You are on page 1of 16

PENERAPAN PRINSIP GOOD ENVIRONMENTAL GOVERNANCE DALAM

PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SURABAYA TAHUN 2018


Oleh :
Linda Yunita (20160520192)
Kelas : D
Email : lindayunita762@gmail.com

ABSTRACT

The vision of the Mayor of Surabaya is to realize Surabaya as a character city that is
characterized by character and is globally ecologically based. Based on this vision, the
government agreed to implement several programs and policies related to natural resources.
In addition, the City of Surabaya also has the City of Surabaya Regional Regulation Number
5 of 2014 concerning Waste and Hygiene Management in Surabaya City, where management
does not only involve the government but also involves the community. Making the city of
Surabaya get national and international appreciation in terms of waste management. Related
to this, the researchers wanted to analyze the application of good environmental governance
in waste management in Surabaya City in 2018. This study used a type of qualitative
research. The results of the study show that in the implementation of indicators the
application of the principles of good environmental governance in waste management in the
city of Surabaya in 2018 has been running as far as it has not been maximized. This
inaccuracy has not yet fully implemented the law, the institutions and planning have not been
maximized in waste management and the management of the waste budget has not been
transparent.
Keywords : Good Environmental Governance, Waste Management

ABSTRAK
Visi Wali Kota Surabaya yaitu menjadikan Surabaya sebagai kota sentosa yang
berkarakter dan berdaya saing global berbasis ekologi. Berdasarkan visi tersebut maka
pemerintah berupaya dengan melaksanakan beberapa program dan kebijakan yang berkaitan
dengan lingkungan dan sumber daya alam. Selain itu, Kota Surabaya juga memiliki
“Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah dan
Kebersihan di Kota Surabaya” yang mana pengelolaannya tidak hanya melibatkan
pemerintah saja tetapi juga peran masyarakat. Sehingga Kota Surabaya mendapatkan
apresiasi secara nasional maupun internasional dalam hal pengelolaan sampah. Berhubungan
dengan hal tersebut peneliti ingin menganalisis penerapan dari prinsip_good_environmental
governance_dalam_pengelolaan_sampah di Kota Surabaya tahun 2018. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
pelaksanaan indikator penerapan prinsip good environmental governance dalam pengelolaan
sampah di Kota Surabaya tahun 2018 sudah berjalan meskipun belum maksimal.
Ketidakmaksimalan tersebut karena sanksi belum diterapkan secara menyeluruh, lembaga
dan institusi belum maksimal dalam pengelolaan sampah dan pengelolaan anggaran
persampahan belum transparan.
Kata Kunci : Good Environmental Governance, Pengelolaan Sampah
A. LATAR BELAKANG
Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan yang berada di Indonesia.
Kota Surabaya telah menjadi pusat bisnis, perdagangan, industri dan pendidikan di
Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang berkisar 3 juta orang, maka tak jarang jika di
Kota Surabaya sering mengalami kemacetan dan padat pemukiman. Pertumbuhan
ekonomi di Kota Surabaya juga dipengaruhi oleh industri-industri asing terutama dalam
properti seperti dibangunnya gedung pencakar langit, mall, apartemen, plaza dan hotel
berbintang di setiap tahunnya. Sehingga sebagai kota besar, Kota Surabaya memiliki
banyak permasalahan terutama mengenai lingkungan (Alita Nadyla, 2017).
Permasalahan lingkungan yang menjadi urgensi penanganan masalah di Kota
Surabaya adalah permasalahan sampah. Sering kita melihat di media sosial bahwa Kota
Surabaya sering mengalami bencana banjir dipengaruhi oleh banyaknya volume sampah
yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan selain faktor jumlah penduduk juga minimnya lahan
pembuangan sampah yang mana lahan yang seharusnya untuk pembuangan sampah
dialihkan menjadi tempat tinggal masyarakat yang kurang mampu. Sehingga akan
berdampak pula pada kesehatan masyarakat, lingkungan sekitar, perekonomian dan
estetika sebuah kota
Pada tahun 2016 Kota Surabaya menghasilkan sampah kurang lebih 1.500 ton/hari
(Sandhi Nurhartanto, 2016). Sedangkan berdasarkan data dari Humas Pemerintah Kota
Surabaya, pada tahun 2017 volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Kota
Surabaya kurang lebih 2.913,18 ton/hari (Zaenal Effendi, 2017). Hal ini lah yang
mengakibatkan pemerintah Kota Surabaya beserta masyarakat berupaya untuk
memaksimalkan dalam pengelolaan sampah. Bersama dengan walikota Surabaya, Ibu Tri
Rismaharini sebagai penggerak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan sekitar
maka pada tahun 2019 Kota Surabaya mendapatkan penghargaan sebagai satu-satunya
kota yang meraih Adipura Kencana (regional.kompas.com Ghinan Salman 2019).
Indikator penilaian Adipura Kencana tersebut adalah pengelolaan sampah, good
environmental governance dan keberlanjutannya (Ghinan Salman, 2019). Konsep
pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Surabaya dengan
masyarakat bukan sekedar memberikan informasi dan pendidikan mengenai pengurangan
limbah dan sampah plastik tetapi bagaimana cara mengelola limbah dan sampah plastik.
Selain mendapatkan apresiasi nasional, Kota Surabaya juga mendapatkan apresiasi dari
dunia internasional pada saat kunjungan delegasi UN Environment Asia and The Pacific
Office yang didampingi oleh perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan serta Kementerian Luar Negeri RI pada tanggal 9-10 Januari 2019 (Fabiola
Febrinastri, 2018).
Sehubungan dengan hal di atas, meskipun pada dasarnya pengelolaan sampah masih
ditemukan beberapa kendala tetapi pemerintah Kota Surabaya bersama masyarakat telah
berupaya untuk mengelola sampah secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Salah satu konsep pengelolaan lingkungan hidup yang mulai berkembang saat ini yaitu
konsep Good Environmental Governance yang mana untuk diterapkan di seluruh daerah
di Indonesia berdasarkan amanat Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia (Purniawati,
2017). Bahkan keberhasilan Kota Surabaya dalam pengelolaan sampah akan diapresiasi
oleh negara untuk dijadikan sebagai percontohan bagi kabupaten/kota lainnya (Dadang
Kurnia, 2018). Berdasarkan RPJMD Kota Surabaya tahun 2016-2021 visi dan misi
Walikota Kota Surabaya adalah menjadikan Kota Surabaya sebagai kota yang sentosa,
berkarakter dan berdaya saing global berbasis ekologi atau lingkungan. Visi Walikota
Surabaya adalah “Surabaya Kota Sentosa Yang Berkarakter Dan Berdaya Saing Global
Berbasis Ekologi”. Untuk mewujudkan visi tersebut maka upaya yang dilakukan salah
satunya yaitu memantapkan sarana dan prasarana lingkungan dan permukiman yang
ramah lingkungan. Artinya setiap pembangunan di Kota Surabaya diusahakan untuk
menyeimbangkan antara pembangunan ekonomi dengan aspek lingkungan.
Konsep Good Environmental Governance menurut Nur Faisah dan Andi Luhur
Prianto (2015) yaitu bagaimana kita mengelola dan berinteraksi dengan lingkungan
dalam bingkai konseptual. Environmental Governance menitikberatkan pada kebutuhan
untuk memahami dan mengelola adanya hubungan timbal balik atau feedback ekosistem
antara dengan sistem sosial. Di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah juga menyatakan bahwa salah satu urusan pemerintah daerah
provinsi dan kabupaten/kota adalah pengendalian lingkungan hidup termasuk
permasalahan sampah. Pengelolaan sampah di Kota Surabaya telah diatur dalam
“Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah
dan Kebersihan di Kota Surabaya”. Dalam Perda tersebut mengatur bagaimana
pengelolaan sampah di Kota Surabaya yang melibatkan pemerintah dan masyarakat.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana
penerapan prinsip_Good_Environmental_Governance_dalam_pengelolaan_sampah di
Kota Surabaya pada tahun 2018 dengan indikator dari prinsip Good Environtmental
Governance yang terdiri dari tujuh indikator yaitu aturan hukum, partisipasi dan
representasi, akses terhadap informasi, transparansi dan akuntabilitas, desentralisasi,
lembaga dan institusi serta akses untuk memperoleh keadilan.

C. LITERATURE REVIEW
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 10 jurnal untuk dijadikan sebagai referensi
dan studi terdahulu dengan cara diklasifikasikan. Dari keseluruhan studi terdahulu yang
digunakan oleh peneliti, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis berbeda dengan
penelitian-penelitian sebelumnya, dimana penelitian ini akan fokus pada penerapan
prinsip Good Environmental Governance terhadap pengelolaan sampah di Kota
Surabaya. Berikut literature review yang digunakan oleh peneliti.
Pertama, terdapat 5 jurnal yang membahas tentang penerapan prinsip Good
Environmental Governance dengan indikator berbeda. Empat jurnal tersebut adalah
jurnal dari Nur Faisah dan Andi Luhur P dengan judul “Good Environmental
Governance (Studi Kaus Pengelolaan Taman Macam di Kota Makassar” (2015),
kemudian dua jurnal dari Nopyandri dengan judul pertama “Penerapan prinsip Good
Environmental Governance dalam Rangka Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup” (2014) dan jurnal kedua “Penerapan Prinsip Good Environmental Governance
dalam Perda Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” (2011),
selanjutnya jurnal dari Anam Hady Nugroho dengan judul “Evaluasi Prinsip Good
Environmental Governance (Geg) Dalam Penerapan Kebijakan Pengelolaan Sampah Di
Kabupaten Kendal” (2015), terakhir jurnal dari Harmiati dengan judul “Implementasi
Good Environmental Governance dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Bengkulu”
(2018). Dari keempat jurnal tersebut indikator yang paling ditekankan adalah pada aspek
penegakan hukum dan dukungan dari pihak lain baik lembaga pemerintah, swasta
ataupun masyarakat.
Kedua, terdapat 5 jurnal dengan pembahasan mengenai pengelolaan lingkungan hidup
dengan rata-rata membahas tentang pengelolaan sampah. Jurnal yang digunakan adalah
jurnal Rosita Candrakirana yang berjudul “Penegakan Hukum Lingkungan dalam Bidang
Pengelolaan Sampah sebagai perwujudan Prinsip Good Environmental Governance di
Kota Surakarta” (2015), kemudian jurnal dari D. Hertati yang berjudul “Kebijakan
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Sebagai Solusi Alternatif Green City Di Kota
Surabaya” (2017), jurnal dari AK Halim yang berjudul “Pengelolaan Bank Sampah
Dengan Berbasis R4 (Reduce, Reuse, Recycle, Replant)” (2018), jurnal dari Irza
Setiawan dengan judul “Pengelolaan Sampah Pada Dinas Pasar Kebersihan Dan Tata
Kota” (2018), terakhir jurnal dari Sulistyorini dkk dengan judul jurnal “Partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah di lingkungan Margaluyu Kelurahan Cicurug”
(2016). Dari keenam jurnal tersebut maka hal-hal penting dalam pengelolaan sampah
adalah adanya regulasi yang jelas untuk mengatur pengelolaan sampah daerah, adanya
partisipasi masyarakat dan sistem pengelolaan sampah yang tidak merugikan masyarakat
tetapi mensejahterakan masyarakat dengan kata lain lebih efektif.

D. KERANGKA TEORI
1. Good Environmental Governance
a. Definisi
Good Environmental Governance merupakan bagian dari pengelolaan
pemerintahan yang baik yang mana dalam pelaksanaanya memperhatikan dan
memperdulikan kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup. Menurut Siahaan
(2004) menyatakan bahwa prinsip Good Environmental Governance adalah dalam
melaksanakan azas-azas penyelenggaraan negara yang baik maka diperlukan
mengelola lingkungan dengan berpedoman keberlanjutan sumber daya. Sedangkan
menurut World Bank dalam Belbase (2010) bahwa kegiatan yang bertujuan untuk
keberhasilan penggunaan SDA secara berkelanjutan dan menjaga kualitas
lingkungan disebut Good Environmental Governance. Hal tersebut membutuhkan
tranparansi sistem pada institusi lingkungan, keterlibatan masyarakat dalam
membentuk kebijakan-kebijakan dan menerapkan program. Selain itu, Budiati
(2012) juga mengemukakan bahwa Good Environmental Governance merupakan
kerangka pengelolaan negara berasal dari hubungan dengan rakyat dalam mengelola
lingkungan hidup. Jadi menurut saya Good Environmental Governance adalah
kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan negara yang
tidak melupakan dan memperdulikan keberlangsungan dan kelestarian lingkungan
terutama sumber daya alam dengan melibatkan bukan hanya pemerintah saja tetapi
seluruh masyarakat.
b. Prinsip-prinsip Good Environmental Governance
Terdapat beberapa prinsip-prinsip Good Environmental Governance yang
telah digunakan dalam penelitian dengan indikator yang berbeda-beda. Pertama
prinsip Good Environmental Governance menurut Belbase (2010) terdiri dari tujuh
indikator yaitu aturan hukum (the rule of law), partisipasi dan representasi
(participation and representation), akses terhadap Informasi (acces to information),
transparansi dan akuntabilitas (transparency and accountability), desentralisasi
(decentralitation), lembaga dan Institusi (institutions and agencies) dan akses untuk
memperoleh keadilan (acces to justice).
Kedua, prinsip Good Environmental Governance yang digunakan oleh
Nopyandri (2011) dalam jurnal Ilmu Hukum berjudul “Penerapan Prinsip Good
Environmental Governance dalam Perda Kabupaten Sleman DIY” menyebutkan
terdapat enam kriteria yang digunakan yaitu transparansi, pemberdayaan
masyarakat, pengakuan terhadap keterbatasan daya dukung ekosistem dan
keberlanjutan, daya penegakan, desentralisasi yang demokratis, pengakuan hak
masyarakat adat dan masyarakat setempat.
Dalam penelitian ini saya menggunakan indikator prinsip Good Environmental
Governance dari Belbase yang terdiri dari tujuh indikator yaitu sebagai berikut :
1. Aturan hukum
Aturan hukum merupakan cara untuk mengatur warga negara menggunakan
hukum yang berlaku bukan menggunakan kekuatan orang lain. Hal ini
dikarenakan hukum memiliki keluwesan dalam mengatur kehidupan.
Adanya aturan hukum adalah agar warga negara baik masyarakat maupun
penegak hukum tidak bertindak sewenang-wenang dan aturan hukum harus
legal dan berdasarkan keinginan rakyat.
2. Partisipasi dan representasi
Partisipasi adalah keterlibatan seseorang ataupun kelompok baik secara fisik
maupun non fisik dalam mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Partisipasi
bisa berasal dari masyarakat, swasta, maupun lembaga pemerintah.
Sedangkan representasi adalah proses pengulangan atau pengungkapan
kembali sebuah ide/gagasan dengan menggunakan bahasa sendiri dari objek
yang telah ditangkap oleh indera seseorang.
3. Akses terhadap Informasi
Yang dimaksud dengan akses terhadap informasi adalah jalan masuk atau
perantara dalam menerima ataupun memberikan informasi kepada publik.
Akses terhadap informasi dapat dilihat dari kesulitan dan kemudahan
prosedur yang digunakan.
4. Tranparansi dan Akuntabilitas
Transparansi adalah sebuah informasi tentang laporan di lapangan, proses
pengambilan keputusan dan hasil keputusan secara jelas, nyata dan tidak
dibuat-buat. Sedangkan akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban
dari sebuah instansi atau lembaga.
5. Desentralisasi
Prinsip desentralisasi merupakan penyelenggaraan pemerintahan yang
dilaksanakan oleh daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri.
6. Lembaga dan Institusi
Lembaga dan institusi adalah organisasi yang secara langsung berperan dan
turut mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Lembaga yang dimaksud bisa
lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat.
7. Akses untuk memperoleh keadilan
Artinya terdapat jalan atau media untuk memperoleh kesempatan dan hak-
hak yang memang harus diterima.

2. Pengelolaan Sampah
a. Definisi
Menurut Kartikawan (2007) pengelolaan sampah dapat diartikan sebagai
kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani masalah sampah dari sampah itu
ditimbulkan hingga ke pembuangan akhir. Secara garis besarnya, kegiatan
pengelolaan sampah yaitu pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah,
pengangkutan sampah, pengolahan sampah dan pembuangan akhir. Sedangkan
menurut Techobanoglous (2007) dalam Maulana (1998) mengatakan bahwa
pengelolaan sampah ialah bidang yang berkaitan dengan pengaturan terhadap
penimbunan, penyimpanan secara sementara, pengumpulan, pemindahan dan
pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan cara memperhatikan
aspek kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, perlindungan alam, keindahan dan
pertimbangan lingkungan lainnya dan sikap masyarakat.
b. Cara pengelolaan sampah
Mengelola sampah merupakan kegiatan bagaimana kita bisa memilah-milah
sampah yang masih bisa digunakan kembali dan mana sampah yang mesti dibuang
dan tidak dapat digunakan kembali. Ada beberapa tahapan dalam mengelola sampah
menurut Slamet (2000) yaitu sebagai berikut :
1) Hog Feeding, yaitu penggunaan sampah untuk makanan ternak.
2) Insenaration, yaitu pembakaran sampah di TPA.
3) Sanitary Landfill, yaitu menimbun sampah di dalam tanah.
4) Composting, yaitu memanfaatkan sampah organik menjadi bahan kompos.
5) Discharge to seweres, yaitu menghaluskan sampah kemudian dibuang
melalui saluran pembuangan air bekas.
6) Dumping, yaitu menumpuk sampah di atas tanah terbuka.
7) Individual Inceneration, yaitu pembakaran sampah secara individu.
8) Recycling, yaitu menghancurkan sampah menjadi lebih kecil.
9) Reduction, yaitu menghancurkan sampah menjadi lebih kecil dengan
garbage reduction yang dapat menghasilkan lemak.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah
Menurut Diana Hertati (2017) faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan
sampah adalah pesatnya perkembangan teknologi, peningkatan tingkat hidup
masyarakat, peningkatan biaya pengelolaan, operasi, dan konstruksi di berbagai
bidang, teknik pengelolaan sampah, cara daur ulang dan pemanfaatan kembali
barang bekas, kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan barang, lahan tempat
pembuangan akhir dan pengawasan serta penegakan peraturan.

E. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian
yang menggambarkan suatu peristiwa untuk diambil kesimpulan secara umum. Menurut
Sudarto (2002), penelitian kualitatif merupakan tata cara penilaian yang menghasilkan
data deskriptif berupa tulisan ataupun ucapan dari orang dan tingkah laku yang diamati.
Peneliti menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh bukan dari pihak pertama
atau pelaku yang terlibat secara langsung. Dalam Ndriantoro, Nur dan Supomo (2014)
data sekunder berupa bukti, catatan, ataupun laporan historis yang telah disusun dalam
data dokumenter yang dipublikasi dan yang tidak dipublikasikan.
Dalam buku Imam Suprayogo (2001) unit analisis adalah suatu yang berkaitan dengan
fokus atau komponen-komponen yang diteliti. Unit analisis dalam penelitian ini adalah
pemerintah Kota Surabaya dengan sasarannya adalah Dinas Kebersihan dan Tata Ruang
Terbuka Hijau Kota Surabaya serta masyarakat Kota Surabaya. Lingkup penelitian ini
adalah penerapan prinsip Good Environmental Governance dalam pengelolaan sampah
di Kota Surabaya tahun 2018.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dalam buku
Suharsini Arikunto (2013) yang merupakan cara mencari data tentang hal-hal atau
variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda, dan
lain sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data dari jurnal, buku, berita,
dan peraturan. Teknik analisis data yang digunakan ialah teori menururt menurut J.L.
Moleong yang terdiri dari tiga langkah yaitu reduksi data atau meringkas data yang
ditemukan dilapangan, kemudian penyajian data dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.

F. PEMBAHASAN
1. Aturan hukum (the rule of law)
Di Kota Surabaya sendiri aturan hukum mengenai pengelolaan sampah sudah diatur
dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Sampah dan Kebersihan di Kota Surabaya. Di dalam peraturan tersebut mengatur
mengenai pengurangan sampah dan penanganan sampah yang melibatkan peran
masyarakat. Selain itu di dalam aturan tersebut juga diatur larangan-larangan bagi orang
ataupun badan melakukan kegiatan yang bisa memberikan dampak negatif dari sampah
terhadap lingkungan. Secara aturan memang kita diwajibkan untuk patuh dan tunduk
terhadap aturan tersebut. Meskipun begitu, tak jarang kita menemukan kasus-kasus
pelanggaran dari aturan yang telah dibentuk tersebut. Maka dari itu di Kota Surabaya
sendiri memiliki peraturan bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran dengan
diberikan sanksi sesuai aturan yang berlaku. Peraturan tersebut adalah Peraturan
Walikota Surabaya Nomor 10 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi
Administratif Pelanggaran Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Kota Surabaya. Di dalam aturan
tersebut sanksi administratif yang diberikan dilakukan secara bertahap tergantung skala
kasus pelanggaran. Sanksi administratif yang diberikan berupa teguran, peringatan
tertulis, paksaan pemerintahan, uang paksa, pencabutan izin dan penutupan usaha.
Dilansir dari laporan Wartawan Tribunjatim.com bahwa membuang sampah
sembarangan di Kota Surabaya dikenai denda minimal Rp 75.000 hingga Rp 750.000.
Denda yang diberikan tersebut tergantung volume atau banyaknya sampah yang dibuang
secara sembarangan. Akan tetapi dalam pelaksanaanya penerapan perda ini memang
sudah berjalan tapi belum maksimal. Hal ini karena kurangnya komunikasi antara pihak
pemerintah yaitu dinas dengan masyarakat. Sehingga yang terjadi adalah protes dari
masyarakat terhadap pemerintah. Kemudian terkait dengan sanksi yang telah diatur
tersebut dalam implementasinya menurut Mohammad Sulthon Neagara dalam
penelitiannya di Kelurahan Tanah Kali Kedinding Kota Surabaya tahun 2018 belum
pernah dilakukan. Selain perda dan perwal terdapat surat edaran dari walikota untuk
mengurangi sampah yaitu pada Surat Edaran Nomor 660.1/13197/436.12/2108 tentang
pengurangan sampah plastik. Jadi di Kota Surabaya untuk aturan hukum mengenai
pengelolaan sampah telah diatur beserta sanksi-sanksi bagi pelanggar baik secara
bertahap, bebas maupun kumulatif. Akan tetapi dalam pelaksanaanya masih belum
maksimal.
2. Partisipasi dan Representasi (participation and representation)
Akibat dari kemajuan sosial dan kemajuan ekonomi masyarakat membuat
masyarakat memiliki potensi untuk mengembangkan lembaga swadaya. Potensi
masyarakat tersebut dikarenakan adanya kesadaran terhadap hak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat untuk mencapai kualitas lingkungan yang diharapkan, bertindak
untuk memperoleh lingkungan yang baik dan sehat serta memiliki kemampuan untuk
berinisiatif mengahadapi masalah lingkungan disekitarnya.
Peran Ibu Tri Rismaharani selaku Wali Kota Surabaya dalam melibatkan masyarakat
dalam pengelolaan sampah menjadi sangat penting. Karena sosok pemimpinlah yang
bisa menggaet masyarakat untuk aktif dan partisipatif. Oleh karena itu, dilansir dari
tribunnews.com, Ibu Tri Rismaharini membuat program dan kebijakan yang mengajak
masyarakat untuk bersama dengan pemerintah mengatasi permasalahan sampah. Bentuk
partisipasi dari masyarakat yaitu dengan ikut dalam mengolah sampah secara mandiri
dengan prinsip 3R (Reduse, Reuse, and Recycle), masyarakat melaksanakan metode
pengomposan sederhana dengan biaya rendah menggunakan keranjang Takakura di
setiap rumah, warga ikut dalam mendirikan bank sampah, warga ikut dalam pemilahan,
mendaur ulang sampah menjadi produk yang ekonomis, menggunakan transportasi
umum Suroboyo Bus yang pembayarannya menggunakan sampah plastik. Selain
partisipasi dari masyarakat lokal, Ibu Tri Rismaharini juga bermitra secara internasional
yaitu dengan Kota Kitakyushu untuk pengomposan dan pemilahan sampah serta dengan
Swiss dalam penggunakan lalat hitam untuk mengurangi sampah organik. Hal ini
menunjukkan bahwa secara dunia memang program-program yang dilakukan
mendapatkan dukungan dari pihak luar juga. Jadi kebijakan program pengelolaan
sampah sudah didukung masyarakat bahkan pihak asing.
3. Akses_terhadap_Informasi (acces to information)
Akses terhadap informasi yang dimaksud yaitu menyediakan informasi
yang_berhubungan_dengan lingkungan_dan_bagaimana mekanisme informasi
lingkungan oleh pemegang kewenangan. Sehingga dengan adanya akses informasi
tersebut masyarakat dapat mengetahui informasi terkini terkait kondisi sumber daya alam
dan lingkungan sekitarnya. Akses informasi di Kota Surabaya selain kita peroleh dari
instansi pemerintah yang bersangkutan kita dapat memperoleh dari media sosial, website,
twitter, facebook, instagram, youtube, media cetak dan media informasi lainya. Untuk
website kita bisa mengakses informasi mengenai lingkungan melalui website Pemerintah
Kota Surabaya, website resmi Dinas Kebersihan dan Tata Ruang Hijau Kota Surabaya,
website resmi Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Kemudian untuk stasiun TV
informasi tentang lingkungan di Kota Surabaya dapat kita lihat di stasiun TV Nasional
dan lokal melalui beberapa berita yang disiarkan baik TV nasional maupun lokal. Jadi
informasi mudah kita akses melalui media sosial, media massa, dna media cetak.
4. Transparansi_dan_Akuntabilitas (transparency_and_accountability)
Tranparansi adalah sebuah keterbukaan informasi dalam mengambil keputusan
maupun dalam menyediakan informasi secara relevan (Marisi Purba, 2012). Sedangkan
akuntabilitas menurut Mahmudi (2011) merupakan kewajiban pemegang amanah untuk
memberikan pertanggungjawaban, melaporkan, dan mengungkapkan kegiatan
yangmenjadi tanggungjawab kepada orang yang memberikan amanah. Menurut Sukanta
(2018) pada tahun 2018 anggaran yang disediakan untuk kegiatan penataan kota,
operasional, gaji pegawai dalam urusan kebersihan Kota Surabaya sebesar Rp 600 miliar
setiap tahun. Dana tersebut belum termasuk dana bantuan dari CSR (Corporate Social
Responsibility). Untuk data realisasi anggaran untuk kebersihan secara rinci belum ada
dalam website, sehingga untuk transparansi dan akuntabilitas anggaran belum maksimal.
5. Desentralisasi (decentralitation)
Desentralisasi dalam Good Environtmental Governance menekankan bahwa
pengelolaan sumber daya alam tidak serta merta dimiliki rakyat tetapi merupakan
kewenangan negara yang dapat dilimpahkan kepada level pemerintahan di bawahnya
baik tingkat regional ataupun lokal. Penyelenggaraan pemerintahan di Kota Surabaya
telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Surabaya bahwa urusan
penyelanggaraan pemerintahan dibagi menjadi dinas-dinas, badan, kecamatan dan
sebagainya. Bidang persampahan diatur melalui Perda Kota Surabaya Nomor 5 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Kota Surabaya. Tidak hanya itu
saja, instansi pemerintah juga dibantu oleh beberapa LSM seperti bak sampah yang kini
telah mencapai 254 unit dengan 11.000 nasabah. Jadis secara aspek desentralisasi sudah
dijalankan dengan baik.
6. Lembaga dan Institusi (institutions and agencies)
Fungsi dari kehadiran sebuah lembaga dan institusi dalam masyarakat yaitu untuk
menghasilkan informasi, memberikan ruang kepada masyarakat untuk bersuara,
memberikan respon kepada masyarakat dan memberikan pendidikan bagi masyarakat.
Lembaga dan institusi yang ada juga harus bisa menyeimbangkan_kepentingan_dan
menghindari terjadinya konflik. Oleh karena itu untuk mengurusi urusan lingkungan
sebaiknya dibentuk lembaga khusus yang menangani bidang lingkungan dan konservasi
alam. Pembentukan lembaga dan institusi tersebut mulai dari pemerintahan pusat hingga
ke pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten/kota.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Surabaya bahwa organisasi perangkat
daerah yang mengurusi bidang lingkungan terutama pada persampahan adalah Dinas
Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau. Dinas tersebut menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sub Urusan Persampahan
dan sub Urusan Air Limbah. Dalam implementasi pengurangan sampah di Kota
Surabaya ternyata tidak hanya Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota
Surabaya saja tetapi ada beberapa lembaga yang mendukung program-program tersebut
yaitu :
a. Pemerintah Kota Surabaya yang dipimpin oleh Ibu Tri Risma Harini sebagai
Walikota Surabaya dan penggerak dari pelaksanaan kebijakan pemerintahan di Kota
Surabaya. Contohnya dengan kampanye penggunaan tas plastik daur ulang, program
Green and Clean, program Merdeka dari Sampah.
b. Lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi dan sebagainya melalui
program Eco-School yang merupakan program edukasi 3R bagi anak-anak.
Contohnya membawa piring dan gelas untuk wadah makanan dan minuman, tidak
menggunakan sedotan dan lain-lain.
c. Dinas Perhubungan Kota Surabaya melalui program Suroboyo Bus
d. Lembaga swasta seperti PT Sumber Organik yang membantu dalam pengelolaan
sampah menjadi energi listrik.
e. Tempat pembuangan akhir Romokalisari di Kecamatan Benowo
f. Pusat Daur Ulang Jambangan dan Kampung Jambangan dalam hal pengomposan
g. Bank sampah
Berdasarkan informasi dari brilio.net bahwa dalam pengelolaan sampah melalui
program Suroboyo Bus justru menimbulkan permasalahan baru yaitu penumpukan
sampah dari hasil pengumpulan sampah yang berasal dari pembayaran tiket Suroboyo
Bus sehingga mengakibatkan pemutusan kerjasama antara bank sampah induk Kota
Surabaya dengan pemerintah. Sehingga untuk aspek lembaga dan institusi masih belum
maksimal.
7. Akses untuk memperoleh keadilan (acces to justice)
Yang dimaksud dengan akses untuk memperoleh keadilan adalah kesempatan untuk
mendapatkan informasi mengenai lingkungan, hak berpartisipasi, akses dalam proses
pengambilan keputusan, akses terhadap hukum, akses terhadap instansi yang telah
ditetapkan untuk memenuhi hak-hak lingkungan. Penerapan prinsip ini berhubungan
dengan manfaat yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan yang ada sehingga
masyarakat Kota Surabaya dapat merasakan keadilan dari program-program pengelolaan
sampah. Manfaat yang diperoleh oleh masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Dengan adanya program Suroboyo Bus setiap masyarakat bisa menggunakan sarana
tranportasi dengan tidak mengeluarkan biaya sepeserpun namun hanya
menggunakan sampah botol plastik.
b. Masyarakat mendapatkan penghidupan yang layak dan nyaman dengan kondisi
lingkungan yang bersih dan terhindar dari penyakit.
c. Masyarakat mendapatkan informasi dan pendidikan terkait pengurangan limbah dan
sampah plastik beserta cara pengelolaanya secara mandiri
d. Melalui bank sampah perekonomian masyarakat terbantu dan membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat kota Surabaya
e. Hasil pengomposan sampah organik di PDU Jambangan dapat diminta secara gratis
dengan skala kecil, untuk skala besar (1 mobil pick up) harus sesuai prosedur.
Jadi, secara aspek akses untuk memperoleh keadilan sudah diterapkan.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan prinsip
Good Environtmental Governance dalam pengelolaan sampah di Kota Surabaya masih
ditemukan beberapa kendala. Beberapa prinsip telah dilaksanakan dengan baik
diantaranya prinsip partisipasi dan representasi, akses terhadap informasi,
desentralisasi, dan akses terhadap keadilan. Sedangkan ketiga prinsip yang lain belum
dilaksanakan secara optimal. Pertama, prinsip aturan hukum dimana sanksi belum
diterapkan secara menyeluruh. Kedua, lembaga dan institusi belum maksimal dalam
pengelolaan sampah. Ketiga, pengelolaan anggaran persampahan belum transparan.
DAFTAR PUSTAKA

Belbase, Narayan. 2010. Good Environmental Governance In The Future Constitution.


Nepal: IUCN. Budiati, Lilin. 2012. Good Governance Dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Bogor: Ghalia Indonesia.
Candrakirana, R. (2015). Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Bidang Pengelolaan Sampah
Sebagai Perwujudan Prinsip Good Environmental Governance Di Kota Surakarta.
Yustisia Jurnal Hukum, 4(3), 581-601.
Etika, D., & Setyowati, R. N. (2016). Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Di Dinas
Kebersihan Dan Pertamanan Kota Surabaya Untuk Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan. Kajian Moral dan Kewarganegaraan,
2(4), 367-381.
Faisah, N., & Prianto, A. L. (2015). Good Environmental Governance (Studi Kasus
Pengelolaan Taman Macan Di Kota Makassar. Otoritas: Jurnal Ilmu Pemerintahan,
5(2).
Famelasari, R. (2018). Praktik Good Environmental Governance Dan Sustainable Rural
Development Studi Kasus: Desa Rejosari, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.
Interaktif: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 4(1), 61-74.
Halim, A. K. (2018). Pengelolaan Bank Sampah Dengan Berbasis R4 (Reduce, Reuse,
Recycle, Replant). Jurnal Obor Penmas, 1(1).
Harmiati, H., Aprianty, H., Supriyono, S., Sulistyo, B., Triyanto, D., & Alexsander, A.
(2018). Implementasi Good Enviromental Governance dalam Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (Das) Bengkulu. Jurnal Ilmu Pemerintahan: Kajian Ilmu Pemerintahan
dan Politik Daerah, 3(2), 136-148.
Hertati, D. (2017). Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Sebagai Solusi
Alternatif Green City Di Kota Surabaya. Dinamika Governance, 7(1).
Kai, H. N., Sompie, S. R., & Sambul, A. M. (2018). Aplikasi Layanan Pengangkutan Sampah
Berbasis Android. Jurnal Teknik Informatika, 13(4).
Lexy J. Moleong. 2004. Metode Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya).
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UII Press.
Marliani, N. (2015). Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (Sampah Anorganik) Sebagai
Bentuk Implementasi Dari Pendidikan Lingkungan Hidup. Formatif: Jurnal Ilmiah
Pendidikan MIPA, 4(2).
Ndriantoro, Nur dan Supomo. 2014.Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi &
Manajemen. Yogyakarta:BPFE
Neagara, M. S. (2018). Implementasi Perda nomor: 5 tahun 2014 tentang pengelolaan
sampah dan kebersihan: studi analisis pengelolaan sampah dan kebersihan kali tebu di
Kelurahan Tanah Kali Kedinding Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya (Doctoral
dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Nopyandri, N. (2014). Penerapan Prinsip Good Enviromental Governance dalam Rangka
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmu Hukum Jambi, 5(2).
Nopyandri, N. (2011). Penerapan Prinsip Good Environmental Governance dalam Perda
Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa YOGYAKARTA. None, 2(1).
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah dan
Kebersihan di Kota Surabaya
Purba, Marisi P. 2012. Profesi Akuntan Publik di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sarwono, J., Arikunto, M., & Arikunto, M. S. (2006). Metode Penelitian. Kuantitatif
Kualitatif.
Nugroho, A. H., & Setiyono, B. (2015). Evaluasi Prinsip Good Environmental Governance
(Geg) Dalam Penerapan Kebijakan Pengelolaan Sampah Di Kabupaten Kendal. Journal
of Politic and Government Studies, 4(3), 1-10.
Setiawan, i. (2018). Pengelolaan Sampah Pada Dinas Pasar Kebersihan Dan Tata Kota. As-
siyasah: jurnal ilmu sosial dan ilmu politik, 2(2), 91-105.
Siahaan, N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.
Sinaga, Y. E. (2014). Intensitas Pengawasan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam
Peningkatan Kualitas Pengelolaan Sampah Kota Surabaya (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS AIRLANGGA).
Sulistiyorini, N. R., Darwis, R. S., & Gutama, A. S. (2016). Partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah di lingkungan Margaluyu Kelurahan Cicurug. SHARE: Social
Work Journal, 5(1).
Website :
https://www.nusabali.com/berita/34412/anggaran-rp-600-miliar-libatkan-masyarakat-secara-
massal diakses pada 30 April 2019
https://humas.surabaya.go.id/2017/02/13/sampah-di-rumah-pompa/ diakses pada 30 April
2019
https://www.eastjava.com/tourism/surabaya/ina/about.html diakses 1 Mei 2019
http://jatim.metrotvnews.com/peristiwa/ZkeWlVAN-2016-surabaya-hasilkan-sampah-1-500-
ton-hari diakses 1 Mei 2019
https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/10/29/phc0pi384-surabaya-dijadikan-
percontohan-pengolahan-sampah diakses 1 Mei 2019
http://jatim.tribunnews.com/2018/08/02/buang-sampah-sembarangan-di-surabaya-bisa-
didenda-hingga-ratusan-ribu-rupiah diakses 3 Mei 2019
https://humas.surabaya.go.id/2019/01/11/pengelolaan-sampah-kota-surabaya-diapresiasi-
dunia-internasional/ diakses 3 Mei 2019
https://www.surabaya.go.id/id/page/0/37273/visi-misi-walikota-rpjmd-2016-----2020 diakses
3 Mei 2019 diakses 3 Mei 2019
https://www.kompasiana.com/alitandyl/5a31a9ff5e137378967ee002/rdtrk-kunci-sukses-kota-
metropolitan-surabaya diakses 30 Mei 2019
https://www.eastjava.com/tourism/surabaya/ina/about.html diakses 28 Mei 2019
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-3433330/ini-solusi-pemkot-surabaya-kurangi-
sampah-masuk-ke-tpa-dan-pantai diakses 29 Mei 2019
https://www.enciety.co/volume-sampah-surabaya-capai-1-400-ton-per-hari/ diakses 29 Mei
2019
https://www.suara.com/news/2018/10/30/133249/dunia-internasional-apresiasi-pengelolaan-
sampah-di-surabaya diakses 29 Mei 2019

You might also like