You are on page 1of 10

ARTICLE N PRESS

Setuti, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu


ANUBHAVA: Komunikasi
Jurnal Hindu Vol.
Ilmu Komunikasi 02 No.
Hindu Vol.01
02,(2022)
No. 01 (2022) 253-262

Contents list available at Anubhava

JURNAL ILMU KOMUNIKASI HINDU


an
Journal Homepage http://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/anubhava

ANALISIS SEMIOTIKA KOMUNIKASI


PADA BARONG BRUTUK DI DESA TRUNYAN KINTAMANI BANGLI
Komang Dyah Setuti a,1
I Wayan Wastawa a
I Nyoman Ananda a
a
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
1
Corresponding Author, email: komang.dyah@yahoo.com (Setuti)

A RTICLE INFO A B STRA CT

Barong Brutuk is an ancient sacred art that our ancestors passed down way
Article history: before Hinduism was introduced to Indonesia. It is still practiced and
Received: 21-02-2022 observed today by the people of Trunyan Village in Kintamani Bangli. This
Revised: 15-03-2022 research is conducted in order to know (1) the symbols that used in Barong
Accepted: 14-04-2022 Brutuk, (2) the communication function of Barong Brutuk, (3) the meaning
Published: 30-04-2022 of communication semiotic from sender to the receiver of message. This
research is a qualitative research, that using the theory of communication
semiotic, theory of religious communication, and theory symbolic
interaction. Analytical techniques with hermeneutic analysis. Based on the
Keywords: results of the analysis and discussion, it came to our conclusion that the
Communication symbols used in Barong Brutuk in Trunyan Village consist of mask (tapel),
Semiotics, Barong kraras leaves, and whip. The mask symbolizes the meeting of the god
Brutuk Trunyan with his future consort, it is interpreted as the meeting of man and
women led to believe to be the start of human life. The kraras leaves
symbolizes the soil fertility, protecting the environment and the prevention
of natural disasters. The belief of self-sacrifice as a means of healing disease,
the hope of obtaining offspring is symbolized by the whip. Barong Brutuk
has many purposes and uses such as communication, as a means of pleasure,
and entertainment for the community, it also reflects on the Trunyan
Villages identity as an integrative tool. It’s a method of healing, education
and integration during a time of chaos.

PENDAHULUAN lahir dari budaya totemisme, dan dapat


Bali merupakan salah satu daerah di melindungi manusia dari pengaruh roh jahat.
Indonesia dengan seni budaya yang beragam. Barong juga mengandung unsur-unsur
Hingga saat ini seni budaya masih dicintai, animisme yang terkait dengan adanya spirit
dipertahankan serta dikembangkan oleh di dalam benda, termasuk batu, pohon-pohon
masyarakat di Pulau Dewata. Salah satu seni besar, gunung-gunung, hutan-hutan, dan
yang masih tetap dilestarikan adalah seni sebagainya (2018:2). Barong adalah benda
Barong, karena memiliki unsur penting dari yang disucikan dan disakralkan oleh
warisan pusaka budaya Bali. Menurut Dibia masyarakat Hindu di Bali. Kata Barong
Barong berawal dari zaman pra-sejarah dan berasal dari bahasa Sansekerta barwang

253
Setuti, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 02, No. 01 (2022) 253-262

artinya beruang, seekor binatang bertubuh Barong Brutuk melalui tanda-tanda yang
besar. Kata lain yang terkait adalah ada di dalamnya seperti pada topeng, kostum,
binarwang atau binarong yang berarti galak, pecut dan lain sebagainya dapat melakukan
kedua kata ini menujukkan bahwa Barong komunikasi dengan masyarakat Trunyan
dapat dimaknai sebagai sosok yang besar dan yang dimaknai sebagai simbol komunikasi
galak (Zoetmulder, 2006 dalam Geria, antara Barong Brutuk sebagai pengirim pesan
2014:2). dan masyarakat Desa Trunyan sebagai
Dari sekian banyaknya Barong yang ada di penerima pesan (Dewanti, 2017:3). Barong
Bali, salah satu Barong sakral yang telah Brutuk tidak mempunyai pola gerak yang
diwariskan oleh leluhur sebelum agama
Hindu masuk ke Indonesia adalah Barong baku atau struktur gerak yang pasti, gerak-
Brutuk. Barong Brutuk merupakan kesenian gerak dominan dalam Barong Brutuk adalah
kuno yang diperkirakan telah ada sejak berjalan, berlari, dan mengayunkan pecut
jaman pra Hindu dan masih dipertahankan (cemeti). Barong Brutuk dianalisis secara
hingga kini di Desa Trunyan, Kintamani,
Bangli. Masyarakat Desa Trunyan (Bali Aga) semiotik, dan proses dari semua itu
mempercayai roh nenek moyang masih merupakan tanda yang dikomunikasiskan
mempengaruhi kehidupan nyata yang melalui gerak, kostum, atribut yang mereka
dipercaya sebagai pendiri desa (Dewanti, pakai untuk memaknai tanda. Ilmu yang
2017:1).
Unsur seni dalam Barong Brutuk mengkaji sebuah tanda sering disebut dengan
dikategorikan sebagai seni mistis, bertujuan semiotika (Dimas, 2018).
untuk mendapatkan kesuburan dan penolak Semiotika merupakan ilmu untuk
bala. Kategori mistis adalah ketika manusia mengkaji tanda, yaitu bagaimana manusia
merasakan akan adanya roh-roh gaib yang memaknai objek-objek tertentu yang
ada di sekelilingnya, di antaranya tentang membawa informasi, sehingga bisa
kekuatan Dewa-dewa pada alam semesta dikomunikasikan melalui tanda-tanda
atau kekuasaan akan kesuburan, yang tersebut (Sobur, 2015:15). Semiotika juga
terdapat pada mitologi bangsa-bangsa sudah diterapkan dan dikaji melalui
primitif (Bandem, 1996:46). Kata Brutuk informasi dan komunikasi (Bambang dan
ditafsirkan sebagai “serangan” terhadap Emilsyah, 2013:1). Semiotika komunikasi
seseorang karena di akhir tarian Brutuk, Raja adalah kajian semiotika yang menekankan
dan Ratu didramatisasikan mitologi tentang teori tanda yang mengasumsikan dan
pertemuan Dewa Tertinggi Trunyan dengan meliputi beberapa faktor dalam komunikasi,
calon permaisurinya (Danandjaja, 1984:26). di antaranya pesan, penyampaian pesan,
Masyarakat Trunyan juga mengatakan bahwa tanda (penerima kode), acuan (hal yang
Barong Brutuk berasal dari kata baru dan dibicarakan) dan saluran komunikasi (hal
tawuk, yang berarti bertemu (senggama = yang dibicarakan | Jacobson, 1963 dalam
samyoga). Simbol pertemuan ini merupakan Hoed, 2014:140).
unsur laki-laki dan perempuan sebagai Barong Brutuk di Desa Trunyan ditarikan
proses kehidupan manusia (Wedastraputri, oleh 21 orang pemuda yang menggambarkan
2015:61). Kesenian kuno ini menanamkan struktur Dewa-dewa dalam religi kehidupan
pengetahuan tentang leluhur dan tidak masyarakat Trunyan. Dalam tarian Brutuk
terlepas dari unsur purusa dan pradana yang sebagai figur melambangkan Dewa-dewa
selalu ada di kehidupan manusia (Mercury, yang amat disakralkan serta sangat di
2018). hormati oleh masyarakat Desa Adat Trunyan,

254
Setuti, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 02, No. 01 (2022) 253-262

dengan demikian seluruh penarinya METODE PENELITIAN


merupakan teruna-teruna Trunyan yang Penelitian ini dilakukan di Desa Trunyan,
belum pernah berhubungan badan atau Kintamani Kabupaten Bangli pada Tari
masih suci, dan mereka harus menjalani Topeng Barong Brutuk yang dipentaskan di
penyucian diri melalui proses mekemit Pura Pancering Jagat Desa Trunyan. Jenis data
(Jayendra, 2018:113-114). yang dipergunakan pada penelitian ini ialah
Ritual suci Barong Brutuk oleh data kualitatif berupa kata-kata, gambar,
masyarakat di Desa Trunyan dipercayai fenomena. Sumber data dalam penelitian ini
untuk kesuburan, kesehatan, dan dibagi menjadi dua, yaitu data primer yang
kesejahteraan akan mendatangi desa mereka diperoleh dari pengamatan secara langsung
(Culture, 2017). Oleh karenanya, berbagai penari topeng Barong Brutuk di Desa
macam ritual suci harus dijalankan oleh Trunyan Bangli, melalui wawancara dengan
teruna untuk dapat menjadi pelakon dari metode snow-ball sampling (pengambilan
Barong Brutuk. Ritual suci di antaranya sampel beruntun | Sugiyono 2007 dalam
adalah dengan melakukan proses penyekeban Kaelan, 2012:67; Nurdiani, 2014:28), dan
(Jayendra, 2018:113-114). Selama proses data sekunder berupa dokumentasi dan
penyekeban para pemuda melakukan arsip-arsip yang bisa mendukung hasil
berbagai macam kegiatan, mulai dari penelitian, dari kepustakaan, buku-buku
menyucikan atau membersihkan topeng serta kepustakaan yang berkaitan dengan
Brutuk menggunakan air suci, objek material, dari berbagai jurnal hasil
mengumpulkan daun pisang tua yang sudah penelitian terdahulu (Kaelan, 2012:156-157).
kering (kraras) dari Desa Pinggan. Setiap Teknik pengumpulan data pada penelitian ini,
penari biasanya akan menggunakan dua yaitu observasi, wawancara, studi
sampai tiga lembar busana dari kraras itu, kepustakaan, dan dokumentasi. Teknik
beberapa digunakan dipinggang dan juga analisis data yang digunakan yaitu metode
digunakan di bagian bahu di bawah leher analisis hermeneutika, karena metode ini
(Dewanti, 2017:2). yang mendasar dalam ilmu-ilmu humaniora
Barong Brutuk sebagai simbol dalam seni (Kaelan, 2009:180). Setelah data terkumpul,
sakral perlu dimaknai melalui semiotika selanjutnya dilakukan penyajian data, yaitu
komunikasi. Simbol-simbol Barong Brutuk dengan reduksi data, display data, dan
berupa kostum, atribut tari, penari dan penarikan kesimpulan serta penyajian hasil
proses pementasanya dimaknai melalui data berupa deskripsi kualitatif.
semiotika komunikasi. Adapun permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini yaitu (1) HASIL DAN PEMBAHASAN
Simbol-simbol apakah yang digunakan dalam Trunyan atau Terunyan merupakan
Barong Brutuk di Desa Trunyan?; (2) sebuah Desa yang berada di Kecamatan
Bagaimana fungsi komunikasi Barong Brutuk Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
di Desa Trunyan?; dan (3) Bagaimanakah Desa Adat Trunyan memiliki tradisi
makna semiotika komunikasi yang terjadi pemakaman yang unik yaitu proses
dari pengiriman pesan kepada penerima penguburan mayat yang dibiarkan tergeletak
pesan? dan membusuk di udara terbuka di sekitar
pohon besar menyan, masyarakat Trunyan
tidak membakar jenasah warga mereka

255
Setuti, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 02, No. 01 (2022) 253-262

seperti yang lazimnya dilakukan oleh bambu terbuat dari batang bambu yang
kebanyakan orang Bali. Kuburan Trunyan diserut dengan pisau, sehingga kelihatan
yang merupakan salah satu potensi mata seperti tanduk.
pencaharian penduduk Trunyan di bidang Topeng Duwe Lanang adalah Ratu Sakti
pariwisata. Desa Adat Trunyan memiliki Pancering Jagat dengan topeng warna hitam
sistem kekerabatan patrelinial atau menurut kemerahan, wajah tegas dengan mata besar
garis keturunan laki-laki dan kebiasaan dan seram, di atas kepalanya dipasangi
menetap setelah kawin merupakan patrilocal. sungut terbuat dari batang bambu yang
Kepercayaan menurut masyarakat Trunyan dikerat-kerat sehingga berbentuk bunga
bahwa perkawinan endogami dadia untuk membedakan dengan hiasan pada
dipercaya bisa berinteraksi (lahir kembali) permaisuri. Karakter tokoh dalam tari Barong
pada anggota dadia mereka (Danandjaja, Brutuk diungkapkan melalui perilaku dan
1984). Sistem kemasyarakatan Desa Trunyan juga ekspresi topeng tokoh yang
seperti kehidupan dan adat istiadat berjalan bersangkutan. Tokoh utama dalam tarian
sangat baik. Selain itu, masyarakat Desa Barong Brutuk digambarkan oleh sebuah
Trunyan juga memiliki tradisi yang sangat topeng Ratu Sakti Pancering Jagat dengan
unik pertunjukan Tari Barong Brutuk. ekspresi wajah dicat merah, mata mendelik
(melotot), bentuk mulut seperti tersenyum,
Simbol-simbol Topeng pada Barong dilengkapi dengan kumis dan rambt tebal
Brutuk berwarna hitam. Ekspresi ini mencerminkan
Masyarakat Bali pada umumnya tidak karakter tegas, berwibawa, mengayomi, dan
asing lagi dengan istilah Topeng atau Tapel, dapat mengikat lawan jenis. Karakter Ratu
merupakan properti penutup muka/wajah Pancering Jagat dimainkan oleh Sibakan Kelod
yang dipakai saat berlangsungnya (Sibakan Muani) atau paruh laki-laki.
pementasan. Seperti halnya Topeng yang
Gambar 1
dipakai Barong Brutuk tersebut merupakan Duwe Lanang Brutuk
tapel suci Ratu Brutuk, biasanya dipentaskan
pada saat odalan Purnamaning Kapat Lanang.
Topeng/tapel Barong Brutuk terbuat dari
bahan dasar kayu, pada umumnya adalah
antik, serta seram rupanya, dan ini yang
paling akhir dikenakan oleh para penari
Brutuk. Topeng utama adalah simbol dewa
tertinggi Trunyan, Ratu Sakti Pancering Jagat
dan permaisurinya Ratu Ayu Mas Pingit
Dalem, dan terdapat juga bentuk-bentuk
topeng lain yang berperan sebagai kakak
iparnya Ratu Sakti Pancering Jagat dan
beberapa topeng sebagai pengiring/anak Sumber: https://travelingyuk.com/tradisi-
buah. Untuk membedakan dua tokoh utama, pukul-dan-cambuk/189796
yakni Dewa Tertinggi dan permaisurinya,
Topeng Duwe Istri dapat dilihat sesuai
selain bentuk topengnya yang khusus, juga
dengan bentuk atau karakter wajah dari
pada kedua kepala tokoh itu dipasang bunga
topeng itu sendiri, walaupun yang menarikan

256
Setuti, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 02, No. 01 (2022) 253-262

adalah laki-laki/teruna namun ketika Duwe Lingsir merupakan kakak dari


dipentaskan akan muncul karakter yang Ratu Ayu Pingit Dalem Dasar, dengan bentuk
sesuai dengan yang dibawakannya. Seperti topeng muka tua agak panjang dan mata sipit.
ekspresi wajah putih dengan mata bulat, alis Duwe Lingsir menjabat sebagai Pendeta
tebal, mulut tersenyum dan rambut panjang Agung Trunyan, simbol orang tua yang
hitam. Topeng Brutuk sebagai Ratu Ayu Pingit bijaksana, ia membawa tongkat yang terbuat
Dalem Dasar sebagai simbol penguasa Danu, dari seikat lidi-lidi daun aren dan diikat
dengan karakter yang lembut, mengayomi, dengan tali dari kulit pohon waru. Pada saat
tegas dalam setiap mengambil keputusan dan pementasan berlangsung, Duwe Lingsir
menjadi idaman lawan jenis. Karakter Ratu medal dengan menbawa tongkat karena
Ayu Pingit Dalem Dasar ditarikan oleh menggambarkan bahwa ia sudah berumur
Sibakan Kaja (Sibakan Luh) atau paruh dan sudah tua sehingga warga sangat paham
perempuan. kalau beliau itu adalah Duwe Lingsir. Pecut
Karakter lain pengikut/pengiring Ratu Duwe Lingsir dibawakan oleh
Ayu Pingit Dalem Dasar adalah dengan kerabat/pengabih teruna, setelah melakukan
menggunakan topeng berwarna hitam, hijau, prosesi mengelilingi tembok pura sebanyak
dan ungu. Karakter tambahan ini oleh tiga kali barulah pecut-pecut itu diberikan
masyarakat Trunyan dipercaya sebagai kepadanya.
pengiring dari Ratu Ayu Pingit Dalem Dasar Ada pula topeng-topeng lain tetapi tidak
(Sumerta et al., 2013:86-87). Tokoh ini tidak diketahui identitasnya yang jelas, namun
agresif, sangat disenangi oleh para ibu-ibu masyarakat Trunyan mengetahui dari bentuk
pemedek, karena ia tidak akan memecuti wajah topeng dan dari perilaku yang mereka
dengan keras namun dia akan memanggil dan bawakan, seperti Duwe Jantuk, dengan
berbagi lungsuran (sisa persembahan kepada bentuk muka panjang dan warna topeng
Dewa Tertinggi) yang dibagikan kepada para putih. Duwe-duwe lain sebagai Patih dan
pemedek. Bahkan ia membiarkan kostumnya Pengiring Ratu Brutuk ada yang berwarna
diambil untuk dijadikan tamba, jimat, untuk hitam kegelapan, warna kemerahan dan lain
keselamatan, dan kesehatan. sebagainya.

Gambar 2. Duwe Istri Brutuk Simbol Daun Kraras pada Barong Brutuk
Bahan utama dari kostum Barong Brutuk
juga disebut bulu, yang terbuat dari bahan
daun pisang tua (kraras) yang sudah
dikeringkan terlebih dahulu atau sudah
kering secara alami. Daun kraras ini harus
diambil dari pohon pisang jenis tertentu,
yakni jenis pisang temaga, pisang dangsaba,
dan pisang ketip. Daun-daun pisang ini harus
diambil dari desa-desa tertentu, yang konon
ratusan tahun yang lalu telah mempunyai
Sumber: hubungan ritual tradisional dengan Trunyan.
https://www.duniart.com/barong-brutuk/ Desa-desa itu merupakan Desa Pinggan, Desa
Blandingan, dan Desa Bayung.

257
Setuti, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 02, No. 01 (2022) 253-262

Masyarakat Trunyan meyakini bahwa daun pengabih atau kerabat penari, saat
kraras yang dipakai oleh penari Brutuk mengelilingi tembok pura. Pecutan-pecutan
sebagai simbol kesuburan, menjaga Brutuk dipercaya dapat memberikan
lingkungan, melestarikan alam dan dapat kesembuhan bagi masyarakat yang
dipercaya sebagai jimat penolak bala yang menderita sakit. Pecut/cemeti ini bertujuan
diletakkan di dalam rumah penduduk untuk mengingatkan warganya agar tulus
(Suyatra, 2018). Pengertian sebagai simbol ikhlas saat ngayah. Di samping itu pula
kesuburan, bahwa daun keraras yang selesai peringatan apabila pengayah atau penonton
dipakai Barong Brutuk bisa disebarkan ke melakukan tindakan yang melanggar.
ladang pertanian mereka sebagai pupuk Menurut kepercayaan Desa Adat Trunyan,
untuk kesuburan tanah. Sementara itu daun dengan mendapat pecutan sampai berdarah
kraras juga dapat menjaga lingkungan, akan dapat menyembuhkan penyakit yang
terbebas dari bahan-bahan non organik yang dideritanya atau ketidak mampuan untuk
tidak membahayakan untuk umat manusia memiliki keturunan.
atau penduduk di DesaTrunyan. Daun kraras Gambar 3. Kostum Barong Brutuk
juga mampu melestarikan alam serta
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di
desa setempat. Proses pembuatan kostum
kraras dengan cara dirajut berbentuk rumbai-
rumbai, cara memakainya cukup dengan
mengikatkkan pada bahu dan bagian-bagian
tubuh penari.

Simbol Pecut pada Barong Brutuk


Pecut atau cemeti yang dibawa oleh
semua penari Brutuk memiliki panjang Sumber:https://foto.tempo.co/read/220
bervariasi, mulai dari enam hingga belasan 47/keunikan-tarian-barong-brutuk,
meter. Pecut-pecut ini dibuat dari tiing sulang Fungsi Komunikasi pada Barong Brutuk
(bambu sulang) atau masyarakat setempat Fungsi komunikasi Barong Brutuk adalah
sering menyebutnya dengan paleg dan bagu untuk menyampaikan informasi atau pesan,
(kulit waru) yang ujungnya dililit dengan agar dapat diterima oleh masyarakat
lateng lidi jaka. Pecut-pecut ini dibuat oleh khususnya Desa Adat Trunyan dan
orang-orang tertentu yang mampu masyarakat lain pada umumnya. Fungsi
merangkai bambu dan kulit waru menjadi komunikasi ini bertujuan untuk melakukan
pecut yang kuat. Pecut dipakai oleh para interaksi dengan orang lain, sebagai hiburan,
penari dengan mengayunkan pecutnya dan untuk melakukan ritual keagamaan yang
kepada penonton untuk mempertahankan berlangsung setiap dua tahun sekali, dan
diri mereka agar kostum mereka tidak dapat sangat dipercaya sebagai sebuah simbol
diambil atau dilucuti oleh para penonton. pertemuan penguasa Dewa tertinggi
Pada umumnya para penari membawa dua Trunyan, Ratu Sakti Pancering Jagat (laki-
pecut sebagai cadangan kalau terjadi hal yang laki) dan Ida Ratu Ayu Pingit Dalem Dasar
tidak diinginkan, seperti patah atau talinya (perempuan) istri dari Dewa tertinggi
lepas, dan lain-lain. Sebelum mulai Trunyan. Eksistensi pementasan Barong
pementasan pecut-pecut itu dibawa oleh Brutuk di pura Pancering jagat oleh

258
Setuti, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 02, No. 01 (2022) 253-262

masyarakat Trunyan tetap diyakini sebagai kacau; dan (8) Lambang yang penuh makna
simbol penguasa Desa Trunyan. Terkait dan mengandung kekuatan.
dengan fungsi simbol-simbol yang ada pada Fungsi dari pada Barong Brutuk di
Barong Brutuk bagi masyarakat Trunyan samping sebagai suatu ritual yang tetap
masih tetap diyakini memiliki kekuatan dan dilaksanakan setiap odalan di Purnamaning
kepercayaan akan desa mereka dilindungi Kapat Lanang, fungsi lain pada Barong Brutuk
oleh leluhur Trunyan. Secara konseptual, adalah sebagai media untuk berkomunikasi
fungsi berarti hubungan fungsi tersebut dengan masyarakat baik masyarakat yang
dengan organisme sosial (Soemardjan, ada di Desa Trunyan maupun masyarakat
1981:19). Ada delapan fungsi sosial, dari luar Desa Trunyan yang hadir
diantaranya sebagai (1) sarana penyembuhan menyaksikan ritual tersebut. Barong Brutuk
(therapeutic significance); (2) sarana bukan hanya sebagai sarana hiburan tetapi
kesenangan; (3) bersantai atau hiburan; (4) juga sebagai media komunikasi berbasis
sarana Pendidikan; (5) sarana jati diri ritual keagamaan, dalam rangka menjaga
ungkapan jati diri; (6) sarana integratif; (7) kesucian dan kesakralan Barong Brutuk.
sarana integrase dalam masa kacau; (8) Barong Brutuk juga memiliki fungsi
lambang yang penuh makna dan mengandung kebertahanan budaya (budaya sebagai tradisi
kekuatan (Budhisantoso, 1991). komunikasi, pembertahanan hubungan seni
Soedarsono (1998) melihat fungsi seni, keagamaan sebagai komunikasi), fungsi
terutama dari hubungan praktis dan pendidikan etika kepada generasi penerus
integritasnya menjadi tiga fungsi utama: (1) Desa Adat Trunyan, dan fungsi pesan
sebagai ungkapan perasaan pribadi yang kosmologi masyarakat Trunyan.
dapat menghibur diri; (2) untuk kepentingan Fungsi Komunikasi Religius pada Barong
sosial atau sarasna upacara; dan (3) sebagai Brutuk
penyajian estetik. Dalam upaya memahami Kepercayaan orang asli Trunyan
berbagai fungsi seni Barong Brutuk pada merupakan kepercayaan yang berdasarkan
masyarakat di Desa Trunyan, Kintamani kepada pemujaan roh leluhur, yaitu yakin
Bangli, penonton melakukan pendekatan dengan adanya roh lainnya di alam sekeliling
melalui pendekatan struktural fungsional. tempat tinggalnya, sehingga perlu juga dipuja
Berdasarkan asumsi teori struktural (animisme); percaya benda-benda dan
fungsional menggambarkan bahwa seni tumbuh-tumbuhan di sekelilingnya, selain
Barong Brutuk memiliki elemen-elemen dan berjiwa dapat juga berperasaan seperti
pendukung yang terstruktur baik dalam manusia, dan percaya tentang kekuatan sakti
rangkaian ritual keagamaan. Jika dikaitkan pada segala hal atau benda yang luar biasa
dengan delapan macam fungsi sosial sesuai (dinamisme | Danandjaja, 1980:309). Fungsi
pendapat Budhisantoso (1991) menunjukkan komunikasi religi Barong Brutuk bertujuan
bahwa pementasan Barong Brutuk di Desa untuk tetap menjaga dan mempertahankan
Trunyan dapat dinyatakan, yaitu (1) Sarana keyakinan kepada leluhur mereka dengan
penyembuhan (therapeutic significance); (2) melakukan komunikasi ritual keagamaan
Sarana kesenangan; (3) Bersantai atau yang dilakukan setiap dua tahun sekali, pada
hiburan; (4) Sarana pendidikan; (5) Sarana saat piodalan/upacara Purnamaning Kapat
jati diri (ungkapan jati diri); (6) Sarana Lanang.. Koentjaraningrat (dalam, Kartika &
integratif; (7) Sarana integrasi dalam masa Budiasa 2018:93) fungsi komunikasi religius

259
Setuti, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 02, No. 01 (2022) 253-262

terhubung dengan konsep emosi keagamaan kepada pemedek yang lain, hal ini dimaknai
yang menyebabkan manusia mempunyai sebagai berkah dari leluhur mereka.
sikap serba religi, Hal ini merupakan suatu
getaran yang menggerakkan jiwa manusia. Fungsi Interaksi Simbolik pada Barong
Komunikasi religious juga terkonstruksi Brutuk
dengan adanya emosi keagamaan ini. Interaksi simbolik merupakan hal yang
saling berhubungan dengan pembentukan
Fungsi Semiotika Komunikasi pada simbol, atau lambang, atau makna dari suatu
Barong Brutuk benda, baik benda mati maupun benda hidup,
Semiotik pemahaman tentang simbol melalui proses komunikasi baik pesan verbal
atau tanda pada Barong Brutuk, seperti ataupun non verbal, dan tujuan akhirnya
halnya pada topeng, kostum kraras, cemeti, adalah memaknai lambang atau simbol
sarana upacara, tongkat merupakan alat (objek) tersebut berdasarkan kesepakatan
sebagai sarana komunikasi kepada bersama (Salmaniah, 2011:101). Dalam
masyarakat Trunyan. Topeng Ratu Brutuk perspektif interaksional, interaksi simbolik
yang berperan sebagai Ratu Sakti Pancering adalah salah satu perspektif yang ada dalam
Jagat yang merupakan simbol dari kebesaran studi komunikasi (Ardianto, 2007:40).
Dewa yang dipuja, diagungkan oleh Seperti Barong Brutuk yang dipentaskan
masyarakat setempat, atau manifestasi dari pada saat upacara Ngusaba Purnamaning
Ida Sanghyang Widhi Wasa. Simbol lainnya Kapat Lanang merupakan media untuk
seperti pada kostum kraras, adalah tanda menginterpretasikan ide-ide berkomunikasi
yang dikomunikasikan sebagai sarana dengan masyarakat Trunyan, dengan cara
menyembuhkan penyakit, menyuburkan demikian upacara dapat dimaknai sebagai
tanah persawahan/ ladang, dan diyakini juga simbol dewa-dewa leluhur Trunyan dan
sebagai jimat penolak bala oleh masyarakat diinteraksikan kepada masyarakat sehingga
Trunyan bahkan oleh masyarakat di luar upacara berlangsung dengan baik.
Trunyan, seperti Desa Buahan, Kedisan,
Songan dan daerah yang berdekatan atau Makna Semiotika Komunikasi pada
kerabat Desa Trunyan. Cemeti/pecut pada Barong Brutuk
penari Brutuk adalah sebagai simbol senjata Analisis dalam semiotik berupaya
untuk menjaga diri mereka dalam menemukan makna tanda dan simbol pada
menghadapi musuh. Pada saat piodalan Barong Brutuk nantinya akan dapat
Ngusaba Kapat Lanang berlangsung mempengaruhi persepsi masyarakat selaku
masyarakat Trunyan menghaturkan banten penonton. Tanda dan simbol yang
sebagai sarana upacara, melakukan ditampilkan oleh Barong Brutuk dapat
komunikasi dengan mempersembahkan dipahami oleh penonton sebagai bahasa.
sesajian/aturan. Sesaji/aturan ini Bahasa ini yang kemudian membentuk
dipersembahkan kepada Dewa tetinggi persepsi penonton mengenai tanda-tanda
mereka yaitu Ratu Sakti Pancering Jagat, yang disajikan. Semiotika menjalankan dua
beberapa dari pemedek akan membagikan fungsi, yaitu untuk memproduksi makna,
surudan kepada Brutuk, surudan itu serta untuk memindahkan sebuah sistem
ditempati dengan tutup sokasi/keben dan tanda ke sistem makna (Sumerta et al.,
pemain Brutuk akan membagikan kembali 2013:153). Tanda-tanda yang bisa dilihat

260
Setuti, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 02, No. 01 (2022) 253-262

pada saat Barong Brutuk mengelilingi tembok untuk menyampaikan pesan kepada
masing-masing tiga kali memiliki makna masyarakat (Desa Adat Trunyan) melalui
bahwa kekuatan dari para Brutuk akan pementasan Barong Brutuk sebagai
semakin kuat bersatu dengan Ida Bhatara simbol penguasa Desa Trunyan.
sane merasuk ke badan Brutuk. Demikian juga 3) Makna komunikasi yang terjadi dari
dengan tanda mengayunkan cemeti kepada pengiriman pesan kepada penerima
penonton, ini menunjukkan betapa kuat dan pesan oleh Barong Brutuk di Desa
hebatnya Brutuk untuk ngiringang pekayun Trunyan Kintamani Bangli adalah
Ida Betara yang oleh masyarakat setempat manusia merupakan makna semiotika,
diyakini sebagai kekuatan Tuhan yang akan yakni makna yang ditunjukkan oleh
mampu membuat masyarakatnya sehat dan adanya tanda.
menerima anugrah kesuburan tanah 4) Komunikasi yang terdapat dalam
perkebunan dan sawah serta air danau yang pementasan Barong Brutuk adalah
akan tetap mampu memenuhi kebutuhan komunikasi semiotika, komunikasi
masyarakat setempat. riligius dan komunikasi interaksi
1) Makna Religius, makna upacara Kapat simbolik tercermin dalam pementasan
Lanang menurut masyarakat Trunyan Barong Brutuk Desa Trunyan Kintamani
adalah sebagai pemujaan terhadap dewa- Bangli.
dewa leluhur mereka yang dipercaya telah
menjaga dan memberikan kehidupan bagi DAFTAR PUSTAKA
masyarakat Trunyan. Ardianto, Elvinaro dan Bambang, Q-Anees.
2) Makna Interaksi Simbolik, komunikasi 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
yang dilaksanakan Barong Brutuk ini
Bambang, Mudjiyanto dan Emilsyah, Nur.
merupakan komunikasi yang bersifat 2013. Semiotika Dalam Metode Penelitian
tradisional yang memiliki dimensi dan Komunikasi Semiotics In Research Method
ruang gerak yang bersifat sosial, yang of Communication. Jurnal Penelitian
dapat mendorong masyarakat Desa Komunikasi, Informatika dan Media Massa
Trunyan untuk bekerja, beragama dan – PEKOMMAS, Volume 16 No. 1 – April
menjaga keharmonisan dalam masyarakat 2013.
setempat. Bandem, I Made. 1996. Etnologi Tari Bali.
Yogyakarta: Kanisius.
Budhisantoso. 1991. Pendidikan Seni Dan
SIMPULAN Globalisasi Budaya Dalam Konteks Sentral
Berdasarkan hasil analisis dan dan Strategis, Makalah seminar Nasional
pembahasan maka dapat disimpulkan, Pendidikan Seni Dan Globalisasi Budaya.
sebagai berikut. Yogyakarta: ISI Yogyakarta.
1) Simbol-simbol yang digunakan pada Culture, Putu. 2017. Tari Barong Brutuk.
Barong Brutuk di Desa Trunyan http://putuculture.blogspot.com/2017/0
9/barong-brutuk.html
Kintamani Bangli terdiri dari: Topeng
Danandjaja, James. 1980. Metode
Barong Brutuk, kostum daun pisang
Pengumpulan Folklore Bagi Pengarsipan,
kering (kraras), pecut (cambuk), tongkat, Makalah, Pengarangan/Penataran Tenaga
banten. Penelitian/Penulis Daerah Seluruh
2) Fungsi komunikasi Barong Brutuk di Indonesia, Proyek Inventarisasi dan
Desa Trunyan Kintamani Bangli adalah Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

261
Setuti, etc. ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 02, No. 01 (2022) 253-262

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bedulu. Vidya Samhita: Jurnal Penelitian


Cisarua, Bogor. Agama, 5(2).
Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia: Mercury, Muhammad Fredey. 2018. Simbol
Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-Lain. Pertemuan Purusa dan Pradana, Tarian
Jakarta: PT Temprint. Sakral Ratu Brutuk di Desa Trunyan,
Dewanti, Pande Putu Wiweka Ari. 2017. http://bali.tribunnews.com/2018/10/01/
Transformasi Kesenian Barong Brutuk Ke simbol-pertemuan-purusa-dan-pradana-
Dalam Busana Haute Couture ‘Pancering tarian-sakral-ratu-brutuk-di-desa-
Jagat” Transformasi Kesenian Barong terunyan diakses pada 10 Mei 2020.
Brutuk Ke Dalam Busana Haute Couture Nurdiani, Nina. 2014. Teknik Sampling
‘Pancering Jagat”. Denpasar: Program Snowball Dalam Penelitian Lapangan.
Studi Penciptaan dan pengkajian Seni. Architecture Department, Faculty of
Institut Seni Indonesia Denpasar. Engineering. ComTech, Vol. 5 No. 2, Jakarta:
Dibia, I Ketut. 2018. Pengembangan BINUS University, pp. 1110-1118.
Pariwisata Berbasis Tri Hita Karana (Studi Salmaniah, Nina Siti Siregar. 2011. Kajian
Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Tentang Interaksionisme Simboli. Medan:
di Bali). Maha Widya Duta. Jurusan Dharma Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Duta STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Universitas Medan Area. Jurnal Ilmu Sosial-
Dimas, Andreyano. 2018. Analisis Semiotika Fakultas Isipol Uma, Perspektif, ISSN: 2085
Komunikasi Virtual Player Game Dota 2 – 0328, Volume 4/ Nomor 2/ Oktober
Dalam Menerapkan Strategi Psywar. Riau: 2011.
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Sobur, Alex. 2015. Semiotika Komunikasi.
Universitas Riau. JOM FISIP, Vol. 5 No. 1 – Bandung: Remaja Rosdakarya.
April 2018 Page Soedarsono, R.M. 1998. Seni Pertunjukkan di
Geria, I Wayan. 2014. Menapak Jejak Tiga Era Globalisasi. Cetakan Kedua. Jakarta:
Seniman. Denpasar: Yayasan Wayan Geria. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Hoed, Benny H. 2014. Semiotik dan Dinamika Depdikbud.
Sosial Budaya Ferdinand de Saussure, Soemardjan, Selo. 1981. Majalah Analisis
Roland Barthes, Julia Kristeva, Jacques Kebudayaan. Tahun T, Nomor 2. Jakarta:
Derrida, Charles Sanders Pierce, Marcel Depdikbud.
Danesi & Paul Perron, dll. Depok: Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif
Komunitas Bambu. Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Jacobson, Roman. 1963. Essais de Linguistique Sumerta I Made, Sendra I Made, Ni Luh Ariani,
Generale. Paris: Edition de Minuit. Yufiza, 2013. Fungsi dan Makna Upacara
Jayendra, Putu Sabda. 2018. Sasolahan Ngusaba Gede Lanang Kapat Di Desa
Barong Brutuk di Desa Terunyan, Trunyan Kecamatan Kintamani Bangli.
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali.
Suatu Kajian Etnopedagogik. Denpasar: Suyatra, I Putu, 2018. Ratu Brutuk, Tradisi di
Program Pascasarjana Institut Hindu Trunyan, Kerarasnya Diyakini sebagai
Dharma Negeri Denpasar. Jimat.https://baliexpress.jawapos.com/re
Kaelan. 2009. Filsafat Bahasa Semiotika dan ad/ 2018/09/28/97017/ ratu-brutuk-
Hermeneutika. Yogyakarta: Paradigma. tradisi-di-trunyan-kerarasnya-diyakini-
Kaelan. 2012. Metode Penelitian Kualitatif sebagai-jimat.
Interdisipliner Bidang Sosial, Budaya, Wedastraputri, Suyasa, dkk. 2015. Desa
Filsafat, Seni, Agama, dan Humaniora. Trunyan “Eksistensi Peradaban Bali Mula”.
Yogyakarta: Paradigma. Denpasar: Universitas Mahendradata.
Kartika, I Gusti Ayu & Budiasa, I Made. 2019. Zoetmulder, P.J. 2006. Kamus Jawa Kuna
Prosesi Tradisi Ngambeng dalam Upacara Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Dewa Yajna di Pura Samuantiga Desa Utama.

262

You might also like