You are on page 1of 16

PENDIG : Jurnal Pendidikan Dosen dan Guru

Vol. 01 No. 02 (2021) : 1-16


Available online at: https://www.jurnal.pcpergunubatanghari.com/index.php/jpdg/article/view/14/15

Pengawasan dan Motivasi Kerja Kepala Sekolah Terhadap Kinerja


Guru di Madrasah Tsanawiyah Ihya Ulumuddin
Desa Sengkati Baru - Batanghari
Ansori, M. Syadli, Muhammad Yusup, Masturo
Institut Agama Islam Nusantara Batanghari – Jambi
Yusup9253@gmail.com

DOI:
Received: Mei 2021 Accepted: Mei 2021 Published: Juni 2021

Abstract
This study aims to determine the role of the head of madrasah as a motivator in MTS Ihya
Ulumuddin, Sengkati Baru Village, to determine the performance of teachers at MTS Ihya Ulumuddin
Desa Sengkati Baru and to determine the significant influence between the Supervision of the Principal
of Madrasah and the motivation of the principal on teacher performance at MTS Ihya. Ulumuddin,
Sengkati Baru Village. This study uses a quantitative approach. The population in this study were all 10
teachers of MTS Ihya Ulumuddin in Sengkati Baru Village, thus using total sampling. Data obtained
through questionnaires and documentation instruments, analyzed using descriptive and inferential
statistics. As for the results of his research, the description of the supervision and motivation of the head
of madrasah at MTS Ihya Ulumuddin, Sengkati Baru Village, shows that the results are not optimal or
are in the medium category and the performance of teachers and employees is also in the moderate
category.
The results of inferential statistical analysis show that the value of HO is accepted. Based on the
research results and inferential descriptive results, it can be concluded that the supervision and
motivation of madrasah principals have an effect on the performance of teachers and employees. Based
on the results of this study, there are several implications for competent parties for improving the quality
of education, namely optimizing motivation, and leaders should provide continuous evaluation of the
performance of teachers and employees, so that the results of this study can be used as input or reference
for policy making in order to improve quality in MTS Ihya Ulumuddin, Sengkati Baru Village, and make
the educational institutions he leads in accordance with the needs and expectations of stakeholders.

Keywords: Supervision, Motivation, Performance

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepala madrasah sebagai motivator di MTS Ihya
Ulumuddin Desa Sengkati Baru, untuk mengetahui kinerja guru di MTS Ihya Ulumuddin Desa Sengkati
Baru dan untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan antara Pengawasan Kepala Madrasah dan
motivasi kepala sekolah terhadap kinerja guru di MTS Ihya Ulumuddin Desa Sengkati Baru. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga pendidik
MTS Ihya Ulumuddin Desa Sengkati Baru yang berjumlah 10 orang sehingga menggunakan total
sampling. Data diperoleh melalui instrumen angket dan dokumentasi, dianalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif dan inferensial. Adapun hasil penelitiannya gambaran Pengawasan dan motivasi
kepala madrasah di MTS Ihya Ulumuddin Desa Sengkati Baru menunjukkan hasil yang belum maksimal
atau berada pada kategori sedang dan kinerja guru dan pegawai juga berada pada kategori sedang.
Hasil analisis statistik inferensial menunjukkan nilai maka HO diterima. Berdasarkan hasil
penelitian dan hasil deskriptif inferensial, dapat disimpulkan bahwa Pengawasan dan motivasi kepala

1 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


madrasah berpengaruh terhadap kinerja guru dan pegawai. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ada
beberapa implikasi terhadap pihak yang berkompeten demi peningkatan mutu
pendidikan yaitu mengoptimalkan motivasi, dan hendaknya pimpinan memberikan evaluasi yang
berkesinambungan tentang kinerja guru dan pegawai, agar hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan
atau acuan pengambilan kebijakan dalam rangka upaya peningkatan kualitas di MTS Ihya Ulumuddin
Desa Sengkati Baru, dan menjadikan lembaga pendidikan yang dipimpinnya sesuai dengan kebutuhan
dan harapan stekholder.

Kata Kunci: Pengawasan, Motivasi, Kinerja

A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan dasar pembangunan suatu bangsa. Banyak sorotan yang ditujukan
kepadanya sesuai dengan arah dan laju perkembangan masyarakat, sehingga pendidikan dijadikan
sebagai tumpuan bagi kemajuan semua aspek kehidupan (Subroto, 1998). Hal ini mengingatkan betapa
pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup suatu bangsa.
Kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan dengan rendah tingginya pendidikan bangsa tersebut
(Muhammad Yusup, 2018). Dalam menciptakan manusia berkualitas, pendidikan mempunyai peran dan
fungsi yang penting. Melalui pendidikan anak didik dipersiapkan menjadi manusia yang bertakwa,
beriman, berakhlak mulia, memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta dapat melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sebagai makhluk pribadi maupun anggota masyarakat. Hal ini sesuai dengan amanat
undang-undang sistem pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyebutkan:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan
yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab” (Anonim, 2003).
Dalam peningkatan mutu pendidikan, ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat
dalam proses pendidikan. Guru menjadi salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,
yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial.
Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan
kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Pada hakekatnya setiap
manusia adalah pemimpin, paling tidak ia sebagai pemimpin dirinya sendiri. Hati adalah pemimpin di
dalam tubuh manusia, sebab segala sesuatu yang yang manusia perbuat adalah berdasar petunjuk dan
kemauan hati nurani (Muhammad Yusup, 2018). Dalam hal ini adalah kepala Sekolah. Karena kepala
sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur
semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan (Muhammad Yusup, 2018).
Guru merupakan tenaga pendidik yang mempunyai peran untuk mengajar, mendidik, dan

2 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


membimbing peserta didik agar mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tujuan
pendidikan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 tentang Guru
dan Dosen, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Yamin, 2017).
Kinerja guru merupakan suatu titik tombak dari keberhasilan suatu tujuan pendidikan, maka
kriteria kinerja guru yang baik yaitu guru yang profesioanal dan ideal. Kontroversi antara kondisi ideal
yang harus dijalani guru sesuai tujuan pendidikan nasional, dengan kenyataan yang terjadi dilapangan
merupakan suatu hal yang sangat perlu dan patut untuk dicermati secara mendalam tentang faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja guru sehingga faktor tersebut bukan menjadi hambatan bagi peningkatan
kinerja guru melainkan mampu meningkatkan dan mendorong kinerja guru kearah yang lebih baik, sebab
kinerja sebagai suatu sikap dan perilaku dapat meningkat dari waktu ke waktu.
Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut diantaranya, faktor yang timbul dari dalam diri pribadi
guru seperti kepribadian guru, ataupun faktor yang timbul dari luar pribadi guru, diantaranya adalah
pengawasan kepala sekolah dan motivasi kerja (Munir, 2010). Pengawasan kepala sekolah dan Motivasi
kerja mempunyai peran penting dalam mempengaruhi kinerja guru, mempengaruhi proses pembelajaran
di kelas, serta berpengaruh pada partisipasi guru pada kegiatan di sekolah sehingga dapat meningkatkan
mutu sekolah yang baik.
Kinerja guru dapat diperbaiki dan ditingkatkan dengan manajemen kinerja guru. Untuk itu harus
ada proses pemahaman mengenai apa yang harus dicapai dengan menyatukan tujuan organisasi dengan
tujuan individu, dan bagaimana cara mengatur aktivitas dan sumber daya yang tepat agar tujuan atau
kinerja yang diinginkan dapat tercapai. Kinerja personel dapat dinilai dengan indikatorindikator kinerja,
untuk itu dikemukakan pendapat: “Indikator kinerja adalah pernyataan yang bersifat kuantitatif ataupun
kualitatif, yang menunjukan kualitas atau mutu pencapaian tujuan.”
Seorang pendidik harus memiliki beberapa kemampuan dasar sebagai upaya dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Pembelajaran dengan teknologi memungkinkan tenaga pendidik memiliki tantangan
tersendiri sehingga akan menghasilkan berbagai kecenderungan hasil pembelajaran yang berbeda-beda
(Muhammad Yusup, Marzani, 2020). Seorang pendidik salah satunya menjadi seorang fasilitator dan
motivator pada proses perkembangan kemampuan peserta didiknya. Melihat kemampuan masing-masing
siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, maka dalam menulis desain pembelajaran harus terlebih
dahulu menganalisis kondisi dan kemampuan awal siswa serta faktor pendukung lainnya (Muhammad
Yusup, Marzani, Mutia Paramita, 2021).
Departemen pendidikan dan kebudayaan telah merumuskan kemampuan-kemampuan dasar yang
harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:

3 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


1. Kemampuan personal, yang mencakup:
a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan tehadap
keseluruhan situasi pendidikan.
b. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki guru.
c. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan teladan bagi siswanya.
2. Kemampuan profesional, yang mencakup:
a. Penguasaan materi pelajaran, mencakup bahan yang akan diajarkan dan dasar keilmuan dari bahan
pelajaran tersebut.
b. Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan.
c. Penguasaan proses pendidikan, keguruan dan pembelajaran siswa.
3. Kemampuan sosial, yang mencakup:
a. Komunikasi secara efektif dengan peserta didik.
b. Komunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Komunikasi dan b ergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat
sekitar.
Lebih lanjut Depdikbud merinci ketiga kelompok kemampuan tersebut menjadi sepuluh
kemampuan dasar, yakni: “(1) Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuan. (2)
Pengelolaan program belajar mengajar. (3) Pengelolaan kelas. (4)Penggunaan media dan sumber
pembelajaran. (5) Penguasaan landasan kependidikan. (6) Pengelolaan interaksi belajar mengajar. (7)
Penilaian prestasi siswa. (8) Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan. (9) Pengenalan
dan penyelenggaraan administrasi sekolah. (10) Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil-hasil
penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran (Sukmadinata, 2015).
Dengan demikian yang akan dijadikan sintesis kinerja guru dalam penelitian ini adalah,
seperangkat perilaku nyata yang ditunjukkan oleh guru pada saat menjalankan tugas pendidikan dan
pengajaran dengan berdasarkan rumusan indikator-indikator dari kemampuan guru yang telah ditetapkan
yaitu kemampuan kepribadian, kemampuan profesional, dan kemampuan sosial.
Selain dari pada itu selain sisi kinerja kepala madrasah atau kepala sekolah juga memiliki fungsi
yaitu fungsi pengawasan. Pengawasan yang lebih sederhana mennurut johnson adalah sebagai fungsi
sistem yang melakukan penyesuaian terhadap rencana, mengusahakan agar penyimpangan-
penyimpangan tujuan sistem hanya dalam batas-batas yang dapat di toleransi. Dengan demikian dapat di
tegaskan bahwa sasaran pengawasan adalah prilaku individu sebagai orang yang memproses lancarnya
kegiatan pembelajaran dan tidak terjadi penyimpangan. Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan atau
suatu pendidikan. Pengawasan dilakukan apakah institusi pendidikan itu berjalan secara efektif, atau
mencapai taraf yang lebih unggul, ataukah pada tingkatan yang berhasil (Sagala, 2011).
Murdick memberikan definisi bahwa pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial
tetap di perlukan bagaimana rumit dan luasnya sesuatu organisasi. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap,

4 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


(1) menetapkan standar pelaksanaan, (2) pengukuran pelaksanaan pekerjaan di bandingkan dengan
standar, dan (3) menentuka kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana (Fattah, 2008).
Pengawasan kepala sekolah dapat diperbaiki dan ditingkatkan dengan manajemen kinerja guru.
Untuk itu harus ada proses pemahaman mengenai apa yang harus dicapai dengan menyatukan tujuan
organisasi dengan tujuan individu, dan bagaimana cara mengatur aktivitas dan sumber daya yang tepat
agar tujuan atau pengawasan yang diinginkan dapat tercapai. pengawasan personel dapat dinilai dengan
indicator indikator pengawasan, untuk itu dikemukakan pendapat: “Indikator pengawasan kepala sekolah
adalah pernyataan yang bersifat kuantitatif ataupun kualitatif, yang menunjukan kualitas atau mutu
pencapaian tujuan.”
Seorang pendidik harus memiliki beberapa kemampuan dasar sebagai upaya dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Departemen pendidikan dan kebudayaan telah merumuskan dimensi-dimensi dasar
yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut:
1. Dimensi pelaksanaan pengawasan
a. Kualitas program pengawasan, pelaksanaan program, serta laporan pelaksanaan program.
b. Kreativitas, inovasi, dalam penyusunan program dan aktivitas/ kedisiplinan pengawas selama
proses pelaksanaan pengawasan.
c. Komitmen pengawas dalam menjalankan tugas, kepekaannya terhadap masalah serta dalam
mengataso masalah.
2. Dimensi prestasi kerja
a. Peningkatan kinerja kepala sekolah.
b. Kebanggaan kepala sekolah terhadap proses dan hasil pengawasan serta terhadap pengawas.
c. Tingkat kepatuhan guru-guru dalam menjalankan saran/nasehat pengawas dan manfaat langsung
dalam pengembangan pembelajaran yang di perolehnya.
3. Dimensi pengembangan profesi
a. Jumlah karya tulis dalam seminar atau sejenisnya atas permintaan ( di luar tugas pengawas).
b. Jumlah karya ilmiah yang di publikasikan.
c. Jumlah karya inovatif bidang kepengawasan yang di temukan.
4. Dimensi dampak terhadap mutu sekolah
a. Penurunana jumlah dan frekuensi pelanggaran disiplin siswa pada setiap sekolah yang dibina.
d. Keberhasilan sekolah-sekolah binaan dalam menggalang partisipasi orang tua, dunia usaha dan
industry untuk meningkatkan mutu sekolah.
e. Peningkatan jumlah siswa yang berhasil pada aspek non- akademik pada setiap sekolah binaannya
seperti porseni, keagamaan dan ektrakurikuler.
Dengan demikian yang akan dijadikan sintesis pengawasan kepala sekolah dalam penelitian ini
adalah, fungsi yang berhubungan dengan pemantaun, pengamatan, pembinaan dan pengarahan yang
dilakukan oleh pimpinan lembaga pendidikan dengan berdasarkan rumusan indikator-indikator dari

5 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


dimensi-dimensi dasar yang telah ditetapkan yaitu dimensi pelaksanaan pengawasan, dimensi prestasi
kerja, dimensi pengembangan profesi, dan dimensi dampak terhadap mutu sekolah.
Pengawasan dan kinerja akan lebih terarah jika ada motivasi sebagai pendukung dalam
memberikan penguatan – penguatan inernal guru. Dimana motivasi asalnya dari kata Motif, dalam bahasa
inggris adalah Motive atau motion, lalu motivation, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak.
Artinya sesuatu yang menggerakkan terjadinya tindakan, atau disebut dengan niat (Hikmat, 2009).
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner dalam Bukunya mendefenisikan motivasi sebagai all those inner
striving conditions variously described as wishes, desires, needs, drives, and the like. Motivasi dapat
diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong
kegiatan (moves), dan mengarah atau menyalurkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi
kepuasan atau mengurangi ketidak seimbangan (Siswanto, 2010).
Dalam memotivasi bawahan, ada beberapa petunjuk atau langkah-langkah yang perlu diperhatikan
oleh setiap pemimpin sebagai berikut:
1. Pemimpin harus tahu apa yang dilakukan bawahan.
2. Pemimpin harus berorientasi kepada kerangka acuan orang.
3. Tiap orang berbeda-beda dalam memuaskan kebutuhan.
4. Setiap pemimpin harus memberikan contoh yang baik bagi karyawan.
5. Pemimpin mampu mempergunakan keahlian dalam berbentuk-bentuk.
6. Pemimpin harus berbuat dan berlaku realistis. (Sunyoto, 2013).
Tujuan diberikannya motivasi kepada karyawan atau seseorang antara lain:
1. Mendorong gairah dan semangat karyawan.
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
3. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan.
4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan.
5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan.
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan.
8. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas dan pekerjaannya. (Usman, 2010).
Berdasarkan penelitian awal yang dilakukan peneliti, didapat bahwa kinerja guru di MTS Ihya
Ulumuddin desa Sengkati Baru masih ada yang belum optimal, di antaranya timbul dari SDM (Sumber
Daya Manusia) di Madrasah tersebut yaitu faktor kurangnya pengawasan kepala sekolah dan motivasi
kerja yang akan menghambat kinerja guru tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis
paparkan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengawasan Dan Motivasi
Kerja Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di MTS Ihya Ulumuddin Desa Sengkati Baru.”

6 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


Penelitian ini akan lebih ditekankan pada pengaruh pengawasan kepala sekolah dan motivasi kerja
terhadap kinerja guru, yang pada hakikatnya merupakan salah satu kunci keberhasilan proses pelaksanaan
atau peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, tidak
semua dijadikan masalah penelitian, karena keterbatasan peneliti sehingga peneliti membatasi masalah
pada pengawasan kepala sekolah, motivasi kerja, kinerja guru, serta pengaruh antara pengawasan kepala
sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di MTS Ihya Ulumuddin desa Sengkati Baru Kecamatan
Mersam Kabupaten Batanghari.

B. METODE PENELITIAN
Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono, yang
dimaksud penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandasan pada filasafat positivisme, yang
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sempel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif /statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah diujikan (Khoiri, 2012). Lebih lanjut
Ahmad Tanzeh dengan mengutip pendapat sarwono, menjelaskan bahwa pendekatan kuantitatif lebih
mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus
didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing (Tanzeh, 2009).
Populasi adalah sekelompok objek yang ditentukan melalui kriteria tertentu dan dapat
dikategorikan kedalam objek tersebut berupa manusia, dokumen-dokumen yang dapat dianggap sebagai
objek penelitian. Sedangkan yang dimaksud dengan sasaran populasi adalah objek penelitian yang akan
digunakan untuk menjadi sasaran penelitian. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua guru di
MTS Ihya ulumuddin desa Sengkati Baru yang berjumlah 10 orang.
Sampel yang akan digunakan sesuai dengan pendapat Arikunto mengemukakan bahwa sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan apabila subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan penjelasan tersebut,
dalam penelitian ini sampel penelitiannya adalah seluruh populasi penelitian. Hal ini disebabkan karena
populasi penelitian kurang dari 100 orang, jadi peneliti menggunakan total sampling sebagai teknik
pengambilan sampelnya. Total sampling berarti menjadikan seluruh anggota populasi sebagai sampel
penelitian (Arikunto, 2010). Maka dalam penelitian ini, seluruh guru di MTS Ihya Ulumuddin desa
Sengkati Baru yang berjumalah 10 orang adalah sampel penelitian. Teknik pengumpulan data penulis
menggunakan dokumentasi, Observasi dan Kuisioner.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Uji Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini responden yang dijadikan sampel penelitian di minta untuk memilih salah
satu alternatif yang sudah disediakan. Supaya angket yang digunakan untuk mengumpul data

7 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


memberikan hasil yang objektif, maka peneliti melakukan kalibrasi instrumen, karena ketetapan
pengujian suatu hipotesis tentang pengaruh variabel penelitian sangat tergantung pada kualitas data yang
dipakai dalam pengujian tersebut. Untuk kisi – kisi instrumen sebagai berikut:

Tabel.1 Kisi Kisi Instrumen Kinerja Guru


Nomor Jumlah
NO Dimensi Indikator
Item Item
1) Kedisiplinan guru 1 1
2) Bersikap adil kepada siswa 2 1
Kemampuan
1 3) Bersikap terbuka 3 1
Personal
4) Kemampuan memotivasi Siswa 4 1
5) Kewibawaan guru 5,6 2
1) pengelolaan program belajar mengajar 7,8 2
2) penguasaan materi pelajaran 9, 10 2
3) Penggunaan media atau sumber Belajar 11, 12 2
Kemampuan
Profesional 4) pengelolaan interaksi belajar Mengajar 13, 14 2
2 5) Pengelolaan kelas 15 1
6) Penyelenggaraan bimbingan 16 1
7) Penilaian prestasi 17 1
8) Penelitian sederhana 18 1
9) Melaksanakan administrasi sekolah 19, 20 2
21 1
1) Berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman
Kemampuan 2) Berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang 22, 23 2
3
Sosial tua siswa
3) Berkomunikasi dan berinteraksi dengan kepala 24, 25 2
sekolah
Jumlah 25

Tabel.2 Kisi – Kisi Instrumen Pengawasan Kepala Madrasah


Nomor Jumlah
No Dimensi Indikator
Item Item
1) Kualitas program pengawasan 1, 2 2
pelaksanaan
1 2) Kreativitas,inovasi dalam penyusunan program 3, 4 2
pengawasan
3) Komitmen pengawas dalam menjalankan tugas 5, 6 2
1) Peningkatan kinerja kepala sekolah 7, 8,10 3
Prestasi 2) Kebanggaan kepala sekolah 11, 12 2
2
Kerja 3) Tingkat kepatuhan guru dalam menjalankan
13, 14 2
nasehat pengawas
1) Jumlah karya tulis dalam seminar 15,16 2
Pengembangan
3 2) Jumlah karya ilmiah yang di publikasikan tugas 17, 18 2
profesi
3) Jumlah karya inovatif bidang kepengawasan 19, 20 2

8 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


Dampak 1) Penurunan jumlah dan frekuensi 21 1
terhadap
4 2) Keberhasilan sekolah binaan 22, 23 2
mutu sekolah
3) Peningkatan jumlah siswa yang Berhasil 24, 25 2
Jumlah 25

Tabel.3 Kisi – Kisi Instrumen Motivasi kerja


Nomor Jumlah
No Dimensi Indikator
Item Item
1) Hubungan antar pribadi 1, 2, 3, 4 4
Motivasi 2) Penggajian/ honorarium 5,6,7,8 4
1
Eksternal 3) Supervisi kepala sekolah 9,10,11 3
4) Kondisi kerja 12,13,14 3
1) Dorongan untuk kerja 15,16 2
2) Kemajuan dalam karier 17 1
Motivasi 3) Pengakuan yang di peroleh 18,19 2
2
Internal 4) Rasa tanggung jawab dalam Pekerjaan 20,21 2
5) Minat terhadap tugas 22,23 2
6) Dorongan untuk berprestasi 24,25 2
Jumlah 25

a. Uji Validitas
Kriteria valid atau tidak valid butir instrumen yaitu jika nilai rhitung > nilai rtabel maka butir tersebut
dikatakan valid, namun jika rhitung < nilai rtabel butir dinyatakan tidak valid atau gugur pada taraf signifikasi
alfa (α) = 0,05 dengan dk = n-2 validitas suatu instrumen dapat di tentukan berdasarkan formula koefisien
korelasi product moment dari karl pearson (Muhidin, 2010). Dengan menggunakan korelasi product
moment dapat disimpulkan seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel.4 Hasil Uji validitas Instrumen
No Variabel Tidak Valid Valid Jumlah
1 Kinerja Guru 4 21 25
2 Pengawasan Kepala Madrasah 3 22 25
3 Mtivasi Kerja 4 21 25
Jumlah 11 64 75

b. Uji Reliabilitas
Instrumen penelitian juga harus reliabel (dapat diandalkan). Uji reliabilitas digunakan untuk
mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap
konsisten jika pengukuran tersebut diulang (Priyatno, 2010). Berdasarkan hasil pengolahan data
menggunakan SPSS 20 Cronbach’s Alpha untuk variabel Pengawasan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja
dan Kinerja Guru yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
No Variabel Cronbach Alpha Keterangan Reliabilitas
1 Pengawasan Kepala Sekolah 0,890 Reliabel
2 Motivasi Kerja 0,892 Reliabel
3 Kinerja Guru 0,880 Reliabel

9 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.
Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis
menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal dari
distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data
adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah statistik nonparamentrik. Dalam
pembahasan ini akan digunakan uji One Sample Kolmogrov-Smirnov dengan menggunakan taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5% atau 0,05
(Priyatno, 2010, hal. 28). Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel.6 Uji normalitas dengan Kolmogrov-Smirnov
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pengawasan Kepala
,156 14 ,200* ,861 14 ,031
Sekolah
Motivasi Kerja ,173 14 ,200* ,917 14 ,201
Kinerja Guru ,128 14 ,200* ,929 14 ,291
*. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan hasil di atas kita lihat pada kolom Kolmogrov-Smirnov dan dapat diketahui bahwa
nilai signifikan untuk kinerja guru sebesar 0,200; untuk motivasi kerja sebesar 0,200; dan untuk
Pengawasan Kepala Sekolah sebesar 0,200. Karena signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data pada variabel kinerja guru, motivasi kerja dan Pengawasan
Kepala Sekolah berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan sebagai bahan acuan untuk menentukan keputusan uji statistik.
Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah jika nilai signifikansi kecil dari 0,05
maka dikatakan varian dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama. Sebaliknya, jika
nilai signifikansi besar dari 0,05 maka dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok populasi
data adalah sama (Sugiyono, 2014). Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa
varian populasi adalah sama atau tidak. Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20
(lampiran), maka didapat data sebagai berikut:

10 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


1) Pengawasan Kepala Sekolah
Tabel.7 Hasil Uji Homogenitas
ANOVA
Kinerja Guru
Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups 192,714 10 19,271 3,854 ,147
Within Groups 15,000 3 5,000
Total 207,714 13

Dari hasil diatas dapat diketahui signifikansi variabel kinerja guru berdasarkan variabel
pengawasan kepala sekolah sebesar 0,147. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data variabel pengawasan kepala sekolah mempunyai varian yang sama.
2) Motivasi Kerja
Tabel.8 Hasil Uji Homogenitas

ANOVA
Kinerja Guru
Sum of Df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups 179,714 10 17,971 1,926 ,322
Within Groups 28,000 3 9,333
Total 207,714 13

Dari hasil diatas dapat diketahui signifikansi variabel kinerja guru berdasarkan variabel motivasi
kerja sebesar 0,322. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data variabel
motivasi kerja mempunyai varian yang sama.
c. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear
atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai persyaratan dalam analisis korelasi atau
regresi linear. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearitas dengan pada taraf
signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila signifikansi (Linearity)
kurang dari 0,05 (Priyatno, 2010, hal. 32). Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan SPSS 20,
maka didapat data sebagai berikut:
Tabel.9 Uji Linearitas Variabel Motivasi Kerja dan Kinerja Guru

ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean F Sig.
Square
(Combined) 192,714 10 19,271 3,854 ,147
Between Linearity 80,482 1 80,482 16,096 ,028
Kinerja Guru * Groups Deviation from
112,233 9 12,470 2,494 ,244
Motivasi Kerja Linearity
Within Groups 15,000 3 5,000
Total 207,714 13

11 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


Dari output diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,028. Karena
signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel motivasi kerja dan kinerja
guru terdapat hubungan yang linear.

Tabel.10 Uji Linearitas Variabel Pengawasan Kepala Sekolah dan Kinerja Guru

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean F Sig.
Square
(Combined) 179,714 10 17,971 1,926 ,322
Linearity 108,981 1 108,981 11,677 ,042
Between
Kinerja Guru * Deviation
Groups
Pengawasan from 70,733 9 7,859 ,842 ,632
Kepala Sekolah Linearity
Within Groups 28,000 3 9,333
Total 207,714 13

Dari output diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,042. Karena
signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel iklim sekolah dan kinerja
guru terdapat hubungan yang linear.
d. Uji Hipotesis
Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dibuat atau digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
Hipotesis statistik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis jalur, dengan tahapan analisis sebagai berikut:
Dalam analisis ini dapat dilihat seberapa besar variabel independen yaitu motivasi kerja dan iklim
sekolah terhadap variabel dependen yaitu kinerja guru. Adapun persamaan regresi linear berganda yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y= 8,651 + 0,267 X1 + 0,545 X2

Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


1) Konstanta (a)
Ini berarti jika semua variabel bebas (Pengawasan kepala sekolah dan motivasi Kerja) memiliki
nilai nol (0) maka nilai variabel terikat (Kinerja Guru) adalah sebesar 8,651.
2) Variabel Pengawasan Kepala Sekolah terhadap Variabel Kinerja Guru
Nilai koefisien untuk Pengawasan Kepala Sekolah sebesar 0,267 dan bertanda positif, ini
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu satuan variabel Pengawasan Kepala Sekolah maka variabel
kinerja guru akan naik sebesar 0,267 dengan asumsi variabel lainnya constant.
3) Variabel Motivasi Kerja terhadap Variabel Kinerja Guru
Nilai koefisien untuk Motivasi Kerja sebesar 0,545 dan bertanda positif, ini menunjukkan bahwa
setiap kenaikan satu satuan variabel motivasi kerja maka variabel kinerja guru akan naik sebesar 0,545
dengan asumsi variabel lainnya constant.

12 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


Dari hasil regresi berganda diatas dapat dilihat bahwa variabel pengawasan kepala sekolah
memiliki koefisien paling besar yaitu 0,545 atau sebesar 54,5% disetiap kenaikan satu satuan, sedangkan
yang memiliki nilai koefisien paling rendah yaitu variabel motivasi kerja yaitu 0,267 atau sebesar 26,7%
disetiap kenaikan satu satuan.
4) Uji T
Dasar pengambilan keputusan dalam uji t yaitu:
Ho diterima jika t hitung < t tabel atau jika nilai sig. > 0,05
Ho ditolak jika t hitung > t tabel atau jika nilai sig. < 0,05
Dari hasil analisis output dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel.11 Hasil Uji T
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 8,651 9,614 ,900 ,387
Motivasi Kerja ,267 ,242 ,279 1,104 ,293
Iklim Sekolah ,545 ,250 ,550 2,178 ,052
a. Dependent Variable: Kinerja Guru
Untuk mengetahui analisa, maka penulis menggunakan SPSS 20 yang hasilnya dapat dilihat
sebagai berikut:
a) Pengujian koefisien regresi variabel pengawasan kepala sekolah
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1
atau 14-2-1 = 11 (N adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan
pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,20099 (Priyatno, 2010, hal.
57). Berdasarkan analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 1,104 < t tabel 2,20099. Maka dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima, yang artinya pengawasan kepala sekolah tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja guru.
b) Pengujian koefisien regresi variabel kinerja guru
` Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1
atau 14-2-1 = 11 (N adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan
pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,20099 (Priyatno, 2010, hal.
55). Berdasarkan analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,178 < t tabel 2,20099. Maka dapat
disimpulkan bahwa H o diterima, yang artinya Pengawasan Kepala Madrasah berpengaruh signifikan
terhadap kinerja guru.
5) Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen (motivasi
kerja dan iklim sekolah) terhadap variabel dependen (Kinerja guru) secara stimulan (bersama-sama).
Untuk mengetahui analisa, maka penulis menggunakan SPSS 20 yang hasilnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
13 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021
Tabel.12 Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 118,828 2 59,414 7,353 ,009b
1 Residual 88,886 11 8,081
Total 207,714 13
a. Dependent Variable: Kinerja Guru
b. Predictors: (Constant), Pengawasan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja

Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, a = 5%, df 1 (jumlah variabel-1) = 2, dan df 2 (n-
k-1) atau 14-2-1 = 11 (n adalah jumlah responden dan k adalah jumlah variabel independen), hasil
diperoleh untuk f tabel sebesar 3,98 (lampiran). Dari hasil perhitungan analisis regresi diperoleh f hitung > f
tabel (7,353 > 3,98), maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh secara signifikan antara pengawasan kepala
sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru. Jadi pada kasus ini dapat
disimpulkan bahwa pengawasan kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh
terhadap kinerja guru di MTS Ihya Ulumuddin Desa Sengkati Baru.
e. Pembahasan
Dalam menjalankan tugas pengawasannya, Kepala Madrasah melaksanakannya dengan kategori
sedang. Hal ini dapat diketahui dari dimensi-dimensi pengukuran pengawasan yang mayoritas berada
pada kategori sedang, pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Dalam hal pengawasn
langsung, Kepala Madrasah telah melaksanakan tugas pengawasannya dengan kategori sedang. Hal ini
sedikit berbeda dengan pengawasan tidak langsung yang tergolong baik. Dengan demikian, dapat
diketahui bahwa Kepala Madrasah lebih banyak melakukan pengawasan secara tidak langsung.
Hal ini berarti pengawasan yang diberikan oleh kepala Madrasah kepada para guru memiliki peran
penting dalam meningkatkan kinerja para gurunya yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja MTS
Ihya Ulumuddin Desa Sengkati Baru. Dalam penelitian ini, disarankan agar pengawasan yang diberikan
kepala Madrasah terhadap guru agar dipertahankan dan ditingkatkan sehingga tidak terjadi penurunan
kinerja. Dengan demikian, tujuan Madrasah dapat dicapai dengan baik. Selain dari pada itu berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi seorang pemimpin dalam hal ini kepala Madrasah sangat
dibutuhkan dan berperan bagi guru untuk bersinergi dan menjalankan tugas dengan penuh
tanggungjawab dan hasil yang optimal yakni kinerja yang baik.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dari bab-bab sebelumnya maka dapat diambil
kesimpulan penelitian ini sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 3,909 > t tabel 1,812. Maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang artinya pengawasan kepala Madrasah berpengaruh signifikan
terhadap kinerja guru.
2. Berdasarkan analisis regresi diperoleh nilai t hitung sebesar 2,108 < t tabel 1,812. Maka dapat

14 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


disimpulkan bahwa Ho diterima, yang artinya motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja
guru.
3. Dari hasil perhitungan analisis regresi diperoleh f hitung >f tabel (16,256 > 4,74), maka Ho ditolak,
artinya ada pengaruh secara signifikan antara pengawasan kepala Madrasah dan motivasi kerja secara
bersama-sama terhadap kinerja guru. Jadi pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa pengawasan
kepala Madrasah dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja guru di MTS
Ihya Ulumuddin Desa Sengkati Baru.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2003). Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Media Wacana Press.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Fattah, N. (2008). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Hikmat. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung: CV.Pustaka Setia.

Khoiri, N. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Jepara: Institut Islam Nahdlotul Ulama'.

Muhammad Yusup. (2018, Oktober). Inovasi Manajemen Pendidikan:Lingkungan, Budaya, dan Perilaku
(Studi di SMAN Abdurrahman Sayoety Titian Teras Jambi. Nur El-Islam,, Volume 5, Nomor 2,
56. From https://ejurnal.iaiyasnibungo.ac.id/index.php/nurelislam/issue/view/24

Muhammad Yusup. (2018, Maret). Model pembelajaran berbasis pondok pesantren dalam meningkatkan
karakter santri. Jurnal At-Tasyrih, Volume 3, Nomor 2, 2.

Muhammad Yusup. (2018, Januari). Tanggung Jawab dan Otoritas Kepemimpinan Pendidikan Dalam
Islam. Idarah : Jurnal Penddikan dan Kependidikan, Volume 2 – Nomor 1, 63.
doi:https://doi.org/10.47766/idarah.v2i1.266

Muhammad Yusup, Marzani. (2020, Desember). Analisis Produktivitas Mahasiswa Institut Agama Islam
(IAI) Nusantara Batanghari Melalui Pembelajaran Online. Produ: Prokurasi Edukasi Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, Volume 2, Nomor 1, , 2. doi:DOI : 10.15548/p-
prokurasi.v2i1.2043

Muhammad Yusup, Marzani, Mutia Paramita. (2021, Juni). The Influence of the Scientific Approach on
the Learning Interest. Al-Ishlah: Jurnal Pendidikan, Vol.13 (1) June, 2021, 328. doi:DOI:
10.35445/alishlah.v13i1.456

Muhidin, S. A. (2010). Analisis Korelasi. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Munir, A. (2010). Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Priyatno, D. (2010). Mandii Belajar SPSS untuk analisis data dan uji statistik. Yogyakarta: Buku Kita.

Sagala, S. (2011). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Siswanto, B. (2010). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Subroto, S. (1998). Dimensi - Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Bina Aksara.

15 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021


Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2015). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sunyoto, D. (2013). Teori, Kuisioner, dan Analisis data sumber daya manusia. Yogykarta: Buku Seru.

Tanzeh, A. (2009). Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras.

Usman, H. (2010). Manajemen:Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Yamin, M. (2017). Sertifiksai Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press.

16 | Pendig : Jurnal Pendidikan Guru dan Dosen, Vol. 01 No. 02 2021

You might also like