You are on page 1of 17

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA

“KONSPTUAL KEPERAWATAN MODEL SUPPORTIVE THERAPY “

DISUSUN OLEH :

NAMA : EVI NOVIANA NINGSI

NIM : BT 2001009

KELAS : 2 A

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa
dengan judul “KONSEPTUAL KEPERAWATAN SUPPORTIVE THERAPY “.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Keperawatan Jiwa. Kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah yang akan kami buat selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Watampone, Juni 2022

Penulis
KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................

A. Pengertian Model konseptual jiwa…………………………………


B. Gambaran umum model terapy suportif ……………………………
C. Proses model terapy suportif ……………………………………….
D. Peran perawat/terapy dalam penerapan ……………………………

BAB III PENUTUP........................................................................................

A. Kesimpulan........................................................................................
B. Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu keperawatan, model konseptual dan teori merupakan aktivitas berpikir
yang tinggi. Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok,
situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Profesi
keperawatan sebagai profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya,
perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah ada. Konsep
merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan
simbol-simbol yang nyata. Sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun
suatu kerangka konseptual atau model keperawatan. Model konseptual keperawatan
merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan
perawat didalamnya. Model konseptual keperawatan jiwa sebagai usaha-usaha untuk
menguraikan fenomena mengenai keperawatan jiwa. Teori keperawatan jiwa digunakan
sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan dan model konsep
keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan. Model konseptual
keperawatan jiwa terdiri dari beberapa pendekatan salah satunya model prilaku. Model
prilaku sebagai suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanaya interaksi antara
stimulus dengan respons yang menyebabkan seseorang mempunyai pengalaman baru. Suatu
metode untuk menghasilkan dasar pengetahuan keperawatan ilmiah adalah melalui
pengembangan dan memanfaatan teori keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model konseptual keperawatan jiwa?
2. Apa gambaran konsep model terapi suportif keperawatan jiwa?
3. Bagaimana proses model terapi supportif?
4. Apa peran Perawat/Terapis dalam Penerapan Model Terapi Suportif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian/definisi model konseptual keperawatan jiwa.
2. Untuk mengetahui macam-macam model konseptual keperwatan jiwa supportif therapy.
3. Untuk mengetahui gambaran konsep model terapi suportif keperawatan jiwa.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses model terapi suportif.
5. Untuk mengetahui peran perawat/terapis dalam penerapan model terapi supportif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Konseptual Keperawatan Jiwa

Model Konseptual Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik


tentang fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual melalui penggunaan symbol
dan diafragma, dan Konsep adalah suatu keyakinan yang kompleks terhadap suatu obyek,
benda, suatu peristiwa atau fenomena berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang
berupa ide, pandangan atau keyakinan. Model konsepatual dalah rangkaian konstruksi yang
sangat abstrak dan berkaitan yang menjelaskan secara luas fenomenafenomena,
mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah. (Hidayat, 2006) Model konseptual
merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang
serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian
terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan keteraturan untuk
berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk
mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan menunjukkan
pemecahan masalah (Christensen & Kenny, 2009).

Model Konseptual dalam Keperawatan

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi
pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999, dalam Hidayati, 2009).
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena ilmu
keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan
unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal masalah
tetapi juga perupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga
dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika
seseorang meninggal.
Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai
faktor penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan seseorang (klien)
(MarrinerTomey, 2004, dalam Nurrachmah, 2010) Tujuan dari model konseptual
keperawatan (Ali, 2001, hal. 98) :

a. Menjaga konsisten asuhan keperawatan.


b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan
oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
anggota tim keperawatan.

Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk biopsikososial


yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk lingkungan
fisiknya.Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari setiap
ilmuwan dapat berbeda satu sama lain,seperti penenkanan pada sistem adaptif manusia,
subsistem perilaku atau aspek komplementer (Marriner-Tomey ,2004, dalam Nurrachmah,
2010).

B. Gambaran Umum Model Terapi Suportif

Terapi suportif adalah suatu cara psikoterapi yang banyak digunakan di rumah sakit dan
masyarakat berbasis perawatan psikiatris. Model terapi Ini berbeda dari model model lain
karena dalam hal ini tidak tergantung pada konsep utama atau teori. Sebagai gantinya, ia
menggunakan beberapa teori psikodinamik untuk memahami bagaimana perubahan pada
seseorang. (Stuart & Laraia, 1998). Terapi Suportif termasuk salah satu model psikoterapi
yang biasanya sering digunakan di masyarakat dan di Rumah sakit. Terapi ini merupakan
suatu terapi yang dikembangkan oleh Lawrence Rockland (1989) dengan istilah
Psychodynamically Oriented Psychotherapy namun ada pula istilah lain yang diperkenalkan
adalah Supportive Analytic Therapy (Rockland, 1989 dalam Holmes, 1995). Hasil survei di
Amerika menunjukkan bahwa psikoterapi suportif menduduki peringkat ke delapan dalam
psikoterapi yang penting (Langsey & Yager, 1988 dalam Holmes, 1995).
Terapi suportif berfokus dalam memberikan dukungan pada klien yang sedang menderita
suatu penyakit maupun menghadapai masalah maupun mendorong seorang klien pada suatu
perubahan yang lebih baik (Varcarolis & Halter, 2010). Diharapkan dengan memberikan
dukungan pada seorang klien yang sedang mengalami masalah akan meningkatkan koping
individu klien tersebut untuk mampu menghadapi permasalah yang dialaminya. Karena
dukungan dari orang disekitar dapat menjadi sumber koping bagi seseorang.

Tujuan psikoterapi suportif seperti yang dijelaskan oleh Lawrence Rockland (1989) dalam
Stuart & Laraia (1998) termasuk berikut:

a. Meningkatkan hubungan suportif antara klien-terapis


b. Meningkatkan kekuatan klien, kemampuan koping, dan kemampuan untuk
menggunakan sumber daya koping
c. Mengurangi tekanan distress klien dan respon coping maladaptif
d. Membantu klien terbebas dari penyakit jiwa atau fisik tertentu
e. Memberikan otonomi kepada klien dalam mengambil keputusan terkait pengobatannya.

Studi terkontrol telah menunjukkan terapi suportif efektif dalam mengobati skizofrenia,
kondisi borderline,kecemasan, stres pasca trauma, dan gangguan penyalahgunaan zat, serta
komponen psikologis penyakit fisik banyak. (Stuart & Laraia, 1998). Klingberg et al (2010)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa terapi suportif digunakan sebagai pendukung dari
psikoterapi yang lain agar dapat mengendalikan elemen-elemen non spesifik dari kontak
terapi. Hasil psikoterapi secara umumnya terdiri dari dampak-dampak spesifik dan non
spesifik. Dampak non spesifik adalah dukungan emosional, perhatian terapis, pendengar
yang empati, terapi yang optimal, dan hasil lain yang terkait dengan setiap keberhasilan
hubungan interpersonal yang terapeutik.

Tujuan utama terapi suportif adalah mengurangi stress dengan melakukan 5 prinsip
intervensi, yaitu:

a) Mengangkat harga diri/dukungan internal


b) Mengaktifkan dukungan eksternal
c) Menasehati serta memberi saran/arahan
d) Membantu memecahkan masalah yang ada
C. Proses Model Terapi Suportif

Terapi suportif merupakan bentuk eklektik psikoterapi, yaitu tidak didasarkan pada teori
tertentu psikopatologi. Sebaliknya, hal itu dapat menarik sesuai kebutuhan dari model lain
dan dapat mengatasi gejala yang berbeda dengan metode terapi yang berbeda (Stuart &
Laraia, 1998) Prinsip terapi suportif menurut Stuart & Laraia (1998):

a. Bantuan langsung kepada klien, yang mungkin mencakup berbagai terapi modalitas
b. Melibatkan keluarga dan keterlibatan dukungan sistem sosial
c. Fokus pada saat ini
d. Pengurangan Kecemasan melalui langkah-langkah suport dan pengobatan jika
diperlukan 5. Klarifikasi dan pemecahan masalah dengan menggunakan berbagai
pendekatan,termasuk saran, konfrontasi mendukung, pengaturan batas, pendidikan, dan
perubahan lingkungan
e. Membantu klien untuk menghindari krisis di masa depan dan mencari bantuan awal
ketika sedang stress

Berdasarkan pengembangan dari berbagai aktfitas support system enhancement yang


dijelaskan oleh McCloskey dan Bubechek (1996, dalam Stuart Laraia, 1998) dan mutual
support group bagi klien menurut Chien, Chan, dan Thompson (2006) pelaksanaan terapi
suportif dapat dilakukan dalam 4 sesi, yaitu:

a. Mengidentifikasi kemampuan klien dan sistem pendukung yang ada pada diri klien
b. Menggunakan sistem pendukung yang ada dalam diri klien
c. Menggunakan sistem pendukung yang ada di luar diri klien
d. Mengevaluasi hasil dan hambatan penggunaan sistem pendukung yang ada pada
masing-masing klien.

Berbagai aktifitas di dalam Support System Enhancement meliputi:

a. Mengakses respon psikologis


b. Menentukan jejaring sosial yang ada dan adekuat
c. Mengidentifikasi family support (dukungan bagi keluarga)
d. Mengidentifikasi family financial support (dukungan finansial bagi keluarga)
e. Menentukan support system (sistem dukungan) yang biasa digunakan
f. Menentukan hambatan dalam menggunakan support system
g. Memonitor situasi keluarga saat ini
h. Menganjurkan klien berpartisipasi dalam aktifitas sosial dan masyarakat
i. Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain yang sama-sama tertarik dan memiliki
tujuan
j. Mengarahkan pada Self Help Group sebagai terapi yang dapat dilakukan secara
mandiri.
k. .Mengakses sumber masyarakat yang adekuat untuk mengidentifikasi kelemahan dan
kelebihan
l. Mengarahkan pada masyarakat berdasarkan pada hal peningkatan, pencegahan,
pengobatan, atau program rehabilitasi yang tepat
m. Menyediakan layanan perawatan dan cara yang suportif
n. Melibatkan keluarga, pihak lain, dan teman dalam hal perawatan dan perencanaan
o. Menjelaskan pada yang lain bagaimana cara mereka dapat membantu

Menurut Chien, Chan & Thompson (2006) dalam memberikan terapi suport pada klien dan
keluarga dengan klien gangguan jiwa, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu :

a. Hubungan saling percaya


b. Memikirkan ide dan alternatif pemecahan masalah
c. Mendiskusikan area yang tabu (tukar pengalaman mengenai rahasia dan konflik
internal secara psikologis)
d. Menghargai situasi yang sama dan bertindak bersama
e. Adanya sistem pendukung
f. Pemecahan masalah secara individu.

D. Peran Perawat/Terapiy dalam Penerapan


Model Terapi Suportif Mohlenkamp, 1999 dalam Klingberg (2010) menyatakan prinsip
seorang terapis adalah:

1. aktif, upaya empatik terapis untuk mencapai hubungan terapeutik yang positif
2. terapis menyampaikan orientasi kognitif kepada klien dan membantu memahami
perilaku klien
3. terapis member saran dan panduan dalam mengatasi krisis dan masalah keseharian
4. meningkatkan harga diri klien melalui penguatan positif dan dukungan
5. bekerja dalam orientasi sumber daya, contohnya membantu klien untuk menemukan
kemampuan menolong dirinya
6. menahan diri dari pendekatan konfrontasi dan bujukan regresi.

Dalam model terapi ini juga seorang terapis harus menganggap klien sebagai mitra dalam
pengobatan dan mendorong otonomi klien untuk membuat keputusan pengobatan dan
kehidupan. Pada gilirannya, klien diharapkan untuk menunjukkan kesediaan untuk berbicara
tentang peristiwa kehidupan,menerima peran pendukung terapis,berpartisipasi dalam
program terapi, dan mematuhi struktur terapi. (Stuart & Laraia, 1998).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model terapi suportif adalah suatu cara psikoterapi yang banyak digunakan di rumah sakit
maupun di masyarakat, fokus terapi ini adalah memberikan dukungan kepada klien yang
mengalami penyakit, sedang menghadapi suatu permasalahan maupun untuk mendorong
klien pada perubahan yang lebih baik. Pemberiannya terapi suportif dapat dilakukan satu atau
dua kali dalam seminggu dengan durasi 50 menit setiap sesinya atau dapat diberikan dengan
mempertimbangkan waktu serta kondisi anggota yang akan menerimanya. Pemberian terapi
ini juga dapat diberikan pada individu maupun kelompok Dalam model terapi sportif ini
perawat dan klien adalah mitra dimana perawat akan memberikan perawatan secara
terapeutik kepada klien dengan juga memberikan hak otonomi klien untuk ikut menentukan
pengobatan yang akan didapatkannya. Jadi harus ada kerjasama yang baik antara perawat dan
klien. Beberapa kelebihan dari terapi sportif dalam aplikasinya di pelayanan keperawatan
khususnya keperawatan jiwa yaitu :

a. Dapat diaplikasikan dalam 3 jenis diagnosa keperawatan


b. Dapat di aplikasikan untuk klien di masyarakat, rumah sakit umum, maupun rumah
sakit jiwa
c. Dapat diberikan secara individu maupun kelompok
d. Hubungan antara perawat dan klien dalam terapi ini adalah mitra Beberapa kekurangan
dari terapi sportif dalam aplikasinya dipelayanan keperawatan khususnya keperawatan
jiwa yaitu :
a. Terapi suportif ini perlu diberikan secara berkesinambungan atau terusmenerus
b. Diperlukan pendampingan profesional untuk melakukan terapi suportif sehingga tidak
dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri.
B. Saran
Perawat dalam proses asuhan keperawatannya perlu mengajarkan kepada klien terapi
sportif secara mandiri baik yang individu maupun kelompok sehingga klien dapat
mengaplikasikannya secara terus-menerus sesuai dengan kebutuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-
JiwaKomprehensif.pdf http://ners.unair.ac.id/materikuliah/buku%20ajar%20keperawatan
%20kesehatan%20jiwa.pdf https://id.scribd.com/document/363999667/Model-Konsep-
Supportif-jiwa-Dasar https://www.academia.edu/15682706/keperawatan_jiwa
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280214-T%20Anjas%20Surtiningrum.pdf
RANGKUMAN

SUPPORTIVE THERAPY

Wermon dan Rockland meyakini bahwa penyebab gangguan jiwa adalah faktor
biopsikososial dan respos maladaptive saat ini. Contoh aspek biologis yaitu sering sakit
maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti :
mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek social
sepeertisusah bergaul, menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan
Pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan
jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada masalah
masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Prinsip proses terapi
pada model supportif adalah menguatkan respon coping adaptif. Terapis membantu klien
untuk mengidentifikasi dan mengenal kekuatan atau kemampuan serta coping yang dimiliki
klien, mengevaluasi kemampuan mana yang dapat digunakan untuk alternative pemecahan
masalah. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk
membantu klien menemukan coping klien yang adaptif.
1. Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah faktor biopsyko sosial dan
respon maladaptif saat ini. Konsep model? …..
a. Social
b. Interpersonal
c. Psychoanalitycal
d. Exitensial
e. Supportive Therapy
2. Remaja menyadari bahawa ia berbeda secara psikologis dari
orangtuanya.Kesadaran ini sering membuatnya mempertanyakan dan menolak nilai-nilai
dan nasehat orang tuanya, sekalipun nilai dan nasehat tersebut masukakal. Merupakan
perkembangan identitas pada umur?
a.15-18 tahun
b.14-15 tahun
c.12- 14 tahun
d.12-13 tahun
e.14-18 tahun
3. Yang termasuk Gangguan Jiwa yang banyak terjadi pada remaja adalah...
a. Gangguan Cemas
b. Senang dan Bahagia
c. Kerinduan
d. Kesengsaraan
e. Gangguan berfikir
4. Intervensi yang bisa diberikan kepada remaja untuk memperoleh
danmempertahankan kesehatan adalah...
a. Menganjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang memilikikegiatan positif
seperti pramuka dan lain-lain.
b. Mengajak remaja liburan ke tempat ia senangi dan ia sukaai sehinggaremaja bisa
melupakan masalahnya
c. Memberikan tempat yang luas untuk bermain
d. Memberikan uang jajan yang sedikit
e. Melakukan libur sekolah
5. Yang bukan proses dinamika ini dapat dikemukakan ciri remaja yang normal
(WHO, 2010) adalah ...
a. Tidak terdapat gangguan jiwa yang jelas atau sakit fisik yang parah
b. Dapat menerima perubahan yang dialami baik fisik maupun mental dansocial
c. Individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa
d. Mampu mengekspresikan perasaannya dengan luwes
e. Mencari penyelesaian terhadap masalahnya
6. Remaja Akhir (Late Adolescence)adalah masa konsolidasi menuju periodedewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini yaitu...
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
b. berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilihyang mana
c. peka atau tidak peduli, ramai-ramai
d. sendiri, optimis atau pesimis
e. idealis atau meterialis
7. Pada remaja awal, karakteristik perkembangannya adalah..
a. Sangat membutuhkan kawan
b. Masih terheran-heran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya
c. Bingung dalam menentukan pilihan
d. Terbentuk identitas seksual
e. Egosentrisme
8. Karateristik perkembangan remaja pada usia 12-14 tahun yaitu..
a. Remaja menyadari bahwa ia berbeda secara psikologis dari orang tuanya
b. Remaja percaya bahwa ia dapat melakukan segalanya tanpa salah
c. Remaja menerima kembali otoritas iorang tuanya namun dengan syarat
d. Remaja mengembangkan kesadaran dan identitas personal
e. Mempertahankan otonomi
9. Penatalaksanaan ganguan jiwa pada remaja dapat dilakukan
yaitu,kecuali...................
a. Pencegahan primer melalui berbagai program social
b. Pencegahan sekunder dengan menemukan kasus secara dini pada remaja
c. Dukungan terapeutik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu
d. Terapi keluarga dan penyuluhan keluarga penting untuk membantukeluarga
mendapatkan ketrampilan
e. Melakukan terapi bermain.
10. Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periodesebelum dan
sesudahnya menurut (Hurlock, 2005) antara lain, kecuali..........
a. Masa remaja adalah masa peralihan
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan
c. Masa remaja adalah masa mencari identitas
d. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis
e. Masa remaja adala masa gold period

You might also like