You are on page 1of 22

P-ISSN 0216-8138 | E-ISSN 2580-0183

Media Komunikas Geografi Vol. 20, No.2, Desember 2019 (128 - 149)
DOI: 10.23887/mkg.v20i2.19491
© 2019 FHIS UNDIKSHA dan IGI

Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro


Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
Masuk: 29 08 2019 / Diterima: 09 10 2019 / Dipublikasi: 31 12 2019
© 2019 Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial UNDIKSHA dan IGI

Abstract This study aims to analyze the level of village development in Bojonegoro and analyze the
spatial pattern of the distribution of underdeveloped villages in Bojonegoro Regency. The type of this
research is descriptive survey research with quantitative and qualitative approaches based on primary
and secondary data analysis. This study uses factor analysis to determine the level of village
development and also determine the factors of level development variations and analysis of village
typology to analyze the spatial patterns of the distribution of underdeveloped villages in Bojonegoro
Regency. From the results of the study, it can be seen that the level of villages development in
Bojonegoro is dominated by developing villages with a percentage of 63.72% and only 16.05% of
villages with a lagging category. Villages with disadvantaged categories are generally located in hilly
areas and around Bengawan Solo. The level of development of the village area in the Bojonegoro
Regency is formed by a distance of public facilities factors, natural resource factors, health and
poverty factors, disaster mitigation factors, industry, marketing, electricity users factors, and the
proportion of schools, the proportion of health workers factors. Underdeveloped villages in Bojonegoro
are divided into eight typologies, namely underdeveloped villages in inter-city corridor plains totaling
ten villages, backward villages in rural plains totaling 22 villages, backward villages in periphery plains
totaling 14 villages, isolated terrain villages only one village, backward villages in Inter-city corridor
hills totaled four villages, underdeveloped villages in rural hills totaled 11 villages, and backward
villages in isolated hills totaled eight villages. In contrast, the villages in the urban areas are not
included in the underdeveloped category.

Key words: Level of Development Regions, Village Tipology; Underdeveloped Villages

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perkembangan desa di Kabupaten
Bojonegoro dan menganalisis pola spasial persebaran desa tertinggal di Kabupaten Bojonegoro.
Jenis penelitian ini berupa penelitian survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif
yang berbasis pada analisis data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan analisis faktor
untuk menentukan tingkat perkembangan desa serta menentukan penyebab variasi tingkat
perkembangan dan analisis tipologi desa untuk menganalisis pola spasial persebaran desa tertinggal
di Kabupaten Bojonegoro. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan wilayah
desa-desa di Kabupaten Bojonegoro di dominasi oleh desa dengan kategori berkembang dengan
presentase 63,72% dan hanya 16,05% desa dengan kategori tertinggal. Desa dengan kategori
tertinggal umumnya berada pada daerah perbukitan dan di sekitar Bengawan Solo. Tingkat
perkembangan wilayah desa di Kabupaten Bojonegoro dibentuk oleh faktor jarak fasilitas umum,
faktor sumberdaya alam, faktor kesehatan dan kemiskinan, faktor mitigasi bencana, faktor industri,
pemasaran, pengguna listrik dan faktor proporsi sekolah, proporsi tenaga kesehatan. Desa tertinggal
di Bojonegoro dibagi kedalam 8 tipologi, yaitu desa tertinggal di dataran koridor antar kota berjumlah
10 desa, desa tertinggal di dataran perdesaan berjumlah 22 desa, desa tertinggal di dataran pinggiran
berjumlah 14 desa, desa tertinggal dataran terisolasi hanya 1 desa, desa tertinggal di perbukitan
koridor antar kota berjumlah 4 desa, desa tertinggal di perbukitan perdesaan berjumlah 11 desa, dan
desa tertinggal di perbukitan terisolasi berjumlah 8 desa, sedangkan desa di dataran kota tidak tidak
ada yang masuk dalam kategori tertinggal.

Kata kunci : Tingkat Perkembangan Wilayah; Tipologi Desa; Desa Tertinggal

1. Pendahuluan dengan daerah lain mengakibatkan


Keberagaman kondisi antar daerah perbedaan kesempatan ekonomi
daerah,sehingga pertumbuhan setiap
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada daerah tidak bisa disamakan (Luthfi
ululalbab8080@gmail.com Muta’ali, 2011). Ketidakmerataan
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

pembangunan suatu wilayah ini tidak kemiskinan masyarakat di wilayahnya


sejalan dengan tujuan pembangunan (Bhattacharyya & Resosudarmo, 2014).
nasional yang selain berfokus pada Selain pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan (growth), juga berfokus pada pemerataan sebagai implementasi tujuan
pemerataan (equity), kesejahteraan pembangunan nasioanal juga harus dapat
(welfare) dan keberlanjutan (sustainability) terealisasikan agar jurang pemisah antar
(Muta’ali, 2014). Williamson (dalam daerah maju dan tertinggal dapat di
(Muta’ali, 2015) menyatakan bahwa minimalkan. Perihal implementasi
ketimpangan pada tahap awal pemerataan di Indonesia masih memiliki
pembangunan akan semakin membesar beberapa tantangan terutama tantangan
dan terkonsentrasi didaerah tertentu. dari aspek fisik atau geografisnya, tidak
Konsentrasi ketimpangan dapat terkecuali pada tiap-tiap kabupaten/kota di
memunculkan suatu daerah tertinggal Indonesia yang seringkali hanya berfokus
yang dapat dibagi menjadi beberapa pada pertumbuhan ekonomi tetapi
tipologi. Tipologi dimaksudkan untuk ketimpangan antar wilayah
mengenali secara spesifik potensi dan dikabupatennya cukup tinggi dikarenakan
masalah beserta peluang kondisi fisik atau geografisnya.
pengembangannya. Sejarah kemiskinan di Bojonegoro
Daerah tertinggal pada dasarnya sudah terjadi sangat lama, bahkan sejak
memiliki potensi sumberdaya yang dapat jaman kolonialisme Belanda. Berdasar
dikembangkan berdasar tipologi data BPS pada tahun 2008 kondisi jalan di
wilayahnya. Pemanfaatan sumberdaya Bojonegoro 80% rusak, tingkat kemiskinan
secara optimal dapat menstimulus 18,78% serta masih rendahnya tingkat
kegiatan perekonomian daerah dan kepercayaan masyarakat kepada
berpeluang menciptakan keunggulan pemerintah dan pengelolaan bencana
komparatif. Menurut Muta’ali (2015) belum maksimal. Meski berlimpah
negara berkembang pada umumnya sumberdaya alam, masyarakat
memiliki keunggulan komparatif pada Bojonegoro masih mengalami kemiskinan
sektor sumberdaya alam dan bahan baku. hingga pada tahun 2007 Bojonegoro
Hasil penelitian terhadap pertumbuhan, menempati daerah termiskin ketiga di
percepatan pertumbuhan dan kemiskinan Jawa Timur (BPS, 2007). Panders (1984)
di Indonesia antara wilayah yang mengatakan bahwa kemiskinan
bertumpu pada sektor pertambangan dan Bojonegoro sudah sangat mewabah.
wilayah yang bertumpu pada sektor non Tanah yang gersang dan sulit ditanami
pertambangan mengemukakan bahwa tumbuhan, tanaman dibantaran Bengawan
pertumbuhan ekonomi pada sektor non Solo yang sering diterjang banjir. Panders
pertambangan khususnya pertanian, menambahkan penyebab kemiskinan di
industri dan jasa dapat mengurangi Bojonegoro antara lain minimnya irigasi,
kemiskinan dan kesenjangan masyarakat. diskriminasi pendidikan serta hutang
Selain itu pertumbuhan ekonomi pada kepada rentenir. Namun sekarang kondisi
sektor pertanian, industri dan jasa memicu Bojonegoro berangsur-angsur membaik
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan serta hingga tahun 2016 Bojonegoro berhasil
dapat mengurangi kemiskinan dan keluar dari 10 besar daerah termiskin di
kesenjangan yang ada di wilayahnya. Jawa Timur.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang Sugiyarto, Mulyo, & Seleky (2015)
terjadi di sektor pertambangan menyatakan bahwa angka kemiskinan
menimbulkan kesenjangan dan rumah tangga di Bojonegoro sekitar 15%
jika mengacu kriteria dari BPS, sedangkan

129 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

lebih dari 40% rumah tangga yang ketimpangan Bojonegoro harus


tergolong miskin jika mengacu kriteria dari diminimalkan sesegera mungkin, baik
ADB dan Bank Dunia. BPS menyatakan ketimpangan pembangunan ataupun
bahwa tahun 2016 angka kemiskinan di ekonomi agar kesejahteraan masyarakat
Bojonegoro turun dari 15,71% menjadi dapat tercapai.
14,60%. Meskipun angka kemiskinan Penelitian mengenai
menurun, tetapi untuk indeks kedalaman pengembangan wilayah tertinggal sudah
dan keparahan kemiskinan justru pernah dilakukan oleh beberapa orang
mengalami peningkatan. Indeks terdahulu. Penelitian-penelitian tersebut
kedalaman kemiskinan dari 2,01% dilakukan di beberapa lokasi dengan
menjadi 2,41% di tahin 2016. Indeks metode, pendekatan dan unit analisis
keparahan kemiskinan dari 0,42% menjadi yang berbeda-beda. Unit analisis yang
0,54% diyahun 2016. Hal ini pernah dikaji oleh beberapa peneliti
mengindikasikan bahwa mayoritas terdahulu yaitu kecamatan dan kabupaten
masyarakat miskin level bawah justru seperti penelitian mengenai ketimpangan
semakin menjauh dibawah garis perkembangan wilayah yang dilakukan
kemiskinan serta realita ketimpangan oleh Ardiyanto (2018) untuk menganalisis
semakin jelas adanya. tipologi wilayah di Kota Palembang dan
Secara geografis, Bojonegoro menganalisis faktor-faktor penentu dalam
dilalui oleh Bengawan Solo mengalir dari permasalahan ketimpangan di Kota
selatan, kemudian mengalir ke arah timur Palembang. Perbedaan penelitian
disepanjang wilayah utara Bojonegoro Ardiyanto (2018) dengan penelitian ini
melewati 15 kecamatan. Bagian utara terletak pada variabel-variabel yang
merupakan Daerah Aliran Sungai digunakan untuk mengukur disparitas
Bengawan Solo yang cukup subur dengan pada penelitiannya adalah indikator
pertanian yang ekstensif. Bagian selatan ekonomi berupa Indeks Ekonomi tiap
adalah pegunungan kapur yang kelurahan sedangkan dalam penelitian ini
merupakan rangkaian Pegunungan variabel yang digunakan adalah letak
Kendeng. Bagian barat laut adalah bagian geografis, sumberdaya alam, sumberdaya
dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. manusia, prasarana dan sarana serta
Daerah Bojonegoro merupakan daerah kerawanan bencana alam. Perbedaan
yang minim kegiatan vulkanik sehingga selanjutnya terletak pada pembagian
jarang sekali ditemui batuan beku. tipologi, Ardiyanto (2018) hanya membagi
Umumnya daerah Bojonegoro merupakan berdasar aspek fisik sedangkan dalam
dataran rendah yang yang dianugerahi penelitian ini selain memperhatikan aspek
aliran Sungai Bengawan Solo sebagai fisik namun juga memperhatikan aspek
seumber irigasi pertanian. menuju pusat pertumbuhan.
Menjadikan Bojonegoro sebagai Selanjutnya Chen & Ge (2015)
sumber ekonomi kerakyatan, dan sosial melakukan penelitian mengenai analisis
budaya lokal untuk terwujudnya titik pola spasial pada desa miskin di Cina.
masyarakat yang beriman, sejahtera dan Desa-desa tertinggal di dapat dari data
berdaya saing merupakan visi dan misi pemerintah Cina pada tahun 2011. Desa-
yang diusung Bojonegoro sebagai dasar desa tertinggal tersebut dianalisis dengan
pembangunan wilayahnya. Terdapat Fungsi K Ripley dan Rasio Tetangga
prinsip kerakyatan dalam pemanfaatan terdekat untuk mengetahui karakteristik
sumberdaya Bojonegoro untuk pada tiap pola spasial desa tertinggal
kesejahteraan masyarakat. Demi selanjutnya menganalisis hubungan tiap
terwujudnya kesejahteraan tersebut, pola dengan faktor alam, sosial, dan

130 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

hubungan tetangga antar desa. 2) Jumlah fasilitas kesehatan


Perbedaan penelitian Chen dan Ge (2015) 3) Proporsi pengguna listrik
dengan penelitian ini adalah pembagian 4) Jumlah operator telepon seluler
pola spasialnya, dalam penelitian ini pola 5. Kerawanan bencana alam
spasial dibagi dengan aspek yang lebih 1) Jumlah kejadian bencana alam
spesifik yaitu aspek fisik fisik dan jarak Pola spasial persebaran desa
menuju pusat pertumbuhan sedangkan tertinggal di Kabupaten Bojonegoro
penelitian Chen & Ge (2015) lebih dengan memperhatikan beberapa variabel
menekankan pada bentuk pola spasial yaitu :
desa tertinggal apakah mengelompok atau 1. Tingkat perkembangan wilayah desa
menyebar saja. 1) Jumlah desa tertinggal
Berdasarkan pemaparan tersebut, 2. Kondisi fisik
penulis juga merasa perlu untuk 1) Perbukitan
mengidentifikasi tingkat perkembangan 2) Dataran
desa dan faktor penyebab adanya variasi 3. Kondisi posisi geografis terhadap
tingkat perkembangan desa di Kabupaten pusat pertumbuhan
Bojonegoro. Selanjutnya menganalisis 1) Desa di kota
pola spasial persebaran desa tertinggal 2) Desa di pinggiran kota
berdasarkan keterkaitan kondisi 3) Desa di koridor antar kota
lingkungan fisik serta posisi geografis 4) Desa di perdesaan
terhadap pusat pertumbuhan. 5) Desa yang terisolasi

2. Metode Metode analisis faktor dapat


Jenis penelitian ini berupa digunakan untuk mengelompokkan
penelitian survei deskriptif dengan wilayah berdasar karakteristik utama suatu
pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang kasus studi dengan sejumlah variabel
berbasis pada analisis data primer dan yang besar (multivariabel). Analisis faktor
sekunder. mampu mereduksi sejumlah variabel
Tingkat perkembangan wilayah menjadi beberapa faktor yang jumlahnya
desa dihitung dengan memperhatikan lebih kecil dari variabel keseluruhan yang
beberapa variabel yaitu : digunakan tetapi memiliki informasi yang
1. Letak Geografis hampir sama serta dapat melihat indikator-
1) Jarak desa ke pusat kecamatan. indikator mana yang dominan.
2) Jarak menuju fasilitas kesehatan Variabel tingkat perkembangan
3) Jarak menuju fasilitas pendidikan wilayah tersebut diolah menggunakan
4) Jarak menuju fasilitas ekonomi analisis faktor. Analisis faktor bertujuan
2. Sumberdaya Alam untuk menemukan hubungan antar
1) Luas sawah beberapa variabel yang saling independen
2) Jumlah ternak satu dengan yang lainnya sehingga dapat
3) Jumlah industri dikelompokkan menjadi satu atau
3. Sumberdaya Manusia beberapa kumpulan variabel yang disebut
1) Proporsi penduduk dengan gizi buruk faktor, faktor tersebut adalah ringkasan
dan cacat dari beberapa variabel awal. Analisis
2) Proporsi tenaga kesehatan faktor juga digunakan untuk mengetahui
3) Proporsi sd, smp dan sma klasifikasi desa-desa di Kabupaten
4) Proporsi penduduk miskin Bojonegoro serta dapat diketahui besaran
4. Prasarana dan Infrastruktur pengaruh masing-masing faktor dalam
1) Jumlah fasilitas ekonomi

131 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

variasi tingkat perkembangan wilayah pegunungan, perbukitan, dataran,


desa-desa di Kabupaten Bojonegoro. pesisir/pantai, dan pulau kecil serta
Analisis Tipologi Desa berdasar aspek posisi geografis terhadap
Analisis tipologi desa dalam pusat pertumbuhan seperti desa di kota
penelitian ini merupakan analisis (urban), desa di pinggiran kota, desa di
pengelompokan desa-desa tertinggal koridor antar kota, desa di perdesaan, dan
ditinjau dari aspek spasial yaitu berdasar desa terisolasi.
lingkungan fisik dan jarak desa tertinggal
tersebut menuju pusat pertumbuhannya. 3. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Tingkat Perkembangan Wilayah Desa-
Pedoman Penyusunan dan Desa di Kabupaten Bojonegoro
Pendayagunaan Data Profil Desa dan Data-data variabel dalam
Kelurahan menjelaskan bahwa Tipologi penelitian ini didapat dari data potensi
Desa merupakan suatu kondisi yang desa yang dikeluarkan BPS tahun 2018
spesifik dari keunggulan potensi dan kecamatan dalam angka tahun 2018.
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, Variabel yang dianggap layak adalah
potensi kelembagaan serta potensi variabel dianggap mewakili seluruh
saranana prasarana dalam menentukan variabel yang digunakan. Variabel yang
arah pengembangan dan pembinaan kurang layak akan dikeluarkan dari
masyarakat. Potensi-potensi tersebut analisis dan dilakukan pengujian ulang
dapat dikelompokkan berdasarkan hingga semua variabel yang diuji dianggap
karakteristik yang sama antar wilayah layak.
kedalam satu tipologi wilayah yang sama. Berdasarkan hasil analisis faktor
Pengelompokan tersebut berdasar atas dengan menggunakan 5 variabel (16
kesamaan ciri-ciri wilayah dan indikator) sebagai variabel penentu tingkat
masyarakatnya untuk mencapai tujuan perkembangan wilayah. Tahap awal
tertentu. dihasilkan output KMO and Barlett’s Test
Pengelompokan dalam penelitian yang menggambarkan angka signifikansi
ini berdasar aspek fisik seperti desa dari variabel-variabel yang diuji.

Tabel 1. Tabel KMO and Barlett’s Test


untuk Kelayakan Variabel Tingkat Perkembangan Wilayah
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,603
Bartlett's Approx. Chi-Square 398,034
Test of Df 120
Sphericity Sig. 0,000
Sumber: Analisis Data Primer, 2019

Berdasarkan Tabel 1 didapatkan dengan simbol “a” yang berderet secara


angka KMO and Barlett’s Test sebesar diagonal dari kiri atas hingga kanan
0,603 (>0,5) serta signifikansi 0,000 yang bawah. Variabel dengan nilai korelasi <0,5
jauh di bawah 0,05 yang berarti variabel akan dikeluarkan dari analisis faktor dan
dan jumlah data yang digunakan sudah dilakukan pengujian ulang. Pada uji yang
dapat dianalisis lebih lanjut. Output pertama, output anti image correlation
berikutnya yang dianalisis adalah Anti- seluruh variabel memiliki nilai korelasi
image Matrics, khususnya pada bagian >0,5, hal itu menunjukkan bahwa semua
anti image correlation. Pada anti image variabel saling berkorelasi dan akan
correlation, angka korelasi ditandai mempunyai kecenderungan untuk

132 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

mengelompok serta membentuk faktor tersebut mampu menjelaskan 51,627%


tertentu. penyebab terjadinya variasi tingkat
Setelah output anti image perkembangan wilayah di Kabupaten
correlation dilanjutkan dengan output Total Bojonegoro. Jadi dalam penelitian ini,
Variance Explained yang bertujuan untuk variabel-variabel yang digunakan kurang
mengetahui informasi terkait faktor merepresentasikan penyebab terjadinya
penyebab variasi tingkat perkembangan variasi tingkat perkembangan wilayah di
yang akan terbentuk. Hal yang menjadi Kabupaten Bojonegoro karena mayoritas
perhatian dalam Total Variance Explained variabel yang digunakan adalah variabel
adalah asumsi dasar dalam angka yang berhubungan dengan variabel
eigenvalues, di mana angka yang penyebab variasi tingkat perkembangan
digunakan adalah angka faktor diatas 1, wilayah yang berasal dari dalam (internal)
sedangkan angka faktor yang di bawah 1 desa-desa tersebut seperti variabel letak
tidak digunakan untuk menghitung faktor geografis, sumberdaya alam, sumberdaya
yang terbentuk. Angka eigenvalues dalam manusia, sarana dan prasaran serta
output Total Variance Explained kerawanan bencana alam. Sedangkan
menunjukkan bahwa ada 6 faktor utama untuk faktor dari luar (eksternal) seperti
yang mampu menjelaskan variasi tingkat faktor historis, politis, kebijakan, dan
perkembangan wilayah dalam penelitian administratif kemungkinan besar cukup
ini. Enam faktor tersebut didasarkan pada berpengaruh juga untuk menjadi
angka eigenvalues yang nilainya diatas 1. penyebab terjadinya variasi tingkat
Keseluruhan variabel dalam penelitian ini perkembangan wilayah di Kabupaten
diringkas menjadi 6 faktor dengan besaran Bojonegoro. Untuk lebih jelasnya
initial eigenvalues secara cumulative mengenai data pada Total Variance
adalah 51,627% yang artinya 6 faktor Explained, seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Total Variance Explained


Initial Eigenvalues Rotation Sums of Squared Loadings
Component Total Total % of Cumulative % of Cumulative
Variance % Variance %
1 1,972 1,562 9,761 9,761 12,324 12,324
2 1,607 1,512 9,451 19,212 10,047 22,370
3 1,342 1,430 8,935 28,147 8,387 30,757
4 1,182 1,414 8,840 36,987 7,390 38,147
5 1,097 1,184 7,400 44,387 6,859 45,006
6 1,059 1,158 7,240 51,627 6,621 51,627
7 0,984 6,150 57,777
8 0,933 5,834 63,611
9 0,913 5,704 69,315
10 0,814 5,091 74,406
11 0,801 5,003 79,409
12 0,742 4,636 84,045
13 0,691 4,316 88,362
14 0,656 4,103 92,464
15 0,624 3,898 96,362
Sumber: Analisis Data Primer, 2019

Analisis faktor dapat menghasilkan nilai mencari total score tiap desa yang didapat
skor faktor yang digunakan untuk melalui rumus % of Variance dikalikan
menyusun indeks komposit dengan cara dengan nilai faktor 1 hingga 6 sehingga di

133 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

dapat persamaan total skor desa x = persebaran data dalam perhitungan tingkat
(9,761 x nilai skor faktor 1) + (9,451 x nilai perkembangan wilayah tiap desa serta
skor faktor 2) + (8,935 x nilai skor faktor 3) supaya proporsi tiap kelas intervalnya
+ (8,840 x nilai skor faktor 4) + (7,400 x rasional.
nilai skor faktor 5) + (7,240 x nilai skor Berdasarkan perhitungan maka di
faktor 6). Nilai % variance yang digunakan perolehan interval di tiap-tiap kelas yaitu 1)
adalah nilai varian yang terdapat pada untuk kelas maju, merupakan desa dengan
kolom Rotation Sums of Squared Loadings skor tingkat perkembangan wilayah >
di tabel Total Variance Explained. 21,505, 2) untuk kelas berkembang,
Kemudian dari total skor tersebut merupakan desa dengan skor tingkat
diklasifikan menjadi desa tertinggal, perkembangan wilayah antara 21,504
berkembang dan maju dengan cara hingga -8,5450, dan 3) untuk kelas
menghitung interval di tiap-tiap kelas. tertinggal, merupakan desa dengan skor
Penelitian ini menggunakan perhitungan tingkat perkembangan wilayah < -
>r+sd untuk menentukan kelas maju, 8,5451Lebih jelas mengenai tingkat
(r+sd) sampai (<r-sd) untuk kelas perkembangan wilayah desa-desa di
berkembang dan <r-sd untuk kelas Kabupaten Bojonegoro seperti terlihat
tertinggal sesuai dengan keadaan pada Tabel 3 dan Gambar 1.

Tabel 3. Tingkat Perkembangan Wilayah Desa di Kabupaten Bojonegoro


Tingkat Perkembangan Wilayah
Kecamatan Maju Berkembang Tertinggal Jumlah
% % %
(Desa) (Desa) (Desa)
Margomulyo 1 16,7 2 33,3 3 50,0 6
Ngraho 0 0,0 15 93,8 1 6,3 16
Tambakrejo 4 22,2 11 61,1 3 16,7 18
Ngambon 0 0,0 3 60,0 2 40,0 5
Sekar 0 0,0 1 16,7 5 83,3 6
Bubulan 0 0,0 5 100,0 0 0,0 5
Gondang 0 0,0 2 28,6 5 71,4 7
Temayang 2 16,7 5 41,7 5 41,7 12
Sugihwaras 6 35,3 10 58,8 1 5,9 17
Kedungadem 9 39,1 12 52,2 2 8,7 23
Kepohbaru 5 20,0 19 76,0 1 4,0 25
Baureno 8 32,0 15 60,0 2 8,0 25
Kanor 5 20,0 14 56,0 6 24,0 25
Sumberejo 7 26,9 18 69,2 1 3,8 26
Balen 5 21,7 16 69,6 2 8,7 23
Sukosewu 4 28,6 8 57,1 2 14,3 14
Kapas 3 14,3 15 71,4 3 14,3 21
Bojonegoro 5 27,8 13 72,2 0 0,0 18
Trucuk 1 8,3 8 66,7 3 25,0 12
Dander 5 31,3 10 62,5 1 6,3 16
Ngasem 2 11,8 15 88,2 0 0,0 17
Gayam 2 16,7 8 66,7 2 16,7 12
Kalitidu 3 16,7 14 77,8 1 5,6 18
Malo 0 0,0 12 60,0 8 40,0 20
Purwosari 2 16,7 4 33,3 6 50,0 12
Padangan 3 18,8 12 75,0 1 6,3 16
Kasiman 5 50,0 5 50,0 0 0,0 10
Kedewan 0 0,0 2 40,0 3 60,0 5
Jumlah 87 20,23 274 63,72 69 16,05 430
Sumber: Analisis Data Primer, 2019

134 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

Gambar 1. Peta Tingkat Perkembangan Wilayah Desa di Kabupaten Bojonegoro

Gambar 1 menunjukkan tingkat menyulitkan akses menuju daerah


perkembangan wilayah setiap desa di tersebut, ditambah lagi jika kualitas jalan
Kabupaten Bojonegoro. Terdapat yang ada cukup buruk. Selain
beberapa kecamatan yang memiliki terkonsentrasi di wilayah perbukitan,
jumlah desa tertinggal lebih dari 50% desa-desa tertinggal juga menyebar di
seperti Kecamatan Margomulyo dengan sekitar aliran Bengawan Solo yang
50% desanya masuk kategori tertinggal, melintas dari sisi timur menuju sisi utara
Kecamatan Sekar 83%, Kecamatan Kabupaten Bojonegoro.
Gondang 71,4%, Kecamatan Purwosari Desa kategori maju banyak
50%, dan Kecamatan Kedewan 60%. berada di daerah Kabupaten
Mayoritas kecamatan dengan jumlah Bojonegoro tengah dengan relief yang
desa tertinggal diatas 50% adalah cukup landai. Desa dengan kategori
Kecamatan yang daerahnya berupa tertinggal banyak berada pada daerah
perbukitan dan hanya Kecamatan dengan relief berbukit seperti daerah di
Purwosari yang berada didaerah sebelah barat laut dan selatan
dataran. Hal ini menggambarkan bahwa Kabupaten Bojonegoro yang merupakan
kondisi geografis berupa perbukitan daerah bukit kapur. Desa dengan
kapur berdampak pada tingkat kategori berkembang tersebar merata di
perkembangan wilayah suatu daerah. seluruh Kabupaten Bojonegoro dengan
Daerah perbukitan menyajikan bentang jumlah 274 desa atau 63,72% desa di
lahan yang bergelombang sehingga Kabupaten Bojonegoro berstatus

135 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

berkembang menurut perhitungan yang berada pada jalur arteri


peneliti. penghubung Ngawi dan Bojonegoro. Di
Presentase desa tertinggal di sekitar jalan arteri Ngawi – Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro terbilang rendah masih didominasi dengan hutan
yaitu 16,05%. Angka tersebut lebih kecil khususnya hutan jati dan kondisi
daripada presentase desa maju sebesar lingkungan berbukit. Area yang
20,23% sedangkan presentase mayoritas adalah hutan merupakan
terbanyak adalah desa-desa yang salah satu faktor penghambat
masuk dalam kategori berkembang perkembangan desa-desa tersebut. Hal
sebesar 63,72%. Hal ini menunjukkan yang sama terjadi juga pada Desa
bahwa Kabupaten Bojonegoro saat ini Kedungsari yang berada pada jalan
sedang bangkit untuk mengentaskan arteri Nganjuk – Bojonegoro juga
desa-desa tertinggal di wilayahnya mengalami ketertinggalan berdasarkan
sehingga banyak desa yang masuk perhitungan peneliti. Selain di sepanjang
dalam kategori berkembang. Banyaknya jalan arteri, desa tertinggal juga cukup
desa berkembang ini juga didukung oleh banyak ditemukan di daerah sebelah
pembangunan sarana dan prasarana utara Bengawan Solo.
demi menunjang kehidupan warga di Desa dengan kategori maju
Kabupaten Bojonegoro. sering kali merupakan pusat kegiatan
Desa dengan kategori tertinggal ataupun letaknya berdekatan dengan
umumnya memiliki fasilitas yang sangat pusat kota dan pusat kegiatan seperti
terbatas, yang artinya tidak semua kegiatan sosial serta ekonomi pada
fasilitas dasar tersedia di desa tersebut. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dan Pusat
Selain keterbatasan fasilitas, Pelayanan Kawasan (PPK) yang tertera
aksesibilitas menuju desa tertinggal juga dalam dokumen RTRW Kabupaten
kurang memadai seperti kondisi jalan Bojonegoro Pasal 7. Ada juga beberapa
yang masih berupa tanah dan sempit desa yang masuk dalam kategori maju
serta minim penerangan. Kondisi yang karena berdekatan dengan wilayah
serba terbatas tersebut disebabkan pertambangan minyak bumi sehingga
letak desa tersebut yang umumnya secara fasilitas, wilayah tersebut cukup
cukup jauh dari pusat-pusat kegiatan lengkap seperti Desa Gayam.
seperti desa-desa di Kecamatan Sekar Selain dapat digunakan untuk
dan Gondang yang berbatasan dengan menentukan tingkat perkembangan
Kabupaten Madiun dan Nganjuk wilayah, analisis faktor juga dapat
sehingga daerah-daerah tersebut digunakan untuk menentukan penyebab
kurang mendapat perhatian. Medan terjadinya variasi tingkat perkembangan
yang sulit juga menjadi penyebab lain wilayah. Faktor penyebab tersebut
ketertinggalan suatu desa. dapat dilihat pada tabel Rotated
Desa kategori maju umumnya Component Matrix. Component yang
merupakan desa yang letaknya dekat bernilai >0,5 dan >-0,5 digunakan untuk
dengan jalan arteri yang menentukan faktor penyebab terjadinya
menghubungkan Blora – Bojonegoro – variasi tingkat perkembangan wilayah.
Lamongan namun tidak semua desa di Untuk lebih jelasnya mengenai tabel
jalan arteri masuk dalam kategori maju Rotated Component Matrix dapat dilihat
seperti Desa Geneng dan Desa Tebon pada Tabel 4.

136 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

Tabel 4. Rotated Component Matrix


Component
Indikator
1 2 3 4 5 6
I 0,697 -0,004 -0,043 0,035 -0,041 0,035
II 0,602 0,018 0,106 0,261 -0,040 -0,026
III 0,578 -0,017 0,015 -0,075 0,065 -0,093
IV 0,014 0,736 0,058 0,087 0,157 0,083
V 0,089 0,544 0,025 0,252 0,010 0,083
VI 0,173 -0,544 0,203 0,343 0,148 0,124
VII -0,297 0,016 0,623 0,031 0,021 -0,089
VIII 0,258 -0,308 0,615 0,093 -0,081 0,008
IX 0,282 0,208 0,526 -0,085 0,236 0,111
X 0,104 0,101 -0,102 0,732 0,028 -0,206
XI -0,008 0,071 0,094 0,717 -0,052 0,178
XII -0,100 0,137 -0,026 -0,138 0,698 -0,021
XIII -0,022 0,193 0,004 -0,235 -0,521 0,284
XIV 0,194 0,126 0,351 0,016 0,500 0,305
XV -0,159 0,156 0,052 -0,010 -0,128 0,738
XVI 0,154 -0,358 -0,427 0,097 0,197 0,553
Sumber: Analisis Data Primer, 2019

Keterangan Indikator:
I : Jarak Fasilitas Ekonomi IX : Jumlah Fasilitas Kesehatan
II : Jarak Fasilitas Pendidikan X : Jarak Fasilitas Kesehatan
III : Jarak Pusat Kecamatan XI : Jumlah Bencana Alam
IV : Luas Sawah XII : Jumlah Industri
V : Jumlah Ternak XIII : Proporsi Pengguna Listrik
VI : Jumlah Operator Selluler XIV : Jumlah Fasilitas Ekonomi
VII : Proporsi Penduduk Gizi Buruk XV : Proporsi Sekolah
VIII : Jumlah Penduduk Miskin XVI : Proporsi Tenaga Kesehatan

Data pada Tabel 4 dan didasarkan ketersediaan fasilitas sangat


pada asumsi bahwa pengelompokan mempengaruhi pembangunan wilayah.
variabel ke dalam suatu faktor ditentukan Sejalan dengan penelitian ini,
oleh nilai faktor loading, faktor 1 (Faktor ketersediaan fasilitas, khususnya fasilitas
Jarak Fasilitas Umum) terdiri dari jarak sosial berperan krusial dalam mendukung
fasilitas ekonomi, jarak fasilitas pengembangan wilayah (Sadali, Intizhar,
pendidikan, jarak pusat kecamatan, faktor & Aisyah, 2017).
2 (Faktor Sumberdaya Alam) terdiri dari
luas sawah, jumlah ternak, jumlah Pola Spasial Wilayah Tertinggal di
operator, faktor 3 (Kesehatan dan Kabupaten Bojonegoro
Kemsikinan) terdiri dari proporsi penduduk Desa-desa tertinggal di Kabupaten
gizi buruk, jumlah penduduk miskin, Bojonegoro berada pada beberapa
jumlah fasilitas kesehatan, faktor 4 (Faktor topografi dan posisis geografis yang
Mitigasi Bencana) terdiri dari jarak fasilitas berbeda-beda. Aspek topografi wilayah
kesehatan dan jumlah bencana alam, dan posisi geografis juga dapat menjadi
faktor 5 (Faktor Industri, Pemasaran dan pengaruh atau penyebab ketertinggalan
Pengguna Listrik) terdiri dari jumlah suatu daerah. Pada daerah perbukitan di
industri, proporsi pengguna listrik, jumlah utara dan selatan Kabupaten Bojonegoro,
fasilitas ekonomi, faktor 6 (Faktor Proporsi sebagian besar desa merupakan desa-
Sekolah dan Proporsi Tenaga Kesehatan) desa yang masuk dalam kategori
terdiri dari proporsi sekolah dan proporsi tertinggal sedangkan pada daerah dataran
tenaga kesehatan. Dengan kata lain, juga ditemukan desa tertinggal yang

137 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

cukup banyak karena memang luas 15%-45%. Menurut Muta’ali (2013) daerah
daerah yang masuk kategori dataran. dataran merupakan daerah yang
Apabila dilihat dari segi jarak dengan kelerengannya <15% dan daerah
pusat pertumbuhan, suatu daerah yang perbukitan dengan kelerengan 15-40%.
berada di pusat kota atau koridor jalan Aspek lingkungan fisik, dalam hal ini
utama akan lebih berkembang kelerengan berhubungan dengan
dibandingkan daerah yang ada di kandungan potensi sumberdaya alam,
pinggiran karena kemudahan akses khususnya pada aspek biotik (flora fauna)
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. dan abiotik (tanah dan air) yang pada
Keragaman posisi geografis inilah akhirnya akan menentukan potensi
yang akan digunakan dalam penelitian ini sumberdaya alam dan tingkat
untuk pengelompokan desa-desa produktivitas desa tersebut. Daerah
tertinggal. Desa tertinggal di Kabupaten Kabupaten Bojonegoro kebanyakan
Bojonegoro yang berjumlah 69 desa bertipologi di dataran dikarenakan
dalam penelitian ini digolongkan ke dalam memang luas daerah dataran di
beberapa tipologi desa berdasar aspek Kabupaten Bojonegoro memiliki luas
lingkungan fisik dengan jarak menuju kurang lebih 91% dari luas keseluruhan
pusat pertumbuhan. Pembagian ini Kabupaten Bojonegoro. Untuk lebih
didasarkan pada kondisi kelerengan jelasnya peta pembagian desa berdasar
Kabupaten Bojonegoro yang didominasi aspek lingkungan fisik dapat dilihat pada
oleh kelerengan 0-15% dan sebagian kecil Gambar 2.

Gambar 2. Peta Tipologi Fisik Kabupaten Bojonegoro

138 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

Aspek jarak menuju pusat pinggiran kota merupakan desa yang


pertumbuhan berhubungan dengan memiliki aksesibilitas yang baik terhadap
kelengkapan fasilitas dan variasi mata kota dan secara sosial ekonomi
pencaharian penduduk selain bertani yang dipengaruhi oleh kota sehingga jumlah
berkaitan dengan penghasilan warga. dan kepadatan penduduk desa pinggiran
Aspek jarak juga berhubungan dengan kota juga tinggi. Desa di perdesaan
konsep Spread Effect yang menyatakan merupakan secara geografis letaknya jauh
bahwa perkembangan suatu pusat dari kota dan pengaruhnya dengan ciri-ciri
pertumbuhan akan berpengaruh pada jumlah dan kepadatan penduduk yang
wilayah-wilayah sekitarnya. Semakin jauh rendah serta ketersediaan sarana dan
suatu daerah dengan pusat pertumbuhan prasarana yang terbatas. Desa di koridor
maka efek dari pusat pertumbuhan kota merupakan desa yang terletak di
tersebut akan semakin berkurang dan sepanjang koridor jalur transportasi darat
habis. Aspek jarak menuju pusat antara satu kota dengan kota lainnya.
pertumbuhan dibagi menjadi lima yaitu Desa koridor kota memiliki kesamaan ciri-
desa di kota, desa di pinggiran kota, desa ciri dengan desa di pinggiran kota namun
di perdesaan, desa di koridor antar kota, pemicu perkembangannya adalah
dan desa yang terisolasi. keberadaan akses transportasi jalan. Desa
Tipologi desa di kota merupakan yang terisolasi merupakan desa yang
desa yang berciri kekotaan seperti jumlah secara geografis jauh dan tidak memilki
dan kepadatan penduduk tinggi dan aksesibilitas terhadap pusat pertumbuhan.
umumnya memiliki fasilitas umum yang Untuk lebih jelasnya peta pembagian desa
lengkap serta terdapat bangunan- berdasar aspek jarak menuju pusat
bangunan pemerintahan. Desa di pertumbuhan seperti pada Gambar 3.

Gambar 4. Peta Tipologi Jarak Menuju Pusat Pertumbuhan

139 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

Dari kedua aspek tersebut, yang terbentuk dari proses overlay desa di
dihasilkan 8 tipologi yang berasal dari dataran atau perbukitan dengan desa
penggabungan aspek fisik dan jarak bertipe terisolasi. Tipe terisolasi dalam
meunuju pusat pertumbuhan. Delapan penelitian ini adalah desa yang secara
tipologi tersebut terbagi menjadi 5 tipologi geografis berjarak sangat jauh dan tidak
di dataran dan 3 tipologi di perbukitan. memiliki aksesibilitas yang baik terhadap
Delapan tipologi tersebut antara lain pusat pertumbuhan sehingga tidak terjadi
tipologi desa dataran koridor antar kota, hubungan yang intensif dengan kota.
desa perbukitan di koridor antar kota, desa Faktor keterisolasian inilah yang
dataran di perdesaan, desa perbukitan di menyebabkan desa tersebut menjadi
perdesaan, desa dataran terisolasi, desa tertinggal karena sulit dan jauhnya
perbukitan terisolasi, dan desa dataran di menjangkau fasilitas kesehatan,
pinggiran kota. pendidikan dan ekonomi. Ciri-ciri
Tipologi dataran koridor antar kota masyarakat desa terisolasi diantaranya
merupakan tipologi yang terbentuk dari masih cenderung bermatapencaharian
proses overlay desa dataran dengan desa sebagai petani, tidak tergantung pada
yang berada di koridor antar kota. Koridor wilayah lain khususnya kota serta
antar kota tersebut merupakan jalan arteri ketersediaan infrastruktur sangat terbatas.
penghubung antara Ngawi – Bojonegoro, Tipologi dataran di pinggiran kota
Blora – Bojonegoro dan Nganjuk – merupakan tipologi yang terbentuk dari
Bojonegoro. Sedangkan tipologi proses overlay desa di dataran dengan
perbukitan di koridor antar kota desa yang berada di pinggiran kota
merupakan desa-desa yang juga berada Bojonegoro. Desa pinggiran kota dalam
di jalan arteri antar kota. Desa di koridor penelitian ini adalah desa-desa yang
antar kota ini merupakan desa yang letaknya relatif dekat dengan kota
memiliki jarak 3 km dari jalan arteri dan Bojonegoro atau akses dari kota menuju
desa yang berdampingan langsung desa tersebut mudah dan desa disekitar
dengan jalan arteri. Desa di sekitar koridor kota dengan jumlah penduduk hanya
umumnya cukup maju karena memiliki sekitar 300-480 jiwa yang menjadi petani.
akses transportasi. Ciri masyarakat desa pinggiran kota ialah
Tipologi dataran perdesaan dan jumlah penduduk dan perkembangan
perbukitan perdesaan merupakan tipologi permukiman mengalami perkembagan
yang terbentuk dari proses overlay desa di tinggi karena perluasan kota, luas lahan
dataran atau perbukitan dengan desa pertanian semakin menyusut, kegiatan
bertipe perdesaan. Tipe perdesaan dalam non pertanian semakin berkembang
penelitian ini adalah desa yang secara sehingga masyarakat menjadi bercampur
geografis jauh dari kota dan pengaruhnya, antara petani dan non-petani. Kajian
namun memiliki hubungan yang baik terkait tentang perkembangan spasial
sehingga memungkinkan hubungan desa- permukiman desa pinggiran kota yang
kota yang mempengaruhi perkembangan berada dekat dengan kota menunjukkan
keduanya. Desa perdesaan merupakan bahwa perkembangan permukiman di
desa pendukung (hinterland) dari kota daerah pinggiran kota cenderung
didekatnya. Desa ini memilki ciri-ciri berkembang secara leap-frog dan ribbon
kepadatan penduduk yang rendah, extension (Bytyqi, 2018; Christiawan,
sebagian besar bekerja sebagai petani 2019; Jain & Dimri, 2016). Peta tipologi
dan ketersediaan sarana cukup terbatas. desa berdasar aspek fisik dan jarak
Tipologi dataran terisolasi dan menuju pusat pertumbuhan seperti terlihat
perbukitan terisolasi merupakan tipologi pada Gambar 4.

140 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

Gambar 4. Peta Tipologi Desa

Setelah terbentuk 8 tipologi, selanjutnya dataran terisolasi hanya 1 desa, desa


adalah membagi 69 desa yang masuk tertinggal di perbukitan koridor antar kota
dalam kategori tertinggal berdasar hasil berjumlah 4 desa, desa tertinggal di
olah data pada tujuan pertama kedalam 8 perbukitan perdesaan berjumlah 11 desa,
tipologi yang sudah terbentuk. Desa dan desa tertinggal di perbukitan terisolasi
tertinggal di dataran koridor antar kota berjumlah 8 desa, sedangkan desa di
berjumlah 10 desa, desa tertinggal di dataran kota tidak tidak ada yang masuk
dataran perdesaan berjumlah 22 desa, dalam kategori tertinggal. Persebaran
desa tertinggal di dataran pinggiran tertinggal di tiap tipologinya seperti terlihat
berjumlah 14 desa, desa tertinggal pada tabel-tabel (5-10) berikut.

Tabel 5. Persebaran Desa Tertinggal Tipologi Dataran Koridor di Kabupaten Bojonegoro


No Tipologi Desa Kecamatan
1 Dataran Koridor Tulungagung Malo
2 Dukuh lor Malo
3 Bonorejo Gayam
4 Cengungklung Gayam
5 Sumbang timun Trucuk
6 Tanggungan Baureno
7 Kliteh Malo
8 Tebon Padangan
9 Ngujung Temayang
10 Pandantoyo Temayang
Jumlah Desa 10
Presentase 14,49%

141 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

Tabel 6. Persebaran Desa Tertinggal Tipologi Dataran Perdesaan di Kabupaten Bojonegoro


No Tipologi Desa Kecamatan
1 Dataran Perdesaan Kawengan Kedewan
2 Mlideg Kedungadem
3 Banaran Malo
4 Tinumpuk Purwosari
5 Kacangan Malo
6 Sendangrejo Tambakrejo
7 Piyak Kanor
8 Ngranggon anyar Kepohbaru
9 Pilang Kanor
10 Duwel Kedungadem
11 Pelem Purwosari
12 Petak Malo
13 Tlatah Purwosari
14 Sedahkidul Purwosari
15 Tlogohaji Sumberrejo
16 Punggur Purwosari
17 Simbatan Kanor
18 Dolokgede Tambakrejo
19 Sukorejo Malo
20 Semambung Kanor
21 Ngrejeng Purwosari
22 Pucangarum Baureno
Jumlah Desa 22
Presentase 31,88%

Tabel 7. Persebaran Desa Tertinggal Tipologi Dataran Pinggiran di Kabupaten Bojonegoro


No Tipologi Desa Kecamatan
1 Dataran Pinggiran Bogo Kapas
2 Semen kidul Sukosewu
3 Mojo Kalitidu
4 Sarangan Kanor
5 Pagerwesi Trucuk
6 Bakalan Kapas
7 Cangakan Kanor
8 Jumput Sukosewu
9 Kumpul Rejo Kapas
10 Sranak Trucuk
11 Pancur Temayang
12 Mulyorejo Balen
13 Ngablak Dander
14 Sekaran Balen
Jumlah Desa 14
Presentase 20,29%

Tabel 8. Persebaran Desa Tertinggal Tipologi Dataran Terisolasi di Kabupaten Bojonegoro


No Tipologi Desa Kecamatan
1 Dataran Terisolasi Bondol Ngambon
Jumlah Desa 1
Presentase 1,45%

Tabel 9. Persebaran Desa Tertinggal Tipologi Perbukitan Koridor di Kabupaten Bojonegoro


No Tipologi Desa Kecamatan
1 Perbukitan Koridor Gondang Gondang
2 Geneng Margomulyo
3 Kedungsari Temayang
4 Sugih waras Ngraho
Jumlah Desa 4
Presentase 5,80%

142 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

Tabel 10. Persebaran Desa Tertinggal Tipologi Terisolasi Koridor di Kabupaten Bojonegoro
No Tipologi Desa Kecamatan
1 Perbukitan Terisolasi Miyono Sekar
2 Karangmangu Ngambon
3 Sekar Sekar
4 Bareng Sekar
5 Deling Sekar
6 Beji Kedewan
7 Bobol Sekar
8 Turi Tambakrejo
Jumlah Desa 8
Presentase 11,60%

Berdasarkan data pada keenam sangat kecil dibandingkan dengan


tabel tersebut, dapat dilihat bahwa tipologi perbukitan terisolasi dengan
sebagian besar desa tertinggal berada luas 210 km². Tipologi perbukitan
di daerah dataran sedangkan desa terisolasi memiliki jumlah desa desa
tertinggal yang masuk pada tipologi tertinggal sebanyak 8 desa atau 11,6%
terisolasi mayoritas berada pada dari jumlah total desa tertinggal di
daerah perbukitan, hal ini terjadi karena Kabupaten Bojonegoro. Untuk lebih
topografi yang berbukit dan merupakan jelas mengenai persebaran desa
daerah yang berbatasan dengan tertinggal di Kabupaten Bojonegoro per
kabupaten lain sehingga pembangunan tipologi dapat dilihat pada Gambar 5.
fasilitas menjadi terkendala dan jarak Peta dalam Gambar 5
antara fasilitas cukup jauh seperti desa menunjukkan bahwa desa tertinggal
di Kecamatan Sekar yang 5 desanya menyebar di sebalah utara dan selatan
masuk dalam kategori tertinggal. Kabupaten Bojonegoro dan
Tipologi dataran perdesaan adalah menyisakan daerah tengah yang jarang
tipologi dengan jumlah desa tertinggal ditemui desa dengan kategori tertinggal.
terbanyak yaitu sebanyak 22 desa atau Desa-desa tertinggal di utara
sebesar 31,88% dari keseluruhan desa Kabupaten Bojonegoro menyebar di
tertinggal di Kabupaten Bojonegoro. sepanjang Bengawan Solo sedangkan
Banyaknya desa yang masuk dalam desa-desa tertinggal di daerah selatan
tipologi dataran perdesaan karena menyebar di sepanjang perbukitan
tipologi dataran perdesaan merupakan kapur. Terlihat juga dari gambar 5
tipologi terluas dengan luas 824,52 km². bahwa desa-desa tertinggal tersebut
Tipologi dengan jumlah terbanyak letaknya saling berdekatan. Hal ini
berikutnya adalah tipologi desa dataran sesuai dengan penelitian Khalimah
di pinggiran dengan jumlah desa (2019) yang meneliti tentang pola
sebanyak 14 desa atau 20,29% dari spasial kemiskinan khususnya di Pulau
keseluruhan desa tertinggal di Jawa yang menyatakan bahwa
Kabupaten Bojonegoro. Tipologi memang wilayah tertinggal memiliki
dengan anggota paling sedikit adalah pola penyebaran yang berkelompok
tipologi desa dataran terisolasi dengan atau wilayahnya berdekatan serta
jumlah desa hanya 1 desa atau sebesar memiliki karakteristik kemiskinan atau
1,45% dari dari keseluruhan desa ketertinggalan yang sama. Hal yang
tertinggal di Kabupaten Bojonegoro. sama diungkapkan Tobler dalam
Jumlah desa yang sedikit ini karena Rustiadi, Saefulhakim, & Panuju (2011)
memang luas tipologi dataran terisolasi mengenai hukum geografi pertama,
ini hanya 26,05 km². Luasan tersebut yaitu bahwa letak wilayah secara

143 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan

geografis akan mempengaruhi kegiatan pusat pertumbuhan yang berada di


dan karakteristik sosial wilayah Kecamatan Bojonegoro, sehingga
disekitarnya, semakin dekat wilayahnya pengaruh kekotaan pusat pertumbuhan
maka pengaruhnya akan semakin kuat. sudah tidak lagi ada di daerah
Daerah perbukitan jika dilihat pada perbukitan yang letaknya berada di
Gambar 5, letaknya berada jauh dari ujung selatan Kabupaten Bojonegoro.

Gambar 8. Peta Desa Tertinggal Per Tipologi Desa

Tipologi Desa Dataran di Koridor Antar dibandingkan dengan tipologi lain seperti
Kota desa yang terisolasi karena terdapat jalan
Tipologi desa dataran di koridor koridor antar kota sebagai faktor
antar kota merupakan tipologi desa yang pendorong terjadinya pertumbuhan. Faktor
berada di wilayah dataran yang berada di penyebab ketertinggalan desa-desa dalam
sekitar jalan penghubung antar kota atau tipologi desa dataran di koridor antar kota
yang bersinggungan langsung dengan di Kabupaten Bojonegoro berdasar
jalan penghubung antar kota. Koridor perhitungan analisis faktor pada tujuan 1
antar kota tersebut merupakan jalan arteri adalah faktor industri dan pemasaran.
penghubung antara Ngawi – Bojonegoro, Potensi secara geografis yang dekat
Blora – Bojonegoro dan Nganjuk – dengan jalan utama sehingga
Bojonegoro. Tipologi desa dataran di memudahkan mobilitas warga tidak
koridor antar kota beranggotakan 10 desa diimbangi dengan keberadaan industri dan
atau 14,49% dari total desa tertinggal pasar sebagai sarana produksi dan
menurut perhitungan dalam penelitian ini. pemasaran produk-produk yang sudah
Tipologi desa dataran di koridor antar kota dihasilkan. Kurangnya industri dan
sebenarnya tidak terlalu tertinggal jika pemasaran ini mengakibatkan masyarakat

144 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial
di Kabupaten Magelang/ Andi Panca Putra, Andri Kurniawan, Sri Rahayu Budiani

belum bisa beralih dari sektor pertanian Kecamatan Bojonegoro yang merupakan
menjadi sektor industri atau jasa. pusat pertumbuhan di Kabupaten
Bojonegoro. Secara geografis desa-desa
Tipologi Desa Dataran di Perdesaan pada tipologi desa dataran di pinggiran
Tipologi desa dataran di perdesaan kota memiliki akses yang baik terhadap
merupakan tipologi desa yang berada di kota dan secara sosial ekonomi cukup
wilayah dataran yang secara geografis dipengaruhi oleh wilayah pusat. Teori-teori
jauh dari kota dan pengaruhnya, namun pembangunan daerah telah menetapkan
memiliki hubungan atau aksesibilitas yang bahwa daerah-daerah yang dekat dengan
baik sehingga keduanya saling pusat-pusat ekonomi utama cenderung
berpengaruh terhadap perkembangannya. mendapat manfaat dari efek trickle-down
Selain jauh dari kota, bisa juga tipologi dari pusat-pusat ini. Liao & Wei (2013)
desa dataran di perdesaan ini memiliki mengemukakan bahwa tipologi desa
letak geografis yang jauh dari koridor antar dataran di pinggiran kota merupakan
kota namun masih merasakan dampak peralihan antara ciri desa dengan ciri kota.
dari adanya jalan tersebut. Desa ini Secara umum desa-desa dalam tipologi ini
memiliki ciri-ciri pada umumnya yaitu memiliki ciri jumlah penduduk yang tinggi,
jumlah dan kepadatan penduduk yang luas lahan pertanian yang semakin
rendah, hubungan sosial yang akrab, menyusut serta kegiatan non pertanian
sebagian besar penduduk bekerja sebagai semakin berkembang. Tipologi desa
petani dan ketersediaan sarana prasarana dataran di pinggiran kota beranggotakan
yang terbatas. Tipologi desa dataran di 14 desa atau 20,29% dari total desa
perdesaan terdiri dari 22 desa atau tertinggal menurut perhitungan dalam
31,88% dari total desa tertinggal menurut penelitian ini.
perhitungan dalam penelitian ini. Tipologi Faktor penyebab ketertinggalan
desa dataran di perdesaan merupakan dalam tipologi desa dataran di pinggiran
tipologi dengan jumlah desa terbanyak kota berdasar perhitungan analisis faktor
diantara 7 tipologi yang ada dalam pada tujuan 1 adalah proporsi sekolah dan
penelitian ini karena tipologi ini merupakan tenaga kesehatan. Walaupun secara
tipologi dengan area terluas dan berada di aksesibilitas dan kualitas jalan, desa-desa
sekitar Bengawan Solo. dalam tipologi desa dataran di pinggiran
Faktor penyebab ketertinggalan kota cukup baik namun ketersediaan
dalam tipologi desa dataran di perdesaan sekolah dan tenaga kesehatan dinilai tidak
berdasar perhitungan analisis faktor pada mencukupi. Dampaknya adalah
tujuan 1 adalah proporsi sekolah dan rendahnya kualitas sumberdaya manusia
tenaga kesehatan. Walaupun secara pada tipologi desa dataran di pinggiran
aksesibilitas dan kualitas jalan, desa-desa kota ini seperti yang terlihat pada Desa
dalam tipologi desa dataran di perdesaan Semen Kidul yang merupakan desa yang
cukup baik namun ketersediaan sekolah masuk dalam tipologi desa dataran di
dan tenaga kesehatan dinilai tidak pinggiran kota. Rendahnya kualitas
mencukupi. sumberdaya ini akan mempengaruhi
pengembangan daerah karena
Tipologi Desa Dataran di Pinggiran masyarakat tidak mampu bersaing.
Kota
Tipologi desa dataran di pinggiran Tipologi Desa Dataran yang Terisolasi
kota merupakan tipologi desa yang berada Tipologi desa dataran yang
di wilayah dataran yang berada di tepi terisolasi merupakan tipologi desa yang
wilayah pusat pertumbuhan yaitu di tepi berada di wilayah dataran yang secara

145 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial
di Kabupaten Magelang/ Andi Panca Putra, Andri Kurniawan, Sri Rahayu Budiani

geografis berjarak sangat jauh dan tidak Koridor antar kota tersebut merupakan
memiliki aksesibilitas yang baik terhadap jalan arteri penghubung antara Ngawi –
pusat-pusat pertumbuhan sehingga tidak Bojonegoro dan Nganjuk – Bojonegoro.
memungkinkan adanya hubungan yang Tipologi desa perbukitan di koridor antar
intensif dengan kota. Secara umum desa kota beranggotakan 4 desa atau 5,8% dari
dataran yang terisolasi merupakan desa- total desa tertinggal menurut perhitungan
desa dengan jumlah fasilitas umum yang dalam penelitian ini.
terbatas serta merupakan daerah jarang Tipologi desa perbukitan di koridor
dilalui karena tidak ada daya tarik untuk antar kota sebenarnya tidak terlalu
menuju desa dataran yang terisolasi. tertinggal jika dibandingkan dengan
Secara umum desa-desa dalam tipologi ini tipologi lain seperti desa yang terisolasi
memiliki ciri-ciri jumlah dan kepadatan karena terdapat jalan koridor antar kota
penduduk yang rendah, kegiatan sehari- sebagai faktor pendorong terjadinya
hari didominasi dengan bercocok tanam, pertumbuhan. Faktor penyebab
ketersediaan sarana prasarana yang ketertinggalan desa-desa dalam tipologi
terbatas. Tipologi desa dataran yang desa dataran di koridor antar kota di
terisolasi beranggotakan 1 desa atau Kabupaten Bojonegoro berdasar
1,45% dari total desa tertinggal menurut perhitungan analisis faktor pada tujuan 1
perhitungan dalam penelitian ini. Tipologi adalah proporsi sekolah dan tenaga
desa dataran yang terisolasi merupakan kesehatan yang berdampak kualitas
tipologi dengan jumlah desa tertinggal sumberdaya manusia di tipologi desa
paling sedikit karena memang wilayahnya perbukitan di koridor antar kota yang
juga yang lebih sempit dibanding tipologi- masih rendah yang mengakibatkan
tipologi yang lain. terhambatnya perkembangan wilayah
Faktor penyebab ketertinggalan tersebut.
dalam tipologi desa dataran yang terisolasi
berdasar perhitungan analisis faktor pada Tipologi Desa Perbukitan di Perdesaan
tujuan 1 adalah proporsi sekolah dan Tipologi desa perbukitan di
tenaga kesehatan karena letaknya yang perdesaan merupakan tipologi desa yang
jauh dari pusat pertumbuhan maka berada di wilayah perbukitan yang secara
ketersediaan sekolah juga terbatas dan geografis jauh dari kota dan pengaruhnya,
menyebar di daerah-daerah lain namun memiliki hubungan atau
disekitarnya serta ketersediaan tenaga aksesibilitas yang baik sehingga keduanya
kesehatan yang kurang karena posisi saling berpengaruh terhadap
geografis desa dataran yang terisolasi perkembangannya. Selain jauh dari kota,
sehingga mungkin tenaga kesehatan bisa juga tipologi desa dataran di
tersebar di beberapa daerah di sekitar perdesaan ini memiliki letak geografis
desa-desa tipologi desa dataran yang yang jauh dari koridor antar kota namun
terisolasi tersebut. masih merasakan dampak dari adanya
jalan tersebut. Ciri-ciri desa dalam tipologi
Tipologi Desa Perbukitan di Koridor ini memiliki kemiripan dengan desa-desa
Antar Kota pada tipologi desa dataran di perdasaan,
Tipologi desa perbukitan di koridor namun yang membedakannya adalah
antar kota merupakan tipologi desa yang kepadatan penduduknya lebih rendah
berada di wilayah perbukitan yang berada daripada desa-desa pada tipologi desa
di sekitar jalan penghubung antar kota dataran di perdasaan dan pola
atau yang bersinggungan langsung permukimannya biasanya menyebar
dengan jalan penghubung antar kota. diantara bukit-bukit. Hal ini terjadi karena

146 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial
di Kabupaten Magelang/ Andi Panca Putra, Andri Kurniawan, Sri Rahayu Budiani

bentuk permukaan bumi yang berbukit adalah kepadatan penduduknya lebih


mengakibatkan akses menjadi sangat sulit rendah daripada desa-desa pada tipologi
dan warga terkonsentrasi pada dataran di desa perbukitan yang terisolasi dan pola
antara bukit-bukit tersebut. Tipologi desa permukimannya biasanya menyebar
perbukitan di perdesaan terdiri dari 10 diantara bukit-bukit. Tipologi desa
desa atau 14,49% dari total desa perbukitan yang terisolasi beranggotakan
tertinggal menurut perhitungan dalam 8 desa atau 11,6% dari total desa
penelitian ini. tertinggal menurut perhitungan dalam
Faktor penyebab ketertinggalan penelitian ini.
dalam tipologi desa perbukitan di Faktor penyebab ketertinggalan
perdesaan berdasar perhitungan analisis dalam tipologi desa perbukitan yang
faktor pada tujuan 1 adalah adalah terisolasi berdasar perhitungan analisis
proporsi sekolah dan tenaga kesehatan faktor pada tujuan 1 adalah faktor mitigasi
yang berdampak kualitas sumberdaya bencana. Akses menuju fasilitas umum
manusia di tipologi desa perbukitan di terutama fasilitas kesehatan yang lengkap
koridor antar kota yang masih rendah seperti yang berada di pusat pertumbuhan
yang mengakibatkan terhambatnya mengakibatkan proses mitigasi bencana
perkembangan wilayah tersebut. berjalan kurang maksimal. Padahal saat
Contohnya seperti di Desa Pragelan yang terjadi bencana seperti banjir bandang
merupakan salah satu desa dari tipologi memerlukan penanganan yang cepat dan
desa perbukitan di perdesaan yang tepat untuk meminimalisir korban.
mengalami kesulitan dalam hal pendidikan Secara umum faktor yang menjadi
karena harus pergi agak jauh dari desanya penyebab ketertinggalan di beberapa
untuk bersekolah ditambah lagi dengan tipologi adalah proporsi sekolah dan
minimnya tenaga pengajar dan kesehatan tenaga kesehatan kecuali tipologi desa
di desa tersebut membuat warga tidak dataran di koridor antar kota dengan faktor
mempunyai pilihan lain untuk belajar dan yang menjadi penyebab ketertinggalan
berobat ke luar Desa Pragelan. adalah faktor industri dan pemasaran
serta tipologi desa perbukitan yang
Tipologi Desa Perbukitan yang terisolasi dengan faktor yang menjadi
Terisolasi penyebab ketertinggalan adalah faktor
Tipologi desa perbukitan yang mitigasi bencana. Hal ini menandakan
terisolasi merupakan tipologi desa yang bahwa pentingnya peningkatan kualitas
berada di wilayah perbukitan yang secara sumberdaya manusia dengan pendidikan
geografis berjarak sangat jauh dan tidak dan pelayanan kesehatan yang merata di
memiliki aksesibilitas yang baik terhadap setiap sudut Kabupaten Bojonegoro agar
pusat-pusat pertumbuhan sehingga tidak masyarakat Kabupaten Bojonegoro
memungkinkan adanya hubungan yang memiliki daya saing.
intensif dengan kota. Secara umum desa
perbukitan yang terisolasi merupakan 4. Kesimpulan
desa-desa dengan jumlah fasilitas umum Dari hasil penelitian ini dapat
yang terbatas serta merupakan daerah diketahui bahwa tingkat perkembangan
jarang dilalui karena tidak ada daya tarik wilayah desa-desa di Kabupaten
untuk menuju desa dataran yang Bojonegoro di dominasi oleh desa dengan
terisolasi. Ciri-ciri desa dalam tipologi ini kategori berkembang dengan presentase
memiliki kemiripan dengan desa-desa 63,72% dan hanya 16,05% desa dengan
pada tipologi desa perbukitan yang kategori tertinggal. Desa dengan kategori
terisolasi, namun yang membedakannya tertinggal umumnya berada pada daerah

147 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial
di Kabupaten Magelang/ Andi Panca Putra, Andri Kurniawan, Sri Rahayu Budiani

perbukitan dan di sekitar Bengawan Solo. Resources : A Case Study in Drenica


Tingkat perkembangan wilayah desa di River Basin ( Kosovo ). Media
Kabupaten Bojonegoro dibentuk oleh Komunikasi Geografi, 19(1), 101–
113.
faktor jarak fasilitas umum, faktor
Chen, K., & Ge, Y. (2015). Spatial Point
sumberdaya alam, faktor kesehatan dan Pattern Analysis on The Villages in
kemiskinan, faktor mitigasi bencana, faktor China’s Poverty-Stricken Areas.
industri, pemasaran, pengguna listrik dan Journal Environmental Sciences, 27,
faktor proporsi sekolah, proporsi tenaga 98–105.
kesehatan. Desa tertinggal di Kabupaten Christiawan, P. I. (2019). Tipe Urban
Bojonegoro dibagi kedalam 8 tipologi Sprawl dan Eksistensi Pertanian di
Wilayah Pinggiran Kota Denpasar.
meliputi desa dataran di kota, desa
Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 7(2).
dataran di koridor antar kota, desa dataran Jain, M., & Dimri, A. P. (2016). Urban
di perdesaan, desa dataran di pinggiran sprawl Patterns and Processes in
kota, desa dataran yang terisolasi, desa Delhi from 1977 to 2014 Based on
perbukitan di koridor antar kota, desa Remote Sensing and Spatial Metrics
perbukitan di perdesaan, desa perbukitan Approaches. Earth Interactions
yang terisolasi. Desa tertinggal paling Journal, 2, 1–29.
Khalimah, N. I. (2019). Analisis Pola
banyak berada pada tipologi desa dataran
Spasial Kemiskinan di Pulau Jawa.
di perdesaan karena tipologi ini Universitas Gadjah Mada.
merupakan tipologi dengan area terluas Liao, H. F., & Wei, Y. H. D. (2013). Tncs’
dan berada di sekitar Bengawan Solo Technology Linkages with Domestic
sedangkan untuk tipologi desa dataran di Firms: An Investigation of The Ict
kota tidak terdapat desa tertinggal sama Industry in Suzhou, China.
Environment and Planning, 31, 460–
sekali. Desa-desa tertinggal pada tipologi
473.
desa dataran di perdesaan, desa dataran Muta’ali, L. (2011). Kapita Selekta
di pinggiran kota, desa dataran yang Pengembangan Wilayah. Yogyakarta:
terisolasi, desa perbukitan di koridor antar Badan Penerbit Fakultas Geografi
kota, dan desa perbukitan di perdesaan di (BPFG) UGM.
sebabkan oleh faktor proporsi sekolah dan Muta’ali, L. (2013). Pengembangan
tenaga kesehatan, desa-desa tertinggal Wilayah Perdesaan. Yogyakarta:
Badan Penerbit Fakultas Geografi
pada tipologi dataran di koridor antar kota
(BPFG) UGM.
disebabkan oleh faktor industri dan Muta’ali, L. (2014). Pengembangan
pemasaran, sedangkan desa-desa Wilayah Tertinggal. Yogyakarta:
tertinggal pada tipologi desa perbukitan Badan Penerbit Fakultas Geografi
yang terisolasi disebabkan oleh faktor (BPFG) UGM.
mitigasi bencana. Muta’ali, L. (2015). Teknik Analisis
Regional Untuk Perencanaan
Wilayah, Tata Ruang dan
Daftar Pustaka
Lingkungan. Yogyakarta: Badan
Ardiyanto. (2018). Ketimpangan Penerbit Fakultas Geografi
Pembangunan Dan Arahan Rencana Universitas Gadjah Mada.
Pengembangan Wilayah Kota Rustiadi, E., Saefulhakim, S., & Panuju, D.
Palembang. Institut Pertanian Bogor. R. (2011). Perencanaan Dan
Bhattacharyya, S., & Resosudarmo, B. P. Pengembangan Wilayah. Jakarta:
(2014). Growth, Growth Crestpent Press.
Accelerations, and the Poor: Lessons Sadali, M. I., Intizhar, F., & Aisyah. (2017).
from Indonesia. UK and Australia: Analisis Ketersediaan Fasilitas Sosial
World Development. di Kabupaten Banjarnegara, sebagai
Bytyqi, V. (2018). The Impacts of Pendukung Kondisi Darurat Bencana
Settlement Extension on Soil dan Pengembangan Wilayah. Media

148 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial
di Kabupaten Magelang/ Andi Panca Putra, Andri Kurniawan, Sri Rahayu Budiani

Komunikasi Geografi, 18(2), 128–


145.
Sugiyarto, Mulyo, J. H., & Seleky, R. N.
(2015). Kemiskinan Dan
Ketimpangan Pendapatan Rumah
Tangga Di Kabupaten Bojonegoro.
Jurnal Agro Ekonomi, 26(2), 115–
120.

149 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149

You might also like