You are on page 1of 16

Dimensi Desentralisasi

Analisa Pola Hubungan Kewenangan Dalam Pengelolaan Pertambangan

Rahmat Robuwan; Wirazilmustaan


Universitas Bangka Belitung
Iwandjohan222@gmail.com

Abstract
This research is motivated by the implementation of decentralization in a country that cannot
be separated from mineral resources owned by each region. The arrangements of management
of mining become an inseparable part in the editorial discussion of the policy directions and
thw arrangements of regarding decentralization. The Regions that have the potential for
explorative natural resources are faced with a complicated situation and full of pros and cons
when discussing about mining in their area. The revised of the act of regional government
certainly contributes to the political of decentralized law and the arranggement of mining. The
relationship between the central government and regional governments, especially the
provinces in mining management based on the Act of Mineral and Coal must receive special
attention, because it has a direct orientation towards the perspective of decentralization. To
discuss these issues, conducted by normative legal research method with the statute approach.
The authority of the central government in managing mineral and coal mining has a paradigm
of decentralization that is felt to be getting stronger. Exceptions to government affairs which
by acts are determined as central government affairs are the constitutional basis of legislators
as the basis for decentralization.
Keywords: Authority, Mining, and Decentralization

Ringkasan
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pelaksanaan desentralisasi di suatu negara yang tidak lepas
dari sumber daya mineral yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Pengaturan pengelolaan
pertambangan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pembahasan redaksional tentang
arah kebijakan dan pengaturan mengenai desentralisasi. Daerah yang memiliki potensi sumber
daya alam yang eksploratif dihadapkan pada situasi yang pelik dan penuh pro dan kontra ketika
membahas tentang pertambangan di daerahnya. Revisi undang-undang pemerintah daerah
tersebut tentunya memberikan kontribusi terhadap politik hukum desentralisasi dan penataan
pertambangan. Permasalahan dalam penelitian ini ialah bagaimana kewenangan pemerintah
pusat dalam pengelolaan pertambangan mineral dan batubara berdasarkan perspektif
desentralisasi?. pembahasan permasalahan tersebut, dilakukan dengan metode penelitian
hukum normatif dengan pendekatan undang-undang. Kewenangan pemerintah pusat dalam
mengelola pertambangan mineral dan batubara memiliki paradigma desentralisasi yang
dirasakan semakin kuat. Pengecualian urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditetapkan sebagai urusan pemerintah pusat merupakan dasar konstitusional pembentuk
undang-undang sebagai dasar arah kebijakan desentralisasi.
Kata Kunci: Kewenangan, Pertambangan, dan Desentralisasi

196
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

A. Pendahuluan maupun di luar negeri, serta tantangan


Reformasi memberikan babak baru persaingan global, dipandang perlu
dalam dinamika pemerintahan daerah di menyelenggarakan otonomi daerah dengan
Indonesia, sebagaimana bunyi salah satu memberikan wewenang yang luas, nyata,
amanat reformasi yakni desentralisasi yang dan bertanggung jawab kepada daerah
kini mendapat tempat yang pas dengan secara proporsional, yang diwujudkan
menggusur pemerintahan yang sangat dengan pengaturan, pembagian, dan
sentralistik pada masa orde baru. Tak heran pemanfaatan sumber daya nasional, serta
jika undang-undang tentang pemerintahan perimbangan keuangan pusat dan daerah,
daerah merupakan salah satu undang- sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi,
undang yang dirancang bersamaan dengan peran serta masyarakat, pemerataan, dan
pembahasan amandemen Undang-Undang keadilan, serta potensi dan keanekaragaman
Dasar Tahun 1945 sehingga pada tahun Daerah, yang dilaksanakan dalam kerangka
1999 lahirlah Undang-Undang Nomor 22 Negara Kesatuan Republik Indonesia.1
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan UU Pemda dapat
Pertimbangan yang menjadi landasan digolongkan ke dalam sebuah reformasi
filosofis dalam pembentukan UU No 22 pemerintah daerah. Proses perubahan yang
Tahun 1999 tersebut ialah bahwa sistem dikehendaki dari UU Nomor 5 Tahun 1974
pemerintahan Negara Kesatuan Republik tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di
Indonesia menurut UUD 1945 memberikan Daerah ke UU Nomor 22 Tahun 1999
keleluasaan kepada daerah untuk tentang Pemerintahan Daerah serta UU
menyelenggarakan otonomi daerah. Dalam Nomor 25 Tahun 1999 tentang
penyelenggaraan Otonomi daerah, Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
dipandang perlu untuk lebih menekankan Pusat dan Daerah, tergolong perubahan
pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta yang radikal (radical change) atau
masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta perubahan drastis (drastic change).2
memperhatikan potensi dan Apalagi perubahan pasca UU Nomor 22
keanekaragaman daerah. Menghadapi Tahun 1999, yakni menjadi UU Nomor 32
perkembangan keadaan, baik di dalam Tahun 2004 yang kini juga diubah lagi

1
Lihat konsideran menimbang Undang-Undang Overview Report, Report Nomor 26191 IND, 2003,
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan hlm. 1. Lihat dalam Tri Hayati, 2011, Perizinan
Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Pertambangan di Era Reformasi Pemerintahan
Tahun 1999 Nomor 60 Daerah Studi tentang Perizinan Pertambangan
2
World Bank Regional, “Decentralizing Indonesia”, Timah di Pulau Bangka, Disertasi, Universitas
World Bank Regional Public Expenditure Review Indonesia, Jakarta, hlm. 1.

198
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

menjadi UU Pemda 2014 memberikan yang dimiliki oleh masing-masing daerah.


perubahan yang sangat mendasar dalam Sebagaimana kita ketahui, sumber daya
penyelenggaraan pemerintah daerah mineral sebagai salah satu kekayaan alam
khususnya dalam penyelenggaraan urusan yang dimiliki bangsa Indonesia, apabila
pertambangan.3 dikelola dengan baik akan memberikan
UU No 22 Tahun 1999 memiliki kontribusi terhadap pembangunan ekonomi
orientasi utama yakni berkaitan dengan negara. Dalam hal ini, pemerintah sebagai
keleluasaan daerah untuk penguasa sumber daya tersebut sesuai
menyelenggarakan otonomi daerah. Akan dengan amanat UUD 1945, harus mengatur
tetapi pergolakan politik yang sangat secara komperhensif dari hulu hingga hilir
dinamis menjadikan perubahan arah sehingga dapat mengoptimalkan
pandangan yang begitu cepat dalam pendapatan dari pengusahaan sumber daya
penyelenggaraan otonomi daerah. Pada tersebut sehingga dapat diperoleh manfaat
tahun 2004 lahir UU Pemda yakni Undang- yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran
Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang rakyat.
kemudian berubah kembali pada tahun Sumber daya mineral yang dalam hal
2014 dengan Undang-Undang Nomor 23 ini pertambangan memiliki sifat tersendiri
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yaitu lokasi penyebaran dan ukuran
yang diubah dengan Undang-Undang terbatas, terdapat di dalam bumi mulai dari
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan permukaan tanah sampai kedalaman
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- tertentu, hanya dapat ditambang satu kali
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang karena tak terbarukan (non-renewable
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 resources), waktu pemanfaatanya terbatas
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (hanya beberapa tahun), risiko investasi
dan diakhiri dengan Undang-Undang sangat tinggi, padat modal dan teknologi,
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan persiapan sebelum penambangan lama
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 (lebih kurang 5 tahun). Karena letak potensi
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sumber daya mineral pada umumnya di
(selanjutnya disebut UU Pemda). daerah pendalaman (remote areas), maka
Pelaksanaan desentralisasi pada suatu pembukaan suatu tambang akan menjadi
negara tidak lepas dari sumber daya mineral pemicu pembangunan dan pengambangan

3
Nabilla Desyalika Putri & Dian Agung Wicaksono, Oleh Pemerintah Pusat, Jurnal Legislasi Indonesia,
Implikasi Legislasi Pengambilalihan Kewenangan Vol. 13 No. 01 – Maret 2016: hlm. 19-32
DI Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara

199
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

daerah dan memberikan dampak ganda pengaturan mengenai pertambangan,


yang positif dalam berbagai sector demikian sebaliknya.
(multiplier effect).4 Oleh karena itu hubungan pemerintah
Pengaturan mengenai pengelolaan pusat dan pemerintah daerah khususnya
pertambangan menjadi bagian yang tidak provinsi dalam pengelolaan pertambangan
terpisah dalam redaksi pembahasan arah berdasarkan UU Minerba harus
kebijakan dan pengaturan mengenai mendapatkan perhatian khusus karena
pemerintahan daerah. Undang-Undang memiliki orientasi langsung terhadap
Nomor 4 Tahun 2009 tentang perspektif desentralisasi dan otonomi
Pertambangan Mineral dan Batu sebagai daerah pasca reformasi. Permasalahan
implementasi rezim pemerintahan daerah dalam penelitian ini ialah bagaimana
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 kewenangan pemerintah pusat dalam
Tahun 2004 saat telah menyesuaikan diri. pengelolaan pertambangan mineral dan
Lahirnya Undang-Undang Nomor 9 tahun batubara berdasarkan perspektif
2015 tentang Perubahan Kedua Atas desentralisasi?
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 B. Metode Penelitian
tentang Pemerintahan Daerah memiliki Dalam dunia riset, penelitian
konsekuensi logis lahirnya Undang- merupakan aplikasi atau penerapan metode
Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang yang telah ditentukan dengan persyaratan
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 yang sangat ketat berdasarkan tradisi
Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral kelimuan yang terjaga sehingga hasil
dan Batu Bara (selanjutnya disebut UU penelitian yang dilakukan memiliki nilai
Minerba). ilmiah yang dihargai oleh komunitas
Daerah khususnya yang memiliki ilmuwan terkait (intersubjektif).5 Serta
potensi sumber daya alam eksploratif merupakan cara bertindak agar kegiatan
seolah dihadapkan dalam situasi yang pelik penelitian bisa terlaksana secara rasional
serta penuh dengan pro dan kontra ketika dan terarah demi mendapatkan hasil yang
membahas mengenai dunia pertambangan maksimal. Untuk mempermudah dalam
di wilayahnya. Bergantinya UU Pemda proses penelitian dan pengumpulan data
tentunya memiliki kontribusi dalam peta yang akurat dan relevan guna menjawab
politik hukum desentralisasi dan permasalahan yang muncul. Metode

4 5
Gatot Supramono, Hukum Pertambangan Mineral Bahder Johan Nasution, Meode Penelitian Ilmu
dan Batu Bara DI Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm 21.
2012. Hlm 3.

200
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

penelitian ini menggunakan pendekatan dan terdiri dari berbagai suku bangsa, tentu
yuridis normatif, yaitu metode yang bukan merupakan pekerjaan yang mudah
meninjau dan membahas objek penelitian untuk mencari format ideal bagi
dengan meninjau dari sisi teoritis. Analisis desentralisasi politik dan otonomi daerah.
kebijakan ini menggunakan pendekatan Dengan derajat heterogenitas geografis
normatif perundang-undangan (statutory maupun sosial-budaya yang cukup tinggi,
approach) dan konseptual (conceptual maka daerah cenderung menuntut ruang
approach), dengan metode pengumpulan kekuasaan lebih besar dari yang lazim
data melalui studi pustaka (library disediakan oleh pusat negara kesatuan.
research) yang berhubungan dengan Maka desentralisasi akan selalu menjadi
desentralisasi dan hubungan pemerintahan masalah, jika fondasi ketatanegaraanya
antara pusat dan daerah khususnya dalam tidak dibenahi.6
dimensi pengelolaan pertambangan. Otonomi daerah dianggap
Peraturan perundang-undangan yang menimbulkan dampak disintegrasi nasional
menjadi bahan hukum primer dalam dan ketegangan hubungan pusat dan
penelitian ini antara lain: daerah. Di samping itu, dianggap pula telah
1. Undang-Undang Dasar Negara menimbulkan ketegangan atau konflik
Republik Indonesia Tahun 1945; sosial di masyarakat, merebaknya korupsi,
2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 kolusi, dan nepotisme (KKN) yang
tentang Perubahan Kedua Atas dilakukan oleh elite politik, kesenjangan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun antar daerah, dan jurang kemiskinan yang
2014 tentang Pemerintahan Daerah; semakin dalam adalah beberapa contoh
dan daripada problema yang kerap menghiasai
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Negara Indonesia.7
tentang Perubahan Atas Undang- Padahal, dibalik hal-hal yang negatif
Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang itu ada hal yang substansial yang memiliki
Pertambangan Mineral Dan Batubara; dampak positif dan signifikan yang telah
C. Pembahasan dirasakan oleh masyarakat maupun
Indonesia merupakan negara pemerintah daerah secara langsung. Secara
kepulauan terbesar di dunia yang substansial, terjadinya perubahan
terbentang dari Sabang sampai Merouke paradigma, pada aparatur pemerintah

6 7
Cornelis Loy, Kompleksitas Persoalan Otonomi Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan
daerah di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, dan Otonomi Daerah, Grasindo, Jakarta, 2005, hlm
2003, hlm. xxvii. ix

201
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

daerah dan masyarakat dalam menjalankan 1. Kewenangan Pemerintah Pusat


dan mendorong sistem pemerintahan yang Dalam Pengelolaan Pertambangan
transparan dan akuntabel yang Mineral Dan Batubara
memungkinkan berjalannya mekanisme Mineral dan batubara sebagai salah
check and balance. satu kekayaan alam yang terkandung di
Wacana penguatan Negara Kesatuan dalam bumi merupakan sumber daya alam
Republik Indonesia sebagai legitimasi atas yang tidak terbarukan, sesuai dengan
integrasi nasional tidak bisa dihadapkan ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-
secara konfrontatif dengan konsepsi dan Undang Dasar Negara Republik Indonesia
implementasi otonomi daerah. Kehancuran Tahun 1945 dikuasai oleh negara dan
integrasi nasional bukan lantaran sistem digunakan untuk sebesar-besarnya
pemerintahan desentralisasi melalui kemakmuran rakyat.
otonomi daerah yang seluas-luasnya.8 Pemanfaatan sumber daya alam untuk
Namun lebih diakibatkan oleh negara pembinaan kesejahteraan sosial di
kesatuan yang bersifat etatisme-sentralistik Indonesia secara tersirat juga dituangkan
dan juga yang tak kalah penting ialah dalam tujuan bernegara.10 Tujuan negara
kapasitas politik negara yang lemah untuk Indonesia tertuang di dalam alinea keempat
dapat menjangkau dan memenuhi semua Pembukaan UndangUndang Dasar Negara
kepentingan masyarakat khususnya Republik Indonesia Tahun 1945 yang
masyarakat di daerah. Seperti dikatakan meliputi, “[...] melindungi segenap bangsa
9
oleh John Stuart Mill, bahwa hanya Indonesia dan seluruh tumpah darah
sebagian kecil urusan politik sebuah negara Indonesia dan untuk memajukan
yang dapat dikerjakan dengan baik atau kesejahteraan umum, mencerdaskan
diujicoba dengan aman oleh otoritas sentral kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
(pemerintah pusat). Artinya kapasitas ketertiban dunia yang berdasarkan
negara memiliki peranan besar dalam kemerdekaan, perdamaian abadi dan
mengelola dan mengharmonisasikan keadilan sosial [...].”11
hubungan otoritas sentral dan daerah. Negara melalui pemerintah pusat
bertanggung jawab atas penggunaan
mineral dan batubara yang ada di wilayah

8 10
Lihat Pasal 18 ayat (5) Undang-Undang Dasar Moh. Mahfud MD, 2011, Membangun Politik
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Hukum Menegakkan Konstitusi, Rajawali Press,
9
Hanif Nurcholis, Teori...op.cit., hlm x Jakarta, hlm. 17.
11
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

202
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

hukum Negara Kesatuan Republik berkutat pada pengelolaan sumber daya


Indonesia melalui pengelolaan dan alamnya walau kini, terutama pasca
pemanfaatan mineral dan batubara secara reformasi, terdapat pandangan dan
optimal, efektif dan efisien sehingga dapat semangat untuk meningkatkan kualitas
mendorong dan mendukung perkembangan sumber daya manusianya pula. Hal ini
serta kemandirian pembangunan industri dapat dimaklumi mengingat Indonesia
nasional berbasis sumber daya mineral memiliki potensi sumber daya alam yang
dan/atau energi batubara. potensial terutama dalam bidang
Setelah puluhan tahun dikelolanya kehutanan, minyak dan gas (migas), dan
sumber daya alam yang ada di perut bumi, mineral dan batubara (minerba). Kini
sekarang bangsa Indonesia mulai sadar tercatat potensi sumber daya pertambangan
bahwa perlu adanya perbaikan baik secara mineral dan batubara tersebar di 437 lokasi
normative maupun dalam dimensi di Indonesia bagian barat dan timur, seperti
implementasi. Jika hanya mengejar tembaga dan emas di Papua, emas di Nusa
bagaimana mengoptimalkan pengelolaan Tenggara, nikel di Sulawesi, bauksit dan
tambang untuk penerimaan negara saja, batu bara di Kalimantan dan mineral
maka akan terjadi ketimpangan dengan lainnya yang tersebar di berbagai tempat.13
sector-sektor lain yang memiliki Dalam perkembangannya, landasan
keterkaitan. Pengelolaan pertambangan hukum yang ada, yaitu Undang-Undang
harus memperhatikan sejumlah elemen Nomor 4 Tahun 2009 tentang
dasar praktik pembangunan yang Pertambangan Mineral dan Batubara dan
berkelanjutan, baik ekonomi, sosial, dan peraturan pelaksanaannya belum dapat
lingkungan hidup. Indonesia harus menjawab permasalahan serta kondisi
mengubah cara pengelolaan pertambangan. aktual dalam pelaksanaan pengusahaan
Dengan melakukan kegiatan penambangan pertambangan mineral dan batubara,
yang mengacu kepada kaidah-kaidah termasuk permasalahan lintas sektoral
penambangan yang baik, perekonomian antara sektor pertambangan dan sektor non
daerah secara optimal, dan tambang wajib pertambangan. Lahirnya Undang-Undang
menjadi motor penggerak pembangunan.12 Nomor 3 Tahun 2020 memberikan nuansa
Proses untuk mencapai tujuan yang relatif baru dalam dunia
bernegara poin kedua, Indonesia masih pertambangan.

12 13
Gatot Supramono, Hukum..op.cit., hlm. 4 Gatot Supramono, 2012, Hukum Pertambangan
Mineral dan Batu Bara di Indonesia, Rineka Cipta,
Jakarta, hlm. 1.

203
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

Pasal 4 UU Minerba, menyatakan batubara nasional; c. menetapkan peraturan


bahwa mineral dan batu bara sebagai perundang-undangan; d. menetapkan
sumber daya alam yang tak terbarukan standar nasional, pedoman, dan kriteria; e.
merupakan kekayaan nasional dikuasai melakukan penyelidikan dan penelitian
oleh negara untuk sebesar-besar pertambangan pada seluruh wilayah hukum
kesejahteraan rakyat. Penguasaan mineral pertambangan; f. menetapkan wilayah
dan batubara oleh negara diselenggarakan pertambangan setelah ditentukan oleh
oleh pemerintah pusat sesuai dengan pemerintah daerah provinsi sesuai dengan
ketentuan undang-undang. Penguasaan kewenangannya dan berkonsultasi dengan
dilaksanakan melalui fungsi kebijakan, Dewan Perwakilan Rakyat Republik
pengaturan, pengurusan, pengelolaan, dan Indonesia; g. menetapkan Wilayah Izin
pengawasan. Penguasaan minerba oleh Usaha Pertambangan Mineral logam dan
negara yang kemudian diselenggarakan Wilayah Izin Usaha Pertambangan
oleh pemerintah pusat merupakan Batubara; h. menetapkan Wilayah Izin
perubahan paradigmatik konsepsi Usaha Pertambangan Mineral bukan logam
hubungan pemerintah pusat dan daerah dan Wilayah Izin Usaha Pertambangan
dalam pengelolaan pertambangan yang batuan; i. menetapkan Wilayah Izin Usaha
menjadi salah satu titik sentral dalam UU Pertambangan Khusu; j. melaksanakan
Minerba, sebelumnya penguasaan mineral penawaran Wilayah Izin Usaha
dan batubara oleh negara diselenggarakan Pertambangan Khusus secara prioritas; k.
oleh pemerintah dan/atau pemerintah menerbitkan Perizinan Berusaha; l.
daerah. melakukan pembinaan dan pengawasan
Indikator dari Pasal 4 UU Minerba terhadap pelaksanaan kegiatan usaha
merupakan salah satu rangkaian gerbong pertambangan mineral dan batubara yang
dari lokomotif politik hukum dalam dilakukan oleh pemegang perizinan
mendesain perspektif desentralisasi dan berusaha; m. Menetapkan kebijakan
otonomi daerah di negara Indonesia pasca produksi, pemasaran, pemanfaatan, dan
lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun konservasi; n. Menetapkan kebijakan kerja
2014 tentang Pemerintahan Daearah. sama, kemitraan, dan pemberdayaan
Uraian mengenai kewenangan pemerintah masyarakat; o. Melakukan pengelolaan dan
pusat terhadap pengelolaan pertambangan penetapan penerimaan negara bukan pajak
antara lain: a. menetapkan rencana dari hasil usaha pertambangan mineral dan
pengelolaan mineral dan batubara nasional; batubara; p. Melakukan pengelolaan
b. menetapkan kebijakan mineral dan informasi geologi, informasi potensi
204
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

sumber daya mineral dan batubara, serta sebagai Kelanjutan Operasi


informasi pertambangan; q. Melakukan Kontrak/Perjanjian; d. IPR; e. SIPB; f. Izin
pembinaan dan pengawasan terhadap Penugasan; g. Izin Pengangkutan dan
reklamasi dan pascatambang; r. Melakukan Penjualan; h. Izin Usaha Jasa
penyusunan neraca sumber daya mineral Pertambangan; dan i. Izin Usaha
dan batubara tingkat nasional; s. Pertambangan untuk Penjualan. Pemerintah
Melakukan pengembangan dan Pusat dapat mendelegasikan kewenangan
peningkatan nilai tambah kegiatan usaha pemberian Perizinan Berusaha kepada
pertambangan; t. Melakukan peningkatan pemerintah daerah provinsi sesuai dengan
kemampuan aparatur pemerintah pusat dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
pemerintah daerah provinsi dalam Perubahan kewenangan pemerintah
penyelenggaraan pengelolaan usaha pusat, pemerintah daerah provinsi, dan
pertambangan. u. Menetapkan harga pemerintah daerah kabupaten/kota dalam
patokan mineral logam, mineral bukan hal pengelolaan sumber daya alam terutama
logam jenis tertentu, mineral radioaktif, dan bidang pertambangan sebagaimana yang
batubara; v. Melakukan pengelolaan diatur di dalam UU Minerba menimbulkan
inspektur tambang; dan w. Melakukan konsekuensi terutama terhadap pembagian
pengelolaan pejabat pengawas urusan kewenangan antara pemerintah
pertambangan. pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah
Ketentuan mengenai kewenangan baik kabupaten/kota. Maka dalam UU tersebut
pemerintah daerah provinsi maupun daerah disebutkan juga bahwa ketentuan mengenai
kabupaten/kota yang di UU Minerba pembagian urusan pemerintahan konkuren
sebelumnya diatur dalam Pasal 7 dan Pasal antara pemerintah pusat dan pemerintah
8 dihapus. Hal ini memiliki indikasi adanya daerah provinsi dan pemerintah daerah
resentralisasi pengelolaan pertambangan. kabupaten/kota pada Angka I Matriks
Berkaitan dengan pemberian izin usaha pembagian urusan pemerintahan konkuren
pertambangan sebagai ruh dari kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
pengelolaan pertambangan dilaksanakan daerah provinsi dan pemerintah daerah
berdasarkan Perizinan Berusaha dari kabupaten/kota huruf CC Pembagian
Pemerintah Pusat. Perizinan Berusaha ini Urusan Pemerintahan Bidang Energi dan
dilaksanakan melalui pemberian: a. nomor Sumber Daya Mineral Nomor II Sub-
induk berusaha; b. sertifikat standar; Urusan Mineral dan Batubara yang tertuang
dan/atau c. izin. Berkaitan dengan izin, dalam lampiran yang merupakan bagian
terdiri atas: a. IUP; b. IUPK; c. IUPK tidak terpisahkan dari Undang-Undang
205
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

Nomor 23 Tahun 2014 tentang mewujudkan keadilan dan kesejahteraan


Pemerintahan Daerah sebagaimana telah sosial sangat dipengaruhi oleh corak
beberapa kali diubah terakhir dengan susunan masyarakat. Pada masyarakat
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 majemuk upaya mewujudkan keadilan dan
tentang Perubahan Kedua atas Undang- kesejahteraan sosial harus memperhatikan
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang corak-corak dan susunan setempat.
Pemerintahan Daerah, dicabut dan Perhatian terhadap perbedaan dan
dinyatakan tidak berlaku. kekhususan tersebut selanjutnya
2. Perspektif Desentralisasi dan mengharuskan adanya perbedaan
Otonomi Daerah Dalam UUD 1945 pelayanan dan cara penyelenggaraan
Hubungan antara pusat dan daerah pemerintahan. Tuntutan penyelenggaraan
dalam praktiknya sering menimbulkan pemerintahan semacam ini hanya mungkin
upaya tarik menarik kepentingan (spanning terlaksana dalam satu pemerintahan
of interest) antara kedua satuan desentralistik.15
pemerintahan.14 Terlebih dalam negara Asumsi dasar otonomi daerah adalah
kesatuan, upaya pemerintah pusat untuk membangun sistem pemerintahan yang
selalu memegang kendali atas berbagai berdasarkan pada kemauan politik
urusan pemerintahan sangat jelas. (political will) untuk menyerahkan
Kecenderungan negara berbentuk kesatuan pengelolaan daerah kepada pemerintah
pemegang otoritas adalah pusat, kekuasaan lokal atau daerah yang lebih memahami
bertumpu di pusat pemerintahan. persoalan-persoalan, serta kebutuhan dan
Kewenangan yang diberikan pusat kepada karakter masyarakat yang berada di daerah
daerah terbatas. tersebut. Upaya mendekatkan fungsi
Pada bentuk negara kesatuan, pusat pelayanan kepada masyarakat yang dengan
bertanggung jawab menjamin keutuhan demikian menghasilkan kebijakan-
negara kesatuan, menjamin pelayanan yang kebijakan prorakyat. Tujuan otonomi
sama untuk seluruh rakyat negara (asas adalah mencapai efektivitas dan efisiensi
equal treatment), menjamin keseragaman dalam pelayanan kepada masyarakat.16
tindakan dan pengaturan dalam bidang-
bidang tertentu (asas uniformitas). Upaya

14 16
Ni’matul Huda., Hukum Pemerintahan Daerah, HAW Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah
Nusa Media, Bandung, 2009, hlm. 1. Otonom, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009,
15
Bagir Manan, , “Hubungan antara Pusat dan hlm 22.
Daerah Menurut UUD 1945”, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 1994, hlm. 17.

206
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

Menurut Jimly Asshiddiqie17, dengan desentralisasi yang proporsional


ketentuan UUD Tahun 1945 hasil menjadi aktualisasi negara kesatuan dengan
Perubahan Kedua tersebut justru desentralisasi yang federalistik.18
mempertegas prinsip-prinsip pengaturan Terhadap dua pandangan di atas,
yang bersifat federalistis dalam rumusan penulis kurang sependapat. Pada dasarnya
mengenai kewenangan daerah. Pasal 18 konsepsi Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 18 ayat
ayat (2) menegaskan bahwa “Pemerintah (5) UUD 1945 di awal reformasi memang
daerah provinsi, daerah kabupaten dan memiliki kecenderungan ke arah
kota mengatur dan mengurus sendiri federalistik, namun peta politik hukum
urusan pemerintahan menurut asas yang terjalin selama kurun waktu 22 tahun
otonomi dan tugas pembantuan”. Bahkan, telah mengubah orientasi tersebut menuju
dalam Pasal 18 ayat (5) ditegaskan lagi arah penguatan pengaruh pusat ke daerah.
bahwa “Pemerintah daerah menjalankan Kondisi ini tidak lepas dari uraian
otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan mengenai urusan pemerintah dalam Pasal
pemerintahan yang oleh undang-undang 18 ayat (5) yakni “…….kecuali urusan
ditentukan sebagai urusan Pemerintah.” pemerintahan yang oleh undang-undang
Karena itu, secara teoritis, prinsip ditentukan sebagai urusan Pemerintah”.
pengaturan demikian memang dapat Dalam artian, legislator tetap memiliki
disebut bersifat federalistis karena konsep peran penting dalam mengartikulasikan
kekuasaan asal atau sisa (residu power) arah kebijakan desentralisasi Negara
justru seolah-olah berada di pemerintah Indonesia dengan menentukan urusan
daerah. Prinsip demikian memang dikenal pemerintah berdasarkan political will rezim
di lingkungan negara-negara federal. yang memiliki legitimasi terhadap
Pendapat ini didukung oleh Disertasi kekuasaan di Pusat.
milik Astim Riyanto yang menegaskan Politik Hukum Perubahan Undang-
bahwa ditetapkannya Pasal 18 ayat (5) Undang Pemerintahan Daerah Pasca
UUD 1945, berarti telah mengubah jiwa Reformasi
dan semangat pasal 18 UUD 1945 sebelum UU Kebijakan Mekanisme Pertanggun

perubahan, yang mengindikasikan Pemda Politik Pengawasan gjawaban

dikehendakinya aktualisasi negara kesatuan

17
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Konstitualisme Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta, 2005, hlm. 271- 1945, Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas
273. Padjajaran, bandung, 2006, Hlm. 453.
18
Astim Riyanto, Aktualisasi Negara Kesatuan
Setelah Perubahan Atas Dasar Pasal 18 Undang-

207
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

UU no Seluas- Sifatnya Kepada dituangkan dari generasi ke generasi tiap-


22 luasnya hanya DPRD tiap UU Pemda pasca amandemen tidak
Tahun dengan melaporkan
lepas dari konsep dalam Pasal 18 ayat (2)
1999 desentralis
asi murni
dan Pasal 18 ayat (5) UUD Tahun 1945.
UU no Adanya Sistem Hanya Namun yang perlu diingat bahwasanya
32 pembahia evaluasi sebatas muara dari ketentuan UU Pemda tersebut
Tahun antara laporan ialah sama, yakni to bring the government
2004 wewenang
close to the people (membawa pemerintah
pusat dan
lebih dekat dengan rakyat) sehingga
daerah
namun pemerintah lebih menghayati bahwa ia ada
belum karena dibutuhkan rakyatnya dan ia
sepenuhny merupakan bagian dari rakyat.19
a
Keadaan mengenai resentralisasi
berkolabor
kewenangan pengelolaan pertambangan
atif
UU no Kolaborati Sistem Laporan minerba merupakan praktik
23 f antara evaluasi kemudian penyelenggaraan urusan pemerintahan
Tahun desentralis berjenjang di menjadi dengan desentralisasi dan otonomi daerah
2014 asi dan tiap tingkat tindakan
yang sepanjang sejarah Indonesia sampai
konsepsi Pemerintah dengan
saat sekarang ini telah menampilkan
Negara Daerah landasan
Kesatuan hingga vertikal gambaran yang bervariasi, yang secara
Pemerintah hirarkis. umum dipahami mencerminkan tarik ulur
Pusat sifat sentralistik dan desentralistik. Ini
berarti ada pemahaman yang beragam atas
Dapat dilihat dalam tabel di atas bahwa otonomi daerah itu sendiri. Meskipun
pengaruh pusat terhadap daerah dibangun demikian, apapun rumusan atau
secara berjenjang mulai dari pusat, ungkapannya, otonomi daerah pada
provinsi, dan kabupaten/kota dengan dasarnya dimaksudkan untuk mendekatkan
meletakkan provinsi selain sebagai bentuk pemerintahan kepada masyarakat.20
otonomi daerah juga menjelma menjadi Jika dikaji dalam teori dalam
wakil pemerintah pusat di daerah. Adanya menentukan hubungan antara pemerintah
distorsi mengenai desentralisasi yang pusat dan daerah, Hubungan pusat-daerah

19 20
Lembaga Administrasi Negara, Manajemen Joko Widodo, Membangun Birokrasi Berbasis
Pemerintahan Daerah, Lembaga Administrasi Kinerja, Bayu Media Publshing, Malang , 2008.
Negara, Jakarta, 2008, Hlm 59 Hlm. 6

208
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

dapat diartikan sebagai hubungan pusat. Ketiga, The Interaction Model.


kekuasaan pemerintah pusat dan daerah Merupakan suatu bentuk model di mana
yang merupakan konsekuensi dianutnya keberadaan dan peran pemerintah daerah
asas desentralisasi dalam pemerintahan ditentukan oleh interaksi yang terjadi antara
negara. Model hubungan antara pemerintah pemerintahan pusat dan pemerintah daerah.
pusat dan daerah secara teoritis menurut Melihat ketiga teori tersebut di atas,
Clarke dan Stewart dapat dibedakan dapat disimpulkan bahwa dalam UUD 1945
menjadi tiga, yakni:21 Pertama, The sesungguhnya pola hubungan pusat-daerah
Relative Autonomy Model. Yaitu pola memiliki kecenderungan kepada teori
hubungan yang memberikan kebebasan Relative Autonomy Model. Pasal 18 ayat (5)
yang relatif besar kepada pemerintah ditegaskan lagi bahwa “Pemerintah daerah
daerah dengan tetap menghormati menjalankan otonomi seluas-luasnya,
eksistensi pemerintah pusat. Penekanannya kecuali urusan pemerintahan yang oleh
adalah pada pemberian kebebasan undang-undang ditentukan sebagai urusan
bertindak bagi pemerintah daerah dalam Pemerintah.” Ini lah yang menjadi acuan
kerangka kekuasaan/tugas dan tanggung dasar bahwasanya kebebasan yang relative
jawab yang telah dirumuskan oleh besar sesungguhnya berada di tangan
peraturan perundangan. daerah.
Kedua, The Agency Model, model Akan tetapi sebagaimana dipaparkan
dimana pemerintah daerah tidak penulis sebelumnya, hubungan pusat-
mempunyai kekuasaan yang cukup berarti daerah dapat ditentukan oleh pusat
sehingga keberadaannya terlihat lebih sepanjang kewenangan-kewenangan yang
sebagai agen pemerintah pusat yang dibunyikan oleh UU merupakan
bertugas untuk menjalankan kebijaksanaan kewenangan pusat, maka terhadap
pemerintah pusatnya. Karenanya pada kewenangan tersebut daerah haruslah
model ini berbagai petunjuk rinci dalam menyesuaikan. Termasuk juga dalam hal
peraturan perundang-undangan sebagai ini berkaitan dengan pengelolaan
mekanisme kontrol sangat menonjol. Pada pertambangan. Teori The Agency Model
model ini pendapatan asli daerah bukanlah memiliki peran yang sangat krusial dalam
hal penting dan sistem keuangan daerahnya memadukan desentralisasi dengan
didominasi oleh bantuan dari pemerintah resentralisasi di Indonesia. Sehingga

21
Richad Batley dan Gerry Stoker, Local Hukum Pemerintahan Daerah, Bandung:
Government in Europe, dalam Ni’matul Huda, Nusamedia, 2009, hlm. 12.

209
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

bagaimanapun urgensi desentralisasi yang ayat (3) UUD 1945. Pasal 33 ayat (3) UUD
tersemat di dalam UUD 1945 pada poin 1945 juga telah diamanatkan bahwa “Bumi,
tertentu memiliki arah kesinambungan air, dan kekayaan alam yang terkandung di
menuju sentralisasi. dalamnya dikuasai oleh negara dan
Senada dengan hal ini, juga ditegaskan dipergunakan untuk sebesar-besar
kembali oleh uraian dari Jimly bahwa kemakmuran rakyat”. Menurut Suparto
dalam negara kesatuan (unitary state) Wijoyo23 Pengertian sebesar-besarnya
kekuasaan asli itu memang berada di kemakmuran rakyat menunjukkan bahwa
pemerintah, bukan di daerah, yang rakyat harus menerima kegunaan dari
diberikan ke daerah bukanlah kekuasan asli sumber daya alam (SDA) yang ada di
tanpa atribut tetapi kekuasaan yang sudah Indonesia. Kewenangan pemerintah daerah
dilegalisasikan yang biasa disebut sebagai dalam membangun nuansa desentralisasi
kewenangan. Dengan demikian daerah mampu ditentukan oleh legislator meskipun
hanya menerima saja apa yang telah redaksi yang tertuang dalam UUD adalah
diberikan oleh pemerintah dalam Pemerintah daerah menjalankan otonomi
22
menjalankan urusan pemerintahan. seluas-luasnya. Akan pengecualian urusan
Artinya orientasi utama daripada pemerintahan yang oleh undang-undang
desentralisasi adalah arah kebijakan ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat
pemerintah pusat itu sendiri. Indikator ini adalah landasan konstitusional legislator
tidak lepas dari pengaruh yang kuat sebagai penentu urusan pemerintahan.
kewenangan lembaga eksekutif dalam Maka dalam hal ini dimensi desentralisasi
penyusunan sebuah undang-undang mlai merupakan open legal policy.
dari pengajuan, pembahasan, hingga D. Penutup
persetujuan, dan pengesahan. Sehingga Kewenangan pemerintah pusat dalam
eksekutif secara tidak langsung dapat pengelolaan pertambangan minerba
menciptakan diorama mengenai memiliki perubahan yang cukup signifikan
desentralisasi di Indonesia. dengan disahkannya Undang-Undang
Keinginan eksekutif guna membangun Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan
paradigma legalitas kewenangan dalam atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
pengelelolaan pertambangan sesungguhnya tentang Pertambangan Mineral dan Batu
masih koheren dengan landasan Pasal 33 Bara. Dalam hal ini paradigma

22
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi…op.cit., hlm. 282 Lingkungan Hidup, Kementerian Hukum Dan Hak
23
Suparto Mijoyo, dkk, Pengkajian Hukum Tentang Asasi Manusia, Badan Pembina Hukum Nasional,
Perlindungan Kepada Masyarakat Dalam Sengketa Jakarta, 2013.hlm. 1

210
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

resentralisasi kembali dirasakan semakin paling tidak adanya nuansa semi


menguat. Hal ini tentunya tidak sentralisasi. Keadaan ini menisbikan
mengherankan jika merujuk kepada keinginan para arsitek pembentukan UU
ketentuan di dalam UUD 1945, yang mana yang pasca reformasi hingga saat ini
dalam Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 desentralisasi seolah diambil secara
sesungguhnya memiliki ruang yang cukup perlahan.
kuat untuk kembali kepada sentralisasi atau

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly, 2005, Konstitusi Konstitualisme Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta.


Hayati. Tri, 2011, Perizinan Pertambangan di Era Reformasi Pemerintahan Daerah Studi
tentang Perizinan Pertambangan Timah di Pulau Bangka, Disertasi, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Huda,Ni’matul, 2009, Hukum Pemerintahan Daerah. Nusa Media, Bandung.
Johan Nasution, Bahder, 2008, Meode Penelitian Ilmu Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung.
Lembaga Administrasi Negara, 2008, Manajemen Pemerintahan Daerah, Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara, Bandung.
Loy, Cornelis, 2003, Kompleksitas Persoalan Otonomi daerah di Indonesia, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Mahfud MD. Moh, 2011, Membangun Politik Hukum Menegakkan Konstitusi, Rajawali Press,
Jakarta.
Manan, Bagir, 1994, Hubungan antara Pusat dan Daerah Menurut UUD 1945, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta
Mijoyo, Suparto, et.all, 2013, Pengkajian Hukum Tentang Perlindungan Kepada Masyarakat
Dalam Sengketa Lingkungan Hidup, Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia,
Badan Pembina Hukum Nasional, Jakarta.
Nurcholis, Hanif, 2005, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Grasindo,
Jakarta.
Riyanto, Astim, 2006, Aktualisasi Negara Kesatuan Setelah Perubahan Atas Dasar Pasal 18
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Disertasi Program
Pasca Sarjana Universitas Padjajaran, Bandung.
Widjaja , HAW, 2009, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta,
Widodo, Joko, 2008, Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja, Bayu Media Publshing, Malan.
Supramono, Gatot, 2008, Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara DI Indonesia, Rineka
Cipta, Jakarta.
World Bank Regional, “Decentralizing Indonesia”, World Bank Regional Public Expenditure
Review Overview Report, Report Nomor 26191 IND, 2003

211
PROGRESIF: Jurnal Hukum volume XVII/No.2/Desember 2021 Nama: Rahmat Robuwan

Nabilla Desyalika Putri & Dian Agung Wicaksono, Implikasi Legislasi Pengambilalihan
Kewenangan DI Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Oleh Pemerintah Pusat,
Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 13 No. 01 – Maret 2016.

212

You might also like