Professional Documents
Culture Documents
46 – 59
DOI https://doi.org/10.30598/jumadikavol2iss2year2020page46-59
e-mail: 1hasanbashrihadimu@gmail.com;
Submitted: August 20, 2020 Revised: September 23, 2020 Accepted: September 28, 2020
corresponding author*
Abstract
During this time, reflective thinking and analytical skills have not been one of the objectives of mathematics
and learners have not demonstrated reflective activity and analytic learning. The ability of the students '
reflective thinking and analytics is an important aspect to be examined and developed so that the learner's
math learning is more optimal. The study aims to describe the ability of the students ' reflective thinking
and analytic of junior high school in solving the Programme for International Student Assessment (PISA)
model. This research is a qualitative descriptive study describing the reflective thinking skills and analytical
students of junior high school in solving the Programme for International Student Assessment (PISA)
model. The subject in this study is a class IX student consisting of three learners with the details of each of
the 1 learners with reflective thinking skills, 1 student with analytic thinking skills and 1 student with
reflective and analytical thinking skills. The data collection techniques used are tests of reflective thinking
and analytical skills as well as interviews. Test Data and interviews are analyzed based on indicators that
meet the ability of reflective thinking and analytical thinking skills. Data analysis techniques refer to the
Miles and Hiberman concepts which include data reduction, data presentation, and conclusion withdrawal.
Data validity techniques use observer persistence, triangulation time and peer checking. The results of the
study provide conclusions: 1) Subject 1 meets the indicator of the reflective thinking ability, subject 1 able
to the reacting phase, comparing, less in the contemplating phase: 2) Subject 2 meets the analytical thinking
ability indicator, subject 2 is capable at would phase, organizing and attributing: 3) Subject 3 meets the
indicator of reflective thinking capabilities capable of the reacting, comparing, contemplating and subject
3, organizing and attributing.
Keywords: analytics, reflective, pisa
berpikir reflektif dapat membantu peserta didik creative, and practical abilities has resulted in
mengintegrasikan kemampuan berpikirnya dengan improved school achievement for every student,
melakukan penilaian. Dengan demikian, berpikir whatever their ability pattern, Mengajar peserta
reflektif merupakan hal yang penting agar peserta didik untuk menggunakan semua kemampuan
didik mampu memecahkan masalah secara analitik, kreatif, dan praktis mereka telah
optimal. menghasilkan peningkatan prestasi sekolah untuk
setiap peserta didik, apa pun pola kemampuan
Dengan demikian, kemampuan berpikir
mereka.
reflektif ialah kemampuan peserta didik dalam
mengklasifikasi makna pengalaman belajar dulu Muin (2011: 234) menyatakan bahwa
dan sekarang, proses mental yang kompleks dalam keterampilan berpikir reflektif peserta didik perlu
memahami, mengkritik, menilai, mencari solusi dimiliki, tidak hanya dalam proses pembelajaran,
alternatif dan mengevaluasi isu atau masalah yang tetapi juga berkaitan dengan memecahkan masalah
dipelajari dalam kaitannya dengan masalah yang kehidupan sehari-hari. Karena dengan berpikir
dihadapi dalam dunia nyata. reflektif, seseorang dapat memahami, mengkritik,
menilai, mencari solusi alternatif, dan
Sulastri (2018: 78) salah satu aspek kognitif
mengevaluasi isu atau masalah yang dipelajari.
dalam taksonomi Bloom yang menempati urutan
Jika dikaitkan dengan PISA berdasarkan OECD
keempat setelah pengetahuan, pemahaman, dan
(2014), soal matematika PISA erat kaitannya
aplikasi adalah aspek analitik. Kemampuan
dengan kemampuan menginterpretasi hal-hal
berpikir analitik merupakan suatu kemampuan
matematis pada berbagai konteks yang berbeda dan
dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik.
membantu seseorang untuk memahami peran
Menurut Amer (2005: 1), “analythical matematika pada situasi kehidupan nyata serta
thinking is a powerful thinking tool-for membuat penilaian dan keputusan. Dengan
understanding the parts of situation is the ability to demikian berpikir reflektif sangat dibutuhkan
scrutinize and break down facts and thought into dalam memecahkan masalah yang terkait dengan
their strengths and weaknesses”, Berpikir analitik masalah matematika standar PISA
sangat berguna untuk memahami bagian-bagian
Kurniati dan Jamil (2016: 143) Soal-soal
dari situasi, kemampuan untuk meneliti dan
PISA bukan hanya menuntut kemampuan dalam
merinci fakta dan berpikir pada kekuatan dan
penerapan konsep saja, tetapi lebih kepada
kelemahannya.
bagaimana konsep itu dapat diterapkan dalam
Parta (2016: 1) Berpikir analitik merupakan berbagai macam situasi. Selanjutnya, Setiawan
salah satu model berpikir yang perlu (2014) mengemukakan soal PISA selain menuntut
dikembangkan dalam pembelajaran matematika. kemampuan analisis dalam pengerjaannya.
Model berpikir ini sangat dibutuhkan karena obyek Dengan demikian, kemampuan berpikir reflektif
kajian dalam pembelajaran matematika merupakan dan analitik sangat berperan penting dalam
obyek abstrak. Sedangkan menurut Sternberg menyelesaikan soal PISA.
(2012: 424) mengatakan it is important to teach
students not just to learn facts but also to think
analytically, creatively, practically, and wisely. 2. Metode Penelitian
Jadi menurut Sternberg bahwa penting untuk
Metode penelitian yang digunakan dalam
mengajar peserta didik tidak hanya untuk belajar
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
fakta tetapi juga untuk berpikir secara analitis,
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
kreatif, praktis, dan bijaksana. Oleh karena itu,
kemampuan berpikir reflektif dan analitik peserta
berpikir analitik sangat berperan bagi peserta didik,
didik SMP dalam menyelesaikan soal model
khususnya pada proses pemecaham masalah
Programme for International Student Assessment
matematika.
(PISA). Prosedur penelitian ini terdiri dari 3
Dari uraian di atas, maka dapat simpulkan tahapan utama yaitu persapan, implementasi dan
kemampuan berpikir analitik ialah kemampuan analisis data. Pada tahap persiapan, peneliti
dasar yang harus dimiliki peserta didik dalam mempersiapkan instrumen tes (soal-soal PISA)
menyelesaikan soal non rutin yang membutuhkan untuk mengukur kemampuan berpikir reflektif dan
unsur pengetahuan, pemahaman aplikasi, analitik peserta didik. Terdapat 2 soal PISA yang
menemukan hubungan, membuktikan, harus diselesaikan peserta didik. Selanjutnya
mengomentari dan menggeneralisasi peneliti menganalisis jawaban peserta didik untuk
mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan
Sternberg, dkk (2012:22) mengatakan
berpikir reflektif dan analitik peserta didik.
teaching students to use all of their analytic,
Penelitian ini dilakukan di MTsN Ambon dan SMP
48 Hadimu, Laurens & Moma
Advent Maluku. Subjek penelitian ini adalah 3 Peserta didik mampu menjelaskan
peserta didik kelas IX yang memenuhi indikator maksud permasalahan, mendeteksi
kemampuan berpikir reflektif, analitik dan reflektif kesalahan pada penentu jawaban,
Contemplating
analitik. Pemilihan subjek berdasarkan dan membuat kesimpulan dengan
benar dalam menyelesaikan soal
pertimbangan peserta didik tersebut mampu
PISA
menyelesaikan soal PISA, mampu berkomunikasi
Memilah-milah bagian-bagian yang
dengan baik terkait dengan penyelesaian soal PISA Differentiating relevan dan tidak relevan dalam
dan pertimbangan guru bidang studi. menyelesakan soal PISA
Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Reflektif Membuat struktur dalam
dan Analitik dalam Menyelesaikan Soal penyelesaian masalah yang
Organizing
Model PISA sistematis dalam menyelesakan soal
PISA
Fase Berpikir Indikator Berpikir Reflektif Mengungkapkan informasi dalam
reflektif Attributing bentuk kesimpulan dalam
Peserta didik mampu menyebutkan menyelesakan soal PISA
dan menghubungkan hal-hal yang
diketahui dan ditanyakan pada soal,
Reacting mampu menjelaskan bahwa yang 3. Hasil dan Pembahasan
diketahui sudah cukup atau belum
untuk menjawab yang ditanyakan 3.1. Hasil
dalam menyelesikan soal PISA Berikut ini adalah deskripsi kemampuan
Peserta didik mampu menjelaskan berpikir reflektif subjek dalam menyelesaikan soal
permasalahan yang pernah PISA.
diperoleh dan menghubungkan
Comparing
masalah yang ditanyakan dengan Subjek 1 dalam menyelesaikan soal PISA
masalah yang pernah dihadapi a. Fase Reacting
dalam menyelesaikan soal PISA
Peserta didik mampu menjelaskan Subjek 1 melakukan fase reacting pada
maksud permasalahan, mendeteksi masalah I dan II.
kesalahan pada penentu jawaban, Masalah I:
Contemplating
dan membuat kesimpulan dengan
benar dalam menyelesaikan soal
PISA
Fase Berpikir Indikator Berpikir Analitik
Analitik Masalah II:
Memilah-milah bagian-bagian yang
Differentiating relevan dan tidak relevan dalam
menyelesakan soal PISA
Membuat struktur dalam
penyelesaian masalah yang
Organizing
sistematis dalam menyelesakan soal
PISA
Mengungkapkan informasi dalam Gambar 1. Hasil Subjek 1 Fase Reacting
Attributing bentuk kesimpulan dalam
menyelesakan soal PISA Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa pada
Fase Berpikir Indikator Berpikir Reflektif dan masalah I dan II, subjek 1 dapat menuliskan
Reflektif dan Analitik informasi yang diketahui sesuai dengan masalah
Analitik yang diberikan, namun tidak menuliskan apa yang
Peserta didik mampu menyebutkan ditanyakan pada soal. Ketika wawancara
dan menghubungkan hal-hal yang dilakukan, subjek mampu mengemukakan apa
diketahui dan ditanyakan pada soal, yang ditanyakan pada soal subjek 1 mampu
Reacting mampu menjelaskan bahwa yang menguraikan masalah dengan pemahamannya
diketahui sudah cukup atau belum
sendiri, serta mampu menghubungkan apa yang
untuk menjawab yang ditanyakan
dalam menyelesikan soal PISA
diketahui dan ditanyakan pada soal.
Peserta didik mampu menjelaskan Petikan wawancara Subjek 1 berkaitan
permasalahan yang pernah dengan fase reacting sebagai berikut:
diperoleh dan menghubungkan
Comparing
masalah yang ditanyakan dengan
masalah yang pernah dihadapi
dalam menyelesaikan soal PISA
Jurnal Pendidikan Matematika (Jumadika) | Oktober 2020 | Volume 2 Nomor 2 | 49
P 15 : Dari masalah II, Informasi apa saja yang Petikan wawancara Subjek 1 berkaitan
diketahui ? dengan fase comparing sebagai berikut:
P 10 : Pada soal no 1, Apakah pernah
memecahkan soal seperti ini
sebelumnya ?
S1.10 : Pernah
P 11 : Coba jelaskan masalah yang pernah di
Gambar b. Hasil Pekerjaan Subjek 1 hadapi?
dalam menuliskan informasi dalam S1.11 : Saya pernah menyelesaikan masalah
penyelesaian soal seperti ini sebelumnya. Misal
S1.15 : Misal (sambil menunjuk) jarak antar 2𝑥 − 𝑦 = 3
kedua kaki ialah 𝑝, dan 𝑛 ialah kecepatan 3𝑥 − 4𝑦 = 7
langkah/meter dan kita harus tentukan Dengan menggunakan metode eliminasi
nilai 𝑃 atau panjang langkah dalam kita peroleh 𝑦 = −1
meter dan 𝑛 atau Kecepatan Berjalan Selanjutnya kita gunakan metode
dalam meter per menit subtitusi untuk persamaan pertama agar
P 16 : Apa hubungan dari yang diketahui dan kita dapat menentukan nilai y
yang ditanyakan pada soal? 2𝑥 − 𝑦 = 3
S1.16 : Jika diketahui 𝑛, kita disuruh mencari 𝑝, 2𝑥 − (−1) = 3
dan jika diketahui 𝑝, kita disuruh 2𝑥 + 1 = 3
mencari 𝑛. 2𝑥 = 3 − 1
P 17 : Setelah memahami apa yang diketahui 2𝑥 = 2
dan ditanyakan pada soal, apakah itu 𝑥=1
cukup untuk menyelesaikan soal? Jadi, nilai 𝑥 = 1 dan 𝑦 = −1
S1.17 : Cukup P 12 : Coba anda jelaskan hubungan antara
soal yang pernah diselesaikan dengan
soal yang dijawab sekarang ?
S1.12 : Hubungannya terletak pada cara
b. Fase Comparing
menyelesaikannya yaitu dengan cara
Subjek 1 melakukan fase comparing subtitusi dan eliminasi
50 Hadimu, Laurens & Moma
Masalah II:
Gambar 3. Hasil Subjek 1 Fase Contemplating
Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa
subjek I mampu menjelaskan permasalahan pada
soal, memperbaiki dan menjelaskan kesalahan
yang terjadinamun cenderung tidak menuliskan
kesimpulan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada fasecontemplating subjek 1 mampu dalam
menjelaskan maksud permasalahan dan
kesimpulan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
(Ananda, 2019: 143), peserta didik mengalami
kesulitan pada fase berpikir reflektif yang ketiga
Gambar 4. Hasil Subjek 2 Fase Differentiating
yaitu contemplating (berpikir refletif untuk inkuiri
kritis), dimana peserta didik tidak mampu Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa pada
membuktikan kebenaran jawaban. masalah I dan II, subjek 2 mampu menuliskan
langkah-langkah penyelesaian masalah secara
Petikan wawancara Subjek 1 berkaitan
runtut. Pada jawaban di atas, terlihat bahwa subjek
dengan fase contemplating sebagai berikut:
Jurnal Pendidikan Matematika (Jumadika) | Oktober 2020 | Volume 2 Nomor 2 | 51
Masalah II:
c. Fase Contemplating
Masalah I:
Berdasarkan Gambar 12, terlihat bahwa pada pengetahuan peserta didik semata, tapi proses
pada masalah II, subjek 3 mampu menuliskan bagaimana memanfaatkan pengetahuan yang telah
informasi dalam bentuk kesimpulan. Pada jawaban dimilikinya untuk memecahkan masalah yang
di atas, terlihat bahwa subjek S3 memenuhi aspek dihadapi. Jika peserta didik mampu menemukan
attributing yaitu mampu membuat kesmpulan cara memecahkan masalah yang dihadapi sehingga
berdasakan informasi yang diperoleh. dapat mencapai tujuannya maka peserta didik
tersebut telah melakukan proses berpikir reflektif.
Petikan wawancara Subjek 3 berkaitan
Untuk itu anak perlu dilatih untuk bisa berpikir
dengan fase attributing sebagai berikut:
reflektif. Jika dilihat pada hasil pemecahan soal
P 21 : Pada soal no 2.1 apa kesimpulan yang PISA yang diselesaikan oleh Subjek 1 terlihat jelas
bisa diperoleh? bahwa Subjek 1 menggunakan pengetahuan yang
telah dimilikinya yaitu metode eliminasi, subtitusi,
konsep aljabar, dan perbandingan senilai serta
Gambar v. Hasil Pekerjaan Subjek 3
lainnya yang berhubungan dengan pemecahan soal
dalam menuliskan kesimpulan PISA yang diberikan.
S3.20 : Jadi, panjang langkahnya ialah 0,5 m Hal tersebut sejalan dengan pendapat
P 24 : Pada soal no 2.2 apa kesimpulan yang Skemp (Suharna, 2018: 25) berpikir reflektif
bisa diperoleh? terjadi apabila mental merespons dari luar,
mengolah informasi dari luar, mengolah informasi
yang diterima dengan memformulasikan
pengetahuan lama. Informasi/pengetahuan yang
Gambar w. Hasil Pekerjaan Subjek 3
digunakan untuk merespons, berasal dari dalam
dalam menuliskan kesimpulan
S3.23 : Jadi, panjang langkah/menit ialah 89,6
diri (internal), bisa menjelaskan apa yang telah
meter/menit dilakukan, menyadari kesalahan dan
memperbaikinya (jika ada kesalahan), dan
mengomunikasikan ide dengan simbol atau
3.2. Pembahasan gambar.
Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis b. Analisis Kemampuan berpikir analitik peserta
data yang telah dilakukan di atas, telah ditunjukkan didik dalam menyelesaikan soal programme
kemampuan berpikir reflektif dan analitik peserta for international student assessment (PISA)
didik dalam menyelesaikan soal programme for Subjek 2 dengan kemampuan berpikir
international student assessment (PISA). Berikut analitik mampu memenuhi aspek memilah, aspek
ini adalah pembahasan mengenai kemampuan mengorganisasi dan aspek mengatribusi pada soal
berpikir reflektif dan analitik peserta didik dalam yang diberikan. Hal ini ditandai dengan Subjek
menyelesaikan soal programme for international mampu mengelompokkan data-data dari masalah
student assessment (PISA). yang diberikan, menyusun struktur cara
a. Analisis Kemampuan berpikir reflektif peserta penyelesaian masalah, serta mampu
didik dalam menyelesaikan soal programme mengungkapkan informasi dalam bentuk
for international student assessment (PISA) kesimpulan. Subjek 2 menuliskan dengan lengkap
aspek-aspek yang memenuhi kemampuan berpikir
Subjek 1 dengan kemampuan berpikir analitik.
reflektif mampu memenuhi aspek reacting dan
comparing namun kurang pada fase contemplating Hasil penelitian ini sejalan dengan
pada soal yang diberikan. Hal ini ditandai dengan penelitian yang dilakukan oleh Febidiana (2019:
Subjek mampu menyebutkan hal-hal yang 110) tentang Analisis Kemampuan Berpikir
diketahui dan ditanyakan, menyebutkan hubungan Analitik dalam menyelesaikan masalah geometri
yang diketahui dan ditanyakan, menjelaskan dan dengan model Advance Organize, hasil penelitian
menghubungkan jawaban pada permasalahan yang yang diperoleh ialah Kemampuan berpikir analitik
pernah didapatkan, menjelaskan maksud peserta didik dalam menyelesaikan masalah
permasalahan, menjelaskan maksud permasalahan geometri dengan model advance organize
dan mengoreksi kesalahan pada penentu jawaban. memenuhi tiga aspek yaitu aspek memilah, aspek
mengorganisasi serta aspek mengatribusi.
Hasil penelitian pada Subjek 1
menunjukkan bahwa Subjek 1 memenuhi indikator Menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 49)
kemampuan berpikir reflektif. Menurut Fuady kemampuan analitik adalah kemampuan untuk
(2017: 110), Berpikir reflektif tidak tergantung merinci atau menguraikan suatu masalah (soal)
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
58 Hadimu, Laurens & Moma
Tanjungpinang (FKIP: Universitas Maritim Raja Parta, I. N. (2016). Karakteristik Berpikir analitik
Ali Haji Tanjung Pinang) Mahasiswa dalam Menyelesaikan “Masalah
Febriana Della Putri, 2019. Analisis Kemampuan Sederhana”. Malang: Universitas Negeri
Berpikir Analitik Dalam Menyelesaikan Masalah Malang.
Geometri Dengan Model Advance Organize Rodgers, C., 2002. Definiting Reflection: Another Look
(FKIP: Uin Sunan Ampel, Surabaya) at John Dewey and Reflective Thinking.
Fuady Anies. 2017. Berfikir Reflektif Dalam Teachers College Record Volume 104, Number
Pembelajaran Matematika. Volume 1 Nomor 2, 4, June 2002, pp. 842-866. Columbia University
hal. 110. Sabandar, J. (2010). Berpikir Reflektif dalam
Gurol, A. 2011. Determining the Reflective Thinking Pembelajaran Matematika.(Pascasarjana:
Skill of Pre-service Teacher in Learning and Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan
Teaching Process. Energi Education Science and Indonesia)
Technologi Part B: Social and Educational Setiawan, H. (2014). Soal matematika dalam PISA
Studies 2011 Volume (issue) 3(3): 387-402 kaitannya dengan literasi matematika dan
Kurniati, D., Harimukti, R., & Jamil, N. A. (2016). keterampilan berpikir tingkat tinggi. In Prosiding
Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMP Seminar Nasional Matematika, Universitas
di Kabupaten Jember dalam menyelesaikan soal Jember.
berstandar PISA. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, 20(2), 142-155. Sternberg, Robert J., Karin Sternberg. 2012. Cognitive
Muin, A. (2011). “The Situations that Can Bering Psychology. Sixth Edition. Wadsworth. USA
Reflective Thinking Process in Mathematics Suharna, Hery. 2012. Teori berpikir reflektif dalam
Learning”. International Seminar and the Fourth menyelesaikan masalah matematika.
Natinal Conference on Mathematics Education Yogyakarta: CV Budi Utama.
Department of Mathematics Education. (pp. 231- Suherman, E. dan Sukjaya, Y. 1990. Petunjuk Praktis
238). Yogyakarta State University. Yogyakarta. Untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan
Nindisari Hepsi., Kusumah Yaya, Sumarmo Utari., Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Sabandar Jozua, 2014. Pendekatan Metakognitif Sulastri dkk, Pengaruh Strategi Pembelajaran Critical
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Incident terhadap Keterampilan Analisis Siswa
Reflektif Matematis Siswa SMA. Jurnal Ilmu (FKIP: Universitas Prof Dr. Hamka, Jakarta)
Pendidikan dan Pengajaran. Vol. 1 No. 1, Maret Viyanti Pratiwi, 2019. Kemampuan Berpikir Analitik
2014. hal. 82. Peserta Didik Dalam Memecahkan Masalah
OECD. (2014). PISA 2012 Results: What Students Matematika di Mi Ma’aruf Pagerwojo Buduran
Know and Can Do – Student Performance in Sidoarjo Studi Komparatif Siswa Gaya Kognitif
Mathematics, Reading and Science (Volume I, Visual Verbalizer, (Pascasarjana: UIN Sunan
Revised edition, February 2013). PISA, OECD Ampel, Surabaya).
Publishing.