You are on page 1of 12

Analisis Potensi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Saribaye…..

[Fati Ramadhanti]

ANALISIS POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH BERKELANJUTAN


BERBASIS MASYARAKAT DI DESA SARIBAYE NUSA TENGGARA
BARAT
Fati Ramadhanti
Universitas Prasetiya Mulya
Email: fati.ramadhanti@pmbs.ac.id

ABSTRACT

ANALYSIS OF COMMUNITY BASED SUSTAINABLE WASTE MANAGEMENT IN


DESA SARIBAYE WEST NUSA TENGGARA
Tourism activities are more likely to bring positive impact on the economy of the society.
However, if managed poorly, the tourism activities may also bring a bad luck to the region. One
of the negative impacts is the excessive unmanaged waste. The excessive waste may create
problems that harm the environment and affect the society well-being. This paper aims to
examine the potential of sustainable waste management practice in tourism area in Lombok,
West Nusa Tenggara. This paper also intent to specifically examine the potential of community
participatory aspect in sustainable waste management. This research uses Participatory Rural
Appraisal (PRA) methodology to assess the primary data. Additionally, further analysis of
secondary data is also added. The research is conducted in tourism area in Saribaye village,
Lingsar, West Nusa Tenggara province. The results show that Saribaye village residents still
lack of enviromenment awareness and the infrastructure is still far from adequate to support a
sustainable management practice. However, the Saribaye village community have a high
willingness to learn about the sustainable waste management practice and their current
demographic structures may support the sustainable waste management development in the
village.
Keywords: Waste Management; Community Participation; Tourism; SWOT

tantangan untuk dapat mengelola sampah


1. PENDAHULUAN yang dihasilkan dari sektor pariwisata tersebut
Indonesia memiliki potensi pariwisata dengan lebih baik.
yang besar. Nusa Tenggara Barat (NTB) Di tahun 2018, provinsi NTB
sebagai salah satu tujuan wisata di Indonesia menghasilkan lebih dari 630 ton sampah per
yang populer dan juga memiliki Kawasan harinya. Tahun lalu, kota Mataram sebagai
Ekonomi Khusus, mengalami pertumbuhan ibukota provinsi, sempat mengalami
pengunjung yang signifikan dalam satu permasalahan sampah, dimana banyak
dekade terakhir. Menurut Badan Pusat timbunan sampah menggunung dan
Statistik NTB (BPS NTB, 2019), total berserakan di tempat umum (SuaraNTB,
wisatawan yang berkunjung ke NTB pada 2018). Salah satu penyebabnya adalah karena
tahun 2009 yaitu 619.370 orang. Angka ini minimnya anggaran pemerintah dalam
naik secara fantastis, hingga hampir 5x lipat penangangan sampah. Praktek pengelolaan
dalam kurun waktu 7 tahun, yaitu dengan sampah saat ini pun masih sangat
jumlah pengunjung sebanyak 3.094.437 orang konvensional dan prosesnya tidak terintegrasi
di tahun 2016. Memiliki potensi pariwisata satu sama lain. Dengan masalah sampah yang
yang besar, NTB ke depannya menghadapi ada dan potensi produksi sampah yang kian
ECOTROPHIC14(1):37–48 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395 37
Analisis Potensi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Saribaye….. [Fati Ramadhanti]

meningkat seiring meningkatnya aktivitas (2010) lebih lanjut lagi menyebutkan tiga
pariwisata dan ekonomi di NTB, aspek utama dalam PSB adalah aspek
permasalahan pengelolaan sampah ini perlu fisik/teknikal, aspek keberlanjutan, dan aspek
segera ditangani. pelaku (formal dan informal) dalam sistem
Saat ini tren global dalam pengelolaan tersebut. Pada saat ini, integrasi pada sistem
destinasi pariwisata adalah dengan pengelolaan sampah di berbagai desa di
menggunakan konsep Pariwisata Indonesia masih lemah (Artiningsih et al.,
Berkelanjutan atau Sustainable Tourism. 2012; Setiadi, 2015; Utami et al., 2008).
Konsep ini juga sudah diadopsi oleh Pengelolaan sampah diberbagai daerah masih
Kementerian Pariwisata Indonesia yaitu dilakukan secara tradisional dan tidak
dalam Peraturan Menteri Pariwisata no. 14 mengimplementasikan sistem yang
tahun 2016 mengenai Pedoman Destinasi terintegrasi, dimana proses munculnya
Pariwisata Berkelanjutan. Dalam sampah, pengambilan sampah, dan
mengembangkan destinasi pariwisata, pembuangan sampah masih dilakukan secara
Pariwisata Berkelanjutan (PB) tidak hanya terpisah. Dengan menerapkan pengelolaan
mengedepankan aspek ekonomi, namun juga sampah yang berkelanjutan, banyak manfaat
aspek lingkungan, aspek sosial, dan juga yang akan didapatkan oleh masyarakat,
aspek budaya (World Tourism Organization, terutama dari sisi lingkungan dan kesehatan
2004). Saat ini konsep PB sudah banyak publik (Joseph, 2006).
diterapkan dibanyak negara terutama di Dalam menelaah potensi PSB, paper ini
negara maju seperti negara-negara di Eropa, akan fokus membahas aspek informal
Amerika dan Australia (Lu & Nepal, 2009). stakeholders dan juga infrastruktur yang ada
Konsep dari PB juga sejalan dengan visi dan di Desa Saribaye. Informal stakeholder yang
misi Pemerintah baik oleh Pemerintah Pusat, dimaksud adalah masyarakat Desa Saribaye
maupun Pemerintah Daerah NTB. secara keseluruhan. Informal stakeholder
Salah satu aspek yang penting dalam PB dipilih karena dalam mewujudkan suatu
adalah adanya sistem pengelolaan sampah pengelolaan sampah yang berkelanjutan,
yang baik. Pengelolaan sampah yang peran masyarakat sangat penting dan
dilakukan di provinsi NTB saat ini adalah dibutuhkan. Pengelolaan sampah dengan
pengelolaan sampah secara konvensional dan melibatkan masyarakat biasa disebut dengan
tidak terintegrasi. Bahkan, di beberapa daerah pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
di NTB, sarana/prasarana pembuangan Pendekatan yang digunakan adalah
sampah seperti TPS atau TPA masih tidak pendekatan bottom-up dimana dalam proses
tersedia. Untuk menghadapi laju tumbuh pelaksanaan suatu kegiatan di suatu lokasi,
sektor pariwisata, Pemerintah Daerah NTB masyarakat lokal berperan secara aktif dalam
harus bisa mengelola sampahnya dengan lebih mengidentifikasi masalah, mengambil
baik, salah satunya dengan melakukan keputusan, serta merancang solusi untuk
pengelolaan sampah yang berkelanjutan. masalah tersebut (World Health Organization,
Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan 2002). Pengelolaan sampah dengan konsep
(PSB) atau Sustainable Waste Management parsitipasi masyarakat/komunitas juga sedang
mulai banyak diterapkan di Asia (Visvanathan marak berkembang di Indonesia (Putri et al.,
et al., 2007). Di dalam negeri sendiri, 2012; Setiadi, 2015). Keterlibatan masyarakat
beberapa penelitian juga sudah dalam kegiatan pengelolaan sampah dapat
mengungkapkan pentingnya sistem PSB menghasilkan pengelolaan sampah yang
dalam pengelolaan dan pelestarian daerah mandiri. Putri et al. (2012) dalam
pariwisata (Dewi, 2017; Vitasurya, 2017). penelitiannya di Komunitas Adat Seminyak
Bali menunjukkan bahwa dengan pendekatan
PSB adalah suatu proses dimana
yang dilakukan secara bottom-up (partisipasi
pengelolaan sampah sudah lebih terintegrasi
masyarakat), peran serta masyarakat dalam
satu sama lain dan memiliki keterlibatan
pengelolaan tersebut mencapai lebih dari
pemangku kepentingan (stakeholder) yang
70%.
lebih luas (Rodic et al., 2010). Rodic et al
38
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

Manfaat dari kegiatan PSB dengan Participatory Rural Appraisal (PRA). PRA
berbasis masyarakat diharapkan tidak hanya atau juga disebut Pemahaman Partisipatif
mengurangi dampak negatif di lingkungan, Kondisi Pedesaan (PPKP) adalah pendekatan
tetapi juga dapat memberikan keuntungan yang melibatkan masyarakat secara langsung
materi bagi masyarakat lokal dari hasil dalam merumuskan rencana tindakan dan
penjualan sampah plastik atau hasil produk kebijakan. Metode PRA dipilih karena
daur ulang. Dengan melakukan pengelolaan memungkinkan masyarakat desa untuk saling
sampah yang berkelanjutan, suatu destinasi berbagi dan menganalisis pengetahuan
wisata juga dapat mengurangi masalah masyarakat, dan membuat rencana dan
sampah lokal, menekan biaya pengangkutan tindakan nyata (Chambers, 1994).
sampah, dan dapat menambah nilai keunikan Dalam penelitian ini, metode atau tools
untuk daerah destinasi wisata. PRA yang digunakan secara spesifik adalah
dengan Focus Group Discussion (FGD).
2. METODOLOGI Peneliti juga melakukan observasi sebagai
bentuk triangulasi kebenaran/validasi data
Lokasi kajian potensi penerapan
primer yang diambil. Pengambilan data
pengelolaan sampah berkelanjutan dilakukan
primer dilakukan pada bulan Agustus 2018.
di Desa Saribaye, Lingsar, Kabupaten
Dalam FGD ini peserta diberikan pertanyaan
Lombok Barat. Desa Saribaye dipilih karena
menyangkut kesadaran lingkungan, kemauan
merupakan salah satu daerah destinasi wisata
untuk melakukan pengelolaan sampah, dan
di Lombok. Desa Saribaye saat ini belum
mengenai sarana dan prasarana pengelolaan
memiliki pengelolaan sampah. Berlokasi di
sampah yang tersedia. FGD ini ditargetkan
bantaran Sungai Jangkok, Desa Saribaye juga
pada 4 kelompok, yaitu:
merupakan salah satu penyumbang pada
pencemaran/polusi sampah di perairan 1. Kelompok Ibu Rumah Tangga,
Lombok. 2. Kelompok Petani,
3. Kelompok Bisnis/Pengusaha, dan
2.1 Pertanyaan Riset
4. Kelompok Pemuda
Dalam penelitian ini, ada beberapa
pertanyaan riset yang sudah diformulasikan: 2.2.2 Data Sekunder
1. Apakah masyarakat Desa Saribaye Data sekunder yang digunakan adalah
memiliki kesadaran lingkungan yang data demografi kependudukan Desa Saribaye
baik? yang didapatkan dari Kantor Desa. Faktor
2. Apakah masyarakat Desa Saribaye demografi adalah salah satu hal yang penting
memiliki kemauan dalam melakukan dalam melihat potensi dalam pengelolaan
pengelolaan sampah berbasis sampah (Rodic et al., 2010). Adapun data
masyarakat? yang dikaji adalah luas wilayah, populasi,
3. Apakah Desa Saribaye memiliki tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan dan
sarana/prasarana yang memadai untuk mata pencaharian dari penduduk Desa
melakukan pengelolaan sampah? Saribaye.
4. Apakah ada potensi untuk Desa 2.3 Metode Analisis Data
Saribaye untuk dapat melakukan
pengelolaan sampah yang Analisis data dilakukan dengan
berkelanjutan berbasis masyarakat? meninjau data primer yang didapatkan dari
FGD serta data sekunder yang didapatkan dari
2.2 Pengambilan Data Kantor Desa. Selanjutnya data primer dan
sekunder tersebut dianalisis dalam empat
2.2.1 Data Primer: Participatory Rural kategori, yaitu:
Appraisal (PRA) 1. Analisis perilaku masyarakat dalam
Pendekatan yang di lakukan untuk pengelolaan sampah yaitu aspek
mendapatkan data primer adalah dengan kesadaran lingkungan dan kemauan
39
Analisis Potensi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Saribaye….. [Fati Ramadhanti]

dalam pengelolaan sampah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


menggunakan data primer
2. Analisis sistem sarana dan prasarana 3.1 Hasil FGD
pendukung pengelolaan sampah Penelitian ini meninjau perilaku
menggunakan data primer berdasarkan tingkat kesadaran lingkungan dan
3. Analisis demografi dengan kemauan masyarakat Desa Saribaye dalam
menggunakan data sekunder mengelola sampah. Tema tersebut kemudian
4. Analisis SWOT untuk melihat potensi ditentukan dalam beberapa aspek yang
pengelolaan sampah berkelanjutan digunakan untuk meninjau perilaku
menggunakan data primer dan data masyarakat (lihat Tabel 1).
sekunder
Tabel 1. Tema dan Aspek yang Ditinjau dalam FGD
No. Tema Aspek yang Ditinjau
1. Kesadaran Lingkungan  Pengetahuan jenis-jenis sampah yang dihasilkan
 Pengetahuan dampak sampah terhadap lingkungan
 Praktik pembuangan sampah sehari-hari
2. Kemauan mengelola  Komitmen mengurangi sampah
sampah  Aktivitas yang diharapkan dalam pengelolaan sampah
3. Sarana dan prasarana  Pengetahuan ketersediaan fasilitas pengelolaan sampah di
pengelolaan sampah di desa seperti TPS atau bank sampah
Desa Saribaye

Dengan menggunakan aspek penijauan pengetahuan tentang sarana dan prasarana


pada Tabel 1, maka didapatkan hasil FGD serta pengelolaan sampah di Desa, seperti
data perilaku masyarakat Desa Saribaye, tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil FGD Prilaku lingkungan masyarakat Desa Saribaye

No. Kelompok Aspek yang Hasil


FGD ditinjau
1. Ibu Rumah Kesadaran  IRT mengetahui jenis sampah sampah organik
Tangga Lingkungan dapur dan sampah plastik kemasan
(IRT)  IRT menyebutkan bahwa dampak dari sampah
plastik dapat menimbulkan penyakit, dan jika
dibakar, bisa menyebabkan kanker.
 IRT dalam praktiknya mengelola sampah sehari-
hari dengan dibakar dan dibuang ke sungai.
Kemauan  IRT ingin mengurangi jumlah sampah namun
Pengelolaan tidak mengetahui caranya
Sampah
Sarana/Prasarana  Sampah plastik yang bernilai dijual di bank
sampah My Darling
 IRT bertanggung jawab dalam membuang
sampah hasil rumah tangga.

40
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

No. Kelompok Aspek yang Hasil


FGD ditinjau
2. Petani Kesadaran  Petani dapat mengidentifikasi sampah seperti
Lingkungan sampah plastik, kotoran sapi, dan sisa pertanian
 Sampah yang dihasilkan sebagian dibakar dan
sebagian lain dibuang ke sungai
 Petani sadar bahwa sampah plastik dapet
menimbulkan penyakit
Kemauan  Petani memiliki kemauan untuk melakukan
Pengelolaan pengelolaan sampah, namun tergantung dari
Sampah besarnya insentif ekonomi yang diterima
Sarana/Prasarana  Petani menyadari ada bank sampah My Darling di
Desa Saribaye, tetapi belum bergabung menjadi
nasabah.
3. Pengusaha Kesadaran  Pengusaha dapat mengidentifikasi sampah rumah
Lingkungan tangga dan sampah dari usaha, seperti limbah
peternakan ayam.
 Pengusaha rata-rata tidak paham cara mengelola
sampah plastik
 Plastik yang bernilai dijual ke bank sampah My
Darling
Kemauan  Pengusaha ingin mengelola sampah jika
Pengelolaan disediakan fasilitas oleh pemerintah
Sampah
Sarana/Prasarana  Pengusaha memanfaatkan jasa bank sampah My
Darling
4. Pemuda Kesadaran  Pemuda dapat mengidentifikasi jenis-jenis
Lingkungan sampah berdasarkan aktivitas masyarakat yang
ada di desa.
 Pemuda memahami dampak sampah terhadap
kesehatan, potensinya menjadi sarang nyamuk,
dan bisa menyebabkan banjir.
Kemauan  Pemuda menginisiasi bank sampah My Darling
Pengelolaan untuk mengelola sampah plastik.
Sampah
Sarana/Prasarana  Fasilitas yang ada saat ini terbatas pada
pengumpulan sampah plastik yang dilakukan
bank sampah My Darling.
 Tidak ada fasilitas pengelolaan sampah.

41
Analisis Potensi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Saribaye….. [Fati Ramadhanti]

3.2 Hasil Data Sekunder

A. Letak dan Luas Wilayah


Desa Saribaye terletak di kecamatan
Lingsar, kabupaten Lombok Barat, Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Luar wilayah dari Desa
Saribaye adalah 131,43 ha dengan luas
pemukiman sekitar 80 ha, persawahan 82,3
ha, perkebunan 28.6 ha dan sisanya adalah
perkantoran dan prasarana umum. Dengan
luas persawahan yang besar, Desa Saribaye
menjadi salah satu desa yang indah dan
menarik untuk dikunjungi berwisata alam.
Menjadi salah satu desa tujuan wisata di Gambar 2. Jumlah Penduduk Desa Saribaye
berdasarkan Jenis Kelamin
Lombok, Desa Saribaye belum memiliki
fasilitas pengelolaan sampah yang memadai. C. Pendidikan
Faktanya, mayoritas dari penduduk desa
masih membuang sampah rumah tangga Berdasarkan latar belakang Pendidikan,
mereka di tahan kosong atau sungai/kali sekitar 70% penduduk di Desa Saribaye
terdekat. pernah/sedang menempuh jenjang
pendidikan. Angka ini menunjukkan kualitas
sumber daya manusia yang relatif tinggi di
Desa Saribaye.

Gambar 1. Bantaran Sungai Jangkok menjadi


Lokasi Pembuangan Sampah di Desa Saribaye

B. Populasi
Populasi di Desa Saribaye, berdasarkan
Data Internal Kantor Administrasi Desa
Saribaye yang tercatat pada tahun 2017,
jumlah penduduk mencapai 2.294 orang
dengan jumlah wanita sebanyak 1.126 orang
Gambar 3. Distribusi Pendidikan di Desa Saribaye
dan pria sebanyak 1.168 orang. Dari total
2.294 orang, 1.731 orang atau sekitar 75%
dari total tersebut adalah penduduk dalam
usia produktif. Berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS, 2019), penduduk usia
produktif sendiri adalah penduduk yang
memiliki usia diantara 15 – 64 tahun. Angka
ini mengindikasikan bahwa Desa Saribaye
memiliki potensi produktivitas sumber daya
manusia yang besar.

42
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

D. Tingkat Kesejahteraan kesejahteraan keluarga di Desa Saribaye


adalah sebagai berikut:
Berdasarkan BKKBN (2019), tingkat
kesejahteraan keluarga diklasifikasikan Tabel 3. Distribusi Kesejahteraan Keluarga di
menjadi 5 kelompok, yaitu sebagai berikut: Desa Saribaye
i. Keluarga Prasejahtera
Adalah keluarga yang belum mampu No. Kelompok Keluarga Jumlah KK
memenuhi kebutuhan dasarnya berupa 1. Keluarga Prasejahtera 101 KK
kebutuhan agaman, pangan, sandang 2. Keluarga Sejahtera 1 70 KK
dan kesehatan.
3. Keluarga Sejahtera 2 375 KK
4. Keluarga Sejahtera 3 190 KK
ii. Keluarga Sejahtera 1
5. Keluarga Sejahtera 3+ 0 KK
Adalah keluarga yang telah mampu
Total KK 736 KK
memenuhi kebutuhan dasar namun
belum mampu memenuhi kebutuhan Dari tabel diatas, jumlah kepala
social psikologisnya. keluarga yang masih termasuk keluarga
iii. Keluarga Sejahtera 2 prasejahtera adalah sejumlah 101 KK atau
Adalah keluarga yang sudah mampu sekitar 14% dari total 736 KK di Desa
memenuhi kebutuhan dasar dan social Saribaye. Sedangkan untuk Keluarga
psikologisnya, namun belum mampu Sejahtera 1, 2 dan 3, jumlah KK yang
memenuhi kebutuhan termasuk kelompok tersebut adalah 70 KK,
pengembangannya, seperti menabung 375 KK dan 190 KK, secara berurutan. Di
dan memperoleh informasi. Desa Saribaye, tidak ada satupun keluarga
iv. Keluarga Sejahtera 3 yang termasuk dalam Keluarga Sejahtera 3+.
Adalah keluarga yang mampu memnuhi E. Mata Pencaharian
kebutuhan dasar, social psikologis dan
kebutuhan pengembangannya, namun Memiliki persawahan yang sangat luas,
belum mampu untuk memberikan mayoritas penduduk di Desa Saribaye bekerja
sumbangan maksimal kepada sebagai Petani dan Buruh Tani. Selain itu,
masyarakat. untuk wanita, mayoritas penduduk adalah
sebagai ibu rumah tangga, seperti yang telah
v. Keluarga Sejahtera 3+
ditampilkan pada Gambar 4 dibawah.
Adalah keluarga yang telah mampu Pengelolaan sampah berbasis masyarakat
memenuhi seluruh kebutuhannya, yaitu dapat menjadi suatu kegiatan yang dapat
kebutuhan dasar, sosial psikologis, dimanfaatkan bagi penduduk yang belum
pengembangan dan dapat memberikan bekerja ataupun para ibu rumah tangga untuk
sumbangan maksimal kepada menyalurkan energi, ide dan kreatifitas, yang
masyarakat. juga akan berdampak baik bagi keasrian dan
Berdasarkan Data Internal Kantor kesehatan masyarakat disekitar lingkungan
Administrasi Desa Saribaye (2017) distribusi tersebut.

43
Analisis Potensi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Saribaye….. [Fati Ramadhanti]

Gambar 4. Distribusi Mata Pencaharian Penduduk di Desa Saribaye


pada pernyataan Ibu-Ibu Rumah Tangga,
3.3 Analisis Perilaku Masyarakat dalam
aktivitas pembuangan sampah pada
Pengelolaan Sampah
praktiknya lebih banyak dibebankan pada
Dari hasil FGD (Tabel 2) diketahui kaum perempuan, yaitu mereka sebagai Ibu
bahwa di dalam pengelolaan sampah Desa Rumah Tangga.
Saribaye, masyakat masih membuang sampah Dengan demikian, pada saat ini
tidak pada tempat pembuangan sampah. masyarakat belum bisa dikatakan sebagai
Masyarakat mengelola sampah rumah tangga masyarakat yang sadar lingkungan, karena
secara individu dan tidak ada sistem pengetahuan tersebut tidak sejalan dengan
pengelolaan yang tersedia dari pemerintah tindakan yang dilakukan warga dalam
desa maupun dinas lingkungan hidup. Hasil mengelola sampah yang mereka hasilkan.
FGD menunjukkan bahwa masyarakat Prilaku sadar namun tidak sadar lingkungan
membuang sampah di tempat-tempat terbuka bisa terjadi ketika masyarakat sendiri tidak
yang dekat dengan lokasi tempat tinggal melihat adanya insentif dalam mengubah
mereka. Sebagian besar warga membuang kebiasaan mereka tersebut.
sampah di Sungai Jangkok yang mengalir
Di sisi lain, meskipun belum memiliki
melalui Desa Saribaye. Alasan warga
membuang di bantaran sungai adalah karena kesadaran lingkungan, masyarakat desa sadar
tidak tersedianya fasilitas pembuangan akan pentingnya pengelolaan sampah dan
memiliki keinginan untuk melakukan
sampah yang mudah dijangkau di Desa, dan
pengelolaan sampah di Desa Saribaye. Hal ini
sungai merupakan lahan kosong yang
terbukti dengan adanya kelompok swadaya
terdekat.
yang didirikan oleh masyarakat setempat
Sementara itu, masyarakat sebenarnya khususnya para pemuda, yaitu Bank Sampah
mengetahui bahwa membuang sampah di My Darling (Masyarakat Sadar Lingkungan).
sungai dapat merusak lingkungan. Keempat Berdasarkan hasil FGD, semua kelompok
kelompok masyarakat sebagian besar sudah responden mengetahui akan keberadaan Bank
mengetahui dampak dari masalah sampah di Sampah My Darling, walaupun belum semua
desa. Masyarakat juga sudah mengerti bahwa bergabung menjadi nasabah. Beberapa
permasalahan sampah adalah tanggung jawab kelompok belum mengetahui bagaimana cara
mereka semua. Lebih lanjut lagi, mengacu mengelola sampah yang baik secara mandiri.
44
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

Untuk itu, mereka mengharapkan ada satu potensi dari grup swadaya ini untuk
kegiatan yang bisa membantu mereka berkembang. Proses pengangkutan dan sudah
mengelola sampah, sekaligus juga bisa dimulainya kebiasaan masyarakat dalam
memberikan insentif ekonomi kepada mengumpulkan dan memilah sampah ini,
masyarakat. menunjukkan awal mula yang baik untuk
mewujudkan terciptanya proses pengelolaan
3.4 Analisis Sistem Sarana dan sampah yang berkelanjutan (Wilson, 2007).
Prasarana Pendukung Pengelolaan
Sampah 3.5 Analisis Data Demografi
Hasil FGD menunjukkan bahwa belum Berikut adalah hasil analisis data
tersedianya sarana pengelolaan sampah yang demografi dari Desa Saribaye dari segi Luas
memadai di Desa Saribaye, seperti kontainer Wilayah, Populasi, Pendidikan, Kesejahteraan
sampah ataupun Tempat Pembuangan dan Mata Pencaharian:
Sementara (TPS) sehingga praktik membuang  Potensi pariwisata dan luas wilayah
di lahan terbuka/sungai masih sangat sering Desa Saribaye mendukung untuk
dilakukan. Satu-satunya bentuk melakukan proses pengeloaan sampah
sarana/prasarana yang tersedia adalah sebuah berbasis masyarakat
komunitas swadaya masyarakat yaitu Bank  Jumlah usia produktif di Desa Saribaye
Sampah My Darling (Masyarakat Sadar yang besar mengindikasikan potensi
Lingkungan). sumber daya manusia yang besar untuk
Manajemen Bank Sampah My Darling menjalankan pengelolaan sampah
dilakukan secara swadaya oleh pemuda desa berbasis msayarakat
setempat. Bank Sampah My Darling  Tingginya jumlah penduduk yang
mengumpulkan sampah plastik yang dipilah telah/sedang bersekolah memberikan
dari rumah nasabah untuk kemudian dijual peluang baik dalam berkomunikasi
kepada pengepul. Waktu operasi dengan masyarakat setempat sehingga
pengumpulan sampah plastik sangat terbatas, dapat memberikan kemudahan dalam
yaitu hanya sekali dalam seminggu. Dengan proses inisiasi dan keberlanjutan
jumlah anggota sekitar 20 orang pemuda desa, program (Riswan et al., 2011).
bank sampah tidak mampu menjangkau
seluruh wilayah Desa Saribaye untuk menjadi  Masih besarnya jumlah keluarga
nasabahnya. Bank Sampah My Darling prasejahtera memberikan peluang bagi
membiayai operasionalnya secara mandiri kegiatan pengelolaan sampah berbasis
melalui iuran yang dikeluarkan oleh masing- masyarakat ini untuk dapat
masing anggotanya. Selain itu, operasional menghasilkan suatu pendapatan
bank sampah juga didapatkan dari hasil tambahan yang diharapkan dapat
penjualan sampah di pengepul, dan terkadang meningkatkan kesejahteraan penduduk
ditambah dengan dana bantuan dari desa. dan menekan angka kemiskinan.
Pengelolaan sampah Desa Saribaye  Dari segi mata pencaharian, jumlah
belum memadai jika hanya bergantung pada kelompok penduduk yang belum bekerja
Bank Sampah My Darling. Dengan kapasitas dan jumlah kelompok ibu rumah tangga
yang dimiliki bank sampah saat ini tidak akan masih besar. Kegiatan pengelolaan
mampu mengelola sampah yang dihasilkan sampah berbasis masyarakat dapat
warga desa. Padahal, jika melihat jumlah menjadi suatu sarana meningkatkan
sampah yang dihasilkan satu rumah tangga, produktivitas dan kreatifitas penduduk
maka kemungkinan jumlah sampah yang untuk kelompok-kelompok tersebut.
dibuang tanpa diolah sangat besar. Berdasarkan hasil analisis data
Berdasarkan Data Internal dari Kantor demografi tersebut, Desa Saribaye memiliki
Administrasi Desa Saribaye, jumlah nasabah potensi yang baik untuk
yang dikelola oleh Bank Sampah My Darling mengimplementasikan program pengelolaan
saat ini adalah 99 KK, sehingga masih banyak sampah berbasis masyarakat.
45
Analisis Potensi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Saribaye….. [Fati Ramadhanti]

3.6 Analisis SWOT (Strength, Weakness, 3. Desa Saribaye memiliki jumlah penduduk
Opportunity, and Threat) usia produktif yang besar serta faktor
demografi lain yang dapat mendukung
Berdasarkan dari hasil FGD dan hasil
terlaksananya kegiatan pengelolaan
data sekunder, berikut adalah hasil dari
sampah yang berkelanjutan berbasis
analisis SWOT:
masyarakat.
1. Strengths
4. Infrastruktur desa untuk pengelolaan
a. Kemauan yang besar dalam
sampah tidak memadai, namun ada
mengelola sampah
potensi yang yang baik dari itikad
b. Adanya komunitas bank sampah “My
sebagian warga untuk mengelola sampah
Darling” yang sudah terbentuk dari
plastik secara swadaya, yaitu kelompok
swadaya masyarakat lokal
Masyarakat Sadar Lingkungan “My
2. Weaknesses
DarLing”. Hal ini menunjukkan potensi
a. Kesadaran lingkungan yang rendah
yang baik untuk melakukan suatu
b. Sarana dan Prasarana serta proses
pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
pengelolaan sampah yang tidak
memadai
Sehingga disimpulkan bahwa Desa
3. Opportunities
Saribaye memiliki potensi untuk melakukan
a. Jumlah penduduk produktif yang
besar dan potensi demografi yang pengelolaan sampah berkelanjutan berbasis
masyarakat apabila didukung dengan kegiatan
memadai
yang dapat meningkatkan kesadaran
b. Potensi ekonomi yang besar dari
lingkungan serta dukungan pemerintah dalam
proses pengelolaan sampah
bentuk infrastruktur dan prasaran pengelolaan
berkelanjutan
sampah yang lebih baik dan memadai.
c. Kegiatan pengelolaan sampah yang
berkelanjutan dapat menjadi daya
4.2 Saran
tarik wisata, serta hasil produk yang
unik bisa menjadi ciri khas desa. 1. Perlu diadakannya suatu kegiatan edukasi
4. Threats dan workshop yang dapat meningkatkan
a. Tantangan dalam mengubah pengetahuan serta kesadaran lingkungan
kebiasaan masyarakat masyarakat sehingga masyarakat tidak
b. Pasar dari produk daur ulang yang hanya mengetahui tapi juga menjalankan
masih berkembang kegiatan-kegiatan yang dapat melestarikan
lingkungan.
2. Perlu dirancang suatu sistem pengelolaan
4. SIMPULAN DAN SARAN
sampah secara berkelanjutan dan
4.1 Kesimpulan terintegrasi serta dibangunnya infrastuktur
yang memadai untuk mencegah warga
Berdasarkan dari hasil penelitian dan membuang sampah di bantaran Sungai
analisis dari berbagai sisi dan sudut pandang Jangkok. Hal ini perlu segera dilakukan
serta menjawab pertanyaan riset sebelumnya, melihat terus meningkatnya aktifitas
dapat disebutkan bahwa: pariwisata di Pulau Lombok. Sistem yang
dibangun membutuhkan kerja sama antara
1. Mayoritas warga Saribaye sudah mengerti pemerintah setempah khususnya Dinas
mengenai dampak buruk dari sampah, Lingkungan Hidup dan masyarakat
namun belum mengamalkan pengetahuan setempat agar dapat menjaga keselarasan
tersebut dikehidupan sehari-hari sehingga lingkungan serta mencapai suatu sistem
masih dapat dikatakan belum memiliki pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
kesadaran lingkungan. 3. Perlu diadakan suatu skema pelatihan
2. Warga Saribaye memiliki kemauan untuk pengelolaan sampah yang berkelanjutan
mengelola sampah, namun masih terbatas untuk masyarakat serta sistem
oleh sarana dan prasarana yang tersedia. pemantauan/monitoring berkala.

46
ECOTROPHIC  VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395

4. Perlu dilakukan riset yang lebih Joseph, K. (2006). Stakeholder participation


mendalam mengenai proses pengelolaan for sustainable waste management.
sampah di berbagai daerah wisata di NTB Elsevier.
dan dilakukan pengkajian mengenai https://www.sciencedirect.com/science/a
praktek terbaik yang sesuai dengan rticle/pii/S0197397505000524
kondisi sosial masyarakat di NTB Lu, J., & Nepal, S. K. (2009). Sustainable
tourism research: An analysis of papers
Ucapan Terima Kasih published in the Journal of Sustainable
Tourism. In Journal of Sustainable
Ucapan terima kasih disampaikan Tourism (Vol. 17, Issue 1, pp. 5–16).
kepada Bappeda Provinsi NTB dan Dewan https://doi.org/10.1080/09669580802582
Riset Daerah Provinsi NTB atas dukungan 480
selama penyusunan naskah ini dan pihak-
pihak lain yang sudah bersedia memberikan Putri, I. A. T. E., Mardani, N., & Pujaastawa,
data dan saran dalam penyusunan naskah ini. I. (2012). Studi Sistem Pengelolaan
Sampah Berbasis Komunitas Adat Di
Desa Adat Seminyak Kecamatan Kuta
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Badung. In Ecotrophic:
Journal of Environmental Science (Vol.
Artiningsih, N. K. A., Hadi, S. P., &
5, Issue 1).
Syafrudin. (2012). PERAN SERTA
MASYARAKAT DALAM Riswan, Rya Sunoko, H., Hadiyarto, A.,
PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai
TANGGA (Studi Kasus di Sampangan & Selatan, D., Selatan, K., Kedokteran, F.,
Jomblang, KotaSemarang). Serat Acitya. Semarang, U., & Teknik Kimia, F.
http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php/sa (2011). PENGELOLAAN SAMPAH
/article/view/29 RUMAH TANGGA DI KECAMATAN
DAHA SELATAN. In Jurnal Ilmu
BKKBN. (2019). Batasan dan Pengertian
Lingkungan (Vol. 9, Issue 1).
MDK.
http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/Batasan Rodic, L., Scheinberg, A., & Wilson, D. C.
MDK.aspx (2010). Comparing Solid Waste
Management in the World ’ s Cities.
BPS. (2019). Istilah.
October, November, 15–18.
https://www.bps.go.id/istilah/index.html
http://www.sswm.info/sites/default/files/
?Istilah_page=4
reference_attachments/UN HABITAT
BPS NTB. (2019). Banyaknya Kunjungan 2010 Solid Waste Management in the
Wisatawan ke Provinsi Nusa Tenggara Worlds Cities.pdf
Barat 2009 -2016.
Setiadi, A. (2015). Studi Pengelolaan Sampah
https://ntb.bps.go.id/dynamictable/2017/
Berbasis Komunitas pada Kawasan
06/07/155/banyaknya-kunjungan-
Permukiman Perkotaan di Yogyakarta.
wisatawan-ke-provinsi-nusa-tenggara-
Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 3(1),
barat-2009---2016.html
27. https://doi.org/10.14710/jwl.3.1.27-
Chambers, R. (1994). Paradigm Shifts and the 38
Practice of Participatory Research and
Utami, B. D., Indrasti, N. S., & Dharmawan,
Development.
A. H. (2008). Pengelolaan Sampah
Dewi, R. P. (2017). PERANCANGAN Rumahtangga Berbasis Komunitas:
SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH Teladan dari Dua Komunitas di Sleman
UNTUK MENDUKUNG dan Jakarta Selatan. Sodality - Jurnal
PERKEMBANGAN INDUSTRI Sosiologi Pedesaan, 2(1).
KREATIF DI DAERAH PARIWISATA https://doi.org/10.22500/sodality.v2i1.58
(Issue 3). 93
47
Analisis Potensi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Saribaye….. [Fati Ramadhanti]

Visvanathan, C., Visvanathan, C., Adhikari, Arsitektur KOMPOSISI, 10(5), 315.


R., & Ananth, A. P. (2007). 3R Practices https://doi.org/10.24002/jars.v10i5.1092
for Municipal Solid Waste Management Wilson, D. C. (2007). Development drivers
in Asia Membrane Based Emergency for waste management.
Water Supply View project British https://doi.org/10.1177/0734242X07079
Council, Newton Fund, Institutional 149
Links project “Community Scale,
Decentralised Anaerobic Digestion for World Health Organization. (2002).
Energy and Resource Recovery” Vi. Community participation in local health
https://www.researchgate.net/publication and sustainable development: A working
/268299500 document on approaches and techniques.
Vitasurya, V. R. (2017). SAWITRI (Sampah World Tourism Organization. (2004).
Wisata Pentingsari): Model Pengelolaan Indicators of sustainable development
Sampah Aktivitas Wisata Desa for tourism destinations : a guidebook.
Pentingsari, Yogyakarta. Jurnal World Tourism Organization
.

48

You might also like