Professional Documents
Culture Documents
Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Di Rsu Bahteramas Sulawesi Tenggara
Analisis Beban Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Di Rsu Bahteramas Sulawesi Tenggara
Iqra S
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mamuju
Telp. 085255532277
Email: iqra.sy@gmail.com
berdampak pada rendahnya kepuasan kerja yang langsung kontak dengan pasien maupun
perawat, berkurangnya komitmen terhadap tidak secara langsung. Contoh untuk waktu
organisasi, dan meningkatnya intention keperawatan berupa tindakan yang langsung
turnover perawat (Laschinger & Wong, 2014). kontak dengan pasien yaitu melakukan
Salah satu faktor yang menjadi pengkajian, mengukur tanda-tanda vital,
penyebab munculnya burnout bagi perawat membantu personal hygiene, menemani pasien
yang banyak di bicarakan saat ini adalah bercakap-cakap, dan lain-lain. Sedangkan
karena adanya beban kerja yang berlebihan waktu keperawatan tidak langsung yaitu tidak
pada perawat (Xanthopoulou et al., 2007). adanya kontak langsung dengan pasien
Volume kerja yang tidak sesuai dengan misalnya, menulis dokumentasi pengkajian
kemampuan diri perawat akan menyebabkan pasien, hasil tindakan, mengurus berkas rekam
perawat bekerja lebih ekstra dalam memenuhi medis, dan lain-lain.
pelayanan keperawatan kepada pasien. Kondisi Hal-hal yang dapat mempengaruhi
ini akan menjadi pemicu kelelahan emosional beban kerja perawat dapat dilihat melalui dua
perawat dari aktivitas tersebut yang pada faktor yaitu faktor eksternal dan faktor
akhirnya berdampak pada kinerja yang internal. Faktor eksternal merupakan beban
ditunjukkan. Memperhatikan aspek beban kerja yang dipengaruhi dari luar tubuh pekerja,
kerja yang baik bagi perawat adalah hal yang di antaranya : 1) tugas-tugas yang dilakukan
penting bagi institusi pelayanan kesehatan bersifat fisik seperti tempat kerja, ketersediaan
(Whitebead et al., 2010). alat dan sarana kerja, kondisi kerja, dan tugas-
Bagi perawat, selain berinteraksi tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas
dengan pasien perawat juga dihadapkan pada pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan, dan
beban kerja lainnya seperti bekerja semaksimal tanggung jawab pekerjaan. 2) Organisasi kerja
dengan keterbatasan jumlah tenaga maupun seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat,
jadwal dinas yang padat. Selain itu sering kali kerja bergilir, kerja malam, sistem
mereka dihadapkan pada kondisi-kondisi kritis pengupahan, model struktur organisasi,
pasien yang mengancam pada kematian pasien, pelimpahan tugas dan wewenang. Faktor
ataupun ketidakjelasan waktu penyembuhan internal merupakan faktor yang berasal dari
(Lailani, 2012). Kondisi dengan beban kerja dalam diri individu itu sendiri yang meliputi
yang berlebihan ini akan menjadi sumber jenis kelamin, umur, pendidikan, kondisi
tekanan kerja perawat dalam bekerja sehingga kesehatan, motivasi, persepsi, kepercayaan,
menjadi penentu kualitas kinerja pada perawat keinginan, dan kepuasan.
(Xanthopoulou et al., 2007). Adapun tujuan dalam penelitian ini
Menurut (Marquis & Huston, 2010) adalah untuk mengidentifikasi beban kerja
beban kerja pada konteks keperawatan perawat pelaksana di beberapa ruangan yang
merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas ada di Rumah Sakit Umum Bahteramas
yang dilakukan perawat selama bertugas di Provinsi Sulawesi Tenggara.
suatu unit pelayanan keperawatan. Sedangkan
(Hadley et al., 2004) menjabarkan beban kerja METODE PENELITIAN
perawat sebagai jumlah perawatan yang Jenis Penelitian
dilakukan terhadap pasien yang berdasarkan Jenis penelitian ini adalah analitik
atas penilaian perawat pada kebutuhan observasional dengan pendekatan Cross
keperawatan pasien tersebut, dan perawatan sectional study.
lain yang pasien butuhkan.
Gaudine dikutip dalam (Kurniadi, Lokasi dan Waktu Penelitian
2013) memberikan pandangan yang sedikit Penelitian ini berlokasi di ruang rawat inap
berbeda, dimana beban kerja dilihat dari (kelas 1, kelas 2, dan kelas 3) RSU.
jumlah total waktu keperawatan baik secara Bahteramas Provinsi Sultra. Penelitian
langsung atau tidak langsung dalam dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2014.
memberikan pelayanan keperawatan yang
diperlukan oleh pasien dan jumlah perawat Populasi dan Sampel
yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan Populasi penelitian adalah seluruh perawat
tersebut. Segala aktivitas perawat dalam pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap
kegiatan selama bertugas merupakan beban RSU. Bahteramas. Sampel terpilih sebanyak
kerja yang menjadi tanggung jawabnya, baik 74 orang yang dipilih secara purposive
sedangkan beban kerja kategori berat sebanyak perawat dapat dilihat dari banyaknya kegiatan
36,5%. Beban kerja yang dirasakan perawat yang dilakukan perawat terkait perawatan
merupakan respon subjektif terhadap langsung maupun tidak langsung kepada
akumulasi dari penggunaan waktu perawat pasien, yang mana kegiatan ini akan menjadi
selama bertugas dalam memberikan asuhan beban kerja yang dirasakan perawat sesuai atau
keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien tidak dengan kemampuan dirinya.
(Kurniadi, 2013). Sehingga beban kerja
Beban Kerja
Ruang Kelas Jumlah Mean
Optimal Berat p
Perawatan Rank
n % n % n %
Kelas I 14 63.64 8 36.36 22 100 37.36
Kelas II 21 75.00 7 25.00 28 100 30.48 0.037
Kelas III 12 50.00 12 50.00 24 100 45.81
Rodahl mengemukakan bahwa dan rasa hormat kepada siapa pun yang dirawat.
optimalnya beban kerja yang dirasakan perawat Sehingga untuk dapat melaksanakan hal ini,
tersebut dapat disebabkan oleh dua hal yaitu harus didasarkan panggilan jiwa. Oleh karena
pengaruh faktor eksternal maupun internal pada itu, pada kelompok ini menunjukkan fokus
diri individu perawat (Agustini, 2013). Pada utama pelayanan perawat adalah pemenuhan
faktor internal, perawat memandang bahwa kebutuhan pasien.
pekerjaan sebagai seorang perawat merupakan Selain itu, beban kerja dapat pula
suatu tugas mulia. Sehingga ada kepuasan, dipengaruhi dari kemampuan individu perawat
kepercayaan, keinginan, dan motivasi yang kuat itu sendiri seperti pengetahuan dan
bagi individu ketika bekerja. Hal ini menjadi keterampilan yang dimiliki perawat dalam
faktor yang sangat kuat, dan sangat melaksanakan pekerjaan sehingga mampu dan
mempengaruhi individu dalam bekerja. dengan mudah menyelesaikan tugasnya.
Hasil pengolahan data yang dilakukan Adanya tuntutan keluarga pasien, harapan
ditemukan bahwa faktor internal cukup pimpinan akan kualitas pelayanan, kurangnya
menonjol pada diri perawat yang bekerja di tenaga dan variasi pekerjaan yang terlalu
ruang perawatan. Gambaran kecilnya terlihat banyak juga turut menambah beban kerja pada
pada 8 perawat (29,6%) yang memiliki beban perawat (Marquis & Huston, 2010). Asumsi ini
kerja berat ternyata menunjukkan kinerja yang dibuktikan dari distribusi responden, didapatkan
sangat baik. Peneliti mencoba mengkaji dengan bahwa rata-rata perawat telah berpendidikan
melakukan wawancara pada 3 orang perawat minimal diploma keperawatan dan tidak ada
perwakilan masing-masing ruangan yang lagi dengan tamatan SPK. Sehingga
memiliki pernyataan yang sama. Dari hasil kemampuan yang ditunjang pengetahuan yang
wawancara diketahui bahwa menurut mereka baik dapat menjadi penunjang optimalnya
melaksanakan tugas dalam memberikan beban kerja perawat.
pelayanan keperawatan yang terbaik adalah Pada faktor eksternal, beban kerja
yang utama, sehingga sudah menjadi tanggung optimal di RSU Bahteramas telah terkelola
jawab mereka untuk bekerja semaksimal dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan
mungkin walaupun dengan beban kerja yang pengaturan lamanya waktu kerja sesuai dengan
tinggi. Hasil yang diperoleh ini sejalan dengan standar kebijakan, waktu istirahat, kerja bergilir
penelitian (Sitepu, 2013) yang menemukan di antara perawat, pengaturan kerja malam,
bahwa beban kerja tidak menjadi penghalang sistem pengupahan, model struktur organisasi
bagi individu dalam bekerja karena di dorong yang telah mengikuti MPKP, serta pelimpahan
oleh faktor motivasi. tugas dan wewenang yang baik. Keseluruhan
Hal ini sesuai dengan penjelasan (Potter komponen ini akan menimbulkan iklim kerja
& Perry, 2010) bahwa keperawatan adalah yang baik sehingga individu merasa betah
profesi yang memberikan pelayanan dengan untuk melakukan pekerjaan walaupun telah
penuh kasih sayang, perhatian, tanggung jawab, melebihi beban kerjanya. Hasil ini sejalan
dengan penelitian (Lestya et al., 2016) yang melakukan analisis kebutuhan tenaga perawat
mengemukakan bahwa iklim kerja yang baik yang didasarkan pada perhitungan Gillies
berkorelasi secara positif dengan beban kerja sehingga didapatkan data kesesuaian jumlah
fisik karyawan. tenaga yang dibutuhkan saat ini. Berdasarkan
Pada awalnya, beban kerja tersebut data bed ocupation rate (BOR) dan rata-rata
menjadi sebuah tantangan bagi individu untuk tingkat ketergantungan pasien, diketahui bahwa
tetap berupaya melaksanakan pekerjaan kebutuhan tenaga perawat di ruangan kelas I
sehingga mencapai hasil yang maksimal sesuai yaitu 25 perawat (saat ini 31 perawat), di
dengan yang diharapkannya, akan tetapi ruangan kelas II yaitu 20 perawat (saat ini 31
berlangsungnya secara terus menerus kondisi perawat), dan di ruangan kelas III yaitu 36
beban kerja yang terus meningkat dapat perawat (saat ini 30 perawat). Dari hasil
mengakibatkan perawat akan mencapai perhitungan ini menunjukkan adanya
kemampuan maksimal pada diri sehingga ketidaksesuaian kebutuhan tenaga pada ruangan
menyebabkan munculnya kelelahan secara fisik kelas III yang masih kurang 6 perawat,
maupun emosional terhadap pekerjaan itu sedangkan di ruangan kelas I dan kelas II
sendiri (Laschinger & Wong, 2014). berlebih dari kebutuhan yang seharusnya.
Berdasarkan analisis perbedaan beban Tidak sesuainya rasio jumlah perawat
kerja di antara ketiga ruang perawatan yaitu dengan jumlah pasien akan semakin menambah
kelas I, kelas II, dan kelas III ditemukan bahwa beban kerja perawat di ruangan tersebut. Hal ini
ruangan kelas III memiliki beban kerja lebih senada dengan penjelasan (Nursalam, 2011)
besar dengan mean rank sebesar 45,81, dan dimana beban kerja berlebih pada perawat
perbedaan di antara ketiga ruangan tersebut sering kali disebabkan karena rasio tenaga
sangat bermakna dengan nilai p = 0,037. Dari perawat dengan pasien yang tidak seimbang,
hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa ruang sehingga perawat mengerjakan terlalu banyak
perawatan kelas III memiliki beban kerja yang pekerjaan. Dari kondisi ini dapat menjadi
lebih tinggi dibandingkan dengan ruang pemicu munculnya kelelahan emosional bagi
perawatan lainnya. perawat di ruangan kelas III yang dapat
Ruangan perawatan kelas III berdampak pada kinerjanya. Seperti hasil
merupakan ruang perawatan yang diberikan penelitian (Shirom et al., 2010) maupun
pada kelompok masyarakat ekonomi menengah (Tamaela, 2011) yang menemukan bahwa
ke bawah dengan fasilitas yang ditawarkan beban kerja merupakan variabel yang memiliki
berupa ruang inap berkapasitas 4 – 6 orang. hubungan searah dengan tingginya burnout
Lebih murah dan terjangkaunya biaya dalam sehingga dapat menyebabkan penurunan
perawatan kelas III ditengarai menjadi kinerja.
penyebab jumlah pasien yang dirawat lebih Dari wawancara yang dilakukan pada
banyak dengan intensitas pemanfaatan tempat kepala ruangan di tiga ruangan, ditemukan
tidur juga tinggi. adanya beberapa kegiatan tambahan yang dapat
Tingginya beban kerja yang menambah beban kerja perawat di antaranya
dipersepsikan perawat diruang perawatan kelas mengikuti apel pagi pada jam 07.15 untuk
III dibandingkan dengan ruang perawatan perawat jaga pagi, harus mengantar pasien ke
lainnya sejalan dengan observasi beban kerja ruangan radiologi maupun poliklinik, dan
yang dilakukan peneliti dengan menggunakan mengurus administrasi pasien. Menurut kepala
pendekatan work sampling untuk mengamati ruangan, adanya pekerjaan tambahan ini
pola kegiatan perawat dalam memberikan menyebabkan semakin banyaknya kesibukan
asuhan keperawatan baik secara langsung perawat sehingga interaksi yang digunakan
maupun tidak langsung. Dari 4 perawat yang dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
diamati di ruangan kelas III, terdapat 3 perawat pasien berkurang. Selain itu, pada observasi
yang memiliki waktu kerja produktifnya >80% ditemukan pula adanya waktu kerja yang terlalu
dari waktu dinas. Sehingga dapat disimpulkan banyak digunakan perawat dalam
bahwa beban kerja dari perawat tersebut pendokumentasian asuhan keperawatan (±25%
melebihi beban kerja yang seharusnya dari waktu kerja), dan bahkan beberapa perawat
dilakukan. mengeluhkan pendokumentasian ini terlalu
Selain itu, untuk melihat pola beban banyak sehingga muncul rasa malas untuk
kerja di ruangan masing-masing, peneliti melengkapi pendokumentasian. Banyaknya
variasi kerja yang di kerjakan perawat inilah Berbeda halnya dengan beban kerja
yang akan semakin menambah beban kerja perawat di ruangan kelas I yang pada umunya
yang dipersepsikannya (Sadock & Sadock, terbanyak berada pada kategori optimal yaitu
2010). 14 perawat (63,6%), dan hanya 9 perawat
Demikian pula pernyataan dari perawat (36,4%) yang beranggapan berat. Akan tetapi
mengenai beban kerja ditemukan adanya dari beberapa pertanyaan tentang beban kerja
beberapa keluhan yang menambah beban kerja pada perawat di kelas I, ditemukan adanya
perawat. Di antaranya pada pertanyaan beban pertanyaan-pertanyaan yang direspons menjadi
kerja terhadap kontak langsung perawat dengan beban bagi perawat dalam bekerja di antaranya
pasien ditemukan ada 54,2% perawat di adalah beban karena tuntutan keluarga akan
ruangan kelas III merasa sering menjadi beban kesehatan pasien ditemukan 72,7% perawat
dalam melaksanakan tugas. Dari observasi yang merasa sering menjadi beban, dan ada 54,5%
dilakukan peneliti di ruangan kelas III, perawat kadang merasa pengetahuan dan
diketahui bahwa pasien yang dilayani adalah keterampilannya tidak mampu mengimbangi
masyarakat yang pada umumnya tidak mampu. kesulitan dalam pekerjaan. Selain itu, beban
Menurut salah salah satu perawat di ruangan kerja oleh karena harapan pimpinan akan
kelas III, bahwa beratnya beban kerja yang pelayanan yang berkualitas ditemukan
dirasakan selama memberikan pelayanan adalah sebanyak 45,5% perawat menjawab sering
pasien di kelas III memiliki kecenderungan menjadi beban. Hal ini menunjukkan adanya
untuk susah diatur, contohnya keluarga pasien perbedaan beban kerja yang dipersepsikan
yang terlalu banyak menjaga pasien di ruangan perawat yang semakin meningkatkan yang
sehingga sering mengganggu kenyamanan dialami perawat dikelas I dibandingkan dengan
perawat untuk bekerja. Selain itu, ditinjau dari ruangan kelas III. Dimana pada ruangan kelas
karakteristik penyakit pasien yang dirawat III beban kerja lebih dikarenakan kurangnya
sering juga berkaitan dengan penyakit-penyakit jumlah tenaga dan kontak dengan pasien yang
menular seperti TBC, hepatitis, dan lain-lain. berisiko menular cukup tinggi.
Salah satu contoh adanya isu virus MERS Pada ruangan perawatan kelas II
(Midlle east respiratory syndrome) pada merupakan ruangan yang memiliki nilai beban
beberapa pasien, perawatannya dilakukan di kerja paling rendah dibandingkan dengan dua
ruangan kelas III ini sehingga terkadang ruangan lainnya. Jika ditinjau dari beban kerja
menjadikan perawat merasa cemas dalam selama observasi dari 4 perawat memang waktu
memberikan pelayanan keperawatan. Hal-hal kerja produktifnya rata-rata < 80% jam kerja,
inilah yang memungkinkan dapat menambah begitu pula dari data BOR selama bulan Mei
beban kerja yang dipersepsikan perawat di hanya mencapai 56,6% dengan kata lain tidak
ruangan kelas III. mencapai standar BOR ideal yaitu 70-80%.
Jika dilihat dari standar beban kerja Sehingga ruangan kelas II ini memiliki beban
berdasarkan waktu jam kerja yang ditentukan kerja yang cukup baik dan sesuai dengan
rumah sakit pada umumnya sudah sesuai. jumlah perawat.
Dimana setiap perawat wajib bekerja selama 42
jam per minggu, sehingga pengaturan jadwal KESIMPULAN DAN SARAN
dinas perawat yang telah dilakukan kepala Dari hasil penelitian ini dapat
ruangan sesuai dengan porsi masing-masing disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
perawat setiap minggunya. Akan tetapi jika bermakna beban kerja di antara ruang
dilihat dari distribusi jadwal jaga berdasarkan 3 perawatan kelas I, kelas II, dan kelas III.
shift di ruangan kelas III ditemukan adanya hal Sedangkan ruang perawatan kelas III memiliki
yang tidak sesuai. Dimana perawat jaga pagi beban kerja yang lebih besar dibandingkan
rata-rata 15 perawat, jaga sore dan malam dengan ruang perawatan lainnya.
masing-masing 5 perawat. Jika dilihat dari Penelitian ini merekomendasikan
perhitungan distribusi perawat berdasarkan shift perlunya dilakukan analisis kebutuhan tenaga
dengan metode Gillies, seharusnya di ruangan perawat yang disesuaikan dengan tingkat
kelas III ini pada jaga sore sebanyak 11 ketergantungan pasien di ruangan masing-
perawat. Sehingga banyak ditemukan perawat masing, sehingga beban kerja yang diterima
yang mengeluh merasakan sangat sibuk dan perawat sesuai dengan kondisi yang ada. Selain
melelahkan pada saat dinas sore. itu, perlunya perbaikan pada sistem pengelolaan
dokumentasi asuhan keperawatan (askep) yang keperawatan: Teori & aplikasi (4th ed.).
lebih efektif untuk mengurangi waktu kerja EGC.
perawat dalam mendokumentasikan askep Moorhead, G., & Griffin, R. W. (2013).
contohnya menggunakan format check list, dan Perilaku Organisasi : Manajemen
pengadaan tenaga administrasi maupun sumber daya manusia dan organisasi
evakuator untuk mengurangi variasi kerja (Diana Anggelika, Trans.). Salemba
perawat, sehingga kegiatan perawat dapat lebih Medika.
berfokus pada pemenuhan kebutuhan pasien. Nursalam. (2011). Manajemen keperawatan :
Penerapan model cheklist dalam aplikasi dalam praktik keperawatan
pendokumentasian asuhan keperawatan lebih profesional (3rd ed.). Salemba Medika.
memudahkan perawat dalam Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010).
mendokumentasikan serta waktu yang Fundamental Keperawatan, edisi 7
digunakan lebih efisien. (Adriana Frederika, Trans.) (7th ed.).
Salemba Medika.
DAFTAR PUSTAKA Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2010). Buku
Agustini, T. (2013). Analisis beban kerja Ajar Psikiatri Klinis (2nd ed.). EGC.
perawat pelaksana berdasarkan Shirom, A., Nirel, N., & Vinokur, A. D. (2010).
karakteristik, jenis ruang perawatan, dan Work hours and caseload as predictors of
pengaturan shift di ruang rawat inap physician burnout: The Mediating Effects
Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI by Perceived Workload and by
Makassar tahun 2013. Universitas Autonomy. Applied Psychology, 59(4),
Hasanuddin. 539–565. https://doi.org/10.1111/j.1464-
Hadley, F., Graham, K., & Flannery, M. (2004). 0597.2009.00411.x
Workforce management objective a: Sitepu, A. (2013). Beban Kerja Dan Motivasi
Assess use, compliance and efficacy Pengaruhnya Terhadap Kinerja
nursing workload measurement tools. Karyawan Pada Pt. Bank Tabungan
March 2004, 1–97. Negara Tbk Cabang Manado. Jurnal
Kurniadi, A. (2013). Manajemen keperawatan Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan
dan prospektifnya : Teori, konsep, dan Akuntansi, 1(4), 1123–1133.
aplikasi. Badan Penerbit : Fakultas https://doi.org/10.35794/emba.v1i4.2871
Kedokteran Universitas Indonesia. Tamaela, E. Y. (2011). Konsekuensi Konflik
Lailani, F. (2012). Burnout Pada Perawat Peran , Kelebihan Beban Kerja dan
Ditinjau Dari Efikasi Diri dan Dukungan Motivasi Intrinsik terhadap Burnout
Sosial. Talenta Psikologi, 1(1), 66–86. pada Dosen yang. 13(2), 111–122.
https://doi.org/10.2143/TVG.69.08.2001 Whitebead, D. K., Weiss, S. A., & Tappen, R.
380 M. (2010). Essentials of nursing
Laschinger, & Wong. (2014). Resonant leadership and management (5th ed.).
Leadership and Workplace F.A Davis Company.
Empowerment: Nursing Economic$, Xanthopoulou, D., Bakker, A. B., Dollard, M.
32(1), 5–16. F., Demerouti, E., Schaufeli, W. B.,
Lestya, D. N. W., Rachman, F., & Wiediartini. Taris, T. W., & Schreurs, P. J. G. (2007).
(2016). Anaslisis Faktor Eksternal dan When do job demands particularly
Internal Yang Mempengaruhi Beban predict burnout? The moderating role of
Kerja Fisik Pada pekerjaan Finisshing Di job resources. Journal of Managerial
Perusahaan Fabrikasi Baja. Conference Psychology, 22(8), 766–786.
on Safety Engineering and Its https://doi.org/10.1108/02683940710837
Application, 2581, 24–28. 714.
Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010).
Kepemimpinan dan manajemen