Professional Documents
Culture Documents
Putuindra,+5.+19491 32789 1 ED+ 1
Putuindra,+5.+19491 32789 1 ED+ 1
Media Komunikas Geografi Vol. 20, No.2, Desember 2019 (128 - 149)
DOI: 10.23887/mkg.v20i2.19491
© 2019 FHIS UNDIKSHA dan IGI
Abstract This study aims to analyze the level of village development in Bojonegoro and analyze the
spatial pattern of the distribution of underdeveloped villages in Bojonegoro Regency. The type of this
research is descriptive survey research with quantitative and qualitative approaches based on primary
and secondary data analysis. This study uses factor analysis to determine the level of village
development and also determine the factors of level development variations and analysis of village
typology to analyze the spatial patterns of the distribution of underdeveloped villages in Bojonegoro
Regency. From the results of the study, it can be seen that the level of villages development in
Bojonegoro is dominated by developing villages with a percentage of 63.72% and only 16.05% of
villages with a lagging category. Villages with disadvantaged categories are generally located in hilly
areas and around Bengawan Solo. The level of development of the village area in the Bojonegoro
Regency is formed by a distance of public facilities factors, natural resource factors, health and
poverty factors, disaster mitigation factors, industry, marketing, electricity users factors, and the
proportion of schools, the proportion of health workers factors. Underdeveloped villages in Bojonegoro
are divided into eight typologies, namely underdeveloped villages in inter-city corridor plains totaling
ten villages, backward villages in rural plains totaling 22 villages, backward villages in periphery plains
totaling 14 villages, isolated terrain villages only one village, backward villages in Inter-city corridor
hills totaled four villages, underdeveloped villages in rural hills totaled 11 villages, and backward
villages in isolated hills totaled eight villages. In contrast, the villages in the urban areas are not
included in the underdeveloped category.
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perkembangan desa di Kabupaten
Bojonegoro dan menganalisis pola spasial persebaran desa tertinggal di Kabupaten Bojonegoro.
Jenis penelitian ini berupa penelitian survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif
yang berbasis pada analisis data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan analisis faktor
untuk menentukan tingkat perkembangan desa serta menentukan penyebab variasi tingkat
perkembangan dan analisis tipologi desa untuk menganalisis pola spasial persebaran desa tertinggal
di Kabupaten Bojonegoro. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan wilayah
desa-desa di Kabupaten Bojonegoro di dominasi oleh desa dengan kategori berkembang dengan
presentase 63,72% dan hanya 16,05% desa dengan kategori tertinggal. Desa dengan kategori
tertinggal umumnya berada pada daerah perbukitan dan di sekitar Bengawan Solo. Tingkat
perkembangan wilayah desa di Kabupaten Bojonegoro dibentuk oleh faktor jarak fasilitas umum,
faktor sumberdaya alam, faktor kesehatan dan kemiskinan, faktor mitigasi bencana, faktor industri,
pemasaran, pengguna listrik dan faktor proporsi sekolah, proporsi tenaga kesehatan. Desa tertinggal
di Bojonegoro dibagi kedalam 8 tipologi, yaitu desa tertinggal di dataran koridor antar kota berjumlah
10 desa, desa tertinggal di dataran perdesaan berjumlah 22 desa, desa tertinggal di dataran pinggiran
berjumlah 14 desa, desa tertinggal dataran terisolasi hanya 1 desa, desa tertinggal di perbukitan
koridor antar kota berjumlah 4 desa, desa tertinggal di perbukitan perdesaan berjumlah 11 desa, dan
desa tertinggal di perbukitan terisolasi berjumlah 8 desa, sedangkan desa di dataran kota tidak tidak
ada yang masuk dalam kategori tertinggal.
129 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
130 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
131 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
132 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
Analisis faktor dapat menghasilkan nilai mencari total score tiap desa yang didapat
skor faktor yang digunakan untuk melalui rumus % of Variance dikalikan
menyusun indeks komposit dengan cara dengan nilai faktor 1 hingga 6 sehingga di
133 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
dapat persamaan total skor desa x = persebaran data dalam perhitungan tingkat
(9,761 x nilai skor faktor 1) + (9,451 x nilai perkembangan wilayah tiap desa serta
skor faktor 2) + (8,935 x nilai skor faktor 3) supaya proporsi tiap kelas intervalnya
+ (8,840 x nilai skor faktor 4) + (7,400 x rasional.
nilai skor faktor 5) + (7,240 x nilai skor Berdasarkan perhitungan maka di
faktor 6). Nilai % variance yang digunakan perolehan interval di tiap-tiap kelas yaitu 1)
adalah nilai varian yang terdapat pada untuk kelas maju, merupakan desa dengan
kolom Rotation Sums of Squared Loadings skor tingkat perkembangan wilayah >
di tabel Total Variance Explained. 21,505, 2) untuk kelas berkembang,
Kemudian dari total skor tersebut merupakan desa dengan skor tingkat
diklasifikan menjadi desa tertinggal, perkembangan wilayah antara 21,504
berkembang dan maju dengan cara hingga -8,5450, dan 3) untuk kelas
menghitung interval di tiap-tiap kelas. tertinggal, merupakan desa dengan skor
Penelitian ini menggunakan perhitungan tingkat perkembangan wilayah < -
>r+sd untuk menentukan kelas maju, 8,5451Lebih jelas mengenai tingkat
(r+sd) sampai (<r-sd) untuk kelas perkembangan wilayah desa-desa di
berkembang dan <r-sd untuk kelas Kabupaten Bojonegoro seperti terlihat
tertinggal sesuai dengan keadaan pada Tabel 3 dan Gambar 1.
134 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
135 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
136 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
Keterangan Indikator:
I : Jarak Fasilitas Ekonomi IX : Jumlah Fasilitas Kesehatan
II : Jarak Fasilitas Pendidikan X : Jarak Fasilitas Kesehatan
III : Jarak Pusat Kecamatan XI : Jumlah Bencana Alam
IV : Luas Sawah XII : Jumlah Industri
V : Jumlah Ternak XIII : Proporsi Pengguna Listrik
VI : Jumlah Operator Selluler XIV : Jumlah Fasilitas Ekonomi
VII : Proporsi Penduduk Gizi Buruk XV : Proporsi Sekolah
VIII : Jumlah Penduduk Miskin XVI : Proporsi Tenaga Kesehatan
137 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
cukup banyak karena memang luas 15%-45%. Menurut Muta’ali (2013) daerah
daerah yang masuk kategori dataran. dataran merupakan daerah yang
Apabila dilihat dari segi jarak dengan kelerengannya <15% dan daerah
pusat pertumbuhan, suatu daerah yang perbukitan dengan kelerengan 15-40%.
berada di pusat kota atau koridor jalan Aspek lingkungan fisik, dalam hal ini
utama akan lebih berkembang kelerengan berhubungan dengan
dibandingkan daerah yang ada di kandungan potensi sumberdaya alam,
pinggiran karena kemudahan akses khususnya pada aspek biotik (flora fauna)
pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. dan abiotik (tanah dan air) yang pada
Keragaman posisi geografis inilah akhirnya akan menentukan potensi
yang akan digunakan dalam penelitian ini sumberdaya alam dan tingkat
untuk pengelompokan desa-desa produktivitas desa tersebut. Daerah
tertinggal. Desa tertinggal di Kabupaten Kabupaten Bojonegoro kebanyakan
Bojonegoro yang berjumlah 69 desa bertipologi di dataran dikarenakan
dalam penelitian ini digolongkan ke dalam memang luas daerah dataran di
beberapa tipologi desa berdasar aspek Kabupaten Bojonegoro memiliki luas
lingkungan fisik dengan jarak menuju kurang lebih 91% dari luas keseluruhan
pusat pertumbuhan. Pembagian ini Kabupaten Bojonegoro. Untuk lebih
didasarkan pada kondisi kelerengan jelasnya peta pembagian desa berdasar
Kabupaten Bojonegoro yang didominasi aspek lingkungan fisik dapat dilihat pada
oleh kelerengan 0-15% dan sebagian kecil Gambar 2.
138 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
139 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
Dari kedua aspek tersebut, yang terbentuk dari proses overlay desa di
dihasilkan 8 tipologi yang berasal dari dataran atau perbukitan dengan desa
penggabungan aspek fisik dan jarak bertipe terisolasi. Tipe terisolasi dalam
meunuju pusat pertumbuhan. Delapan penelitian ini adalah desa yang secara
tipologi tersebut terbagi menjadi 5 tipologi geografis berjarak sangat jauh dan tidak
di dataran dan 3 tipologi di perbukitan. memiliki aksesibilitas yang baik terhadap
Delapan tipologi tersebut antara lain pusat pertumbuhan sehingga tidak terjadi
tipologi desa dataran koridor antar kota, hubungan yang intensif dengan kota.
desa perbukitan di koridor antar kota, desa Faktor keterisolasian inilah yang
dataran di perdesaan, desa perbukitan di menyebabkan desa tersebut menjadi
perdesaan, desa dataran terisolasi, desa tertinggal karena sulit dan jauhnya
perbukitan terisolasi, dan desa dataran di menjangkau fasilitas kesehatan,
pinggiran kota. pendidikan dan ekonomi. Ciri-ciri
Tipologi dataran koridor antar kota masyarakat desa terisolasi diantaranya
merupakan tipologi yang terbentuk dari masih cenderung bermatapencaharian
proses overlay desa dataran dengan desa sebagai petani, tidak tergantung pada
yang berada di koridor antar kota. Koridor wilayah lain khususnya kota serta
antar kota tersebut merupakan jalan arteri ketersediaan infrastruktur sangat terbatas.
penghubung antara Ngawi – Bojonegoro, Tipologi dataran di pinggiran kota
Blora – Bojonegoro dan Nganjuk – merupakan tipologi yang terbentuk dari
Bojonegoro. Sedangkan tipologi proses overlay desa di dataran dengan
perbukitan di koridor antar kota desa yang berada di pinggiran kota
merupakan desa-desa yang juga berada Bojonegoro. Desa pinggiran kota dalam
di jalan arteri antar kota. Desa di koridor penelitian ini adalah desa-desa yang
antar kota ini merupakan desa yang letaknya relatif dekat dengan kota
memiliki jarak 3 km dari jalan arteri dan Bojonegoro atau akses dari kota menuju
desa yang berdampingan langsung desa tersebut mudah dan desa disekitar
dengan jalan arteri. Desa di sekitar koridor kota dengan jumlah penduduk hanya
umumnya cukup maju karena memiliki sekitar 300-480 jiwa yang menjadi petani.
akses transportasi. Ciri masyarakat desa pinggiran kota ialah
Tipologi dataran perdesaan dan jumlah penduduk dan perkembangan
perbukitan perdesaan merupakan tipologi permukiman mengalami perkembagan
yang terbentuk dari proses overlay desa di tinggi karena perluasan kota, luas lahan
dataran atau perbukitan dengan desa pertanian semakin menyusut, kegiatan
bertipe perdesaan. Tipe perdesaan dalam non pertanian semakin berkembang
penelitian ini adalah desa yang secara sehingga masyarakat menjadi bercampur
geografis jauh dari kota dan pengaruhnya, antara petani dan non-petani. Kajian
namun memiliki hubungan yang baik terkait tentang perkembangan spasial
sehingga memungkinkan hubungan desa- permukiman desa pinggiran kota yang
kota yang mempengaruhi perkembangan berada dekat dengan kota menunjukkan
keduanya. Desa perdesaan merupakan bahwa perkembangan permukiman di
desa pendukung (hinterland) dari kota daerah pinggiran kota cenderung
didekatnya. Desa ini memilki ciri-ciri berkembang secara leap-frog dan ribbon
kepadatan penduduk yang rendah, extension (Bytyqi, 2018; Christiawan,
sebagian besar bekerja sebagai petani 2019; Jain & Dimri, 2016). Peta tipologi
dan ketersediaan sarana cukup terbatas. desa berdasar aspek fisik dan jarak
Tipologi dataran terisolasi dan menuju pusat pertumbuhan seperti terlihat
perbukitan terisolasi merupakan tipologi pada Gambar 4.
140 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
141 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
142 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
Tabel 10. Persebaran Desa Tertinggal Tipologi Terisolasi Koridor di Kabupaten Bojonegoro
No Tipologi Desa Kecamatan
1 Perbukitan Terisolasi Miyono Sekar
2 Karangmangu Ngambon
3 Sekar Sekar
4 Bareng Sekar
5 Deling Sekar
6 Beji Kedewan
7 Bobol Sekar
8 Turi Tambakrejo
Jumlah Desa 8
Presentase 11,60%
143 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro/
Ulul Albab, Lutfi Muta’ali, Andri Kurniawan
Tipologi Desa Dataran di Koridor Antar dibandingkan dengan tipologi lain seperti
Kota desa yang terisolasi karena terdapat jalan
Tipologi desa dataran di koridor koridor antar kota sebagai faktor
antar kota merupakan tipologi desa yang pendorong terjadinya pertumbuhan. Faktor
berada di wilayah dataran yang berada di penyebab ketertinggalan desa-desa dalam
sekitar jalan penghubung antar kota atau tipologi desa dataran di koridor antar kota
yang bersinggungan langsung dengan di Kabupaten Bojonegoro berdasar
jalan penghubung antar kota. Koridor perhitungan analisis faktor pada tujuan 1
antar kota tersebut merupakan jalan arteri adalah faktor industri dan pemasaran.
penghubung antara Ngawi – Bojonegoro, Potensi secara geografis yang dekat
Blora – Bojonegoro dan Nganjuk – dengan jalan utama sehingga
Bojonegoro. Tipologi desa dataran di memudahkan mobilitas warga tidak
koridor antar kota beranggotakan 10 desa diimbangi dengan keberadaan industri dan
atau 14,49% dari total desa tertinggal pasar sebagai sarana produksi dan
menurut perhitungan dalam penelitian ini. pemasaran produk-produk yang sudah
Tipologi desa dataran di koridor antar kota dihasilkan. Kurangnya industri dan
sebenarnya tidak terlalu tertinggal jika pemasaran ini mengakibatkan masyarakat
144 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial
di Kabupaten Magelang/ Andi Panca Putra, Andri Kurniawan, Sri Rahayu Budiani
belum bisa beralih dari sektor pertanian Kecamatan Bojonegoro yang merupakan
menjadi sektor industri atau jasa. pusat pertumbuhan di Kabupaten
Bojonegoro. Secara geografis desa-desa
Tipologi Desa Dataran di Perdesaan pada tipologi desa dataran di pinggiran
Tipologi desa dataran di perdesaan kota memiliki akses yang baik terhadap
merupakan tipologi desa yang berada di kota dan secara sosial ekonomi cukup
wilayah dataran yang secara geografis dipengaruhi oleh wilayah pusat. Teori-teori
jauh dari kota dan pengaruhnya, namun pembangunan daerah telah menetapkan
memiliki hubungan atau aksesibilitas yang bahwa daerah-daerah yang dekat dengan
baik sehingga keduanya saling pusat-pusat ekonomi utama cenderung
berpengaruh terhadap perkembangannya. mendapat manfaat dari efek trickle-down
Selain jauh dari kota, bisa juga tipologi dari pusat-pusat ini. Liao & Wei (2013)
desa dataran di perdesaan ini memiliki mengemukakan bahwa tipologi desa
letak geografis yang jauh dari koridor antar dataran di pinggiran kota merupakan
kota namun masih merasakan dampak peralihan antara ciri desa dengan ciri kota.
dari adanya jalan tersebut. Desa ini Secara umum desa-desa dalam tipologi ini
memiliki ciri-ciri pada umumnya yaitu memiliki ciri jumlah penduduk yang tinggi,
jumlah dan kepadatan penduduk yang luas lahan pertanian yang semakin
rendah, hubungan sosial yang akrab, menyusut serta kegiatan non pertanian
sebagian besar penduduk bekerja sebagai semakin berkembang. Tipologi desa
petani dan ketersediaan sarana prasarana dataran di pinggiran kota beranggotakan
yang terbatas. Tipologi desa dataran di 14 desa atau 20,29% dari total desa
perdesaan terdiri dari 22 desa atau tertinggal menurut perhitungan dalam
31,88% dari total desa tertinggal menurut penelitian ini.
perhitungan dalam penelitian ini. Tipologi Faktor penyebab ketertinggalan
desa dataran di perdesaan merupakan dalam tipologi desa dataran di pinggiran
tipologi dengan jumlah desa terbanyak kota berdasar perhitungan analisis faktor
diantara 7 tipologi yang ada dalam pada tujuan 1 adalah proporsi sekolah dan
penelitian ini karena tipologi ini merupakan tenaga kesehatan. Walaupun secara
tipologi dengan area terluas dan berada di aksesibilitas dan kualitas jalan, desa-desa
sekitar Bengawan Solo. dalam tipologi desa dataran di pinggiran
Faktor penyebab ketertinggalan kota cukup baik namun ketersediaan
dalam tipologi desa dataran di perdesaan sekolah dan tenaga kesehatan dinilai tidak
berdasar perhitungan analisis faktor pada mencukupi. Dampaknya adalah
tujuan 1 adalah proporsi sekolah dan rendahnya kualitas sumberdaya manusia
tenaga kesehatan. Walaupun secara pada tipologi desa dataran di pinggiran
aksesibilitas dan kualitas jalan, desa-desa kota ini seperti yang terlihat pada Desa
dalam tipologi desa dataran di perdesaan Semen Kidul yang merupakan desa yang
cukup baik namun ketersediaan sekolah masuk dalam tipologi desa dataran di
dan tenaga kesehatan dinilai tidak pinggiran kota. Rendahnya kualitas
mencukupi. sumberdaya ini akan mempengaruhi
pengembangan daerah karena
Tipologi Desa Dataran di Pinggiran masyarakat tidak mampu bersaing.
Kota
Tipologi desa dataran di pinggiran Tipologi Desa Dataran yang Terisolasi
kota merupakan tipologi desa yang berada Tipologi desa dataran yang
di wilayah dataran yang berada di tepi terisolasi merupakan tipologi desa yang
wilayah pusat pertumbuhan yaitu di tepi berada di wilayah dataran yang secara
145 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial
di Kabupaten Magelang/ Andi Panca Putra, Andri Kurniawan, Sri Rahayu Budiani
geografis berjarak sangat jauh dan tidak Koridor antar kota tersebut merupakan
memiliki aksesibilitas yang baik terhadap jalan arteri penghubung antara Ngawi –
pusat-pusat pertumbuhan sehingga tidak Bojonegoro dan Nganjuk – Bojonegoro.
memungkinkan adanya hubungan yang Tipologi desa perbukitan di koridor antar
intensif dengan kota. Secara umum desa kota beranggotakan 4 desa atau 5,8% dari
dataran yang terisolasi merupakan desa- total desa tertinggal menurut perhitungan
desa dengan jumlah fasilitas umum yang dalam penelitian ini.
terbatas serta merupakan daerah jarang Tipologi desa perbukitan di koridor
dilalui karena tidak ada daya tarik untuk antar kota sebenarnya tidak terlalu
menuju desa dataran yang terisolasi. tertinggal jika dibandingkan dengan
Secara umum desa-desa dalam tipologi ini tipologi lain seperti desa yang terisolasi
memiliki ciri-ciri jumlah dan kepadatan karena terdapat jalan koridor antar kota
penduduk yang rendah, kegiatan sehari- sebagai faktor pendorong terjadinya
hari didominasi dengan bercocok tanam, pertumbuhan. Faktor penyebab
ketersediaan sarana prasarana yang ketertinggalan desa-desa dalam tipologi
terbatas. Tipologi desa dataran yang desa dataran di koridor antar kota di
terisolasi beranggotakan 1 desa atau Kabupaten Bojonegoro berdasar
1,45% dari total desa tertinggal menurut perhitungan analisis faktor pada tujuan 1
perhitungan dalam penelitian ini. Tipologi adalah proporsi sekolah dan tenaga
desa dataran yang terisolasi merupakan kesehatan yang berdampak kualitas
tipologi dengan jumlah desa tertinggal sumberdaya manusia di tipologi desa
paling sedikit karena memang wilayahnya perbukitan di koridor antar kota yang
juga yang lebih sempit dibanding tipologi- masih rendah yang mengakibatkan
tipologi yang lain. terhambatnya perkembangan wilayah
Faktor penyebab ketertinggalan tersebut.
dalam tipologi desa dataran yang terisolasi
berdasar perhitungan analisis faktor pada Tipologi Desa Perbukitan di Perdesaan
tujuan 1 adalah proporsi sekolah dan Tipologi desa perbukitan di
tenaga kesehatan karena letaknya yang perdesaan merupakan tipologi desa yang
jauh dari pusat pertumbuhan maka berada di wilayah perbukitan yang secara
ketersediaan sekolah juga terbatas dan geografis jauh dari kota dan pengaruhnya,
menyebar di daerah-daerah lain namun memiliki hubungan atau
disekitarnya serta ketersediaan tenaga aksesibilitas yang baik sehingga keduanya
kesehatan yang kurang karena posisi saling berpengaruh terhadap
geografis desa dataran yang terisolasi perkembangannya. Selain jauh dari kota,
sehingga mungkin tenaga kesehatan bisa juga tipologi desa dataran di
tersebar di beberapa daerah di sekitar perdesaan ini memiliki letak geografis
desa-desa tipologi desa dataran yang yang jauh dari koridor antar kota namun
terisolasi tersebut. masih merasakan dampak dari adanya
jalan tersebut. Ciri-ciri desa dalam tipologi
Tipologi Desa Perbukitan di Koridor ini memiliki kemiripan dengan desa-desa
Antar Kota pada tipologi desa dataran di perdasaan,
Tipologi desa perbukitan di koridor namun yang membedakannya adalah
antar kota merupakan tipologi desa yang kepadatan penduduknya lebih rendah
berada di wilayah perbukitan yang berada daripada desa-desa pada tipologi desa
di sekitar jalan penghubung antar kota dataran di perdasaan dan pola
atau yang bersinggungan langsung permukimannya biasanya menyebar
dengan jalan penghubung antar kota. diantara bukit-bukit. Hal ini terjadi karena
146 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial
di Kabupaten Magelang/ Andi Panca Putra, Andri Kurniawan, Sri Rahayu Budiani
147 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial
di Kabupaten Magelang/ Andi Panca Putra, Andri Kurniawan, Sri Rahayu Budiani
148 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149
Pengembangan Sentra Industri Kecamatan Tempuran Berdasarkan Indeks Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial
di Kabupaten Magelang/ Andi Panca Putra, Andri Kurniawan, Sri Rahayu Budiani
149 | Media Komunikasi Geografi, Vol. 20, No. 2, Desember 2019: 128-149