You are on page 1of 10

Pandangan Masyarakat Terhadap …

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP WANITA SEBAGAI PENDENDANG


DALAM ACARA BAGURAU LAPIAK DI PAYAKUMBUH

Syafniati
Institut Seni Indonesia, Padang Panjang
e-mail: syafniatimajid@yahoo.co.id

Abstract
Bagurau Lapiak is one of the types of saluang dendang (sing along with saluang—
a type of recorder—play) performance conducted in the corridors of Payakumbuh stores,
using lapiak (mat) for seat. Bagurau Lapiak is organized by a group ‘pagurauan’
(jokers) held on evenings starting at 21.00 until dawn. The singer (‘pendendang’) in the
show is a woman who will fulfill the request of the audience to sing and play certain
tunes by giving some amount of money to a committee called janang. Previously all
singers in Minangkabau are men; women singers are considered to violate traitional and
religious norms and it is not appropriate for women to sing along with the men in public
let alone at night. However, in the case of saluang pendendang, women sungers play an
important role in attracting the ‘joke addict’ in saluang bagurau (joking) activity. This
paper aims to reveal the form of presentation of bagurau lapiak in Payakumbuh and the
society's view of women as singer. This stuy used qualitative descriptive analysis method
with cultural anthropology approach to music which can be seen through the behavior of
musical physic and verbal as cultural facts of individuals and community groups. The
music and the communities’ behavior have a very close relation. This study also uses
feminimisme theory to explain women’s role in the saluang dendang show. The result
shows that the tunes, the rhymed text that are sung by women are a kind of
communication between the singers and the audience. In the other hand, people support
as well as criticize the woman singer based on traditional, religious, and performing art
values.
Keywords: pendendang women, Bagurau Lapiak, community views
Abstrak
Bagurau lapiak salah satu jenis pertunjukan saluang dendang yang dilakukan di
emperan-emperan toko Payakumbuh, dengan menggunakan lapiak (tikar) sebagai
tempat duduk. Bagurau lapiak ini diselenggarakan oleh kelompok pagurauan yang
dilaksanakan malam hari mulai jam 21.00 Wib sampai menjelang subuh. Sebagai tukang
dendang pada acara bagurau lapiak adalah wanita yang akan melayani permintaan
penonton untuk mendendangkan irama-irama dendang tertentu dengan menyerahkan
sejumlah uang melalui panitia yang disebut janang. Semua pendendang di Minangkabau
pada awalnya adalah kaum laki-laki saja, sebab kaum perempuan dianggap melanggar
adat dan norma agama dan tidak pantas seorang perempuan bersamaan dengan kaum
laki-laki bernyanyi di depan umum apalagi pada malam hari. Tetapi dalam kasus seni
pertunjukan saluang pendendang pendendang wanita sebagai vigur yang sangat
berperan penting dan dapat menarik para pencandu gurau dalam aktivitas bagurau
saluang. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap bentuk penyajian bagurau lapiak di
Payakumbuh dan pandangan masyarakat terhadap wanita sebagai pendendang. Untuk
itu digunakan metode kualitatif analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan
antropologi budaya musik yaitu melihat tingkah laku fisik dan verbal musik sebagai
fakta-fakta budaya yang dilakukan oleh individu maupun kelompok masyarakat. Antara
musik dan tingkah laku masyarakat (penonton) terdapat hubungan yang sangat erat.
Penelitian ini menggunakan teori feminimisme yaitu bagaimana kehadiran wanita dalam

146
Vol. XIII No.2 Th. 2014

sebuah pertunjukan saluang dendang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk


pertunjukan bagurau lapiak, pendendangnya wanita dan jenis dendang dan teks
pantunnya sebagai komunikasi antara pendendang dan penonton serta pandangan
masyarakat terhadap wanita sebagai pendendang, ada yang mengangap psitif dan
negatif tergantung baik dari segi adat, agama dan seni pertunjukan.
Kata kunci: Pendendang wanita, Bagurau Lapiak, Pandangan Masyarakat
Pendahuluan sama warga yang selama ini tidak bertemu
Istilah bergurau pada saat sekarang seperti kenalan, sahabat dekat. Tetapi sekarang
muncul dalam konteks pertunjukan Saluang ini kegiatan bagurau dilakukan sebagai pen-
dendang, dan sudah menjadi sebuah konsep caharian dalam rangka memenuhi kebutuhan
untuk menyebutkan suatu aktivitas pertunjukan ekonomi, sebagaimana yang terjadi dalam
seni tradisional yang disebut Basaluang. Secara kehidupan seniman tradisi seperti saluang
tradisional; basaluang dijadikan sebagai sarana dendang. Hal ini bisa disebabkan karena
untuk bersenda-gurau, melalui permainan sastra lapangan kerja yang tidak ada baginya, sedang-
pantun yang direkonstruksi oleh wanita sebagai kan dalam kehidupan ia harus memenuhi ke-
tukang dendang secara spontan dengan ber- wajiban ekonominya, karena salah satu yang ia
bagai macam irama. Biasanya pertunjukan ini punyai adalah keterampilan dalam kesenian
berlangsung dari pukul 21.00 wib sampai antara lain sebagai tukang dendang. Salah satu
menjelang subuh; dalam istilah lokal disebut bentuk pertunjukan bagurau ini terdapat di
bagurau samalan suntuak. daerah Payakumbuh yang dikenal dengan
Secara konseptual bagurau atau bergurau bagurau lapiak, tempat pelaksanaannya diada-
merupakan suatu aktivitas sosial yang sering kan di emperan-emperan toko-toko setelah toko
muncul dalam berbagai bentuk kehidupan tersebut ditutup dengan mengunakan lapiak
masyarakat di Minangkabau (Sumatera Barat). (tikar) sebagai tempat duduk mereka atau di-
Ia hadir dalam bentuk kelakar, bercengkrama sebut juga dengan bagurau kaki lima.
dalam membicarakan topik-topik tertentu dan Dalam tradisi bagurau lapiak biasanya
diselingi oleh rasa humor. Bisa saja ia muncul diselenggarakan oleh orang-orang sehobi atau
pada saat minum kopi di warung-warung, atau kelompok pagurauan. Tidak ada larangan bagi
sedang bersendagurau di suatu tempat dan pada orang lain di luar kelompok mereka apabila
peristiwa-peritiwa lain yang muncul sebagai mau ikut bergabung. Dalam pertunjukan itu
bagian dari hiburan. tidak ada aturan tertentu yang mengikat, karena
Tradisi bagurau tersebut berkembang di tujuan utamanya untuk hiburan semata. Semua
daerah Luhak Nan Tigo (Kab. Agam, Tanah penonton dapat terlibat secara aktif, baik se-
Datar, Lima Puluh Kota, dan sekitarnya). bagai tukang saluang, tukang dendang, atau
Penyanyi atau pendendang itu biasanya lebih hanya sekedar penonton saja. Walaupun mereka
dari satu orang, bisa pria atau wanita (sekarang tidak bisa berdendang setidaknya mereka dapat
lebih cenderung wanita), dan pemain saluang berperan aktif sebagai pemilih dendang.
adalah seorang pria. Sementara itu, penonton Kegiatan ini merupakan salah satu pekerjaan
adalah pencandu (hobi) gurau yang dilatar- bagi seniman tradisi untuk bagurau lapiak men-
belakangi profesi yang bermacam-macam, cari uang sebagai kebutuhan hidup sehari-hari.
sekaligus sebagai bagian dari struktur pertun- Secara umum pendendang bagurau lapiak
jukan, yang pada umumnya laki-laki dewasa. adalah para wanita muda yang mempunyai
Pertunjukan bagurau ini sering diadakan bakat dan suara yang bagus untuk berdendang,
pada kegiatan masyarakat yang berhubungan selain itu juga cantik.
langsung dengan kegiatan sosial seperti pesta Sebagai ajang pergurauan, pendendang
perkawinan, sunat rasul, batagak penghulu, dan bagurau lapiak tersebut akan melayani per-
sebagainya. Selain itu ada juga acara bagurau mintaan peserta gurau dan penonton untuk
yang merupakan sebagai salah satu bentuk mendendangkan topik-topik pilihan (dengan
hiburan semata dalam rangka silaturrahim se- irama tertentu), dengan menyerahkan sejumlah

147
Pandangan Masyarakat Terhadap …

uang1 kepada panitia atau janang.2 Posisi tunjukan bagurau lapiak?


janang dalam pertunjukan saluang atau dalam
acara bagurau sangat penting karena ia Bentuk Pertunjukan Bagurau Lapiak di
berperan sebagai mederator pertunjukan untuk Payakubuh
menjembatani antara pendendang dengan Tradisi bagurau Saluang dendang di
peserta gurau. Keberhasilan pertunjukan amat Payakumbuh dikenal dengan istilah bagurau
ditentukan oleh seorang janang. Bisa saja Lapiak, karena mereka menggunakan lapiak
pertunjukan akan ditinggalkan oleh perserta (tikar) sebagai tempat duduknya. Hal ini di-
gurau, apabila janang tidak mampu sebagai lakukan oleh seniman saluang dendang di
mediator dan menghidupkan dan membangun emperan toko yang disebut dengan bagurau
suasana dalam pertunjukan. Kehadiran janang kaki lima. Acara bagurau yang dilakukan oleh
merupakan hal yang menarik dalam sebuah seniman ini dengan tujuan semata untuk men-
pertunjukan saluang dendang. Topik-topik dapatkan uang, sebagai mata pencaharian.
pesanan yang disampaikan melalui sastra Mereka melaksanakan pertunjukan berdasarkan
pantun yang dituliskan melalui secarik kertas jadwal yang telah dibentuk oleh kelompok-
atau bungkus rokok oleh penonton melalui kelompok pagurauan yang sudah di tentukan.
seorang janang, biasanya seputar nostalgia masa Berdasarkan wawancara dengan seniman
lalu, cerita-cerita romantis atau ejekan (sindir- bagurau lapiak bahwa bentuk pertunjukan
an) terhadap kelompok-kelompok tertentu dan seperti ini baru muncul sekitar tahun 2002,
persoalan-persoalan yang terkait dengan tema kemudian berkembang menjadi sebuah organi-
wanita. sasi bagurau lapiak dengan nama organisasi
Semula pelaku kesenian di Minangkabau Persatuan Saluang Dendang Talang Sarueh
adalah kaum laki-laki saja, sebab kaum Luhak Limo Puluah, sampai sekarang organi-
perempuan dianggap melanggar adat dan norma sasi ini masih tetap berjalan dengan baik.
agama dan tidak pantas seorang perempuan Dalam organisasi tersebut ada tiga kelompok
bersamaan dengan kaum laki-laki bernyanyi di pagurauan yaitu: (1) Kelompok pagurauan
depan umum apalagi pada malam hari. Tetapi emperan toko Barita yang dipimpin oleh
bila dilihat dari sudut seni pertunjukan, wanita Maiyar, (2) Kelompok Pagurauan toko Asia
sekarang ini lebih agresif dari laki-laki, di- yang dipimpin oleh Edi Ambo, dan (3) Pasar
samping ia mempunyai sifat yang ramah, cantik Ibuh yang dipimpin oleh Syahdirman. Masing-
dan juga suaranya bagus dan bisa menarik masing kelompok biasanya terdiri dari tiga atau
perhatian penonton khususnya saluang empat orang, satu orang peniup saluang dan dua
dendang. Pendendang wanita sebagai vigur atau tiga sebagai pendendang. Biasanya pen-
yang sangat berperan penting dan dapat dendandang adalah wanita yang mempunyai
menarik para pencandu gurau dalam aktivitas suara yang bagus dan berpenampilan rapi dan
bagurau saluang, selain itu sebagai mata banyak menguasai materi dendang dan pantun.
pencaharian tukang dendang wanita lebih Ini merupakan salah satu mata pencaharian bagi
unggul dibandingkan dengan laki-laki. seniman tersebut, karena kebanyakan dari
Berdasarkan uraian di atas, maka kajian mereka tidak mempunyai pekerjaan yang tetap.
tersebut sangat menarik untuk diungkap melalui Mereka akan tampil sesuai dengan jadwal yang
penelitian dengan rumusan masalah yaitu: sudah disepakati
1. Bagaimana bentuk penyajian bagurau lapiak Tradisi bagurau lapiak biasanya berlang-
di Payakumbuh? sung pada malam hari mulai jam 21.00 sampai
2. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap menjelang subuh. Dalam pertunjukannya hadir
wanita sebagai tukang dendang dalam per- para pencandu pagurauan dari berbagai daerah.
Acara bagurau ini mereka lakukan bukan saja
1
untuk hiburan mendengarkan saluang dendang
Jumlah uang yang harus diserahkan tetapi merupakan wadah untuk berkomunikasi,
kepada panitia, sesuai dengan aturan main yang
berintegrasi serta berekspresi satu sama lain
ditentukan oleh panitia.
2
Janang adalah seseorang yang bertugas
dengan cara berkelompok dan kelompok-
memandu acara pertunjukan; sukses atau hidup kelompok tersebut memiliki simbolik sebagai
tidaknya pertunjukan, sangat ditentukan oleh janang. profesi kerja mereka sehari-hari (Khairil Anwar
Posisi seorang janang sangat menentukan 2004:145). Kelompok Pagurau Saluang
keberhasilan pertunjukan. dendang dalam acara bagurau lapiak tersebut
148
Vol. XIII No.2 Th. 2014

bukan di atas namakan nagari asal daerah Ampun baribu kali ampun
mereka, tetapi terbentuk secara spontan saat Ampun sabaleh jo kapalo
pertunjukan diadakan. Di susun jari nan sapuluah
Pada mulanya pertunjukan bagurau Mamintak ampun bakeh rang disiko
lapiak ini berupa kesenian saluang dendang Kami nan bukan cadiak pandai
biasa yang dipertunjukan dalam berbagai ke- Ilmu di tuhan lai tasimpannyo
giatan masyarakat, kemudian melalui perjalan- Oi nan kok salah tolonglah bilai
an waktu maka bentuk kesenian ini berkembang Maalum kito saandiko tuan oiiii
dalam sekelompok-kelompok masyarakat
merupakan salah satu wujud kreatifitas
masyarakatnya, dan keberadaannya mendapat
dukungan oleh unsur-unsur sosial budaya
masyarakat itu sendiri. Sebagaimana yang di-
katakan Umar Kayam (1981 :15.), bahwa:
Kesenian adalah salah satu unsur yang
menyangga kebudayaan, kesenian adalah
ekspresi kebudayaan manusia yang
timbul karena adanya proses sosial
budaya. Oleh sebab itu kesenian
didukung oleh sekelompok masyarakat
tertentu yang menunjukkan ciri serta
sejarah budaya dari suatu daerah.

Menurut Noni Sukmawati (2006: 33)


mengatakan bahwa pertunjukan bagurau di
emperan toko ini merupakan suatu kegiatan
awal yang sangat penting bagi perkembangan
kesenian tradisional, karena dapat mendorong Melodi lagu ini dinyanyikan beberapa
kesenian ini berkembang menjadi sebuah per- bait sesuai dengan teks syair lagunya, dan
tunjukan dan juga merupakan tempat belajar kemudian berakhir dengan tepukan yang ramai
oleh masyarakat terutama pendendang wanita dari penonton. Setelah itu, tukang saluang
yang berada di wilayah tersebut. bebas membawakan dendang apa saja, tujuan-
Pernyataan di atas dapat dilihat pada nya agar tidak menimbulkan kebosanan atau
kelompok bagurau Lapiak Talang Sarumpun di kesan monotone.
Payakumbuh. Mereka para seniman dan juga Pergantian dendang juga dilakukan
pencandu gurau ada yang berasal dari dengan melibatkan penonton yang ingin me-
Bukittingggi, Batusangkar, Kabupaten Lima minta didendangkan sebuah irama dendang
Puluh Kota, Agam dan bahkan ada yang datang ataupun menuliskan pantun untuk meng-
dari Pasaman, Sawahlunto dan sebagainya, ekspresikan perasaannya melalui dendang,
yang jelas setiap ada acara bagurau para dengan memberikan uang sebagai imbalan
kelompok pagurauan ini mereka saling mem- sesuai yang telah ditarifkan oleh tukang janang,
beri tahukan teman-teman mereka yang sama dan kadang-kadang diberi lebih tergantung
sehobi. yang memesankan lagu. Kadang-kadang juga
Pelaksanaan bagurau lapiak ini diawali ada sesama penonton yang saling berebutan
dengan kata sambutan oleh seseorang yang untuk meminta lagu, dan saling mendahului
disebut janang dengan gaya bahasanya yang dengan memberikan imbalan uang lebih untuk
khas. Untuk memulai pertunjukan bagurau mengalahkan permintaan orang yang lain,
lapiak ini tukang Janang sebagai pengantar dan sehingga penonton lainnya yang hadir ikut
mengatur jalannya acara membuka dengan tertawa, bahkan ikut pula menyumbang karena
sepatah dua patah kata, kemudian langsung terpancing oleh situasi. Bahkan juga ada
dipersilahkan kepada seniman saluang dendang penonton meminta lagu secara spontan dengan
untuk membuka dengan Dendang Singgalang. meneriakkan kepada pendendang agar lagunya
Adapun isi pantunnya berupa ucapan minta ditukar dengan yang diinginkan, seperti kata..
maaf. Seperti: tuka lagu dengan lagu... dibayia 10.000. Untuk
149
Pandangan Masyarakat Terhadap …

memintak permintaannya agar dikabulkan maka secara tidak langsung hadir di lokasi dalam
langsung memberikan uang dengan memasuk- rangka menyaksikan pertunjukan bagurau.
kan uang ke kotak yang telah disediakan. Untuk Jenis Dendang dan Teks Pantun yang
itu tukang dendang langsung menukar lagu Dibawakan dalam Acara Bagurau Lapiak
sesuai permintaan. Baru beberapa saat tukang Sebagai salah satu bentuk pertunjukan
dendang melagukan lagu yang diinginkan oleh bagurau saluang dendang di Minangkabau
orang yang meminta tadi, tiba-tiba saja ada lagi secara umum irama dendang yang dibawakan
penonton minta tukar lagu sesuai yang di- oleh tukang dendang kebanyakan dimulai dan
inginkannya dengan membayar lebih mahal dari diakhiri dengan lagu ratok yang isi pantun
orang pertama. Dengan demikian penonton berupa ucapan maaf yang ditujukan kepada
menjadi tertawa, sehingga mereka sesama semua hadirin baik tempatan ataupun pen-
penonton saling sindir menyindir dan saling datang. Setelah itu terserah dari permintaan
membangkitkan semangat, akhirnya mereka penonton dendang apa yang diinginkan dan isi
saling berebut meminta lagu kesukaannya atau pantunnya berupa pesan atau kritikan sebagai
sengaja membuat suasana lebih bersemangat. menyampaikan perasaan terhadap seseorang.
Untuk mengakhiri pertunjukan bagurau Menurut M. Kadir (1990: 13) mengatakan
lapiak ini tukang saluang akan membawakan bahwa: dendang merupakan ungkapan perasaan
dendang jalu-jalu sebagai pertanda pertunjukan atau jiwa masyarakat Minang dalam bentuk
bagurau selesai. Setelah dendang jalu-jalu ini sastra lagu yang indah serta berlatar belakang
berakhir, maka secara resmi janang menutup filsafat Minangkabau.
seluruh rangkaian acara sambil meminta maaf Najir Yunus (1991: 24) menyebutkan,
apabila dalam penyelenggaraannya terdapat bahwa dendang merupakan salah satu bentuk
berbagai kekurangan serta kesalahan, baik kesusasteraan daerah Minangkabau, meng-
disengaja ataupun tidak. Semuanya ini gambarkan perasaan dan pikiran anak Minang
dilakukan hanya sekedar hiburan saja guna yang “berguru pada alam” dan bergolak dengan
untuk menghilangkan beban pikiran yang ada. nasibnya dalam tatanan “alur dan patut” yang
Sedangkan bagi kelompok seniman bagurau diungkapkan dengan bahasa Minangkabau yang
merupakan salah satu mata pencahari-an untuk indah dan menggugah.
menopang ekonomi. Keberadaan dendang memiliki peran
sangat menentukan, karena berfungsi sebagai
salah satu wadah untuk menyampaikan ber-
bagai maksud dan pesan kepada para penonton,
walaupun pemaknaan dari pesan-pesan tersebut
berbeda-beda menurut masing-masingnya.
Salah satu kepuasan penonton dapat dilihat dari
sejauh mana pesan-pesan itu dapat dimaknai
dan dinikmati. Edi Sedyawati (2006: 58-59),
menjelaskan, bahwa salah satu fungsi seni yang
sesungguhnya adalah apabila ia mampu dinik-
Dokumen Yelmi Idrawati 2007 mati serta dapat memberikan kebahagiaan ke-
Gambar 1. Tukang Dendang dan Kotak pada pihak penikmat. Materi dendang pada
Uang dasarnya berupa rangkaian beberapa buah
Gambar di atas adalah seniman saluang pantun yang tersusun sedemikian rupa serta
dendang sedang mempertunjukan bagurau diciptakan secara spontan tanpa harus
lapiak. Di hadapan mereka terletak sebuah dipersiapkan terlebih dahulu. Biasanya Pantun-
kotak gunanya untuk memasukkan uang dari pantun yang dibawakan dalam dendang di-
sipenonton sebagai imbalan minta atau menukar sesuaikan dengan situasi dan kondisi saat itu,
irama dendang sesuai keinginannya. pendendang harus bisa membaca keaadaan
Dalam pertunjukan bagurau lapiak ini penonton, kadang-kadang penonton langsung
penonton tidak saja menonton secara dekat atau menuliskan teks, sehingga tukang dendang
melihat langsung, tetapi juga ada yang sedang hanya melagukan teks yang diberikan penonton
minum kopi ataupun duduk-duduk di warung sesuai dengan irama yang diminta penonton.
kopi sambil main domino, koa, ceki dan Kebanyakan teks-teks dendang berupa sindiran,
sebagainya. Tetapi walaupun demikian mereka yang bertemakan percintaan. Alan P. Merriam
150
Vol. XIII No.2 Th. 2014

1964 mengemukakan bahwa prilaku manusia Secara semiotika, pengertian yang ter-
didalam hubungan musik adalah teks lagu, tentu kandung dalam bahasa bisa termuat
saja teks yang tindak tanduk bahasanya tersebut dalam dua sistem tanda (bahasa sebagai
tercermin dalam suara musik itu sendiri. (ter- sistem tanda), yaitu sistem tanda tingkat
jemahan I Made sudana). Selain itu Merriam pertama dan sistem tanda tingkat kedua.
juga menyatakan bahwa tingkah laku fisik dan Arti tanda bahasa itu disebut meaning
verbal musik sebagai fakta-fakta budaya yang atau arti, sedang arti sastranya disebut
dilakukan oleh individu maupun kelompok makna atau significance, yaitu arti dari
masyarakat. Antara musik dan tingkah laku arti (meaning of meaning) (Rachmat,
masyarakat (penonton) terdapat hubungan yang 1998: 43). Sistem tanda pada tingkat
sangat erat (terjemahan I Nengah Muliana). pertama, berada pada tingkat mengetahui
Sejalan pernyataan tersebut di atas jika arti, sedangkan sistem tanda pada tingkat
dihubungkan dengan teks-teks pantun dalam kedua, berada pada tingkat mengetahui
bagurau saluang dendang yang disampaikan makna. Jadi, pesan yang terkandung
oleh pendendang terdapat beberapa pesan dalam bahasa dendang atau teks nyanyi-
kepada penonton sebagai salah satu cara untuk an dalam pertunjukan saluang dapat
berkomunikasi. Pesan tersebut berupa tingkah ditelusuri melalui dua tingkat – arti dan
laku, ataupun perasaan yang terkandung dalam makna - ini.
dirinya ataupun bisa jadi berupa pengalaman Untuk menelusuri arti atau makna ter-
yang berhubungan dengan kehidupannya. sebut perlu dengan cara menafsirkan
Teks-teks yang disampaikan oleh tukang (hermeneutik), yaitu proses mengubah
dendang kadang-kadang membuat sesama sesuatu atau situasi ketidaktahuan men-
penonton menjadi tersindir dan ada juga teks jadi mengerti (Sumaryono, 1995: 24).
yang didendangkan tersebut berupa perasaan- Hal ini dilakukan berdasarkan pada
nya sendiri. Banoe Pono menjelaskan bahwa pandangan dasar, bahwa benda-benda itu
kehadiran seni vokal merupakan sebuah usaha tidak bermakna pada dirinya sendiri.
manusia untuk berkomunikasi, baik dengan Hanya subjeklah yang kemudian
sang pencipta, alam sekitar, maupun dengan memberi 'pakaian' arti pada objek
sesamanya (Pono 1984:12). Jadi teks yang (Sumaryono, 1995: 30). Penafsiran yang
digunakan dalam bagurau merupakan salah dimaksud dilakukan berdasarkan
satu cara berkomunikasi secara tidak langsung cakrawala intelektual penafsir, pengalam-
terutama antara penonton dengan tukang an masa lalu, hidup penafsir saat ini, latar
dendang. belakang kebudayaan, dan sejarah yang
Contoh: dimiliki (Sumaryono, 1995: 31). Dalam
Ratok Pasaman namo lagunyo menafsirkan ungkapan berupa nyanyian
Oi diek kandunag tolong dangakan dalam pergurau saluang yang dimaksud
Nyampang kok sayang uda tarimo dipertimbangkan keserta-mertaan pen-
Salamo umua ndak wak caraikan dendang yang kecenderungannya adalah
wanita. Jadi dalam situasi ini dipandang,
Cicak rawo nan dimintaknyo bahwa wanita adalah sekaligus sebagai
Sado kandak kakami bari objek "permainan" yang memerankan,
Kok uda datuak lai kini tibo dan bahkan sebagai kreator untuk
Bagurau kito sampai pagi "memuaskan" permintaan peserta gurau.

Jadi pantun-patun dalam pertunjukan Berdasarkan hal tersebut di atas kenyata-


bagurau merupakan kiasan yang disampaikan an yang terjadi dalam sebuah pertunjukan
oleh tukang dendang kepada penonton ada yang saluang dendang atau yang dikenal dengan
berupa pribadi ataupun pesan kepada seseorang. bagurau tersebut dapat membawa para pen-
Pantun merupakan penjelmaan dari suatu dengarnya atau para pencandu gurau men-
keadaan fisik hampir-hampir mendekati pikiran interpretasikan tentang berbagai hal yang ber-
yang melukiskan keadaan jiwa tergantung kaitan dengan dinamika kehidupan manusia.
orang yang menghayatinya. Dalam menafsirkan ungkapan berupa nyanyian
Hartati menganalisis teks (sastra pantun) dalam pergurau saluang yang dimaksud diper-
melalui pendekatan semiotic sebagai berikut. timbangkan keserta-mertaan pendendang yang
151
Pandangan Masyarakat Terhadap …

kecenderungannya adalah wanita. Jadi dalam pengenalan kaset-kaset yang juga memberikan
situasi ini dipandang, bahwa wanita adalah kontribusi menimbulkan cita rasa musikal baru.
sekaligus sebagai objek "permainan" yang me- dalam hal ini penyanyinya perempuan.
merankan, dan bahkan sebagai kreator untuk Walaupun menurut adat dan agama Islam
"memuaskan" permintaan peserta gurau. Untuk di Minangkabau bahwa kurang pantas seorang
menelusuri arti atau makna tersebut perlu perempuan menjadi pendendang, tetapi hal ini
dengan cara menafsirkan (hermeneutik), yaitu tidak dapat dielakkan. Hal ini dipertegas oleh
proses mengubah sesuatu atau situasi ketidak- Navis (1986: 266) yang mengatakan bentuk dan
tahuan menjadi mengerti (Sumaryono, 1995: tema kesenian Minangkabau sederhana,
24). pemerannya semata-mata laki-laki; yang fungsi
Penggemar bagurau lapiak pada per- dan permainannya di samping sebagai alat
tunjukan saluang dendang bisa dipilah jadi dua memenuhi kebutuhan rohani, juga sebagai
kategori, yaitu penggemar aktif dan penggemar media untuk menghayati falsafah hidup mereka.
pasif. Penggemar aktif ialah penggemar yang Namun bila dilihat aktivitas perempuan di
turut secara aktif terlibat dalam percaturan Minangkabau umumnya, dan di daerah-daerah
gurau, dan sebaliknya adalah penggemar pasif khususnya sudah tampak sejak beberapa tahun
yaitu hanya sekedar menonton acara pertunjuk- terakhir ini, walaupun fungsinya masih sebatas
an saja. Ada tiga bentuk keterlibatan seseorang hiburan dan pengisi waktu senggang, tampilan
dalam pergurauan yaitu: meminta lagu untuk perempuan menjadi polemik bagi masyarakat
didendangkan, menyampaikan pesan untuk di- terlebih pada kalangan tua yang masih meng-
dendangkan, dan membuat pertanyaan untuk anut adat istiadat yang ketat di Minangkabau.
dijawab pendendang melalui dendang (Hartati: Kaum tua berpandangan tolok ukur adat yang
1999). Kelompok-kelompok pengemar itulah menjadi norma untuk mengatur para warganya.
yang berpotensi membangun suasana dalam Namun pada sisi yang lain zaman menuntut
pertunjukan bagurau lapiak. Kehadiran teks terbukanya isolasi dan sekat- sekat yang telah
dalam dendang saluang merupakan salah satu membatasi hal tersebut. Oleh sebab itu kaum
objek yang sangat menguntungkan terutama perempuan sudah mencoba menerobos apa
bagi tukang dendang. Semakin banyak yang yang telah membatasi itu, tetapi masih mem-
memesan irama dendang tentu semakin banyak punyai batasan sesuai dengan norma-norma
pula uang yang masuk dalam kotak panitia, dan agama dan adat yang berlaku di Minangkabau
semakin banyak penghasilan yang mereka demi sebuah perjuangan gender. Dangan kata
dapatkan. Adapun dendang-dendang yang di- lain, sikap dan perilaku perempuan dalam ke-
tampilkan pada acara bagurau lapiak adalah senian masih diharapkan untuk mengacu pada
yang bersifat ratok antara lain irama tatanan nilai adat istiadat yang berlaku. Reaksi
Singgalang, cupak ambiak lado, palayaran dan ini dapat diperlihatkan pada pendendang perem-
Piaman Lamo. Sedangkan irama dendang lain puan dalam kesenian Saluang dendang, pada
tidak dibatasi, karena itu permintaan dari acara bagurau lapiak di Payakumbuh yang
penonton harus dilayani dan tukang dendang dahulu dilakonkan oleh laki-laki saja tetapi
harus siap dengan apa yang diminta penonton. dewasa ini perempuan sudah mengambil bagian
dalam pertunjukannya.
Eksistensi Wanita Sebagai Pendendang Sebagaimana yang dikatakan Amir
dalam Acara Bagurau Lapiak (2003: 142), bahwa adat sebagai suatu sistem
Secara umum semua jenis kesenian di nilai hanya akan dapat hidup dan bertahan bila
Minangkabau ini diperankan oleh kaum laki- ada kelompok masyarakat yang masih mau
laki. Sebab kaum perempuan dianggap me- mempertahankannya. Dengan demikian, nilai
langgar adat dan norma agama dan tidak pantas adat itu sendiri sangat tergantung pada persepsi
seorang perempuan bersamaan dengan kaum masyarakat pendukung nilai adat itu sendiri.
laki-laki bernyanyi di depan umum apalagi pada Bila persepsi pendukung berubah terhadap
malam hari. Tetapi karena tuntutan zaman hal suatu nilai, maka otomatis adat itu sendiri akan
tersebut mengalami perkembangan sehingga berubah.
terjadilah perubahan. Halberg (dalam Brooks,1997: 46) me-
Pada awal tahun 1970-an lagu-lagu pop, ngatakan sudut pandang epistemologi feminis
dangdut mulai berpengaruh besar dalam dunia adalah versi feminis mengenai objektivisme.
musik di Indonesia yang disusul dengan Perempuan memiliki posisi privilese secara
152
Vol. XIII No.2 Th. 2014

kognitif di dalam masyarakat sehingga penge- sekarang statusnya masih dianggap orang
tahuan mereka melebihi pengetahuan laki-laki rendah dan para pelakunya dikatakan sebagai
dan posisi privilese tersebut dianggap berakar parewa.3
di dalam pengalaman perempuan. Selanjutnya Secara umum sekarang ini kaum wanita
Agger (2005: 2001) mengatakan teori feminis dan laki-laki tidak ada perbedaan dalam
bukan hanya mempolitisasi seksualitas dan kegiatan baik dalam dunia politik, kekuasaan,
domestikasi, namun juga mengaitkan politik ekonomi dan lain sebagainya baik laki-laki
gender di kehidupan domestik dengan politik maupun wanita tidak ada perbedaannya, semua
gender dan dunia kerja upahan dan kehidupan pekerjaan laki-laki kaum wanitapun bisa
publik. melaksanakannya mulai tukang ojek, tukang isi
Feminisme adalah sebuah gerakan bensin sampai ke pejabat seperti Kepala Negara
perempuan yang menuntut emansipasi atau kaum wanita juga ada. Begitu juga dengan
kesamaan dan keadilan hak dengan pria. berkesenian dan pertunjukan, kaum perempuan
Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina pun sudah mengambil bagian. Hal ini disebab-
atau perempuan. Istilah ini mulai digunakan kan oleh beberapa faktor antara lain faktor
pada tahun 1890-an, mengacu pada teori ke- emosional, ekonomi, emansipasi, pewaris, dan
setaraan laki-laki dan perempuan serta per- sebagainya.
gerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan Munculnya politik orde baru tahun 1965,
(Fakih, 2010). ketika individu mulai dijamin; sejak itu pula
Secara leksikal, Moeliono, dkk, (1993) kaum wanita telah ikut ambil bahagian sebagai
dalam Sugiastuti, menjelaskan feminisme salah satu emansipasi wanita yaitu wanita juga
adalah gerakan kaum perempuan yang me- ingin berbuat seperti kaum laki-laki, salah satu-
nuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum nya berkarya seni. Semenjak itulah bermuncul-
perempuan dan laki-laki. Persamaan hak itu an karya-karya kaum wanita di mana-mana.
meliputi semua aspek kehidupan baik dalam Salah satu tujuan wanita berbuat seperti kaum
bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya laki-laki adalah berhubungan dengan faktor
(2005: 61). ekonomi. Ternyata kehadiran wanita dalam
Terkait dengan aktivitas perempuan pen- dunia pagurauan sekarang ini lebih banyak
dendang dalam pertunjukan kesenian saluang tampil di depan umum bahkan mempunyai
dendang, ada sebagian masyarakat tidak mene- penghasilan yang lebih dari laki-laki. Tetapi
rima, namun si seniman tetap saja ingin sejajar dalam kehidupan beragama (Islam) dan Adat di
dengan laki-laki, perempuan kurang boleh ber- Minangkabau ini masih dianggap kurang tepat.
kembang hanya karena adat seperti yang di- Awalnya dari semua jenis seni pertunjuk-
jelaskan oleh (Lich, 1998) dalam Suharto an yang ada di Minangkabau, penampilannya
feminis vernacular (kedaerahan) muncul se- didominasi oleh kaum laki-laki. Hal ini lebih
bagai reaksi atas terjadinya ketidakadilan ter- dijelaskan oleh (Navis, 1981:266), bahwa ke-
hadap penggenderan yang vernacular tersebut. senian Minangkabau bentuk dan temanya
Jadi, feminisme vernacular muncul sebagai sederhana, pemerannya semata-mata laki-laki.
reaksi terjadinya ketidakadilan terhadap sebab tampilan perempuan disektor publik atau
perempuan oleh adat setempat dan tafsir agama seni pertunjukan khususnya seni sebagai hibur-
yang salah pada waktu tertentu. an, menjadi polemik masyarakat terlebih pada
kalangan tua yang masih menganut adat istiadat
Pandangan Masyarakat Terhadap Wanita yang ketat di Minangkabau. Kaum tua ber-
Sebagai Pendendang Bagurau Lapiak pandangan tolak ukur adat yang menjadi norma
Bagurau atau bergurau saluang merupa- untuk mengatur para warganya, tetapi pada sisi
kan suatu pertunjukan musik tradisional masya- yang lain zaman menuntut terbukanya isolasi
rakat Minangkabau (Sumatera Barat) sebagai dan sekat sekat yang membatasi sangat tajam
bagian aktivitas budaya masyarakat Minang- antara laki-laki dan perempuan sebagai sebuah
kabau sudah ada di tengah-tengah masyarakat
sebelum adanya konflik antara Kaum Adat 3
Perbuatan sekelompok orang yang melakukan
dengan Kaum Ulama yang semula keberada- kegiatan yang bertentangan dengan ajaran agama
annya ditentang oleh “kaum agama”. Berbagai Islam seperti: berjudi, mengisap candu, menyabung
pandangan masyarakat terhadap orang-orang ayam, meminum minuman yang memabukan dan
yang berkecimpung dalam kesenian ini sampai sejenisnya.
153
Pandangan Masyarakat Terhadap …

perjuangan gender. dengan segala interpretasi yang negatife. Oleh


Kendatipun dalam bidang perekonomian karena itu, status sosialnya dipandang rendah
dan perlindungan moral setingkat perempuan oleh masyarakat “Kaum agama”. Hal itu
mendapat perhatian lebih dari laki-laki, namun bukanlah disebabkan oleh istilah parewa itu
ruang gerak dalam seni pertunjukan hanya sendiri, tetapi perilaku para pendukungnya di-
dapat dilakukan pada batasan-batasan tertentu. sinyalir bertenangan dengan norma-norma adat
Dangan kata lain, sikap dan atau perilaku dan agama Islam yang diyakini oleh masya-
perempuan dalam kesenian masih diharapkan rakatnya sebagai pedoman bertingkah laku.
untuk mengacu pada tatanan nilai adat istiadat
yang berlaku. Namun seiring dengan perkem- Simpulan
bangan zaman, sudah terbuka kesempatan untuk Bagurau Lapiak merupakan sebuah
kaum perempuan. Dalam kasus seni pertunjuk- istilah untuk menyebut jenis pertunjukan
an saluang yang melibatkan aktor wanita se- saluang dendang yang dilaksanakan di emperan
bagai vigur yang berperan penting. toko yang dikenal dengan bagurau di kaki limo.
Kehadiran wanita sebagai pagurau tidak Pertunjukannya biasanya dilakukan hampir
terlepas dari isu-isu dan fenomena yang ber- setiap malam sesuai dengan jadwal yang telah
kembang itu. Secara konseptual, tidak jarang ditentukan oleh grup organisasinya. Secara
orang salah memahami dan sering mencampur umum pendendang dalam acara bagurau adalah
adukannya. Tetapi jika dilihat dari penampilan wanita.
pendendang wanita dan juga teks pantun yang Dalam pelaksanaannya terjadi keakraban
disampaikan kebanyakan memang ada terjadi antara pendendang dengan penonton. Antara
hal yang seperti disampaikan oleh masyarakat penonton dan seniman sama-sama aktif
lingkungannya. Bisa saja pendendang wanita mengikuti pertunjukan yang di jembatani oleh
berpakaian yang kurang sopan, sering menam- seorang panitia yang disebut janang. Janang ini
pakkan bahagian aurat yang membuat para laki- merupakan jembatan untuk para penonton
laki menjadi teransang dan juga dari kalimat meminta dendang kepada tukang dendang
teks yang disampaikan melalui kata-kata sindir- dengan memberikan imbalan uang sesuai yang
annya membuat perasaan para lelaki terbuai disepakati.
dengan rayuannya. Hal yang seperti ini sering Menurut pandangan adat dan agama di
terjadi kadangkala sampai membuat rumah- Minangkabau kehadiran wanita sebagai pen-
tangga orang berantakan dan terjadi perceraian dendang dalam acara bagurau kurang tepat,
dalam keluarga, karena wanita pendendang ter- tetapi jika dilihat dari perkembangan seni, itu
sebut secara tanpa disadari mereka menjalin lebih menguntungkan, karena dengan adanya
hubungan pribadi. Inilah yang membuat wanita kesenian akan lebih diminati apalagi
pandangan masyarakat terhadap pendendang kesenian saluang dendang. Pendendang wanita
wanita kurang suka. Tetapi dalam dunia lebih disukai oleh penonton dari pendendang
pertunjukan sekarang ini tidak ada masalah, laki-laki, karena mempunyai penampilan yang
sebab yang diutamakan adalah seni pertunjuk- bagus terutama dibidang suara dan penampilan
annya. dan sekaligus dapat menjadikan kesenian ter-
Jika dilihat dalam hukum Islam dan juga sebut hidup. Walaupun demikian dalam per-
adat di Minangkabau yang mengatakan adat tunjukan bagurau lapiak tersebut pendendang
basandi syarak, syarak basandi kitabullah, wanita masih tetap menjaga sopan santun,
tentu ada kesenjangan yang terjadi. Baik dalam mereka tampil dengan pakaian yang rapi dan
pandangan Islam. Basaluang merupakan salah masih menjada adap dan sopan santun sebagai
satu genre kesenian tradisional masyarakat wanita Minangkanbau.
Minangkabau semenjak reformasi total yang Para pendendang wanita ini menjadi
keberadaannya ditentang oleh apa yang disebut tukang dendang disebabkan karena mereka
“kaum agama”, dan para pelakunya dikatakan tidak bekerja tetap, demi untuk membantu
sebagai parewa. kehidupan keluarga mereka terpaksa melakukan
Konflik yang terjadi antara kaum adat pekerjaan sebagai tukang dendang.
dengan kaum agama berdampak negative ter-
hadap para pendukung kesenian tradisional, Daftar Rujukan
terutama saluang dendang, dikarenakan para Andar Indra Sastra. 1999. Bagurau Dalam
pendukungnya dipandang sebagai parewa
154
Vol. XIII No.2 Th. 2014

Basaluang: Cerminan Budaya Konflik. Widya.


Tesis S-2. Yogyakarta: Universitas Merriam, Alan.P. 1964. Terjemahan The
Gadjah Mada. Anropology of Music. Northestern:
Anton M. Moeliono (dkk.). 1989. Kamus University Press.
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Noni Sukmawati 2006. Ratapan Perempuan
Pustaka. Minangkabau Dalam Pertunjukan
Agger, Ben. 2005. Teori Sosial Kritis. Bagurau. Andalas Universitas Press.
Yogyakarta: Kreasi Wacana Navis, A.A, 1986. Alam Takambang Jadi
Erlinda. 1999. Kehadiran Wanita Dalam Guru, Adat dan Kebudayaan
Musik Malam (Saluang dan Minangkabau. Jakarta: PT Temprint.
Dendang). Laporan Penelitian. Padang Sumaryono, E. 1995. Hermeneutik.
Panjang: Akademi Seni Karawitan Yogyakarta: Kanisius Yin. Robert K.
Indonesia. 1996. Studi Kasus. Jakarta: Raja
Hartati. 1999. Pendendang Wanita dan Grafindo Persada.
Pornografi, Penelitian: STSI Padang Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia
Panjang Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah.
Khairil Anwar. 2004. Bagurau di Darek. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Fungsi Sosial dan Makna Simboloiknya. Yelmi Idrawati. 2007. Bagurau Lapiak di
Jurnal Penelitian, STSI Padang Panjang Payakumbuh. Laporan Penelitian. STSI
No. 2. Padang Panjang
Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Yunus, Najir. 1991. Diktat Bahasa Sastra
Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan. Daerah. ASKI Padang Panjang
Mansoer Fakih, 2010. Analisis Gender dan Sedyawati, Edi. 2006. Budaya Indonesia
Transformasi Sosial. Celeba Timur Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah.
yogyakarta. Pustaka Pelajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
M. S., Amir, 2003. Adat Minangkabau Pola Suharto, Sugihastuti. 2005. Kritik Sastra
dan Tujuan Hidup Orang Minang. Feminis, Teori dan Aplikasinya.
Jakarta Pusat: PT. Mutiara Sumber Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

155

You might also like