You are on page 1of 9

ARTICLE N PRESS

Putra, etc ANUBHAVA:ANUBHAVA:


Jurnal IlmuJurnal
Komunikasi Hindu Vol. 01
Ilmu Komunikasi No. 02
Hindu Vol.(2021)
01 No. 02 (2021) 144-152

Contents list available at Anubhava

JURNAL ILMU KOMUNIKASI HINDU


an
Journal Homepage ejournal.uhnsugriwa.ac.id/index.php/anubhava

KOMUNIKASI TRANSENDENTAL DALAM PEMENTASAN TARI SANG HYANG


LEGONG KERATON LASEM PADA UPACARA TUMPEK WAYANG
DI BANJAR ABIANNANGKA KAJA DENPASAR

I Putu Gede Buda Mardiksa Putra a,1


I Wayan Wastawa a
I Gusti Ngurah Pertu Agung a

Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar


a

1 Corresponding Author, email: mardiksaputra@gmail.com (Putra)

A RTICLE INFO A B STRA CT

Article history: Dance is one of the arts that is quite easy to find in Bali, because many dances are
performed as entertainment and are used in religious ceremonies in Bali. One of
Received: 12-07-2021
the classical dances that is sacred and performed during the tumpek wayang
Revised: 19-08-2021
ceremony at Banjar Abiannangka Kaja is the Sang Hyang Legong Dance at the
Accepted: 19-09-2021
Lasem Keraton . Banjar Abiannangka Kaja believes that the dance performance
Published: 30-09-2021 can bring prosperity and is a way of communicating with Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, who in this case manifests as Ratu Ayu Alit Mas Suci who resides at the
Banjar Temple. The formulation of the problem in this article is (1) the existence
of the Sang Hyang Legong dance at the Lasem Keraton at the Tumpek wayang
Keywords: ceremony (2) the form of transcendental communication in the Sang Hyang
Transcendental Legong dance performance at the Lasem Keraton (3) the implications of
Communication, transcendental communication on people's lives after performing the Sang Hyang
Sang Hyang Legong dance. Keraton Lasem The theories used to analyze the three problem
Legong Keraton at formulations in this study are (1) Theory of Religion, (2) Theory of Extraordinary
Lasem Palace, Powers and (3) Theory of Symbolic Interaction. This study uses a qualitative
Tumpek Wayang, method. The results of this study indicate several things, such as: First, this Legong
Banjar dance performance still survives today because it is believed to expel negative
Abiannangka Kaja forces and can bring prosperity. Second, there are two forms of transcendental
communication in this dance performance, namely the type of verbal
communication (Pedudusan Sang Hyang Dedari singing, sesontengan and
mantra) and the type of nonverbal communication (banten and dance
movements). In this type of verbal and non-verbal communication, there is
transcendental communication between humans and God from every meaning
contained in songs, mantras, offerings and movements, both expressed and
implied. Third, the implications for people's lives such as in religious life, social
life, culture and the teachings of Tri Hita Karana.

PENDAHULUAN caranya untuk mengendalikan diri. Manusia


Manusia adalah makhluk yang diciptakan disebut sebagai makhluk sosial karena manusia
dengan kelebihan yaitu dengan pikiran serta tidak dapat hidup sendiri dan selalu

144
Putra, etc ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 02 (2021) 144-152

membutuhkan orang lain dalam memenuhi Salah satu kesenian yang dipakai atau lebih
kebutuhannya, salah satunya dengan cara tepatnya dipentaskan ketika upacara agama di
interaksi sosial (communication hunger) Bali adalah Tari Sang Hyang Legong keraton
(Suranto, 2011:44). Komunikasi memegang Lasem, tari ini termasuk masuk kedalam jenis
peranan penting dalam interaksi sosial manusia. tari sanghyang dedari yang di pentaskan setiap
Komunikasi adalah ketika seseorang Tumpek Wayang. Tari legong ini ditarikan oleh
menyampaikan sesuatu kepada orang lain baik tiga orang remaja perempuan yang belum
itu pemikirannya atau informasi yang lainnya mengalami haid, yang dipilih berdasarkan atas
bisa secara langsung maupun tidak langsung. petujuk niskala yang dalam hal ini berkaitan
Selain berkomunikasi secara horizontal yaitu dengan komunikasi transendental. Pementasan
dengan individu atau kelompok tertentu tari legong ini dilakukan di Banjar Abiannangka
manusia juga perlu berkomunikasi secara Kaja serta secara rutin dipentaskan ketika
vertikal yaitu dengan Tuhan. Dalam ilmu upacara tumpek wayang yang notabene
komunikasi, cara berkomunikasi manusia dipercaya sebagai simbol keharmonisan
dengan Tuhan adalah dengan menggunakan manusia dengan kesenian, justru tari legong ini
komunikasi transendental. Komunikasi tidak dipentaskan ketika tumpek wariga yang
transendental adalah komunikasi yang masih merupakan odalan yang tujukan kepada
sedikit di bahas cukup luas, hanya sebatas cara Bagawan Penyarikan yaitu odalan di banjar pada
manusia yang berkomunikasi dengan Tuhan, umumnya. Fenomena ini menarik untuk dikaji,
untuk itulah komunikasi transendental masuk ke terutama pada aturan-aturan penari yang belum
dalam bidang agama. Meskipun sifatnya susah datang bulan (haid), yang kedua dari
untuk diamati justru komunikasi transendental perkembangannya tari legong muncul sangat
sangan berperan penting bagi manusia, bukan jauh belakangan. Selanjutnya yang menarik
hanya untuk di dunia namun menentukan untuk dikaji adalah tentang eksistensi tari legong
akhirat (Mulyana, 2001:49). ini sampai sekarang, komunikasi transendental
Bagi Umat Hindu khususnya di Bali, yang terdapat dalam tari ini serta implikasi
penerapan komunikasi transendental adalah terhadap kehidupan masyarakat
ketika memusatkan pikiran kepada Ida Sang
Hyang Widhi Wasa dengan segala METODE PENELITIAN
manifestasinya. Diantaranya yang bisa dilihat Jenis dan pendekatan dalam penelitian ini
adalah ketika bersembahyang, meditasi, yoga mempergunakan metode kualitatif. Lokasi
dan upacara keagamaan. Upacara adalah salah penelitian bertempat di Banjar Abiannangka
satu cara komunikasi transendental yang paling Kaja Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar
kompleks karena dalam upacara terdapat Timur Kota Denpasar. Penentuan informan
beberapa media komunikasi yang digunakan, mempergunakan teknis purposive sampling.
diantaranya adalah kesenian. Kesenian di Bali Jenis dan sumber data yang dipergunakan adalah
jika dilihat dari perspektif Hindu mempunyai kualitatif dan sumber data yang dipergunakan
kedudukan yang sangat mendasar dengan berupa data primer dan data sekunder.
konsep Satyam Sivam Sundaram (kebenaran, Instrumen penelitian mempergunakan Camera
kesucian dan keindahan), karena kehidupan Digital dan Tape Recorder, inti instrumen
religi agama Hindu tidak bisa dilepaskan dari peneliti adalah peneliti itu sendiri. Teknik
kesenian dan seni adalah simbol penjabaran pengumpulan data yang dipergunakan seperti :
Veda (Yudabakti dan Watra, 2007:32). observasi, wawancara, studi kepustakaan.

145
Putra, etc ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 02 (2021) 144-152

Teknik analisis data dilakukan dengan beberapa Lasem masih eksis dan telah diakui oleh
tahapan seperti : reduksi, penyajian data, dan masyarakat, serta adanya kerjasama antara
penarikan kesimpulan. Teknik penyajian hasil pelaku seni di Banjar Abiannangka Kaja dengan
penelitian dilakukan dengan metode deskriptif. salah satu dosen Isi Denpasar. Seperti yang
dikatakan oleh I Made Darma yaitu salah satu
HASIL DAN PEMBAHASAN tokoh masyarakat di Banjar Abiannangka Kaja
Eksistensi pementasan tari Sang Hyang mengatakan bahwa Tari Sang Hyang Legong
Legong Keraton Lasem pada upacara Keraton Lasem adalah salah satu kesenian
Tumpek Wayang tradisional yang dimiliki oleh Banjar
Menurut Jazuli (2016: 7) eksistensi tari Abiannangka Kaja yang harus dilestarikan
dalam suatu masyarakat beserta kebudayaan keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga
yang melingkupinya muncul melalui proses eksistensi tari ini adalah dengan melakukan
ruang dan waktu, tidak muncul dan tidak hadir pembinaan tari legong dengan pelatih tari Ni
secara tiba-tiba. Ruang biasanya terkait dengan Nyoman Manik Suryani. SST., M.Si yang
peristiwa dan kepentingan (performa) serta merupakan dosen seni tari di Isi Denpasar. Tidak
sistem nilai, sedangkan waktu terkait dengan hanya tariannya saja, penabuh juga dilakukan
proses produksinya (penciptaan). Misalnya pembinaan dari sejak dini agar adanya
sebuah tari diciptakan untuk kepentingan regenerasi penabuh nantinya, pembiaan tabuh
identitas suatu daerah, maka performanya ini dibuktikan dengan adanya Sekha Tabuh
akan mencerminkan visi dan misi serta sistem Sekar Kumara.
religi. Religi atau agama pada dasarnya
merupakan kepercayaan terhadap adanya Bentuk komunikasi transendental dalam
kekuatan gaib, luar biasa atau supernatural yang pementasan Tari Sanghyang Legong Keraton
berpengaruh terhadap kehidupan individu dan Lasem pada upacara tumpek wayang
masyarakat, bahkan terhadap gejala gejala alam. Komunikasi memiliki beberapa bentuk
Kepercayaan itu menimbulkan perilaku tertentu yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-
dari individu ataupun masyarakat yang hari termasuk juga komunikasi transendental.
mempercayainya seperti berdoa, memuja dan Bentuk-bentuk komunikasi transendental
lainnya, serta menimbulkan sikap mental tertuang dalam aktivitas keagamaan umat yang
tertentu, seperti takut, pasrah, optimis dan lain berkomunikasi dengan Tuhan, bentuk-bentuk
sebagainya. Sama hal nya dengan Tari Sang komunikasi transendental yang paling lumrah
Hyang Legong Keraton Lasem yang disakralkan dilakukan antara lain adalah bentuk komunikasi
dan dipentaskan ketika hari tertentu serta verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal adalah
dipercayai oleh masyarakat Banjar Abiannangka bentuk komunikasi yang paling sering dilakukan
Kaja Desa Kesiman Petilan yang keberadaannya dalam setiap interaksi sosial. Komunikasi verbal
masih sampai sekarang dengan sejarah, proses dilakukan secara lisan atapun bisa dengan
pementasan serta kepercayaan masyarakat tertulis. Sedangkan komunikasi nonverbal
sekitar dengan tarian ini. adalah setiap bentuk prilaku manusia yang
Eksistensi pementasan Tari Sang Hyang langsung dapat diamati oleh orang lain dan yang
Legong Keraton Lasem telah ditunjukkan dengan mengandung informasi tertentu tentang
adanya pementasan-pementasan yang dilakukan pengirim atau pelakunya atau bisa juga
sampai tahun 2021. Ini membuktikan bahwa menggunakan simbol-simbol tertentu.
pementasan Tari Sang Hyang Legong Keraton

146
Putra, etc ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 02 (2021) 144-152

Komunikasi verbal yang terdapat pada manasele sempol, ya ya kedepane kembang ke


pementasan Tari Sang hyang Legong Keraton nagasari
Lasem adalah dengan nyanyian pedudusan sang 4. Kembang jenar ya mangundangan dedari
hyang dedari. Nyanyian tersebut menggunakan agung, dane ya dane becik, becik-becik
bahasa alus madia. Nyanyian tersebut undang, ya rangsuk-rangsuk praba nunjung
dinyanyikan oleh krama istri atau oleh ibu-ibu biru, nunjung beru, ya marangsukan
warga banjar. Nyayian ini terdiri dari 9 bait yang menganggo-anggo,menyalukin baju kemas-
dinyanyikan berulang-ulang sampai para penari kemas, ya lecat-lecet miba rangga gana,
tidak sadarkan diri, adapun nyanyiannya adalah rangga gana ya mengilukan ngelod ngaaja
sebagai berikut: kanginan dedari metanggun jero, ya taman-
1. Kebiar-kebiur agending me, rebere ring tama ne medaging sekar, sekar emas
parawe, ya sampan nudus ya ya gending mare sesandingine pudak anggrek geringsing,
baija raga ya dodol tamblang, ya e dodol, lan kancu mana sele sempol ya kedep kedapane
singgih kasele, ya kuncantel ontalin ya kembang nagasari.
kutungkul ya ya mabelayar ya malayar ya 5. Yu dedari, ye dane lunga ngendan-ngendon
ngelod nganginan, ya manuju taman memendet ya memendete, ya mengilehin ya
magendra, ya tamane ya ya madaging sekar, sanggah ra gung, ya mebaktine mengatur –
sekar anggrek, ya anggrek gu, lan anggrek aturan canag, ya dikurine ya kurine gadung
geringsing, ya tiga kancu ya ya pala lepe, ya kasturi, ya ya selaginban, lan soka ngasti, ya
parigi ya ya batur mejajar. somanase ya somanasegala kastangi, ya ya yu
2. kebiar-kebiur agending me, mare bere ring dedari ya yu dedari mengempol sekar, ya
perawa ya ya sampan-sampan nudus, ya ya sekar sandat ya silayu-layune miyik, ya ya
gending-gending mare baija raga dodol miyik ngalub, ya miyik ngalub maimpungan.
tamblang dodol tamblang ya e dodol lan 6. Ya selaginban ya selaginban tunjung biru, ya
singgih kasele, ya ya rearekocantel ontalin- ya tunjung tutur ya tunjung tutur tangguli
ontalin kamene ya ya katujune mabelayar- gending. Ye selaginban ya selaginban
mabelayar, adi melayar, ya ngelod angaja sokanata, ya ya sokanata, ya sokanata
kaninan ya ya ayu dedari, ya ya ne gadung-gadung melati. Ya sekar sempol
metanggun jero ya ya tamane medaging mengadanin, ya ya sekar jempiringe ya
sekar, sekar emas sadi-sanding ine pudak rejasene lan siulan. Ya sasak gunung, ya
anggrek geringsing, ya ya tiga kancu ya ya serunine lan kewanta, ya ya sekar danigarane
manasele sempol ya ya kedapane pala kelayu ya tigarane nagasari.
lepe 7. Ya sungengene ya sungengene katrangan
3. Kembang jenar ya mangundangan dedari menuh, ya tanjung oja ya tanjung oja
agung, ya ya dane ya dane becik, becik-becik menugambir, ya jumpakane ya jumpakane ne
undang, ya ya rangsuk praba nunjung biru, memutih, ya ya ler mewane ya lergulane
nunjung beru, ya marangsukan menganggo- mesari ratna. Ya sekar rame ya sekar rame
anggo ya ya menya ya ya lecat mi be rangga balih gambuh, ya ya gambuh nese ya gambuh
gana, rangga gana ya mengilukan ngelod ne saking sowarga. Ya nemamutri ya
ngaaja kanginan ya ya yu ayu dedari ne nemamutri sang supraba, ya ya lawatinban
metanggun jero ya ya tamane me daging ya lawatinban bulan purnama, ya kenyah-
sekar, sekar emas sesandingina pudak kenyah manguranyah, ya ya ayu made ya
anggrek geringsing, ya ya tiga ya tiga kancu hiluh tama manampa canag, ya tangan dane

147
Putra, etc ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 02 (2021) 144-152

ya tangan dane lemet melengkung, ya ya adapun sesontengan yang digunakan dalam


canag dane ya canag dane dewi suci. pementasan tari legong ini diucapkan oleh
8. Sekar jepun ya angrek tane manori putih, pemangku seperti berikut:
teleng petak tunjung biru ya dedari mekarya Om sugra tabek pakulun sasuhunan Ratu Ayu
tirta, tirta ene masibuk mase toye pemastu Alit Mas Maketel, kaiiring antuk dedariira
saking sowarga dong siratin ragan idewa, wenten atur manusan paduka bhatara
wus masirat dong ketisine juru kidunge sarinin tasik cemeng, kawas daun, pasucian,
mantuk maring indraloka ya waluya dadi isin pasawahan agung, kareka antuk
manusa. manusa ring maya pada, kalebur ring jaba
9. Utur-utur ya dudupana, ya dedari idewa tengah, natar palinggih paduka bhatara
munggah, ya saking sawang, idewa lesu, ke maruntutan segehan manca warna, selem
mercepada idewa mantuk, ya mangilehin ya putih mangda sampun ngoda ring sedahan
titiang serak, ya mangambelin ya parekane, mapakeling. Om sidhi rastu ya namah
ya sami rawuh, ya pangwine, mapontang swaha.
emas ya jumpanene ya mapurada ya pajeng Artinya:
kuning, ya makembarin ya jalan meru, ya Oh Hyang Widhi, Tuhan yang
tumpang solas ya jalan dedari memarek ya bermanisfestasi sebagai Ratu Ayu Alit Mas
gending-gending Maketel, yang diiringi oleh Dedari. Hamba
. menghaturkan persembahan berupa tasik
Selanjutnya komunikasi verbal yang cemeng, kawasan daun, pesucian serta
terdapat dalam pementasan tari Sang Hyang hasil pertanian yang dibuat oleh hamba.
Legong Keraton Lasem dengan menggunakan Hamba haturkan di jaba tengah, didepan
mantra dan sesontengan. Sesontengan adalah persemayamanMu hamba menghaturkan
doa yang berisi permohonan serta permintaan segehan panca warna, segehan poleng dan
yang bernuansa magis yang mempergunakan di sedahan hamba telah menghayatkan.
bahasa sehari-hari. Penggunaan bahasa disini Semoga damailah keadaannya.
adalah bahasa sehari-hari yang tentu jika Komunikasi nonverbal juga terdapat dalam
berbeda tempat maka akan berbeda bahasa juga, pementasan Tari Sang hyang Legong Keraton
misalnya sesontengan orang Bali maka akan Lasem yang dituangkan dalam bentuk gerakan
menggunakan bahasa Bali baik bahasa Bali halus tari dan penggunaan banten. Wiana (2001: 17)
atau basaha Bali serhari-hari atau sering disebut menyatakan banten dalam Lontar Yadnya
bahasa kepara, begitu pula sesontengan orang Prakerti adalah bahasa agama, adapun
jawa maka akan menggunakan bahasa jawa. Di kutipanya lontar tersebut adalah:
Bali sendiri karena mendapat pengaruh dari Sehananing “banten” pinaka raganta twi,
kerajaan majapahit, seringkali sesontengan di pinaka warna rupaning Ida Bhatara, pinaka
Bali menggunakan bahasa jawa kuno atau Andha Bhuwana.
bahasa kawi. Dalam upacara Tumpet Wayang di Artinya:
Desa Kesiman Petilan khususnya di Banjar Semua Bebanten adalah lambang dirimu
Abiannangka Kaja, penggunaan sesontengan sendiri,
serta mantra selalu beriringan. Sesontengan lambang Kemaha- kuasaan Tuhan dan
dipergunakan sebagai sebuah permohonan lambang isi alam semesta.
kepada sesuhunan dan mantra dipergunakan
sebagai penegasan dari sesontengan tersebut,

148
Putra, etc ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 02 (2021) 144-152

Melalui sarana banten umat Hindu beliau menjelaskan pengawak, adalah bagian
menyampaikan rasa terima kasih kepada Ida pokok dalam pementasan tari Sang Hyang
Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Legong Keraton Lasem, bagian pengawak
Esa. Banten juga dipergunakan pada upacara diiringi oleh gending pengawak yang dipadukan
Tumpek Wayang di Desa Kesiman Petilan, dengan juru tandak yaitu dalang yang
khususnya di Banjar Abiannangka Kaja. membawakan alur cerita Prabu Lasem. Pengecet
Terdapat berbagai jenis banten yang juga adalah rangkaian dari pengawak yang
memiliki makna serta komponen-komponen di dipadukan dengan gending penyecet. Bagian ke
dalamnya. Adapun beberapa banten yang empat adalah bagian pengetog, yaitu pesiat atau
dipergunakan seperti; daksina, banten peras, pertarungan dimana condong berubah menjadi
blabaran, banten suci, banten semayang dan burung garuda yang dikalahkan oleh legong yang
penyambleh. Semua banten tersebut adalah satu berubah menjadi patih. Dalam pementasan di
kesatuan dengan pementasan Tari Sang Hyang Banjar Abiannangka Kaja ketika bagian pengetog
Legong Keraton Lasem. Setiap banten inilah Ida Sesuunan Ratu Ayu Alit medal, bagian
mempunyai arti serta tujuan sebagai bentuk ini diiringi dengan gending pengetog. Bagian
terima kasih, permohonan maaf serta dipercaya terakhir adalah pekaad yang diiringi dengan
mendatangkan kesejahteraan bagi seluruh gending pekaad.
warga banjar. Dalam tari Bali ragam gerak disetiap tarian
Selanjutnya adalah komunikasi nonverbal yang bawakan terdiri dari dua jenis gerakan
dengan menggunakan gerakan tari. Tari antara lain adalah gerakan murni dan gerakan
merupakan salah satu bentuk ekspresi jiwa yang maknawi. Gerakan murni adalah gerakan yang
dituangkan dalam bentuk gerak. Tari adalah diambil dari lingkungan sekitar seperti aktivitas
salah satu bagian dari kesenian yang sejak binatang dan tumbuhan serta kegiatan sehari-
zaman dulu dipakasi sebagai sarana hiburan hari manusia. Kedua adalah gerakan maknawi
bahkan sebagai sarana penunjang upacara adat adalah gerakan yang memiliki makna serta arti
atau agama. Gerakan dalam tari dibangun khusus yang mengandung pesan didalamnya.
berdasarkan ritmis yang indah serta disatukan Contoh gerakan murni yang terdapat dalam Tari
oleh begitu banyak nilai kultur dari kelompok Sang Hyang Legong Keraton Lasem adalah;
individu yang mendukungnya (Bandem, 1997: ngeliput, gulu wangsul, ngenjet, ngubit, ngelo,
7). ngencet, tanjek mentang, agem serta yang
Dalam pementasannya, tari Sang Hyang lainnya. Selanjutnya contoh gerakan maknawi
Legong Keraton Lasem terdiri dari beberapa adalah; nyalud yaitu gerakan tangan yang
bagian seperti pengawit, pengawak, pengecet, seolah-olah mengambil sesuatu, ulap-ulap yaitu
pengetog dan pekaad. Manik Suryani adalah kerakan seolah melihat sesuatu dikejauhan,
selaku penari serta pelatih tari Sang Hyang nuding yaitu gerakan jari tangan seperti
Legong Keraton Lasem di Banjar Abiannangka menunjuk sesuatu.
kaja, menjelaskan masing-masing bagian dalam S ebuah gerakan yang dikemas dalam
pementasan tari tersebut memiliki cirinya sebuah seni tari akan dapat menyampaikan
masing-masing. Pengawit adalah pembukaan sebuah pesan dalam hal ini adalah pesan
tari, pengawit sendiri secara umum dipakai oleh nonverbal. Melalui gerakan tari yang indah serta
semua tema Tari Legong Keraton termasuk Tari dipadukan dengan irama gamelan yang merdu,
Sang Hyang Legong Keraton Lasem yang akan sebuah pesan dan maksa akan tersampaikan
diiringi dengan gending pengawit. Selanjutnya dengam baik kepada individu serta kelompok

149
Putra, etc ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 02 (2021) 144-152

masyarakat yang mendukungnya. Melalui adanya Tuhan. Melalui pementasan tari ini
pementasan Tari Sang Hyang Legong Keraton warga masyarakat berkomunikasi dengan Tuhan
Lasem Masyarakat diajarkan mengharmoniskan untuk memohon keselamatan dan
sifat baik dan buruk dalam diri. kesejahteraan. Hal ini berimplikasi terhadap
kehidupan religius warga masyarakat sekitar,
Implikasi Komunikasi Transendental terlihat dari tekun dan taatnya krama banjar
terhadap Kehidupan Masyarakat setelah melaksanakan pementasan tari legong ini serta
Melaksanakan Pementasan Tari Sang Hyang kepercayaan yang sudang mendarah danging
Legong Keraton Lasem pada Upacara yang dimiliki oleh krama Banjar Abiannangka
Tumpek Wayang Kaja terhadap pementasan Tari Sang Hyang
Secara umum implikasi bisa diartikan Legong Keraton Lasem.
sebagai keterlibatan, yang berpengaruh atau
terlibat namun tidak jelas dinyatakan atau bisa b. Implikasi Komunikasi Transendental
disebut tersirat. Implikasi jika dilihat dari sudut pada Kehidupan Sosial
pandang agama khususnya agama Hindu adalah Sebagai makhluk sosial dan hidup
keterlibatan sebuah ajaran kepercayaan yang berkelompok dalam kehidupan sehari-hari,
memberi pengaruh atau efek pada kehidupan tentu tidak luput dari namanya interaksi serta
umatnya. Pementasan Tari Sang Hyang Legong komunikasi. Pementasan Tari Sang Hyang
Keraton Lasem pada upacara Tumpek Wayang di Legong Keraton Lasem sendiri juga tidak lepas
Banjar Abiannangka Kaja memiliki sistem serta dari yang namanya interaksi sosial dan
struktur yang masih dipertahankan sampai saat komunikasi. pementasan Tari Sang Hyang
ini. Pementasan Tari Sang Hyang Legong Keraton Legong Keraton Lasem memupuk rasa
Lasem ini memberikan pengaruh atau dampak persaudaraan antara warga masyarakat di
yang dirasakan langsung ataupun tidak langsung Banjar Abiannangka Kaja. Dengan pementasan
yang terimplikasi dalam kehidupan masyarakat. tari ini, interaksi sosial antar warga masyarakat
Implikasi tersebut adalah implikasi komunikasi terjadi mulai dari persiapan sampai di akhir
transendental yang meliputi implikasi pada pementasan nanti. Bertukar pikiran serta
kehidupan religius, implikasi pada kehidupan informasi ketika persiapan upacara, saling
sosial, implikasi terhadap budaya dan implikasi memberikan pengertian tentang berkomunikasi
terhadap ajaran tri hita karana. dengan Tuhan ketika melaksanakan
persembahyangan adalah salah satu bentuk
a. Implikasi Implikasi Komunikasi kehidupan sosial yang terjalin dengan baik di
Transendental pada Kehidupan Religius lingkungan Banjar Abiannangka Kaja.
Religius berarti keseluruhan nilai yang
besifat keagamaan dan yang berkenaan dengan c. Implikasi Komunikasi Transendental
kepercayaan agama (Roibin, 2009: 75). Dapat terhadap Budaya
disederhanakan religius adalah sikap dan Budaya merupakan hasil cipta, karya dan
perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran karsa manusia yang lahir atau terwujud setelah
agama yang dianutnya, menjaga hubungan baik diterima oleh masyarakat atau komunitas
dengan agama lain serta berhubungan harmonis tertentu serta dilaksanakan dalam kehidupan
dengan pemeluk agama lainnya. pementasan sehari hari dengan penuh kesadaran tanpa
Tari Sang Hyang Legong Keraton Lasem adalah pemaksaan dan ditransmisikan pada generasi
bentuk kepercayaan warga masyarakat dengan selanjutnya secara bersama (Fathurrohman

150
Putra, etc ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 02 (2021) 144-152

2015: 48). Sama halnya dengan kesenian, budaya ini dilaksanakan rutin setiap upacara tumpek
juga erat kaitannya dengan agama. Agama Hindu wayang serta kepercayaan masyarakat dengan
khususnya yang berada di Bali melaksanakan pementasan tari legong ini merupakan wujud
ajaran agama dengan mengikutsertakan budaya terima kasih kepada Tuhan. Bentuk komunikasi
di dalamnya, yang mengakibatkan agama dan transendental dalam pementasan tari legong ini
budaya sulit dipisahkan satu sama lainnya. ada dua yaitu komunikasi verbal dan nonverbal.
Melibatkan seni tari dalam sebuah upacara Dalam komunikasi verbal menggunakan
mengakibatkan tari dalam hal ini termasuk nyanyian sang hyang dedari, mantra serta
budaya akan terjaga keberadaannya. sesontengan. Dalam komunikasi nonverbal
menggunakan sarana banten dan gerakan tari.
d. Implikasi Komunikasi Transendental Selanjutnya implikasi komunikasi transendental
terhadap Ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan masyarakat berupa implikasi
Konsep ajaran Hindu bahwa kebahagiaan pada kehidupan religius ditunjukan dengan
hanya terwujud jika adanya hubungan yang meningkatnya sradha bhaktu kepada Ida Sang
harmonis antara manusia dengan Tuhan, Hyang Widhi Wasa, implikasi pada kehidupan
manusia dengan manusia, dan manusia dengan sosial ditunjukkan dengan terpeliharanya
alam. Ajaran ini disebut Tri Hita Karana atau tiga hubungan baik antar warga, implikasi terhadap
faktor penyebab terwujudnya kebahagian budaya ditunjukkan dengan terjaganya budaya
(Wiana, 2004: 141). Bentuk ajaran tri hita karana dalam hal ini tari dan tabuh dan implikasi
di Desa Kesiman Petilan khususnya di Banjar terhadap ajaran tri hita karana tidunjukkan
Abiannangka Kaja adalah pelaksanaan upacara dengan terjaganya hubungan anatar manusia
tumpek wayang yang didalamnya terdapat dengan Tuhan, manusia dengan manusia serta
pementasan Tari Sang Hyang Legong Keraton manusia dengan lingkungan sekitar.
Lasem yang berlandaskan atas kerangka dasar
agama Hindu yaitu Tattwa, Etika dan Upacara.
Dalam pengamalan parhyangan adalah DAFTAR PUSTAKA
pementasan tari legong ini adalah cara Wiana, I Ketut, 2006. Beragama Bukan Hanya di
berkomunikasi dengan Tuhan yang sekaligus Pura, Denpasar : Yayasan Dharma Naradha
menjaga hubungan antara manusia dengan Muhammad Fathurrohman. 2015. “Budaya
Tuhan. dalam pengamalan pawongan terjadi Religius dalam Peningkatan Mutu
ketika interaksi antar warga yang secara Pendidikan: Tinjauan Teoritik dan Praktik
langsung menjaga hubungan antar sesama Kontekstualisasi Pendidikan Agama Islam di
manusia. Terakhir adalah pengamalan Sekolah”. Yogyakarta: Kalimedia
palemahan terjadi ketika melakukan
pemeliharaan lingkungan sekitar seperti area Roibin. 2009. “Relasi Agama dan Budaya
banjar serta membersihkan area pura atau yang Masyarakat Kontemporer”. Malang: UIN
sering disebut mereresik. Maliki Press.
Bandem, I Made, 1997. Ensiklopedi Musik dan
SIMPULAN Tari Daerah Bali Denpasar: Proyek
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan
ditarik beberapa kesimpulan yaitu eksistensi Daerah Departemen Pendidikan dan
Tari Sang hyang Legong keraton Lasem bisa Kebudayaan.
terjaga sampai saat ini karena pementasan tari

151
Putra, etc ANUBHAVA: Jurnal Ilmu Komunikasi Hindu Vol. 01 No. 02 (2021) 144-152

Jazuli, M. 2016. “Peta Dunia Seni Tari”.


Sukoharjo: CV. Farishma Indonesia.
Yudabakti, I Made dan Watra, I Wayan. 2007.
“Filsafat Seni Sakral dalam Kebudayaan
Bali”. Surabaya: Paramitha.
Deddy Mulyana. 2001. “Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar, Cet. XIV”. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Suranto, Aw. 2011. Komunikasi Interpersonal.
Yogyakarta : Graha Ilmu

152

You might also like