Professional Documents
Culture Documents
K 3 Event Organizer
K 3 Event Organizer
Event Organizer
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 3
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk,maupun pedoman bagi pembaca
dalam memahami tentang makalah ini yang berjudul “Human Resources Management
Dan Event”
Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
Dosen mata kuliah Event Organizer, Ibu Dian Ratna PD, M.Pd yang telah
memberikan tugas makalah ini kepada kami. Dan kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam makalah ini semoga Tuhan senantiasa membalas dengan kebaikan
yang berlipat ganda.
Kami juga menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna , oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna
memperbaiki dan kelengkapan mempersiapkan makalah ini. Akhir kata kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kesimpulan......................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Maka dari itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan untuk memberikan
sedikit penjelasan tentang Perencanaan Human Resources dan Event besera sub
bagian-bagiannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
pada saat mereka di butuhkan. Perencanaan Human Resource adalah serangkaian
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sistematis dan strategis berkaitan
dengan peramalan kebutuhan tenaga kerja atau pegawai di masa yang akan datang
dalam suatu organisasi (publik/bisnis) dengan menggunakan sumber informasi yang
tepat guna penyediaan tenaga kerja dalam jumlah dan kualitas sesuai yang
dibutuhkan. Jackson & Schuler (1990), menuliskan tujuan utama perencanaan ialah
memfasilitasi keefektifan organisasi, yang harus diintegrasikan dengan tujuan
perencanaan jangka pendek dan jangka panjang organisasi.
1
Rivai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada
6
organisasi. 2 Disisi lain, Hasibuan (2003) menyebutkan perencanaan SDM
didefinisikan sebagai proses meramalkan SDM dari suatu organisasi untuk waktu
yang akan datang, agar langkah-langkah dapat diambil untuk menjamin bahwa
kebutuhan ini dapat dipenuhi. 3
1) Mengidentifikasi tujuan
2) Peramalan keperluan atau syarat dasar SDM
3) Menilai keahlian yang telah dimiliki dan karakteristik penawaran internal lainnya
4) Menentukan kebutuhan utama SDM
5) Mengembangkan rencana aktivitas kegiatan dan program untuk memastikan
penempatan orang-orang yang tepat di tempat yang tepat.
2
Nawawi, Hadari. 2005. Perencanaan SDM untuk Organisasi Profit yang Kompetitif, Edisi Ketiga.
Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada University Press
3
Hasibuan, Malayu. S. P. 2001. Manajemen Sumber Daya, Cetakan keempat. Jakarta : Bumi Aksara.
4
Handoko. T., Hani. 2002. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Edisi ke 2 Yogjakarta :
BPFE.
7
Untuk merancang dan mengembangkan perencanaan SDM yang efektif ini,
Manzini (1996) menyebutkan 3 (tiga) tipe perencanaan yang saling terkait dan
merupakan satu kesatuan sistem perencanaan tunggal, yaitu :
1) Strategic planning, yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan
organisasi dalam lingkungan persaingan
2) Operational planning, yang menunjukkan demand terhadap SDM,
3) Human resources planning, yang digunakan untuk memprediksi kualitas dan
kuantitas kebutuhan SDM dalam jangka pendek dan jangka panjang yang
menggabungkan program pengembangan dan kebijaksanaan SDM 5
8
diterapkan perusahaan dimana telah dipilih manakah yang paling tepat untuk
diterapkan. Setiap perusahaan memiliki dan menerapkan metode yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya. Metode rekrutmen akan
berpengaruh besar terhadap banyaknya lamaran yang masuk kedalam
perusahaan.
6
Hasibuan, Malayu S.P. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia.. Jakarta: PT Bumi Askara
7
Mardianto, Adi. 2014. Management Recruitmen, Jakarta: Pinasthika Publisher.
9
b) Inventarisasi keahlian.
c) Penawaran pekerjaan.
d) Rekomendasi karyawan.
Sumber eksternal sendiri meliputi:
a) Institusi pendidikan.
b) Iklan.
c) Agen pemerintah.
d) Agen swasta.
e) Perusahaan pencari tenaga eksekutif.
2. Proses Seleksi
Mangkuprawira (2014:114) mengungkapkan bahwa “penyeleksian
pelamar merupakan proses memilih atau menetukan individu-individu yang
berkualitas untuk mengisi posisi-posisi dalam perusahaan”. 8 Kegiatan seleksi
ini sangat penting di dalam proses manajemen sumber daya manusia, apabila
perusahaan tidak teliti dan tidak cermat dalam seleksi ini keungkinan akan
terjadi penerimaan karyawan yang tidak sesuai dan tidak cocok dengan jabatan
pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, sehingga karyawan tidak bisa
bekerja secara efisien dan efektif.
8
Mangkuprawira, Tb. Sjafri. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik ed 2 cetakan 2.
Bogor: Ghalia Indonesia.
10
2) Pengisian blanko lamaran
Pelamar yang dipanggil diharuskan mengisi blanko (formulir) lamaran
yang telah disediakan. Formulir rincian data yang komplet dari pelamar,
seperti orang tuanya, pengalaman kerjanya, dan gaji yang dimintakan.
Formulir lamaran akan digunakan sebagai salah satu alat referensi pelamar
bersangkutan.
3) Pemeriksaan referensi
Memeriksa referensi adalah meneliti siapa referensi pelamar, dipercaya
atau tidak untuk memberikan informasi mengenai sifat, perilaku,
pengalaman kerja, dan hal-hal lain yang dianggap penting dari pelamar.
4) Wawancara pendahuluan
Dalam wawancara pendahuluan, pimpinan atau tim penyeleksi perusahaan
mengadakan wawancara formal dan mendalam dengan pelamar. Dengan
demikian akan didapatkan data yang lebih komplet dan lebih terinci.
5) Tes penerimaan
Tes penerimaan adalah proses untuk mencari data calon karyawan yang
disesuaikan dengan spesifikasi jabatan atau pekerjaan yang akan dijabat.
Jenis penerimaan calon karyawan ini adalah wawancara dan tertulis.
Bentuk-bentuk tes penerimaan adalah physical test (medical test),
academic test, knowledge test dan phsychological test.
6) Tes psikologi (phsychological test)
Tes psikologi adalah proses menguji atau mengetes kemampuan mental
pelamar untuk mengukur apakah mentalnya sesuai dengan yang
diinginkannya.
7) Tes kesehatan
Tes kesehatan yaitu pemerikasaan kesehatan fisik pelamar apakah
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan untuk jabatan yang
bersangkutan. Tes kesehatan hendaknya diperhatikan dengan cermat
karena sangat menentukan tingkat prestasi kerja karyawan. Tidak mungkin
karyawan akan dapat berprestasi baik jika ia sering sakit dan tidak dapat
hadir untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
8) Wawancara akhir oleh atasan langsung
Kepala bagian atau atasan langsung mewawancarai pelamar untuk
memperoleh data yang lebih mendalam tentang kemampuan pelamar
11
dalam melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
praktis pelamar dalam mengerjakan pekerjaan dan juga untuk memperoleh
gambaran apakah pelamar dapat diajak bekerja sama atau tidak.
9) Memutuskan diterima atau ditolak
Top manajer akan memutuskan diterima atau ditolaknya pelamar setelah
memperoleh hasil dari seleksi-seleksi terdahulu
12
Kewenangan terhadap harta kekayaan pailit pengusaha berpindah kepada
kurator. Dalam Undang-undang Ketenagakerjaan tidak dijelaskannya tugas
dan kewenangan dari kurator serta prosedur pemutusan hubungan kerja
terhadap pekerja/buruh apabila perusahaan dinyatakan pailit. Pekerja/buruh
yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena perusahaan mengalami
kepailitan Mempunyai hak-hak yang harus dipenuhi oleh pihak perusahaan.
Hal ini berdasarkan Pasal 165 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, yang menyatakan pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena perusahaan pailit
dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu)
kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (4).9
9
Erni Dwita Silambi. Pemutusan Hubungan Kerja Ditinjau Dari Segi Hukum (Studi Kasus Pt.Medco
Lestari Papua). Universitas Musamus Merauke
13
memperbaharui dan menemukan cara kerja terbaik. Banyak cara yang bisa
dilakukan, salah satunya yaitu dengan membentuk tim kerja atau teamwork.
Sebelum membahas mengenai teamwork atau yang akan kita sebut pada
artikel ini tim kerja, maka perlu dijelaskan perbedaan antara tim kerja dan
kelompok kerja. Kelompok kerja adalah perkumpulan dua atau lebih orang yang
berinteraksi untuk berbagi informasi dan membantu akan pembuatan keputusan di
wilayah tanggung jawab masing-masing. Sedangkan, tim kerja tidak hanya
sekedar berbagi informasi, namun juga terlibatnya koordinasi antar anggota tim
dengan sebuah sinergi positif. Jika sifat kelompok kerja pertanggungjawabannya
adalah kepada individu dengan ketrampilan kerja yang bervariasi. Maka, tim kerja
memiliki dua tanggung jawab, individual dan mutual dengan ketrampilan yang
saling melengkapi antar anggota.
Adapun cara untuk membentuk tim mitra kerja yang solid dan efektif adalah
sebahai berikut :
1. Tetapkan tujuan tim
Menetapkan tujuan dari dibentuknya sebuah tim kerja akan membantu tim
selalu berada dijalur yang tepat untuk melakukan upaya-upaya meraih
kesuksesan. Komunikasikan tujuan dan harapan apa yang ingin dicapai kepada
tim kerja. Sehingga, mereka memahami apa yang diinginkans seorang
pemimpin tim. Tim efektif adalah tim yang masing-masing anggotanya
mempunya visi dan misi yang selaras sehingga dapat bersinergi dalam
mencapai tujuan awal.
2. Kepemimpinan
Pemimpin disini berkewajiban untuk memastikan para anggota tim
berkontribusi dengan menerapkan ketrampilan-ketrampilan yang mereka
miliki sesuai dengan beban kerja masing-masing.
3. Rancangan Pekerjaan
Membuat rancangan pekerjaan atau misi apa saja yang harus dilakukan oleh
setiap anggota tim kerja untuk mencapai visi tim. Desain pekerjaan dapat
berupa rincian tugas dan pembagiannya, memberikan skala prioritas, serta
timeline.
14
4. Kolaborasi
Tim tanpa kolaborasi mungkin bisa dikatakan nothing. Kolaborasi
memungkinkan sharing skills antara anggota tim dengan memberikan
kontribusi yang berbeda-beda dari setiap anggota tim pada pekerjaan.
Sehingga, setiap anggota tim saling melengkapi dalam menyelesaikan misi.
Bekerjasama memungkinkan pekerjaan selsesai dengan efektif, tepat waktu
daripada bekerja secara individu. Untuk membentuk kolaborasi yang baik
sangat berkaitan erat dengan faktor-faktor lain yang saya sebutkan pada artikel
ini. Yaitu anggota tim mengerti tanggung jawab masing-masing, pemimpin
yang selalu men-support dan memberikan feedback, serta hubungan antar
anggota tim berjalan baik.Maka, secara tidak langsung kolaborasi antar
anggota tim akan tercipta.
5. Komitmen
Komitmen bila Anda telusuri terbagi menjadi tiga yaitu komitmen afektif,
normatif dan continuance.
Beberapa orang berkomitmen dengan beberapa alasan di atas. Lalu yang
menjadi kunci adalah bagaimana Anda dapat menghadirkan komitmen
tersebut pada sebuah tim yang Anda pimpin. Anda dapat memancing
terbentuknya komitmen tersebut dengan keterlibatan kerja, keuntungan-
keuntungan apa yang anggota tim dapatkan jika dapat mencapai visi tim,
membentuk hubungan yang baik antar anggota.
6. Penghargaan
Memberikan penghargaan atas usaha keras, ide, dan kreativitas tim yang telah
dituangkan pada pekerjaan. Meskipun terkadang anggota tim tidak meminta,
namun pujian tulus dari atasan atau pimpinan secara emosional akan
memberikan semangat dan dorongan untuk lebih berkembang.
Insentif berupa uang mungkin juga diperlukan. Motivasi berupa reward atas
kinerja bisa menjadi salah satu yang sepertinya sepele namun berdampak besar
untuk membangun tim kerja ( team building ) yang lebih solid dan efektif.
Penting juga memberikan dua reward baik penghargaan untuk tim maupun
individu.
7. Pengendalian
Rapat bisa menjadi alternatif pemimpin untuk mengendalikan apakah tim
sudah melakukan pekerjaannya selaras dengan visi. Dalam rapat juga dapat
15
menanyakan seberapa jauh progress yang telah dihasilkan. Apakah ada
kendala dan hambatan saat menjalankan setiap tugas dan apakah ada konflik
yang perlu diselesaikan dan dimusyawarahkan. Kontrol sangat penting
dilakukan mengingat terkadang tim mungkin akan kehilangan arah saat
mengerjakan tugas yang bagi mereka terlalu kompleks. Menyatukan,
menyadarkan dan mengembalikan mereka ke misi yang seharusnya.
Pengendalian membantu kita untuk memastikan bahwa para anggota tim
melaksanakan tanggung jawabnya dengan benar.
D. PERATURAN KETENAGAKERJAAN.
1. Hukum Ketenagakerjaan Sebelum Kemerdekaan
Pada dasarnya hukum ketenagakerjaan mempunyai sifat melindungi dan
menciptakan rasa aman, tentram, dan sejahtera dengan mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat. Hukum ketenagakerjaan dalam memberi perlindungan
harus berdasarkan pada dua aspek, Pertama, hukum dalam perspektif ideal
diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan (heterotom) dan hukum yang
bersifat otonom. Ranah hukum ini harus dapat mencerminkan produk hukum yang
sesuai cita-cita keadilan dan kebenaran, berkepastian, dan mempunyai nilai
manfaat bagi para pihak dalam proses produksi. Hukum ketenagakerjaan tidak
semata mementingkan pelaku usaha, melainkan memperhatikan dan memberi
perlindungan kepada pekerja yang secara sosial mempunyai kedudukan sangat
lemah, jika dibandingkan dengan posisi pengusaha yang cukup mapan. 10 Kedua,
hukum normatif pada tingkat implementasi memberikan kontribusi dalam bentuk
pengawasan melalui aparat penegak hukum dan melaksanakan penindakan
terhadap pihak-pihak yang tidak mematuhi ketentuan hukum.
10
Krismena Natalina Panjaitan, Pembinaan Karier Ketenagakerjaan dalam Perbankan (Studi Kasus di
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Karangayu Semarang), (Semarang: Universitas
Diponegoro, 2010), hlm. 16.
16
masa Soekarno, kekuatan buruh dalam keterlibatan di bidang politik sangat tinggi
dan sangat memberikan pengaruh yang kuat.11 Kementrian Perburuhan ini
terbentuk hanya untuk megurusi buruh-buruh yang ada di dalam negara pada masa
itu. Adapun fasenya itu terdiri dari: Presiden Soekarno, Presiden B.J Habibie,
Presiden Abdurahman Wahid, Presiden Megawati Seokarno Putri, dan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono .
3. Peraturan Ketenagakerjaan
Hukum ketenagakerjaan dapat diartikan sebagai peraturan-peraturan yang
mengatur tenaga kerja pada waktu sebelum selama dan sesudah masa kerja.
Sedangkan Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat.
Hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan
pekerja/buruh. Perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. Perjanjian kerja
yang dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku. Perjanjian kerja dibuat atas dasar:
a) Kesepakatan kedua belah pihak
b) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum
c) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan
d) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusilaan, dan peraturan perundang undangan yang berlaku.
Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan
ketentuan dapat dibatalkan. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas: a) keselamatan dan kesehatan kerja; b) moral dan
kesusilaan; dan c) perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama12
11
A. Hamid S Attamimi, Hukum tentang Peraturan Perundang-undangan dan Peraturan Kebijakan
(Hukum Tata Pengaturan), Pidato Purna Bakti Guru Besar Tetap Fakultas Hukum Universitas
Indonesia tanggal 20 Desember 1993, hlm. 5
12
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 77.
17
kebutuhan pembangunan nasional dan daerah. Sedangkan sumber hukum
ketenagakerjaan terdiri dari 2 sumber, yaitu :
1) Pertauran Perundang-undangan
2) Kebiasaan
Sifat hukum ketenagakerjaan terdiri dari privat dan publik. Yang dimaksud
dengan privat artinya bahwa hukum ketenagakerjaan mengatur hubungan antara
orang dengan orang ata badan hukum, atau bisa disebut antara pekerja dengan
pengusaha. Sifat hukum ketenagakerjaan yang bersifat publik artinya negara
campur tangan dalam hubungan kerja dengan membuat peraturan perundang-
undangan yang bersifat memaksa bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dengan
membatasi kebebasan berkontrak.
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Human Resource Management atau Manajemen Sumber Daya
Manusia didefinisikan sebagai pendekatan strategis dan koheren untuk
pengelolaan asset paling berharga yang dimiliki organisasi atau perusahaan yaitu
orang-orang yang bekerja di sana yang secara individual dan kolektif
berkontribusi pada pencapaian tujuan.Sumber daya manusia merupakan
investasi yang memegang peranan penting bagi perusahaan. Tanpa adanya
sumber daya manusia, faktor produksi lain tidak dapat dijalankan dengan
maksimal untuk mencapai tujuan perusahaan.
Perencanaan Human Resource adalah serangkaian kegiatan atau aktivitas yang
dilakukan secara sistematis dan strategis berkaitan dengan peramalan kebutuhan
tenaga kerja atau pegawai di masa yang akan datang dalam suatu organisasi
(publik/bisnis) dengan menggunakan sumber informasi yang tepat guna
penyediaan tenaga kerja dalam jumlah dan kualitas sesuai yang dibutuhkan.
Sebuah organisasi dalam mewujudkan eksistensinya dalam rangka mencapai
tujuan memerlukan perencanaan SDM yang efektif. Melalui perencanaan Human
Resources ini manajemen berusaha untuk mendpatkan orang yang tepat, dalam
jumlah yang tepat, pada tempat yang tepat dan pada saat yang tepat serta
manajemen berusaha untuk melakukan hal-hal yang menghasilkan kepuasan
maksimum jangka panjang baik bahi organisasi maupun individu.
Dalam Manajemen Human Resources ada beberapa proses yang berkaitan,
diantaranya proses rekrutmen karyawan, seleksi karyawan, dan pemutussan
hubungan kerja. Serta beberapa teknik dalm membentuk tim mitra kerja yang
solid dan efektif sampai dengan beberapa peraturan ketenagakerjaan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Erni Dwita Silambi. Pemutusan Hubungan Kerja Ditinjau Dari Segi Hukum
(Studi Kasus Pt.Medco Lestari Papua). Universitas Musamus Merauke
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005)
20