Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Facilities and infrastructure are all facilities needed in the teaching process, be it a process that runs
sequentially, smoothly, regularly, effectively and efficiently to achieve educational goals. This study
aims to describe the benefits and effects of facilities and infrastructure for children's learning outcomes.
The research method used is literature study, which is carried out by collecting data or scientific papers
that relate research to existing literature and are used as problem solving. The method of collecting library
data is by reading and taking notes and processing the research data and then concluding it as research
material. The results showed that there are still some kindergartens that are still experiencing
shortcomings in the fulfillment of facilities and infrastructure to support children's learning activities.
Abstrak: Sarana dan prasarana adalah segala fasilitas yang dibutuhkan dalam proses pengajaran, baik
itu proses yang berjalan berurutan, lancar, teratur, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan manfaat serta pengaruh sarana dan prasarana bagi hasil
pembelajaran anak. metode penelitian yang digunakan adalah study literature yang dilakukan dengan
mengumpulkan data-data ataupun hasil karya tulis ilmiah yang menghubungan penelitian dengan
literature yang ada dan digunakan sebagai pemecahan masalah. Metode pengumpulan data pustaka
dengan membaca dan mencatat serta mengolah data penelitian kemudian menyimpulkan sebagai bahan
penelitian. Hasil penelitian yang didapat bahwa masih terdapat beberapa taman kanak-kanak yang masih
mengalami kekurangan dalam pemenuhan sarana dan prasarana untuk penunjang kegiatan belajar anak .
68
Volume 3 Nomor 2 Bulan Oktober Tahun 2021
Early Childhood Education and Development Journal Hal. 68-75
Program Studi PG-PAUD ISSN 2684-7442
Universitas Sebelas Maret https://jurnal.uns.ac.id/ecedj
69
Volume 3 Nomor 2 Bulan Oktober Tahun 2021
Early Childhood Education and Development Journal Hal. 68-75
Program Studi PG-PAUD ISSN 2684-7442
Universitas Sebelas Maret https://jurnal.uns.ac.id/ecedj
70
Volume 3 Nomor 2 Bulan Oktober Tahun 2021
Early Childhood Education and Development Journal Hal. 68-75
Program Studi PG-PAUD ISSN 2684-7442
Universitas Sebelas Maret https://jurnal.uns.ac.id/ecedj
71
Volume 3 Nomor 2 Bulan Oktober Tahun 2021
Early Childhood Education and Development Journal Hal. 68-75
Program Studi PG-PAUD ISSN 2684-7442
Universitas Sebelas Maret https://jurnal.uns.ac.id/ecedj
72
Volume 3 Nomor 2 Bulan Oktober Tahun 2021
Early Childhood Education and Development Journal Hal. 68-75
Program Studi PG-PAUD ISSN 2684-7442
Universitas Sebelas Maret https://jurnal.uns.ac.id/ecedj
73
Volume 3 Nomor 2 Bulan Oktober Tahun 2021
Early Childhood Education and Development Journal Hal. 68-75
Program Studi PG-PAUD ISSN 2684-7442
Universitas Sebelas Maret https://jurnal.uns.ac.id/ecedj
74
Volume 3 Nomor 2 Bulan Oktober Tahun 2021
Early Childhood Education and Development Journal Hal. 68-75
Program Studi PG-PAUD ISSN 2684-7442
Universitas Sebelas Maret https://jurnal.uns.ac.id/ecedj
75
Volume 3 Nomor 2 Bulan Oktober Tahun 2021
GOLDEN AGE Online ISSN: 2477-4715
Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang JGA, Vol. 5 (3), September 2020 (115-122)
DOI: https://doi.org/10.14421/jga.2020.53-03
Anak Usia Dini
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara manajemen sarana dan
prasarana terhadap kegiatan belajar mengajar di TK Al-Fadlilah Maguwoharjo Yogyakarta.
Penilitian ini menggunakan pendekatan kuatitatif dengan metode analisis korelasional. Analisis data
dilakukan dengan uji linear regresi sederhana untuk mengetahui pengaruh antara variabel
manajemen sarana dan prasarana (X) dengan variabel kegiatan belajar mengajar (Y). Hasil
penelitian menunjukkan nilai signifikannya sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05, yang berarti bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara manajemen sarana dan prasarana dengan kegiatan belajar
mengajar di TK Al-Fadlilah Maguwoharjo Yogyakarta. Nilai koefisien antara kedua variabel adalah
0,836 atau 83,6%. Hasil tersebut, menunjukkan manajemen sarana dan prasarana memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap kegiatan belajar mengajar sebesar 83,6%, sedangkan 16,4%
dipengaruhi oleh faktor lain seperti kemampuan dasar anak, kondisi fisik dan psikis anak serta
motivasi belajar anak. Jadi, pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana yang terstruktur dan
terkontrol akan menunjang peningkatan kualitas pada proses kegiatan belajar mengajar di TK Al-
Fadlilah Maguwoharjo Yogyakarta.
Abstract This study aims to determine the effect of facilities and infrastructure management on
teaching and learning activities at the kindergarten Al-Fadlillah Maguwoharjo Yogyakarta. This
research uses a quantitative approach eith a correlational analysis method. Data analysis was
performed with a simple linear regression test to determine the effect between facilities and
infrastructure management variables (X) and the variables of teaching and learning activities (Y).
The results showed a significance value 0,001 smaller than 0,05, which means that there is a
significant influence between the management of facilities and infrastructure with teaching and
learning activities at the kindergarten Al-Fadlillah Maguwoharjo Yogyakarta. The coefficient value
between the two variables is 0,863 or 83,6%. These results, indicate the management of facilities
and infrastructure have a positive and significant influence on teching and learning activities by
83,6%. While 16,4% is influenced by other factors, such as the child’s basic abilities, physical and
psychological condition of the child, and childrens learning motivation. So, the implementation of
structured and controlllled facilities and infrastructure management will support quality
improvement in the process of teaching and learning activities at the kindergarten Al-Fadlillah
Maguwoharjo Yogyakarta.
Pendahuluan (Introduction)
Manusia adalah makhluk yang memerlukan pendidikan sebagai bekal untuk menjalani kehidupan
baik kehidupan di dunia ataupun kehidupan di akhirat nantinya. Kurniawan (2017, p.14)
mengatakan bahwa pendidikan merupakan upaya sadar, terarah dan terencana untuk
Corresponding Author © 2020 Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
Address : Banjarmasin, Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga,
Email : raudatulhasanah80@gmail.com Yogyakarta.
Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana… Raudatul Hasanah
memanusiakan manusia agar menjadi lebih manusiawi. Pendidikan merupakan kebutuhan setiap
manusia agar dapat berkembang menjadi lebih baik untuk dapat beradaptasi dan berproses dengan
lingkungan sekitarnya. Ita (2018, p.45) menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses
memahami jati diri dan makna terhadap eksistensi manusia, agar manusia dapat memahami
hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Proses pendidikan ini ditempuh melalui stimulus dan
pengembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan sebelum anak
memasuki sekolah dasar, yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Pendidikan anak usia dini
dimaksudkan untuk memfasilitasi anak untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak
seperti perkembangan agama dan moral, kognitif, fisik motorik, sosial emosional, bahasa, dan
seni.
Pelaksanaan pendidikan memiliki komponen-komponen yang harus ada dalam pendidikan.
Salah satu komponen yang penting dalam menunjang pendidikan yang optimal agar tercapainya
tujuan pendidikan adalah sarana dan prasarana dalam pendidikan. Sarana dan prasarana
pendidikan merupakan bahan atau alat atau pelengkap yang digunakan dalam setiap proses
pendidikan. Baik perlengkapan yang langsung menunjang pendidikan seperti media
pembelajaran, alat permainan edukatif, dan buku pembelajaran. Ataupun perlengkapan yang
secara tidak langsung menunjang terlaksananya pendidikan yang nyaman dan kondusif, misalnya
seperti ruangan yang bersih, rapi, dan nyaman.
Sarana dan prasarana yang baik memerlukan manajemen sarana dan prasarana yang baik
juga. Hal ini bertujuan agar terkontrol kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan serta
terorganisirnya keadaan sarana dan prasarana yang ada disekolah. Manajemen sarana dan
prasarana ialah upaya pengelolaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah, agar dapat
menunjang kelancaran seluruh ativitas kegiatan belajar mengajar ataupun kegiatan lainnya yang
dilaksanakan di sekolah (Munastiwi, 2019, p.176).
Lestari Dkk (2015, p.376) menyatakan bahwa manajemen sarana dan prasarana merupakan
suatu upaya perencanaan, pengadaan, pendistribusian, perawatan, pemeliharaan, dan
penginventarisan sarana dan prasarana yang ada di setiap sekolah. Penelitian lain juga
mengatakan bahwa manajemen sarana dan prasarana merupakan pengeloalaan yang terencana
dalam mengatur sarana dan prasarana di sekolah (Prastyawan, 2016, p.45).
Tujuan manajemen sarana dan prasarana, yaitu perencanaan dan pengadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan, penggunaan sarana dan prasarana secara optimal, serta perawatan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Terlaksananya manajemen sarana dan
prasarana yang baik dan terorganisir berdampak langsung pada optimalnya kegiatan belajar
mengajar yang dilaksanakan di sekolah dan output yang dihasilkan. Hal ini senada dengan
pendapat Prastyaman (Prastyawan, 2016, p.45) yang mengatakan bahwa pengelolaan sarana dan
prasarana yang baik akan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan pendidikan sehingga
anak didik mampu beradaptasi dan berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu,
tujuan manajemen sarana dan prasarana adalah untuk meningkatkan efektivitas kegiatan belajar
mengajar yang optimal sehingga dapat terlaksananya perbaikan mutu pendidikan yang lebih baik
lagi (Kurniawan, 2017, p.25).
Jika sarana prasarana terpelihara dengan baik, akan memperkecil resiko dari kegagalan
belajar siswa. Sedangkan dalam kegiatan manajemen pemeliharaan sarana prasarana salah
satunya adalah analisis kebutuhan baik siswa ataupun guru. Analisis kebutuhan ini sebagai tujuan
manajemen sarana prasarana itu sendiri dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan paparan di atas maka peneliti tertarik untuk meninjau apakah manajemen
sarana dan prasarana di TK Al-Fadlillah Maguwoharjo Yogyakarta berpengaruh terhadap
kelancaran kegiatan belajar mengajar. Guna mengetahui dampak dari terlaksananya manajemen
sarana dan prasarana yang baik dan optimal terhadap kelancaran kegiatan belajar mengajar.
116
GOLDEN AGE: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Vol. 5 (3), September 2020
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis korelasional
(Sugiyono, 2013, p.56). Penelitian korelasi digunakan untuk mengetahui Pengaruh Manajemen
Sarana dan Prasarana Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar di TK Al-Fadlillah. Teknik
pengumpulan data menggunakan angket sebagai data pokok dan dokumen sebagai data
pelengkap. Sumber data dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru di TK Al-Fadlillah.
Populasi penelitian adalah objek atau subjek dalam penelitian yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2013, p.91). Sedangkan sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang akan dijadikan
objek atau subjek penelitian yang mewakili populasi (Sugiyono, 2015, p.117). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh guru yang ada di TK Al-Fadlillah berjumlah 8 orang. Sedangkan
sampel dalam penelitian ini adalah 8 orang guru yang menjadi seluruh populasi dalam penelitian.
Rumusan masalah yang menjadi variabel dalam penelitian ini dapat di jelaskan, sebagai
berikut: a) Variabel Manajemen Sarana dan Prasarana (X) merupakan salah satu manajemen yang
harus ada dalam setiap sekolah. Manajemen sarana dan prasarana dilakukan agar sarana dan
prasarana yang ada di sekolah teroganisir secara baik. Manajemen sarana dan prasarana dilakukan
mulai dari perencaraan, pengadaan, penggunaan, perawatan sampai dengan penginventarisan
sarana dan prasarana yang ada di sekolahVariabel Kegiatan Belajar Mengajar (Y) merupakan
proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru dan anak didik untuk meningkatkan perkembangan dan pengetahuan anak
didik saat di sekolah.
Bagaimana hubungan keterpengaruhan antara variabel X dan variabel Y, dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
117
Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana… Raudatul Hasanah
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Perhitungan hasil regresi sederhana mengenai hubungan antara Manajemen Sarana dan
Prasarana (X) dengan Kegiatan Belajar Mengajar (Y), diperoleh nilai konstanta a = 10.614 dan
koefisien b = 0,630, sehingga persamaan regresinya adalah 𝑌̂ = 10.614 + 0,630 X. Hasil analisa
regresi mendapatkan nilai konstanta sebesar 10.614, artinya nilai Kegiatan Belajar Mengajar TK
Al-Fadlillah 10.614 jika tidak ada kenaikan pada nilai variabel Manajemen Sarana dan Prasarana.
Koefisien regresi sebesar 0,630 menyatakan bahwa setiap penambahan satu skor maka akan
meningkat juga nilai skor Kegiatan Belajar Mengajar. Artinya setiap peningkatan 1% skor nilai
Manajemen Sarana Prasarana maka akan terjadi pula peningkatan pada skor Kegiatan Belajar
Mengajar sebesar 0,630. Selanjutnya akan dilakukan analisis varian (Anova) untuk menguji
signifikansi arah koefisien dan kelinieran persamaannya. Sebagaimana yang ditunjukkan pada
table berikut.
Tabel 2. Uji Linearitas Regresi dan Uji Signifikansi Variabel X dengan Variabel Y
ANOVAa
Total 21,875 7
118
GOLDEN AGE: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Vol. 5 (3), September 2020
Pembahasan (Discussion)
Setiap sekolah baik itu TK, PAUD, SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi pasti memiliki
sarana dan prasarana, agar sarana dan prasarana terorganisir dengan baik maka diperlukan sebuah
manajemen untuk mengontrol sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah. Manajemen sarana
dan prasarana yang baik akan menunjang kelanjaran kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan
sekolah. Berdasarkan uraian hasil analisis data penelitian di atas, menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara Manajemen Sarana dan Prasarana dengan Kegiatan Belajar
Mengajar. Dengan demikian, Ha diterima dan H0 ditolak, yaitu “Ada pengaruh antara Manajemen
Sarana dan Prasarana dengan Kegiatan Belajar Mengajar di TK Al-Fadlillah Maguwoharjo
Yogyakarta. Hal ini berarti bahwa semakin baik Manajemen Sarana dan Prasarana dilaksanakan
maka akan semakin baik pula Kegiatan Belajar Mengajar yang akan terjadi di TK Al-Fadlillah
Maguwoharjo Yogyakarta.
Hal ini hampir senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan ( 2017, p.23) yang
menyatakan bahwa Implementasi Standar Sarana dan Prasarana sangat berpengaruh kuat terhadap
Efektivitas pembelajaran yang terjadi di sekolah. Manajemen sarana dilakukan dari tahap
perencaan sampai dengan penginventarisan dan penghapusan sarana dan prasarana. Selain itu,
Leper dalam Nepal dan Maharjan (2015, p.267) mengatakan bahwa “All physical facilities must
be provided to the schools for the students’ better, concrete, and real experiences. The
child learns through concrete rather than abstract experiences. Physical facilities help to
enhance the learning of the students”. Disamping itu, juga terdapat penelitian terdahulu
oleh Sinta Kartika et al (2019) yang sejalan dengan hasil penelitian ini yang menyatakan
bahwa terdapat pengaruh antara kualitas sarana dan prasarana terhadap minat belajar siswa dalam
pembelajaran.
Lestari et al (2015, p.376) menyatakan bahwa manajemen sarana dan prasarana
dilaksanakan dengan 7 tahap pelaksanaan, meliputi perencanaan, pengadaan, pendistribusian,
pemeliharaan, penginventarisan, penghapusan dan pengevaluasian sarana dan prasarana.
Sedangkan Trisnawati, Harun, & Usman (2019, p.62) mengatakan bahwa manajemen sarana dan
prasarana dilaksanakan dengan 5 tahap, yang meliputi dari perencanaan, pengadaan,
119
Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana… Raudatul Hasanah
120
GOLDEN AGE: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Vol. 5 (3), September 2020
prinsip kekohesian/keterpaduan maksudnya setiap orang yang terlibat dalam manajemen sarana
dan prasarana memiliki tanggung jawabnya masing-masing. Akan tetapi tetap harus saling
bekerja sama. Berdasarkan paparan tersebut, disimpulkan manajemen sarana dan prasarana yang
teroganisir dengan baik sangat penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan. Semakin bagus manajemen sarana dan prasarana yang dilakukan maka semakin
bagus dan lancar kegiatan belajar mengajar yang dilakukan.
Ahmad Fauzan (2018, p.259) dalam penelitiannya menyatakan dalam kegiatan manajemen
sarana prasana terdapat 5 hal yaitu perencanaan kebutuhan, proses pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan, pemakaian sarana prasarana pendidikan, pencatatan/ pengurusan sarana
dan prasarana pendidikan dan penghapusan sarana dan prasarana. Dari penelitian tersebut,
disimpulkan bahwa analisis kebutuhan dan pengadaan meliputi perencanaan yang berfokus pada
sarana dan prasarana yang dibutuhkan guna mencapai visi, misi, tujuan, dan sasaran. Perencanaan
dilaksanakan pada awal tahun. Pendistribusian dilaksanakan dalam pembelian sarana dan
prasarana dengan cara menyeleksi dan disalurkan dalam tiap program jurusan dan kelas masing-
masing. Bentuk pemeliharaan sarana prasarana disesuaikan atas kebutuhkan guru dan siswa
dengan tata tertib penggunaan sarana prasarana. Inventarisasi direkapitulasi selama setahun dan
dilakukan oleh bagian yang bertanggungjawab. Pada kegiatan penghapusan dalam manajemen
sarana prasarana meliputi kegiatan penghapusan untuk barang yang tidak layak dipakai.
Muhlil (2019, p.148) juga memperkuat dari penelitiannya yang membahas tentang
Manajemen Sarana Prasarana dengan langkah-langkah manajemen sarana prasarana meliputi
perencanaan, pengadaan dan inventarisasi, pemeliharaan, dan penghapusan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan menejemen sarana dan prasarana meliputi perencanaan yang
dilakukan melalui rapat perencanaan program, pengadaan merupakan kegiatan pengadaan sarana
dan prasarana sesuai hasil kesepakatan bersama dalam proses perencanaan dan inventarisasi
meliputi semua barang sudah terinventarisir secara rapi dalam daftar inventaris barang;
pemeliharaan yaitu pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan oleh semua orang yang berada
di lembaga. Adapun pengontrolan dilaksanakan oleh kepala bagian sarana dan prasarana;
penghapusan dilaksanakan dengan cara mengganti jika memungkinkan dan menghapus dari
daftar inventaris barang.
121
Pengaruh Manajemen Sarana dan Prasarana… Raudatul Hasanah
Fauzan (2018). Manajemen Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Shuffah Hibullah Natar Lampung
Selatan. Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan, 3(1), 249-276.
Ghony, M. D., & Fauzan Almanshur. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif.
Malang: UIN-Malang Press.
Ibrahim Bafadal. (2008). Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara.
Ita, E. (2018). Manajemen Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini di TK Rutosoro Kecamatan Golewa
Kabupaten Ngada Flores Nusa Tenggara Timur. JDPP (Jurnal Dimensi Pendidikan Dan
Pembelajaran, 6(1), 44–52.
Kurniawan, N. (2017). Pengaruh Standart Sarana dan Prasarana terhadap Efektifitas Pembelajaran di TK
Al-Firdaus. Jurnal Warna: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Anak Usia Dini, 2(2), 14–26.
Lestari, I., Timan, A., & Sunandar, A. (2015). Manajemen Sarana dan Prasarana di Pendidikan Anak Usia
Dini. Jurnal Manajemen Pendidikan, 24(5), 376–382.
Munastiwi, E. (2019). Manajemen PAUD untuk Pengelola Pemula. Yogyakarta: CV. Istana Agency.
Musolin, Muhlil. (2019), Manajemen Sarana Prasaarnan Pendidikan Ponodok Pesantrwn: Studi Kasus
Pondok Pesantren An Nawawi Berjan Purworejo, Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam, 5(1).
148-162.
Nasrudin, & Maryadi. (2018). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Pembelajaran di SD.
Jurnal Managemen Pendidikan, 13(1), 15–23.
Nepal, B., & Ramkrishna Maharjan. (2015). Effect of School’s Physical Facilities on Learning and
Outcomes of Students in Nepal. Journal for Studies in Management and Planning, 1(6), 266–279.
Prastyawan. (2016). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Al Hikmah: Jurnal Studi Keislaman,
6(1), 33–46.
Silvie. (2019). Manajemen Sarana dan prasarana dalam meningkatkan Mutu Pembelajaran di Mts. Al
Hasanah Medan, Skripsi.
Sinta et al. (2019). Pengaruh Kualitas Sarana dan Prasarana terhadap Minat Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal penelitian Pendidikan Islam, 7(1)
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekeatan Kualitatif, Kuantitati, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Trisnawati, Harun, C. Z., & Nasir Usman. (2019). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam
Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SD negeri Lamteubee Aceh Besar. Jurnal Magister
Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 7(1), 62–69.
122
JURNAL TUNAS SILIWANGI
ISSN : 2476-9789 (Print) 2581-0413 (Online)
Vol. 7, No. 1, APRIL 2021
Abstract
Educational management has a lot of scopes that educators must understand, one of them is infrastructure
management, infrastructure management is the ability to regulate and direct infrastructure that will be held in
an educational institution. Infrastructure that is held in early childhood education very important role in the
development of children’s creativity. Creativity is an individual mental process that gives birth to ideas,
methods, and something new that is different from whatever existed, more effective, and efficient in various
fields for solving a problem. The procurement of infrastructure is very influential in stimulating the
development of children’s creativity. In this research, the researcher wants to analyze the infrastructure that is
held in the learning activities of children, which infrastructure can stimulate the development of children’s
creativity. The approach used in this research is qualitative with a literature review approach. As a result of
this research, the procurement of infrastructure must go through a careful planning process and must be
administered in an orderly manner. APE (educational play equipment) is one of the infrastructures that are
effective in increasing children’s creativity, there are two types of APE, namely APET (traditional
educational play equipment) and APEM (modern educational play equipment).
Keywords: Management, Infrastructure, Effectiveness, Creativity, Children.
Abstrak
Manajemen pendidikan mempunyai berbagai ruang lingkup yang harus pendidik pahami, salah satunya
adalah manajemen sarana-prasarana, manajemen sarana-prasarana merupakan kemampuan untuk
mengelola serta mengarahkan sarana-prasarana yang akan diadakan dalam suatu lembaga pendidikan.
Sarana-prasarana yang diadakan pada kegiatan pembelajaran anak usia dini mempunyai pengaruh yang
begitu penting terhadap perkembangan kreativitas anak. Proses mental yang melahirkan suatu gagasan
maupun sesuatu yang baru ataupun mengkombinasikan ke dua hal tersebut yang dilakukan oleh individu
disebut kreativitas yang mana proses tersebut melekat pada individu itu sendiri. Pengadaan sarana-
prasarana sangat berpengaruh terhadap penstimulasian terhadap perkembangan kreativitas anak. pada
riset ini, peneliti menganalisis sarana-prasarana yang diadakan dalam kegiatan pembelajaran anak. dalam
riset ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengat pendekatan telaah pustaka. Hasil dari riset ini,
dalam melakukan pengadaan sarana-prasarana perencanaan yang cermat merupakan hal yang utama, dan
harus diadministrasikan dengan tertib. Sarana-prasarana yang efektif meningkatkan kreatifitas anak salah
satunya adalah APE (alat permainan edukatif), APE memiliki dua kategori yakni APET (alat permainan
edukatif tradisional) dan APEM (alat permainan edukatif modern).
Kata Kunci: Manajemen, Sarana-Prasarana, Efektifitas, Kreativitas, Anak
How to Cite: Marie, H., Aini, N. (2021). Analisis Manajemen Sarana Prasarana Efektif Meningkatkan
Kreativitas Anak. Tunas Siliwangi: Jurnal Program Studi Pendidikan Guru PAUD STKIP Siliwangi
, 7 (1), 14-XX.
INTRODUCTION
Sepanjang hidup sesorang terdapat satu masa yang sangat penting, tidak boleh dilewati
atau diabaikan perkembangannya karena hanya terjadi sekali seumur hidup yaitu masa golden
age atau yang familiar dengan istilah usia emas rentang usianya pada anak yang berusia 0-6
tahun. Masa emas ini, seluruh aspek-aspek perkembangan yang ada pada diri anak tumbuh dan
!14
JURNAL TUNAS SILIWANGI
ISSN : 2476-9789 (Print) 2581-0413 (Online)
Vol. 7, No. 1, APRIL 2021
berkembang dengan pesatnya. Pendidik memiliki peranan penting pada proses perkembangan
tersebut, karena pendidik harus memberikan stimulus pada aspek perkembangan anak. masa
emas ini hanya terjadi sekali pada sepanjang usia seseorang.
Manajemen adalah kesanggupan membimbing dan memperoleh sesuatu yang diadakan
dengan maksud dari usaha sesorang dan sumber daya yang lainnya menurut terry, sebagaimana
yang dikutip oleh Rusdi Onanda dan Oda Kinata Banurea. Manajemen sarana-prasarana yakni
suatu kemampuan untuk mengelola dan mengarahkan sarana prasarana yang akan diadakan
dalam suatu lembaga pendidikan. Fungsi dasar manajemen sarana prasarana yang paling penting
dalam mengoptimalkan pengadaan sarana-prasarana adalah perencanaan, pengorganisasian,
motivasi, pengawasan, dan evaluasi. Sarana prasarana juga tak kalah penting dalam mendukung
proses perkembangan kreativitas anak.
Kelengkapan sarana prasarana pembelajaran sangat penting diperhatikan, termasuk media
pembelajaran. Adanya sarana prasarana memudahkan anak dan pendidik saat melakukan proses
pembelajaran. Oleh karena itu sangat dibutuhkan pengelolaan sarana-prasarana pendidikan yang
baik. Baik sarana-prasarana yang berhubungan langsung maupun sarana prasarana yang tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan pembelajaran.
Sebagai salah satu yang berkontribusi dalam dunia pendidikan, tidak asing lagi dengan
istilah “kreativitas”, setiap anak tentunya memiliki potensi untuk menjadi pribadi yang kreatif,
oleh karena itu kreativitas yang ada pada diri anak hendaknya distimulasi perkembanannya.
Proses mental yang ada pada diri seseorang, sehingga proses tersebut melahirkan suatu gagasan
baik metode ataupun hal yang baru maupun yang sebelumnya belum pernah ada merupakan
suatu kreativitas. Kreativitas mewujudkan suatu hal yang baru, teknik pembentukan sebuah ide
sehingga ide tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang ada, bersamaan
dengan itu kegiatan yang dihasilkan memiliki manfaat untuk dirinya serta orang di sekitarnya.
Dalam riset ini, peneliti ingin menganalisis manajemen sarana-prasarana dalam kegiatan
pembelajaran anak dan berbagai macam jenis sarana-prasarana yang dapat meningkatan
kreativitas anak. karena, pengadaan sarana-prasarana dalam kegiatan pembelajaran anak harus
memperhatikan kebutuhan dari setiap aspek perkembangan dan model pembelajaran anak.
pengadaan sarana-prasarana dalam kegiatan pembelajaran anak, harus dikelola dengan teliti baik
dari segi efektivitasnya maupun dari segi kreativitasnya untuk anak. Dari segi efektivitas sarana-
prasarana yang diadakan peneliti ingin mengetahui seberapa efektif sarana-prasaran tersebut
bagi perkembangan krativitas anak. Tidak semua sarana-prasarana dapat mengembangkan
kreativitas anak, terdapat beberapa sarana-prasaran yang dapat mengembangkan krativitas anak,
dalam penelitian ini akan dibahas berbagai macam jenis sarana-prasarana yang dapat
mengembangkan kreativitas anak.
Manajemen PAUD merupaka proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pendidikan, memimpin, dan pengendalian SDM guna ketercapaian sasaran organisasi.
Sebagaimana pendeskripsian dari pemaknaan manajemen tersebut, sehingga dipahami bahwa
pengertian dari manajemen sarana-prasarana merupakan upaya pengaturan dalam pengelolaan
sarana-prasarana agar dapat menstimulasi perkembangan kreativitas anak secara optimal dan
memudahkan semua kegiatan pembelajaran anak. pengaturan dalam pengelolaan sarana-
prasarana meliputi tahap-tahap berikut, yaitu: merencanakan, mengadakan, mengawasi,
menyimpan dan menghapus, serta menata. Sebagaimana yang dinyatakan oleh KEMENDIKNAS
(2013) yang sejalan dengan pernyataan tersebut, bahwa manajemen sarana-prasarana terdiri dari:
merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi segala kegiatan
!15
JURNAL TUNAS SILIWANGI
ISSN : 2476-9789 (Print) 2581-0413 (Online)
Vol. 7, No. 1, APRIL 2021
pengelolaan sarana-prasarana dengan mengikuti prinsip-prinsip dari manajemen pendidikan.
Selain itu prinsip dari sarana-prasarana harus memenuhi kriteria kesehatan untuk anak, kriteria
tersebut mencakup peralatan yang aaman, nyaman dan disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak. Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapatlah dipahami bahwa
manajemen sarana-prasarana merupakan upaya pengaturan dalam pengelolaan sarana-prasaran
agar dapat menstimulasi perkembangan kreativitas anak secara optimal dengan meliputi tahap-
tahap berikut yaitu: merencanakan, mengadakan, mengawasi, menyimpan dan menghapus, serta
menata. Manajemen sarana-prasarana ini dilakukan agar memudahkan semua kegiatan bermain
dan pembelajaran anak.
Mewujudkan suasana sekolah yang nyaman serta menyenangkan bagi anak didik dan
tenaga pendidik, merupakan sebuah visi dari manajemen sarana-prasarana. Sarana-prasarana
adalah sebuah pelengkap apabila menyelenggarakan serta mengelola berbagai kegiatan anak usia
dini, pengadaannya harus disesuaikan dengan kapasitas anak didik, usia anak, lingkup sosial
anak dan budaya lokal yang diterapkan di lingkungannya. Selain itu, mewujudkan pengadaan
sarana-prasarana secara kualitatif dan kuantitatif, harus sesuai dengan kebutuhan peserta didik
dan tenaga pendidik agar kegiatan pembelajaran berlangsung secara optimal. Untuk mencapai
tujuan dari manajemen sarana-prasarana tersebut terdapat beberapa prinsip yang hendak
diperhatkan. Prinsip dari manajemen sarana-prasarana tersebut adalah: (1) pencapaian tujuan, (2)
tepat guna, (3) tata kelola, (4) kejelasan tanggung jawab, dan (5) keutuhan.
Manajemen sarana-prasarana memiliki ruang lingkup menurut Bafadal meliputi:
perencanaan, pengorganisasian, pengerahan, dan pengawasan. Selain itu manajemen sarana-
prasarana memiliki lingkup kegiatan menurut KEMENDIKNAS (2013) menggolongkan: (1)
menganalisis keperluan dan persiapan, (2) penyediaan, (3) pendataan, (4) pengedaran dan
pendayagunaan, (5) perawatan, (6) pelenyapan (7) penilikan dan pelaporan.
Pengadaan sarana-prasarana pada Taman Kanak-Kanak, pendidik tidak hanya
memperhatikan kebutuhannya melainkan juga harus memperhatikan prinsip-prinsip dari
pengadaan sarana-prasarana. Dengan adanya sarana-prasaran tersebut, semua kegiatan
pembelajaran pada anak dapat terlaksana dengan berbagai macam media yang bervariatif yang
dapat meningkatkan krativitas anak melalui berbagai macam pendekatan . sarana-prasarana yang
tersedia pada taman kanak-kanak terdapat tiga prinsip yang setakar dengan standar pendidikana
anak usia dini, yaitu keamanan, kenyamanan, penerangan yang baik, dan harus memenuhi
standar dari kesehatan anak; sinkron dengan semua aspek-aspek perkembangan anak; dan
mendayagunakan berbagai potensi dan sumber daya yang tersedia di lingkungan sekitar,
termasuk barang limbah/bekas layak pakai. Dapat menimbulkan imajinasi dan mengembangkan
kreativitas anak.
Proses mental yang melahirkan suatu gagasan maupun sesuatu yang baru ataupun
mengkombinasikan ke dua hal tersebut yang dilakukan oleh individu disebut kreativitas yang
mana proses tersebut melekat pada individu itu sendiri. Seseorang apabila melakukan sesuatu
yang berbeda dari orang lain, disebut kreativ karena seseorang tersebut dapat memecahkan
masalaha dengan menghasilkan sesuatu yang baru dan berdaya guna. Menurut Guilford
Kreativitas disebut “pemikiran berbeda” karena mencakup konsep distingtif. Menurut Guilford,
pemikiran orang yang kreative bersifat divergent atau yang biasa disebut dengan pemikiran out
of the box. Kreativitas melampaui apa yang jelas dan nyata, mempertimbangkan beberapa
jawaban yang mungkin ada untuk suatu masalah.
Saat kreativitas dianggap hanya dimiliki oleh sebagian anak saja, dan tidak dibutuhkan
adanya stimulasi dari lingkungannya. Pemikiran tersebut sangat bertolak belakang dengan
!16
JURNAL TUNAS SILIWANGI
ISSN : 2476-9789 (Print) 2581-0413 (Online)
Vol. 7, No. 1, APRIL 2021
keyakinan saat ini, bahwa semua anak lahir dengan mempuyai potensi masing-masing yang
harus distimulasi oleh lingkungannya. Kreativitas yang ada pada diri anak, haruslah distimulasi
dengan menyediakan berbagai media atau sarana-prasarana yang dapat mengembangkan aspek-
aspek perkembangan anak. untuk meningkatkan kreativitas anak perlu memahami beberapa hal
berikut yaitu: memberikan anak waktu, memberikaan anaka kesempatan menyendiri,
memberikan anak dorongan, menyediakan sarana-prasarana, mewujudkan lingkungan yang
menstimulasi perkembangan anak, tidak memperlakukan anak secara posesif, dan memberikan
anak kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungannya untuk memperoleh pengetahuan dan
pengalaman.
Mengekspresikan kreativitasnya terdapat berbagai macam cara yang dilakukan oleh anak
dalam berbagai usia yaitu: pemikiran animisme, Animisme merupakan sebuah pemikiran yang
dilakukan anak dengan menganggap hidup sebuah benda mati. Anak usia dini tidak mampu
membedakan sesuatu yang bersifat hidup maupun yang tidak bersifat hidup atau mati. Usia anak
yang memiliki pemikiran animistik ini berkisar di usia 2 sampai 5 tahun, akan tetapi di saat anak
memasuki sekolah dasar pemikiran ini akan segera menghilang. Orangtua merupakan faktor
penguat dalam pemikiran animistik anak dengan menganggap benda mati sebagai mahluk hidup.
Orangtua sering melakukan kegiatan bersam anak seperti membacakan mereka buku cerita atau
dongeng, menonton siaran televisi atau kartoon, sehingga segala hal yang dilihat anak memiliki
karakter hidup layaknya manusia. Seperti “bagaimana perasaanmu bila ibu melemparmu seperti
kamu melempar boneka kamu?” dalam situasi seperti ini, dapat dimengerti bahwa anak akan
memandang benda mati sebagai sesuatu yang hidup.
Bermain drama, kegiatan bermain drama atau biasanya dikenal dengan permainan pura-
pura setingkat dengan pemikiran animistik anak, saat anak memasuki sekolah dasar anak mulai
kehilangan ketertarikannya terhadap permainan pura-pura. Karena anak sudah bisa membedakan
antara kenyataan dan khayalan melalui kegiatan penalarana dan pengalamannya dalam
bersosialisasi dan mengalihkan kegiatannya ke kegiatan lain yang bersifat konstruktif.
Bermain konstruktif, anak dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan pada saat
anak mencapai usia sekolah, anak kehilangan minat untuk bermain drama dan mengalihkan
perhatiannya ke permainan konstruktif. Ini tidak berarti bahwa bermain konstruktif dimulai pada
saat bermain drama berakhir. Kegiatan bermain konstruktif sudah lebih awal dilakukan oleh
anak, akan tetapi kegiatan inii teralihkan oleh kegiatan bermain pura-pura yang lebih menarik
minat anak karena bersifat menyenangkan. Membuat sesuatu atau benda dan menggambar
merupakan dua jenis kegiatan konstruktif yang popular pada anak usia dini.
Teman imajiner, Teman imajiner merupakan sesuatu yang diciptakan oleh anak dalam
khayalannya untuk menggantikan sebuah peran dari sahabat di dunia yata, biasanya teman yang
diimajinasikan oleh anak dalam khayalannya berupa orang, hewan, dan benda yang disukainya.
Seorang anak yang menciptakan teman imajinernya biasanya anak yang sendirian atau tidak
memiliki seorang teman. Anak yang lebih suka bermain dengan teman imajinernya biasanya
anak yang pemalu atau yang bermasalah dalam lingkup sosialnya, sehingga lebih suka
berimajinasi ketimbang bersosialisasi.
Melamun, melamun merupakan salah satu dari sekian banyak aktifitas yang dilakukan
oleh anak karena aktifitas tersebut memberikan kesenangan tersendiri bagi anak. sama halnya
dengan semua permainan lain, melamun memiliki perbedaan dari berimajinasis karena
berimjinasi lebih terkendali dari pada melamun atau biasanya disebut “khayalan”. Misalnya
dengan melamun anak dapat menjadi putri atau putra raja, atlet olah raga terkemuka atau
presiden. Bahanyang diramu dalam lamunan sering berasal dari media massa seperti film,
!17
JURNAL TUNAS SILIWANGI
ISSN : 2476-9789 (Print) 2581-0413 (Online)
Vol. 7, No. 1, APRIL 2021
televisi, buku, atau komik. Walaupun melamun dapat mencakup semua adegan imajinatif dan
dapat berhubungan dengan setiap kegiatan, tiga kategori utama paling umum dan populer di
masa kanak-kanak adalah sebagai berikut: berkhayal menjadi seorang pahlawan, berkhayal
menjadi seorang pahlawan yang menderita, berkhayal menderita suatu penyakit.
Bercerita, pada mulanya kegiatan bercerita bersifat profitabel. Sesuatu yang pernah
ataupun yang sering didengarkan oleh anak yakni televise, radio maupun cerita yang
diperdengarkan kepadanya, anak suka menceritakan kembali hal-hal tersebut. Cerita-cerita yang
sering anak ceritakan kelak cerita tersebut membuat anak menjadi lebih kreatif. Cerita yang
sering anak jadikan sumber referensi biasanya dari berbgai media yang dia temui di sekitarnya.
Selain memudahkan anak bersosialisasi dengan baik, kegiatan bercerita juga dapat membantu
anak dalam menyesuaikan kepribadiannya dengan baik. Kepercayaan diri anak dapat meningkat
apabila mereka mendaatkan perhatian, sehingga merekamerasa diperhatikan dan diapresiasi
dalam bercerita. Kegiatan bercerita juga dapat meningkatkan pengetahuan diri anak melalui
reaksi orang lain terhadap dirinya dalam melakukan kegiatan bercerita tersebut. Anak belajar
membentuk pengalaman berbicara dengan orang di sekitarnya dan meningkatkan
keterampilannya dalam hal linguistik.
Berbagai macam ekspresi kreativitas anak tersebut, sebagai pendidik harus menyediakan
atau mengadakan sarana yang dapat mengembangan ekspresi kreativitas anak tersebut. Karena,
ekspresi kreativitas anak berkembang dengan maksimal diumur anak yang masih dini, sehingga
pengadaan sarana prasarana untuk memenuhi kebutuhan kreativitas anak sangatlah penting.
Pengadaan sarana prasarana yag dapat mengembangkan kreativitas anak, dengan memperhatikan
berbagai macam hal seperti, kebutuhan akan perkembangannya dan kebutuhan yang sesuai
dengan tahap operasionalnya.
METHOD
Metodologi dalam riset ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan tela’ah
pustaka. Tela’ah pustaka merupakan suatu aktifitas yang meliput research, reading, dan examine
laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang mengandung teori-teori yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Tela’ah pustaka menurut Cooper dalam creswell mempunyai
berbagai tujuan yakni: memberikan informasi terhadap pembaca mengenai hasil penelitian lain
yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan
berbagai macam literature seperti jurnal-jurnal terakreditasi: sinta1, sinta2, sinta3 dll, Buku-buku
referensi yang mendukung.
!18
JURNAL TUNAS SILIWANGI
ISSN : 2476-9789 (Print) 2581-0413 (Online)
Vol. 7, No. 1, APRIL 2021
yang efektif meningkatkan kreatifitas anak. kreativitas adalah suatu kompetensi yang ada pada
diri seseorang dalam hal mewujudkan hal-hal yang bahkan sebelumnya belum pernah ada dan
merupakan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi lingkungan di sekitarnya. Alat permainan
edukatif dibuat untuk meningkatkan kreativitas dan semua aspek-aspek perkembangan yang ada
dalam diri anak dan merupakan alat yang digunakan untuk bermain sambil belajar, Alat
permainan edukatif merupakan sarana-prasarana untuk mewujudkan rasa ingin tahu anak
terhadap lingkungan sekitarnya. Alat permainan edukatif merupakan sarana-prasarana yang
hendaknya memenuhi ciri-ciri berikut: 1) tujuannya untuk anak, 2) mengembangkan segala
aspek-aspek perkembangan anak, 3) multifungsi, 4) ramah bagi anak, 5) mengembangkan
keaktifan dan kreativitas anak, 6) konstruktif, 7) terdapat nilai pendidikan di dalamnya. Terdapat
dua jenis Alat Permainan Edukatif yaitu APE Tradisional APE Modern.
Pertama, APET (alat permainan edukatif tradisional), yang termasuk di dalam APET
adalah gasing, congklak, engrang, layang-layang, angklung, dan bakiak. APET dapat
dimanfaatkan sebagai sarana pembelajaran, dan mempunyai banyak manfaat bagi perkembangan
anak. Seperti pembelajaran berhitung melalui congklak, pembelajaran konstruksi melalui layang-
layang, keseimbangan fisik dengan engrang.
Kedua, APEM (alat permainan edukatif modern) dapat menstimulasi perkembangan
kreatifitas anak, APEM ini diadakan dengan menyesuaikan penempatannya yang ditempatkan di
dalam dan di luar ruangan. Penempatan APEM ditempatkan di luar ruangan merupakan sarana-
prasarana yang dapat meningkatkan kreativitas anak selain di dalam ruangan. APEM di luar
ruangan ini terdiri dari jungkat-jungkit, panjat jaring, terowongan, seluncuran, permainan
outbond, rumah pohon, dan sebagainya. APEM yang ditempatkan di dalam ruangan yakni media
bermain yang melibatkan motorik halus anak. APEM tersebut meliputi beraneka macam leggo,
beraneka macam puzzle, beraneka macam balok-balok kayu, congklak, dan sebagainya.
Anak mengembangkan kreativitasnya melalui bermain, sehingga penting bagi pendidik
menyiapkan sarana prasarana yang meningkatkan kreativitas anak. Karena bermain merupakan
kesibukan anak layaknya orang dewasa yang sedang bekerja. Karena bermain sangat
memberikan peranan penting bagi anak dalam hal memuaskan kebutuhan aspek
perkembangannya, dan perkembangan psikologisnya dapat terpenuhi. Apabila semua kebutuhan
tersebut terpenuhi, anak dengan mudah akan mengekspresikan emosi/perasaannya, sehingga
perkembangan kreativitasnya tidak terhambat. Kegiatan bermain harus diselaraskan dengan usia
anak, dan alat permainan tidak boleh berbahaya untuk anak, sehingga alat permainan haruslah
aman bagi anak, membuat anak nyaman tidak menyebabkan alergi dan keracunan bagi anak.
Berikut adalah berbagai jenis permainan yang dapat meningkatkan kreativitas anak beserta
sarana prasarana yang menstilulasinya.
Bermain peran, bermain peran yaitu suatu kegiatan yang diperankan seseorang sehingga
memiliki pemahaman dan pandangan yang benar tentang suatu peristiwa yang akan membawa
manfaat bagi anak ke dalam kehidupannya. Karena bermain merupakan suatu aktifitas yang
paling disukai oleh anak-anak, dengan melakukan kegiatan bermain peran anak dapat
menampakkan dan meluapkan berbagai macam emosinya yang tertahan dan tersembuyi. Berikut
adalah sarana yang menstimulasinya: alat-alat yang mendukung lakonisasi yang diperankan oleh
anak, (bermain peran makro) lingkungan Rumah Sakit; seorang dokter, seorang perawat, seorang
pengunjung, seorang apoteker. Lingkungan Kantor polisi; seorang polisi, seorang penjahat.
Lingkungan Kantor pos; seorang pengantar surat, seorang pegawai pos. lingkungan kantor
direktur; eorang sekertaris, seorang pegawai biasa, seorang cleaning service. (bermain peran
mikro) Stasiun kereta api; rel lokomotif beserta gerbong-gerbongnya. Lingkungan Kebun
!19
JURNAL TUNAS SILIWANGI
ISSN : 2476-9789 (Print) 2581-0413 (Online)
Vol. 7, No. 1, APRIL 2021
binatang; beraneka macam boneka binatang, beraneka macam boneka pengunjung. Lingkungan
Perkotaan; jalan, beraneka macam orang-orang perkotaan, beraneka macam mobil-mobilan.
Bandar udara, pesawat, boneka, dan truk-truk.
Bermain pembangunan, bermain pembangunan adalah jenis bermain untuk mewujudkan
ide anak melalui beberapa media bahan atau alat dari bermain pembnagunan. Karena menurut
teori Piaget menyatakan bahwa bermain pembangunan dapat menstimulasi perkembangan
kreativitas anak dan memudahkan anak dalam memecahkan masalah pada usia dewasanya nanti.
Berikut adalah sarana yang menstimulasinya: (bermain pembangunan cair) air, pasir, lumpur;
tepung, tanah liat, berbagai macam plastisin, playdough, claydough; crayon, berbagai macam
pensil warna, berbagai macam spidol, berbagai macam pensil, berbagai macam pulpen; arang,
berbagai macam kapur; berbagai macam cat air dengan kuas, dan berbagai macam cat minyak.
(bermain pembangunan terstruktur) berbagai macam jenis balok; berbagai macam jenis lego;
berbagai macam model puzzle; barang-barang besar, kardus dengan berbagai macam ukuran,
berbagai macam botol, berbagai macam wadah es krim, berbagai macam stik dll.
Berikut adalah sarana lingkup model pembelajarannya (model sentra) yang mana model
pembelaaran tersebut dapat mengembangkan kreativitas anak, model pembelajaran sentra ini
kegiatan pembelajarannya dilakukan dengan model “lingkaran” (circle time) serta sentra
bermain. Model pebelajaran sentra terdiri dari sentra alam sekitar, sentra pembangunan, sentra
kebudayaan, sentra bermain peran, sentra persiapan, sentra IMTAQ/agama, dan sentra musik.
Sentra alam sekitar, sarana dalam sentra alam sekitar: Dedaunan, berbagai macam
ranting, berbagai macam kayu, pasir pantai/sejenisnya, air, bebatuan, aneka macam biji-bijian,
gayung, bak air, corong air, botol, jeriken, kuas, kertas untuk melukis, alat pengocok telur,
pompa air manual, kaca pembesar, sekop, saringa, ember, dll. Sentra ini meningkatkan
kemampuan motorik anak melalui kegiatan eksplorasi, mengembangkan kecerdasan naturalis
dan visual-spasial anak. sentra bahan alam memudahkan anak dalam mengenali bahan-bahan dan
kegiatan sehari-hari yang dilakukan dalam sentra ini.
Sentra pembangunan, sarana dalam sentra pembangunan: Berbagai macam bentuk balok
dan ukuran yg berbeda, balok-balok untuk kegiatan bermain peran, berbagai macam bentuk lego
dan peralatan tulis menulis. Sentra ini meningkatkan kemampuan anak dalam hal mengenali
berbagai macam bentuk dan ukuran, meningkatkan kecerdasan logic-matematik dan kecerdasan
visual spasial anak .
Sentra kebudayaan, sarana dalam sentra kebudayaan: Benang, manik-manik, potongan
kain, kertas polos, cat warna, krayon warna, spidol warna, gunting yang beraneka ragam,
berbagai macam kapur, tanah liat, pasir yang mencukupi, lilin yang mencukupi, kain yang
mencukupi, dedaunan, potongan-potongan gambar dll. Sentra ini meningkatkan kemampuan
anak dalam mengenali berbagai macam hasil karya dari bahan-bahan di sekelilingnya,
mengembangkan kecerdasan visual-spasial anak, dan meningkatkan kemampuan motorik halus
anak..
Sentra bermain peran, sarana dalam sentra bermain peran: Mikro; berbagai macam
permainan rumah tangga, kedokteran, transportasi, dan pertukangan. Makro; berbagai macam
mainan untuk jual beli, rumah-rumahan, dokter-dokteran, tukang-tukangan, kebun-kebunan,
pertanian, sekolah-sekolahan, dan salon-salonan dll. Bermain peran juga termasuk salah satu cara
mengajar dalam hal menyelesaikan kegiatan pembelajaran dengan karakteristik yan teratur.
Sentra ini meningkatkan kemampuan anak dalam hal bersosialisasi, dan mengembangkan
kecerdasan linguistik anak.
!20
JURNAL TUNAS SILIWANGI
ISSN : 2476-9789 (Print) 2581-0413 (Online)
Vol. 7, No. 1, APRIL 2021
Sentra persiapan, sarana dalam sentra persiapan: puzzle huruf dan angka, huruf dan angka
dari kayu, papan tulis, alat tulis, bolpoin, penggaris, penghapus, kertas, krayon, cangkang kerang,
kancing berbagai macam warna, mainan buah-buahan dengan mangkuk atau piring dll. Sentra ini
meningkatkan kemampuan anak dibidang kognitif, motorik halus, dan kemampuan sosial.
Sentra musik, sarana dalam sentra musik: Minuman kaleng bekas, batok kelapa, gitar,
barang bekas yang memiliki bunyi, piano, pianika, angklung. Sentra ini meningkatkan
pengalaman anak dalam megenal berbagai macam bunyi, dalam hal motorik, dan meningkatkan
kecerdasan musikalnya.
Berbagai macam sarana dalam sentra tersebut sangat efektif dalam meningkatkan
kreativitas anak. Karena berbagai macam sarana dalam sentra tersebut dapat menstimulasi
perkembangan kreativitas anak. Anak dapat mengeksplorasi imajinasinya yang tak terbatas
dengan sarana yang tersedia, mengoptimalisasikan perkembangan krativitas anak pada kegiatan
sentra, hendaknya memperhatikan densias dan intensitas.
Tabel I
Sarana-prasarana efektif meningkatkan kreativitas anak
IMTAQ Buku cerita islam, peralatan shalat, Dalam hal bernarasi, fashion designer,
miniatur bagian ibadah, gambar- penjahit, arsitektur, karikatur, dan
gambar yang bernuansa islam animator.
Alam sekitar Dedaunan, berbagai macam Dalam hal arsitektur, penjahit,
ranting, berbagai macam kayu, seniman, pematung, pelukis,
pasir pantai/sejenisnya, air, fotografer, animator, food designer,
bebatuan, aneka macam biji-bijian, garden designer, home designer.
gayung, bak air, corong air, botol,
jeriken, kuas, kertas untuk melukis,
alat pengocok telur, pompa air
manual, kaca pembesar, sekop,
saringa, ember.
Pembangunan Berbagai macam bentuk balok dan Dalam hal Home designer, arsitektur,
ukuran yg berbeda, balok-balok technologist, expert researcher,
untuk kegiatan bermain peran, banker expert, ilmuan, computer
berbagai macam bentuk lego dan programing, engineer.
peralatan tulis menulis.
Kebudayaan Benang, manik-manik, potongan Dalam hal Arsitektur, fashion
kain, kertas polos, cat warna, designer, home designer, penjahit,
krayon warna, spidol warna, pengrajin, pematung, pelukis,
gunting, kapur, tanah liat, pasir, seniman, animator, koreografer.
lilin, kain, dedaunan, potongan-
potongan gambar.
Bermain peran Mikro; berbagai macam permainan Dalam hal linguistic, trainer,
rumah tangga, kedokteran, pengacara, publick relation,
transportasi, dan pertukangan. marketing, technologist, engineer,
lawyer, konselor, actor, terapis, expert
Makro; berbagai macam mainan teacher, penari, pantomime,
untuk jual beli, rumah-rumahan, koreografer, penyanyi, music expert,
dokter-dokteran, tukang-tukangan, surgeon.
kebun-kebunan, pertanian, sekolah-
sekolahan, dan salon-salonan.
!21
JURNAL TUNAS SILIWANGI
ISSN : 2476-9789 (Print) 2581-0413 (Online)
Vol. 7, No. 1, APRIL 2021
Persiapan puzzle huruf dan angka, hurf dan Dalam hal Jurnalisme, debate expert,
angka dari kayu, papan tulis, alat trainer, expert teacher, lawyer, publick
tulis, bolpoin, penggaris, relation, marketing expert,
penghapus, kertas, krayon, penterjemah, linguistic, writer,
cangkang kerang, kancing berbagai technologist, arsitektur, designer,
macam warna, mainan buah- pengrajin, surgeon.
buahan dengan mangkuk atau
piring.
musik Minuman kaleng bekas, batok Dalam hal penyanyi, pemain musik,
kelapa, gitar, barang bekas yang produser, guru musik, guru vocal,
memiliki bunyi, piano, pianika, penggubah lagu, music konduktor,
angklung. teknik musik, music collector.
CONCLUSION
Sarana-prasaran yang tersedia mempunyani banyak ragam, sehingga penting bagi
pendidik untuk mengadakan saran-prasarana yang tepat bagi perkembangan kreativitas anak.
Salah satu jenis sarana-prasaran yang efektif meningkatkan kreativitas anak adalah APE karena
alat permainan edukatif bisa menstimulasi semua aspek perkembangan anak dan kreativitasnya.
Alat permainan edukatif memiliki dua jenis yaitu APET dan APEM. Merealisasikan pengadaan
sarana-prasarana, pendidik harus membagi APE tersebut berdasarkan jenis kegiatan bermain dan
model pembelajaran anak, sehingga Anak dapat mengeksplorasi imajinasinya yang tak terbatas
dengan sarana-prasarana yang tersedia.
REFERENCES
Erni Munastiwi. (2018). Manajemen ekstrakurikuler Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD). Manageria:
jurnal manajemen pendidikan islam, volume 3 (3).
Hasmalena, mahyumi rantina. (2017). Implementasi cerita rakyat melalui mata kuliah pendidikan seni tari
usia dini untuk meningkatkan kreativitas pada mahasiswa PG-PAUD FKIP UNSRI. Jurnal
obsesi: jurnal pendidikan anak usia dini, volume 1 (2).
Hendry Eka AR. (2017). Book three International Conference Proceeding: kajian kritis Pendidikan
Islam Anak Usia Dini. Pontianak: IAIN Pontianak Press.
Hurlock elizabeth B. (1993). perkembangan anak. Jakarta: erlangga, jilid 2, vol. 2.
Kasali Rhenald. (2019). Sentra. Bandung:mizan.
Khasan Ubaidillah. (2018). Pembelajaran sentra BAC (bahan alam cair) untuk mengembangkan
kreatifitas anak; studi kasus RA Ar-rasyid. Al-Athfal jurnal pendidikan anak, volume 4 (2).
Khoiruddin. (2017). Pengenalan bahasa arab melalui nyanyian pada anak usia prasekolah di PAUD
terpadu ihyaul ulum puncu Kediri jatim. Jurnal obsesi: jurnal pendidikan anak usia dini, volume
1 (1).
Leli Fertiliana dea, eva latipah. (2017). Pengembangan kemampuan kognitif dak social-emosional melalui
penerapan media balok dan bermain peran pada siswa TK kuntum mekar Lampung. Al-Athfal:
jurnal pendidikan anak, volume 3 (2).
Marie Hamzia. (2020). pengertian kreativitas, keberbakatan, dan kecerdasan, dalam buku pengembangan
kreativitas dan permainan edukatif Anak Usia Dini karya Abda billah faza M.B dkk. Brebes: CV
Indonesia muda.
Mesiono. (2017). manajemen pendidikan Raudhatul Athfal pengantar teori dan praktek. Depok:
pranamedia group.
Mutiah Diana. psikologi bermain anak usia dini. Jakarta: kencana pranada media grup.
Muyassaroh Novi fatkhiyatul. (2020). jenis-jenis permainan anak usia dini, dalam buku pengembangan
kreativitas dan permainan edukatif Anak Usia Dini karya Abda billah faza M.B dkk. Brebes: CV
Indonesia muda.
Onanda Rusdi, Oda Kinata Banurea. (2017). Manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Medan: CV
widya puspita.
!22
JURNAL TUNAS SILIWANGI
ISSN : 2476-9789 (Print) 2581-0413 (Online)
Vol. 7, No. 1, APRIL 2021
Permendikbud. (2009). Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 58, Bagian V.
Rachmawati yeni. (2010). strategi pengembangan kreativitas pada anak usia taman kanak-kanak.
Jakarta: kencana prenada media grup.
Ratna Pangastuti, Qumillaila. (2017). Pengaruh metode karyawisata terhadap kreatifitas menggambar
anak di taman kanak-kanak bani toifur kabupaten nganjuk. Al-Athfal: jurnal pendidikan anak,
volume 3 (2).
Renti Oktaria. (2014). Evaluasi program implementasi pendekatan Beyond Center Circle Time (BCCT).
JPUD:jurnal pendidikan usia dini, volume 8 (2).
Ria Astuti, thorik aziz. (2019). Integrasi pengembangan kreatifitas anak usia dini di TK kanisius
sorowajan Yogyakarta. Jurnal obsesi: jurnal pendidikan anak usia dini, volume 3 (2).
Rukmana Ika siti. (2020). permainan bebas Anak Usia Dini, dalam buku pengembangan kreativitas dan
permainan edukatif Anak Usia Dini karya Abda billah faza M.B dkk. Brebes: CV Indonesia
muda.
Sartika Taber M, Erni Munastiwi. (2019). Peran guru dalam mengembangkan kreatifitas Anak Usia Dini
di TK Islam Terpadu Salsabila Al-Muth’in Yogyakarta. Golden Age: jurnal ilmiah umbuh
kembang anak usia dini, volume 4 (2).
Siti Sofiah , Rudiyanto, Rita Mariyana. (2017). Implementasi Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan Anak Usia Dini. Edukids: Junal Pertumbuhan, Perkembangan, dan Pendidikan Anak
Usia Dini, volume 14 (11).
Sri Watini. (2020). Implementasi model pembelajaran sentra pada TK Labschool STAI Bani saleh Bekasi.
Jurnal obsesi: jurnal pendidikan anak usia dini, volume 4 (1).
Sri Yuniati, prima suci rohmadheny. (2020). Bermain peran: sebuah metode untuk meningkatkan
kemampuan bahasa ekspresif anak. jurnal obsesi: jurnal pendidikan anak usia dini, volume 5 (1).
!23
Jurnal Amal Pendidikan
ISSN-p 2746-4725 | ISSN-e 2721-3668
Vol.3, No.3, Desember 2022, Hal: 242-248, Doi: http://doi.org/10.36709/japend.v3i3.11
Available Online at http://ojs.uho.ac.id/index.php/japend
Abstrak
Manajemen sarana dan prasarana merupakan faktor penting untuk menunjang keberhasilan proses
berjalannya pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi manajemen sarana dan prasarana, faktor pendukung dan penghambat implementasi manajemen
sarana dan prasarana dalam menunjang mutu pembelajaran di TK Insan Cita 1 Kabupaten Pandeglang-
Banten. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatam lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
1) perencanaan yang meliputi analisis kebutuhan menyeluruh, analisis situasi dan kondisi, dan
memusyawarahkan rapat kerja yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru; 2) pelaksanaan meliputi
pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan; 3) evaluasi melalui hasil rapa kerja; 4) faktor pendukung dalam
implementasi manajemen sarana dan prasarana dalam menunjang mutu pembelajaran di TK Insan Cita 1,
yaitu dengan menggunakan alat peraga untuk bahan ajar, baik itu alat peraga yang ada di dalam kelas
maupun diluar kelas dengan memanfaatkan lingkungan yang ada. Faktor penghambat yaitu terbatasnya dana,
sehingga bisa dikatakan bahwa manajemen sarana dan prasarana di TK Insan Cita 1 sudah cukup baik dan
dapat terciptanya suasana belajar yang nyaman.
Kata Kunci: manajemen; pendidikan anak usia dini; sarana dan prasarana.
Abstract
Management of facilities and infrastructure is an important factor to support the success of the learning
process. This study aims to describe the planning, implementation, and evaluation of facilities and
infrastructure management, supporting and inhibiting factors for the implementation of facilities and
infrastructure management in supporting the quality of learning in Insan Cita 1 Kindergarten, Pandeglang
Regency, Banten. This study uses a descriptive qualitative research method. Data collection was carried out
by observation, interviews, documentation, and field notes. The results of this study indicate that:
1) planning which includes a thorough needs analysis, situation and condition analysis, and deliberating
work meetings conducted by the school principal and teachers; 2) implementation includes procurement, use
and maintenance; 3) evaluation through work meeting results; 4) supporting factors in the implementation of
facilities and infrastructure management in supporting the quality of learning in Insan Cita 1 Kindergarten,
namely by using teaching aids for teaching materials, both teaching aids in the classroom and outside the
classroom by utilizing the existing environment. The inhibiting factor is limited funds, so it can be said that
the management of facilities and infrastructure at Insan Cita 1 Kindergarten is good enough and a
comfortable learning atmosphere can be created.
242
Jurnal Amal Pendidikan, 3(3) (2022): 242-248
Tiya Sugi Rahayu, Siti Khosiah, Cucu Atikah
PENDAHULUAN
Program pendidikan anak usia dini pada hakikatnya adalah pendidikan yang ditujukan
untuk meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada
perkembangan seluruh aspek perilaku anak. Pendidikan anak usia dini memiliki peranan yang
sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Anak ialah individu dengan
berbagai potensi, dan potensi tersebut hanya dapat terwujud dibawah pengaruh lingkungan
tempat mereka tinggal. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 20003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 28 ayat
I yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai
dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar”.
Menurut (Mustari, 2015), manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan
pengelolaan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh sekolah untuk menunjang segala
kegiatan, termasuk kegiatan pembelajaran dan kegiatan lainnya, dalam rangka
terselenggaranya kegiatan tersebut berjalan lancar, sedangkan Asmani berpendapat bahwa
pengelolaan sarana dan prasarana adalah pengelolaan sarana dan prasarana sekolah.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan ialah kelengkapan proses pengadaan,
pendayagunaan dan pengawasan tentang prasarana dan peralatan yang digunakan untuk
menunjang terselenggaranya pembelajaran yang bermutu di sekolah (Werang, 2016). Sarana
pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat ataupun jenis peralatan atau
perlengkapan dan bahan untuk mencapai tujuan, sedangkan prasarana ialah penunjang utama
terselenggaranya suatu usaha pembangunan.
Sarana pendidikan oleh (Minarti, 2015) mengungkapkan bahwa sarana pendidikan ini
ialah perangkat yang digunakan untuk metode pembelajaran dengan secara langsung, sebagai
misalnya ialah kursi, meja serta media pembelajarannya. Prasarana pendidikan didefinisikan
dengan fasilitas yang dapat mendukung kelangsungan dan kelancaran dari proses
pembelajaran yang dilangsungkan, dalam hal ini ialah taman, halaman dan juga kebun.
Menurut (Bafadal, 2014) menjelaskan sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan,
bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah,
sedangkan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak
langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah.
Sarana dan prasarana sangat mendukung dan memperlancar proses pendidikan. Sarana
dan prasarana merupakan syarat mutlak bagi lembaga pendidikan, sarana dan prasarana
pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan. Oleh karena itu,
untuk mencapai tujuan pendidikan, keberadaan sarana dan prasarana pendidikan tidak dapat
diabaikan begitu saja, tetapi peningkatan kualitas lembaga pendidikan harus diperhatikan.
Permasalahan yang ditemukan ialah perawatan sarana yang kurang baik seperti buku
ada keadaan barangnya yang rusak, dan ketika dilihat sarana pendidikan itu kurang menarik
lagi untuk digunakan sehingga menyebabkan kurang menarik perhatian anak-anak atau
peserta didik untuk menggunakannya. Penelitian yang dilakukan oleh (Anggraini &
Batubara, 2021) menggunakan metode kualitatif deskriptif yang menunjukkan hasil penelitian
bahwa sarana prasarana PAUD sangat diperlukan. Karena sarana prasarana digunakan oleh
guru dan anak dalam proses belajar mengajar. Persamaan dan perbedaan antara penelitian
peneliti dengan penelitian di atas adalah; persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama
membahas tentang sarana dan prasarana pendidikan anak usia dini dan lalu perbedaannya
adalah penelitian diatas membahas tentang evaluasi pemenuhan standar minimal sarana dan
prasarana pendidikan anak usia dini sedangkan penelitian peneliti membahas tentang
implementasi manajemen sarana prasarana dalam menunjang mutu pembelajaran di TK Insan
Cita 1 kabupaten pandeglang-banten.
243
Jurnal Amal Pendidikan, 3(3) (2022): 242-248
Implementasi Manajemen Sarana Prasarana Dalam Menunjang Mutu Pembelajaran Di TK
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kualitatif
deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di TK Insan Cita 1 Kabupaten Pandeglang-Banten.
Teknik yang digunakan dalam pengambilan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi,
dan catatan lapangan. Adapun Subjek dari penelitian yang dilakukan penulis antara lain yaitu
kepala sekolah dan guru yang mengajar di TK Insan Cita 1 Kabupaten Pandeglang-Banten.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
kepala sekolah dan guru telah menjalankan perencanaan sarana dan prasarana sesuai dengan
apa yang telah direncanakan sejak awal. Tahap perencanaan ini diawali dengan pengamatan
terhadap kebutuhan siswa dan guru serta lingkungan sekolah. Hasil pengamatan menunjukkan
perencanaan mengadakan rapat dengan kepala sekolah, guru dan orang tua.
Perencanaan sarana dan prasarana TK Insan Cita 1 selalu melihat kebutuhan yang ada
termasuk kebutuhan kantor dan kebutuhan belajar, selain itu melihat sarana dan prasarana
yang ada dengan cara memeriksa barang dan menambahkannya sesuai kebutuhan. Hal ini
sesuai dengan teori tentang manajemen sarana dan prasarana yang sudah dipaparkan oleh
(Bafadal, 2008) yang menyatakan bahwa perencanaan sarana dan prasarana adalah
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan semua aktivitas yang akan dilakukan pada masa
yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan.
❖ Pelaksanaan Manajemen Sarana dan Prasarana
Kegiatan pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana di TK Insan Cita 1 ada
beberapa bagian yang digunakan atau dilaksanakan di TK Insan Cita 1 seperti pengadaan,
pengunaan, pemeliharaan secara efektif dan efesien, dengan pelaksanaan penggunaan sarana
dan prasarana yaitu :
a) Pengadaan merupakan serangkaian kegiatan yang menyediakan berbagai jenis sarana dan
prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil temuan penelitian kegiatan pengadaan sarana dan prasarana di TK Insan
Cita 1 yaitu dengan cara membeli dan hasil karya guru atau peserta didik. Pengadaan
sarana prasarana juga dilakukan di sekolah, semua buku pedoman guru untuk pelajaran
dibuat, dan dibuatkan kurikulum pembelajaran guru. Penyediaan ini dilakukan sendiri oleh
pengurus TK. Pengadaan juga membantu guru-guru sekolah yang semuanya terlibat dalam
pengadaan tersebut. Diketahui bahwa pengadaan sarana dan prasarana di TK Insan Cita 1
berjalan dengan baik, sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Berdasarkan hasil wawancara proses pengadaan sarana dan prasarana yang ada di
TK ini sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil observasi bahwa
proses pengadaan dengan cara membeli dan hasil karya guru atau peserta didik
Berdasarkan data hasil dokumentasi yang diperoleh terlihat bahwa proses pengadaan
sarana dan prasarana dengan cara membeli dan hasil karya
b) Penggunaan sarana dan prasarana merupakan suatu kegiatan memanfaatkan sarana dan
prasarana yang ada untuk digunakan dalam pembelajaran sehingga kegiatan belajar
mengajar berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara proses penggunaan sarana dan prasarana pendidikan
sudah sesuai dengan fungsinya masing-masing Berdasarkan hasil observasi bahwa
sarana dan prasarana tersebut harus dipakai sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan
masing-masing barang, sehingga barang tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Sarana
dan prasarana TK Insan Cita 1 dirancang untuk memaksimalkan proses pembelajaran
Berdasarkan data hasil dokumentasi yang diperoleh semua sarana dan prasarana yang ada
di sekolah digunakan dengan baik sesuai dengan fungsinya masing-masing
c) Pemeliharaan mengenai pemeliharaan sarana dan prasarana, temuan hasil penelitian
membuktikan bahwa pemeliharaan sarana dan prasarana TK Insan Cita 1 ini dilakukan
oleh semua pihak sekolah, seperti merawat barang milik sekolah sehingga tetap awet dan
tahan lama.
Berdasarkan hasil wawancara pemeliharaan sarana dan prasarana dilakukan sesuai
dengan peraturan TK Insan Cita 1. Sarana dan prasarana di TK Insan Cita 1 sangat terawat
dan barang-barang yang digunakan sesuai dengan kebutuhan. Pemeliharaan menjadi
tanggung jawab bersama seluruh pegawai TK Insan Cita 1”. Berdasarkan hasil
245
Jurnal Amal Pendidikan, 3(3) (2022): 242-248
Implementasi Manajemen Sarana Prasarana Dalam Menunjang Mutu Pembelajaran Di TK
observasi kegiatan pemeliharaan ini dilakukan melalui pembersihan sarana dan prasarana,
pemeriksaan rutin, dan penyimpanan, tergantung pada ruang yang tersedia. Berdasarkan
data hasil dokumentasi yang diperoleh tentang perawatan sarana dan prasarana dilakukan
oleh seluruh pihak sekolah. Perawatan ini dilakukan setiap hari selama kegiatan untuk
memastikan pemeliharaan sekolah tetap terjaga dan tahan lama.
Berdasarkan hasil wawancara, pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana yang
meliputi pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan sudah terlaksana dengan baik. Pengadaan
sarana dan prasarana di TK Insan Cita 1 sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Penggunaan sarana dan prasarana untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan
masing-masing barang, sehingga barang dapat digunakan secara normal. Pemeliharaan
dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada di TK Insan Cita 1. Sarana dan prasarana TK
Insan Cita 1 sangat terawat dan barang-barang yang digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Pemeliharaannya menjadi tanggung jawab bersama seluruh staf di TK Insan Cita 1.
Pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana didasarkan pada proses perencanaan
yang telah dibuat. Dalam proses pelaksanaan sarana dan prasarana sekokalh meliputi
pengadaan, penggunaan, dan pemeliharaan. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan
merupakan keseluruhan proses pengadaan, pendayagunaan dan pengawasan terhadap
prasarana dan peralatan yang digunakan untuk menunjang terselenggaranya pendidikan yang
bermutu di sekolah (Werang, 2016).
❖ Evaluasi Manajemen Sarana dan Prasarana
Evaluasi merupakan salah satu tindakan untuk menemukan nilai dari suatu hal-hal yang
telah dilakukan. Evaluasi pendidikan adalah proses pengumpulan informasi dapat berfungsi
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan pengamatan dalam
pelaksanaan program kegiatan, selalu diperlukan evaluasi untuk mengkaji ulang,
menyempurnakan dan menyesuaikannya dengan kebutuhan baru. Begitu pula dengan TK
Insan Cita 1. Kegiatan pengendalian dan pemantauan dalam pelaksanaan sistem dan
infrastruktur tentu saja mendahului evaluasi sistem dan infrastruktur yang perlu memperbaiki
beberapa hal. Berdasarkan hasil observasi dalam pelaksanaan suatu program kegiatan, pasti
akan perlu suatu evaluasi untuk meninjau ulang dan memperbaiki serta mengubah sesuai
dengan kebutuhan yang baru. Begitu pula yang diterapkan di TK Insan Cita 1. Tentunya
sebelum menilai sarana dan prasarananya ada kegiatan pemantauan atau pengawasan selama
pelaksanaan sarana dan prasarana. Beberapa hal perlu yang perlu diperbaiki.
Berdasarkan hasil wawancara tentang evaluasi manajemen sarana dan prasarana
selain menyusun, ada juga evaluasi dalam rapat kerja, misalnya program mana yang
dilaksanakan dan yang tidak dilaksanakan. Sebelumnya juga dilakukan evaluasi sekolah untuk
mengawasi pelaksanaan sarana dan prasarana. Berdasarkan hasil observasi kegiatan evaluasi
manajemen sarana dan prasarana yaitu evaluasi hasil rapat kerja Berdasarkan data hasil
dokumentasi yang diperoleh terlihat bahwa evaluasi manajemen sarana dan prasarana dalam
rapat kerja program mana yang dilaksanakan dan yang tidak dilaksanakan.
Evaluasi manajemen sarana dan prasarana di TK Insan Cita 1 sudah berjalan dengan
baik sesuai dengan semestinya. Menurut Gunawan yang menyatakan bahwa penghapusan
adalah kegiatan meniadakan barang-barang milik lembaga (bisa juga milik negara) dari daftar
inventaris dengan cara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau kegiatan
pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban yang berlaku dengan alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
246
Jurnal Amal Pendidikan, 3(3) (2022): 242-248
Tiya Sugi Rahayu, Siti Khosiah, Cucu Atikah
DAFTAR PUSTAKA
Ananda, R., & Banurea, O. K. (2017). Manajemen Sarana Dan Prasarana Pendidikan.
Medan: CV. Widya Puspita.
247
Jurnal Amal Pendidikan, 3(3) (2022): 242-248
Implementasi Manajemen Sarana Prasarana Dalam Menunjang Mutu Pembelajaran Di TK
Anggraini, E. S., & Batubara, L. (2021). Evaluasi Pemenuhan Standar Minimal Sarana dan
Prasarana Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Usia Dini, 7(1), 20-26.
Harsono, H. (2002). Implementasi kebijakan dan politik. Bandung: Mutiara Sumber Widya.
Isjoni. (2009). Guru sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurani, Y. (2019). Perspektif Baru Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta Barat:
CV. Campustaka.
Nasrudin, E. (2010). Psikologi Manajemen. Bandung: Pustaka Setia
Majidah, S, K. (2019). Manajemen Sarana Prasarana Dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Di Paud Terpadu Mutiara Yogyakarta. Waladuna : Jurnal Pendidikan
Islam Anak Usia Dini, 2(2), 88-101.
Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosda Karya.
Prihartono, A. W., & Sos, S. (2016). Surat kabar & konvergensi media (studi deskriptif
kualitatif model konvergensi media pada Solopos). Jurnal Channel, 4(1), 105-106.
Rizka, D. S. (2019). Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis akreditasi Lembaga.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Sanjaya, W. (2009). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group.
Sinta, I. M. (2019). Manajemen Sarana Dan Prasarana. Jurnal Islamic Education Manajemen,
4(1), 77-92.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Wahyuni, S. I. (2021). Manajemen Sarana Prasarana Di Ra Rahmah El Yunusiyyah Padang
Panjang. Jurnal Tila, 1(1), 28 - 39.
Wiryawan, S. A. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
248
Journal of Education Research 22
Corresponding author
(silviazahro342@gmail.com)
Abstrak
Tujuan dari artikel yang dibuat adalah untuk menganalisis problematika manajemen sarana
prasarana dan kurikulum. Penelitian ini ini menggunakan jenis metodelogi penelitian kualitatif
deskriptif dengan metode penelitiannya yaitu studi kasus. Subjek dan objek penelitian yaitu Kepala
Sekolah dari lembaga TK. Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan melalui wawancara
secara langsung dan disertai dokumentasi. Teknik analisis datanya menggunakan reduksi data yaitu
sumber datanya sama akan tetapi teknik pengumpulan data berbeda penletiti melakukan simpulan
awal dan akhir untuk kevalidan data yang diperoleh. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa
terdapat problematika antara yayasan dengan lembaga sekolah terkait optimalisasi manajemen
sarana prasaran dan kurikulum. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis lebih lanjut
problematika yang terjadi untuk memperoleh solusi yang tepat.
Abstract
The purpose of the articles is to analyze the problems management of infrastructure and
curriculum. The study use a type of methodology of descriptive qualitative research by his method
of case study. Subject and research object is the headmaster of the kindergarten. Data collection
technique that researchers did was through direct interviews and accompanied by documentation.
Data analysis uses the data reduction which is the same data source but the different data collecting
technique that researchers run an initial and final analysis of validating and obtained data. The result
of research may be concluded that there is a problem between foundations with institutions related
to optimizing management of infrastructure and curriculum. Therefore, resesearchers will analyze
further the problems that arise to get an appropriate solution.
PENDAHULUAN
Keberadaan lembaga pendidikan disetiap daerah baik diIndonesia maupun diluar Indonesia
sangat pesat dan diprioritaskan setinggi-tingginya oleh sebagian besar para orangtua. Lembaga
pendidikan dikatakan sebagai prioritas dikarenakan wadah untuk mengembangkan segala aspek
perkembangan anak didik juga membangun para generasi emas yang unggul diinginkan para
orangtua maupun pendidik, sehingga didalam lembaga pendidikan memiliki tata cara pengelolaan
yang berbeda-beda antar lembaga satu dengan lembaga yang lain. Perbedaan itulah yang membuat
setiap lembaga memiliki ciri khas untuk mencapai tujuannya yang terletak pada visi dan misi
lembaga. Setiap lembaga pendidikan formal pasti memiliki visi dan misi yang digunakan untuk
pengembangan kegiatan atau program yang diciptakan sekolah sebagai kualitas yang dihasilkan
seperti input dan output lembaga pendidikan tersebut.
Disisi lain setiap lembaga pendidikan/sekolah untuk mencapai tujuan masing-masing perlu
adanya pemimpin sebagai koordinator penggerak anggotanya. Pemimpin dilembaga sekolah
diartikan sebagai kepala sekolah, sedangkan tingkatan diatas kepala sekolah juga terdapat
wewenang penuh atas pendirian awal sebuah lembaga yang dinamakan sebagai orang yang
berkedudukan dan memiliki tanggung jawab secara besar untuk membantu memajukan kualitas
sekolah yaitu ketua yayasan. Ketua yayasan memiliki tanggung jawab atas kepemimpinannya yang
dapat dilihat pada peraturan undang-undang yang berlaku, ketua yayasan perlu untuk membuat
jadwal pembinaan bersama tenaga pendidik untuk membicarakan manajemen yang ada dilembaga
berjalan dengan baik atau tidaknya. Hal tersebut dapat dipastikan bahwa apabila manajemen dari
lembaga sekolah baik maka lembaga sekolah juga mendapat mutu yang baik.
Perlu diketahui proses pendidikan yang ada akan mencapai mutu yang maksimal apabila
dalam lembaganya tersusun dengan rapi dikarenakan adanya manajemen (Yahya, 2015).
Manajemen lembaga baiknya disusun secara terstruktur yang diketuai oleh kepala sekolah dan
memiliki anggota-anggotanya seperti sekretaris, bendahara, pendidik dan tenaga kependidikan,
sedangkan yayasan memiliki kedudukan diatas kepala sekolah dan diatas yayasan terdapat pembina
dari Dinas Pendidikan Kota. Berbicara tentang yayasan perlu dipahami maknanya, yayasan sendiri
ialah badan hukumnya maksudnya yaitu yayasan memiliki tanggung jawab atas tugasnya untuk
memantau sebuah lembaga sehingga yayasan tidaklah memiliki anggota akan tetapi yayasan
memiliki aset tersendiri yang berbeda dari tanggung jawab yang diemban sebagai kepala sekolah
seperti bagaimana yayasan dapat mendirikan lembaga pendidikan sesuai dengan fokusnya ketika
mencapai visi dan misi utama pendirian (Rahayuningtyas & Yulianto, 2016). Oleh karena itu yayasan
memiliki peran tersendiri untuk mewujudkan lembaga yang didirikan didasarkan pada Undang-
Undang tentang peran yayasan dalam mendirikan lembaga.
Peran yayasan selain dari yang telah disebutkan yaitu untuk mencapai visi dan misi ataupun
pemantauan sebuah lembaga, terkait dengan variabel penelitian adapun informasi yang ditemukan
bahwa peran yayasan yang ada di salah satu lembaga yang peneliti wawancara memiliki tiga
indikator. Pertama membuat program kerja yayasan berupa pembangunan infrastruktur sekolah,
tersedianya sarana prasarana kegiatan belajar mengajar untuk para guru dan peserta didik,
memberikan dukungan kepada guru dan program akreditasi lembaga, meningkatkan kerjasama
yang baik antar staf lembaga, dan mengevaluasi setiap kinerja yang telah dilakukan oleh pendidik
maupun tenaga kependidikan. Kedua membuat keputusan yang mengatur secara operasional
penyelenggaraan, ketika yayasan sampai pada tahap mengevaluasi kemudian yayasan membuat
keputusan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan atau kesepakatan antar kerjasama
yayasan dengan pendidik maupun tenaga kependidikan dilembaga secara aturan penyelenggaraan
yang dibuat. Ketiga yayasan membuat kebijakan terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul
baik yang bersifat intern maupun ekstern, artinya ketika yayasan sudah melakukan ketetapan akan
tetapi terdapat permasalahan kembali didalam lembaga maupun diluar lembaga maka yayasan perlu
menindak lanjuti kembali. Peran yayasan ini bagian dari penyelenggara sebuah lembaga sekolah
sehingga terdapat tuntutan pimpinannya seperti yang diterapkan pada Standar Nasional
Pendidikan PP Nomor 19 Tahun 2005 khususnya penelitian ini standar sarana prasarana dan proses
kurikulum (Sumarni, 2018).
Yayasan memiliki peran penting didalamnya akan tetapi perlu diketahui apabila mengacu
pada Undang-Undang Dasar No. 16 Tahun 2001 yang berisikan bahwa yayasan itu sendiri
merupakan sebuah badan hukum yang digunakan dalam pencapaian tujuan baik dibidang agama,
sosial, kemanusiaan, dan memiliki organ atau kedudukan sebagai kepala didalamnya seperti
pembina, pengurus dan pengawas (Fatmawati, 2020). Dapat dipahami bahwa yayasan ini bagian dari
badan hukum, apabila sesuai dengan hasil wawancara yang diperoleh peneliti badan hukum yang
terkait pendirian sebuah lembaga pendidikan. Selain itu peran yayasan juga diutamakan untuk
mencapai tujuan pendidikan dalam sebuah lembaga sekolah seperti memberikan kepercayaan
kepala sekolah untuk mengelola lembaga sekolah, ikut serta pengembangan/pengawasan kualitas
sekolah, memberikan dukungan dan pemasukan dana semaksimalnya baik untuk lembaga dan para
tenaga pendidik untuk menjalankan tugasnya (Lisnawati, 2018). Peran-peran tersebut harus
dipahami oleh kepala yayasan serta menjalankan amanahnya dengan sebaik-baiknya sehingga
kualitas sekolah dapat terjaga dan memiliki pandangan baik menurut masyarakat setempat sebagai
penilai.
Selain peran yayasan dan kepala sekolah manajemen sarana prasarana dan kurikulum
disuatu lembaga bahwa manajemen secara umum memiliki banyak jenisnya seperti ada manajemen
waktu, manajemen administrasi, manajemen pengawasan, dan lain-lain. Fokus variabel penelitian ini
ialah manajemen sarana dan prasarana, manajemen memiliki arti pengelolaan secara lengkapnya
bentuk kegiatan yang dilakukan untuk mengelola suatu lembaga atau perusahaan dengan baik.
Pengelolaan lembaga pendidikan tersusun menjadi empat tahapan yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan (Nur dkk., 2016).
Tahapan tersebut yang menjadikan manajemen sarana prasarana dapat terstruktur dimulai
dengan perencanaan diawal ketika pendirian yayasan dan pendidik/tenaga kependidikan lembaga
sekolah berkontribusi untuk merencanakan setiap kebutuhan proses pembelajarannya. Tahap
pengorganisasian ini segala sesuatu yang dilakukan secara terorganisir atau tertata secara rapi
supaya hasil yang diinginkan dapat maksimal dan ditambah dengan hadirnya oranglain yang
berpartisipasi untuk ikut serta mewujudkan perencanaan tersebut. Ketika perencanaan sudah
matang dan pengorganisasian untuk berpartisipasi mewujudkan rencananya kemudian
pengorganisasian telah usai maka siap untuk dilaksanakan/diuji coba. Terakhir pengawasan yakni
tentang keamanan ketika melaksanakan setiap tugas yang telah direncanakan bersama supaya tidak
terjadi kecerobohan dan apabila terjadi kendala maka dilakukan evaluasi bersama.
Sarana dan prasarana merupakan salah suatu syarat berupa kriteria perlengkapan dari
pendirian lembaga. Menurut Permendiknas No. 137 Tahun 2014 sarana prasarana ialah segala
perlengkapan yang menjadikan kebutuhan atau penunjang lembaga sekolah yang memiliki kriteria
masing-masing. Oleh sebab itu sarana prasarana bagian dari syarat pendirian demi tercapainya
kegiatan belajar mengajar dan pemenuhan perkembangan peserta didik. Adapun kriteria sarana dan
prasarana yang dimaksud untuk jalur pendidikan formal untuk TK/BA/RA yaitu memiliki luas lahan
minimal 300m2, ruang bermain/belajar yang aman, nyaman dan sehat, terdapat wastafel dan tempat
sampah yang selalu tertutup, serta ruang guru sebagai ruang pengawas dan lain sebagainya.
Untuk manajemen kurikulum, yang telah diketahui umumnya sebagai pedoman untuk
terlaksananya pembelajaran yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Manajemen kurikulum
disesuaikan dengan lembaga sekolah juga satuan pendidikannya, contohnya apabila lembaga yang
berada dibawah naungan Kementrian Agama sehingga pedoman kurikulumnya disesuaikan dengan
Kementrian Agama. Kurikulum memiliki arti tersendiri sebagai perangkat rencana atau pengaturan
pembelajaran berupa isi, tujuan, dan pokok bahan ajar demi tercapainya tujuan dari pendidikan
(Amiruddin, 2016). Dapat dipahami untuk manajemen kurikulum sebagai pedoman perencanaan
kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga kurikulum dari Pemerintah sebagai
ketetapan secara standar nasional dan dapat dikembangkan kembali oleh lembaga sekolah.
Manajemen atau pengelolaan kurikulum juga sama-sama memiliki tahapan kegiatannya dari
perencanaan yaitu proses pembuatan pedoman kurikulum yang berisi sumber rujukan sesuai
dengan kebutuhan perkembangan peserta didik, perangkat media untuk penyampaian, tenaga dan
pembiayaannya, dan lain-lain. Memasuki tahap pengorganisasian kurikulum disusun secara
terorganisir dalam artian bahan pelajaran diatur oleh pihak pendidik tanpa menyulitkan peserta
didik ketika belajar. Tahap pelaksanaannya kurikulum sekolah secara langsung dipantau oleh kepala
sekolah dan kepala sekolah menampung kritikan/masukan atas kurikulum yang diterapkan oleh
para guru saat pembelajaran. Tahap terakhir yaitu penilaian kepala sekolah mengadakan rapat
bersama para guru kelas untuk mengevaluasi pemahaman kurikulum yang telah diterapkan,
penilaian kurikulum yang dimaksud meliputi kerja para guru, peserta didik ketika berproses,
perangkat pembelajaran yang digunakan, dan lain sebagainya yang nantinya dapat diperbaiki dan
menjadi catatan tugas sebagai kepala sekolah (Huda, 2017).
Berdasarkan hal tersebut peneliti telah melakukan terjun ke lapangan untuk melakukan
wawancara kepada kepala sekolah dari lembaga sekolah Taman Kanak-Kanak yang ada di Malang
Provinsi Jawa Timur. Hasil dari wawancara tersebut peneliti memperoleh banyak informasi tentang
berbagai manjaemen yang ada seperti manajemen pendirian, pemasaran sekolah, manajemen input,
manajemen proses, manajemen pengawasan lembaga, konsep dasar ketika menyelenggarakan
lembaga pendidikan dan berbagai karakteristik antara guru dan peserta didik. Banyaknya informasi
yang diperoleh tersebut sebagian dari manajemen sudah tertata dengan baik artinya tidak memiliki
kendala akan tetapi peneliti juga menemukan sebuah permasalahan yang dapat dijadikan bahan
penelitian ini diantaranya terkait kurangnya kerjasama antara pihak yayasan dengan para pendidik
sehingga para guru kesulitan dalam menghadapi pemasukan dan pengeluaran dana/pembiayaan
untuk sarana prasarana, perangkat pembelajaran sehari-hari, dan tenaga pendidik harus paham
kurikulum yang diperoleh dari Kemenag maupun kurikulum yang dibuat oleh sekolah untuk
mencapai visi dan misi.
Penelitian ini dilakukan pastinya memiliki tujuan yang jelas sehingga secara nyata adanya
untuk mencari tau lebih luas bagaimana manajemen pada lembaga pendidikan bekerja dengan baik
ataupun sebaliknya. Oleh karena itu perlu untuk mendapatkan solusi setiap kendala untuk
menyelesaikannya, untuk saat ini kepala sekolah dalam menyikapi kendala tersebut ialah berusaha
semaksimalnya bekerjasama antar para guru setiap kendala yang terjadi disampaikan ketika rapat.
Solusi lain ketika kemampuan para guru belum bisa memahami tentang kurikulum karena silih
berganti maka kepala sekolah mengadakan pembinaan khusus supaya kebingungan yang dialami
para guru dapat terpenuhi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif artinya peneliti
mendeskripsikan mengenai permasalahan-permasalahan yang ada di suatu lembaga Taman Kanak-
Kanak di Kota Malang Provinsi Jawa Timur. Metodelogi penelitiannya menggunakan pendekatan
studi kasus, karena peneliti mendapatkan informasi setelah melakukan wawancara dan data yang
diperoleh ketika melihat kondisi sekitar benar adanya kendala yang mengarah pada peran yayasan
dalam mengatasi sarana dan prasarana serta kurikulum. Subjek penelitian ini selaku kepala sekolah
lembaga sedangkan objek atau variabel penelitian ini fokus pada manajemen lembaga baik sarana
prasarana dan kurikulum.
Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan melalui wawancara secara langsung dan
disertai dokumentasi. Teknik analisis datanya menggunakan reduksi data yaitu sumber datanya
sama akan tetapi teknik pengumpulan data berbeda peneliti melakukan simpulan awal dan akhir
untuk kevalidan data yang diperoleh. Tujuan dari artikel yang dibuat adalah untuk menganalisis
problematika manajemen sarana prasarana dan kurikulum.
pemimpin dengan anggotanya. Berdirinya lembaga sekolah yang diteliti ini di naungi oleh Yayasan,
yang mana Yayasan ini membidangi 3 lembaga yaitu lembaga pendidikan terdapat KB-BA dan TPQ,
lembaga ketakmiran, dan lembaga sosial terdapat santunan anak yatim dan dhuafa.
Lembaga Yayasan semestinya memberikan fasilitas yang nyaman untuk lembaga yang di
naungi seperti sarana dan prasarananya, namun ada kesenjangan dalam yayasanan lembaga ini
sebab kurangnya komunikasi antara yayasan dan lembaga sekolah. Kesenjangan ini mengakibatkan
sarana dan prasarana di sekolah kurang terpenuhi dan mengakibatkan kurang nyamannya dalam
proses kegiatan pembelajaran. Contohnya ketika proses pembelajaran membutuhkan alat peraga
atau Alat Permainan Edukatif (APE) pihak sekolah tidak mampu membeli alat tersebut sehingga
dengan terpaksa para guru di lembaga ini membuat alat peraga menggunakan bahan yang ada
disekitar untuk menghemat biaya karena minimnya pemasukan. Masalah seperti ini apabila
dikomunikasikan dengan pihak yayasan akan mendapatkan bantuan pembiayaan untuk mengurangi
problematika yang terjadi di sekolah tersebut, disisi lain sebagai ketua Yayasan harus melaksanakan
tanggung jawab yang diembannya ikut serta menangani lembaga sehingga kerjasama antar yayasan
dengan para pendidik dan tenaga kependidikan berjalan harmonis.
Kedudukan manajemen sarana prasarana faktor yang sangat penting dalam kegiatan proses
belajar mengajar, dengan sarana prasarana yang nyaman maka proses pembelajaran juga akan
berjalan dengan baik/nyaman (Ike Malaya Sinta, 2019). Ketersediaan sarana dan prasarana yang
memadai sangat menentukan keberhasilan, keefektifan dan kelancaran dalam proses pembelajaran
(Ampel, 2020) hal ini karena ketika sarananya memadai siswa dan pendidik akan merasa nyaman
serta tujuan pembelajarn akan tercapai. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah seperti ruang
kelas, papan tulis, meja, kursi, toilet dll. Seperti sarana toilet serius untuk diperhatikan bagi semua
lembaga pendidikan dalam pencapaian kualitas lembaga, lembaga sekolah diusahakan mempunyai
2 jenis toilet yakni toilet duduk dan toilet jongkok dikarenakan kebiasaan sehari-hari anak dirumah
menggunakan toilet jongkok, kemudian di sekolah menggunakan toilet duduk anak akan enggan
untuk buang air besar di toilet tersebut. Mereka merasa tidak nyaman karena toiletnya tidak sesuai
dengan yang ada dirumah, oleh karena dari contoh kejadian kriteria sarana prasarana perlu hadirnya
pengelolaan yang tepat.
Pengelolaan sarana dan prasarana harus dilakukan dengan baik supaya sarana dan
prasarana terjaga, dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Sarana dan prasarana
yang dikelola dengan baik akan menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, rapi dan nyaman,
sehingga murid dan guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan senang hati. Membahas
tentang kegiatan belajar mengajar kurikulum juga diutamakan untuk mencapai keberhasilan proses
belajar-mengajar, kurikulum yang dimaksud peneliti komponen penting yang digunakan untuk
panduan belajar sebuah lembaga sekolah supaya dapat mewujudkan tujuan dari sebuah lembaga
tersebut. Kurikulum ini merupakan petunjuk arah untuk program pendidikan, sehingga keberadaan
kurikulum ini sangatlah penting di dalam dunia pendidikan (Ahmad Taufik, 2019). Setiap lembaga
sekolah tentu memiliki kurikulum, meskipun setiap lembaga memiliki perbedaan kurikulum.
Kurikulum ini memanglah hal yang sangat wajib ada di setiap lembaga sekolah, karena
kurikulum ini berperan penting dalam mengarahkan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan oleh
lembaga sekolah. Disisi lain kurikulum yang diteliti dilembaga ini lebih menonjolkan materi
keagamaan baik Al-Quran, hadist, fiqih, dan aqidah akhlak yang sesuai dengan KMA Nomor 792
Tahun 2018 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum RA (Salman & Widodo, 2020). Kurikulum
yang diterapkan dalam lembaga Taman Kanak-Kanak yang diteliti ini setiap kebijakan dapat
diimplementasikan untuk mengatasi segala permasalahan seperti tenaga pendidik ini sehingga perlu
kerjasama yang disusun secara efektif dan terencana untuk mencapai visi misi maupun tujuan
kurikulum sekolah. Selain itu kurikulum dapat dipahamkan kepada para tenaga pendidik dilembaga
ini kepala sekolah dapat memberikan kegiatan pelatihan atau rapat bersama terkait kurikulum
tersebut, karena kepala sekolah juga memiliki kebijakan untuk tercapainya keberhasilan dan
kualitas lembaga sekolah melalui pengorganisasian ini (Rosyadi & Pardjono, 2015). Dapat dipahami
bahwa kerjasama antara kepala sekolah, yayasan, tenaga pendidik perlu diperhatikan dalam
penelitian ini dengan begitu permasalahan seperti ini dapat ditangani dengan baik tanpa merugikan
pihak lainnya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah mampu untuk
mengelola kurikulum lembaga sekolah dengan baik melalui berbagai pelatihan maupun rapat
bersama para guru untuk memahamkan kurikulum yang saat ini silih berganti. Selain itu pihak
Yayasan juga selalu bekerjasama dengan kepala sekolah untuk terciptanya kualitas lembaga sekolah
khususnya sarana prasarana yang lebih diperhatikan kembali ,walaupun masih terkendala waktu
untuk bertemu akan tetapi kepala sekolah memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan kepada
Yayasan. Ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai sangat menentukan keberhasilan,
keefektifan dan kelancaran dalam proses pembelajaran, selain itu dengan sarana prasarana yang
memadai siswa dan pendidik akan merasa nyaman serta tujuan pembelajaran yang dimaksud akan
mudah untuk terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, A. (2016). Internalisasi Nilai-Nilai Agama Pada Anak Usia Dini Di Raudhathul Atfhal
Perwanida 1 Lipu Kabupaten Majene. Al-Qalam, 20(1), 109.
Ampel, U. S. (2020). Pengaruh Sarana Dan Prasarana Terhadap Efektivitas Belajar Siswa Kelas 3
Tingkat Wustha. 10, 15.
Fatmawati, I. (2020). Hukum Yayasan Pendidikan (Prinsip Transparansi Pengelolaan Kegiatan
Usaha Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2004. Cv Budi Utama.
Huda, N. (2017). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam.
Lisnawati, R. (2018). Fungsi Manajemen Kepala Sekolah, Motivasi, Dan Kinerja Guru. Jurnal
Pendidikan (Teori Dan Praktik), 2(2), 143. Https://Doi.Org/10.26740/Jp.V2n2.P143-149
Malaya S, Ike. (2019). Manajemen Sarana Dan Prasarana. Jurnal Islamic Education Management. Vol
4, No. 1.
Muhammad, A. (2020) Manajemen Pendidikan Islam
Nur, M., Harun, C. Z., & Ibrahim, S. (2016). Manajemen Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Pada Sdn Dayah Guci Kabupaten Pidie. 11.
Rahayuningtyas, S. R., & Yulianto, A. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Pengelolaan
Yayasan, Fasilitas Sekolah, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Smk. 14.
Rosyadi, Y. I., & Pardjono, P. (2015). Peran Kepala Sekolah Sebagai Manajer Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan Di Smp 1 Cilawu Garut. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, 3(1),
124–133.
Salman, I., & Widodo, A. (2020). Kebijakan Peningkatan Mutu Pendidikan Raudhatul Athfal Dalam
Telaah Renstra Kemenag 2015-2019. Modeling : Jurnal Program Studi Pgmi, 7(2), 18.
Sumarni, M.Si, S. (2018). Peran Dan Fungsi Yayasan Dalam Pengelolaan Pendidikan Madrasah.
Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Dan Keagamaan, 16(2).
Taufik, A. ( 2019 ). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Jurnal El-Ghiroh. Vol 17, No 02.
Universitas Muhammadiyah Ponorogo, & Fadlillah, M. (2016). Komparasi Permendikbud Nomor
137 Tahun 2014 Dengan Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Dalam Pembelajaran Paud.
Jurnal Indria (Jurnal Ilmiah Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Awal), 1(1).
Yahya, F. A. (2015). Problem Manajemen Pesantren, Sekolah Dan Madrasah: Problem Mutu dan
Kualitas Input-Proses-Output. el-Tarbawi, 8(1).