You are on page 1of 9

Al Ulum Sains dan Teknologi Vol. 5 No.

2 Mei 2020 74

EKSPLORASI AKUIFER AIR BAWAH TANAH MENGGUNAKAN METODE


TAHANAN JENIS 2D DI DESA SELARU KABUPATEN KOTABARU,
KALIMANTAN SELATAN

Rudy Hendrawan Noor1), Ishaq1), Jarwanto1) , dan Dwi Priono2)

1
Jurusan Teknologi Pertambangan, Akademi Teknik Pembangunan Nasional (ATPN) Banjarbaru,
Jl. Taman Gembira Barat No.14 GuntungPaikat, kodepos 70711
2
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Provinsi Kalimantan Selatan,
Jl.Pangeran Suriansyah No 7, kodepos 70711
Email: rudyhendrawan28@gmail.com; ishaqitb14@gmail.com

ABSTRACT
Geoelectric resistivity method is one method that can be used to characterize water-bearing rock
layers (aquifers). This method is based on the existence of differences in type resistivity in the layers of rock
that are flowed electrically. The use of this method is based on easy application, faster data acquisition with
broad data coverage (lateral and vertical), and lower costs. Data acquisition uses two configurations or
electrode arrangement, namely sclumberger and wenner-schlumberger configurations. The number of
trajectories for data acquisition uses one path with a total of 28 electrodes and the spacing between the
electrodes is 20 meters. The data obtained in the form of data resistivity type of each underground layer and
its depth will be further analyzed using AGISSAdmin software. The results are obtained in the form of a 2-
dimensional (2D) cross-sectional value of underground layers laterally and vertically. The low resistivity
value will be interpreted as a layer containing ground water, which was previously corrected against the
geological and hydrological data of the area. From the cross section of the type resistors, values of 20 - 317
Ωm were obtained for the wenner and wenner-schlumberger arrangements. Selaru Village consists of two
rocks unit, the first rock (≤ 120 Ohm.m) in the form of Tanjung Formation rocks, with large porosity and
small permeability and groundwater potential in this unit is small (0 - 40 m depth). The second rock (≥ 120
Ohm.m) is Pre Tertiary, with very little porosity and permeability, except secondary porosity in rock
fractures.

Keywords: geoelectric, groundwater, wenner, wenner-schlumberger

PENDAHULUAN Desa Selaru berada pada Kecamatan Pulau


Usaha untuk memanfaatkan dan memperoleh Laut Tengah di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan
air telah dilakukan sejak dahulu. Salah satu cara Selatan adalah salah satu daerah yang ketersediaan
untuk memperolehnya dengan menggali sumur, air sulit terutama pada musim kemarau. Pemanfaatan
namun dengan berbagai keterbatasan sumur gali air bersih oleh penduduk banyak bersumber dari air
sudah mulai ditinggalkan dan perkembangannya permukaan (air sungai) yang ada di desa tersebut,
mengarah kepenggunaan sumur-sumur bor dengan namun pada musim kemarau ketersediaan air
kedalaman tertentu. Baik pembuatan sumur gali dan menjadi minim bahkan keruh, sehingga tidak layak
sumur bor banyak dilakukan tanpa mengetahui lagi untuk dimanfaatkan sebagai air bersih. Maka
keterdapatan, posisi dan ketebalan lapisan pembawa dari itu diperlukan usaha untuk mencari sumber air
air (akuifer) di bawah permukaan bumi. Dengan cara alternatif.
tersebut maka tidak menutup kemungkinan sumur- Guna memenuhi kebutuhan air bersih
sumur yang dibuat tidak berisi air karena tidak penduduk Desa Selaru, maka diperlukan usaha untuk
menembus lapisan akuifer. Kasus ini umumnya memperoleh sumber-sumber air bersih. Salah satu
terjadi terutama pada daerah yang sulit air. sumber yang mudah dan dapat dimanfaatkan adalah
75

sumber air tanah. Namun, tidak semua daerah di Tujuan penelitian ini, yaitu untuk memperoleh
bawah tanahnya mengandung air tanah, dikarenakan gambaran lapisan-lapisan batuan bawah permukaan
adanya perbedaan karakteristik batuan terhadap berdasarkan perbedaan tahanan jenisnya, sehingga
kemampuan penyimpanan air, sehingga diperlukan dapat diklasifikasikan sebagai lapisan pembawa air
penyelidikan terlebih dahulu untuk mengetahui (akuifer), serta dapat diketahui kedalaman dan
keterdapatan lapisan-lapisan batuan yang ketebalannya sehingga dapat menentukan lokasi titik
mengandung air tanah (akuifer) serta kedalamannya bor air tanah. Seperti diketahui tahanan jenis air
dengan harapan nantinya dapat dimanfaatkan oleh tanah bervariasi dari 10 hingga 100 ohm.m,
penduduk setempat. tergantung pada konsentrasi garam terlarut (Loke,
Meskipun air tanah tidak dapat secara 2004). Dengan cara ini bisa ditetapkan lokasi
langsung diamati melalui permukaan, penyelidikan rencana dari titik-titik pengeboran sumur bor yang
permukaan merupakan langkah awal yang cukup diharapkan mampu untuk menghasilkan air dalam
penting dilakukan, paling tidak dapat memberikan jumlah yang boleh dikata cukup berarti, jika kondisi
suatu gambaran mengenai lokasi keberadaan air lapangan memang mendukung hal tersebut.
tanah tersebut.
Beberapa metode penyelidikan permukaan METODE PENELITIAN
tanah yang dapat dilakukan, diantaranya: metode Lokasi Penelitian
geologi, metode gravitasi, metode magnit, metode Lokasi penelitian dilakukan di Desa Selaru
seismik, dan metode geolistrik. Dari metode-metode Kecamatan Pulau Laut Tengah, Kabupaten
tersebut, metode geolistrik merupakan metode yang Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Berkisar
banyak sekali digunakan dan hasilnya cukup baik ±300 km kearah timur dari kota Banjarmasin, Ibu
(Bisri,1991). Penggunaan metode ini didasari pada Kota Kalimantan Selatan. Garis merah merupakan
penerapan yang mudah, perolehan data yang lebih kumpulan titik-titik pengukuran di lapangan yang
cepat dengan cakupan data yang luas, serta biaya membentuk garis lurus. Lintasan geolistrik diukur di
yang lebih murah. Metode geolistrik didasari dengan pinggiran jalan Desa dan sebagian titik pengukuran
adanya perbedaan tahanan jenis pada lapisan-lapisan terletak di kebun karet untuk memperoleh lintasan
batuan yang dialirkan arus listrik. geolistrik yang lurus.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Eksplorasi Akuifer Air Bawah Tanah Menggunakan Metode Tahanan Jenis 2D di Desa Selaru Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan (Rudy
Hendrawan Noor, Ishaq, Jarwanto , dan Dwi Priono)
Al Ulum Sains dan Teknologi Vol. 5 No. 2 Mei 2020 76

Akuisisi Data dan Metode yaitu konfigurasi wenner dan wenner-schlumberger.


Jenis penelitian berupa penyelidikan lapangan Data yang diperoleh berupa data tahanan jenis
secara langsung dengan menggunakan metode masing-masing lapisan bawah tanah dan
Geolistrik. Data yang digunakan pada penelitian ini kedalamannya yang akan dianalisis lebih lanjut
berupa data primer dimana perolehan data diakuisisi dengan menggunakan software AGISSAdmin. Hasil
langsung di lapangan. Metode akuisisi data pengolahan data berupa tampilan 2 dimensi (2D)
menggunakan dua konfigurasi atau susunan lapisan-lapisan permukaan bawah bumi secara
elektroda yaitu konfigurasi sclumberger dan wenner- lateral dan vertikal yang menunjukkan nilai-nilai
schlumberger (gambar 3). Namun jumlah lintasan tahanan jenis dan kedalamannya. Nilai tahanan jenis
untuk akuisisi data menggunakan satu lintasan yang rendah akan diinterpretasikan sebagai lapisan
dengan jumlah elektroda sebanyak 28 buah dengan yang mengandung air tanah. Selain menggunakan
spasi antara elektroda adalah 20 meter. referensi tahanan jenis, juga digunakan analisis
Sebelum pengambilan data, terlebih dahulu berdasarkan peta geologi dan peta hidrogeologi di
diawali survei lapangan untuk menentukan titik daerah penelitian.
lintasan pengambilan data, mengingat bentangan Setiap elektroda yang ditancapkan di
lintasan pengambilan data geolistrik diperlukan permukaan akan diukur masing-masing
lintasan yang lurus dengan harapan data yang koordinatnya dengan menggunakan GPS (Globale
diperoleh lebih akurat. Position System), selain tujuannya mempermudah
Proses pengambilan data dilakukan dengan diplot pada peta juga untuk melihat elevasi
menggunakan alat geolistrik Supersting R1/IP permukaan sehingga dapat mengoreksi kedalaman
dengan akuisisi data menggunakan dua konfigurasi, akuifer dari permukaan. Secara ringkasnya alur

Survei Lokasi Lintasan Geolistrik

Penggunaan Konfigurasi

Wenner Wenner-schlumberger

Tahanan Jenis Semu Tahanan Jenis Semu

Faktor Geometri: Faktor Geometri:


𝑲 = 𝟐𝝅𝒂 𝑲 = 𝒏(𝒏 + 𝟏)𝝅𝒂

Tahanan Jenis Sebenarnya Tahanan Jenis Sebenarnya

Penampang 2D Bawah Komparasi Konfigurasi Penampang 2D Bawah


Permukaan Permukaan

Analisis Terhadap Geologi dan Hidrogeologi

Zona Lapisan Akuifer dan Titik Bor

Gambar 2. Flowchart Penelitian


77

penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2: analisa yang diperoleh cuman berupa 1 dimensi
(1D), yaitu gambaran tahanan jenis lapisan-lapisan
Susunan Eletroda Arus dan Potensial bawah permukaan tanah dan tidak menggambarkan
Pada setiap titik pengukuran tahanan jenis secara lateral (2D), sehingga interpretasi akan
digunakan empat elektroda, dengan dua elektroda terbatas dan sebaran lapisan akuifer bawah
arus (C1 dan C2) dan dua elektroda potensial (P1 permukaan tidak terlihat. Hal ini biasanya di
dan P2). Dua elektroda arus yang dipasang dengan karenakan keterbatasan alat yang digunakan dan
jarak tertentu seperti pada Gambar 3, akan pertimbangan efesiensinya. Pada penelitian ini
menyebabkan potensial pada titik-titik dekat dengan menggunakan alat Resistivitymeter
permukaan dipengaruhi oleh kedua elektroda arus Supersting R1/IP dapat mengukur tahanan jenis
tersebut. Adanya deteksi perbedaan potensial ini dengan hasil analisa berupa 2 dimensi (2D);
akan dikonversi sebagai tahanan jenis di setiap konfigurasi wenner dan wenner-schlumberger yang
lapisan bawah tanah. hasil kedua konfigurasi tersebut akan saling
dibandingkan. Hasil analisa berupa gambaran 2
dimensi bawah permukaan tanah akan lebih mudah
menginterpretasikan sebaran akuifer dan penentuan
titik lokasi pengeboran nantinya.
Gambar 3. Susunan empat elektroda pengukuran
tahanan jenis di permukaan tanah.
Konfigurasi Wenner
Diantara beberapa konfigurasi pada metode
Beda potensial antara P1 dan P2 dapat ditulis
geolistrik, wenner memiliki kekuatan sinyal terkuat.
sebagai berikut :
Hal ini sangat membantu jika survei dilakukan di
area dengan noise yang tinggi. Keunggulan dari
= ( + ) ........... (1) konfigurasi wenner, yaitu relatif sensitif terhadap
dengan faktor geometri: perubahan vertikal dalam resistivitas bawah
= .............................. (2) permukaan tanah. Namun, kurang sensitif terhadap
( ) perubahan horizontal resistivitas bawah permukaan.
Maka persamaan (1) dapat ditulis menjadi Secara umum, Wenner bagus dalam pendeteksian
= .............................................................. (3) perubahan vertikal (yaitu struktur horizontal), tetapi
relatif tidak sensitif dalam mendeteksi perubahan
dengan arus dalam ampere, V beda potensial horizontal (yaitu struktur vertikal yang sempit).
dalam volt,  resistivitas (tahanan jenis) dalam ohm
meter dan merupakan faktor geometri dari
konfigurasi elektroda potensial dan elektoda arus
dalam meter (Loke, 2004).
Secara umum untuk semua konfigurasi di
dalam metode geolistrik, menentukan besaran
tahanan jenis (ρ) di masing-masing titik pengukuran a a a
A M N B
elektroda, yaitu dengan menggunakan persamaan 3
di atas. Namun, yang membedakan hasil analisa Gambar 4. Pengaturan Elektroda Konfigurasi
pada setiap konfigurasi adalah adanya perbedaan Wenner
faktor geometri (k). Pada penelitian ini
menggunakan dua konfigurasi dalam pengukuran Susunan elektroda akuisisi data konfigurasi wenner
tahanan jenis, yaitu konfigurasi wenner dan dapat dilihat pada gambar 4, dimana masing-masing
konfigurasi wenner-schlumberger. Eksplorasi jarak elektroda pada setiap titik pengukuran
lapisan akuifer air tanah pada umumnya memiliki nilai yang sama.
menggunakan metode sounding vertical dengan Faktor geometri dari konfigurasi wenner adalah :
konfigurasi schlumberger. Konfigurasi ini memiliki = ............................................................ (4)
penetrasi yang bagus secara vertikal, namun hasil dengan a adalah jarak antara elektroda.
Eksplorasi Akuifer Air Bawah Tanah Menggunakan Metode Tahanan Jenis 2D di Desa Selaru Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan (Rudy
Hendrawan Noor, Ishaq, Jarwanto , dan Dwi Priono)
Al Ulum Sains dan Teknologi Vol. 5 No. 2 Mei 2020 78

Konfigurasi Wenner-schlumberger atau formasi batuan bawah permukaan, sehingga


Konfigurasi ini merupakan gabungan antara dapat diterapkan untuk menduga keberadaan akuifer
Wenner dan Schlumberger dimana cukup sensitif air tanah (Priyantari dan Wahyono, 2005).Potensi
terhadap horizontal (untuk nilai "n" rendah) dan keberadaan air tanah dapat diketahui dengan
struktur vertikal (untuk nilai "n" tinggi). Kekuatan mengidentifikasi formasi batuan dan struktur bawah
sinyal lebih lemah dari Wenner-schlumberger, permukaan berdasarkan variasi nilai resistivitas
sehingga menjadi pertimbangan jika survei (Wijaya, 2015).
dilakukan di area dengan noise yang tinggi. Pada gambar 6 di atas, menunjukkan rentang
Konfigurasi ini adalah konfigurasi dengan tahanan jenis beberapa bahan. Tahanan jenis air
sistem aturan spasi yang konstan dengan catatan tanah bervariasi dari 10 hingga 100 ohm.m,
faktor pembanding “n” untuk konfigurasi ini adalah tergantung pada konsentrasi garam terlarut di
perbandingan jarak antara elektroda AM dengan dalamnya. Perhatikan tahanan jenis rendah (sekitar
jarak antara MN seperti pada Gambar 5. Jika jarak 0,2 ohm.m) air laut karena kandungan garam yang
antara elektroda potensial MN adalah a maka jarak relatif tinggi. Ini menjadikan metode tahanan jenis
antar elektroda arus (Adan B) adalah 2na + a. ini sebagai teknik yang ideal untuk memetakan
salinitas dan muka air tawar di daerah pesisir (Loke,
2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penentuan zona akuifer air tanah kurang
A M N B akurat jika hanya berdasarkan rentang nilai tahanan
jenis seperti pada gambar 6. Hal ini dikarenakan
Gambar 5. Pengaturan Elektroda Konfigurasi pada rentang nilai tersebut banyak kemungkinan
Wenner-schlumberger nilai tahanan jenis bahan lain yang terdeteksi seperti
Susunan elektroda akuisisi data konfigurasi Wenner- alluvium, clay, lignite, dan lainnya. Maka sebagai
schlumberger dapat dilihat pada gambar 5, dimana data pendukung, diperlukan data geologi dan data
masing-masing jarak elektroda pada setiap titik hidrogeologi di daerah penelitian, sehingga hasil
pengukuran memiliki nilai yang berbeda. interpretasi akan lebih akurat.
Faktor geometri dari konfigurasi Wenner-
schlumberger adalah : Geologi Daerah Penelitian
= ( + ) ................................................ (5) Lintasan geolistrik berada pada pinggiran
dengan a adalah jarak antara elektroda M dan N formasi tanjung dan hampir bersinggungan dengan
(Utiya, dkk, 2015). formasi pitap. Secara geologi daerah pengukuran
Data tahanan jenis yang diperoleh di masing- tersusun oleh satuan batuan sedimen Formasi
masing titik pengukuran masih bersifat semu dan Tanjung (tanda silang merah pada gambar 7).
akan dikonversi ke tahanan jenis sebenarnya setelah Formasi ini disusun oleh batu pasir kuarsa dan batu
dikalikan dengan nilai faktor geometri (K); lempung dengan sisipan batubara. Setempat
konfigurasi wenner terhadap persamaan 4 dan bersisipan dengan batu gamping yang mengandung
konfigurasi wenner-schlumberger terhadap fosil yang menunjukkan umur Eosen. Diendapkan
persamaan 5. Pada penelitian ini, proses tersebut dalam lingkungan fluviatil sampai dengan laut
sudah dilakukan secara otomatis di dalam perangkat dangkal, dengan ketebalan sekitar 750 m.
alat resistivitymeter yang digunakan.
Hidrogeologi Daerah Penelitian
Resistivitas (Tahanan Jenis) Air Tanah Berdasarkan litologi-litologi penyusun
Salah satu metode survei Geofisika yang formasi di daerah penelitian, lapisan batuan yang
lazim digunakan untuk penelitian sumber air tanah berpotensi menjadi akuifer adalah batu pasir kuarsa
adalah metode Geolistrik Tahanan Jenis. Metode ini dan batu bara Formasi Tanjung, serta hasil lapukan
memanfaatkan keragaman nilai resistivitas batuan batuan. Sedangkan batu lempung dari Formasi
bawah permukaan untuk mendeteksi struktur geologi Tanjung, berpotensi menjadi akuitar (penyekat).
79

Gambar 6. Tahanan Jenis beberapa Batuan,


Mineral dan Air dalam Bumi (Loke, 2004)

Gambar 7. Peta Geologi Daerah Penelitian (Pusdatin ESDM, 2020)

Secara hidrogeologi regional daerah produktifitasnya, akuifer termasuk dalam


pengukuran termasuk dalam daerah dengan akuifer produktifitas kelulusan air rendah dengan debit
aliran antar butir sebagian merupakan aliran antar maksimal 5 liter/detik (tanda silang hitam pada
celah atau sarang. Berdasarkan sebaran gambar 8).
Eksplorasi Akuifer Air Bawah Tanah Menggunakan Metode Tahanan Jenis 2D di Desa Selaru Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan (Rudy
Hendrawan Noor, Ishaq, Jarwanto , dan Dwi Priono)
Al Ulum Sains dan Teknologi Vol. 5 No. 2 Mei 2020 80

Gambar 8. Peta Produktivitas Akuifer Daerah Penelitian (Pusdatin ESDM, 2020)

Komparasi Konfigurasi menampakkan pola warna sebagai gambaran nilai


kedua konfigurasi yang digunakan masing- tahanan jenis batuan bawah permukaan yang mana
masing meiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga memiliki kenampakan penampang yang sama,
saling menutupi kelemahan masing-masing meskipun ada beberapa perbedaan pola di beberapa
konfigurasi. Penggunaan dua konfigurasi bertujuan lokasi.
sebagai data pembanding dari hasil analisa akhir
atau penampang 2 dimensi tahanan jenis bawah Zona Potensi Air Tanah
permukaan tanah, dengan harapan hasil analisa akhir Dari penampang tahanan jenis, didapatkan nilai
kedua konfigurasi tidak jauh berbeda. Adanya yang paling rendah 20 Ωm yang paling tinggi 317
perbedaan hasil penampang yang signifikan, Ωm untuk konfigurasi wenner-schlumberger,
menandakan kemungkinan besar ada kesalahan pada demikian juga untuk konfigurasi wenner.
akuisisi data. Secara keseluruhan berdasarkan penampang dua
Pada gambar 9 dan gambar 10 merupakan dimensi nilai tahanan jenis lintasan geolistrik baik
hasil analisa akhir kedua konfigurasi. Jika dilihat dengan konfigurasi Wenner-schlumberger (Gambar
dari RMS (Root Mean Square), konfigurasi wenner- 9) maupun konfigurasi wenner (gambar 10) maka
shlumberger memiliki nilai RMS 2,35% sedangkan dapat diinterpretasikan bahwa batuan yang
konfigurasi wenner memiliki nilai RMS 1,77%. menyusun Desa Selaru Kecamatan Pulau Laut
Artinya, konfigurasi wenner memiliki nilai error Tengah terdiri dari 2 (dua) satuan batuan. Satuan
yang lebih rendah dan akurasinya lebih tinggi. Hal batuan pertama adalah satuan batuan Formasi
ini sesuai dengan kelebihan dari konfigurasi wenner Tanjung yang terdiri dari batupasir kuarsa dan batu
yang memiliki signal lebih kuat dibandingkan lempung dengan sisipan batubara. Nilai tahanan
dengan konfigurasi lainnya pada metode geolistrik, jenis satuan ini ≤ 120 Ohm.m. Sifat hidrolikanya
khususnya untuk penampang 2 dimensi, sehingga dengan porositas besar dan permeabilitas kecil serta
dapat menekan noise (signal pengganggu) bawah potensi air tanah pada satuan batuan ini kecil. Posisi
permukaan di daerah penelitian. Sedangkan untuk satuan batuan ini berada dipermukaan tanah hingga
konfigurasi wenner-shlumberger kurang baik dalam berkisar kekedalaman 40 m. Pada penampang
menekan noise yang ada. Secara visual tahanan jenis, satuan ini berwarna biru tua – biru
81

Gambar 9. Penampang geolistrik 2D Konfigurasi Wenner-Shlumberger

Gambar 10. Penampang geolistrik 2D Konfigurasi Wenner

muda dan hijau kekuningan. Batupasir kuarsa yang batuan sedimen dan batuan vulkanik dengan sifat
kemungkinan menjadi akuifer aliran antar butir yang fisik batuan keras dan massif. Nilai tahanan jenis ≥
memiliki permeabilitas rendah dan batuan lempung 120 Ohm meter dengan sifat hidrolika berupa
sebagai lapisan akuitarnya dengan sisipan batubara porositas sangat kecil dan permeabilitas sangat kecil,
(akuifer aliran antara rekahan atau celah). Adanya kecuali porositas sekunder pada kekar–kekar batuan,
batuan lapukan kemungkinan dapat menjadi akuifer sehingga pada lapisan batuan ini potensi air satuan
jenis bersarang dikarenakan sifat lapukan pada tanahnya kecil. Pada penampang tahanan jenis ini
batuan yang tidak sama di setiap lapisan atau bahkan berwarna kuning – merah dengan kedalaman > 40
kemungkinan membentuk zona lapukan spot-spot. meter dibawah permukaan.
Dalam hal eksploitasi air tanah secara berkelanjutan, Hal ini sesuai data Pusdatin ESDM tahun
akuifer batupasir kuarsa adalah lebih baik. Dari 2020 yang menyatakan di daerah penelitian
penampang 2 dimensi tahanan jenis memberikan merupakan daerah akuifer bercelah atau sarang
informasi kedalaman ideal akuifer yaitu 40 meter dengan produktivitas kecil bahkan airtanah langka.
dari permukaan. Meskipun demikian, untuk Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa
informasi detailnya perlu dilakukan well logging daerah pengukuran, potensi air tanahnya kecil
setelah pengeboran. dengan debit ≤ 5 liter/detik. Meskipun debitnya
Satuan batuan kedua yang menyusun lintasan kecil, hal ini dapat dimanfaatkan mengingat daerah
ini adalah satuan batuan PraTersier yang terdiri dari Desa Selaru merupakan daerah yang sulit
Eksplorasi Akuifer Air Bawah Tanah Menggunakan Metode Tahanan Jenis 2D di Desa Selaru Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan (Rudy
Hendrawan Noor, Ishaq, Jarwanto , dan Dwi Priono)
Al Ulum Sains dan Teknologi Vol. 5 No. 2 Mei 2020 82

memperoleh air bersih Titik bor ideal untuk


pemanfaatan air tanah adalah pada posisi elektroda Loke, M.H. 2004. Tutorial : 2-D and 3-D electrical
ke 21 atau sekitar 420 meter dari titik awal lintasan imaging surveys.
geolistrik (pada Gambar 9 dan 10). Penentuan ini
Priyantari dan Wahyono. 2005. Penentuan Bidang
didasari pada sebaran penampang lapisan-lapisan Gelincir Tanah Longsor Berdasar Sifat
yang terbentuk, dimana pada posisi tersebut lapisan Kelistrikan Bumi. Jurnal Ilmu Dasar 6(2):137-
yang diduga akuifer terdapat pada zona lapisan yang 141.
paling rendah posisinya terhadap lainnya, sehingga
aliran air akan menuju ke zona tersebut. Selain hal Pusat Data dan Informasi E.S.D.M. (Pusdatin
tersebut, lokasi saran titik bor tersebut lebih dekat ESDM), 2020. E.S.D.M. One Map: Exploring
Energy and Mineral Resources of Indonesia.
dengan pemukiman penduduk, sehingga aksesnya
https://geoportal.esdm.go.id
akan lebih dekat.
Utiya, J., As’ari., Seni H.J.T. 2015. Metode
KESIMPULAN Geolistrik Resistivitas Konfigurasi Wenner-
Hasil Pengamatan lapangan dan interpretasi schlumberger dan Konfigurasi Dipole-dipole
penampang 2 dimensi tahanan jenis di lokasi untuk Identifikasi Patahan Manado di
penelitian maka didapatkan beberapa simpulan Kecamatan Paaldua Kota Manado. Jurnal
Ilmiah Sains Vol. 15 No. 2, Oktober 2015.
sebagai berikut :
1. Penampang tahanan jenis diinterpretasikan Wijaya, A. S. 2015. Aplikasi Metode Geolistrik
adanya dua satuan batuan yaitu satuan batuan Resistivitas Konfigurasi Wenner-
Formasi Tanjung dengan nilai tahanan jenis ≤ schlumberger Untuk Menentukan Struktur
120 ohm meter dan satuan batuan PraTersier Tanah di Halaman Belakang SCC ITS
dengan nilai tahanan jenis ≥ 120 Ωm. Surabaya. Jurnal Fisika Indonesia, 119(55): 1-
5
2. Kedalaman ideal akuifer adalah 40 meter bawah
permukaan dengan lapisan akuifer berupa
batupasir kuarsa dan batu lempung dengan
sisipan batubara sebagai akuitar.
3. Posisi titik bor terletak pada elektroda ke 21 atau
sekitar 420 meter dari posisi awal lintasan
pengukuran.
4. Potensi airtanah di lokasi penelitian Desa Selaru
kecil bahkan airtanah langka dengan debit ≤ 5
liter/detik.

Saran
Mengingat kondisi geologi dan hidrogeologi
serta hasil pengukuran tahanan jenis yang sudah
dijelaskan diatas maka disarankan agar:
1. Perlu penambahan titik ukur lintasan geolistrik
yang lain di daerah penelitian sebagai data
pembanding.
2. Perlu adanya koreksi terhadap data well logging,
agar interpretasi lebih detail terhadap posisi
akuifer yang dihasilkan sehingga lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Bisri, Mohammad. 1991. Aliran Air Tanah. Malang.
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

You might also like