You are on page 1of 14

ABSTRACT

University of Muhammadiyah Yogyakarta

Faculty Of Social and Political Sciences

Departement Of Communication Studies

Concentration Broadcasting

Caesarean Titania Tri Wityasari

“A MORAL MESSAGE IN THE FILM A TITLE THE PURSUIT OF HAPPYNESS


(“Qualitative Content Analysis of the Moral Message in the film The Pursuit Of
Happyness by Gabriele Muccino”)”

Thesis Year: 2022 + 87 Pages + 24 Tables

Bibliography: 21Books + internet searching

The qualitative analysis method uses Roland Barthes's semiotic study approach which
tells about three concepts, connotative and denotative. Qualitative Approach is a process of
research and understanding based on methodology that investigates the phenomenon of social
and human problems. In this approach, the researcher makes a complex picture, checks the
words, completes the report on the analysis of the film text being studied. The aim of this
research is to find out the sign in denotative and connotative, about the struggle of a father in
The Pursuit Of Happyness. The main source of this primary data is the film The Pursuit Of
Happyness which has 132 scenes and has a duration of 1 hour 27 minutes. There are 22 scenes
that show the relationship of a father as a single parent and child, in which the researcher uses
duration to examine the film The Pursuit Of Happyness. The results of the research in
denotative sign is the struggle of a father in The Pursuit of Happyness, it can be seen that Chris
Gardnes is symbolized as a father who has a tough character, who keeps trying to pursue
happiness for his child. to support her life and to pursue happiness for her child. Furthermore,
on the connotation sign, we can see that the struggle of a father in The Pursuit Of Happyness,
this sign can be seen from Chris's character that Chris is trying to fight, in every scene like
when he runs because he doesn't pay for a taxi, trying to convince the landlord not to being
kicked out of his rented house, advising his son, and in the end he achieves success as he finally

1
gets a job in one of the companies he wanted. The conclusion of this study is that the moral
message in The Pursuit Of Happyness is identified as a moral message which means
responsibility, fighting spirit and effort, self-motivation and happiness from the role of a father
as a single parent.

Keywords: Content analysis, Qualitative, Rolands Barthes Semiotics, The Pursuit Of Happyness
Film

A. Latar Belakang

Film karya Gabriele Muccino yang di produksi oleh perusahaan film Columbia
Picture dari Amerika Serikat yang berjudul The Pursuit Of Happyness dalam tulisan ini
adalah sebuah film yang menceritakan sebuah kisah nyata perjalanan seorang ayah dan
anaknya dalam menempuh pahit getirnya kehidupan hingga akhirnya hidup
berkecukupan sebagai multimilionaire stockbroker di pasar saham. Film-film yang di
produksi oleh perusahaan film amerika memang sudah banyak mengangkat film yang
berbau kehidupan kaum muda era sekarang ini, akan tetapi yang menarik di dalam cerita
film ini adalah peran seorang ayah yang dimana berkat kegigihan hati dan kesabaran
seorang ayah demi kebahagiaan anaknya yang akhirnya menjadi sumber kekuatan
tersendiri.

The Pursuit Of Happyness adalah film yang terinspirasi dari kisah nyata
kehidupan seseorang yang memiliki banyak nilai moral, pria yang berjuang untuk
mendapatkan kesuksesan, betapa seorang ayah mencintai anaknya, dan arti dari
kebahagiaan sejati dalam hidupnya. Film ini memiliki 5 pengaruh yang baik untuk
semua orang yang menonton film, dan dinominasikan dalam Phoenix Film Critics
Society Award 2006, MTV Movie & TV Award 2007, NAACP Image Award 2007,
Teen Choice Award 2007, dan ASCAP Film and Television Music Award 2007. Cerita
pada film ini pada hakikatnya menyampaikan pesan atau materi komunikasi. Salah satu
topik yang menarik untuk dianalisis oleh penulis menemukan pesan moral didalamnya.
Ternyata hanya film The Pursuit Of Happyness terlihat bagaimana pesan moral
dijelaskan secara jelas dari setiap isi cerita didalamnya, selain itu juga mengisahkan

2
1
semangat yang sangat luar biasa dari seorang ayah yang berusaha mengejar
kebahagiaan, untuk dirinya, anak laki-lakinya dan istrinya. Dalam kehidupan yang sulit,
tiap malam sang ayah yaitu Chris Gardner sering merenung kenapa dia dan keluarganya
tidak bisa bahagia, dan kenapa orang lain bisa bahagia dengan cara yang mudah
sedangkan dia harus berjuang demi mendapatkan kebahagian itu dengan susah payah.

Film The Pursuit of Happyness adalah film tahun 2006 yang disutradarai oleh G
abriele Muccino dan dibintangi oleh Will Smith sebagai Chris Gardner, seorang ayah tu
nggal yang berjuang untuk menciptakan hidup yang lebih baik untuk dirinya dan anakn
ya yang masih kecil. Film ini didasarkan pada kisah nyata dari perjalanan Gardner dari
kemiskinan hingga kesuksesan sebagai broker saham, dan dianggap sebagai film yang k
uat dan menyentuh yang memberikan pesan moral penting tentang tekad, keluarga, dan
harapan. Salah satu aspek paling unik dan menarik dari film ini adalah bahwa ini didasa
rkan pada kisah nyata. Perjalanan Chris Gardner dari kemiskinan hingga kesuksesan ada
lah kisah yang benar-benar luar biasa dan menyentuh, dan film ini berhasil menangkap e
sensi dari perjalanan tersebut dengan baik. Penggambaran film tentang kenyataan kemis
kinan dan kemiskinan juga sangat menyentuh dan mengejutkan, karena memberikan pa
ndangan tentang kesulitan yang dihadapi banyak individu dan keluarga setiap hari.

Berdasarkan latar belakang masalah dari cerita film tersebut, penulis tertarik untuk
meneliti pesan moral yang ada dalam film The Pursuit of Happyness dari beberapa
scene yang terlihat dari segi akting maupun segi dialognya yang teringkas sehingga
terjabarkan secara jelas. Analisis isi yang sifatnya kualitatif tidak hanya mampu
mengidentifikasi pesan-pesan manifest, melainkan juga latent messages dari sebuah
dokumen yang diteliti, sehingga lebih mampu melihat kecenderungan isi media
berdasarkan context (situasi yang sosial diseputar dokumen atau teks yang diteliti), proc
ess (bagaimana suatu proses produksi media atau isi pesannya dikreasi secara actual dan
diorganisasikan secara bersama) dan emergence (pembentukan secara gradual atau
bertahap dari makna sebuah pesan melalui pemahaman dan intepretasi) dari dokumen-
dokumen yang diteliti (Bungin, 2004 : 144-147)

3
1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

a. Bagaimana pesan moral yang terkandung dalam film The Pursuit Of Happyness?

b. Bagaimana Makna denotasi, konotasi serta mitos dalam film The Pursuit Of
Happyness?

C. Tujuan Penelitian

Merujuk pada pembahasan di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

a. Untuk mendeskripsikan pesan moral yang terkandung dalam film The Pursuit Of
Happyness

b. Untuk mengetahui denotasi,konotasi dan juga mitos dalam film The Pursuit Of
Happyness.

D. Manfaat Penelitian

a. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca dibidang moral
yang terkait masalah pesan moral pada film The Pursuit Of Happyness

b. Bagi kepentingan ilmiah, diharapkan penelitian ini akan menjadi sumbangan


pemikiran, wawasan dan penulisan penelitian selanjutnya.

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi para peneliti selanjutnya
yang akan melakukan penelitian yang terkait dengan judul penelitian ini.

E. Objek Penelitian

Objek pada penelitian ini adalah media komunikasi. Bentuk dari media komunikasi
pada penelitian ini adalah media audio visual yang meliputi suara (audio) dan gambar
(visual) yang merupakan suatu bentuk dari media komunikasi yang bisa didengar dan
dilihat, jadi untuk mengakses pesan informasi yang disampaikan harus menggunakan

4
1
indra pendengar dan juga indra penglihatan.
a. Suara (audio)
Suara adalah gelombang longitudinal hasil dari suatu getaran yang bisa
membangkitkan indera pendengaran.(Astuti, 2015: 89). Suara dimaknai sebagai
urutan gelombang tekanan yang merambat melewati media kompresibel seperti
air ataupun udara. Manusia mendengarkan bunyi ketika gelombang berbunyi,
yaitu getaran di udara atau medium lain sehingga sampai ke gendang telinga
manusia.
b. Gambar (visual)
Gambar adalah susunan kerangka yang mirip sesuatu yang menyerupai dengan
aslinya, berwarna dan bergerak. Gambar dapat memerankan sebuah perasaan
dan sebuah ekspresi dari si pembuatnya dengan karya seni. Gambar-gambar
yang terdapat pada sebuah sinetron maupun film merupakan suatu produksi dari
serangkaian kegiatan pengambilan gambar.
Objek penelitian yang digunakan peneliti adalah film The Pursuit Of Happyness,
disutradarai oleh Gabrielle Muccino dan dibintangi oleh pemeran utama oleh
Willy Smith yang mengisi suara sebagai Chris Gardner, Jarden Simth yang
mengisi suara sebagai Christoper Gardner dan Thandie Newton yang mengisi
suara sebagai Linda.

F. Sinopsis Film The Pursuit Of Happyness

Cerita film ini dimulai pada tahun 1981 di San Francisco, California.Linda dan
Chris Gardner hidup di sebuah apartemen kecil bersama anak mereka yang berusia 5
tahun, bernama Christopher. Chris adalah seorang salesman yang menghabiskan
seluruh tabungan keluarga untuk membeli franchise untuk menjual scanner tulang
(Bone Density Scanner) portable. Scanner ini memang mampu menghasilkan
gambar lebih baik dari X-ray, tetapi kebanyakan dokter yang ditemui Chris
beranggapan bahwa harganya terlalu mahal. Linda, istrinya, bekerja sebagai buruh
di sebuah laundry. Keluarga kecil ini mulai terpecah ketika mereka menyadari

5
1
bahwa mereka tak mampu membayar sewa rumah dan tagihan-tagihan yang
semakin menumpuk. Keadaan diperparah oleh kebiasaan Chris yang memarkir
mobilnya sembarangan. Karena tak mampu membayar surat tilang, mobil Chris
akhirnya disita. Mengalami kesulitan finansial, Linda yang bekerja di laundry,
mulai mengambil pekerjaan sampingan. Tapi kerja kerasnya itu tidak membuat
peruntungan keluarganya berubah. Dia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan
Chris dengan membawa sang anak, Christopher, yang masih berusia lima tahun.
Chris bersikeras bahwa dia bisa merawat Christopher selagi Linda bekerja di New
York.

Karakter utama dalam film ini, Chris Gardner, diinterpretasikan oleh Will Smith,
merupakan seorang single parent yang berjuang untuk menghidupi keluarganya dan
mendapatkan pekerjaan yang layak. Ia dihadapkan dengan berbagai rintangan
ekonomi dan sosial yang diakibatkan oleh statusnya sebagai orang kulit hitam dan
single parent. Namun, meskipun ia dihadapkan dengan berbagai kesulitan, ia terus
berjuang untuk mencapai sukses dan mencari jalan untuk menyediakan kebutuhan
keluarganya. Meskipun film ini tidak sengaja mengangkat tema mitos negara,
namun dengan mengambil latar belakang di San Fransisco pada tahun 1981 dan
mengangkat kisah seorang single parent yang berjuang untuk menghidupi
keluarganya dari komunitas Afrika-Amerika, film ini mungkin secara tidak
langsung memperkuat mitos negara yang ada pada saat itu. Namun, film ini juga
dapat dianggap sebagai upaya untuk membantah mitos negara tersebut dengan
menunjukkan bahwa orang kulit hitam juga dapat mencapai kesuksesan dan menjadi
produktif di tengah kondisi sosial dan ekonomi yang sulit.

Kehidupan keras Chris Gardner, ternyata sudah ia rasakan semenjak masih kecil,
ketika ia tinggal bersama ibunya, tanpa pernah melihat siapa ayahnya. Hal inilah
yang membuat dirinya berkeinginan kuat untuk tetap bersama anaknya, karena dia
telah mengambil keputusan di masa kecilnya, saat dia memiliki anak nanti, dia tidak
ingin anaknya tidak tahu siapa ayahnya seperti yang dia alami. Chris adalah seorang
yang selalu bekerja keras, bertanggungjawab dan optimis. Chris tidak menyalahkan

6
1
istrinya yang telah pergi meninggalkan dirinya dan anaknya, juga tidak tenggelam
dalam kesedihan akan keadaan yang terjadi, namun ia tetap bekerja keras untuk
menjual alat scan-nya. Setiap hari dia menitipkan anaknya Christopher ke tempat
penitipan anak, agar ia dapat fokus bekerja dan anaknya Christopher dapat mengerti
dan memahami keadaan mereka sekarang. Dalam keadaan putus asa, Chris tak
sengaja berjumpa dengan seseorang yang membawa Ferari warna merah. Chris
bertanya kepada orang itu, pekerjaan apa yang ia lakukan sehingga mampu membeli
mobil mewah. Orang tersebut menjawab bahwa ia adalah seorang pialang saham.
Sejak saat itu Chris memutuskan untuk berkarier sebagai pialang saham. Chris
menerima tawaran magang tanpa dibayar di sebuah perusahaan pialang Dean Witter
Reynolds yang menjanjikan pekerjaan bagi peserta magang terbaik. Chris pun
berhasil mengikuti wawancara kerja dan diterima dalam masa magang selama enam
bulan. Selama jangka waktu itu, dia tidak akan digaji.

Meskipun film "The Pursuit of Happyness" tidak sengaja mengangkat tema


mitos negara pada tahun 1981-2022, film ini mungkin mengandung beberapa
implikasi mitos negara yang ada di masyarakat pada saat itu. Mitos negara dapat
didefinisikan sebagai konsep yang dipercayai oleh masyarakat tentang karakteristik
atau perilaku suatu kelompok etnis tertentu, yang seringkali tidak didasarkan pada
fakta. Pada tahun 1981-2022, mitos negara yang umum adalah bahwa orang kulit
hitam lebih cenderung menjadi tidak produktif dan lebih cenderung mengalami
masalah sosial dan ekonomi dibandingkan orang kulit putih. Film ini mengambil
latar belakang di San Fransisco, California pada tahun 1981, yang merupakan masa
yang sulit bagi masyarakat Afrika-Amerika yang tinggal di kota tersebut. Pada masa
tersebut, tingkat kemiskinan yang tinggi dan tingkat pengangguran yang tinggi
dikalangan masyarakat Afrika-Amerika di kota tersebut.

Dari sinilah perubahan hidup yang dibuat oleh Chris setelah ia memutuskan untuk
berkarir sebagai pialang saham.Chris akhirnya menerima tawaran magang tanpa
dibayar di sebuah perusahaan pialang Dean Witter Reynolds. Dia bersama 19
peserta magang lainnya bersaing untuk menjadi satu orang yang akan dinyatakan

7
1
lulus dan bekerja di perusahaan tersebut. Selain harus belajar dan bekerja magang di
kantor Dean Witter, dia masih harus berusaha menjual alat scan yang tersisa untuk
dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan anaknya. Setiap hati Chris juga selalu
mengajak anaknya saat pulang dari magang dan menjemput Christoper anaknya di
penitipan anak, lalu ayah dan anak tersebut menjual scanner bersama-sama dan
setelah scanner tersebut terjual ia mengajak makan anaknya dikantin. Dalam masa
magang yang tak dibayar itu, Chris mulai kehabisan uang. Chris juga harus rela
kehilangan mobil dan juga apartemennya, akhirnya diusir dari rumah sewanya dan
menjadi tuna wisma. Selama beberapa hari ia tidur di tempat-tempat umum, namun
kemudian ia memutuskan untuk tidur di rumah singgah Glide Memorial Chruch.
Namun karena tempat terbatas, mereka pun harus berkejaran dengan waktu, untuk
bisa mendapatkan kamar. Dan apabila tidak berhasil, mereka pun harus tidur di luar.
Seorang Chris Gardner merupakan sosok ayah single parent yang luar biasa, ia bisa
mengurus anaknya disela-sela waktu kesibukannya tersebut. ia juga mengatakan ia
ingin sukses untuk kehidupan anaknya yang lebih baik dan usaha keras dari
perjuangan Chris Gardner akhirnya membuahkan hasil, hingga akhirnya ia berhasil
menjadi peserta magang terbaik dan diterima bekerja di Dean Witter Reynolds.
Beberapa tahun kemudian, ia mendirikan perusahaan pialang sendiri.
(https://www.imdb.com/title/tt0454921).

G. Pembahasan

Sesuai judul dari penelitian ini, maka pembahasan yang dilakukan yaitu Analisis
semiotika Roland Barthes pada film The Persuit of Happyness. Dalam film tersebut
terdapat tanda dan makna. Dari makna denotatif, konotatif dan mitos/ideologi yang ada
pada film berhasil diidentifikasi kemudian dianalisis dan memiliki maksud, arti tertentu,
serta makna tersembunyi yang mendalam. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik,
bisa dipersepsi indera kita, tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan
bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda.

Berkaitan dengan film yang sarat akan simbol dan tanda, maka yang akan menjadi

8
1
perhatian peneliti di sini adalah segi semiotikanya, dimana dengan semiotika ini akan
sangat membantu peneliti dalam menelaah arti kedalaman suatu bentuk komunikasi dan
mengungkap makna yang ada di dalamnya. Sederhananya semiotika itu adalah ilmu
yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda yang berada dalam film tentu saja
berbeda dengan format tanda yang lain yang hanya bersifat tekstual atau visual saja.
Jalinan tanda dalam film terasa lebih kompleks karena pada waktu yang hampir
bersamaan sangat mungkin berbagai tanda muncul sekaligus, seperti visual, audio, dan
teks. Begitu pun dengan tanda-tanda yang terdapat dalam film The Persuit of
Happyness.

Pembahasan ini peneliti membahas apa saja yang menjadi makna-makna yang
terdapat dalam sequence yang menjadi subjek penelitian yang mewakili tentang sImbol
yang akan dijelaskan melalui pembedahan makna denotatif, konotatif, serta
mitos/ideologi.

H. Kesimpulan

Analisis isi kualitatif adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi makna
dari teks atau bahan yang tidak dapat diukur secara kuantitatif. Dalam pembahasan ini,
analisis isi kualitatif digunakan untuk mengevaluasi film The Pursuit of Happyness dan
mengekstrak pesan moral yang terdapat dalam film tersebut. Metode analisis yang
digunakan adalah dengan mengevaluasi plot, karakter, dialog, dan estetika film serta
mengevaluasi pesan moral yang diusung oleh film. Dari hasil analisis ditemukan
beberapa kategori pesan moral seperti tanggung jawab, usaha, diri sendiri dan
kebahagiaan yang merepresentasikan pesan moral dalam lingkup kehidupan manusia.
Penelitian ini menunjukkan bahwa analisis isi kualitatif dapat digunakan sebagai metode
untuk mengevaluasi pesan moral yang disampaikan dalam film dan menyediakan
gambaran tentang bagaimana pesan tersebut diterjemahkan dalam film. Berlandaskan fo
kus peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka bisa disimpulkan hasil dari penelitian
tentang pesan moral pada film The Pursuit Of Happyness berdasarkan Analisis Semiotik
a Roland Barthes yang menjelaskan signifikasi dua tahap, maka dapat ditarik kesimpula

9
1
n sebagai berikut :

1. Film The Pursuit Of Happyness tidak hanya ingin menggambarkan tentang dunia p
endidikan saat ini, namun film The Pursuit Of Happyness ini memberikan pesan mo
ral tentang kehidupan saat ini. Pada film tersebut penelit melihat beberapa adegan di
dalam scene yang diteliti menggunakan durasi dan peneliti menyimpulkan bahwasan
nya ada 23 adegan dari 132 scene yang merepresentasikan pesan moral pada film ter
sebu. Peneliti telah menemukan serta mengklasifikasikan pesan moral yang terkand
ung pada film The Pursuit Of Happyness sebagai berikut: (a). Tanggung Jawab, (2).
Daya Juang dan Berusaha, (3). Motivasi Diri Sendiri, dan (4). Kebahagiaan
2. Hubungan kajian komunikasi terhadap pesan moral film The Pursuit Of Happyness t
erpresentasi sebagai pola komunikasi ayah dan anak, pola asuh terhadap anak dan p
eran single parent pada seorang ayah.

I. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti akan menyampaikan sara
n bahwa film merupakan realitas sosial yang terjadi dimasyarakat, maka dari itu diharap
kan membuat film dengan mengangkat tema-tema realitas yang sering terjadi dimasyara
kat agar masyarakat lebih peka terhadap lingkungan sosial dan membuat masyarakat ter
motiviasi dan mendapatkan pendidikan dari film tersebut. Selain itu, saran yang dapat di
berikan adalah agar industri film lebih mengedepankan pesan moral yang positif dalam
pembuatan film. Pesan moral yang positif dapat digunakan sebagai media untuk membe
rikan pendidikan moral kepada penonton, sehingga dapat membuat perubahan positif da
lam masyarakat Juga, dalam mengangkat tema-tema realitas sosial dalam film, peneliti
menyarankan agar tetap memperhatikan aspek-aspek sosial, seperti perspektif gender, et
nis, dan sosial ekonomi dalam pembuatan film, sehingga film dapat diterima oleh berba
gai kelompok masyarakat dan tidak mengabaikan sudut pandang mereka.

Selain itu, diharapkan agar industri film memperhatikan representasi karakter yang a
da dalam film, sehingga tidak memberikan kesan yang negatif terhadap kelompok masy

10
1
arakat tertentu. Seperti dalam kasus single parent seperti dalam film The Pursuit Of Hap
pyness, diharapkan juga memberikan gambaran yang positif dan realistis tentang peran
orang tua tunggal dalam mendidik anak. Saran lain adalah agar ada regulasi yang lebih
ketat dalam pembuatan film untuk mencegah film yang bersifat degradatif atau menyeb
arluaskan pesan moral yang negatif dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Athur Asa Berger, (2000). Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer,: Tiara Waca
na, Yogyakarta . h 55

Ayu Khairunnisa, (20200. Representasi Nilai-Nilai Karakter Masyarakat Minangkabau


Pada Film Surau Dan Silek, Universitas Medan

Cangara, Hafied, (2019). Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada


Depok. h 41

Effendy, Onong Uchjana. (2005). Komunikasi teori dan praktek. PT Remaja Rosdakary
a Bandung. h 9

Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala, (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Simbi
osa Rekatama Media, Bandung. h. 138.

Elvinaro Ardinato, Lukiati Komala, Siti Karlinah. (2017). Komunikasi Massa. Simbiosa
Rekatama Media. Bandung. h. 3.

Indiwan Seto Wahjuwibowo. (2018). Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi


Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Edisi 3. h. 8

11
1
Vera Nahrowi. (2015). Semiotika Dalam Riset Komunikasi. Cet. 2. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia. h. 3

Arif Budi Prasetya. (2018). Analisis Semiotika Film dan Komunikasi.


Malang.Intrans Publishing. h. 4

Danesi, Marcel, (2011). Pesan, Tanda,dan Makna. Jalasutra. Yogyakarta.

Darmastuti, Rini, (2007). Etika PR dan E-PR. Gava Media. Yogyakarta

Eriyanto, (2011). Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi
dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Kencana. Jakarta.

Fiske, J. 1996. Introduction to Communication Studies. Second edition.London & New


York: Rout Letge

Endang S, (1993). “Audience Research”: Pengantar Studi Penelitian Terhadap


Pembaca,Pendengar dan Pemirsa. Andy Offset, Yogyakarta.

Himawan Pratista, 2008. Memahami Film. Homerian Pustaka. Yogyakarta. h16-30.

Kees Bertens, (2013). Etika. PT Grahamedia Utama. h 2-6

Liliweri Alo (2017). Komunikasi Antar Personal. Jakarta: Prenada Media Grup. h. 34

Mulyana Dedy, (2005). Ilmu komunikasi:suatu pengantar. Remaja Rosdakarya. Bandun


g, h.75

Nahrowi Vera, (2015). Semiotika Dalam Riset Komunikasi,Cet. 2. Penerbit Ghalia


Indonesia. Bogor: h. 91

Nina. W. Syam, (2011). Psikologi Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, Simbiosa Rekatama

12
1
Media, Bandung. h. 35.

Onong Uchjana Effendy, (2003). Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Cipta Aditya
Bakti, Bandung. h.211.

Prasetyo, Arif Budi, (2009). Analisis Semiotika Film dan Komunikasi. Intrans
Publishing Malang.

Sobur Alex, (2001). Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Remaja Rosdakarya. Bandung

Sobur, Alex. (2013). Semiotika Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung:

Tarigan, Henry Guntur, (2009). Pengkajian Pragmatik. Bandung: Angkasa

Tri Astuti, 2015. “Buku Pedoman Umum Pelajaran Ripal”. Vicosta Publishing. Jakarta.
h 89.

Internet Searching:

https://www.kompasiana.com/juno_naro/5d929a4f097f3603e006d912/semiotika-
roland-barthes

http://kapanpunbisa.blogspot.com/2014/02/semiotika-roland-barthes.html

https://m.merdeka.com/columbia-pictures/profil

https://www.imdb.com/name/nm1535523/bio?ref=nm-ql-1

https://bacaterus.com/pemeran-the-pursuit-of-happyness/

https://id.quora.com/profile/Muhammad-Khoirul-Wafa

13
1
https://www.imdb.com/name/nm0000226/bio?ref=nmovbiosm

Wayan Widharma, 3 Jenis Film (Dokumenter, Fiksi, Eksperimental),


(www.csinema.com).

14
1

You might also like