Professional Documents
Culture Documents
[Fati Ramadhanti]
ABSTRACT
meningkat seiring meningkatnya aktivitas (2010) lebih lanjut lagi menyebutkan tiga
pariwisata dan ekonomi di NTB, aspek utama dalam PSB adalah aspek
permasalahan pengelolaan sampah ini perlu fisik/teknikal, aspek keberlanjutan, dan aspek
segera ditangani. pelaku (formal dan informal) dalam sistem
Saat ini tren global dalam pengelolaan tersebut. Pada saat ini, integrasi pada sistem
destinasi pariwisata adalah dengan pengelolaan sampah di berbagai desa di
menggunakan konsep Pariwisata Indonesia masih lemah (Artiningsih et al.,
Berkelanjutan atau Sustainable Tourism. 2012; Setiadi, 2015; Utami et al., 2008).
Konsep ini juga sudah diadopsi oleh Pengelolaan sampah diberbagai daerah masih
Kementerian Pariwisata Indonesia yaitu dilakukan secara tradisional dan tidak
dalam Peraturan Menteri Pariwisata no. 14 mengimplementasikan sistem yang
tahun 2016 mengenai Pedoman Destinasi terintegrasi, dimana proses munculnya
Pariwisata Berkelanjutan. Dalam sampah, pengambilan sampah, dan
mengembangkan destinasi pariwisata, pembuangan sampah masih dilakukan secara
Pariwisata Berkelanjutan (PB) tidak hanya terpisah. Dengan menerapkan pengelolaan
mengedepankan aspek ekonomi, namun juga sampah yang berkelanjutan, banyak manfaat
aspek lingkungan, aspek sosial, dan juga yang akan didapatkan oleh masyarakat,
aspek budaya (World Tourism Organization, terutama dari sisi lingkungan dan kesehatan
2004). Saat ini konsep PB sudah banyak publik (Joseph, 2006).
diterapkan dibanyak negara terutama di Dalam menelaah potensi PSB, paper ini
negara maju seperti negara-negara di Eropa, akan fokus membahas aspek informal
Amerika dan Australia (Lu & Nepal, 2009). stakeholders dan juga infrastruktur yang ada
Konsep dari PB juga sejalan dengan visi dan di Desa Saribaye. Informal stakeholder yang
misi Pemerintah baik oleh Pemerintah Pusat, dimaksud adalah masyarakat Desa Saribaye
maupun Pemerintah Daerah NTB. secara keseluruhan. Informal stakeholder
Salah satu aspek yang penting dalam PB dipilih karena dalam mewujudkan suatu
adalah adanya sistem pengelolaan sampah pengelolaan sampah yang berkelanjutan,
yang baik. Pengelolaan sampah yang peran masyarakat sangat penting dan
dilakukan di provinsi NTB saat ini adalah dibutuhkan. Pengelolaan sampah dengan
pengelolaan sampah secara konvensional dan melibatkan masyarakat biasa disebut dengan
tidak terintegrasi. Bahkan, di beberapa daerah pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
di NTB, sarana/prasarana pembuangan Pendekatan yang digunakan adalah
sampah seperti TPS atau TPA masih tidak pendekatan bottom-up dimana dalam proses
tersedia. Untuk menghadapi laju tumbuh pelaksanaan suatu kegiatan di suatu lokasi,
sektor pariwisata, Pemerintah Daerah NTB masyarakat lokal berperan secara aktif dalam
harus bisa mengelola sampahnya dengan lebih mengidentifikasi masalah, mengambil
baik, salah satunya dengan melakukan keputusan, serta merancang solusi untuk
pengelolaan sampah yang berkelanjutan. masalah tersebut (World Health Organization,
Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan 2002). Pengelolaan sampah dengan konsep
(PSB) atau Sustainable Waste Management parsitipasi masyarakat/komunitas juga sedang
mulai banyak diterapkan di Asia (Visvanathan marak berkembang di Indonesia (Putri et al.,
et al., 2007). Di dalam negeri sendiri, 2012; Setiadi, 2015). Keterlibatan masyarakat
beberapa penelitian juga sudah dalam kegiatan pengelolaan sampah dapat
mengungkapkan pentingnya sistem PSB menghasilkan pengelolaan sampah yang
dalam pengelolaan dan pelestarian daerah mandiri. Putri et al. (2012) dalam
pariwisata (Dewi, 2017; Vitasurya, 2017). penelitiannya di Komunitas Adat Seminyak
Bali menunjukkan bahwa dengan pendekatan
PSB adalah suatu proses dimana
yang dilakukan secara bottom-up (partisipasi
pengelolaan sampah sudah lebih terintegrasi
masyarakat), peran serta masyarakat dalam
satu sama lain dan memiliki keterlibatan
pengelolaan tersebut mencapai lebih dari
pemangku kepentingan (stakeholder) yang
70%.
lebih luas (Rodic et al., 2010). Rodic et al
38
ECOTROPHIC VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395
Manfaat dari kegiatan PSB dengan Participatory Rural Appraisal (PRA). PRA
berbasis masyarakat diharapkan tidak hanya atau juga disebut Pemahaman Partisipatif
mengurangi dampak negatif di lingkungan, Kondisi Pedesaan (PPKP) adalah pendekatan
tetapi juga dapat memberikan keuntungan yang melibatkan masyarakat secara langsung
materi bagi masyarakat lokal dari hasil dalam merumuskan rencana tindakan dan
penjualan sampah plastik atau hasil produk kebijakan. Metode PRA dipilih karena
daur ulang. Dengan melakukan pengelolaan memungkinkan masyarakat desa untuk saling
sampah yang berkelanjutan, suatu destinasi berbagi dan menganalisis pengetahuan
wisata juga dapat mengurangi masalah masyarakat, dan membuat rencana dan
sampah lokal, menekan biaya pengangkutan tindakan nyata (Chambers, 1994).
sampah, dan dapat menambah nilai keunikan Dalam penelitian ini, metode atau tools
untuk daerah destinasi wisata. PRA yang digunakan secara spesifik adalah
dengan Focus Group Discussion (FGD).
2. METODOLOGI Peneliti juga melakukan observasi sebagai
bentuk triangulasi kebenaran/validasi data
Lokasi kajian potensi penerapan
primer yang diambil. Pengambilan data
pengelolaan sampah berkelanjutan dilakukan
primer dilakukan pada bulan Agustus 2018.
di Desa Saribaye, Lingsar, Kabupaten
Dalam FGD ini peserta diberikan pertanyaan
Lombok Barat. Desa Saribaye dipilih karena
menyangkut kesadaran lingkungan, kemauan
merupakan salah satu daerah destinasi wisata
untuk melakukan pengelolaan sampah, dan
di Lombok. Desa Saribaye saat ini belum
mengenai sarana dan prasarana pengelolaan
memiliki pengelolaan sampah. Berlokasi di
sampah yang tersedia. FGD ini ditargetkan
bantaran Sungai Jangkok, Desa Saribaye juga
pada 4 kelompok, yaitu:
merupakan salah satu penyumbang pada
pencemaran/polusi sampah di perairan 1. Kelompok Ibu Rumah Tangga,
Lombok. 2. Kelompok Petani,
3. Kelompok Bisnis/Pengusaha, dan
2.1 Pertanyaan Riset
4. Kelompok Pemuda
Dalam penelitian ini, ada beberapa
pertanyaan riset yang sudah diformulasikan: 2.2.2 Data Sekunder
1. Apakah masyarakat Desa Saribaye Data sekunder yang digunakan adalah
memiliki kesadaran lingkungan yang data demografi kependudukan Desa Saribaye
baik? yang didapatkan dari Kantor Desa. Faktor
2. Apakah masyarakat Desa Saribaye demografi adalah salah satu hal yang penting
memiliki kemauan dalam melakukan dalam melihat potensi dalam pengelolaan
pengelolaan sampah berbasis sampah (Rodic et al., 2010). Adapun data
masyarakat? yang dikaji adalah luas wilayah, populasi,
3. Apakah Desa Saribaye memiliki tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan dan
sarana/prasarana yang memadai untuk mata pencaharian dari penduduk Desa
melakukan pengelolaan sampah? Saribaye.
4. Apakah ada potensi untuk Desa 2.3 Metode Analisis Data
Saribaye untuk dapat melakukan
pengelolaan sampah yang Analisis data dilakukan dengan
berkelanjutan berbasis masyarakat? meninjau data primer yang didapatkan dari
FGD serta data sekunder yang didapatkan dari
2.2 Pengambilan Data Kantor Desa. Selanjutnya data primer dan
sekunder tersebut dianalisis dalam empat
2.2.1 Data Primer: Participatory Rural kategori, yaitu:
Appraisal (PRA) 1. Analisis perilaku masyarakat dalam
Pendekatan yang di lakukan untuk pengelolaan sampah yaitu aspek
mendapatkan data primer adalah dengan kesadaran lingkungan dan kemauan
39
Analisis Potensi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Saribaye….. [Fati Ramadhanti]
40
ECOTROPHIC VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395
41
Analisis Potensi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Saribaye….. [Fati Ramadhanti]
B. Populasi
Populasi di Desa Saribaye, berdasarkan
Data Internal Kantor Administrasi Desa
Saribaye yang tercatat pada tahun 2017,
jumlah penduduk mencapai 2.294 orang
dengan jumlah wanita sebanyak 1.126 orang
Gambar 3. Distribusi Pendidikan di Desa Saribaye
dan pria sebanyak 1.168 orang. Dari total
2.294 orang, 1.731 orang atau sekitar 75%
dari total tersebut adalah penduduk dalam
usia produktif. Berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS, 2019), penduduk usia
produktif sendiri adalah penduduk yang
memiliki usia diantara 15 – 64 tahun. Angka
ini mengindikasikan bahwa Desa Saribaye
memiliki potensi produktivitas sumber daya
manusia yang besar.
42
ECOTROPHIC VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395
43
Analisis Potensi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Saribaye….. [Fati Ramadhanti]
Untuk itu, mereka mengharapkan ada satu potensi dari grup swadaya ini untuk
kegiatan yang bisa membantu mereka berkembang. Proses pengangkutan dan sudah
mengelola sampah, sekaligus juga bisa dimulainya kebiasaan masyarakat dalam
memberikan insentif ekonomi kepada mengumpulkan dan memilah sampah ini,
masyarakat. menunjukkan awal mula yang baik untuk
mewujudkan terciptanya proses pengelolaan
3.4 Analisis Sistem Sarana dan sampah yang berkelanjutan (Wilson, 2007).
Prasarana Pendukung Pengelolaan
Sampah 3.5 Analisis Data Demografi
Hasil FGD menunjukkan bahwa belum Berikut adalah hasil analisis data
tersedianya sarana pengelolaan sampah yang demografi dari Desa Saribaye dari segi Luas
memadai di Desa Saribaye, seperti kontainer Wilayah, Populasi, Pendidikan, Kesejahteraan
sampah ataupun Tempat Pembuangan dan Mata Pencaharian:
Sementara (TPS) sehingga praktik membuang Potensi pariwisata dan luas wilayah
di lahan terbuka/sungai masih sangat sering Desa Saribaye mendukung untuk
dilakukan. Satu-satunya bentuk melakukan proses pengeloaan sampah
sarana/prasarana yang tersedia adalah sebuah berbasis masyarakat
komunitas swadaya masyarakat yaitu Bank Jumlah usia produktif di Desa Saribaye
Sampah My Darling (Masyarakat Sadar yang besar mengindikasikan potensi
Lingkungan). sumber daya manusia yang besar untuk
Manajemen Bank Sampah My Darling menjalankan pengelolaan sampah
dilakukan secara swadaya oleh pemuda desa berbasis msayarakat
setempat. Bank Sampah My Darling Tingginya jumlah penduduk yang
mengumpulkan sampah plastik yang dipilah telah/sedang bersekolah memberikan
dari rumah nasabah untuk kemudian dijual peluang baik dalam berkomunikasi
kepada pengepul. Waktu operasi dengan masyarakat setempat sehingga
pengumpulan sampah plastik sangat terbatas, dapat memberikan kemudahan dalam
yaitu hanya sekali dalam seminggu. Dengan proses inisiasi dan keberlanjutan
jumlah anggota sekitar 20 orang pemuda desa, program (Riswan et al., 2011).
bank sampah tidak mampu menjangkau
seluruh wilayah Desa Saribaye untuk menjadi Masih besarnya jumlah keluarga
nasabahnya. Bank Sampah My Darling prasejahtera memberikan peluang bagi
membiayai operasionalnya secara mandiri kegiatan pengelolaan sampah berbasis
melalui iuran yang dikeluarkan oleh masing- masyarakat ini untuk dapat
masing anggotanya. Selain itu, operasional menghasilkan suatu pendapatan
bank sampah juga didapatkan dari hasil tambahan yang diharapkan dapat
penjualan sampah di pengepul, dan terkadang meningkatkan kesejahteraan penduduk
ditambah dengan dana bantuan dari desa. dan menekan angka kemiskinan.
Pengelolaan sampah Desa Saribaye Dari segi mata pencaharian, jumlah
belum memadai jika hanya bergantung pada kelompok penduduk yang belum bekerja
Bank Sampah My Darling. Dengan kapasitas dan jumlah kelompok ibu rumah tangga
yang dimiliki bank sampah saat ini tidak akan masih besar. Kegiatan pengelolaan
mampu mengelola sampah yang dihasilkan sampah berbasis masyarakat dapat
warga desa. Padahal, jika melihat jumlah menjadi suatu sarana meningkatkan
sampah yang dihasilkan satu rumah tangga, produktivitas dan kreatifitas penduduk
maka kemungkinan jumlah sampah yang untuk kelompok-kelompok tersebut.
dibuang tanpa diolah sangat besar. Berdasarkan hasil analisis data
Berdasarkan Data Internal dari Kantor demografi tersebut, Desa Saribaye memiliki
Administrasi Desa Saribaye, jumlah nasabah potensi yang baik untuk
yang dikelola oleh Bank Sampah My Darling mengimplementasikan program pengelolaan
saat ini adalah 99 KK, sehingga masih banyak sampah berbasis masyarakat.
45
Analisis Potensi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan Berbasis Masyarakat di Desa Saribaye….. [Fati Ramadhanti]
3.6 Analisis SWOT (Strength, Weakness, 3. Desa Saribaye memiliki jumlah penduduk
Opportunity, and Threat) usia produktif yang besar serta faktor
demografi lain yang dapat mendukung
Berdasarkan dari hasil FGD dan hasil
terlaksananya kegiatan pengelolaan
data sekunder, berikut adalah hasil dari
sampah yang berkelanjutan berbasis
analisis SWOT:
masyarakat.
1. Strengths
4. Infrastruktur desa untuk pengelolaan
a. Kemauan yang besar dalam
sampah tidak memadai, namun ada
mengelola sampah
potensi yang yang baik dari itikad
b. Adanya komunitas bank sampah “My
sebagian warga untuk mengelola sampah
Darling” yang sudah terbentuk dari
plastik secara swadaya, yaitu kelompok
swadaya masyarakat lokal
Masyarakat Sadar Lingkungan “My
2. Weaknesses
DarLing”. Hal ini menunjukkan potensi
a. Kesadaran lingkungan yang rendah
yang baik untuk melakukan suatu
b. Sarana dan Prasarana serta proses
pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
pengelolaan sampah yang tidak
memadai
Sehingga disimpulkan bahwa Desa
3. Opportunities
Saribaye memiliki potensi untuk melakukan
a. Jumlah penduduk produktif yang
besar dan potensi demografi yang pengelolaan sampah berkelanjutan berbasis
masyarakat apabila didukung dengan kegiatan
memadai
yang dapat meningkatkan kesadaran
b. Potensi ekonomi yang besar dari
lingkungan serta dukungan pemerintah dalam
proses pengelolaan sampah
bentuk infrastruktur dan prasaran pengelolaan
berkelanjutan
sampah yang lebih baik dan memadai.
c. Kegiatan pengelolaan sampah yang
berkelanjutan dapat menjadi daya
4.2 Saran
tarik wisata, serta hasil produk yang
unik bisa menjadi ciri khas desa. 1. Perlu diadakannya suatu kegiatan edukasi
4. Threats dan workshop yang dapat meningkatkan
a. Tantangan dalam mengubah pengetahuan serta kesadaran lingkungan
kebiasaan masyarakat masyarakat sehingga masyarakat tidak
b. Pasar dari produk daur ulang yang hanya mengetahui tapi juga menjalankan
masih berkembang kegiatan-kegiatan yang dapat melestarikan
lingkungan.
2. Perlu dirancang suatu sistem pengelolaan
4. SIMPULAN DAN SARAN
sampah secara berkelanjutan dan
4.1 Kesimpulan terintegrasi serta dibangunnya infrastuktur
yang memadai untuk mencegah warga
Berdasarkan dari hasil penelitian dan membuang sampah di bantaran Sungai
analisis dari berbagai sisi dan sudut pandang Jangkok. Hal ini perlu segera dilakukan
serta menjawab pertanyaan riset sebelumnya, melihat terus meningkatnya aktifitas
dapat disebutkan bahwa: pariwisata di Pulau Lombok. Sistem yang
dibangun membutuhkan kerja sama antara
1. Mayoritas warga Saribaye sudah mengerti pemerintah setempah khususnya Dinas
mengenai dampak buruk dari sampah, Lingkungan Hidup dan masyarakat
namun belum mengamalkan pengetahuan setempat agar dapat menjaga keselarasan
tersebut dikehidupan sehari-hari sehingga lingkungan serta mencapai suatu sistem
masih dapat dikatakan belum memiliki pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
kesadaran lingkungan. 3. Perlu diadakan suatu skema pelatihan
2. Warga Saribaye memiliki kemauan untuk pengelolaan sampah yang berkelanjutan
mengelola sampah, namun masih terbatas untuk masyarakat serta sistem
oleh sarana dan prasarana yang tersedia. pemantauan/monitoring berkala.
46
ECOTROPHIC VOLUME 14 NOMOR 1 TAHUN 2020 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN:2503-3395
48