You are on page 1of 7

Indonesian Journal Of Strategic Management p-ISSN 2614-5391, e-ISSN 2614-2406

Vol 1, Issue 1, Februari 2018 https://journal.uniku.ac.id/index.php/ijsm


DOI: https://doi.org/10.25134/ijsm.v1i1.845

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU


DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER
QUANTITY (EOQ) DALAM UPAYA MEMINIMUMKAN BIAYA
PRODUKSI

Yopan Maulana1
Tatang Rois2
taro.kng@gmail.com1,2
1,2
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kuningan

Abstrack

The study aims to determine: (1) Whether the raw material inventory control method applied by CV.
Delapan-Delapan is optimal, (2) Whether the method of EOQ (Economic Order Quantity) minimizes the
production cost in CV. Delapan-Delapan, (3) how many optimal order of raw material at CV. Delapan-
Delapan, (4) the amount of safety stock at CV. Delapan-Delapan, and (5) The time the CV. Delapan-
Delapan do the Re Order Point if the company applies EOQ policy. The analytical method used in this
research is descriptive analysis by comparing the total inventory (TIC) of EOQ calculation with total
inventory cost (TIC) of conventional method. Data analysis techniques in this study uses Economic Order
Quantity. The results shows that: (1) CV. Delapan-Delapan has not conducted optimal inventory control
method to minimize the cost of economical inventory; (2) By applying EOQ method, the company can
save total cost of raw materials of tapioca flour and wheat flour of Rp.17.553.366, - and Rp.11.109.966,-
respectively; (3) Optimum raw material quantities for tapioca flour and wheat flour at CV. Delapan-
Delapan are 1.441 kg and 1.177 kg, the amount of safety stock of tapioca flour and wheat flour is 1.026
kg and 703 kg, and (5) the company must do the re-order point when the quantity of raw material of raw
tapioca flour and wheat flour in the warehouse has reached the amount of 1.199 kg and 811 kg
respectively..

Keywords: Total Cost Inventory; Re Order Point; Safety Stock; Economic Order Quantity

Abstrack

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Apakah metode pengendalian persediaan bahan baku
diterapkan oleh CV. Delapan-Delapan optimal, (2) Apakah metode EOQ (Economic Order Quantity)
meminimalkan biaya produksi di CV. Delapan-Delapan, (3) berapa pemesanan bahan baku yang optimal
di CV. Delapan-Delapan, (4) jumlah safety stock di CV. Delapan-Delapan, dan (5) Waktu itu CV.
Delapan-Delapan melakukan Re Order Point jika perusahaan menerapkan kebijakan EOQ. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan membandingkan total
persediaan (TIC) dari perhitungan EOQ dengan total biaya persediaan (TIC) dari metode konvensional.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan Economic Order Quantity. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) CV. Delapan-Delapan belum melakukan metode pengendalian persediaan yang
optimal untuk meminimalkan biaya persediaan ekonomis; (2) Dengan menerapkan metode EOQ,
perusahaan dapat menghemat total biaya bahan baku tepung tapioka dan tepung terigu masing-masing
Rp.17.553.366, - dan Rp.11.109.966, -; (3) Jumlah bahan baku optimal untuk tepung tapioka dan tepung
terigu di CV. Delapan-Delapan adalah 1,441 kg dan 1,177 kg, jumlah safety stock tepung tapioka dan
tepung terigu adalah 1,026 kg dan 703 kg, dan (5) perusahaan harus melakukan pemesanan ulang saat
jumlah bahan baku tapioka mentah tepung dan tepung terigu di gudang telah mencapai jumlah 1,199 kg
dan 811 kg masing-masing ..

Kata kunci: Total Biaya Persediaan; Re Order Point; Persediaan keselamatan; Kuantitas Pesanan
Ekonomi

1
Indonesian Journal Of Strategic Management p-ISSN 2614-5391, e-ISSN 2614-2406
Vol 1, Issue 1, Februari 2018 https://journal.uniku.ac.id/index.php/ijsm
DOI: https://doi.org/10.25134/ijsm.v1i1.845

PENDAHULUAN Sumber: CV. Delapan-Delapan, 2017


Setiap perusahaan, baik perusahaan manu- Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat
faktur maupun perusahaan perdagangan, diketahui pemesanan bahan baku pada
harus dapat mengambil keputusan dalam perusahaan mengalami fluktuasi setiap
pembelian bahan baku secara tepat dan bulannya, terkadang melebihi pemakaian dan
efisien agar persediaan bahan baku untuk terkadang kurang dari pemakaian.
produksi cukup jumlahnya sehingga proses Pemesanan bahan baku yang tidak teratur ini
produksi dapat berjalan dengan lancar disebabkan karena penentuan persediaan
(Taufiq, A, 2014). Perusahaan harus bahan baku dilakukan dengan melihat
menetapkan jumlah persediaan yang optimal pembelian dan penggunaan bahan baku
agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan periode sebelumnya, sehingga sering terjadi
bahan baku. overstock bahan baku pada perusahaan.
Beberapa metode ditawarkan dalam Perusahaan juga belum menetapkan reorder
pengambilan keputusan pembelian bahan point dan safety stock dalam pengendalian
baku, antara lain Metode Economic Order persediaan. Apabila hal ini terjadi terus
Quantity (EOQ). EOQ menurut Gitosudarmo menerus, maka akan mengakibatkan pem-
(2002) adalah volume atau jumlah pembelian borosan terhadap biaya persediaan, karena
yang paling ekonomis untuk dilakukan pada perusahaan melakukan pembelian bahan
setiap kali pembelian. Dengan menggunakan baku dalam jumlah besar yang tentunya
metode EOQ, persediaan bahan baku dapat diikuti dengan meningkatnya biaya pem-
dibuat minimum, biaya serendah-rendahnya, esanan dan penyimpanan oleh perusahaan.
dan mutu lebih baik (Maftukhah, 2013). Berdasarkan fenomena yang ada dan
CV. Delapan-Delapan merupakan salah research gap, maka penulis tertarik untuk
satu perusahaan yang belum memiliki melakukan penelitian mengenai “Analisis
metode yang tepat dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku
pembelian atau pemesanan bahan baku. dengan menggunakan metode EOQ dalam
Karena, persediaan bahan baku perusahaan upaya meminimumkan biaya produksi
yang tidak teratur, terkadang melebihi pada CV. Delapan-Delapan Kuningan”.
pemakaian dan terkadang kurang dari Dari latar belakang yang telah dikemukakan
pemakaian. Berikut ini merupakan data di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
pembelian dan pemakaian bahan baku yaitu :
Tapioka pada CV. Delapan-Delapan : 1)Bagaimana Metode pengendalian
Tabel 1 persediaan bahan baku yang dilakukan oleh
Data Pembelian dan Pemakaian Bahan CV. Delapan-Delapan?
Baku Tapioka 2016 2)Apakah Metode EOQ (Economic Order
Bulan Persedia Pembeli Pemakai Perse Quantity) dapat meminimumkan biaya
an awal an (kg) an (kg) diaan
(kg) akhir produksi di CV. Delapan-Delapan?
(kg) 3)Berapa jumlah pesanan bahan baku yang
Januari 150 4590 4400 340
optimal pada CV. Delapan-Delapan?
Februari 340 4150 4225 265
Maret 265 5100 4416 949 4)Berapa jumlah persediaan pengaman
April 949 4380 4576 753 (Safety Stock) yang harus ada pada CV.
Mei 753 3600 3590 763
Juni 763 1900 2112 551
Delapan-Delapan?
Juli 551 3000 3344 207 5)Kapan CV. Delapan-Delapan melakukan
Agustus 207 4650 4600 257 pesanan kembali (Reorder Point) jika
Septemb 257 4800 4200 857
er perusahaan menerapkan kebijakan EOQ?
Oktober 857 4150 4400 607 6)Sesuai dengan permasalahan yang diajukan
Novemb 607 4175 4368 414
er dalam penelitian, maka tujuan dalam
Desemb 414 3800 3848 366 penelitian ini adalah sebagai berikut.
er
98
Indonesian Journal Of Strategic Management p-ISSN 2614-5391, e-ISSN 2614-2406
Vol 1, Issue 1, Februari 2018 https://journal.uniku.ac.id/index.php/ijsm
DOI: https://doi.org/10.25134/ijsm.v1i1.845

1)Untuk mengetahui Metode pengendalian atau proses produksi, ataupun persediaan


persediaan bahan baku yang dilakukan oleh bahan baku yang menunggu penggunaannya
CV. Delapan-Delapan. dalam suatu proses produksi. Sedangkan
2)Untuk mengetahui apakah Metode EOQ menurut Assauri (2008) menyatakan bahwa
(Economic Order Quantity) Dapat mem- persediaan merupakan suatu aktiva yang
inimumkan biaya produksi di CV. Delapan- meliputi barang-barang milik perusahaan
Delapan. dengan maksud untuk dijual dalam periode
3)Untuk mengetahui berapa jumlah pesanan usaha yang normal, atau persediaan barang-
bahan baku yang optimal pada CV. Delapan- barang yang masih menunggu
Delapan penggunaannya dalam suatu proses produksi.
4)Untuk mengetahui berapa jumlah
persediaan pengaman (Safety Stock) yang Economic Order Quantity (EOQ)
harus ada pada CV. Delapan-Delapan. Menurut Gitosudarmo (2002) EOQ
5)Untuk mengetahui kapan CV. Delapan- (Economic Order Quantity) sebenarnya
Delapan melakukan pesanan kembali (Re adalah volume atau jumlah pembelian yang
Order Point) jika perusahaan menerapkan paling ekonomis untuk dilaksanakan pada
kebijakan EOQ. setiap kali pembelian. Untuk memenuhi
kebutuhan itu, maka dapat diperhitungkan
Landasan Teori pemenuhan kebutuhan (pembeliannya) yang
paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang
Manajemen Operasi akan dapat diperoleh dengan pembelian
Menurut Assauri (2008) manajemen produksi dengan menggunakan biaya yang minimal.
dan operasi merupakan proses pencapaian Sedangkan menurut Heizer dan Render
dan pemanfaatan sumber daya untuk (2010) EOQ adalah salah satu teknik
memproduksi atau menghasilkal barang- pengendalian persediaan yang paling tua dan
barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai terkenal secara luas, metode pengendalian
usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan
organisasi. Sedangkan menurut Heizer dan penting, kapan harus memesan dan berapa
Render (2010) manajemen operasional banyak harus memesan.
adalah serangkaian aktivitas yang Sedangkan untuk menentukan jumlah
menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan pesanan yang ekonomis menurut metode
jasa dengan mengubah input menjadi output. Economic Order Quantity (EOQ) adalah
dengan rumus sebagai berikut Heizer dan
Definisi Persediaan Render (2010):
Persediaan adalah bahan atau barang yang 2DS
disimpan untuk memenuhi tujuan tertentu, Q∗ = √
H
misalnya untuk digunakan dalam proses Keterangan :
produksi atau perakitan, untuk dijual Q* = Kuantitas barang setiap kali
kembali, atau untuk suku cadang dari pemesanan.
peralatan atau mesin. Persediaan dapat D = Jumlah permintaan kebutuhan bahan
berupa bahan mentah, bahan pembantu, baku per tahun.
bahan dalam proses, barang jadi, ataupun S = Biaya setiap kali pesan
suku cadang. Menurut Rangkuti (2004) H = Biaya penyimpanan per unit per tahun.
persediaan merupakan suatu aktiva yang
meliputi barang-barang milik perusahaan Safety Stock (Persediaan pengaman)
dengan maksud untuk dijual dalam suatu Menurut Assauri (2008) persediaan
periode usaha tertentu, atau persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang
barang-barang yang masih dalam pengerjaan diadakan untuk melindungi atau menjaga
99
Indonesian Journal Of Strategic Management p-ISSN 2614-5391, e-ISSN 2614-2406
Vol 1, Issue 1, Februari 2018 https://journal.uniku.ac.id/index.php/ijsm
DOI: https://doi.org/10.25134/ijsm.v1i1.845

kemungkinan terjadinya kekurangan bahan d = Tingkat kebutuhan per hari


(stock out). Akibat pengadaan persediaan L = Lead Time
pengaman terhadap biaya pemisahan adalah SS = Safety Stock
mengurangi kerugian yang ditimbulkan
karena terjadinya stock out, akan tetapi METODE PENELITIAN
sebaliknya akan menambah besarnya Secara umum metode penelitian diartikan
carrying cost. sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
Adapun rumus standar deviasi menurut dan kegunaan tertentu. Metode penelelitian
Purwanto dan Suharyadi (2007) adalah adalah suatu kegiatan yang menggunakan
sebagai berikut : metode yang sistematis untuk memperoleh
Rumus : ∑ data yang meliputi pengumpulan data,
SD = √ (x−ẋ) pengolahan data dan analisis data.
N
Keterangan : Penelitian ini meneliti mengenai penggunaan
SD = Standar Deviasi model EOQ (Ecomic Order Quantity) dalam
X = Pemakaian Sesungguhnya menentukan jumlah persediaan yang optimal
ẋ = Perkiraan Pemakaian pada CV. Delapan-Delapan Kuningan.
N = Jumlah Data Sampel yang digunakan merupakan data
Dengan asumsi bahwa perusahaan yang berhubungan dengan persediaan bahan
menggunakan 5% penyimpangan serta baku, yaitu data perusahaan pada bulan
menggunakan satu sisi dari kurva normal Januari – Desember 2016. Data tersebut
(nilai dapat dilihat pada tabel standar = 1.65), mengenai pemakaian bahan baku, pembelian
maka perhitungan Safety Stock adalah dan lain – lain.
sebagai berikut : Metode pengumpulan data yang
Rumus : SS = SD × 1.65 digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
Keterangan : wawancara, pengumpulan data perusahaan,
SS = Safety Stock dan observasi langsung terhadap peng-
SD = Standar Deviasi endalian persediaan.
Metode analisis yang digunakan dalam
Re Order Point (ROP) penelitian ini adalah metode analisis
Menurut Rangkuti (2004) Re Order Point deskriptif dengan membandingkan antara
(ROP) adalah strategi operasi persediaan total persediaan (TIC) dari perhitungan
merupakan titik pesanan yang harus metode EOQ dengan biaya total persediaan
dilakukan suatu perusahaan sehubungan (TIC) dari metode konvensional. Alat
dengan adanya Lead Time dan Safety Stock. analisis data yang digunakan dalam
Sedangkan menurut Assauri (2008) ROP (Re penelitian ini meliputi Economic Order
Order Point) adalah suatu titik atau batas dari Quantity (EOQ), Frekuensi Pembelian,
jumlah persediaan yang ada pada suatu saat Safety Stock (SS), Re Order Point (ROP),
dimana pesanan harus diadakan kembali. dan Total Inventory Cost (TIC).
Adapun pengertian ROP menurut Heizer dan
Render (2010) adalah tingkat persediaan HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengendalian persediaan bahan baku derngan
dimana ketika persediaan telah mencapai
tingkat tersebut, pesanan harus segera di- menggunakan metode Economic Order
Quantity (EOQ) melakukan pemesanan
lakukan. Re Order Point dapat dihitung
dengan rumus menurut Heizer dan Render sesuai dengan jumlah bahan baku yang harus
dipesan pada setap kali pemesanan. Nilai
(2010):
Rumus : ROP = (dL) + SS EOQ merupakan kuantitas optimal dalam
melakukan pemesanan. Metode EOQ ini
Keterangan :
ROP = Re Order Point bertujuan agar biaya persediaan perusahaan

100
Indonesian Journal Of Strategic Management p-ISSN 2614-5391, e-ISSN 2614-2406
Vol 1, Issue 1, Februari 2018 https://journal.uniku.ac.id/index.php/ijsm
DOI: https://doi.org/10.25134/ijsm.v1i1.845

menjadi sekecil mungkin. Sesuai dengan data optimal menurut metode EOQ perusahaan
yang sudah diperoleh dari perusahaan baik harus memesan bahan baku tepung tapioka
jumlah pembelian, jumlah pemakaian, biaya dan tepung terigu sebesar 50.612 Kg dan
penyimpanan dan pemesanan, Persediaan 28.272 Kg, sedangkan menurut metode
bahan baku Tepung Tapioka dan Tepung konvensional perusahaan yang selama ini
Terigu yang optimal berdasarkan metode diterapkan oleh perusahaan yaitu sebanyak
Economic Order Quantity (EOQ) pada tahun 48.295 Kg dan 30.230 Kg.
2016 adalah 1.441 kg dan 1.177 kg dengan Pada setiap bulan frekuensi pemesanan
frekuensi pembelian sebanyak 33 kali dan 26 bahan baku tepung tapioka dan tepung terigu
kali. Adapun perbandingan kuantitas dengan menggunakan metode konvensional
pembelian yang optimal per bulannya adalah perusahaan sebanyak 4 kali, sedangkan
sebagai berikut : menurut metode EOQ frekuensi pemesanan
Tabel 1 bahan baku tepung tapioka dan tepung terigu
Perbandingan Kualitas Pembelian rata – rata sebanyak 3 kali dan 2 kali.
Persediaan Bahan Baku Tepung Tapioka Frekuensi pemesanan untuk pertahunnya
menurut metode konvensional perusahaan
yang selama ini diterapkan, perusahaan harus
melakukan pemesanan sebanyak 48 kali
pesan. Sedangkan menurut metode EOQ
perusahaan harus melakukan pemesanan
sebanyak 35 kali pesan untuk tepung tapioka
dan 24 kali pesan untuk tepung terigu dalam
satu tahun.
Perbedaan kuantitas dan frekuensi
tersebut menimbulkan selisish yang dapat
Tabel 2 disebut penghematan yang seharusnya dapat
Perbandingan Kualitas Pembelian dilakukan oleh perusahaan. Pada tabel 1 dan
Persediaan Bahan Baku Tepung Tapioka tabel 2 tersebut dapat diketahui bahwa
kuantitas pembelian bahan baku tepung
tapioka dan tepung terigu dengan
menggunakan metode EOQ hasilnya sangat
berbeda dengan perhitungan metode
konvensional.
Dengan menggunakan metode EOQ CV.
Delapan-Delapan Kuningan dapat me-
nentukan safety stock dan reorder point
sebagai berikut :
Berdasarkan tabel 1 dan tabel 2 diatas Persediaan pengaman (safety stock)
kebutuhan bahan baku CV. Delapan-Delapan berguna untuk melindungi perusahaan dari
yang optimal, pada bulan Januari menurut risiko kehabisan bahan baku (stock out),
metode EOQ perusahaan harus memesan keterlambatan penerimaan bahan baku yang
persediaan bahan baku tepung tapioka dan dipesan, dan dapat juga bermanfaat ketika
tepung terigu sebesar 4.617 Kg dan 2.500 terjadi lonjakan permintaan yang tidak
Kg. Sedangkan menurut metode yang selama terprediksi sebelumnya oleh perusahaan.
ini diterapkan oleh perusahaan harus Dalam analisis penyimpangan ini manajemen
memesan persediaan bahan baku sebanyak perusahaan menentukan seberapa jauh bahan
4.590 Kg dan 3.060 Kg. Untuk total per baku yang masih dapat diterima. Pada
tahunnya pemesanan atau pembelian yang umumnya batas toleransi yang digunakan
101
Indonesian Journal Of Strategic Management p-ISSN 2614-5391, e-ISSN 2614-2406
Vol 1, Issue 1, Februari 2018 https://journal.uniku.ac.id/index.php/ijsm
DOI: https://doi.org/10.25134/ijsm.v1i1.845

adalah 5%. Angka ini dapat diperoleh pada Tabel 4


tabel Z yang bernilai Z = 1,645. Dengan nilai Perbandingan TIC Menurut Konvensional
standar deviasi sebesar 16,33, maka besarnya Perusahaan dengan TIC Menurut Metode
persediaan pengaman (safety stock) untuk EOQ pada Bahan Baku Tepung Tapioka
bahan baku tepung tapioka dan tepung terigu dan Tepung Terigu Tahun 2016
yang harus ada pada CV. Delapan-Delapan
tahun 2016 adalah sebesar 1.026 kg dan703
kg.
Pemesanan kembali atau Reorder Point
(ROP) adalah saat dimana perusahaan harus
melakukan pemesanan bahan bakunya Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat
kembali, sehingga penerimaan bahan baku diketahui bahwa pengendalian persediaan
yang dipesan dapat tepat waktu. Karena dengan menggunakan metode Economic
dalam melakukan pemesanan bahan baku Order Quantity (EOQ) lebih efisen
tidak dapat langsung diterima hari itu juga. dibandingkan dengan metode konvensional
Pada tahun 2016 CV. Delapan-Delapan yang selama ini dilakukan oleh perusahaan.
seharusnya melakukan pemesanan kembali Dengan menggunakan metode EOQ dapat
saat persediaan bahan baku tepung tapioka diketahui bahwa terdapat selisih perbedaan
dan tepung terigu sebesar 1.199 kg dan 811 biaya yang cukup besar pada TIC pembelian
kg. Adapun perhitungan safety stock dan re bahan baku tepung tapioka dan tepung terigu.
order point per bulannya adalah : Pada tahun 2016 perusahaan dapat
Tabel 3 melakukan penghematan untuk biaya
Hasil Safety Stock dan Reorder Point, CV persediaan bahan baku sebesar Rp.
Delapan-delapan Kuningan (kg) 28.663.322,-.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan metode Economic Order
Quantity (EOQ) dalam pengendalian
persediaan bahan baku di CV. Delapan-
Delapan lebih efisien dibandingkan dengan
metode konvensional yang diterapkan oleh
perusahaan. Dari hasil penelitian dan
pembahasan dari bab IV dapat disimpulkan
Jumlah total biaya persediaan bahan sebagai berikut:
baku tepung tapioka dan tepung terigu pada Pertama, CV. Delapan-Delapan belum
CV. Delapan-Delapan Kuningan dapat melakukan metode pengendalian persediaan
dihitung dengan rumus Total Inventory Cost bahan baku yang optimal untuk memi-
(TIC). Total biaya persediaan dengan rumus nimalisasi biaya persediaan yang ekonomis.
TIC dengan menggunakan metode EOQ pada Kedua, dari hasil penelitian diketahui bahwa
CV. Delapan-Delapan Kuningan tahun 2016 Total Inventory Cost dengan menggunakan
untuk bahan baku tepung tapioka dan tepung metode EOQ lebih kecil dibandingkan
terigu adalah Rp. 7.018.532,- dan Rp. dengan Total Inventory Cost menurut
5.371.082,-. perusahaan. Dengan menerapkan metode
EOQ perusahaan dapat menghemat total
biaya persediaan bahan baku tepung tapioka

102
Indonesian Journal Of Strategic Management p-ISSN 2614-5391, e-ISSN 2614-2406
Vol 1, Issue 1, Februari 2018 https://journal.uniku.ac.id/index.php/ijsm
DOI: https://doi.org/10.25134/ijsm.v1i1.845

dan tepung terigu masing-masing sebesar Ketiga, perusahaan sebaiknya dapat


Rp.17.553.366,- dan Rp. 11.109.966,-. menentukan persediaan pengaman (safety
Ketiga, dari hasil penelitian diketahui bahwa Stock) dan titik pesan kembali (Re Order
jumlah pesanan bahan baku yang optimal Point) untuk menghindari dari resiko
untuk tepung tapioka dan tepung terigu pada kehabisan stok bahan baku di gudang
CV. Delapan-Delapan adalah masing-masing sehingga dapat meminimalisasi biaya
sebesar 1.441 kg dan 1.177 kg. pemesanan.
Keempat, dari hasil penelitian diketahui
bahwa jumlah persediaan pengaman (Safety
Stock) yang harus ada pada tepung tapioka DAFTAR PUSTAKA
dan tepung terigu adalah sebesar 1.026 kg
Assaur., Sofyan. (2008). Manajemen produksi dan
dan 703 kg.
operasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Kelima, dari hasil penelitian diketahui bahwa Indonesia.
perusahaan harus melakukan pesanan
kembali (Re Order Point) ketika jumlah Riyanto., Bambang. (2001). Dasar-dasar
persediaan bahan baku tepung tapioka dan pembelanjaan perusahaan. Jogjakarta: BPFE.
tepung terigu yang ada di gudang sudah
Gitosudarmo., Indrio. (2002). Manajemen keuangan.
mencapai jumlah masing-masing sebesar Yogyakarta: BPFE.
1.199 kg dan 811 kg.
Heizer., Jay.& Barry., Render. (2010). Manajemen
Saran operasi. Jakarta: Salemba Empat.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
Maftukhah., I. (2013). Kepemilikan manajerial,
peneliti dapat memberikan saran kepada kepemilikan institusional dan kinerja keuangan
pihak CV. Delapan-Delapan yang dapat sebagai penentu struktur modal perusahaan.
dijadikan bahan pertimbangan dalam Jurnal Dinamika Manajemen. 4(1).
kebijakan persediaan. Adapun saran-saran
adalah sebagai berikut : Purwanto.,& Suharyadi. (2007). Statistika untuk
ekonomi dan keuangan modern. Jakarta:
Pertama, perusahaan sebaiknya dapat Salemba Empat.
meninjau kembali tentang kebijakan Rangkuti., F. (2004). Manajemen persediaan aplikasi
persediaan bahan baku yang selama ini telah di bidang bisnis. Jakarta: Erlangga.
dilakukan oleh perusahaan.
Kedua, bagi pihak manajemen CV. Delapan- Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif,
kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.
Delapan agar dapat mempertimbangkan
penggunaan metode EOQ dalam melakukan Taufiq., A. (2014). Pengendalian persediaan bahan
pengendalian persediaan bahan baku, karena baku dengan metode economic order quantity
dengan metode EOQ dapat menghemat biaya (EOQ) Pada Salsa Bakery Jepara. Management
persediaan perusahaan. Analysis Journal. 3 (1).

103

You might also like