Professional Documents
Culture Documents
Diagnosis Dan Tatalaksana Vertigo (Xii Mipa 8)
Diagnosis Dan Tatalaksana Vertigo (Xii Mipa 8)
KARYA TULIS
Oleh :
1. Pingkan Nilasari
2. Sifa Maulida Khasanah
Program : IPA 8
TAHUN 2022/2023
1
NOTA PEMBIMBING
Ahmad Minan,Lc,M,Si
Pembimbing Karya Tulis
Madrasah Aliyah Raudlatul Ulum
Nota :Dinas
Lamp :1 ekslempar
Hal :Karya Tulis
Kepada Yth.
Kepala Madrasah Aliyah
Raudlatul Ulum
Guyangan Trangkil Pati
Ditempat
Assalamualaikum wr.wb
Setelah membaca, meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya,maka kami pembimbing
berpendapat bahwa karya tulis saudari,
Nama : 1. Pingkan Nilasari
2. Sifa Maulida Khasanah
2
PERSETUJUAN
Karya Tulis yang berjudul “DIAGNOSIS DAN TATLAKSANA VERTIGO” yang ditulis
oleh :
Telah diperbaiki dan disetujui oleh Guru Pembimbing untuk selanjutnya diuji dan
disidangkan di depan Dewan Penguji Karya Tulis Kelas XII Madrasah Aliyah
Raudlatul Ulum Tahun Pelajaran 2022/2023.
Mengetahui,
3
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Kelas XII Aliyah Raudlatul Ulum
Tahun Pelajaran 2022/2023.
Pada Tanggal 31 Maret 2023
Tim Penguji
Ketua, Sekretaris,
Penguji 1 Penguji 2
Masru’ah, S.PI, M.Pd Mahmudi, S.Kom
Mengetahui,
Kepala MA Raudlatul Ulum
Drs. H. Najib, M. Ag
NIP. 196407101994031004
4
MOTTO
ش ْفنَا َما ٖبه ْمن ضَرو َٰا َ ٰتيْن َهاْهَلهََ وم َْثَل ْهم َمع ْهم َْر َحمَة ْمن ع َْندنَاََ وذ ٰ ْكرى َْللعٰبد ْي َن
َ فاسََ ت َج ْبنَاَل َهفَك
ْ ََ(84
Artinya:
83)Dan (ingatlah kisah) Ayub , ketika dia berdoa kepada Tuhannya , “(Ya Tuhanku), sungguh, aku
telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.”
84) Maka Kami kabulkan (doa)nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan
keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk
5
PERSEMBAHAN
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis haturkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, hidayat dan inayah sehingga karya tulis ini dapat terealisasikan dengan baik.
Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
mengajarkan syariat islam kepada umatnya.
Tugas ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Madrasah Aliyah Raudlatul Ulum
sekaligus memberikan gambaran tentang bagaimana peranpesantren dalam
memajukan pendidikan.
Karya tulis ini tidak akan terealisasikan tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Oleh
karenanya, penulis mengunhkapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs.KH.M.Najib Suyuthi,M.Ag. Pembina yayasan sekaligus Kepala Madrasah
Aliyah Raudlatul Ulum Guyangan Trangkil Pati.
2. Bapak KH.Faruq Suyuthi selaku bendahara Yayasan Pendidikan Raudlatul Ulum
Guyangan Trangkil Pati
3. Bapak Ahmad Minan,Lc.M.Si selaku pembimbing dalam penulisan dan penyusunan
karya tlis ini.
4. Ibu Masru’ah,S.Pi,M.Pd. selaku wali kelas XII MIPA 8.
5. Bapak dan Ibu guru yang mengajar di Madrasah Aliyah Raudlatul Ulum.
6. Ayah dan Ibu penulis yang senantiasa mendukung penulis.
7. Teman – teman yang senantiasa mendukung penulis.
8. Serta pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar karya tulis ini menjadi
lebih baik.
Guyangan
Penulis
7
DAFTAR ISI
JUDUL I
PENGESAHAN .............................................................................................................. IV
MOTTO .......................................................................................................................... V
PERSEMBAHAN ........................................................................................................... VI
ABSTRAK...................................................................................................................... X
BAB V PENUTUP.......................................................................................................... 17
5.1 KESIMPULAN .................................................................................................. 17
5.2 SARAN .............................................................................................................. 17
KATA PENUTUP........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19
LAMPIRAN ................................................................................................................... 20
8
DAFTAR GAMBAR
4.A Tes Dix – Hallpike ................................................................................................... 12
9
ABSTRAK
Vertigo merupakan suatu kumpulan gejala yang terjadi akibat gangguan pada sistem
keseimbangan.Pada gejala vertigo ditemukan keluhan berupa rasa berputar, rasa
ditarik, atau didorong menjauhi bidang vertikal.Seseorang yang mengalami vertigo
akan mempersepsikan suatu gerakan yang abnormal atau suatu ilusi berputar.Vertigo
dapat berlangsung sementara berjamjam.Pendekatan diagnosis vertigo dapat
dilakukan dengan pemeriksaan fisik, anamnesis yang terinci, dan pemeriksaan
penunjang.Pemeriksaan fisik dapat dilakukan antara lain, tes komberg, tes romberd
dipertajam, tandem gait, tes fukuda, past pointing, head thrust test, dan pemeriksaan
nistagmus.Penatalaksanaan vertigo terdiri dari tatalaksana farmakologi, tatalaksana
non farmakologi,dan operasi. Tatalaksana non farmakologi terdiri dari empat jenis
manuver yang dapat dilakukan sendiri di rumah, diantaranya manuver
semont,manuver epley,Lempar roll manuver dan Brand Daroff exercise
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pada masa sekarang, banyak kita jumpai orang yang mengeluh pada gangguan sakit
kepala. Pada umumnya sakit kepala terjadi hanya sebentar saja, hari ini sakit kepala dan
besok sembuh.
Ada beberapa macam sakit kepala, salah satunya yaitu vertigo. Vertigo adalah suatu
perasaan seolah – olah tubuh penderita bergerak atau berputar – putar, puyeng atau seolah
– olah benda disekitar penderita bergerak atau berputar dan biasanya disertai mual,
muntah, dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bukanlah penyakit, melainkan sebuah
gejala, yang mana gejala ini tidak hanya menyerang pada orang tua, melainkan juga yang
mengalaminya.
Penyebab terjadinya vertigo pada umumnya karena adanya gangguan keseimbangan pada
sistem vestibular ataupun gangguan pada sistem syaraf pusat. Sistem vestibular sendiri
bertugas untuk menjaga agar suatu objek tetap focus sebagai penglihatan utama ketika
tubuh bergerak. Selain itu, gejala ini juga disebabkan krena penurunan suplai oksigen ke
otak, yang bisa menyebabkan kepala terasa ringan dan merasa seperti akan jatuh atau
pingsan.
Untuk mengetahui lebih lanjut, si penderita perlu melakukan pendekatan klinis terhadap
keluhan yang di alami, untuk dapat didiagnosis dan diberikan penatalaksanaan lebih lanjut
untuk mengenal gejala ini. Tata laksana vertigo terbagi menjadi tatalaksana non
farmakologi, farmakologi, dan operasi. Tatalaksana non farmakologi dapat dilakukan
dengan pembeian terapi. Untuk farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian obat –
obatan. Sedangkan operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV yang telah menjadi kronik
dan sangat sering mendapat serangan BPPV yang hebat.
1
a.) Untuk mengetahui pengertian vertigo.
2
BAB II
Vertigo merupakan sebuah gejala dari gangguan koordinasi tubuh dan bukan merupakan
sebuah penyakit. Vertigo bisa berlangsung hanyan beberapa saat atau bisa berlanjut sampai
beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring, tetapi
vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali. Pada umumnya
orang membahasakan vertigo dengan istilah pusing tujuh keliling (dr. Iskandar Junaidi,
2021 : 75).
Sebelum memulai pengobatan, harus ditentukan sifat dan penyebab dari vertigo diperlukan
anamnesis yang cermat dengan tujuan agar diagnosis dan terapi dapat dipilih secara tepat.
Pengamatan klinis yang terarah sangat diperlukan untuk membedakan jenis vertigo sentral
atau perifer (Sri Sutarni, Rusdy Ghazali, Abdul Gofir, 2018 : 2019).
Pengobatan vertigo sangat tergantung dari penyebab dan ditujukan agar secepat mungkin
mengurangi gejala. Terapi yang diberikan dapat berupa obat, fisioterapi, dan psikoterapi.
Pada beberapa kasus yang jarang mungkin dibutuhkan pembedahan.
Diagnosis merupakan tindakan pengobatan yang harus ditentukan sifat dan penyebab dari
vertigo, yang dapat ditentukan sifat dan penyebab dari mata yang abnormal, seperti
nistagmus atau juling, yaitu gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan, atau dari atas ke
bawah. Arah dari gerakan tersebut, bisa membantu dalam menegakkan diagnosis.
Sedangkan untuk menguji keseimbangan, penderita diminta berdiri dan berjalan dalam satu
garis lurus, awalnya dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup (dr. Iskandar
Junaidi, 2021 : 81).
Tatalaksana adalah cara mengurus (menjalankan dan sebagainya) suatu perusahaan dan
sebagainya (Drs. Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih, 2020 : 535). Tatalaksana vertigo
terbagi menjadi tatalaksana non farmakologi, farmakologi, dan operasi. Tatalaksana non
farmakologi dapat dilakukan dengan pemberian terapi. Tatalaksana farmakologi dapat
dilakukan dengan pemberian obat – obata. Operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV
yang telah menjadi kronik dan sangat sering mendapat serangan BPPV yang hebat
(Setiawati dan Susiati,2016 dalam Amin dan Lestari,2020 : 23-24).
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktik, yang digambarkan
sebagai rasa berputar, rasa oleng, tidak stabil (giddiness, usteadiness) atau rasa pusing
(dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan dengan
nyeri kepala atau sefalgia, terutama karena dikalangan awam kedua istilah tersebut (pusing
3
dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian (Wreksoatmodjo, 2004 dalam Sri
Sutarni, Rusdy Ghazali, Abdul Gofir, 2018 : 1)
4
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah cara ilmiah (rasional, empiris, dan sistematis) yang
digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu untuk melakukan penelitian (Sujarweni, 2022).
Sifat penelitian ini adalah deskriptof, yakni penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai masing – masing variabel, baik satu variabel atau lebih, sifatnya independen tanpa
membuat hubungan mauoun perbandingan variabel yang lain (Sujarweni, 202).
Penelitian ini merupsksn jenis penelitian kualitatif dengan kegiatan “studi dokumen atau
teks”, yaitu dengan cara mencari bahan dokumenter yang tertulis yang bisa berupa buku –
buku, tek, surat kabar, majalah, dan sejenisnya. Bahan juga dapat berasal dari pikiran
seseorang yang tertuang di dalam buku atau naskah – naskah yang terpublikasi (Sujarweni,
2022)
Penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode studi dokumen, sehingga
sumbernya dari buku – buku, catatan harian, surat, arsip foto, hasil rapat, dan sebagainya.
Sehinggs bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi di masa silam.
Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder
1. Data Primer
Data primer adalah data pokok penelitian, yaitu data yang diperoleh dari buku utama, yaitu
: (1) Bunga Rampai Vertigo (Sri Sutarni dkk) Yogyakarta, Gadjah Mada University Press,
2019. (2) Pedoman Tata Laksana Vertigo (PERDOSSI) Jakarta, PERDOSSI, 2012. (3)
Mencegah & Mengatasi Sakit Kepala (dr.Iskandar Junaidi) Yogyakarta, Rapha Publishing,
2021.
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data – data pendukung atau pelengkap penelitian, yaitu : (1) Jurnal
Benign Paroxysmal Position Vertigo (BPPV) (Alifia Firdausi). (2) Jurnal Pengalaman
Pasien Vertigo Di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur (Muhammad Amin & Yurike
Ade Lestari). (3) Kamus Besar Bahasa Indonesia (Suharso dan Retnoningsih) Jakarta,
2020.
(Sujarweni, 2022) mengatakan, menurut mudjiardarjo, analisis data adalah sebuah kegiatan
untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, member kode atau tanda, dan
mengategorikan sehingga diperoleh suatu teman atau masalah yang ingin dijawab. Menurut
5
Miles (1994) dan Faisal (2003), proses pengumpulan data dengan alur tahapan sebagai
berikut :
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data terperinci. Laporan yang disusun
berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal – hal yang penting
mempermudah peneliti untuk mencari data sebagai tambahan atas data sebelumnya yang
diperoleh jika diperlukan.
2. Penyajian Data
Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan dan dibuat dalam matriks
sehingga memudahkan penelitian untuk melihat pola – pola hubungan suatu data dengan
data lainnya.
3. Penyimpulan dan Verifikasi
Data yang sudah direduksi dan disajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan
sementara diverifikasi. Teknik verifikasinya yaitu triangulasi sumber data dana metode,
diskusi teman sejawat, dan pengecekan anggota
4. Kesimpulan Akhir
Kesimpulan akhir diperloeh berdasarkan kesimpulan sementara yang diverifikasi. Kesimpulan final
ini diharapkan dapat diperoleh setelah pengumpulan data selesai.
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 Apa yang dimaksud dengan vertigo?
Vertigo adalah suatu perasaan seolah-olah tubuh penderita bergerak atau berputar-
putar,puyeng,atau seolah-olah benda disekitar penderita bergerak atau berputar,dan biasanya
disertai dengan mual,muntah,dan, kehilangan keseimbangan (Junaidi,2021:75)
4.1.2 Bagaimana meninjau diagnosis pada vertigo? Pendekatan diagnosis vertigo
memerlukan:
a) Anamnesis yang terinci
b) Pemeriksaan fisik
c) Pemeriksaan penunjang
Pengertian vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh
atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul terutama dari sistem
otonom, yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit.(Misbach dkk,2006 dalam Sutrni dkk,2019:1)
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya. Yang mana persepsi gerakan bisa berupa (1)Rasa berputar, atau disebut
vertigo vestibular yang timbul pada gangguan sistem vestibular,(2)Rasa goyang,
melayang, mengambang, yang disebut vertigo nonvestibular, yang timbul pada
gangguan sistem propriseptif atau sistem visual.(PERDOSSI,2012:47).
Dengan demikian, vertigo bukan suatu gejala pusing berputar saja, tetapi
merupakan suatu kumpulan gejala atau satu sindrom yang terdiri dari gejala somatik
7
(nistagmus,unstable), otonomik (pucat,peluh dingin,mual,dan muntah), pusing dan
gejala psikiatrik. Dizzines lebih mencerminkan keluhan rasa gerakan yang umum,
tidak spesifik , rasa goyah, kepala ringan, dan perasaan yang sulit dilukiskan sendiri
oleh penderitanya. Pasien sering menyebutkan sensasi ini sebagai nggliyer.
Sedangkan giddines berarti dizzinesa atau vertigo yang berlangsung
singkat.(PERDOSSI,2000 dalam Sutarni dkk,2019:1)
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang
(PERDOSSI,2012:199)
Berikut pembahasan dari diagnosis diatas
a. ANAMNESIS YANG TERINCI
Anamnesis memegang peranan sangat penting untuk diagnosis vertigo. Kasus vertigo perifer
biasanya beronset akut dan sering memerlukan penanganan segera, sedang pada vertigo
tipe sentral perlu diketahui dan dieksplorasi faktor resikonya. Hal-hal penting yang perlu
ditanyakan dalam menentukan diagnosis sindrom vestibular yang bermanifestasi sebagai
vertigo atau dizzines adalah :
(Sutarni dkk,2018:30)
1. Deskripsikan secara jelas keluhan pasien. Kadang kala pasien mengeluh pusing.
Pusing yang dikeluhkan ini dapat berupa sakit kepala,rasa bergoyang, pusing
berputar,rasa tidak stabil atau melayang.
1. Pusing berputar
2. Rasa goyang/melayang
1. Periodik
2. Kontinu
8
1. Perubahan gerakan kepala atau posisi
3. Suara
6. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendengaran seperti: tinitus atau tuli
(PERDOSSI,2012:199-200)
b. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital
3. Pemeriksaan neurologi
1. Tes komberg
9
a. Pemeriksaan berada dibelakang pasien
10
- Jika dalam keadaan mata terbuka pasien sudah jatuh
menandakan kelainan serebelum
4. Tes fukuda
d. Setelah itu dilakukan dengan cara yang sama dengan mata tertutup
11
e. Pada kelainan vestibular ketika mata tertutup maka jari pasien
akan deviasi kearah lesi
7. Pemeriksaan nistagmus
Pada pemeriksaan ini terdapat beberapa cara dan salah satunya yaitu Tes Dix-
Hallpike, yaitu dengan cara: kepala pasien diminta untuk berbalik 45 derajat
secara horizontal berhadapan dengan penguji dalam posisi duduk,lalu pasien
mulai dengan cepat berada dibawah dengan kepala menggantung ditepi meja
sekitar 30 derajat horizontal kebawah. Penguji diminta untuk mengamati
apakah pasien memiliki vertigo dan mengamati nystagmus kanalis pasterior
kanan. Apabila terdapat hasil yang positif yakni berupa keterlibatan
nystagmus kanalis pasterior kanan,maka akan ada getaran dan torsi kearah
kanan (Priyono dan Nusadewiarti,2020 dalam firdiansari,2022)
12
3. Pasien berubah posisi dari duduk menjadi posisi terlentang dengan
kepala menggantung dibawah ujung atas meja pemeriksaan dengan
berputar 20 derajat (C)
a. Pemeriksaan penunjang
2. Pemeriksaan
CT scan IMRI pada kasus stroke, infeksi, dan tumor. (PERDOSSI,2012 dalam Sutarni
dkk ,2019: 29-34)
B. Tatalaksana Farmakologi
C. Operasi
13
4.B MANUVER SEMONT
14
kembali ke posisi awal dengan cepat dan secara cepat pasien ditegakkan.
15
Apabila vertigo karena infeksi telinga (misalnya atitis media,
labirintis) yang disebabkan oleh bakteri dapat dierapi menggunakan antibiotic.
Infeksi telinga kronik dapat menggunakan metode pembedahan miringotomi.
BPPV yang tidak menunjukkan perbaikan dengan reposisi kanalit dapat di
terapi dengan pemberian meklizin. Namun, meklizin dapat menyebabkan rasa
kantuk, mulut kering, dan penglihatan kabur. Jika meklizin tidak efektif,
benzodiazepine seperti klonozepam dapat digunakan, antihistamin seperti
prometain juga dapat diberikan. Prometazin dapat menyebabkan kantuk, lelah,
sulit tidur, dan gemetaran (tremor).
Vertigo akibat penyakit meniere dapat diatasi dengan diuretika dan
mengurangi asupan garam. Kortikosteroid dapat diberikan pada awal penyakit
untuk mengurangi peradangan dan menstabilkan pendengaarn. Antibiotik
dapat diberikan secara langsung ketelinga tengah (dengan teknik perfusi
intratimoanik) untuk mengobati vetigo yang disebabkan oleh penyakit
meniere. Gangguan pembuluh darah otak, tumor, maupun multiple sclerosi
dapat diupayakan penyembuhannya dengan menggunakan obat, radiasi,
maupun pembedahan. (Junaidi, 2018 : 84 – 85)
4.2.3.3 Operasi
Operasi dapat dilakukan pada pasien BPPV yang telah menjadi kronis
dan sangat sering mendapat serangan BPPV yang hebat, bahkan setelah
melakukan maneuver – maneuver yang telah disebutkan sebelumnya. Dari
literatur dikatakan indikasi untuk melakukan operasi adalah pada intractable
BPPV, yang biasanya mempunyai gambaran klinis penyakit neurologi
vestibular, tidak seperti BPPV biasa (Purnamasari dalam Sutarni dkk, 2019 :
58).
Terdapat dua pilihan intervensi dengan teknik operasi yang dapat
dipilih, yaitu singular neurektomi (transeksi saraf ampula posterior) dan oklusi
kanal posterior semisirkuler. Namun, lebih dipilih teknik dengan oklusi karena
teknik neurektomi mempunyai risiko kehilangan pendengaran yang tinggi
(Purnamasari dalam Sutarni dkk, 2019 : 58).
16
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penyusunan karya tulis ini dapat disimpuljan sebagai berikut :
a. Vertigo adalah suatu kumpulan gejala yang terjadi akibat gangguan pada system
keseimbangan, dimana penderita merasa seolah – olah tubuhnya bergerak atau
berputar – putar, puyeng, atau seolah – olah benda di sekitarnya bergerak atau
berputar dan biasanya disertai dengan mual, muntah, dan kehilangan keseimbangan.
b. Diagnosia vertigo meliputi 3 hak yakni : 1) anamnesis yang terperinci, 2) pemeriksaan
fisik dan 3.) pemeriksaan penunjang.
c. Tatalaksana vertigo terbagi dalam 3 cara yakni : 1) Tataalksana farmakologi 2)
Tatalaksana non farmakologi dan 3) operasi.
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, oenulis mempunyai saran sebagai berikut :
a. Hendaknya pemerintah mengadakan sosialisasi atau penyuluhan tentang definisi
vertigo kepada remaja supaya para remaja bisa memahami tentang vertigo. Serta para
remaja penting untuk mengetahui diagnosis dan penatalaksanaannya, sehingga dapat
terhindar dari vertigo.
b. Diharapkan bagi seseorang yang merasa mengalami gejala seperti penjelasan diatas,
sebaiknya sesegera mungkin melakukann diagnosis, yang dapat dilakukan dengan
anamnesis yang terperinci, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
c. Diharapkan bagi seseorang yang sudah didiagnosis gejala vertigo hendaknya sesegera
mungkin melakukan penatalaksanaan yang disarankan oleh dokter yang meliputi
tatlaksana farmakologi, tata laksana non farmakologi, dan operasi agar bisa mencapai
hasil yang maksimal.
17
KATA PENUTUP
Meskipun dengan tertatih-tatih. Alhamdulillah penulis karya tulis ini akhirnya selesai.
Tentu saja masih terlampau jauh untuk dapat disebut cukup, walaupun telah diusahakan
dengan kemampuan yang maksimal. Namun demikian, Karya tulis yang sederhana ini,
diharapkan akan ada manfaatnya. Terutama bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang
diagnosis dan tatalaksana vertigo, mudah-mudahan Karya tulis ini bisa digunakan sebagai
pembawa jalan.
Dengan selesai penulisan karya tulis ini, bukan berarti bahwa semua penjelasan
tentang diagnosis dan tatalaksana vertigo telah lengkap termuat didalamnya. Masih banyak
penjelasan yang belum dituturkan. Oleh karena itu, alangkah baiknya para pembaca
menambah referensi dan sumber yang lain yang lebih rinci. Jika ada keterangan yang dirasa
janggal atau keliru,maka jelas merupakan kekurangan penulis sendiri. Karnanya, teguran dan
pembetulan dari pembaca dari pembaca yang lebih ahli, sangatlah dinanti.
18
Perihal : Proposal pengajuan judul karya tulis
Kepada Yth
Bapak kepala MA Raudlatul Ulum
Guyangan Trangkil Pati
Assalamualaikum wr.wb
Besar harapan kami kepada Bapak,kami sampaikan terima kasih dan jazakumullah khairr al-
jaza’aamiin
Waalaikumslam wr.wb
Guyangan,03 Agustus 2022
Pemohon I Pemohon II
19
DAFTAR PUSTAKA
Sutarni,S , Malueka,R,G , Gofir,A. 2019. Bunga Rampai Vertigo. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Kelompok Studi Verio, PERDOSSI. 2012. Pedoman Tata Laksana Vertigo. Jakarta : PERDOSSI.
Junaidi,I . 2021. Mencegah & Mengatasi Sakit Kepala. Yogyakarta : Rapha Publishing.
Amin,M & Lestari,Y,A. 2020. Pengalaman Pasien Vertigo Di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar
Timur. Jurnal Kesmas Asclepius, 2(1), 22 – 32.
Firdiansari,A . 2022. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). Jurnal syntax Fusion, 2(2),
189 – 195.
Suharso & Retnoningsih,A . 2020. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang : Widya Karya.
20