You are on page 1of 14

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG DI DESA

TUNTUNGAN DUSUN II, KECAMATAN PANCUR BATU,


KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA

Oleh:
Kendodi Alexander Gea 1)
Muliana Gulo 2)
Lilis S. Gultom 3)
Universitas Darma Agung, Medan 1,2,3)
E-mail:
alexandergea@gmail.com 1)
mulianagulo23@gmail.com 2)
lilis04jun@gmail.com 3)

ABSTRACT
This study aims to (1). Knowing what internal and external factors are the strengths,
weaknesses, opportunities and threats in the strategy of developing cassava chips in the
research area. Data analysis using the SWOT matrix and descriptively. Internal factors,
namely the strength of the total production, financial or capital turnover system smoothly,
and high demand. The weakness factors consist of low human resources, unsecured
marketing and less strategic industrial location. Meanwhile, external factors, namely
opportunities consist of readily available raw materials, the use of semi-modern technology
and dominant consumers from abroad. Meanwhile, the threat factor is the existence of other
entrepreneurs engaged in the same field. When it rains, farmers cannot harvest, the
government lacks attention on providing capital and coordinating institutions between
related institutions. Strategic alternatives that can be formulated by ensuring the marketing
of cassava chips, maintaining the amount of production, increasing human resources and
increasing competitive strategies (2). Input availability is available in the research area
because those who answer 5 questions are available and those who answer are not 1. (3) The
marketing of cassava chips in marketing patterns I and II is efficient, with a value of EP =
Rp. 7.583 / Rp. 64.083 x 100% = IDR. 11,83 % and marketing pattern II EP = Rp. 7.250 /
Rp. 62.250x100% = Rp. 11,64 %. (4). The income earned is Rp. 154.455.703 / month. This is
relatively high compared to the UMR in Deli Serdang Regency of Rp. 3.188.529 / month
Keywords: Cassava Chips Development, Swot, Availability Of Inputs, Marketing Efficiency
And Income.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui faktor internal dan eksternal apa yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam strategi pengembangan keripik singkong
di daerah penelitian. Analisis data menggunakan matriks SWOT dan secara deskriptif. Faktor
internal yaitu kekuatan jumlah produksi,keuangan atau sitstem perputaran modal lancar, dan
permintaan yang tinggi. Faktor kelemahan terdiri dari Sumber daya manusia rendah,
pemasaran belum terjamin dan lokasi industri kurang strategis. Sedangkan faktor eksternal
yaitu peluang terdiri dari bahan baku selalu tersedia, penggunaan teknologi semi modern dan
konsumen dominan dari luar negeri. Sedangkan faktor ancaman yaitu, adanya pengusaha lain
yang bergerak dibidang yang sama. Pada saat hujan turun petani tidak dapat melakukan
panen, kurangnya perhatian pemerintah tentang pemberian modal dan lembaga koordinasi
antar lembaga terkait.Alternatif starategi yang dapat dirumuskan dengan menjamin
pemasaran keripik singkong, mempertahankan jumlah produksi, meningkatkan sumber daya

JURNAL AGRIBIZDA, VOL 5 No. 2, 2021 September ; 79-92 79


manusia serta meningkatkanstrategi bersaing(2).Ketersediaan inputtersedia didaerah
penelitian karena yang menjawab 5 pertanyaan yang tersedia dan yang mejawab tidak 1.
(3).Pemasaran keripik singkong pada pola pemasaran I dan II efisien, dengan nilaiEP= Rp.
7.583/Rp. 64.083x100%=Rp. 11,83 %dan pola pemasaran IIEP=Rp. 7.250/Rp.
62.250x100%=Rp. 11,64 %.(4).Pendapatan yang diperoleh Rp.154.455.703/bulan. Hal ini
tergolong tinggi dibandingkan dengan UMR Kabupaten Deli Serdang Rp. 3.188.529/bulan
Kata kunci: Pengembangan Keripik Singkong, Swot, Ketersediaan Input, Efisiensi
Pemasaran Dan Pendapatan.

1. PENDAHULUAN penghasil kalori terbesar dibandingkan


Sektor pertanian merupakan bagian dengan tanaman lain.
dari sumber daya pembangunan yang
potensial untuk dijadikan sebagai sektor 2. METODE PENELITIAN
strategis perencanaan pembangunan saat 2.1 Penentuan Daerah Penelitian
ini dan ke depan, baik di tingkat nasional
Penelitian ini akan dilakukan di
maupun di tingkat daerah (Anugrah &
Desa Tuntungan Dusun II, Kecamatan
Ma’mun, 2003).
Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang,
Perkembangan dunia industri di Provinsi Sumatera Utara yang ditentukan
Indonesia akan semakin maju, hal ini secara purposive (sengaja)dengan
terbukti dengan banyaknya industri- pertimbangan-pertimbanganadanya
industri baru yang mengelola berbagai terdapat industri pengolahan ubi kayu
macam produk olahan jadi maupun menjadi keripik singkong di kawasan Desa
mentah, dengan demikian kebutuhan akan Tuntungan Dusun II tersebut yang dapat
faktor-faktor produksi di Indonesia memberikan informasi yang dibutuhkan
menjadi bertambah banyak. Pembangunan dalam penelitian. Waktu penelitian
sektor industri tidak saja ditujukan pada dilaksanakan mulai bulan Maret 2020
industri besar dan sedang, perhatian yang sampaibulan Agustus 2020.
sepadan juga diarahkan pada industri kecil
dan menengah (Lutfia, 2011) 2.2 Pengambilan Sampel
Ubi kayu (Manihot esculenta)
merupakan tanaman perdu yang berasal Teknik yang digunakan untuk
dari benua Amerika, tepatnya dari negara penentuan sampel dalam penelitian ini
Brazil. Penyebaran ubi kayu hampir ke adalah denganmenggunakan metode
seluruh dunia, antara lain Afrika, sensus (metode sensus adalah cara
Madagaskar, India dan Tiongkok. pengumpulan data dimana ada 2 elemen
Kemudian pada tahun 1852 tanaman ini populasi dijadikan sebagai sampel).
masuk ke Indonesia (Dinas Pertanian, Populasi dalam penelitian ini adalah
2009). pengusaha pengolahan ubi kayu menjadi
Ubi kayu merupakan salah satu keripik singkong yang terdapat didaerah
bahan pangan yang utama, tidak saja di penelitian dengan karakteristik yang
Indonesia tetapi juga di dunia.Sebagai dibutuhkan di dalam penelitian ini.
tanaman pangan yang utama, ubi kayu
merupakan sumber karbohidrat bagi 2.3 Pengumpulan Data
sekitar 500 juta manusia di dunia Peneliti mengunakan dua sumber
(Harnowo, 2006). data untuk mencari dan mengumpulkan
Tanaman ini menempati urutan sumber data dalam penelitian ini, dan hasil
ketiga setelah padi dan jagung dalam data yang akan diolah, yaitu.
memenuhi kebutuhan karbohidrat. Sebagai 1. Data primer adalah data yang
sumber karbohidrat, ubi kayu merupakan diambil secara langsung oleh
peneliti kepada sumbernya tanpa
80 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG DI DESA TUNTUNGAN DUSUN II, KECAMATAN
PANCUR BATU, KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA
Kendodi Alexander Gea 1) Muliana Gulo 2) Lilis S. Gultom 3)
ada perantara. Peneliti mencari dan dan menganalisis faktor-faktor strategi dan
menemukan data kepada informan pengembangan, baik internal (kekuatan
baik wawancara maupun dan kelemahan) maupun eksternal
pengamatan langsung di lapangan. (peluang dan ancaman). Lingkungan
2. Data sekunder adalah sumber data internal dianalisis dengan meliputi:
tidak langsung yang mampu produksi, sumber daya manusia (SDM),
memberikan tambahan serta keuangan, pemasaran, lokasi industri dan
penguatan terhadap data penelitian, permintaan.
seperti kantor Kepala Desa
tuntungan dusun II serta beberapa b. Faktor Eksternal
sumber lain yang berhubungan
Faktor eksternal akan diketahui
dengan penelitian ini.
dengan peluang dan ancaman bagi
pengembangan keripik singkong dan
2.4 Analisis Data
melalui identifikasi. Lingkungan eksternal
Untuk melihat faktor internal dan yang diamati adalah bahan baku,
eksternal dalam pengembangan keripik teknologi, persaingan, konsumen, iklim
singkong di uji dengan menggunakan atau cuaca dan pemerintah.
model Matriks SWOT.
a. Faktor Internal Analisis
SWOT digunakan untuk mengidentifikasi

Tabel. 2.1. Matriks SWOT

Internal Strengths (S) Weakness (W)


Tentukan 5-10 Tentukan 5-10
Faktor-faktor Faktor-faktor
Eksternal Kekuatan Internal Kelemahan Internal
Strategi SO Strategi WO
Opportunities (O) Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Tentukan 5-10 menggunakan kekuatan meminimalkan
Faktor-faktor untuk memanfaatkan kelemahan untuk
Peluang Eksternal peluang memanfaatkan peluang
Strategi ST Strategi WT
Treaths (T) Ciptakan strategi yang Ciptakan Strategi yang
Tentukan 5-10 menggunakan kekuatan meminimalkan
Faktor-faktor untuk mengatasi kelemahan dan
Ancaman Eksternal ancaman menghindari ancaman

QSPM (Quantitatif Strategic Planning sebelumnya atau dengan kata lain untuk
Matriks) menetapkan kemenarikan relatif (relative
attractiveness) strategi-strategi yang telah
Matriks perencanaan strategis dipilih, untuk menentukan strategi yang
kuantitatif (Quantitatif Strategic Planning dianggap paling baik untuk
Matriks) merupakan tahap untuk diimplementasikan. (David, 2010).
menentukan daftar prioritas alternatif
strategi pengembangan yang paling Tabel. 2.2. Matriks QSPM
diprioritaskan untuk diterapkan. QSPM Faktor-Faktor Strategi 1 Strategi
(Quantitatif Strategic Planning Matriks) Eksternal/Faktor Bob 2
digunakan untuk melakukan evaluasi Internal ot TA TA TA TA
pilihan strategi alternatif secara objektif S S S S
1 2 3 4 5 6
berdasarkan key success faktor internal dan
Faktor-Faktor
eksternal yang telah diidentifikasikan Internal

JURNAL AGRIBIZDA, VOL 5 No. 2, 2021 September ; 79-92 81


Faktor Kekuatan 0-1 0-1 0-1 0-1 0-1 Kriteria penilaian = Skor Tertinggi –
dan interval = 100 – 50 = 50 %
Kelemahan dari
Hasil
Maka :
Wawancara - Tersedia = Jika Skor >50%
dengan -Tidak Tersedia = Jika Skor < 50%
Respnden Untuk menghitung Efisiensi pemasaran
Faktor-Faktor (EP), (Kotler 2012, dalam Rustiani)
Eksternal
diukur dengan rumus:
Faktor Peluang 0-1 0-1 0-1 0-1 0-1
dan EP= x 100%
Ancaman dari
Hasil Dengan kaidah keputusan :
Wawancara 1. 0 – 33% = Efisien
dengan 2. 34 – 67% = Kurang Efisien
Respnden 3. 68 – 100% = Tidak Efisien
Jumlah TAS 0-1 0-1 0-1 0-1 0-1
(STAS)
(Sumber Rangkuti, 2014) Untuk mengetahui besar biaya
produksi, penerimaan dan pendapatan
Keterangan : Bobot 0-1 artinya bobot dari yang diperoleh dari pengolahan ubi kayu
setiap faktor internal dan eksternal bernilai di daerah penelitian, (Mankiw, 2011)
0 atau1 digunakan rumus:
1. Uji Hipotesis 2
Dimana : TR = P x Q
Untuk melihat ketersediaan TC = TFC + TVC
pengolahan ubi kayu menjadi keripik Keterangan :
singkong maka digunakan metode skoring Π : Pendapatan (Rp)
dengan skala Gutman dengan sistem TR : Total Revenue/Total Penerimaan
kuesioner, (Sugiyono, 2016). Adapun (Rp)
panduan penilaian dan skoring adalah TC : Total Cost/Total Biaya (Rp)
sebagai berikut: P : Price/Harga Jual Produk (Rp)
1. Jumlah Pilihan = 2 (Tersedia dan tidak Q : Quantity/Jumlah Produksi (Kg)
tersedia ) TFC : Total Fixed Cost/Total Biaya Tetap
2. Jumlah pertanyaan = 5 (Rp)
3. Skoring Terendah = 0 ( Pilihan TVC : Total Variabel Cost/Total Biaya
jawaban yang tidak cukup) Variabel (Rp)
4. Skoring Tertinggi =1( Pilihan yang Kriteria:
cukup) - Apabila Pendapatan < UMR Kabupaten
5. Jumlah Skor Terendah = skoring Deli serdang pendapatan rendah.
terendah x jumlah pertanyaan ( 0x6=0 - Apabila Pendapatan> UMR Kabupaten
(0%). Deli serdang pendapatan tinggi.
Rumus : I ( Interval)= Range (R) / - Apabila Pendapatan = UMR Kabupaten
Kategori (K) Deli serdang pendapatan seimbang
Keterangan :
Range (R) = Skor Tertinggi – Skor 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Terendah (100-0=100%) 3.1 Faktor Internal dan Faktor
Kategori (K) =2 adalah banyaknya Eksternal Strategi Pengembangan
kriteria yang disusun pada variabel Keripik Singkong di Desa
pertanyaan yaitutersedia atau tidak Tuntungan Dusun II, Kecamatan
tersedia. Pancur Batu, Kabupaten Deli
Interval = R/K = 100/2 = 50 Serdang, Provinsi Sumatera Utara

82 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG DI DESA TUNTUNGAN DUSUN II, KECAMATAN


PANCUR BATU, KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA
Kendodi Alexander Gea 1) Muliana Gulo 2) Lilis S. Gultom 3)
Analisis faktor internal dan faktor Analisis ini terfokus untuk mendapatkan
eksternal dilakukan dengan meninjau faktor-faktor kunci yang menjadi peluang
faktor-faktor di dalam dan di luar strategi dan ancaman bagi pengembangan keripik
pengembangan keripik singkong di Desa singkong sehingga memudahkan untuk
Tuntungan Dusun II, Kecamatan Pancur menentukan strategi-strategi dalam meraih
Batu, Kabupaten Deli Serdang Provinsi peluang dan menghindari ancaman.
Sumatera Utara. Analisis faktor Internal
digunakan untuk menganalisis faktor- 1. Identifikasi Faktor Internal
faktor Internal yang tentu berpengaruh
Identifikasi faktor internal
terhadap pengembangan keripik singkong.
pengembangan keripik singkong di daerah
Faktor-faktor internal tersebut dapat
penelitian terdiri dari faktor kekuatan dan
diidentifikasi sebagai faktor kekuatan dan
kelemahan pada pengembangan keripik
kelemahan dalam pengembangan keripik
singkong yang berasal dari dalam usaha
singkong.Kekuatan dan kelemahan dapat
seperti produksi yang dihasilkan, sumber
digunakan sebagai bahan pertimbangan
daya manusia (SDM), keuangan,
dalam penentuan strategi pengembangan
pemasaran, lokasi industri dan permintaan.
keripik singkong di Desa Tuntungan
Hasil identifikasi faktor pada
Dusun II, Kecamatan Pancur Batu,
pengembangan keripik singkong di Desa
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Tuntungan Dusun II, Kecamatan
Sumatera Utara. Analisis faktor Eksternal
Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang,
dilakukan dengan melihat faktor-faktor di
Provinsi Sumatera dapat dilihat pada Tabel
luar strategi pengembangan keripik
3.1. dibawah ini:
singkong untuk mengindentifikasi dan
mengevaluasi kecenderungan-
kecenderungan yang berada diluar kontrol.
Tabel 3.1. Hasil Identifikasi Faktor Internal Strategi Pengembangan Keripik Singkong di Daerah
Penelitian, Tahun 2020

Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)


Internal
Faktor Kecil Besar Faktor Kecil Besar
Produksi dari
Produksi Pengolahantergolo √ -
ng tertinggi
SDM para karyawan
rendah, masihharus di
SDM - √
awasiolehpemilik usaha
setiap saat
Sistem perputaran
Keuangan modal lancar √ -

Pemasaran keripik
Pemasaran - singkongbelum √
terjamin
Akses jalan ke lokasi
industrykurang
Lokasi
- memadai disamping itu √
Industri
lokasi industri
berada di pedesaan
Permintaan Permintaan tinggi. √ -
Sumber: Data Primer, Tahun 2020

Berdasarkan pada tabel 3.1 keripik singkong di daerah penelitian


identifikasi faktor kekuatan dan adalah:
kelemahan pada strategi pengembangan 1. Produksi

JURNAL AGRIBIZDA, VOL 5 No. 2, 2021 September ; 79-92 83


Produksi hasil pengolahan ubi kayu dilapangan, lokasi usaha ini memang
menjadi keripik singkong tinggi di daerah mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar
penelitian karena tingginya jumlah yang bertempat tinggal di Tuntungan,
pesanan dari konsumen berupa manca namun jika untuk konsumen dari luar
Negara seperti Korea dan Malaysia dan Tuntungan, seperti dari Pancur Batu dan
juga dalam Negeri. Medan, lokasi kurang strategis karena
2. Sumber Daya Manusia (SDM) disebabkan jarak yang jauh serta jalan
Sumber daya manusia atau tenaga yang rusak.
kerjadalam pengelolaan ubi kayu menjadi 6. Permintaan
keripik singkong tergolong rendah, karena Permintaan konsumen akan keripik
para pekerja tidak memiliki tingkat singkong tergolong tinggi di daerah
pendidikan yang mendukung, sehingga penelitian karena keripik singkong dari
sebagian para pekerja yang sudah daerah tempat penelitian desa Tuntungan
bertahun-tahun bekerja harus di awasi oleh Dusun II memiliki cita rasa yang khas
pemilik usaha setiap saat guna untuk yang diminati oleh konsumen dari luar
menghindari hal-hal yang tidak di inginkan negeri maupun dalam negeri.
selama proses produksi berlangsung.
3. Keuangan 2. Identifikasi Faktor Eksternal
Dari segi keuangan atau perputaran
Identifikasi faktor Eksternal
modal yang dimiliki oleh pengusaha
strategi pengembangan keripik singkong di
keripik singkong untuk melanjutkan proses
daerah peneiltian terdiri dari faktor
pengolahan ubi kayu menjadi keripik
peluang dan ancaman pada strategi
singkong selanjutnya selalu tersedia.
pengembangan keripik singkong yang
4. Pemasaran Keripik Singkong
berasal dari luar yang akan mempengaruhi
Strategi pemasaran yang
pengembangan keripik singkong seperti
dilakukan oleh pengusaha keripik
bahan baku, teknologi, persaingan,
singkong tidak ada yang terkhusus
konsumen, iklim atau cuaca dan
karena pemilik usaha menentukan
pemerintah. Hasil identifikasi faktor
strategi pemasaran berdasarkan keadaan
Eksternal pada pengembangan keripik
yang terjadi seperi tergantung terhadap
singkong di Desa Tuntungan Dusun II,
pemesanan.
Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli
5. Lokasi Industri
Serdang, Provinsi Sumatera Utara dapat
Lokasi usaha pengolahan keripik
dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini:
singkong terletak di pedesaan yang padat
penduduk.Berdasarkan penelitian penulis

Tabel 3.2. Hasil Identifikasi Faktor Internal Strategi Pengembangan Keripik Singkong di
Daerah Penelitian, Tahun 2020

Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)


Eksternal
Faktor Kecil Besar Faktor Kecil Besar
Bahan baku
Bahan Baku √ -
selalu tersedia
Penggunaantekno
Teknologi logi bersifat √ -
semi modern
Adanya pengusaha lainbergerak
Persaingan - √
dibidang yang sama

84 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG DI DESA TUNTUNGAN DUSUN II, KECAMATAN


PANCUR BATU, KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA
Kendodi Alexander Gea 1) Muliana Gulo 2) Lilis S. Gultom 3)
Konsumenlebih
banyak dari luar
negeri di
Konsumen bandingkan √ -
dalam
negeri.

Pada saat hujan


Iklim atau
- petani tidak √
Cuaca
melakukan panen
Kurangnya perhatian pemerintah
untuk
memperbaiki akses
Pemerintah - √ jalan ke daerah √
penelitian sehingga
aksesekonomi
kurang lancar
Sumber: Data Primer, Tahun 2020

Berdasarkan pada tabel 3.2 berbedadari pengusaha keripik singkong


identifikasi faktor Eksternal peluang dan lainnya.
ancaman pada pengembangan keripik 4. Konsumen
singkong di daerah penelitian yaitu: Untuk transaksi penjualan keripik
1. Bahan Baku singkong kepada konsumen, pemilik usaha
Ketersediaan bahan baku berupa lebih dominan memiliki konsumen yang
ubi kayu pemilik usaha memiliki agen berada dari luar negeri di bandingkan yang
yang selalu bersedia dalam memasok ubi di dalam negeri, dengan ini pengusaha
kayu yang berkualitas selain dari agen memiliki peluang untuk mengembangkan
pemilik usaha juga memiliki lahan ubi usaha dengan memperkenalkan produk
kayu milik sendiri yang akan di jadikan dipasar internasional.
bahan baku. 5. Cuaca
2. Teknologi Iklim dan cuaca sangat
Teknologi yang digunakan pada mempengaruhi untuk bahan baku berupa
pengolahan ubi kayu menjadi keripik ubi kayu, karena pada saat musim hujan
singkong sudah bersifat semi modern, panen ubi kayu tidak bisa dilakukan
seperti mesin cutting slider atau mesin karena dapat merusak kualitas ubi kayu itu
pemotong ubi dan mesin pencampur sendiri.
bumbu atau molen (mesin mixer). Selain 6. Pemerintah
itu, untuk transaksi jual beli produk dari Kurangnya perhatian pemerintah
produsen kedistributor atau konsumen tentang pemberiam modal dan lembaga
yang tempatnya berjauhan secara lebih koordinasi antar lembaga terkait serta
efektif dan efisien menggunkan telepon infrakstruktur di daerah penelitian belum
seluler. Perkembangan dunia internet dapat memadai.
dijadikan peluang oleh pemilik usaha
untuk menjual produknya secara online. 3.2 Alternatif dan Prioritas yang
3. Persaingan Dapat Diterapkan Dalam Strategi
Desa Tuntungan Dusun II atau Pengembangan Keripik Singkong
tempat daerah penelitian dikenal dengan di Daerah Penelitian
banyaknya pengusaha keripik
singkong.Namun pemilik usaha tempat 3.2.1. Perumusan Alternatif
penelitian mempunyai strategi yang Strategi Pengembangan
digunakan dalam persaingan usaha adalah Keripik Singkong di Daerah
dengan membuat cita rasa yang khasyang Penelitian

JURNAL AGRIBIZDA, VOL 5 No. 2, 2021 September ; 79-92 85


Matriks SWOT digunakan untuk strategi S-O (Strengths-Opportunities),
merumuskan alternatif strategi strategi W-O (Weakness- Opportunities),
pengembangan suatu usaha. Matriks dapat strategi W-T (Weakness-Threats). Matriks
menghasilkan empat sel swot dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
kemungkinanalternatif strategi , yaitu

Tabel 3.3. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Keripik Singkong di Daerah


Penelittian, Tahun 2020
Kekuatan (Strength/S) Kelemahan (Weakness/W)
Strategi (S-O) Strategi (W-O)
1. Dengan adanya permintaan yang 1. Meningkatkan sumber daya manusia
tinggi dapat meningkatkan produksi (SDM) para karyawan dalam
pengolahan yang tinggi dengan mengelola bahan baku yang serta
adanya keterediaan bahan baku dan menggunakan teknologi bersifat semi
Peluang didukung dengan penggunaan modern. (W1, O1, O2).
(Opportu teknologi yang sudah 2. Menjamin pemasaran keripik
nities/O) bersifat modern (S3, S1, O1,O3) singkong dan didukung dengan akses
2. Memanfaatkan modal yang tersedia jalan kelokasi industri sehingga
dapat meningkatkan produksi konsumen yang di dalam negeri lebih
pengolahan yang tinggi dengan tidak kesulitan langsung kelokasi
permintaan konsumen dari luar negeri industri (W2, W3, O3)
dan dalam negeri. (S1, S2, S3, O3)

Strategi (S-T) Strategi (W-T)


1. Dengan permintaan yang tinggi dapat 1. Menjamin pemasaran keripik
memanfaatkan modal yang tersedia singkong karena adanya pengusaha
untuk meningkatkan produksi yang lain yang bergerak dibidang yang
tinggi sehingga pengusaha yang lain sama dan dengan dukungan akses
dibidang sama dapat tersaingi jalan kelokasi industri. (W2,T1, W3)
(S3,S2,S1, T1) 2. Meningkatkanperan pemerintah
2. Mempertahankan produksi terhadap akses jalan ke daerah
Ancaman
pengolahan yang tinggi karena adanya penelitian yang berada dipedesaan
(Threats/
permintaan yang tinggi meskipun sehingga transaksi pemasaran keripik
T)
iklim dan cuaca sewaktu waktu dapat lebih mudah dijangkau keluar daerah
mempengaruhi ketersediaan bahan (T3,W3,W2)
baku dan perlunya perhatian
pemerintah dalam
memperlancar akses ekonomi
masyarakat setempat dengan
memperbaiki infrakstruktur ke daerah
penelitian (S1, S2, T2, T3)
Sumber: Data Primer, Tahun 2020

Metode matriks SWOT ini dapat Strategi S-O adalah strategi yang
menggambarkan secara jelas bagaimana menggunakan kekuatan internal untuk
peluang dan ancaman eksternal dihadapi mengambil keuntungan dari peluang yang
stake holder sehingga dapat di sesuaikan ada. Alternatif strategi S-O yang dapat
dengan kekuatan dan kelemahan yang dirumuskan adalah:
dimiliki. Setelah menentukan komponen- a. Dengan adanya permintaan yang tinggi
komponen faktor internal (kekuatan dan dapat meningkatkan produksi
kelemahan) dan eksternal (peluang dan pengolahan yang tinggi dengan adanya
ancaman) maka di peroleh beberapa keterediaan bahan baku dan didukung
alternatif strategi yang dapat dengan penggunaan teknologi yang
dipertimbangkan, antara lain: sudah bersifat modern.
1. Strategi S-O (Strength-Opportunities) b. Memanfaatkan modal yang tersedia
dapat meningkatkan produksi

86 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG DI DESA TUNTUNGAN DUSUN II, KECAMATAN


PANCUR BATU, KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA
Kendodi Alexander Gea 1) Muliana Gulo 2) Lilis S. Gultom 3)
pengolahan yang tinggi dengan dengan dukungan akses jalan kelokasi
permintaan dari luar negeri dan dalam industri.
negeri b. Meningkatkan peran pemerintah
2. Strategi W-O (Weakness- terhadap akses jalan ke daerah
Opportunities) penelitian yang berada dipedesaan
Strategi W-O adalah strategi untuk sehingga transaksi pemasaran keripik
meminimalkan kelemahan yang ada untuk lebih mudah dijangkau keluar daerah.
memanfaatkan peluang yang ada. Alternatif strategi yang dapat
Alternatif strategi W-O yang dapat dirumuskan dengan menjamin pemasaran
dirumuskan adalah: keripik singkong, mempertahankan jumlah
a. Meningkatkan sumber daya manusia produksi, meningkatkan sumber daya
(SDM) para karyawan dalam manusia khusunya para tenaga kerja
mengelola bahan baku yang serta selama produksi, serta
menggunakan teknologi bersifat semi meningkatkanstrategi bersaing yang
modern khusus dengan pengusaha-pengusaha
b. Menjamin pemasaran keripik singkong lainnya yang sejenis serta memanfaatkan
dan didukung dengan akses jalan peran pemerintah dalam pemberian modal
kelokasi industri sehingga konsumen dan peran pemerintah memperbaiki akses
yang di dalam negeri lebih tidak jalan ke lokasi industri untuk
kesulitan langsung kelokasi industri memperlancar transaksi jual beli baik
3. Strategi S-T (Strenght-Threats) secara langsung maupun tidak langsung,
Strategi S-T adalah strategi untuk disamping itu infrakstruktur yang baik
mengoptimalkan kekuatan internal yang akan memperlancar akses ekonomi
dimiliki dalam menghindari ancaman. masyarakat setempat.
Alternatif strategi S-T yang dapat
dirumuskan adalah: 3.3 Penggunaan Ketersediaan Input
a. Dengan permintaan yang tinggi dapat Pengolahan Ubi Kayu Menjadi
memanfaatkan modal yang tersedia Keripik Singkong di Desa
untuk meningkatkan produksi yang Tuntungan Dusun II, Kecamatan
tinggi sehingga pengusaha yang lain Pancur Batu, Kabupaten Deli
dibidang sama dapat tersaingi Serdang, Provinsi Sumatera
b. Mempertahankan produksi pengolahan Utara
yang tinggi karena adanya permintaan
yang tinggi meskipun iklim dan cuaca Untuk mengetahui ketersediaan
sewaktu-waktu dapat mempengaruhi input (bahan baku, bahan penunjang,
ketersediaan bahan baku dan perlunya bahan bakar, peralatan, mesin dan tenaga
perhatian pemerintah dalam kerja) pada industri pengolahan ubi kayu
memperlancar akses ekonomi menjadi keripik singkong dilakukan
masyarakat setempat dengan dengan cara skoring. Dari setiap input
memperbaiki infrakstruktur ke daerah yang terdiri dari 5 pertanyaan, maka setiap
penelitian pertanyaan yang memiliki nilai 1 untuk
4. Strategi W-T (Weakness-Threats) cukup dan nilai 0 untuk tidak cukup.
Startegi W-T adalah strategi Setiap bobot pertanyaan kemudian dibagi
defenisif untuk meminimalkan kelemahan dengan 5 dan dikali dengan 100. Hasil
internal dan menghindari ancaman skoring dari setiap ketersediaan input
eksternal. Alternatif strategi yang dapat dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah ini :
dirumuskan adalah:
a. Menjamin pemasaran keripik singkong
karena adanya pengusaha lain yang
bergerak dibidang yang sama dan

JURNAL AGRIBIZDA, VOL 5 No. 2, 2021 September ; 79-92 87


Tabel 3.4. Hasil Skoring Ketersediaan konsumen akhir melalui lembaga
Input pemasaran yang melakukan fungsi
pemasaran. Adapun lembaga pemasaran
Jenis Input
Ba Tena
yang terlibat dalam penyaluran hasil
No. Kewi
Sampel han ga Pera Moda produksi produsen pengolahan dengan
rausa
Ba Kerj latan l fungsi pemasaran yang dilakukan sebagai
haan
ku a berikut.
1 √ √ √ √ x 1. Pengusaha (Produsen)
√ √ √ √ x Pengusaha adalah produsen
2
pengolahan ubi kayu menjadi keripik
Sumber: Data Primer, Tahun 2020 singkong yang dalam fungsi pemasarannya
melakukan fungsi pertukaran, fungsi fisik
Keterangan:
dan fungsi fasilitas.Fungsi pertukaran yang
×= Kurang Tersedia
dilakukan oleh pengusaha adalah fungsi
√= Tersedia
penjualan dan fungsi fisik yang dilakukan
Dari hasil skoring ketersediaan
oleh pengusaha adalah penyortiran keripik
input dapat diketahui bahwa jumlah skor
yang berkualitas, pengemasan,
yang menjawab tersedia sebanyak 5
penyimpanan dan pengangkutan.
pertanyaan (4x5)=20 (80%), sedangkan
2. Pedagang Pengumpul
yang menjawab tidak tersedia sebanyak 1
Pedagang pengumpul adalah
pertanyaan (1x5)=5(20%). Maka hasil
pedagang yang membeli atau mendapatkan
penilaian dapat ditentukan berdasarkan
produk barang dagangan dari tangan
rumus:
pertama atau produsen secara
Interval langsung.Pedagang pengumpul adalah
= lembaga perantara yang langsung
melakukan pembelian dalam skala
= 30 wilayah.Fungsi pemasaran yang dilakukan
Jumlah skor tertinggi-interval=80-30=50 lembaga ini adalah fungsi pertukaran,
Menurut kriteria ( Sugiyono 2016 ): fungsi fisik dan fungsi fasilitas.Fungsi
1≥50% = Ketersediaan Input Tersedia pertukaran yang dilakukan adalah fungsi
1≤ 50% = Ketersediaan Input Kurang penjualan dan fungsi pembelian,
Tersedia sedangkan fungsi fisik yang dilakukan
Keterangan = I : Interval lembaga ini hanya fungsi
Range (R) : Skor Tertinggi-Skor pengangkutan.Selain melakukan fungsi
Terendah (100-0=100%) tersebut lembaga ini juga melakukan
Kategori (K) : 2 adalah banyaknya fungsi fasilitas berupa pemberian
kriteria yang disusun (tersedia dan informasi harga kepada pengusaha
tidak tersedia). dilakukan secara perorangan.
Dari hasil skoring di atas, didapat 3. Pedagang Pengecer
hasil kriteria ketersediaan input usaha Pedagang pengecer adalah
dalam menjalankan kegiatan produksi pedangang yang membeli barang dari
keripik singkong di daerah penelitian pedagang pengumpul dalam jumlah tidak
adalah tersediaa dengan (skor =50%) banyak kemudian dijual ke konsumen
dengan hasil perhitungan sebesar 50. akhir.Pedagang pengecer ini terdiri dari
perorangan, seperti warung-warung,
3.4 Efisiensi Pemasaran
penjaja di pinggir jalan terimanal atau
3.4.1. Saluran Pemasaran tokoh-tokoh pribadi.
Lembaga pemasaran adalah suatu Berikut dibawah ini pola
organisasi yang memiliki peranan pemasaran keripik singkong di daerah
menyalurkan hasil produksi produsen ke penelitian, yaitu:

88 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG DI DESA TUNTUNGAN DUSUN II, KECAMATAN


PANCUR BATU, KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA
Kendodi Alexander Gea 1) Muliana Gulo 2) Lilis S. Gultom 3)
Tabel 3.5. Biaya Pemasaran, Price Dusun II tergolong efisien. Maka dari
Spread(Rp/Kg) dan Share Margin (%) di uraian kegiatan pemasaran tabel diatas
Lembaga Pola Pemasaran I
Price Share
dapat disimpulkan bahwa hipotesis 3 dapat
Komponen diterima.
No. Spread Margin
Biaya Tabel 3.6. Biaya Pemasaran, Price
(Rp/Kg) (100%)
1. Produsen 50.000 85,47 Spread(Rp/Kg) dan Share Margin (%) di
Pedagang Lembaga Pola Pemasaran II
2.
Pengumpul Price Share
Harga Beli 50.000 - No. Komponen Biaya Spread Margin
Biaya (Rp/Kg) (100%)
Pemasaran
Transportasi 7.000 10,92 1. Produsen 50.000 85,47
Penyimpanan 333 0,51 Pedagang
2.
Total Biaya 7.333 - Pengecer
Profit Margin 5.000 7,80 Harga Beli 50.000 -
Harga Jual 62.333 97,26
Pedagang Biaya Pemasaran
3.
Pengecer Transportasi 7.000 11,24
Harga Beli 62.333 -
Biaya Penyimpanan 250 2,99
Pemasaran Total Biaya 7.250 1,29
Penyimpanan 250 0,39
Total Biaya 250 - Profit Margin 5.000 8,03
Profit Margin 1.500 2,34 Harga Pembelian
3. 62.250 100,00
Harga 64.083 100,00 Konsumen
4. Pembelian Sumber: Data Primer, Tahun 2020
Konsumen
Sumber: Data Primer, 2020 Berdasarkan uraian biaya dan
margin pemasaran pada saluran pemasaran
Berdasarkan uraian biaya dan II sampai ketangan konsumen, dapat
margin pemasaran pada saluran pemasaran dihitung besarnya efisiensi pemasaran.
I sampai dengan ketangan konsumen, Efisiensi pemasaran adalah total biaya
dapat dihitung besarnya efisiensi pemasaran dibagi nilaiproduksi yang
pemasaran. Efisiensi pemasaran adalah dipasarkan dan dikali dengan 100%
total biaya pemasaran dibagi nilaiproduksi dengan rumus dibawah ini:
yang dipasarkan dan dikali dengan 100%
dengan rumus dibawah ini: EP x 100%
EP x 100% EP x 100%= 11,64%
Dengan kriteria: (Kotler 2012, dalam Dari hasil perhitungan di atas diperoleh
Rustiani) nilai EP= 11,64%. Menurut (Kotler,
1. 0 – 33% = Efisien 2012dalam Rustiani) pemasaran dikatakan
2. 34 – 67% = Kurang Efisien efisien jika biaya pemasaran dibagi nilai
3. 68 – 100% = Tidak Efisien produk yang dipasarkan dibagi seratus
EP x 100% = 11,83% persen berada pada nilai 0 – 33 %. Dengan
demikian pemasaran keripik singkong di
Dari hasil perhitungan di atas Desa Tuntungan Dusun II tergolong
diperoleh nilai EP= 11,83%. Menurut efisien. Maka dari uraian kegiatan
(Kotler 2012, dalam Rustiani) pemasaran pemasaran tabel diatas dapat disimpulkan
dikatakan efisien jika biaya pemasaran bahwa hipotesis 3 dapat diterima.
dibagi nilai produk yang dipasarkan dan
dibagi seratus persen berada pada nilai 3.5 Penggunaan Faktor-Faktor
0 – 33 %. Dengan demikian pemasaran Produksi
keripik singkong di Desa Tuntungan a. Penggunaan Bahan Baku

JURNAL AGRIBIZDA, VOL 5 No. 2, 2021 September ; 79-92 89


Adapun bahan baku yang Pengolahan Ubi Kayu Menjadi
digunakan dalam pembuatan keripik Keripik Singkong, Tahun 2020
singkong adalah ubi kayu, sedangkan
Bahan Volume Biaya
bahan penunjang terdiri dari garam, Penunjan
N Tahu
minyak goreng, penyedap rasa, kayu o. g Bulan
n
Bulan Tahun
bakar, dan untuk bahan tambahan lainnya Garam
1. 392 4.704 784.000 9.408.000
adalah kemasan plastik. Kebutuhan bahan (Bungkus)
Bawang
baku pada pengolahan ubi kayu menjadi 2.
Merah
126 1.512 3.024.000 36.288.000
keripik singkong dapat dilihat pada tabel Bawang
3. 56 672 1.120.000 13.440.000
3.7. dibawah ini: Putih
Minyak
25.20
4. Goreng 2.100 12.600.000 151.200.000
Tabel 3.7. Rata-Rata Penggunaan Bahan 0
(Kg)
Baku Pada Pengolahan Ubi Kayu Penyedap
Menjadi Keripik Singkong di 5. 308 3.696 15.400.000 184.800.000
Rasa (Kg)
Daerah Penelitian, Tahun 2020 Kayu
Ubi Kayu 6. Bakar 140 1.680 21.000.000 252.000.000
Mingg (Kubik)
N Volume Biaya
u Total 3.122 37.44 42.588.000 647.136.000
o (Kg) (Kg)
(Rp)/ Bulan (Rp)/ Tahun Sumber: Data Primer, Tahun 2020
Bulan Tahun
1
Minggu I 20.500 246.000 45.100.000 541.200.000
. Berdasarkan tabel 3.8 dapat
2 Minggu
. II
20.500 246.000 45.100.000 541.200.000 diketahui bahwa biaya bahan baku
3 Minggu
20.500 246.000 45.100.000 541.200.000 penunjang terbesar untuk pengolahan ubi
. III
4 Minggu kayu menjadi keripik singkong adalah
20.500 246.000 45.100.000 541.200.000
. IV biaya pengadaan kayu bakar sebesar Rp.
Total 82.000 984.000 180.400.000 2.164.800.000
21.000.000/bulan dan diikuti dengan biaya
Sumber: Data Primer, Tahun 2020
penyedap rasa Rp. 15.400.000/bulan
Berdasarkan pada tabel 5.6
sedangkan biaya terendah adalah biaya
dapat diketahui bahwa volume bahan
pengadaan garam sebesar Rp.
baku ubi kayu untuk pembuatankeripik
9.408.000.Menurut (Cahyono 2013)
singkong sebesar 82.000 Kg/bulan dengan
mengatakan untuk biaya pengadaan biaya
rincian pada minggu I sebanyak 20.500
penunjang untuk produksi pengolahan ubi
Kg, minggu ke II sebanyak 20.500 Kg,
kayu menjadi keripik singkong per tahun
minggu ke III 20.500 Kg dan untuk
Rp.138.948.000.
minggu ke IV sebanyak 20.500 Kg. Harga
Maka dalam penelitian ini biaya
ubi kayu Rp. 1.100-,/Kg dan relatif stabil
penunjang untuk pengolahan ubi kayu
sepanjang bulan produksi sehingga total
menjadi keripik singkong termasuk tinggi.
biaya bahan baku sebesar Rp.
180.400.000. Menurut (Johny Ericson Tabel 3.9. Rata-Rata Penggunaan Bahan
2011) dalam penelitiannya mengemukakan Tambahan dan Bahan Pada
untuk biaya pengadaan bahan baku yang Pengolahan Ubi Kayu Menjadi
dikeluarkan untuk untuk sebulan Rp. Keripik Singkong, Tahun 2020
42.773.074. Maka biaya pengadaan bahan
baku didaerah penelitian tergolong tinggi No.
Bahan Volume Biaya
b. Penggunaan Bahan Penunjang Tambahan Bulan Tahun Bulan Tahun
Plastik
Kebutuhan bahan penunjang pada 1. 300 3.600 9.000.000 108.000.000
Kemasan
pengolahan ubi kayu menjadi keripik 2.
Kotak 3.836 46.032 7.672.000 92.064.000
Kardus
keripik singkong dapat dilihat pada tabel 4.136 25.200 16.672.000 200.064.000
3.8. Jumlah
Sumber: Data Primer, Tahun 2020
Tabel 3.8. Rata-Rata Penggunaan Bahan
Penunjang dan BahanPada

90 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG DI DESA TUNTUNGAN DUSUN II, KECAMATAN


PANCUR BATU, KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA
Kendodi Alexander Gea 1) Muliana Gulo 2) Lilis S. Gultom 3)
Berdasarkan pada tabel biaya dibayar dengan upah Rp. 145.000 dan
bahan tambahan untuk produksi keripik wanita dibayar dengan upah Rp. 50.000.
singkong sebulan Rp. 12.600.000. maka upah tenaga kerja pria tergolong
Menurut (Mankiw, 2013) mengatakan tinggi sedangkan upah tenaga kerja wanita
untuk biaya bahan tambahan sebulan sedang atau dapat diterima.
6.775.437, sudah termasuk plastik 3.6 Biaya Produksi Penerimaan dan
kemasan, kotak kardus dan solassiban. Pendapatan
Maka biaya tambahan di daerah di daerah Penerimaan adalah perkalian antara
penelitian untuk produksi keripik singkong jumlah produk dengan harga jual produk
tergolong tinggi. keripik singkong dan pendapatan adalah
c. Penggunaan Tenaga Kerja total penerimaan dikurang dengan total
biaya produksi keripik singkong, seperti
Tenaga kerja yang digunakan
tabel dibawah ini :
dalam pengolahan ubi kayu menjadi Tabel 3.11. Penerimaan dan Pendapatan (Rp)
keripik singkong terdiri dari tenaga kerja Pada Pengolahan Ubi Kayu
luar keluarga.Jumlah dan biaya tenaga Menjadi Keripik Singkong di
kerja yang dibutukan dalam pengolahan Daerah Penelitian Perbulan dan
ubi kayu menjadi keripik singkong dapat Pertahun, Tahun 2020
dilihat pada Tabel. 3.10. Jumlah
No. Jenis Biaya
Per Bulan Per Tahun
Tabel 3.10. Rata-Rata Jumlah dan Biaya 1. Produksi 10.200 122.400
Tenaga Kerja Pada Pengoalahan 2. Harga (Rp/Kg) 50.000 600.000
Ubi Kayu Menjadi Keripik 3. Penerimaan (Rp) 510.000.000 6.120.000.000
Singkong, Tahun 2020 4. Biaya Produksi (Rp) 355.544.297 4.266.531.564
Jumlah Tenaga Nilai Tenaga Kerja 5. Pendapatan (Rp) 154.455.703 1.853.468.436
N
Kegiatan Kerja (HKO) (Rp) Sumber: Data Primer, Tahun 2020
o.
Bulan Tahun Bulan Tahun Berdasarkan tabel 3.11 dapat
Pengupasa
1. n Kulit Ubi 360 4.320
52.200.0 626.400.0 diketahui bahwa produksi keripik
00 00
Kayu singkong sebanyak 10.200 Kg/bulan
Pemotong 14.400.0 172.000.0 dengan harga Rp. 50.000/Kgsehingga
2. 180 2.160
an 00 00
Penggoren 30.000.0 360.000.0 diperoleh penerimaan sebesar
3. 240 2.880 Rp.510.000.000/bulan. Sedangkan
gan 00 00
Penyortira pendapatan dihitung dari penerimaan
n dan 16.500.0 198.000.0
4.
Pengemasa
180 2.160
00 00
dikurangi biaya produksi. Besarnya biaya
n produksi pada pengolahan keripik
Total 1.110 11.520
113.100. 1.357.200. singkong sebesar Rp. 355.554.297/bulan,
000 000
sehingga diperoleh pendapatan bersih
Sumber: Data Primer, Tahun 2020
usaha sebesarRp. 154.445.703 lebih besar
Berdasarkan tabel diatas dapat dari UMR Kabupaten Deli Serdang
diketahui Penggunaan tenaga kerja untuk sebesar Rp. 3.188.592/bulan. Sehingga
pengolahan ubi kayu menjadi keripik dapat dikatakan bahwa pendapatan
singkong adalah sebessar 1.110 pengolahan ubi kayu menjadi keripik
HKO/bulan dengan biaya tenaga kerja singkong di daerah penelitian tergolong
sebesar Rp. 113.100.000/bulan. tinggi.
Menurut (Syafrudin,2013), dalam
pengolahan ubi kayu menjadi keripik 4. SIMPULAN
singkong tenaga kerja pria di bayar dengan 4.1. Simpulan
upah sebesar Rp.70.000/HKO/Hari, Berdasarkan hasil penelitian dan
sedangkan tenaga kerja wanita dibayar pembahasan, maka diperoleh kesimpulan
dengan upah Rp. 50.000/HKO/Hari. Di sebagai berikut :
daerah penelitian biaya tenaga kerja pria

JURNAL AGRIBIZDA, VOL 5 No. 2, 2021 September ; 79-92 91


1. Strategi W-O (Weakness- Hernanto, F. 2011. Ilmu Usahatani.
Opportunities) yaitu menjamin Penebar Swadaya, Jakarta.
pemasarannya, meningkatkan Krisnamurti, Bayu dan A. Azis. 2011.
kerampilan sumber daya manusia, Agribisnis. Yayasan
untuk perhatian pemerintah setempat Pengembangan Sinar Tani.
memperbaiki akses jalan ke daerah Jakarta.
penelitian. Strategi S-T (Strenght- Mardikanto, Tatok. 2014. Pengantar Ilmu
Threats) yaitu mempergunakanbahan Pertanian. Puspa. Surakarta.
baku yang selalu tersedia dan Rangkuti, Freddy,.2014. Analisis SWOT
peralatannya, meningkatkan produksi Teknik Membedah Kasus Bisnis
yang lebih tinggi. Ancaman strategi Reorientasi Konsep Peremcanaan
adanya pengusaha lain yang bergerak Strategis Untuk Menghadapi
dibidang yang sama, serta akses ke Abad 21. Gramedia Pustaka
lokasi industri belum mendukung. Utama. Jakarta.
2. Ketersediaan input untukpengolahan Djalil, Majeni.2015 ”Strategi
ubi kayu menjadi keripik Pengembangan Keripik Usaha
singkongtersedia didaerah penelitian. Keripik Ubi Kayu Pada Industri
3. Pemasaran keripik singkong termasuk Pundi Mas” Palu.
sudah efisien didaerah penelitian. Wahyuniarso Tri D S, 2013 :Strategi
4. Pendapatan didaerah penelitian Rp. Pengembangan Industri Kecil
147.186.064/bulan. Hal ini tergolong Keripik Di Dusun Karangbolo
tinggi di bandingkan dengan UMR Desa Lerep Kabupaten Semarang.
Kabupaten Deli Serdang Rp. Semarang.
3.188.529/bulan. Astuti, Mentari. 2014: Analisis Strategi
4.2. Saran Pengembangan Usaha Kecil (
Studi pada Kripik Ubi (Mak Atik ),
Berdasarkan hasil penelitian yang
Medan.
diperoleh dapat diberikan saran sebagai
Indrawati, Praba. 2009. Kajian Strategi
berikut:
Pengembangan Usaha Industri
1. Perlu dilakukan strategi bersaing yang
Kripik SingkongPT.Inti Sari Rasa
khusus untuk mempertahankan
Di Bekasi. Bogor.
berjalan usaha dengan usaha yang
Khairunnisa,Tsuraya. 2017. Analisis
sejenisdi daerah tersebut
Efisiensi Dan Strategi Pemasaran
2. Perlu dilakukan pemasaran yang
Emping Melinjo Di Provinsi
khusus untuk mempromosikan produk
Lampung. Bandar lampung.
kedaerah-daerah lainnya.
Soerkartawi, 2012. Ilmu Usahatani,
Pemerintah daerah perlu
Universitas Indonesia, Jakarta
melakukan pengembangan terhadap usaha-
usaha pengolahan keripik singkong
didaerah tersebut dengan memperbaiki
akses jalan ke lokasi industri selain itu
untuk memperlancar akses ekonomi
terhadap masyarakat setempat.

5. DAFTAR PUSTAKA

BPS 2016, Badan Pusat Statistik


Kabuapten Deli Serdang.Badan
Pusat Statistik Kabuapten Deli
Serdang.

92 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG DI DESA TUNTUNGAN DUSUN II, KECAMATAN


PANCUR BATU, KABUPATEN DELI SERDANG, PROVINSI SUMATERA UTARA
Kendodi Alexander Gea 1) Muliana Gulo 2) Lilis S. Gultom 3)

You might also like