Professional Documents
Culture Documents
Bab I - PR
Bab I - PR
PENDAHULUAN
Apapun kegiatan yang kita jalani tentu ada risikonya tersendiri, risiko adalah suatu
kepastian dari ketidakpastian. Artinya, segala sesuatu pasti mengandung risiko, tetapi jenis dan
tingkatannya mungkin berbeda. Jika kita ingin maju, maka mau tidak mau harus berani
mengambil dan menghadapi apapun risikonya. Oleh karena itu, sangat penting untuk membekali
diri dengan maksimal agar risiko yang mungkin terjadi bisa diatasi dengan baik.
Secara sederhana, definisi risiko/resiko yakni suatu kondisi yang belum pasti, tetapi
mengandung unsur bahaya sebagai konsekuensi atau akibat dari sesuatu kejadian. Baik itu terjadi
pada, usaha, bisnis, aktivitas, maupun keputusan yang sering di ambil. Pengertian tersebut
selaras dengan pengertian dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), di mana risiko diartikan
sebagai semua kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang bisa membuat perusahaan merugi.
Meski masih berupa ketidakpastian, hendaknya harus mempersiapkan diri serta
mempertimbangkan segala kemungkinannya, sebelum benar-benar mengambil keputusan.
Memulai sebuah usaha/bisnis sangat mungkin berhubungan dengan resiko. Jadi meskipun
seorang pebisnis mempunyai manajemen dan strategi bisnis yang baik, hal tersebut tidak menjadi
jaminan seseorang terhindar dari sebuah risiko usaha. Sebab kunci untuk mengetahui seberapa
besar resiko yang akan hadapi adalah seberapa sempurna seseorang/pihak internal dalam
mendapatkan informasi. Sebab informasi yang sempurna akan menghasilkan keputusan yang
akurat dan bisa mengetahui seberapa besar resiko yang akan dihadapi.
Risiko Perusahaan misalnya, adalah risiko yang terjadi dan berdampak terhadap
kelangsungan hidup perusahaan atau saham – saham yang ada di perusahaan. Kemudian juga
pada Risiko Keuangan misalkan, adalah risiko yang pada umumnya akan berdampak kepada
kerugian aspek keuangan perusahaan.
Bila berbicara tentang risiko/resiko, maka tidak akan lepas dari penentuan resiko itu
sendiri. Pada umumnya, penentuan resiko adalah suatu proses identifikasi dan analisis risiko –
risiko yang relevan untuk mencapai tujuan suatu entitas yang membentuk suatu dasar untuk
menentukan cara pengelolaan risiko.
Penentuan risiko merupakan tanggungjawab yang tidak terpisahkan dan terus – menerus
dari pihak manajemen. Dikatakan integral karena manajemen tidak dapat menetapkan
tujuan dan dengan mudah mengansumsikan bahwa tujuan tersebut akan tercapai. Banyak
hambatan yang muncul yang juga mungkin akan menghalangi perjalanan mencapai tujuan dari
suatu entitas.
Penilaian risiko berbeda dengan analisis risiko ataupun dengan manajemen risiko, akan
tetapi antara ketiga hal tersebut terdapat hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
Analisis risiko sendiri merupakan kegiatan menganalisa untuk menentukan besar kecilnya suatu
risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besarnya akibat yang
ditimbulkan.
Setelah menganalisis risiko yang ada dan yang sebelumnya belum teridentifikasi, terlebih
dahulu pihak internal harus tahu risiko seperti apa yang akan terjadi dan bagaimana suatu risiko
bisa terjadi maka tahapan selanjutnya memberikan penilaian tentang besarnya tingkatan terkait
risiko tersebut. Hal itulah menjadi bagian dari penilaian risiko itu sendiri dimana memberikan
makna terhadap suatu bahaya yang teridentifikasi untuk memberikan gambaran seberapa besar
risiko tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjutan terhadap bahaya yang teridentifikasi,
apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak.
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penentuan risiko merupakan tanggungjawab
yang tidak terpisahkan dan terus – menerus dari manajemen/pihak internal. Dikatakan integral
karena manajemen tidak dapat menetapkan tujuan dan dengan mudah mengansumsikan bahwa
tujuan tersebut akan tercapai. Banyak hambatan yang muncul akan menghalangi perjalanan
mencapai tujuan.
Tujuan penentuan risiko adalah untuk membuat karyawan sadar akan beragam risiko
yang ada serta prioritas, dan keterbatasan dari daftar risiko tersebut. Penentuan risiko
merupakan fungsi yang berkelanjutan dalam proses manajemen, yang harus dilakukan secara
terorganisasi dan berurutan. Jadi, proses penentuan risiko itu sendiri merupakan hal penting bagi
audit.
Dengan adanya filosofi COSO inilah maka, penilaian risiko ditetapkan dengan tujuan,
terkait pada tingkatan yang berbeda dan konsisten secara internal. Penilaian risiko adalah
identifikasi dan analisis risiko yang relevan yang harus dikelola. Karena kondisi ekonomi,
industri, peraturan dan operasi akan terus berubah, diperlukan mekanisme untuk
mengidentifikasi dan menangani risiko khusus yang terkait dengan perubahan.
Dalam menentukan risiko audit pada tingkat laporan keuangan, melalui Standar Audit
(AU 316) yang didalamnya terdapat dua salah saji yang diakibatkan oleh kecurangan, dengan
bunyi :
2) Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva.
Hal ini berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak
disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia.
c) Karakteristik penugasan :
Didalamnya harus mencakup,
Terdapat banyak perdebatan dan/atau masalah – masalah akuntansi yang sulit.
Terdapat transaksi-transaksi atau saldo-saldo yang signifikan yang sulit diaudit.
Terdapat transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam
jumlah yang signifikan dan tidak biasa.
Sebelumnya terdapat salah saji signifikan yang dideteksi selama audit atau tidak
tersedia data mengenai hal tersebut.
2. Dalam mempertimbangkan risiko audit pada tingkat saldo akun atau kelompok transaksi,
auditor harus mempertimbangkan asersi – asersi Laporan Keuangan.
Terdapat (5) lima asersi umum manajemen (asersi laporan keuangan) yaitu :
1) Keterjadian atau keberadaan.
2) Kelengkapan.
3) Hak dan kewajiban.
4) Penilaian atau alokasi.
5) Penyajian dan pengungkapan.
Sedangkan, pada tingkat saldo akun atau kelompok transaksi, risiko audit terdiri atas :
Risiko bawaan (inherent risk) : adalah kerentanan suatu asersi atas terjadinya salah
saji yang material dengan mengasumsikan bahwa tidak ada kebijakan atau prosedur
struktur kontrol internal terkait yang ditetapkan.
Risiko kontrol (control risk) : adalah risiko bahwa salah saji material yang bisa
terjadi pada suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
struktur, kebijakan, atau prosedur kontrol internal suatu entitas.
Risiko deteksi (detection risk) : adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji material yang terdapat pada suatu asersi.
Laporan auditor memberikan jaminan tentang kualitas laporan keuangan. Sedangkan, catatan
atas laporan keuangan menyediakan informasi yang penting untuk memahami informasi yang
disediakan dalam laporan keuangan utama (neraca, laporan laba rugi, dsb).
Dengan faktor pendorong komponen audit dalam pelaporan keuangan, dapat diketahui bahwa
kebutuhan audit muncul karena 4 (empat) kondisi berikut, yakni :
1) Conflict of Interest : Manajemen sebagai penyusun laporan keuangan dan mengajukan
asersi mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan sehingga dapat timbul konflik
kepentingan. Hal ini disebabkan adanya risiko manajemen merekayasa laporan keuangan
sehingga menunjukkan bahwa organisasi tersebut berjalan dengan baik. Untuk mengatasi
hal tersebut maka diperlukan audit sehingga pengguna laporan keuangan yang lain
mempunyai keyakinan bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari bias kepentingan
manajemen dan netral untuk kepentingan seluruh pengguna atau dengan kata lain
laporan keuangan tersebut tidak disajikan untuk menguntungkan pengguna tertentu.
2) Consequence : Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bisa jadi merupakan
sumber informasi yang sangat penting untuk pengambilan keputusan. Keputusan yang
dibuat akan membawa konsekuensi. Maka, pengguna laporan keuangan menginginkan
laporan keuangan tersebut memuat sebanyak mungkin data yang relevan dan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3) Complexity : Laporan keuangan dan standar yang berlaku dirasa kompleks dan tidak
sesuai dengan kemampuan organisasi untuk mengevaluasi sendiri mutu laporan
keuangan mereka sehingga dibutuhkan auditor untuk menilai mutu informasi laporan
keuangannya.
4) Remoteness : Jarak, waktu, dan biaya tidak memungkinkan pengguna laporan keuangan
untuk mencari akses langsung pada catatan akuntansi untuk menilai asersi laporan
keuangan, maka pengguna mengandalkan laporan auditor independen sebagai bahan
pengambilan keputusan.
Selain itu, terdapat pula Komponen Tahapan Audit Laporan Keuangan. Ketika melakukan
audit laporan keuangan, ada beberapa komponen tahapan yang harus dilalui. Berikut ini adalah
beberapa komponen audit laporan keuangan yang penting untuk diketahui, diantaranya :
Sementara itu, bila dikaitkan dengan Laporan audit internal maka, hasil dari pemeriksaan
independen terhadap aspek finansial perusahaan. Biasanya, perusahaan melakukan audit secara
konsisten supaya dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerja perusahaan. Terdapat 6
Komponen laporan audit internal, diantara nya :
1. Judul laporan
Bagian pertama pastinya judul laporan. Judul tidak perlu dibuat terlalu panjang, namun
pastikan sudah menggambarkan dengan jelas apa yang dimuat dalam isi laporan.
Misalnya, “Laporan Audit Keuangan Independen Oktober 2022 PT XYZ”. Contoh
tersebut sudah menunjukkan bahwa dokumen terkait merupakan laporan audit
terhadap keuangan (PT XYZ) yang dilakukan secara independen. Periodenya juga
tercantum, jadi bakal mudah dipahami pihak eksternal dan apabila ke depannya akan
digunakan sebagai perbandingan.
3. Cakupan
Cakupan merupakan deskripsi jawaban dari tujuan dilaksanakannya audit. Pada bagian
ini, dapat diketahui ruang lingkup audit, seperti elemen finansial apa saja yang dibahas
hingga risiko apa yang ditangani.
Di sini juga ditulis keterbatasan yang mungkin dihadapi oleh auditor. Contoh
keterbatasan yang biasa dialami antara lain tidak cukup waktu dan kekurangan informasi
akibat dokumen hilang atau sengaja ditutupi oleh perusahaan.
4. Defisiensi
Defisiensi merupakan hasil dari proses audit internal, sehingga ini menjadi bagian
terpenting dari keseluruhan laporan. Ketika menemukan defisiensi dalam aktivitas
keuangan perusahaan, auditor mencantumkannya pada bagian ini. Contohnya, auditor
bakal melaporkan apabila menemukan pencatatan transaksi atau aset yang keliru.
Jika hal-hal seperti itu tidak terdeteksi, dapat dibayangkan seberapa besar kerugian yang
berisiko dialami perusahaan. Adapun wujud kerugian yang dialami bisa beragam,
misalnya finansial atau reputasi. Apabila reputasi perusahaan terluka, bisnis Anda jadi
terlihat tidak kredibel di mata stakeholders.
5. Pendapat
Untuk setiap defisiensi yang ditemukan, auditor internal perlu menyampaikan pendapat
profesionalnya. Auditor dapat menyampaikan pendapat mengenai alasan terjadinya
defisiensi, misalnya. Inilah salah satu manfaat dari penggunaan pihak ketiga dalam hal
audit. Sebab, perusahaan Anda dapat memperoleh pendapat objektif dari profesional
sesuai gambaran di lapangan.
6. Tindak lanjut
Berdasarkan temuan audit, bakal disampaikan tindak lanjut yang dapat dilakukan
perusahaan. Jika masalahnya ada pada sistem transaksi bahan baku, auditor dapat
memberikan penjelasan seputar saran sistem baru supaya perusahaan tidak rugi.
Meski begitu, tidak semua jenis laporan audit internal memiliki bagian ini. Biasanya,
auditor internal memasukkannya dalam laporan keuangan tahunan atau per kuarter. Tipe
laporan lainnya tidak wajib dilengkapi rekomendasi tindak lanjut oleh perusahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari pemaparan pembahasan diatas secara garis besar dapat disimpulkan pada makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Penentuan risiko merupakan tanggungjawab yang tidak terpisahkan dan terus-menerus
dari manajemen. Dikatakan integral karena manajemen tidak dapat menetapkan
tujuan dan dengan mudah mengansumsikan bahwa tujuan tersebut akan tercapai. Banyak
hambatan yang muncul akan meng-halangi perjalanan mencapai tujuan.
2. Beberapa hambatan atau risiko akan datang. Sebagai contoh:
a. Suatu hukum atau peraturan baru mengalihkan sumber daya dari operasi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
b. Sebuah perusahaan pesaing memperkenalkan produk atau jasa baru yang
membutuhkan tindakan segera dan menciptakan tujuan baru dengan menurunkan
prioritas tujuan sebelumnya.
c. Sebuah terobosan teknologi membuat satu atau lebih tujuan menjadi usang.
d. Seorang manajer yang tidak kompeten mengabaikan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
3. Tujuan penentuan risiko adalah untuk membuat karyawan sadar akan beragam risiko
yang ada serta prioritas, dan keterbatasan dari daftar risiko tersebut. Penentuan risiko
merupakan fungsi yang berkelanjutan dalam proses manajemen, yang harus dilakukan
secara terorganisasi dan berurutan. Jadi,proses penentuan risiko itu sendiri merupakan hal
penting bagi audit.
4. Siapa yang Memanfaatkan Penentuan Risiko ? Manajemen menggunakan penentuan
risiko sebagai bagian dari proses untuk memastikan kesuksesan suatu
entitas. Manajemen juga menggunakan penentuan risiko sebagai alat yang penting dalam
merancang sistem-sistem baru. Sistem baru tersebut, baik manual atau komputerisasi,
dibuat untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan. Bagian penting dalam perancangan
dan pengembangan proses adalah identifikasi dari semua kejadian dan tindakan yang
mungkin mencegah sistem dari mencapai tujuannya. Auditor internal terlibat dalam
penentuan risiko sejak awal profesi berdiri. Kesalahan yang bisa terjadi dilakukan dengan
pengidentifikasian kesalahan atau ketidakwajaran yang potensial merupakan
persyaratan mutlak untuk menentukan prosedur kontrol yang harus diterapkan. Pada
kebanyakan entitas, departemen audit internal akan menjadi pemain utama dalam
penentuan risiko yang mengarahkan laporan tahunan manajemen untuk mengemukakan
kondisi dan sistem kontrol. Pekerjaan auditor internal yang berkelanjutan harus
dipertimbangkan dalam membuat laporan tersebut. Audit khusus mungkin dibutuhkan di
beberapa entitas untuk memastikan bahwa kelemahan yang ditemukan selama
tahun tersebut telah diperbaiki pada tanggal laporan akhir tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Terima Kasih.