikan aspek beban kerja yang dipengaruhi dari luar tubuh pekerja,
kerja yang baik bagi perawat adalah hal yang di antaranya : 1) tugas-tugas yang dilakukan
penting bagi institusi pelayanan kesehatan bersifat fisik seperti tempat kerja, ketersediaan
(Whitebead et al., 2010). alat dan sarana kerja, kondisi kerja, dan tugas-
Bagi perawat, selain berinteraksi tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas
dengan pasien perawat juga dihadapkan pada pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, dan
beban kerja lainnya seperti bekerja semaksimal tanggung jawab pekerjaan. 2) Organisasi kerja
dengan keterbatasan jumlah tenaga maupun seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat,
jadwal dinas yang padat. Selain itu sering kali kerja bergilir, kerja malam, sistem
mereka dihadapkan pada kondisi-kondisi kritis pengupahan, model struktur organisasi,
pasien yang mengancam pada kematian pasien, pelimpahan tugas dan wewenang. Faktor
ataupun ketidakjelasan waktu penyembuhan internal merupakan faktor yang berasal dari
(Lailani, 2012). Kondisi dengan beban kerja dalam diri individu itu sendiri yang meliputi
yang berlebihan ini akan menjadi sumber jenis kelamin, umur, pendidikan, kondisi
tekanan kerja perawat dalam bekerja sehingga kesehatan, motivasi, persepsi, kepercayaan,
menjadi penentu kualitas kinerja pada perawat keinginan, dan kepuasan.
(Xanthopoulou et al., 2007). Adapun tujuan dalam penelitian ini
Menurut (Marquis & Huston, 2010) adalah untuk mengidentifikasi beban kerja
beban kerja pada konteks keperawatan perawat pelaksana di beberapa ruangan yang
merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas ada di Rumah Sakit Umum Bahteramas
yang dilakukan perawat selama bertugas di Provinsi Sulawesi Tenggara.
suatu unit pelayanan keperawatan. Sedangkan
(Hadley et al., 2004) menjabarkan beban kerja METODE PENELITIAN
perawat sebagai jumlah perawatan yang Jenis Penelitian
dilakukan terhadap pasien yang berdasarkan Jenis penelitian ini adalah analitik
atas penilaian perawat pada kebutuhan observasional dengan pendekatan Cross
keperawatan pasien tersebut, dan perawatan sectional study.
lain yang pasien butuhkan.
Gaudine dikutip dalam (Kurniadi, Lokasi dan Waktu Penelitian
2013) memberikan pandangan yang sedikit Penelitian ini berlokasi di ruang rawat inap
berbeda, dimana beban kerja dilihat dari (kelas 1, kelas 2, dan kelas 3) RSU.
jumlah total waktu keperawatan baik secara Bahteramas Provinsi Sultra. Penelitian
langsung atau tidak langsung dalam dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2014.
memberikan pelayanan keperawatan yang
diperlukan oleh pasien dan jumlah perawat Populasi dan Sampel
yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan Populasi penelitian adalah seluruh perawat
tersebut. Segala aktivitas perawat dalam pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap
kegiatan selama bertugas merupakan beban RSU. Bahteramas. Sampel terpilih sebanyak
kerja yang menjadi tanggung jawabnya, baik 74 orang yang dipilih secara purposive

63 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap ...

sampling dan telah memenuhi kriteria inklusi


yaitu perawat pelaksana berjenis kelamin Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
perempuan dan bekerja lebih dari 2 tahun. Responden

Pengumpulan Data No Karakteristik n %


Instrumen untuk mengukur beban kerja 1 Umur Responden
perawat berupa kuesioner yang diadopsi dari ≤ 30 tahun 28 37,84
penelitian Mastini (2013) yang bersumber dari > 30 tahun 46 62,16
Nursalam (2003) yang telah teruji validitas dan 2 Lama Kerja
reliabilitasnya (r hitung = 0,530 – 0,867, dan 2 – 5 tahun 31 41,89
cronbach alpha = 0,9). Pertanyaan terdiri dari 6 – 9 tahun 23 31,08
13 pertanyaan tentang beban kerja yang ≥ 10 tahun 20 27,03
dipersepsikan perawat berdasarkan banyaknya 3 Pendidikan
pekerjaan yang harus dilakukan maupun Vokasional 63 85,14
tingkat kesulitan atau kerumitan pekerjaannya. Profesional 11 14,86
Rentang jawaban yang digunakan yaitu 4 Status Pernikahan
mulai dari tidak pernah ada keluhan dalam Belum menikah 25 33,78
melaksanakan tugas (skor 1), kadang-kadang Menikah 49 66,22
ada keluhan dalam melaksanakan tugas (skor 5 Unit Kerja
2), sering ada keluhan dalam melaksanakan Kelas I 22 29,73
tugas (skor 3), dan selalu timbul keluhan dalam Kelas II 28 37,84
melaksanakan tugas (skor 4). Selain itu, Kelas III 24 32,43
dilakukan pula observasi terhadap jenis
pekerjaan yang dilakukan perawat untuk
Hasil analisis pada variabel beban
mengetahui beban kerja secara kuantitas.
kerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Pengolahan dan Analisis Data
Tabel 2. Beban Kerja pada Perawat
Data dianalisis berdasarkan skala ukur
Pelaksana di Ruang Rawat Inap
dan tujuan penelitian dengan menggunakan
perangkat lunak program komputerisasi. Data
dianalisis secara univariat untuk melihat Beban Kerja n %
distribusi frekuensi dari karakteristik Optimal 47 63,5
responden dan variabel. Berat 27 36,5
Sedangkan untuk memperoleh data Total 74 100
perbedaan beban kerja berdasarkan ruangan
perawat digunakan uji kruskal-wallis. Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
Penelitian ini juga telah mendapatkan beban kerja perawat secara kualitatif terbanyak
persetujuan dari Komisi Etik Penelitian berada pada kategori optimal.
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Tabel 3 menunjukkan bahwa pada
Hasanuddin dengan nomor 0933/H4.8.4.5.31/ ruangan kelas I beban kerja terbanyak berada
PP36-KOMETIK/2014. pada kategori optimal dan pada kelas II
terbanyak pada kategori optimal, sedangkan
HASIL PENELITIAN pada ruangan kelas III terdistribusi sama pada
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa kategori optimal dan berat. Dari hasil analisis
sebagian besar umur responden lebih dari 30 diketahui bahwa terdapat perbedaan beban
tahun yakni 46 perawat (62,2%), dan untuk kerja perawat berdasarkan ruangan perawatan
lama kerja perawat sebagian besar berada (p= 0,037) dimana ruangan kelas III memiliki
antara 2 – 5 tahun yaitu 31 perawat (41,9%). beban kerja yang paling tinggi dibandingkan
Untuk kategori strata pendidikan terakhir ruangan lainnya.
perawat terbanyak vokasional yakni 63
perawat (85,1%), dengan 49 perawat (66,2%) PEMBAHASAN
telah menikah. Adapun untuk distribusi Berdasarkan hasil penelitian
responden berdasarkan ruangan, responden ditemukan bahwa secara umum beban kerja
terbanyak berada pada ruangan Mawar yaitu perawat di ruang perawatan terbanyak berada
28 responden (37,8%). pada kategori optimal yaitu sebanyak 63,5%

64 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap ...

sedangkan beban kerja kategori berat sebanyak perawat dapat dilihat dari banyaknya kegiatan
36,5%. Beban kerja yang dirasakan perawat yang dilakukan perawat terkait perawatan
merupakan respon subjektif terhadap langsung maupun tidak langsung kepada
akumulasi dari penggunaan waktu perawat pasien, yang mana kegiatan ini akan menjadi
selama bertugas dalam memberikan asuhan beban kerja yang dirasakan perawat sesuai atau
keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien tidak dengan kemampuan dirinya.
(Kurniadi, 2013). Sehingga beban kerja

Tabel 3. Perbedaan Beban Kerja pada Perawat Berdasarkan Ruangan

Beban Kerja
Ruang Kelas Jumlah Mean
Optimal Berat p
Perawatan Rank
n % n % n %
Kelas I 14 63.64 8 36.36 22 100 37.36
Kelas II 21 75.00 7 25.00 28 100 30.48 0.037
Kelas III 12 50.00 12 50.00 24 100 45.81

Rodahl mengemukakan bahwa dan rasa hormat kepada siapa pun yang dirawat.
optimalnya beban kerja yang dirasakan perawat Sehingga untuk dapat melaksanakan hal ini,
tersebut dapat disebabkan oleh dua hal yaitu harus didasarkan panggilan jiwa. Oleh karena
pengaruh faktor eksternal maupun internal pada itu, pada kelompok ini menunjukkan fokus
diri individu perawat (Agustini, 2013). Pada utama pelayanan perawat adalah pemenuhan
faktor internal, perawat memandang bahwa kebutuhan pasien.
pekerjaan sebagai seorang perawat merupakan Selain itu, beban kerja dapat pula
suatu tugas mulia. Sehingga ada kepuasan, dipengaruhi dari kemampuan individu perawat
kepercayaan, keinginan, dan motivasi yang kuat itu sendiri seperti pengetahuan dan
bagi individu ketika bekerja. Hal ini menjadi keterampilan yang dimiliki perawat dalam
faktor yang sangat kuat, dan sangat melaksanakan pekerjaan sehingga mampu dan
mempengaruhi individu dalam bekerja. dengan mudah menyelesaikan tugasnya.
Hasil pengolahan data yang dilakukan Adanya tuntutan keluarga pasien, harapan
ditemukan bahwa faktor internal cukup pimpinan akan kualitas pelayanan, kurangnya
menonjol pada diri perawat yang bekerja di tenaga dan variasi pekerjaan yang terlalu
ruang perawatan. Gambaran kecilnya terlihat banyak juga turut menambah beban kerja pada
pada 8 perawat (29,6%) yang memiliki beban perawat (Marquis & Huston, 2010). Asumsi ini
kerja berat ternyata menunjukkan kinerja yang dibuktikan dari distribusi responden, didapatkan
sangat baik. Peneliti mencoba mengkaji dengan bahwa rata-rata perawat telah berpendidikan
melakukan wawancara pada 3 orang perawat minimal diploma keperawatan dan tidak ada
perwakilan masing-masing ruangan yang lagi dengan tamatan SPK. Sehingga
memiliki pernyataan yang sama. Dari hasil kemampuan yang ditunjang pengetahuan yang
wawancara diketahui bahwa menurut mereka baik dapat menjadi penunjang optimalnya
melaksanakan tugas dalam memberikan beban kerja perawat.
pelayanan keperawatan yang terbaik adalah Pada faktor eksternal, beban kerja
yang utama, sehingga sudah menjadi tanggung optimal di RSU Bahteramas telah terkelola
jawab mereka untuk bekerja semaksimal dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan
mungkin walaupun dengan beban kerja yang pengaturan lamanya waktu kerja sesuai dengan
tinggi. Hasil yang diperoleh ini sejalan dengan standar kebijakan, waktu istirahat, kerja bergilir
penelitian (Sitepu, 2013) yang menemukan di antara perawat, pengaturan kerja malam,
bahwa beban kerja tidak menjadi penghalang sistem pengupahan, model struktur organisasi
bagi individu dalam bekerja karena di dorong yang telah mengikuti MPKP, serta pelimpahan
oleh faktor motivasi. tugas dan wewenang yang baik. Keseluruhan
Hal ini sesuai dengan penjelasan (Potter komponen ini akan menimbulkan iklim kerja
& Perry, 2010) bahwa keperawatan adalah yang baik sehingga individu merasa betah
profesi yang memberikan pelayanan dengan untuk melakukan pekerjaan walaupun telah
penuh kasih sayang, perhatian, tanggung jawab, melebihi beban kerjanya. Hasil ini sejalan

65 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap ...

dengan penelitian (Lestya et al., 2016) yang melakukan analisis kebutuhan tenaga perawat
mengemukakan bahwa iklim kerja yang baik yang didasarkan pada perhitungan Gillies
berkorelasi secara positif dengan beban kerja sehingga didapatkan data kesesuaian jumlah
fisik karyawan. tenaga yang dibutuhkan saat ini. Berdasarkan
Pada awalnya, beban kerja tersebut data bed ocupation rate (BOR) dan rata-rata
menjadi sebuah tantangan bagi individu untuk tingkat ketergantungan pasien, diketahui bahwa
tetap berupaya melaksanakan pekerjaan kebutuhan tenaga perawat di ruangan kelas I
sehingga mencapai hasil yang maksimal sesuai yaitu 25 perawat (saat ini 31 perawat), di
dengan yang diharapkannya, akan tetapi ruangan kelas II yaitu 20 perawat (saat ini 31
berlangsungnya secara terus menerus kondisi perawat), dan di ruangan kelas III yaitu 36
beban kerja yang terus meningkat dapat perawat (saat ini 30 perawat). Dari hasil
mengakibatkan perawat akan mencapai perhitungan ini menunjukkan adanya
kemampuan maksimal pada diri sehingga ketidaksesuaian kebutuhan tenaga pada ruangan
menyebabkan munculnya kelelahan secara fisik kelas III yang masih kurang 6 perawat,
maupun emosional terhadap pekerjaan itu sedangkan di ruangan kelas I dan kelas II
sendiri (Laschinger & Wong, 2014). berlebih dari kebutuhan yang seharusnya.
Berdasarkan analisis perbedaan beban Tidak sesuainya rasio jumlah perawat
kerja di antara ketiga ruang perawatan yaitu dengan jumlah pasien akan semakin menambah
kelas I, kelas II, dan kelas III ditemukan bahwa beban kerja perawat di ruangan tersebut. Hal ini
ruangan kelas III memiliki beban kerja lebih senada dengan penjelasan (Nursalam, 2011)
besar dengan mean rank sebesar 45,81, dan dimana beban kerja berlebih pada perawat
perbedaan di antara ketiga ruangan tersebut sering kali disebabkan karena rasio tenaga
sangat bermakna dengan nilai p = 0,037. Dari perawat dengan pasien yang tidak seimbang,
hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa ruang sehingga perawat mengerjakan terlalu banyak
perawatan kelas III memiliki beban kerja yang pekerjaan. Dari kondisi ini dapat menjadi
lebih tinggi dibandingkan dengan ruang pemicu munculnya kelelahan emosional bagi
perawatan lainnya. perawat di ruangan kelas III yang dapat
Ruangan perawatan kelas III berdampak pada kinerjanya. Seperti hasil
merupakan ruang perawatan yang diberikan penelitian (Shirom et al., 2010) maupun
pada kelompok masyarakat ekonomi menengah (Tamaela, 2011) yang menemukan bahwa
ke bawah dengan fasilitas yang ditawarkan beban kerja merupakan variabel yang memiliki
berupa ruang inap berkapasitas 4 – 6 orang. hubungan searah dengan tingginya burnout
Lebih murah dan terjangkaunya biaya dalam sehingga dapat menyebabkan penurunan
perawatan kelas III ditengarai menjadi kinerja.
penyebab jumlah pasien yang dirawat lebih Dari wawancara yang dilakukan pada
banyak dengan intensitas pemanfaatan tempat kepala ruangan di tiga ruangan, ditemukan
tidur juga tinggi. adanya beberapa kegiatan tambahan yang dapat
Tingginya beban kerja yang menambah beban kerja perawat di antaranya
dipersepsikan perawat diruang perawatan kelas mengikuti apel pagi pada jam 07.15 untuk
III dibandingkan dengan ruang perawatan perawat jaga pagi, harus mengantar pasien ke
lainnya sejalan dengan observasi beban kerja ruangan radiologi maupun poliklinik, dan
yang dilakukan peneliti dengan menggunakan mengurus administrasi pasien. Menurut kepala
pendekatan work sampling untuk mengamati ruangan, adanya pekerjaan tambahan ini
pola kegiatan perawat dalam memberikan menyebabkan semakin banyaknya kesibukan
asuhan keperawatan baik secara langsung perawat sehingga interaksi yang digunakan
maupun tidak langsung. Dari 4 perawat yang dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
diamati di ruangan kelas III, terdapat 3 perawat pasien berkurang. Selain itu, pada observasi
yang memiliki waktu kerja produktifnya >80% ditemukan pula adanya waktu kerja yang terlalu
dari waktu dinas. Sehingga dapat disimpulkan banyak digunakan perawat dalam
bahwa beban kerja dari perawat tersebut pendokumentasian asuhan keperawatan (±25%
melebihi beban kerja yang seharusnya dari waktu kerja), dan bahkan beberapa perawat
dilakukan. mengeluhkan pendokumentasian ini terlalu
Selain itu, untuk melihat pola beban banyak sehingga muncul rasa malas untuk
kerja di ruangan masing-masing, peneliti melengkapi pendokumentasian. Banyaknya

66 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap ...

variasi kerja yang di kerjakan perawat inilah Berbeda halnya dengan beban kerja
yang akan semakin menambah beban kerja perawat di ruangan kelas I yang pada umunya
yang dipersepsikannya (Sadock & Sadock, terbanyak berada pada kategori optimal yaitu
2010). 14 perawat (63,6%), dan hanya 9 perawat
Demikian pula pernyataan dari perawat (36,4%) yang beranggapan berat. Akan tetapi
mengenai beban kerja ditemukan adanya dari beberapa pertanyaan tentang beban kerja
beberapa keluhan yang menambah beban kerja pada perawat di kelas I, ditemukan adanya
perawat. Di antaranya pada pertanyaan beban pertanyaan-pertanyaan yang direspons menjadi
kerja terhadap kontak langsung perawat dengan beban bagi perawat dalam bekerja di antaranya
pasien ditemukan ada 54,2% perawat di adalah beban karena tuntutan keluarga akan
ruangan kelas III merasa sering menjadi beban kesehatan pasien ditemukan 72,7% perawat
dalam melaksanakan tugas. Dari observasi yang merasa sering menjadi beban, dan ada 54,5%
dilakukan peneliti di ruangan kelas III, perawat kadang merasa pengetahuan dan
diketahui bahwa pasien yang dilayani adalah keterampilannya tidak mampu mengimbangi
masyarakat yang pada umumnya tidak mampu. kesulitan dalam pekerjaan. Selain itu, beban
Menurut salah salah satu perawat di ruangan kerja oleh karena harapan pimpinan akan
kelas III, bahwa beratnya beban kerja yang pelayanan yang berkualitas ditemukan
dirasakan selama memberikan pelayanan adalah sebanyak 45,5% perawat menjawab sering
pasien di kelas III memiliki kecenderungan menjadi beban. Hal ini menunjukkan adanya
untuk susah diatur, contohnya keluarga pasien perbedaan beban kerja yang dipersepsikan
yang terlalu banyak menjaga pasien di ruangan perawat yang semakin meningkatkan yang
sehingga sering mengganggu kenyamanan dialami perawat dikelas I dibandingkan dengan
perawat untuk bekerja. Selain itu, ditinjau dari ruangan kelas III. Dimana pada ruangan kelas
karakteristik penyakit pasien yang dirawat III beban kerja lebih dikarenakan kurangnya
sering juga berkaitan dengan penyakit-penyakit jumlah tenaga dan kontak dengan pasien yang
menular seperti TBC, hepatitis, dan lain-lain. berisiko menular cukup tinggi.
Salah satu contoh adanya isu virus MERS Pada ruangan perawatan kelas II
(Midlle east respiratory syndrome) pada merupakan ruangan yang memiliki nilai beban
beberapa pasien, perawatannya dilakukan di kerja paling rendah dibandingkan dengan dua
ruangan kelas III ini sehingga terkadang ruangan lainnya. Jika ditinjau dari beban kerja
menjadikan perawat merasa cemas dalam selama observasi dari 4 perawat memang waktu
memberikan pelayanan keperawatan. Hal-hal kerja produktifnya rata-rata < 80% jam kerja,
inilah yang memungkinkan dapat menambah begitu pula dari data BOR selama bulan Mei
beban kerja yang dipersepsikan perawat di hanya mencapai 56,6% dengan kata lain tidak
ruangan kelas III. mencapai standar BOR ideal yaitu 70-80%.
Jika dilihat dari standar beban kerja Sehingga ruangan kelas II ini memiliki beban
berdasarkan waktu jam kerja yang ditentukan kerja yang cukup baik dan sesuai dengan
rumah sakit pada umumnya sudah sesuai. jumlah perawat.
Dimana setiap perawat wajib bekerja selama 42
jam per minggu, sehingga pengaturan jadwal KESIMPULAN DAN SARAN
dinas perawat yang telah dilakukan kepala Dari hasil penelitian ini dapat
ruangan sesuai dengan porsi masing-masing disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
perawat setiap minggunya. Akan tetapi jika bermakna beban kerja di antara ruang
dilihat dari distribusi jadwal jaga berdasarkan 3 perawatan kelas I, kelas II, dan kelas III.
shift di ruangan kelas III ditemukan adanya hal Sedangkan ruang perawatan kelas III memiliki
yang tidak sesuai. Dimana perawat jaga pagi beban kerja yang lebih besar dibandingkan
rata-rata 15 perawat, jaga sore dan malam dengan ruang perawatan lainnya.
masing-masing 5 perawat. Jika dilihat dari Penelitian ini merekomendasikan
perhitungan distribusi perawat berdasarkan shift perlunya dilakukan analisis kebutuhan tenaga
dengan metode Gillies, seharusnya di ruangan perawat yang disesuaikan dengan tingkat
kelas III ini pada jaga sore sebanyak 11 ketergantungan pasien di ruangan masing-
perawat. Sehingga banyak ditemukan perawat masing, sehingga beban kerja yang diterima
yang mengeluh merasakan sangat sibuk dan perawat sesuai dengan kondisi yang ada. Selain
melelahkan pada saat dinas sore. itu, perlunya perbaikan pada sistem pengelolaan

67 Jurnal Kesehatan Manarang


Volume 6, Nomor 1, Juli 2020 Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap ...

dokumentasi asuhan keperawatan (askep) yang keperawatan: Teori & aplikasi (4th ed.).
lebih efektif untuk mengurangi waktu kerja EGC.
perawat dalam mendokumentasikan askep Moorhead, G., & Griffin, R. W. (2013).
contohnya menggunakan format check list, dan Perilaku Organisasi : Manajemen
pengadaan tenaga administrasi maupun sumber daya manusia dan organisasi
evakuator untuk mengurangi variasi kerja (Diana Anggelika, Trans.). Salemba
perawat, sehingga kegiatan perawat dapat lebih Medika.
berfokus pada pemenuhan kebutuhan pasien. Nursalam. (2011). Manajemen keperawatan :
Penerapan model cheklist dalam aplikasi dalam praktik keperawatan
pendokumentasian asuhan keperawatan lebih profesional (3rd ed.). Salemba Medika.
memudahkan perawat dalam Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010).
mendokumentasikan serta waktu yang Fundamental Keperawatan, edisi 7
digunakan lebih efisien. (Adriana Frederika, Trans.) (7th ed.).
Salemba Medika.
DAFTAR PUSTAKA Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2010). Buku
Agustini, T. (2013). Analisis beban kerja Ajar Psikiatri Klinis (2nd ed.). EGC.
perawat pelaksana berdasarkan Shirom, A., Nirel, N., & Vinokur, A. D. (2010).
karakteristik, jenis ruang perawatan, dan Work hours and caseload as predictors of
pengaturan shift di ruang rawat inap physician burnout: The Mediating Effects
Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI by Perceived Workload and by
Makassar tahun 2013. Universitas Autonomy. Applied Psychology, 59(4),
Hasanuddin. 539–565. https://doi.org/10.1111/j.1464-
Hadley, F., Graham, K., & Flannery, M. (2004). 0597.2009.00411.x
Workforce management objective a: Sitepu, A. (2013). Beban Kerja Dan Motivasi
Assess use, compliance and efficacy Pengaruhnya Terhadap Kinerja
nursing workload measurement tools. Karyawan Pada Pt. Bank Tabungan
March 2004, 1–97. Negara Tbk Cabang Manado. Jurnal
Kurniadi, A. (2013). Manajemen keperawatan Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan
dan prospektifnya : Teori, konsep, dan Akuntansi, 1(4), 1123–1133.
aplikasi. Badan Penerbit : Fakultas https://doi.org/10.35794/emba.v1i4.2871
Kedokteran Universitas Indonesia. Tamaela, E. Y. (2011). Konsekuensi Konflik
Lailani, F. (2012). Burnout Pada Perawat Peran , Kelebihan Beban Kerja dan
Ditinjau Dari Efikasi Diri dan Dukungan Motivasi Intrinsik terhadap Burnout
Sosial. Talenta Psikologi, 1(1), 66–86. pada Dosen yang. 13(2), 111–122.
https://doi.org/10.2143/TVG.69.08.2001 Whitebead, D. K., Weiss, S. A., & Tappen, R.
380 M. (2010). Essentials of nursing
Laschinger, & Wong. (2014). Resonant leadership and management (5th ed.).
Leadership and Workplace F.A Davis Company.
Empowerment: Nursing Economic$, Xanthopoulou, D., Bakker, A. B., Dollard, M.
32(1), 5–16. F., Demerouti, E., Schaufeli, W. B.,
Lestya, D. N. W., Rachman, F., & Wiediartini. Taris, T. W., & Schreurs, P. J. G. (2007).
(2016). Anaslisis Faktor Eksternal dan When do job demands particularly
Internal Yang Mempengaruhi Beban predict burnout? The moderating role of
Kerja Fisik Pada pekerjaan Finisshing Di job resources. Journal of Managerial
Perusahaan Fabrikasi Baja. Conference Psychology, 22(8), 766–786.
on Safety Engineering and Its https://doi.org/10.1108/02683940710837
Application, 2581, 24–28. 714.
Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010).
Kepemimpinan dan manajemen

68 Jurnal Kesehatan Manarang

You might also like