You are on page 1of 8

PERAN AN LEUKOSI T SEBAGAI AN TI I N FLAM ASI ALERGI K D ALAM TUBUH

D r . ZUKESTI EFFEN D I

Ba gia n H ist ologi


Fa k ult a s Ke dok t e r a n
Unive r sit a s Sum a t e r a Ut a r a

PEN D AH ULUAN
Dewasa ini penyakit alergi sudah m erupakan penyakit dim ana para sarj ana
Kedokt eran t elah m engem bangkan, baik t erapi m aupun penelit ian- penelit ian t ent ang
perkem bangan, pencegahan dan pengobat an alergi m aupun penyakit - penyakit , yang
berhubungan dengan alergi.
Von Pirquet ( 1906) , m em perkenalkan ist ilah alergi unt uk suat u keaadaan
yang disebabkan oleh reaksi im unoligik spesifik. Yang dit im bulkan oleh allergen
sehingga pada um um nya dalam pert ahanan seluler dan hum oral organism e t erhadap
benda asing, leukosit sangat berperan.
Dengan berkem bangnya biologi m olekuler dewasa ini para ahli im unologi
m engungkapkan pada keadaan alergi akan dilepas m ediat or- m ediat or inflanlasi oleh
sel syst em im un. Dalam m enghadapi penyakit - penyakit yang didasari iflanlasi alergi,
sepert i asm a bronchial, rinit is alergika, derm at it is urt ikaria, alergi obat , alergi
m akanan m aupun alergi dari t oksin bakt eri yang m enyerang ginj al ( glom eruloneprit is
chronis yang disebabkan t oksin st ret ococus) , unt uk ini perlu penaganan yang serius.
Mediat or- m ediat or inflam asi yang dilepas akan m enyebabkan kont raksim ot ot polos,
m eningkat kan sekresi m ukos, m eningkat kan aliran darah, m eningkat kan perm ea
bilit as kapiler dan pengerahan sel- sel inflam asi, kesem ua kej adian ini disebut
“ inflam asi alergik" . Sel- sel darah yang berperan dalam kej adian inflam asi alergik ini
adalah sel darah put ih at au leukosit dengan t urunanya; neut rofil, basofil, aosinofil,
lim fosit , m ast osit m akrofag, sel plasm a, sel epit el dan lain- lain, akhir- akhir ini para
ahli m engungkapkan pula ket erlibat an m ediat or inflam asi TNF. Neuropept ida, I L- 2.

H ist ologi le uk osit


Leukosit adalah sel darah Yang m engendung int i, disebut j uga sel darah
put ih. Didalam darah m anusia, norm al didapat i j um lah leukosit rat a- rat a 5000- 9000
sel/ m m 3, bila j um lahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukosit osis,
bilakurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam m ikroskop cahaya m aka sel
darah put ih m em punyai granula spesifik ( granulosit ) , yang dalam keadaan hidup
berupa t et esan set engah cair, dalam sit oplasm anya dan m em punyai bent uk int i yang
bervariasi, Yang t idak m em punyai granula, sit oplasm anya hom ogen dengan int i
bent uk bulat at au bent uk ginj al. Terdapat dua j enis leukosit agranuler : linfosit sel
kecil, sit oplasm a sedikit ; m onosit sel agak besar m engandung sit oplasm a lebih
banyak. Terdapat t iga j enis leukosir granuler: Neut rofil, Basofil, dan Asidofil ( at au
eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinit as granula t erhadap zat warna net ral
basa dan asam . Granula dianggap spesifik bila ia secara t et ap t erdapat dalam j enis
leukosit t ert ent u dan pada sebagian besar precursor ( pra zat nya) .
Leukosit m em punyai peranan dalam pert ahanan seluler dan hum oral
organism e t erhadap zat - zat asingan. Leukosit dapat m elakukan gerakan am uboid
dan m elalui proses diapedesis lekosit dapat m eninggalkan kapiler dengan m enerobos
ant ara sel- sel endot el dan m enem bus kedalam j aringan penyam bung.
Jum lah leukosit per m ikrolit er darah, pada orang dewasa norm al adalah
4000- 11000, wakt u lahir 15000- 25000, dan m enj elang hari ke em pat t urun sam pai
12000, pada usia 4 t ahun sesuai j um lah norm al. Variasi kuant it at if dalam sel- sel

 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r a y 1


darah put ih t ergant ung pada usia. wakt u lahir, 4 t ahun dan pada usia 14 - 15 t ahun
persent ase khas dewasa t ercapai.
Bila m em eriksa variasi Fisiologi dan Pat ologi sel- sel darah t idak hanya
persent ase t et api j uga j um lah absolut m asing- m asing j enis per unit volum e darah
harus diam bil.

N e ut r ofil
Neut rofil berkem bang dalam sum - sum t ulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel-
sel ini m erupakan 60 - 70 % dari leukosit yang beredar. Garis t engah sekit ar 12 um ,
sat u int i dan 2- 5 lobus. Sit oplasm a yang banyak diisi oleh granula- granula spesifik
( 0; 3- 0,8um ) m endekat i bat as resolusi opt ik, berwarna salm on pinkoleh cam puran
j enis rom anovky. Granul pada neut rofil ada dua :
- Azurofilik yang m engandung enzym lisozom dan peroksidase.
- Granul spesifik lebih kecil m engandung fosfat ase alkali dan zat - zat bakt erisidal
( prot ein Kat ionik) yang dinam akan fagosit in.

Neut rofil j arang m engandung ret ikulum endoplasm a granuler, sedikit m it okonria,
apparat us Golgi rudim ent er dan sedikit granula glikogen. Neut rofil m erupakan garis
depan pert ahanan seluler t erhadap invasi j asad renik, m enfagosit part ikel kecil
dengan akt if. Adanya asam am ino D oksidase dalam granula azurofilik pent ing dalam
penceran dinding sel bakt eri yang m engandung asam am ino D. Selam a proses
fagosit osis dibent uk peroksidase. Mielo peroksidase yang t erdapat dalam neut rofil
berikat an dengan peroksida dan halida bekerj a pada m olekult irosin dinding sel
bakt eri dan m enghancurkannya.

Dibawah pengaruh zat t oksik t ert ent u sepert i st rept olisin t oksin st rept okokus
m em bran granula- granula neut rofil pecah, m engakibat kan proses pem bengkakan
diikut i oleh aglut ulasiorganel- organel dan dest ruksi neut rofil.
Neot rofil m em punyai m et abolism e yang sangat akt if dan m am pu m elakukan
glikolisis baik secara arrob m aupun anaerob. Kem am puan naut ropil unt uk hidup
dalam lingkungan anaerob sangat m engunt ungkan, karena m ereka dapat m em bunuh
bakt eri dan m em bant u m em bersihkan debris pada j aringan nekrot ik. Fagosit osis oleh
neut rfil m erangsang akt ivit as heksosa m onofosfat shunt , m eningkat kan
glicogenolisis.

EOSI N OFI L
Jum lah eosinofil hanya 1- 4 % leukosit darah, m em punyai garis t engah 9um
( sedikit lebih kecil dari neut rofil) . I nt i biasanya berlobus dua, Ret ikulum endoplasm a
m it okonria dan apparat us Golgi kurang berkem bang. Mem punyai granula ovoid yang
dengan eosin asidofkik, granula adalah lisosom yang m engandung fosfat ae asam ,
kat epsin, ribonuklase, t api t idak m engandung lisosim . Eosinofil m em punyai
pergerakan am uboid, dan m am pu m elakukan fagosit osis, lebih lam bat t api lebih
selekt if dibanding neut rifil. Eosinofil m em fagosit osis kom plek ant igen dan ant i bodi,
ini m erupakan fungsi eosinofil unt uk m elakukan fagosit osis selekt if t erhadap kom plek
ant igen dan ant ibody. Eosinofil m engandung profibrinolisin, diduga berperan
m em pert ahankan darah dari pem bekuan, khususnya bila keadaan cairnya diubah
oleh proses- proses Pat ologi. Kort ikost eroid akan m enim bulkan penurunan j um lah
eosinofil darah dengan cepat .

BASOFI L
Basofil j um lahnya 0- % dari leukosit darah, ukuran garis t engah 12um , int i
sat u, besar bent uk pilihan ireguler, um um nya bent uk huruf S, sit oplasm a basofil
t erisi granul yang lebih besar, dan seringkali granul m enut upi int i, granul bent uknya

 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r a y 2


ireguler berwarna m et akrom at ik, dengan cam puran j enis Rom anvaki t am pak
lem bayung. Granula basofil m et akrom at ik dan m ensekresi hist am in dan heparin, dan
keadaan t ert ent u, basofil m erupakan sel ut am a pada t em pat peradangan ini
dinam akan hypersesit ivit as kulit basofil. Hal ini m enunj ukkan basofil m em punyai
hubungan kekebalan.

LI M FOSI T
Lim fosit m erupakan sel yang sferis, garis t engah 6- 8um , 20- 30% leukosit
darah.Norm al, int i relat ifbesar, bulat sedikit cekungan pada sat u sisi, krom at in int i
padat , anak int i baru t erlihat dengan elect ron m ikroskop. Sit oplasm a sedikit sekali,
sedikit basofilik, m engandung granula- granula azurofilik. Yang berwarna ungu
dengan Rom onovsky m engandung ribosom bebas dan poliribisom . Klasifikasi lainnya
dari lim fosit t erlihat dengan dit em uinya t anda- t anda m olekuler khusus pada
perm ukaan m em bran sel- sel t ersebut . Beberapa diant aranya m em bawa resept os
sepert i im unoglobulin yang m engikat ant igen spesifik pada m em brannya. Lirnfosit
dalam sirkulasi darah norm al dapat berukuran 10- 12um ukuran yang lebih besar
disebabkan sit oplasm anya yang lebih banyak. Kadang- kadang disebut dengan
lim fosit sedang. Sel lim fosit besar yang berada dalam kelenj ar get ah bening dan
akan t am pak dalam darah dalam keadaan Pat ologis, pada sel lim fosit besar ini int i
vasikuler dengan anak int i yang j elas. Lim fosit - lim fosit dapat digolongkan
berdasarkan asal, st rukt ur halus, surface m arkers yang berkait an dengan sifat
im unologisnya, siklus hidup dan fungsi.

M ON OSI T
Merupakan sel leukosit yang besar 3- 8% dari j um lah leukosit norm al,
diam et er 9- 10 um t api pada sediaan darah kering diam et er m encapai 20um , at au
lebih. I nt i biasanya eksent ris, adanya lekukan yang dalam berbent uk t apal kuda.
Krom at in kurang padat , susunan lebih fibriler, ini m erupakan sifat t et ap m om osit
Sit oplasm a relat if banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu- abu pada saj ian
kering. Granula azurofil, m erupakan lisosom prim er, lebih banyak t api lebih kecil.
Dit em ui ret ikulim endoplasm a sedikit . Juga ribosom , pliribosom sedikit , banyak
m it okondria. Apa rat us Golgi berkem bang dengan baik, dit em ukan m ikrofilam en dan
m ikrot ubulus pada daerah ident asi int i.
Monosit dit em ui dalam darah, j aingan penyam bung, dan rongga- rongga
t ubuh. Monosit t ergolong fagosit ik m ononuclear ( syst em ret ikuloendot el) dan
m em punyai t em pat - t em pat resept or pada perm ukaan m em brannya. Unt uk
im unoglobulin dan kom plem en.
Monosit beredar m elalui aliran darah, m enem bus dinding kapiler m asuk
kedalam j aringan penyam bung. DaI am darah beberapa hari. Dalam j aringan
bereaksi dengan lim fosit dan m em egang peranan pent ing dalam pengenalan dan
int eraksi sel- sel im m unocm pet ent dengan ant igen.

PERKEM BAN GAN LI M FOSlT D ALAM PROSES I M M UN


Sepert i kit a ket ahui bahwa lim fosit yang bersikulasi t erut am a berasal dari
t im us dan organ lim foid perifer, lim pa, lim fonodus, t onsil dan sebagainya. Akan
t et api m ungkin sem ua sel pregenit or lim fosit berasal dari sum - sum t ulang, beberapa
diant ara lim fosit nya yang secara relat if t idak m engalam i diferensiasi ini berm igrasi ke
t im us, lalu m em perbanyak diri, disini sel lim fosit ini m em peroleh sifat lim fosit T,
kem udian dapat m asuk kem bali kedalam aliran darah, kem bali kedalam sum - sum
t ulang at au ke organ lim foid perifer dan dapat hidup beberapa bulan at au t ahun.
Sel- sel T bert anggung j awab t erhadap reaksi im m une seluler dan m em punyai
resept or perm ukaan yang spesifik unt uk m engenal ant igen asing. Lim fosit lain t et ap
diam disum - sum t ulang berdiferensiasi m enj adi lim fosit B berdiam dan berkem bang

 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r a y 3


didalam kom pert em enya sendiri. Sel B bert ugas unt uk m em produksi ant ibody
hum oral ant ibody response yang beredar dalam peredaran darah dan m engikat
secara khusus dengan ant igen asing yang m enyebabkan ant igen asing t ersalut
ant ibody, kom pleks ini m em pert inggi fagosit osis, lisis sel dan sel pem bunuh ( killer
sel at au sel K) dari organism e yang m enyerang. Sel T dan sel B secara m arfologis
hanya dapat dibedakan ket ika diakt ifkan oleh ant igen. Tahap akhir dari diferensiasi
sel- sel B yang diakt ifkan berwuj ud sebagai sel plasm a. Sel plasm a m em punyai
ret ikulum endoplasm a kasar yang luas yang penuh dengan m olekul- m olekul
ant ibody, sel T yang diakt ifkan m em punyai sedikit endoplasm a yang kasar t api
penuh dengan ribosom bebas.

Pe nge r t ia n Ant ige n da n Ant ibodi


Subst ansi asing yang bert em u dengan syst em it u bekerj a sebagai ant igen,
ant i- m elawan, + genin m enghasilkan. Cont ohnya j ika t erj adi suat u subst ansi t erj adi
suat u respon dari t uan rum ah, respon ini dapat selular, hum oral at au keduanya.
Ant igen dapat ut uh sepert i sel bakt eri sel t um or at au berupa m akro m olekul, sepert i
prot ein, polisakarida at au nucleoprot ein. Pada keadaan apa saj a spesit as respon
im un secara relat if dikendalikan oleh pengaruh m olekuler kecil dari ant igen-
det ennim inan ant igenic unt uk prot ein dan polisakarida, det erm inan ant igenic t erdiri
at as em pat sam pai enam asam am ino at au sat uan m onosa karida. Jika kom plek
ant igen Yang m em iliki banyak det erm inan m isalnya sel bakt eri akan m em bangkit kan
sat u spect rum respon hum oral dan selular.
Ant ibodi, disebut j uga im unoglobulin adalah glikkoprot ein plasm a yang
bersirkulasi dan dapat berint eraksi secara spesifik dengan det erm inan ant igenic yang
m erangsang pem bent ukan ant ibody, ant ibody disekresikan oleh sel plasm a yang
t erbent uk m elalui proliferasi dan diferensiasi lim fosit B.
Pada m anusia dit em ukan lim a kelas im unoglobulin, I g.G, t erdiri dari dua
rant ai ringan yang ident ik dan dua rant ai berat yang ident ik diikat oleh ikat an
disulfida dan t ekanan non kovalen. I g G m erupakan kelas yang paling banyak
j um lahnya, 75 % dari im unoglobulin serum I gG bert indak sebagai suat u m odel bagi
kelas- kelas yang lain.

Te r j a dinya r e spon im un da r i t ubuh.


Kepekaan t ubuh t erhadap benda asing ( ant igen 0 akan m enim bulkan reaksi
t ubuh yang dikenal sebagai Respon im un Respon im un ini m em punyai dam pak posit if
t erhadap, t ubuh yait u dengan t im bulnya suat u proses im unisasi kekebalan t ubuh
t erhadap ant igen t ersebut , dan dam pak negat ifnya berupa reaksi hypersensit ifit as.
Hypersensit ifit as m erupakan reaksi yang berlebihan dari t ubuh t erhadap ant igen
dim ana akan m engganggu fungsi sist em im un yang m enim bulkan efek prot ekt if yait u
m erusak j aringan.
Proses kerusakan yang paling cepat t erj adi berupa degranulasi sel dan
derifat nya ( ant ara lain sel basofil, set Mast dan sel plasm a) yang m elepaskan
m ediat or- m ediat onya yait u hist am in, serot onin, bradikinin, SRS= A, lekot rin Eusinohil
chem ot act ic Fact or ( ECF) dan sebagainya. Reaksi t ubuh t erhadap pelepasan
m ediat or ini m enim bulkan penyakit berupa ast hm a bronchial, rhinit is aI ergika,
urt ikaria, diaree dan bisa m enim bulkan shock. Secara lam bat akan t erj adi reaksi
kerusakan j aringan berupa sit olisis dari sel- sel darah m erah sit ot okis t erhadap organ
t ubuh sepert i ginj al ( glom eruloneft it is) , serum siknesderm at it is kont ak, reaksi
t uberculin dan sebagainya, rheum at oid art hrit is. coom dan gell m em bagi 4 j enis
sesit ifit as, dim ana dapat dilihat apa yang t erj adi pada sel- sel leukosit .
Pada t ype I ( padareaksi anafilakt ik) t erj adi ant igen bergabung dengan I gE
( im unoglobin t ipe E- ant ibodies t ipe E) yang t erikat pada m ast sel - sel basofil dan sel
plasm a. Reaksi t erhadap t ubuh t erj adi dalam beberapa m enit .

 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r a y 4


Pada t ype I I ( pada reaksi sit it oksik) dim ana ant igen m engikat diri pada
m em bran sel, yang pada penggabungan ant i gen m engikat I gG at au I gM yang bebas
dalam cairan t ubuh akan m enghancurkan sel yang m engikat ant i gen t ersebut .
Reaksi ini t erdapat pada t ranfusi darah, anem ia hem olit ika.
Pada Type I I I ( reaksi art rhus ) m erupakan reaksi ant i gen dan ant ibody
kom plek dim ana gen bergabung dengan I gG at au I gM m enj adi suat u kom plek, yang
m engikat diri ant ara lain sel- sel ginj al, paru- paru dan sendi.
Terj adilah akt ifit as dari kom plem en ( kom plem en prot ein dalam darah) dan pelepasan
zat - t oksis. Dit em ui pada glom erulo nephrit is, serum scness, rheum at k art hrit is.
Type I V ( delayed ) , ant igen m erupakan sel prot ein at au sel asing yang
bereaksi dengan lim fosit , lim fosit m elepaskan m ediat or akt if yait u lim fokin, t erj adi
reaksi pada kulit , reaksi pada t ranplant asi, reaksi t uberculin dan derm at it is kont ak.
I m onopat ogenesis.
Pada I m unopat ologi m enj elaskan bahwa reaksi alergi diawali dengan t ahap
sensit , kem udian diikut i reaksi ale yang t erlepas dari sel- sel m ast ( m ast osit ) dan
at au sel basofil yang berkont ak ulang dengan allergen spesifiknya ( I S hizaka, Tom iko
dan I shizaka 1971) . Saat ini lebih j elas t erut am a pada rhinit is alergika diket ahui
t erdiri dari dua fase ( Kaliner 1987, Licht ensin 1988, pert am a reaksi alergi fase cepat
( RAFC,im m ediet phas- allergic react ion) , berlangsung sam pai sat u j am set elah
berkont ak alergan kedua, reaksi alergis fase lam bat ( RAFL, Lat e phase allergic
react ion) yang berlangsung sam pai 24 j am bahkan sam pai 48 j am kem udian,
dengan puncak reaksi pada 4 – 8 j am pert am a.

1. Tahap Sensit asi


Pada awal reaksi alergis sebenarnya dim ulai dengan respon pengenalan
alergan/ ant igen oleh sel darah put ih yang dinam ai sel m akrofag, m onosit ( Brown
dkk, 1991) dan at au sel denrit ik ( Mc William , 1996) Sel- sel t ersebut berperan
sebagai sel penyaj i ( ant igen present ing cells, sel APC) dan berada dim ukosa ( dalam
dim ukosa hidung) , ant igen/ allergen yang m enem pel pada perm ukaan m ukosa
dit angkap oleh sel APC, set elah m elalui proses int ernal dalam sel APC, dari m alergen
t ersebut t erbent uk fragm en pendek pept ida im unogenik, Frakm en ini bergabung
dengan m olekul HLA = kelas I I @B het erodim er dalam endoplasm ic ret icullum sel
APC. Penggabungan yang t erj adi akan m em bent uk kom plek pept ide- MHC- class I I
( m ayor hist ocom pat ibilit y com lolex class I I ) yang kem udian dipresent asikan
diperm ukaan sel APC; kepada salah sat u lim fosit T yait u Holper- T cell ( klon T- CD4 + ,
dim ana Tho) , j ika selanj ut nya t ho ini m em iliki m olekul resept or spesifik t erhadap
m olekul kom plek pept ide –MHC- I I m aka akan t erj adi penggabungan kedua m olekul
t ersebut .
Akibat selanj ut nya sel APC akan m elepas sit okin Salah sat unya I nt erkulin - I
( I L- I ) ,sit okin akan m em pengaruhi lim fosit j enis T- CD4 + ( Tho) yang j ika sinyal
kost im ulat or ( pro- inflam ot ori second Signal) induksinya cukup m em adai, m aka akan
t erj adi akt ivasi dan proliferasi sel Tho m enj adi Th2 dan Th1; sel ini akan
m em produksi sit okin yang m em punyai spect rum luas sebagai m olekul
im unoregulat or, ant ara lain int erleukin- 3 ( I L- 3) , I L- 4, I L- 5 dan I L- 13. Sit okin I L- 4
dan I L- 13 akan dit angkap resepiornya pada perm ukaan lim fisit B ist irahat ( rest ing B
sel) , sehingga t erj adi akt ivasi lim fosit B. Lim fosit B ini m em produksi im unoglobulin E
( I gE) , sedangkan I L- 13 dapat berperan sendiri dalam keadaan I L- 4 rendah ( Naclerio
dkk, 1985, Geha, 1988) , sehingga m olekul I gE akan m elim pah dan berada di
m ukosa at au peredaran darah.

2. Reaksi Alergis
Molekul I gE yang beredar dalam sirkulasi darah akan m em asuki j aringan dan
akan dit angkap oleh resept or I gE yang berada pada perm ukaan sel m et acrom at ik

 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r a y 5


( m ast osit at au sel basofil) , sel ini m enj adi akt if. Apabila dua light chain I gE berkont a
dengan allergen spesifiknya m aka akan t erj adi degranulasi ( pecahnya dinding sel)
m ast osit / basofil dan akibainya t erlepas m ediat or- m ediat or alergis. Reaksi alergis
yang segera t erj adi akibat hist am in t ersebut dinam akan reaksi alergi fase cepat
( RAFC ) yang m encapai puncaknya pada 15- 20 m enit pada paparan alergen dan
berakhir pada sekit ar 60 m enit kem udian.
Sepanj ang RAFC m ast osit j uga m elepaskan m olekul- m olekul kem ot akt ik
( penarik sel darah put ih ke organ sasaran) . Reaksi alergis fase cepat dapat berlanj ut
t erus sebagai reaksi alergi fase lam bat ( RAFL) sam pai 24 bahkan 48 j am kem udian
( Kaliner 1987. Licht enst ein 1988) . Tanda khas RAFL adalah t erlihat nya pert am bahan
j enis dan j um lah sel- sel inflam asi yang berakum ulasi ( berkum pul) di j aringan
sasaran.
Sepanj ang RAFL ( cret icos 1998) sel eosiinofil akt if akan m elepas berbagai
m ediat or, ant ara lain basic prot ein, leukot riens cyt okines, Sedangkan basofil akan
m elepas hist am in, leukot riens dan cyt okines. Disam ping it u berbagai sel
m ononuclear akan m elepas hist am in releasing fact ors ( HRFs) Yang akan m em acu
m ast osit dan basofil dan m elepas hist am in lebih banyak lagi.
Sepanj ang reaksi alergi fase cepat ( RAFC) dan reaksi alergi fase lam bat
( RAFL) sel- sel inflam asi dilepaskan sebagai prodak prot ein yang m erupakan hasil
kenerj a DNA sel- sel inflam asi t ersebut yang dapat dibagi dalam t iga j enis, Gran dkk
1991; Bocher dkk; Coffm an 1994 schleim er dkk 199.

Durham and Till 1998 Gret icos 1998; Nel dkk 1998.
Mediat or- m ediat or m ast osit / basofil dan eosinofil, hist am in, prost aglandin,
Leukot rien, ECFA,( eosinofi chem ot act ic fact orof anaphylact ic) NCFA ( Neut rophil
chem at act ic fact or of anaphylact ic) , dan kinin. Mediat or yang berasal dari sel
eosinofil. PAF,LTB4,C5a kem oakt rakt an. LTC4 PAF, ECP; . Molekul- m olekul sit okin
induct or/ st im ulat or/ akt ivalat or RI A yang t erdiri at as, I L- 44 dan I L- 33 yang
m em pengaruhi lim fosit B dalam m em produksi I gE. I L- 3 dan I L- 4 m em pengaruhi
basofil m em produksi hist am in. LTs dan sit okin- sit okin. I L- 3 dan I L- 5 m em pengaruhi
sel eosinofil dalam m em produksi prot ein- prot ein basa LTs dan sit okin. HRFs yang
m em pengaruhi m ast osit dan basofil m elepas hist am in lebih banyak lagi. I L- 4
m em pengaruhi epit el, I L- 13 m em pengaruhii endot el dalam m em produksi VCAM
( Vascular cell adhesion m olecule) . Molekul- m olekul act ivat or/ survival sel eosinofil,
GM= CSF dan I L- 3
I L- 3 dan I L- 5 ( inerleukin- 3 dan int erleukin- 5)

Fibronekt in
Molekul sit okin kem oakt rakt an bagi sel eosinofil.
I L- 5
I L- 3.GM= CSF,I L- 8
Lain- lain
I nt eraksi EOS akt if dan epit el m ukosa hidung m em bent uk I L- 8, RNTES dan
GGM= CSF. Molekul- m olekul prot ein ut am a produk sel- sel inflam asi, sel endot el dan
m ukosa yang berperan langsung m enim bulkan alergi adalah ant ara lain; hist am in,
leukot rien, prost ak landing, kinin, plat elet e act ivat ing fact or ( PAF) , sit okin dan
kim okin. Hist am in, dapat m enggunakan H2 resept or- m ediat ed- ant i-
inflm nat oriyact ivit y m eliput i inhibisi penglepasan enzin lisosom al neut rfil, inhibisi
pelepasan hist am in dari leukosit perifer, dan akt ivasi suppressor T- lym llocyt es (
Met calfe et al, 1981, cit Whit e 1999) . Hist am in m enggunakan efeknya pada berbagai
sel sepert i sel ot o polos, neuron, sel- sel kelenj ar ( endokrin dan Eksokrin, sel- sel
darah, dan sel- sel sist em im un ( pearce 1991, cit Whit e 1999) , Hist am in m erupakan
vasodilat or, konst rukt or ot ot polos, st im ulsn pennabilit as vaskuler yang kuat ,

 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r a y 6


st im ulan sekresi kelenj ar m ukosa saluran nafas dansekresi kelenj ar lam bung. ( Whit e
1999) . Leukot rien diproduksi oleh berbagai sel inflanlasi sepert i m ast osit basofil,
eosinofil, neut rofil dan m onosit .
Prost aglandin, berasal dari pecahan arachodonic acid m em bran sel yang
paling banyak diproduksi oleh m ast osit paru- paru PGD2 ( Whit e 1999) . Sepert i kit a
ket ahui bahwa efek biologis dari prost aglandin adalah, m em odulasi kont raksi ot ot
polos, penurunan perm eabbilit as vaskuler, rasa gat al dan nyeri, dan agregasi sert a
degranulasi plat elet .( t rom bosit ) .
Kinin m erupakan horm on pept ida yang kuat t erbent uk de novo dalam cairan
t ubuh dan j aringan sepanj ang inflam asi. Tiga j enis- j enis kinin yang pent ing dalam
t ubuh adalah bredykinin, kallilidin ( I ysbradykinin) dan m et - lys bradykinin. Pada
reaksi inflam asi alergi dalam hidung kinin sangat banyak dit em ukan. Plat elet
act ivat ing fact or ( PAF) m erupakan sebuah et her- linked phospholipid. PAF diproduksi
oleh m ast osit , m acrofag dan eosinofil. Akt ifit as biologisnya m eliput i plet elet akt ivasi
neut rofil,dan kont raksi ot ot palos, PAF j uga m erangsang akum ulasi eosinofil ke
perm ukaan endot helium yang m erupakan langkah awal pengerahan eosinofil
kedalam j aringan. PAF m em acu eosinofil unt uk m elepas berbagai prot ein basa yang
m enyebabkan peningkat an kerusakan m ukosa ( t erut am a oleh MBP) dan
m enyebabkan peningkat an ekspresi low - affinit i I gE resept ors pada eosinofil dan
m onosit . PAF banyak dibent uk oleh sel eosinofil yang dapat m enarik sel eosinofil
lainya m em asuki j aringan. Sit ikin ( cyt okine) m em ainkan peran yang pent ing
sepanj ang reaksi alergi fase lam bat , m ast osit adalah sum ber dari sit okin m ult ifungsi
( Bradding et al 1996) cit Whit e 1999 ant ara lain:
1. Akt ifit as sel- sel inflasi ( m akrofag, selT, sel B dan eosinofil) diat ur oleh I L= 1, I L- 4,
I L- 5, I L- 6, TNF- dan GM= CSF.
2. Pert um buhan dan proliferasi sel B, dan pert um buhan sel- T- helfer dit ingkat kan
oleh I L- 1.
3. I L- 2 m em acu proliferasi lim fosit T dan akt ivasi Lim fosit B
4. I L- m enyebabkan diferensiasi lim fosit B m enj adi I gE sekresing plasm asel dan
bersam a TNF- @ m eninkat kan pengat uran ekpresi high- dan low affinit y I gE
resept or pada sel- sel APC.
5. I L- 5 m enyebabkan akt ivasi lim fosit B, diferensiasi dan pem anj angan um ur
eosinofil.

PEN UTUP
Leukosit dan t urunannya m erupakan sel dan st rukt ur dalam t ubuh m anusia
yang didist ribusikan keseluruh t ubuh dengan fungsi ut am anya m elindungi organism e
t erhadap invasi dan pengrusakan oleh m ikro organism e dan benda asing lainnya.
Sel- sel lim fosit ini, m em punyai kem am puan unt uk m em bedakan dirinya sendiri
( m akrom olekuler organism e sendiri) dari yang bukan diri sendiri ( benda asing) dan
m engat ur penghancuran dan inakt ivasi dari benda asing yang m ungkin m erupakan
m olekul yang t erisolasi at au bagian dari m ikro organism e Sem ua leukosit berasal
dari sum - sum t ulang. kem udian m engalam i kem at angan pada organ lim foid lainnya.

 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r a y 7


KEPUSTAKAAN

1. Junguera, Lcarlos : Basik Hist ologi edit ion 8 1977.


2. C. Roland leeson, M.D, Ph.D: Text book of Hist ology edit ion V 1990.
3. I win Sum arm an, St rat egi Rasional Pengelolaan Rinit is Alergis Perenial Buku
naskah Sim posium Penanganan Alergi Secara Rasional Padang 2000.
4. Rusdi Aziz DR. Peranan hyposensit isasi alam iah pada pengobat an rasional
t erhadap kasus alergi.
Naskah sym posim ll Penanganan Allergi Secara Rasional Padang 2000
5. Karnen Barat awij aya I m m unologi Dasar. Didalam Soepannan Sarwono Waspadj i,
edisi I lm u penyakit Dalam s, edisi 2. Jakart a: GayaBaru 1996.

 2 0 0 3 D igit iz e d by USU digit a l libr a r a y 8

You might also like