You are on page 1of 13

EduMa Vol. 5 No.

2 Desember 2016 1
ISSN 2086 ² 3918

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN OTENTIK


UNJUK KERJA MATERI BANGUN RUANG
DI SEKOLAH DASAR KOTA CIREBON

Rivo Panji Yudha, M.Pd

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas 17 Agustus 1945
Jl. Perjuangan no. 17 Cirebon
rivoyudha@yahoo.co.id

ABSTRAK
The development of an authentic assessment instrument performance is a form of performance assessment
instruments in elementary school mathematics learning that aims to measure the learning outcomes from the aspects
of students' skills. This assessment instrument requires the use of a valid assessment of performance, realaiabel,
practical, efficient and easy to learn. Research subjects in elementary school SDN Nurrusshidiq town of Cirebon
and Cirebon City Karanganyar class V on the material geometry.

This study is a model of the development of R & D using analysis of modified Borg and Gall researchers into three
phases include: First, through the analysis of data needs that information obtained in the aspects of performance
assessment instruments in learning mathematics are: preparation, execution and reporting of the work . Second, the
lattice instrument consisting of 6 items, after tested retained as the 6th item is valid. Third, according to the input of
the experts who were four people using the techniques of expert judgment, to-four experts came from three expert
evaluation, and mathematical instruments and a senior Mathematics teacher. Fourth, the content validity of the test
results were analyzed using the Q Score of all aspects assessed by experts covering aspects aspects Compliance with
indicator, writing, language, and physical appearance ideals percentage value of 91% included in the criteria used
very good and decent. Fifth, data from the instrument reliability performance on a small scale using GENOVA
analysis, problem number one (0.89), Problem number two (0.90), question number three (0.82) about the number
three (0.78). (4). Sixth, practicality uyang instruments were analyzed using T scores obtained an average score of
52.33 and a T score of each rater I (49), rater II (54), and a third rater score obtained from T (54) and based on the
assessment teacher performance assessment instruments classified as practical .

In conclusion authentic assessment instrument performance worthy to be used by primary school mathematics
teacher and teacher summarized the results of all development in the use of manual performance assessment
instrument. It is advisable for teachers to take advantage of the assessment instrument performance as a capability
assessment of students in aspects of learning math skills in elementary school.

Keywords: Instruments, Performance, Learning Mathematics, Valid, Reliable

I. PENDAHULUAN pada penguasaan konsep yang dijaring dengan


tes tulis obyektif dan subyektif sebagai alat
Proses penilaian yang dilakukan selama ini ukurnya. Hal ini didukung oleh penelitian
pun juga semata-mata hanya menekankan Nuryani, dkk (2013:8) yang mengemukakan
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 2
ISSN 2086 ² 3918

bahwa pengujian yang dilakukan selama ini dasar. Menurut Howard Gardner yang tidak
baru mengukur penguasaan materi saja dan mungkin dinilai hanya dengan cara-cara yang
itu pun hanya meliputi ranah kognitif tingkat biasa. Ketujuh kemampuan dasar tersebut
rendah. Keadaan semacam ini merupakan adalah: (1) visual-spatial, (2) bodily-kinesthetic,
salah satu penyebab guru enggan melakukan (3) musical-rhythmical, (4) interpersonal, (5)
kegiatan pembelajaran yang memfokuskan lntrapersonal, (6) logicamathematical, (7)
pada pengembangan sikap dan keterampilan verbal linguistic. Baru dua kemampuan yang
proses anak. terakhir yang banyak diukur atau dinilai
orang, sementara lima kemampuan yang
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan lainnya belum banyak diungkap, Dari
umumnya hanya terpusat pada penyampaian keterangan di atas jelaslah bahwa proses
materi dalam buku teks. Keadaan faktual ini penilaian (asesmen) terutama penilaian
mendorong siswa untuk menghafal pada setiap kinerja menjadi fokus utama penilaian.
kali akan diadakan tes harian atau tes hasil
belajar padahal untuk anak jenjang sekolah Hasil wawancara di lapangan (terutama
dasar yang harus diutamakan adalah terhadap pembelajaran matematika di Sekolah
bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu Dasar Kota Cirebon, Sa'adah (2014)
dan daya kritis anak terhadap suatu masalah mengatakan terdapat beberapa sumber
(Marjono.M: 1996), Selain itu; belum adanya kendala yang dihadapi oleh para guru dalam
penilaian unjuk kerja yang dilakukan sebagai menilai unjuk kerja siswa yaitu: pertama,
suatu langkah mengetahui kondisi maupun pedoman penyekoran dalam instrumen tidak
tingkat kemampuan siswa, sehingga apabila jelas sehingga sukar digunakan, komponen-
pelajaran matematika disampaikan secara komponen yang dinilai sulit untuk diamati,
menarik dapat mendorong siswa untuk lebih sehingga cenderung diabaikan; kedua, penilai
giat dan meningkatkan pemaham terhadap (rater) umumnya hanya satu orang yaitu guru
materi yang diperolehnya. bidang studi, sedangkan komponen-komponen
yang dinilai dan jumlah siswa yang dinilai
Asesmen kinerja siswa merupakan salah satu cukup banyak, sehingga sulit untuk mendapat
alternatif penilaian yang difokuskan pada dua perbanding untuk dijadikan bahan
aktivitas pokok, yaitu: Observasi proses saat pertimbangan mengambil keputusan; ketiga,
berlangsungnya unjuk keterampilan dan kemungkinan ada kecenderungan untuk
evaluasi hasil cipta atau produk. Penilaian memberi nilai tinggi atau sebaliknya, hal ini
bentuk ini dilakukan dengan mengamati saat diakibatkan oleh instrumen yang digunakan
siswa melakukan aktivitas di kelas atau belum memenuhi persyaratan validitas,
menciptakan suatu hasil karya sesuai dengan reliabilitas dan kepraktisannya.
tujuan pembelajarannya. Kecakapan yang
ditampilkan siswa adalah variabel yang Melawati (2014) menyatakan sebagian besar
dinilai. Penilaian terhadap kecakapan siswa guru matematika sekolah dasar disini
didasarkan pada perbandingan antara kinerja khususnya tidak tertarik dan tidak mau
siswa dengan target yang telah ditetapkan. menggunakan penilaian otentik atau penilaian
unjuk kerja. Pada umumnya berpendapat
Proses penilaiannya dilakukan mulai bahwa melakukan penilaian otentik itu
persiapan, melaksanakan tugas sampai membuang waktu dan energi serta terlalu
dengan hasil akhir yang dicapainya. Oleh mahal, apalagi penilaian otentik perlu
karena itu penilaian dengan tertulis dan lisan dirancang dengan baik. Pendapat tersebut
saja tidak dapat mewakili secara keseluruhan tertentu tidak benar. Menilai kinerja dengan
segala penilaian yang diinginkan apalagi tes tertulis tentu tidak valid, karena tidak
dengan materi pembahasan yang menuntut mengukur apa yang ingin dinilai, Kinerja perlu
siswa agar dapat memecahkan masalah dan dinilai pada saat kegiatannya sedang
menentukan sikap, bekerja sama dengan berlangsung. Kalau penilaian kinerja
teman sekelompoknya dan lain-lainnya. dilakukan terhadap sejumlah siswa dan tidak
dirancang dulu atau dilakukan asal-asalan,
Asmawi Zainul (2001) menekankan perlunya tentu hasilnya tidak dapat
asesmen unjuk kerja untuk mengukur aspek dipertanggungjawabkan karena tidak
lain di luar kognitif, yaitu tujuh kemampuan konsisten.
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 3
ISSN 2086 ² 3918

asesmen unjuk kerja dan guru juga masih


Dengan demikian kita mungkin berlaku tidak kesulitan karena keterbatasan waktu dan
adil terhadap sejumlah siswa dalam menilai banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas.
kinerja mereka. Menurut Wiggins (2005:2-3)
merancang dan melaksanakan penilaian Berdasarkan tujuan tersebut, Permasalahan
kinerja sangatlah efisien, karena ajeg atau penelitian dapat dirumuskan permasalahan
konsisten (baca reliabel), tidak mahal dan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah instrumen
tidak membuang waktu. Standar tidak dapat asesmen unjuk kerja yang selama ini ada pada
dibuat tanpa melakukan penilaian berbasis pembelajaran Matematika di sekolah dasar
kinerja. Kota Cirebon; (2) Bagaimana Pengembangan
instrumen Asesmen otentik unjuk kerja siswa
Permasalahan yang sering dihadapi guru pembelajaran Matematika di sekolah dasar
matematika sekolah dasar selanjutnya adalah Kota Cirebon; (3) Apakah instrumen asesmen
dalam melakukan asesmen unjuk kerja otentik unjuk kerja pada pembelajaran
terletak pada validitas dan reliabilitas alat matematika di sekolah dasar kelas kota
ukur yang digunakan. Penyusunan tes unjuk Cirebon Valid dan Realiabel; (4) Apakah
kerja siswa masih sangat terbatas pada Kualitas implementasi asesmen otentik unjuk
pengetahuan dan pemahaman guru tentang kerja pada pembelajaran matematika di
tes berbentuk simulasi. Hasil asesmen sering sekolah dasar Kota Cirebon Praktis.
dipengaruhi oleh objektivitas guru sebagai
rater karena dalam melakukan asesmen Manfaat dari penelitian adalah (1) Secara
dilakukan sendiri tanpa melibatkan guru yang teoritis hasil penelitian ini diharapkan
lain sebagai kolabolator (Novi, 2014). semakin memperkuat argumentasi urgensi
penilaian unjuk kerja pada proses
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran matematika, khusus di sekolah
bahwa penerapan instrumen penilaian unjuk dasar; (2) Sebagai kajian untuk mengetahui
kerja yang valid reliabel, praktis dan dapat tingkat kemampuan pemahaman siswa pada
digunakan secara berulang pada tugas kinerja materi yang diajarkan sehingga diharapkan
yang berbeda, dapat membantu guru untuk dapat menemukan solusi atau langkah
melakukan penilaian unjuk kerja siswa pada selanjutnya; (3) Secara praktis, hasil-hasil
saat melakukan praktikum di laboratorium. penelitian akan dapat dijadikan sebagai
Produk pengembangan instrumen penilaian pedoman yang rinci bagi guru-guru SD,
unjuk kerja laboratorium bidang fisika, khususnya pada pembelajaran Matematika
sebelum diputuskan untuk digunakan oleh dalam asesmen unjuk kerja siswa dan
guru-guru perlu diadakan penelitian. melakukan pelaporan hasil penilaian unjuk
Tujuannya untuk memperoleh informasi kerja siswa pada mata pelajaran bangun ruang
apakah produk yang dikembangkan sudah secara lebih detail dan menyeluruh; (4)
valid, reliabel, dan praktis. Manfaat lain dari hasil-hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
Dengan mengkaji kenyataan yang ditemukan dalam melakukan perbaikan kurikulum,
di lapangan, nampak ada ketidaksesuaian khususnya tentang penentuan tingkat
antara pembelajaran matematika di SD pencapaian kompetensi pada akhir tahun
dengan sistem penilaian yang digunakannya. pembelajaran. Kedua, hasil penelitian ini
Proses penilaian yang biasa dilakukan guru dapat digunakan untuk perbaikan di bidang
selama ini hanya mampu menggambarkan Matematika, khususnya materi-materi lainya.
aspek penguasaan konsep peserta didik,
akibatnya tujuan kurikuler mata pelajaran II. METODE PENELITIAN
Matematika belum dapat dicapai dan atau
tergambarkan secara menyeluruh. Selain itu, Penelitian ini merupakan penelitian
dikemukakan masih terdapat miskonsepsi pengembangan dengan tujuan menghasilkan
tentang asesmen unjuk kerja pada responden produk berupa instrumen asesmen unjuk
yang diteliti, kurangnya pemahaman sebagian kerja. Model pengembangan yang digunakan
besar responden tentang tata cara membuat dalam penelitian ini adalah model
perangkat asesmen kinerja yang sesuai, dan pengembangan R & D analisis Borg and Gall
sebagian responden yang cukup memahami (2007:169-170). Prosedur dalam
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 4
ISSN 2086 ² 3918

pengembangan ini meliputi: (1) Pendahuluan layak, maka instrumen direvisi kembali
(Define); (2) Perencanaan (Planning) (3) sehingga instrumen menjadi layak untuk diuji
Mengembangkan produk awal (Develop)', (4) cobakan. Sebelum uji coba, dilakukan validasi
Uji coba awal; (5) Revisi pertama; (6) uji coba terhadap instrumen oleh 4 ahli evaluasi,
lapangan utama; (7) revisi produk kedua; (8) kemudian instrumen diujicobakan untuk
Uji coba produk operasional; (9) Revisi Produk menilai kinerja peserta didik saat
final; (10) Penyajian produk akhir (Deliver). pembelajaran pada skala kecil, yaitu pada
peserta didik kelas V pada skala kecil. Hal ini
Berdasarkan sepuluh langkah penelitian dan bertujuan untuk mengetahui apakah
pengembangan yang dikembangkan Borg & instrumen sudah layak digunakan atau belum
Gall tersebut, dalam penelitian ini pada proses untuk mengetahui bagaimana kinerja peserta
pelaksanaannya melakukan adaptasi yang didik. Hasil dari uji coba penggunaan
mengacu pada model pendekatan tersebut. instrumen pada kelas V dijadikan rujukan
Adapun adaptasi penelitian pengembangan ini untuk pengembangan dan perbaikan
secara garis besar terdiri dari tiga tahap instrumen selanjutnya.
kegiatan pokok, yakni: (1) pendahuluan; (2)
pengembangan produk (develop) dan (3) Tahap penyajian {deliver), pada tahap ini diuji
penyajian. cobakan lebih luas yaitu di sekolah berbeda
dengan kelas yang sama yaitu kelas V dan
Tahap pendahuluan terdiri dari tiga kegiatan pada skala yang lebih besar. Uji coba produk
pokok yang meliputi kegiatan analisis yang sesungguhnya dilaksanakan untuk
kebutuhan, perancangan kisi-kisi dan menilai kinerja peserta didik kelas V pada saat
pembuatan instrumen asesmen unjuk kerja. pembelajaran. hasil dari fase ini adalah
Kegiatan analisis kebutuhan bertujuan untuk adanya kesimpulan sukses tidaknya
mengungkap kondisi nyata guru matematika rancangan produk yang dikembangkan bagi
dalam melakukan asesmen unjuk kerja siswa kepentingan pengguna dan dari tim yang
khususnya pada pembelajaran Matematika terlibat.
saat ini. Analisis kebutuhan berupa hasil
survey dengan menggunakan wawancara yang Data Instrumen yang digunakan pada
dilakukan terhadap para guru matematika SD. penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Skala
Sebagai subyek penelitian pada tahap analisis Bertingkat {Rating Scale), skala bertingkat
kebutuhan diperoleh informasi bahwa kendala digunakan untuk melihat indikator
penilaian unjuk kerja kegiatan pembelajaran keterampilan psikomotor dalam melaksanakan
matematika di sekolah dasar, salah satu kegiatan praktikum. Skala bertingkat ini
kendala adalah guru masih belum memahami berisi tentang aktivitas siswa berupa
pedoman penyekoran dalam instrumen yang keterampilan yang akan diamati.
tidak jelas sehingga sukar digunakan, Keterampilan psikomotor yang diobservasi
komponen-komponen yang dinilai sulit untuk meliputi penyiapan alat dan bahan,
diamati, sehingga cenderung diabaikan. menggambar jaring-jaring bangun ruang,
membentuk bangun ruang, dan merapikan
Tahap pengembangan (develop), pada tahap ini alat dan bahan. Skala bertingkat ini diisi oleh
instrumen yang sudah dirancang observer yang mengamati seluruh siswa; (2)
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Uji Rubrik, Rubrik digunakan sebagai panduan
ahli atau Validasi, dilakukan dengan penilaian yang menggambarkan kriteria yang
responden para ahli perancangan model atau diinginkan guru dalam menilai atau memberi
produk. Kegiatan ini dilakukan untuk tingkatan dari hasil pekerjaan siswa.
mereview produk awal memberikan masukan
untuk perbaikan, Rubrik memuat daftar karakteristik yang
diinginkan yang perlu ditunjukkan dalam
Proses validasi ini disebut dengan Expert suatu pekerjaan siswa disertai dengan
Judgement atau Teknik Delphi. Instrumen panduan untuk mengevaluasi masing-masing
yang sudah dihasilkan dievaluasi, apakah karakteristik tersebut. Tujuan dari penilaian
format yang dihasilkan sudah layak atau rubrik yaitu siswa diharapkan secara jelas
belum, dan bagaimana kesesuaian isi materi memahami dasar penilaian yang akan
penilaian pembelajaran. Jika instrumen belum digunakan untuk mengukur suatu kinerja
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 5
ISSN 2086 ² 3918

siswa. Kedua pihak (guru dan siswa) akan kompenen-kompenen yang dinilai sulit untuk
mempunyai pedoman bersama yang jelas diamati, sehingga cenderung diabaikan.
tentang tuntutan kinerja yang diharapkan; Keberhasilan pencapaian kompetensi siswa
(3)Pedoman Wawancara Guru, Pedoman akan sangat ditentukan oleh pengalaman dan
wawancara dalam penelitian ini digunakan pengetahuan guru dalam mengembangkan,
untuk mengumpulkan data lebih dalam dan menggunakan alat ukur yang telah
mengenai kepraktisan dan keefektifan dikonstruksi itu dengan cara yang benar, serta
instrument penilaian yang dikembangkan. kemampuan menganalisis informasi yang
baik berkaitan dengan instrument yang dihasilkan oleh alat ukur itu. Berkaitan
digunakan, teknik pelaksanaan penilaian, dengan pengalaman guru dalam
ataupun hal-hal lain yang tidak terungkap pengembangan perangkat instrumen yang
melalui skala bertingkat dan rubrik; (4) digunakan dalam melakukan penilaian
Instrumen Tes, Seperti halnya wawancara, tes pembelajaran matematika selama ini dapat
juga memberikan sampel perilaku individu, dilihat melalui jumlah respon, persentase, dan
hanya saja dalam tes stimulus yang direspon prioritas pilihan sebagaimana terangkum
responden lebih terstandardisasikan daripada dalam tabel berikut.
wawancara.
Tabel 1 Penggunaan
Bentuk tes yang sudah standar tersebut Perangkat/Instrumen Penilaian
membantu untuk mengurangi bias yang Urutan Perangkat Jumlah
mungkin muncul selama proses penilaian Penilaian Respon
kinerja berlangsung. Respons yang diberikan 1 Kisi-Kisi dan Tugas 7
biasanya dapat diubah dalam bentuk skor dan 2 Lembar 3
dibat analisis kuantitatif. Hal itu membantu Pengamatan
pengawas untuk memahami responden. Skor 3 Rubrik Penilaian 0
yang didapat kemudian di interpretasi sesuai 4 Prosedur Penilaian 0
dengan norma yang ada; (5) Lembar Observasi N=10
Pengamatan, Pedoman pengamatan dalam
asesmen unjuk kerja pada pembelajaran Keberhasilan pencapaian kompetensi siswa
matematika dipergunakan untuk mengamati akan sangat ditentukan oleh pengalaman dan
dan menilai setiap siswa peserta tes unjuk pengetahuan guru dalam mengembangkan,
kerja dengan menggunakan rubrik berbentuk dan menggunakan alat ukur yang telah
skala penilaian (rating scale) beserta bobot dikonstruksi itu dengan cara yang benar, serta
penilaiannya. Penyusunan konstruk instrumen kemampuan menganalisis informasi yang
pengamatan dalam bentuk skala penilaian dihasilkan oleh alat ukur itu. Berkaitan
berdasarkan materi yang mencerminkan dengan pengalaman guru dalam
keterampilan yang akan diukur. Selanjutnya pengembangan perangkat instrumen yang
ditentukan skala penilaian untuk setiap digunakan dalam melakukan penilaian
materi. Dalam penelitian ini digunakan skala pembelajaran matematika selama ini dapat
empat, yaitu satu sampai empat (1-4). dilihat melalui jumlah respon, persentase, dan
prioritas pilihan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 1 data yang diperoleh


menunjukkan proposi dari 10 guru hanya 7
Pertama, pada tahap análisis kebutuhan guru yang menyusun kisi-kisi dan suatu tes
diperoleh informasi bahwa kendala penilaian sebelum dilakukan penilaian. Sedangkan
unjuk kinerja kegiatan pembelajaran proporsi dari 10 guru hanya tiga guru yang
matematika di sekolah dasar, yang didapt dari membuat lembar pengamatan, sedangkan
wawancara menggunakan lembar wawancara proporsi dari 10 guru rubrik penilaian dan
terhadap sepuluh guru matematika Sekolah prosedur penilaian tidak dibuat karena tes
Dasar yang ada di kota Cirebon. Salah satu uraian yang digunakan oleh guru diadopsi dari
kendala adalah guru masih belum memahami tes-tes uraian yang sudah memiliki perangkat
pedoman penyekoran dalam instrumen yang penilaian berupa prosedur penilaian.
tidak jelas sehingga sukar digunakan, Berdasarkan tanggapan para guru dapat
disimpulkan bahwa selama ini penguasaan
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 6
ISSN 2086 ² 3918

guru paling utama hanya menyusun kisi dan Menggambar 1


Memahami
tes uraian hal ini disebabkan karena Mengidentifikasi bangun
sifat-sifat
sifat-sifat ruang dari
pemahaman tentang pengembangan rubrik bangun
bangun ruang sifat-sifat 2
penilaian dan prosedur penilaian belum datar dan
sederhana bangun yang
bangun
banyak dimengerti. Selanjutnya penilai (rater) diberikan
ruang serta
umumnya hanya satu orang yaitu guru bidang hubungan Membuat 3
Menentukan
studi, sedangkan kompenen-kompenen yang antar jaring-jaring
jaring-jaring
dinilai dan jumlah siswa yang dinilai cukup bangun Bangun
berbagai bangun 4
ruang
banyak, sehingga sulit untuk mendapat ruang sederhana
pembanding untuk dijadikan bahan
pertimbangan mengambil keputusan. Terakhir Kedua, Langkah berikutnya adalah
kemungkinan ada kecenderungan untuk penyususnan kisi²kisi instrumen, alat evaluasi
memberi nilai tinggi atau sebaliknya, hal ini yang dikembangkan dalam penelitian ini
diakibatkan oleh instrumen yang digunakan adalah instrumen unjuk kerja (performance
belum memenuhi persyaratan validitas, assesment), untuk menilai keterampilan unjuk
reliabilitas dan kepraktisannya. kerja siswa dalam melakukan pembelajaran
matematika Materi bangun ruang.
Hasil wawancara dari sepuluh guru terkait Penyusunan kisi-kisi instrumen penilaian
dengan metode penilaian untuk mengukur unjuk kinerja kelas ini mengacu kepada
kompetensi siswa pada materi bangun ruang Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD),
yang digunakan oleh guru antara lain: Tes lebih lanjut bias dilihat di tabel 1.
unjuk kerja, pengamatan, tes tertulis.
Berdasarkan pengalamannya, pada Ketiga, setelah kisi-kisi dibuat langkah
kenyatannya setiap guru memiliki prioritas berikutnya adalah penyusunan instrumen
yang berbeda terhadap ketujuh metode unjuk kerja. Menilai instrumen unjuk kerja,
penilaian tersebut. Tanggapan para guru guru paling tidak harus menyiapkan 2
terhadap metode penilaian tersebut dokumen, yaitu: 1) Soal / lembar kerja / lembar
sebagaimana terangkum dalam tabel berikut. tugas / perintah kerja; 2) Instrumen
pengamatan / lembar observasi berupa daftar
Tabel 2 Metode Penilaian periksa (check list) atau skala penilaian (rating
Uraian Metode Jumlah scale). Lembar observasi disini adalah sebuah
Rensponden instrumen yang digunakan untuk
1 Tes Unjuk Kerja 0 mengobservasi kemunculan aspek-aspek
2 Pengamatan 0 keterampilan unjuk kerjaa yang diamati.
3 Tes Tulis 10 Lembar observasi disini berupa skala penilaian
N=10 (rating scale). Skala penilaian merupakan
daftar pertanyaan / pernyataan untuk menilai
Tabel 2 menunjukan tanggapan guru-guru kualitas pelaksanaan aspek-aspek
bahwa, pada umumnya proporsi dari 10 keterampilan yang diamati dengan rentang 1 -
guru menempatkan metode penilaian 4.
pembelajaran Matematika Materi Bangun Keempat, setelah Instrumen asesmen
Ruang yang mencakup metode; tes tertulis otentik unjuk kerja dibuat, langkah
sebagai prioritas pertama yang perlu selanjutnya adalah tahap validasi ahli. Pada
diperhatikan. Sedangkan untuk metode tes tahap ini instrumen yang sudah dirancang
kinerja, pengamatan, tidak sama sekali dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
digunakan oleh guru. Instrumen yang sudah dihasilkan dievaluasi,
apakah format yang dihasilkan sudah layak
atau belum, dan bagaimana kesesuaian isi
materi penilaian pembelajaran. Berikut hasil
validasi dari 4 ahli evaluasi ada pada tabel 4.
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen
Tabel 4. Data Umum Pakar Ahli
Kompetensi Kompetensi Indikator No Instrumen
Inti Dasar Penilaian Butir No Paka Pengalam Pendidik
Soal Jabatan
. r an Kerja an
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 7
ISSN 2086 ² 3918

(Tahun) Kesesua
Praktisi ian 1 5 5 5 5 20
dan Aspek
1 I 27 S3 penilaia
Akademis
n unjuk
i 1 SB
kerja
Praktisi dengan 2 4 5 4 5 18
dan indikato
2 II 25 S3
Akademis r yang
i ada
Praktisi 3 5 4 4 4 17
Penulis
dan 2 4 5 5 3 5 18 SB
3 III 23 S3 an
Akademis 5 4 5 4 5 18
6 5 5 5 4 19
i
3 Bahasa 7 5 5 4 5 19 SB
Guru
8 5 4 3 4 16
4 IV 30 Matemati S1 9 5 5 3 4 17
Penamp
ka 4 ilan 10 SB
5 5 5 5 20
Fisik
Berdasarkan tabel 4 peneliti memilih 4 orang 4 4 4 4
Jumlah Skor 182 SB
pakar dari sudut pandang berbeda dan dengan 8 8 0 6
kriteria yang berbeda-beda berdasarkan
keinginan peneliti tetapi homogen menurut Dari hasil ujicoba yang dilakukan kepada 3
kepentingan dan keterkaitannya dengan ahli instrumen dan 1 ahli Matematika maka
variabel yang ingin divalidasikan baik dari diambil rata-rata persentase hasil uji coba
akademisi, praktisi, maupun isi, untuk yaitu untuk tugas unjuk kerja kelas V,
menemukan variabel terpilih. Dari 4 orang Persentase Keidealan instrumen penilaian
pakar tersebut akan diperoleh komentar atau 91%, Uji Kesesuaian 95%, Uji Penulisan 88%,
saran berupa kalimat variabel penelitian, Uji Bahasa 90%, Uji Penampilan fisik 92,5%.
penambahan dan pengurangan jumlah
variabel, pengolahan data, dan sebagainya. Selain nilai persentase keidealan hasil validasi
Berikut adalah para pakar yang memenuhi umum dari ke-empat penilai terhadap
syarat peneliti. instrumen asesmen unjuk kerja yaitu dapat
dilihat dari nilai expert judgment , yang
Hasil-hasil penilaian ke-empat penilai mendapatkan skor maksimal 20 ada pada
terhadap instrumen asemen otentik unjuk aspek kesesuaian indikator dan penampilan
kerja terangkum dalam Tabel 4.5. Aspek-aspek fisik. Selain data yang dipaparkan pada tabel
penilaian meliputi: kesesuaian aspek penilaian juga diperoleh data tertulis yang berasal dari
unjuk kerja dengan indikator yang ada, aspek kolom catatan dan data verbal yang
kesesuaian aspek dengan indikator, penulisan, ditranskripkan dari hasil wawancara dengan
aspek bahasa, dan aspek penampilan fisik. ahli dan praktisi tentang Beberapa hal pokok
yang menjadi masukan dari ke-empat penilai
tersebut diantaranya adalah: (1) Tata cara
penulisan bahasa masih kurang tepat
misalnya penggabungan atau pemisahan
kalimat; (2) Kalimat pada instrumen
hendaknya langsung ke akar permasalahan,
tidak bertele-tele; (3) Tampilan instrumen
masih kurang menarik: (4) Instrumen
Tabel 5. Rangkuman Hasil Validasi Hendaknya mengukur kompetensi spesifik
Instrumen Asesmen Unjuk Kerja Pada yang diharapkan muncul dalam pembelajaran;
Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar (5) Rubrik penilaian hendaknya dijadikan satu
Kota Cirebon apabila tipe soal sama agar lebih efisien.

Kriter Validator Sk Kelima, Pelaksanaan Uji coba skala kecil


Aspek
N ia Ahli or Kuali dilakukan dengan bantuan 4 orang rater yang
Yang
o. Penila 20 tas
Dinilai 1 2 3 4 diambil dari guru matematika. Tahap-tahap
ian
pada ujicoba pertama ini sebagai berikut: (1)
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 8
ISSN 2086 ² 3918

sehari sebelum uji coba dilaksanakan peneliti 001-001 26 1 1 0,51 0,016


memberikan instrument kepada para rater dan
001-002 26 2 2 0,68 0,032
menjelaskan maksud yang terkandung pada
butir-butir indikator; (2) Setiap rater 001-003 26 3 3 0,76 0,048
mendapatkan satu eksemplar instrument dan 001-004 26 4 4 0,81 0,063
dimohon untuk mengisi butir penilaian dengan 001-005 26 5 5 0,84 0,078
member nilai 1,2,3,4 yang merupakan hasil
penilaian. Hal ini dilakukan agar pada saat 001-006 26 6 9 0,86 0,09
rater melakukan penilaian dapat terhindar 001-007 26 7 7 0,88 0,11
dari kesalahan interprestasi terhadap butir
001-008 26 8 8 0,89 0,11
penilaian; (3) rater mengadakan penilaian
terhadap ratee, dan setiap rater menilai atau
mengamati jumlah siswa yang ada (3) peneliti
mengadakan diskusi dengan para rater dan Tabel 6 memberi gambaran tentang
mohon masukan terhadap instrumen penilaian perubahan koefisien Generalizability untuk
yang digunakan. Item instrumen unjuk kerja berbagai komposisi ukuran sampel P (person),
yang telah dipersiapkan dan dipergunakan R (rater), dan T (item). Pada komponen
dalam penelitian ini, yakni masing-masing penilaian unjuk kerja siswa soal nomor 1 jika
sebanyak 4 soal tes unjuk kerja yang komposisinya hanya menggunakan satu
didalamnya terdapat 4 rubrik penilaian telah indicator (D study design nomor 001-001
diuji validitas isinya dan realibilitas dengan P = 26, R= 1 dan T = 1) maka tingkat
menggunakan Penentuan koefisien reliabilitas atau koefisien kesepahaman dan kesepakatan
instrumen asesmen unjuk kerja pada (reliabilitas dalam koefisien G) sebesar 0,51
pembelajaran matematika materi bangun Artinya penilai memiliki tingkat kesepahaman
ruang di sekolah dasar dilakukan dengan dan kesepakatan terhadap penggunaan
menggunakan koefisien Genova konstruk instrumen penilaian yang dipakai
(Generalizability of varians). sebesar 51%. Jika penilai menggunakan dua
Program Genova mengacu pada teori indikator (rancangan D study nomor 001-002,
Generalizability yang dikembangkan oleh dengan P = 26, R = 8 dan T = 8) yakni
Crick dan Brennan pada tahun 1983, yang indikator 1 dan 2, maka tingkat atau koefisien
terdiri dari Generalizability Study (G study) kesepahaman dan kesepakatan sebesar 0,68;
dan Decision Study (D study) dengan demikian seterusnya untuk rancangan 001-008
komponen variansinya adalah person, rater, diperoleh koefisien sebesar 0,89. Berdasarkan
dan item. G study digunakan untuk hasil ini maka dapat dikatakan bahwa untuk
mengestimasi komponen variansi kesalahan mencapai kesepahaman dan kesepakatan yang
yang diakibatkan oleh berbagai sumber memenuhi tingkat observasi yang dapat
variansi. D study digunakan untuk diterima untuk faset yang lebih luas. Tingkat
mengetahui koefisien reliabilitas (Tri Hartiti kesepahaman dan kesepakatan yang lebih
Retnowati, 2009: 184). Hasil koefisien tinggi maka jumlah indikator penilaian harus
GENOVA dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ditambah, jumlahnya tergantung pada kondisi
ini: faset yang bersangkutan dalam hal ini apabila
ke 8 (delapan) indikator digunakan maka akan
dicapai koefisien kesepahaman dan
kesepakatan sebesar 89%.

Tabel 7. Analisis Genova Untuk


Tabel 6 Estimasi Koefisien Estimasi Komponen
Generalizability Pada Variansi Tugas Unjuk
Penilaian Unjuk Kerja Kerja Soal Nomor Dua
Soal Nomor Satu (n = 26)
Desain D Sample Generalizability
Desain D Sample Generalizability Study Size
Study Size P R T Coef. Phi
P R T Coef. Phi
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 9
ISSN 2086 ² 3918

001-001 26 1 1 0,57 0,0116 001-004 26 4 4 0,82 0,81


001-002 26 2 2 0,62 0,0117 001-005 26 5 5 0,38 0,38
001-003 26 3 3 0,65 0,0123 001-006 26 6 9 0,65 0,65
001-004 26 4 4 0,70 0,0131 001-007 26 7 7 0,77 0,77
001-005 26 5 5 0,79 0,0139 001-008 26 8 8 0,82 0,81
001-006 26 6 9 0,85 0,0148 001-009 26 9 9 0,51 0,007
001-007 26 7 7 0,88 0,025 001-010 26 10 10 0,38 0,38
001-008 26 8 8 0,89 0,038 001-011 26 11 11 0,65 0,65
001-012 26 12 12 0,82 0,81
Tabel 7 memberi gambaran tentang
perubahan koefisien Generalizability untuk
Tabel 8 memberi gambaran tentang
berbagai komposisi ukuran sampel P (person),
perubahan koefisien Generalizability untuk
R (rater), dan T (item). Pada komponen
berbagai komposisi ukuran sampel P (person),
penilaian unjuk kerja siswa soal nomor 1 jika
R (rater), dan T (item). Pada komponen
komposisinya hanya menggunakan satu
penilaian unjuk kerja siswa soal nomor 1 jika
indicator (D study design nomor 001-001
komposisinya hanya menggunakan satu
dengan P = 26, R= 1 dan T = 1) maka tingkat
indicator (D study desain nomor 001-001
atau koefisien kesepahaman dan kesepakatan
dengan P = 26, R= 1 dan T = 1) maka tingkat
(reliabilitas dalam koefisien G) sebesar 0,57
atau koefisien kesepahaman dan kesepakatan
Artinya penilai memiliki tingkat kesepahaman
(reliabilitas dalam koefisien G) sebesar 0,38
dan kesepakatan terhadap penggunaan
Artinya penilai memiliki tingkat kesepahaman
konstruk instrumen penilaian yang dipakai
dan kesepakatan terhadap penggunaan
sebesar 51%. Jika penilai menggunakan dua
konstruk instrumen penilaian yang dipakai
indikator (rancangan D study nomor 001-002,
sebesar 38%. Jika penilai menggunakan dua
dengan P = 26, R = 8 dan T = 8) yakni
indikator (rancangan D study nomor 001-002,
indikator 1 dan 2, maka tingkat atau koefisien
dengan P = 26, R = 12 dan T = 12) yakni
kesepahaman dan kesepakatan sebesar 0,62;
indikator 1 dan 2, maka tingkat atau koefisien
demikian seterusnya untuk rancangan 001-008
kesepahaman dan kesepakatan sebesar 0,65;
diperoleh koefisien sebesar 0,90. Berdasarkan
demikian seterusnya untuk rancangan 001-012
hasil ini maka dapat dikatakan bahwa untuk
diperoleh koefisien sebesar 0,82. Berdasarkan
mencapai kesepahaman dan kesepakatan yang
hasil ini maka dapat dikatakan bahwa untuk
memenuhi tingkat observasi yang dapat
mencapai kesepahaman dan kesepakatan yang
diterima untuk faset yang lebih luas. Tingkat
memenuhi tingkat observasi yang dapat
kesepahaman dan kesepakatan yang lebih
diterima untuk faset yang lebih luas. Tingkat
tinggi maka jumlah indikator penilaian harus
kesepahaman dan kesepakatan yang lebih
ditambah, jumlahnya tergantung pada kondisi
tinggi maka jumlah indikator penilaian harus
faset yang bersangkutan dalam hal ini apabila
ditambah, jumlahnya tergantung pada kondisi
ke 8 (delapan) indikator digunakan maka akan
faset yang bersangkutan dalam hal ini apabila
dicapai koefisien kesepahaman dan
ke 12 (dua belas) indikator digunakan maka
kesepakatan sebesar 90%
akan dicapai koefisien kesepahaman dan
Tabel 8. Analisis Genova Untuk
kesepakatan sebesar 82%
Estimasi Komponen
Variansi Tugas Unjuk
Tabel 9. Analisis Genova Untuk
Kerja Soal Nomor tiga
Estimasi Komponen
Variansi Tugas Unjuk
Desain D Sample Generalizability
Kerja Soal Nomor empat
Study Size
P R T Coef. Phi
Desain D Sample Generalizability
001-001 26 1 1 0,38 0,38 Study Size
001-002 26 2 2 0,65 0,65 P R T Coef. Phi
001-003 26 3 3 0,77 0,77 001-001 26 1 1 0,57 0,013
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 10
ISSN 2086 ² 3918

001-002 26 2 2 0,62 0,026 Tabel 7. Data Penilaian Rater Terhadap


001-003 26 3 3 0,78 0,040 Kepraktisan Instrumen
Asesmen Otentik
Unjuk Kinerja
Tabel 9 memberi gambaran tentang
perubahan koefisien Generalizability untuk
Perso x x- xC (x- Z=( Sko Kriter
berbagai komposisi ukuran sampel P (person),
n xC)2 x- rT ia
R (rater), dan T (item). Pada komponen
xC)/S
penilaian unjuk kerja siswa soal nomor 1 jika
D
komposisinya hanya menggunakan satu
indicator (D study desain nomor 001-001
Rater 49 - 1,7 - 49 Prakti
dengan P = 26, R= 1 dan T = 1) maka tingkat
I 1,33 7 1,15 s
atau koefisien kesepahaman dan kesepakatan
(reliabilitas dalam koefisien G) sebesar 0,56 Rater 51 0,67 0,4 0,58 54 Prakti
Artinya penilai memiliki tingkat kesepahaman II 5 s
dan kesepakatan terhadap penggunaan
konstruk instrumen penilaian yang dipakai Rater 51 0,67 0,4 0,58 54 Prakti
sebesar 56%. Jika penilai menggunakan dua III 5 s
indikator (rancangan D study nomor 001-002,
dengan P = 26, R = 2 dan T = 2) yakni Juml 15 157
indikator 1 dan 2, maka tingkat atau koefisien ah 1
kesepahaman dan kesepakatan sebesar 0,522;
demikian seterusnya untuk rancangan 001-003 Mean 50,3 2,6 52,3 Prakt
diperoleh koefisien sebesar 0,78. Berdasarkan 3 3 is
hasil ini maka dapat dikatakan bahwa untuk
mencapai kesepahaman dan kesepakatan yang SD 1,1
memenuhi tingkat observasi yang dapat 5
diterima untuk faset yang lebih luas. Tingkat
kesepahaman dan kesepakatan yang lebih
tinggi maka jumlah indikator penilaian harus
ditambah, jumlahnya tergantung pada kondisi Terlihat dari Tabel 7 secara umum
faset yang bersangkutan dalam hal ini apabila guru-guru menilai instrumen Unjuk Kerja
ke 3 (tiga) indikator digunakan maka akan memiliki subyektivitas, kesistematisan,
dicapai koefisien kesepahaman dan konstruksi, kebahasaan dan kepraktisan yang
kesepakatan sebesar 78%. baik. Hal ini tergambar dari skor T dari
Keenam, kepraktisan suatu tes masing rater I sebesar 49, rater II diperoleh
merupakan indikator kualitas suatu alat ukur skor T sebesar 54, dan dari rater III diperoleh
tergolong baik atau tidak. Hasil analisia skor T sebesar 54. Dengan demikian menurut
kepraktisan instrumen penilaian unjuk kerja kriteria kepraktisan formula Glicman
berdasarkan data yang diperoleh dengan instrumen Unjuk Kerja ini dapat dikatakan
memberikan angket koesioner kepada keempat secara umum dinilai praktis oleh para guru
penilai (guru) yang mengujicobakan (rater) dalam menilai tingkat kualitas
penggunaan instrumen. Secara empirik kepraktisan instrumen unjuk kerja siswa
ketujuh penilai diminta mengisi koesioner Sekolah Dasar pada pembelajaran Matematika
dengan lima jenis pertanyaan dalam bentuk materi bangun ruang.
rubrik dengan rentang nilai 1 sampai 5, yang
berhubungan dengan kepraktisan penggunaan. .
Data hasil jawaban responden selanjutnya IV. Kesimpulan dan Saran
dianalisis secara statistik dengan 1. Simpulan
menggunakan formula T Skor. Berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian
análisis data dapat diinterprestasikan bahwa pengembangan yang telah dilakukan, dapat
melalui uji skor baku (stándar) dengan skor T ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1)
terhadap kepraktisan penggunaan instrumen asesmen unjuk kerja yang selama ini ada
penilaian unjuk pada pembelajaran adalah guru sekolah dasar dikota Cirebon
matematika dilihat pada tabel 7. masih memakai tes tulis uraian dan lembar
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 11
ISSN 2086 ² 3918

tugas; (2) Validasi instrumen penilaian melakukan praktikum di laboratorium karena


dilakukan melalui uji ahli dan validitas jumlah siswa yang relatif banyak pada setiap
empiris. Hasil penilaian yang diperoleh dari kelas, dapat dilakukan teknik penilaian
validasi ahli menyatakan bahwa penilaian pendampingan penilaian dilakukan dalam
unjuk kerja ini layak digunakan sebagai team teaching. Cara lain untuk mengatasi
bentuk penilaian. Secara keseluruhan hasil problema ini adalah penilaian diri oleh siswa
dari pengujian indeks korelasi skor butir (self assesment) atau teman sejawat (peer
dengan skor total dan hasil uji reliabilitas assesment).(3) Penulis menyadari bahwa
dinyatakan dalam rincian sebagai berikut: penelitian ini masih bersifat sederhana,
(2.1) Pengujian di skala kecil soal no satu dimana pengembangan instrumen dilakukan
sampai dengan empat masing-masing hanya untuk bidang Matematika. Oleh karena
dikategorikan valid serta memiliki nilai itu secara lebih luas penelitian model ini perlu
koefisien GENOVA sebesar 0.89; 0.90; 0.82; dikembangkan pada bidang keahlian yang lain
dan 0.78 yang dikategorikan Valid dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak serta
Realiabel; (2.2) Pengujian di Skala besar pada dengan kriteria rubrik dan pembobotan
tahap 2 menggunakan Intraclass Correlation penyekoran yang lebih otentik relevan,
Coefficients diadapat nilai ICC sehingga instrumen penilaian unjuk kerja
hasil analisis menunjukkan rata- yang dikembangkan dapat memenuhi syarat
rata kesepakatan antar rater sebesar 0,935 validitas dan reliabitas yang lebih signifikan,
sedangkan untuk orang rater konsistensinya dan tingkat kepraktisan menggunakan
adalah 0.940 yang artinya instrumen instrumen yang lebih baik.
mempunyai kualitas stabilitas yang Cukup
tinggi; (3) Kualitas penilaian unjuk kerja yang DAFTAR PUSTAKA
telah dikembangkan menurut para ahli
masing-masing memiliki kategori sangat baik
(SB) dengan persentase keidealan sebesar 91% Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip
dan menurut guru Matematika SD masing- Teknik Prosedur. Bandung: Rosda
masing memiliki kualitas sangat baik (SB) Karya.
dengan persentase keidealan sebesar 90,51 %. Arifin, Z. 2012. Evaluasi Pembelajaran.
Dan bisa diartikan bahwa instrumen unjuk Bandung: Remaja Rosda Karya.
kerja praktis. Berarti instrumen asesmen
otentik unjuk kerja pada pembelajaran Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan Validitas.
Matematika yang dikembangkan telah Yogyakarta: Pustaka Pelajar
memenuhi syarat validitas, reliabilitas dan Berk, R.A. 1986. Performance assessment:
kepraktisan, sebagai alat evaluasi yang dapat Methods and applications. London: The
digunakan lebih lanjut oleh para guru John Hopkins University Press.
Matematika di sekolah dasar Kota Cirebon.
Beberapa saran yang dikemukakan Borg and Gall. 2007. Education Research, an
terkait dengan hasil penelitian ini adalah introductiom. New york & London
sebagai berikut.(1) Untuk meningkatkan Longman Inc. Dari NetLibrary,
kualiatas proses dan hasil belajar matematika, (Online), (http://www.netlibrary.com),
dapat digunakan instrumen penilaian unjuk diakses 8 Juli 2013.
kerja pada materi bangun ruang, karena aspek Carin, A.A. & Sund, R.B. 1989. Teaching
yang dinilai sudah mencakup hampir Science Through Discovery. Columbus:
keseluruhan tugas-tugas kinerja siswa dalam Merrill Publishing Company.
melakukan proses menggambar bangun ruang
dan jaring-jaring bangun ruang di kelas. Cavendish, S. et al. 1990. Observing Activities:
Disamping itu instrumen ini telah memenuhi Assessing Science in the Primary Class-
syarat validitas dan reliabilitas bahkan room. London: Paul Chapman
bernilai praktis dalam penggunaannya. Hal ini Publishing Ltd.
akan memberikan manfaat positif terhadap Chotimah Umi. 2013. Pengembangan
proses penilaian yang objektif, terukur, dan Instrumen Penilaian Domain Afektif
komprehensif atas kemampuan akhir hasil Pada Matapelajaran PKn di Sekolah
belajar siswa. (2) Unuk mengatasi kesulitan Menengah Pertama.
melakukan penilaian unjuk kerja siswa dalam
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 12
ISSN 2086 ² 3918

http://eprints.unsri.ac.id/1076/1/4._Lap http://www.norel.org/sdrs/areas/issues/
oran_Penelitian_(Pengembangan_instr methods/assement/as7refs.htm.
umen_dst)_UC.pdf (14 mei 2013) Heruman. 2008. Model Pembelajaran
Matematika Di Sekolah Dasar.
Djaali & Muljono, Pudji. 2008. Pengukuran
Bandung: Remaja Rosdakarya.
dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo. Iskandar, T. 2000. Penerapan Penilaian
Kinerja dalam Kegiatan Laboratorium
Depdiknas., 2003, Standar Kompetensi Mata
pada Konsep Reproduksi Tumbuhan
Pelajaran Sains SMP dan MTs,
Biji di Madrasah Aliyah. Tesis
Jakarta.
Magister pada PPS UPI: tidak
Fuadi, 2012, Pengembangan Instrumen diterbitkan.
Penilaian Unjuk Kerja Pembelajaran
Popham, W.J. 1995. Classroom assessment:
IPA Unjuk Standar Kompetensi Materi
What teachers need to know, Boston-
Cahaya Kelas V, Tesis, Semarang,
USA: Ally and Bacon.
Program Pascasarjana Universitas
Semarang. Richard et. al., 2012, ´Mesuring Science
Gabel, D.L. 1993. Handbook of Research on Interest: Rasch Validation of The
Science Teaching and Learning. Science Interest 6XUYH\µ ,QWHUQDWLRQDO
NewYork: Maccmillan Company. Journal of Sains and Mathematics
Galton, M. & Harlen, W. 1990. Assessing Education, Vol. 10: 643 ² 668
Science in the Primary School: Written Robbins, Stephen P. 2002. Prinsip-Prinsip
Task. Lon-don: Paul Chapman Perilaku Organisasi. Jakarta:
Publishing Ltd. Erlangga.
Ghozali. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate
Rust, C. 2002. Purposes and Principles of
dengan Program SPSS. Semarang : BP
Assessment. Oxford. Oxford Centre for
UNDIP
Staff and Learning Development
Gibson, Ivancevich dan Donnelly. 1997.
OCSLD
Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses.
Jakarta: Binarupa Aksara. 6D·GLMDK & Asesmen Kinerja Dalam
Pembelajaran Matematika.
Guildfold, J.P. 1954. Psychometric Methods.
http://jurnaljpi.files.wordpress.com/200
New York: McGraw Hill Book
9/09/vol-4-no-2-cholis-sadijah.pdf.
Company.
akses: 22 Februari 2012
Hadi, S. 2000. Metodologi Research .
Slavin. 2009. Cooperativ learning. Nusa Media.
Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Bandung
Hadi, S. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen
Streiner DL, Norman GR, Blum HM (1989).
Angket, Tes dan Skala Nilai dengan
PDQ Epidemiology. Toronto: BC
Basica. Yogyakarta: Andi Offset.
Decker, Inc.
Harlen, W. & Galton, M. (Eds.). 1990.
Streiner, DL. & Norman, GR. (2000) Health
Observing Activities - Assessing Science
measurement scales: A practical guide
in The Pri-mary Classroom. London:
to their development and use. Oxford:
Paul Chapman Publishing Ltd
Oxford University Press.
Hamid H, 2008. Evaluasi Kurikulum Sekolah.
Stiggins. 1994. Student Centered Classroom
PascaSarjana Universitas Indonesia
Assesment. Macmillan College
dengan PT. Remaja Rosdakarya
Publishing Company: New York.k
Haryati, M. 2008. Model & Teknik Penilaian
Suastra,. 2007. Pengembangan Penilaian
pada Tingkat Satuan Pendidikan
Otentik(Authentic Assesment) Dalam
Jakarta: Gaung Persada Pers.
Pembelajaran Fisika. Makalah.
Herman, Aschbacher., & Winters. 1992. Select
Disampaikan pada Seminar dengan
or design assessments that elicut
7HPD µ3HQJHPEDQJDQ 0RGHO
estabilished outcomes. Dia mbil pada
Pembelajaran Inovatif dan Asesmen
tanggal 17 Juli 2006, dari
sebagai Antisipasi Pelaksanaan KTSP
EduMa Vol. 5 No. 2 Desember 2016 13
ISSN 2086 ² 3918

GL 603 60$µ Tanggal 24 sampai


dengan 25 September 2007 di
Singaraja.
Sudrajat, Ahmad. 31 Januari 2008. Teori
Pendidikan dan Kurikulum,
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com,
diunduh 15 Desember 2013).
Suharsimi, A. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Suharsimi, A. 2012, Dasar ² Dasar Evaluasi
Pendidikan Edisi 2, Jakarta: Bumi
Aksara
Sukardi. 2003. Metodologi penelitian
pendidikan: Kompetensi dan
prakteknya. Jakata: PT Bumi Aksara.
Susila, I.K. 2012. Pengembangan Instrumen
Penilaian Unjuk Kerja (Performance
Assessment) Laboratrium pada Mata
Pelajaran Fisika Sesuai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan SMA Kelas
X di Kabupaten Gianyar, (Online),
(http://pasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php/jurnal_ep/article/dow
nload/375/167), diakses 19 Mei 2013.
Suwandi, S. 2010. Model Asesmen dalam
Pembelajaran. Surakarta: Yuma
Pustaka.

You might also like