You are on page 1of 9

SEMINAR INTERNASIONAL

Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Oleh:
Nahriana *

ABSTRACT
Guru SMK yang profesional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada
tataran kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara
intelektual maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi harus dipandang sebagai
proses yang terus menerus. Usaha meningkatkan profesionalisme guru merupakan
tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai pencetak guru, instansi yang membina
guru (dalam hal ini Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI dan masyarakat

* Dosen Universitas Negeri Malang

A. Pendahuluan untuk kesekian kalinya kurikulum dituding


Saat ini kita berada dalam abad 21 sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin
yang dikenal dengan abad pengetahuan. dengan adanya upaya mengubah
Para peramal masa depan (futurist) kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti
mengatakan sebagai abad pengetahuan dengan kurikulum 1984, kemudian diganti
karena pengetahuan akan menjadi lagi dengan kurikulum 1994. Nasanius
landasan utama segala aspek kehidupan (1998) mengungkapkan bahwa
(Trilling dan Hood, 1999). Abad kemerosotan pendidikan bukan
pengetahuan merupakan suatu era diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh
dengan tuntutan yang lebih rumit dan kurangnya kemampuan profesionalisme
menantang. Suatu era dengan spesifikasi guru dan keengganan belajar siswa.
tertentu yang sangat besar pengaruhnya Profesionalisme sebagai penunjang
terhadap dunia pendidikan dan lapangan kelancaran guru dalam melaksanakan
kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua
selain karena perkembangan teknologi faktor besar yaitu faktor internal yang
yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh meliputi minat dan bakat dan faktor
perkembangan yang luar biasa dalam ilmu eksternal yaitu berkaitan dengan
pengetahuan, psikologi, dan transformasi lingkungan sekitar, sarana prasarana,
nilai-nilai budaya. Dampaknya adalah serta berbagai latihan yang dilakukan
perubahan cara pandang manusia guru.(Sumargi, 1996) Profesionalisme
terhadap manusia, cara pandang guru dan tenaga kependidikan masih
terhadap pendidikan, perubahan peran belum memadai utamanya dalam hal
orang tua/guru/dosen, serta perubahan bidang keilmuannya. Misalnya guru Listrik
pola hubungan antar mereka. dapat mengajar Komputer atau Fisika.
Trilling dan Hood (1999) Ataupun guru mata pelajaran umum dapat
mengemukakan bahwa perhatian utama mengajar mata pelajaran adaptif. Memang
pendidikan pada abad 21 adalah untuk jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif
mempersiapkan hidup dan kerja bagi sudah cukup banyak, tetapi mutu dan
masyarakat. Tibalah saatnya menoleh profesionalisme belum sesuai dengan
sejenak ke arah pandangan dengan sudut harapan. Banyak diantaranya yang tidak
yang luas mengenai peran-peran utama berkualitas dan menyampaikan materi
yang akan semakin dimainkan oleh yang keliru sehingga mereka tidak atau
pembelajaran dan pendidikan dalam kurang mampu menyajikan dan
masyarakat yang berbasis pengetahuan. menyelenggarakan pendidikan yang
Kemerosotan pendidikan kita benar-benar berkualitas (Dahrin, 2000).
sudah terasakan selama bertahun-tahun,

1033
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

Guru adalah komponen yang dipaksakan ke teknologi tinggi, (3)


yang paling strategis dalam proses dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia,
pendidikan. Jauh lebih statregis (4) dari perencanaan jangka pendek ke
dibandingkan dengan dua komponen perencanaan jangka panjang, (5) dari
strategis lainnya, yaitu peserta didik dan sentralisasi ke desentralisasi, (6) dari
kurikulum. Tanpa guru siapa yang akan bantuan institusional ke bantuan diri, (7)
melaksanakan proses pendidikan? Tanpa dari demokrasi perwakilan ke demokrasi
peserta didik siapa yang akan diajar? Dan partisipatoris, (8) dari hierarki-hierarki ke
tanpa kurikulum, apa yang akan diajarkan penjaringan, (9) dari utara ke selatan, dan
oleh guru kepada peserta didik? Dengan (10) dari atau/atau ke pilihan majemuk.
demikian ketiga komponen tersebut saling Berbagai implikasi kecenderungan
kait mengait tidak dapat dipisahkan. di atas berdampak terhadap dunia
Proses pendidikan masih dapat berjalan pendidikan yang meliputi aspek kurikulum,
walaupun katakanlah tidak dilengkapi manajemen pendidikan, tenaga
dengan sarana yang memadai. Lebih dari kependidikan, strategi dan metode
itu, tanpa guru pendidikan tidak akan pendidikan. Selanjutnya Naisbitt (1995)
berjalan tanpa guru. Lebih dari itu, mengemukakan ada 8 kecenderungan
pendidikan yang baik memerlukan guru besar di Asia yang ikut mempengaruhi
yang baik. Good education requires good dunia yaitu; (1) dari negara bangsa ke
teachers. Demikian pendapat kebanyakan jaringan, (2) dari tuntutan eksport ke
peserta dan pakar pendidikan dalam tuntutan konsumen, (3) dari pengaruh
sebuah acara konferensi internasional Barat ke cara Asia, (4) dari kontol
tentang pendidikan di Swiss (Bhaskara pemerintah ke tuntutan pasar, (5) dari
Rao, 2003: 28). desa ke metropolitan, (6) dari padat karya
Ada dua aspek utama yang terkait ke teknologi canggih, (7) dari dominasi
dengan guru atau pendidik: (1) kualifikasi kaum pria ke munculnya kaum wanita, (8)
akademik dan kompetensinya, dan (2) dari Barat ke Timur. Kedelapan
tingkat kesejahterannya. Kedua aspek kecenderungan itu akan mempengaruhi
tersebut ibarat dua sisi mata uang, tidak tata nilai dalam berbagai aspek, pola dan
akan dapat dipisahkan. Guru akan gaya hidup masyarakat baik di desa
terpenuhi syaratnya sebagai profesi jika maupun di kota. Pada gilirannya semua
memiliki kedua aspek tersbut sekaligus. itu akan mempengaruhi pola-pola
Tidak terpenuhinya salah satu dari pendidikan yang lebih disukai dengan
kedua aspek tersebut akan tuntutan kecenderungan tersebut. Dalam
mengurangi tingkat profesionalitas hubungan dengan ini pendidikan ditantang
seorang guru. untuk mampu menyiapkan sumber daya
manusia yang mampu menghadapi
Banyak faktor yang menyebabkan
tantangan kecenderungan itu tanpa
kurang profesionalismenya seorang guru
kehilangan nilai-nilai kepribadian dan
SMK, sehingga pemerintah berupaya agar
budaya bangsanya.
guru yang tampil di abad pengetahuan
Dengan memperhatikan pendapat
adalah guru yang benar-benar profesional
Naisbitt di atas, Surya (1998)
yang mampu mengantisipasi tantangan-
mengungkapkan bahwa pendidikan di
tantangan dalam dunia pendidikan.
Indonesia di abad 21 mempunyai
B. Pendidikan di Abad Pengetahuan karakteristik sebagai berikut: (1)
Pendidikan nasional mempunyai tiga
Para ahli mengatakan bahwa abad
fungsi dasar yaitu; (a) untuk
21 merupakan abad pengetahuan karena
mencerdaskan kehidupan bangsa, (b)
pengetahuan menjadi landasan utama
untuk mempersiapkan tenaga kerja
segala aspek kehidupan. Menurut Naisbit
terampil dan ahli yang diperlukan dalam
(1995) ada 10 kecenderungan besar yang
proses industrialisasi, (c) membina dan
akan terjadi pada pendidikan di abad 21
mengembangkan penguasaan berbagai
yaitu; (1) dari masyarakat industri ke
cabang keahlian ilmu pengetahuan dan
masyarakat informasi, (2) dari teknologi
teknologi; (2) Sebagai negara kepulauan

1034
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

yang berbeda-beda suku, agama dan generasi muda yang memiliki


bahasa, pendidikan tidak hanya sebagai keberdayaan dan kecerdasan emosional
proses transfer pengetahuan saja, akan yang tinggi dan menguasai megaskills
tetapi mempunyai fungsi pelestarian yang mantap. Untuk itu, lembaga
kehidupan bangsa dalam suasana penidikan dalam berbagai jenis dan
persatuan dan kesatuan nasional; (3) jenjang memerlukan pencerahan dan
Dengan makin meningkatnya hasil pemberdayaan dalam berbagai aspeknya.
pembangunan, mobilitas penduduk akan Menurut Makagiansar (1996)
mempengaruhi corak pendidikan nasional; memasuki abad 21 pendidikan akan
(4) Perubahan karakteristik keluarga baik mengalami pergeseran perubahan
fungsi maupun struktur, akan banyak paradigma yang meliputi pergeseran
menuntut akan pentingnya kerja sama paradigma: (1) dari belajar terminal ke
berbagai lingkungan pendidikan dan belajar sepanjang hayat, (2) dari belajar
dalam keluarga sebagai intinya. berfokus penguasaan pengetahuan ke
Nilai-nilai keluarga hendaknya belajar holistik, (3) dari citra hubungan
tetap dilestarikan dalam berbagai guru-murid yang bersifat konfrontatif ke
lingkungan pendidikan; (5) Asas belajar citra hubungan kemitraan, (4) dari
sepanjang hayat harus menjadi landasan pengajar yang menekankan pengetahuan
utama dalam mewujudkan pendidikan skolastik (akademik) ke penekanan
untuk mengimbangi tantangan keseimbangan fokus pendidikan nilai, (5)
perkembangan jaman; (6) Penggunaan dari kampanye melawan buta aksara ke
berbagai inovasi Iptek terutama media kampanye melawan buat teknologi,
elektronik, informatika, dan komunikasi budaya, dan komputer, (6) dari
dalam berbagai kegiatan pendidikan, (7) penampilan guru yang terisolasi ke
Penyediaan perpustakaan dan sumber- penampilan dalam tim kerja, (7) dari
sumber belajar sangat diperlukan dalam konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke
menunjang upaya pendidikan dalam orientasi kerja sama. Dengan
pendidikan; (8) Publikasi dan penelitian memperhatikan pendapat ahli tersebut
dalam bidang pendidikan dan bidang lain nampak bahwa pendidikan dihadapkan
yang terkait, merupakan suatu kebutuhan pada tantangan untuk menghasilkan
nyata bagi pendidikan di abad sumber daya manusia yang berkualitas
pengetahuan. dalam menghadapi berbagai tantangan
Pendidikan di abad pengetahuan dan tuntutan yang bersifat kompetitif.
menuntut adanya manajemen pendidikan
yang modern dan profesional dengan C. Gambaran Pembelajaran di Abad
bernuansa pendidikan. Lembaga-lembaga Pengetahuan
pendidikan diharapkan mampu Praktek pembelajaran yang terjadi
mewujudkan peranannya secara efektif sekarang masih didominasi oleh pola atau
dengan keunggulan dalam kepemimpinan, paradigma yang banyak dijumpai di abad
staf, proses belajar mengajar, industri. Pada abad pengetahuan
pengembangan staf, kurikulum, tujuan paradigma yang digunakan jauh berbeda
dan harapan, iklim sekolah, penilaian diri, dengan pada abad industri. Galbreath
komunikasi, dan keterlibatan orang (1999) mengemukakan bahwa
tua/masyarakat. Tidak kalah pentingnya pendekatan pembelajaran yang
adalah sosok penampilan guru yang digunakan pada abad pengetahuan
ditandai dengan keunggulan dalam adalah pendekatan campuran yaitu
nasionalisme dan jiwa juang, keimanan perpaduan antara pendekatan belajar dari
dan ketakwaan, penguasaan iptek, etos guru, belajar dari siswa lain, dan belajar
kerja dan disiplin, profesionalisme, pada diri sendiri.
kerjasama dan belajar dengan berbagai Ada beberapa perbedaan di abad industri
disiplin, wawasan masa depan, kepastian dan abad pengetahuan antara lain:
karir, dan kesejahteraan lahir batin. 1. Pada abad industri banyak dijumpai
Pendidikan mempunyai peranan yang belajar melalui fakta, drill dan praktek, dan
amat strategis untuk mempersiapkan menggunakan aturan dan prosedur-

1035
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

prosedur. Sedangkan di abad tanpa mengubah pelaksanaan dan


pengetahuan menginginkan paradigma hasilnya.
belajar melalui proyek-proyek dan Akhirnya yang paling penting, paradigma
permasalahan-permasalahan, inkuiri dan baru pembelajaran ini memberikan
desain, menemukan dan penciptaan. peluang dan tantangan yang besar bagi
2 Betapa sulitnya mencapai reformasi perkembangan profesional, baik pada
yang sistemik, karena bila paradigma preservice dan inservice guru-guru kita. Di
lama masih dominan, dampak reformasi banyak hal, paradigma ini menggam-
cenderung akan ditelan oleh pengaruh barkan redefinisi profesi pengajaran dan
paradigma lama. peran-peran yang dimainkan guru dalam
3. Meskipun telah dinyatakan sebagai proses pembelajaran. Meskipun
polaritas, perbedaan praktik pembelajaran kebutuhan untuk merawat, mengasuh,
Abad Pengetahuan dan Abad Industri menyayangi dan mengembangkan anak-
dianggap sebagai suatu kontinum. anak kita secara maksimal itu akan selalu
Meskipun sekarang dimungkinkan tetap berada dalam genggaman
memandang banyak contoh praktek di pengajaran, tuntutan-tuntutan baru Abad
Abad Industri yang "murni" dan jauh lebih Pengetahuan menghasilkan sederet
sedikit contoh lingkungan pembelajaran di prinsip pembelajaran baru dan perilaku
Abad Pengetahuan yang "murni", besar yang harus dipraktikkan. Berdasarkan
kemungkinannya menemukan metode gambaran pembelajan di abad
persilangan perpaduan antara metode di pengetahuan di atas, nampalah bahwa
Abad Pengetahuan dan metode di Abad pentingnya pengembangan profesi guru
Industri. Perlu diingat dalam melakukan dalam menghadapi berbagai tantangan
reformasi pembelajaran, metode lama ini.
tidak sepenuhnya hilang, namun hanya
digunakan kurang lebih jarang dibanding D. Pengembangan Profesionalisme
metode-metode baru. Guru SMK
4. Praktek pembelajaran di Abad Menurut para ahli, profesionalisme
Pengetahuan lebih sesuai dengan teori menekankan kepada penguasaan ilmu
belajar modern. Melalui penggunaan pengetahuan atau kemampuan
prinsip-prinsip belajar berorientasi pada manajemen beserta strategi
proyek dan permasalahan sampai penerapannya. Maister (1997)
aktivitas kolaboratif dan difokuskan pada mengemukakan bahwa profesionalisme
masyarakat, belajar kontekstual yang bukan sekadar pengetahuan teknologi
didasarkan pada dunia nyata dalam dan manajemen tetapi lebih merupakan
konteks ke peningkatan perhatian pada sikap, pengembangan profesionalisme
tindakan-tindakan atas dorongan lebih dari seorang teknisi bukan hanya
pembelajar sendiri. memiliki keterampilan yang tinggi tetapi
5. Pada Abad Pengetahuan nampaknya memiliki suatu tingkah laku yang
praktek pembelajaran tergantung pada dipersyaratkan.
piranti-piranti pengetahuan modern yakni Memperhatikan kualitas guru di
komputer dan telekomunikasi, namun Indonesia memang jauh berbeda dengan
sebagian besar karakteristik Abad dengan guru-guru yang ada di Amerika
Pengetahuan bisa dicapai tanpa Serikat atau Inggris. Di Amerika Serikat
memanfaatkan piranti modern. Meskipun pengembangan profesional guru harus
teknologi informasi dan telekomunikasi memenuhi standar sebagaimana yang
merupakan katalis yang penting yang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998)
membawa kita pada metode belajar Abad dan NRC (1996) bahwa ada empat
Pengetahuan, perlu diingat bahwa yang standar standar pengembangan profesi
membedakan metode tersebut adalah guru yaitu; (1) Standar pengembangan
pelaksanaan hasilnya bukan alatnya. Kita profesi A adalah pengembangan profesi
dapat melengkapi peralatan lembaga untuk para guru sains memerlukan
pendidikan kita dengan teknologi canggih pembelajaran isi sains yang diperlukan
melalui perspektif-perspektif dan metode-

1036
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini secara mendalam bahan/mata pelajaran
melalui sebuah proses observasi yang diajarkannya serta cara
fenomena alam, membuat penjelasan- mengajarnya kepada siswa, (3) Guru
penjelasan dan menguji penjelasan- bertanggung jawab memantau hasil
penjelasan tersebut berdasarkan belajar siswa melalui berbagai cara
fenomena alam; (2) Standar evaluasi, (4) Guru mampu berfikir
pengembangan profesi B adalah sistematis tentang apa yang dilakukannya
pengembangan profesi untuk guru sains dan belajar dari pengalamannya, (5) Guru
memerlukan pengintegrasian seyogyanya merupakan bagian dari
pengetahuan sains, pembelajaran, masyarakat belajar dalam lingkungan
pendidikan, dan siswa, juga menerapkan profesinya.
pengetahuan tersebut ke pengajaran Arifin (2000) mengemukakan guru
sains. Pada guru yang efektif tidak hanya Indonesia yang profesional dipersyaratkan
tahu sains namun mereka juga tahu mempunyai; (1) dasar ilmu yang kuat
bagaimana mengajarkannya. Guru yang sebagai pengejawantahan terhadap
efektif dapat memahami bagaimana siswa masyarakat teknologi dan masyarakat
mempelajari konsep-konsep yang penting, ilmu pengetahuan di abad 21; (2)
konsep-konsep apa yang mampu penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan
dipahami siswa pada tahap-tahap riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu
pengembangan, profesi yang berbeda, pendidikan sebagai ilmu praksis bukan
dan pengalaman, contoh dan representasi hanya merupakan konsep-konsep belaka.
apa yang bisa membantu siswa belajar; Pendidikan merupakan proses yang
(3) Standar pengembangan profesi C terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah,
adalah pengembangan profesi untuk para serta riset pendidikan hendaknya
guru sains memerlukan pembentukan diarahkan pada praksis pendidikan
pemahaman dan kemampuan untuk masyarakat Indonesia; (3) pengembangan
pembelajaran sepanjang masa. Guru kemampuan profesional
yang baik biasanya tahu bahwa dengan berkesinambungan, profesi guru
memilih profesi guru, mereka telah merupakan profesi yang berkembang
berkomitmen untuk belajar sepanjang terus menerus dan berkesinambungan
masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan antara LPTK dengan praktek pendidikan.
sehingga guru berkesempatan terus untuk Kekerdilan profesi guru dan ilmu
belajar; (4) Standar pengembangan pendidikan disebabkan terputusnya
profesi D adalah program-program profesi program pre-service dan in-service karena
untuk guru sains harus koheren pertimbangan birokratis yang kaku atau
(berkaitan) dan terpadu. Standar ini manajemen pendidikan yang lemah.
dimaksudkan untuk menangkal Dengan adanya persyaratan
kecenderungan kesempatan-kesempatan profesionalisme guru ini, perlu adanya
pengembangan profesi terfragmentasi dan paradigma baru untuk melahirkan profil
tidak berkelanjutan. guru Indonesia yang profesional di abad
Apabila guru di Indonesia telah 21 yaitu; (1) memiliki kepribadian yang
memenuhi standar profesional guru matang dan berkembang; (2) penguasaan
sebagaimana yang berlaku di Amerika ilmu yang kuat; (3) keterampilan untuk
Serikat maka kualitas Sumber Daya membangkitkan peserta didik kepada
Manusia Indonesia semakin baik. Selain sains dan teknologi; dan (4)
memiliki standar profesional guru pengembangan profesi secara
sebagaimana uraian di atas, di Amerika berkesinambungan. Keempat aspek
Serikat sebagaimana diuraikan dalam tersebut merupakan satu kesatuan utuh
jurnal Educational Leadership 1993 yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah
(dalam Supriadi 1998) dijelaskan bahwa dengan usaha lain yang ikut
untuk menjadi profesional seorang guru mempengaruhi perkembangan profesi
dituntut untuk memiliki lima hal: (1) Guru guru yang profesional.
mempunyai komitmen pada siswa dan Dimensi lain dari pola pembinaan
proses belajarnya, (2) Guru menguasai profesi guru adalah (1) hubungan erat

1037
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

antara perguruan tinggi dengan berat karena bukan saja guru harus
pembinaan SLTA; (2) meningkatkan mempersiapkan generasi muda memasuki
bentuk rekrutmen calon guru; (3) program abad pengetahuan, melainkan harus
penataran yang dikaitkan dengan praktik mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik
lapangan; (4) meningkatkan mutu sebagai individu maupun sebagai
pendidikan calon pendidik; (5) profesional.
pelaksanaan supervisi; (6) peningkatan Faktor-faktor Penyebab
mutu manajemen pendidikan berdasarkan Rendahnya Profesionalisme Guru Kondisi
Total Quality Management (TQM); (7) pendidikan nasional kita memang tidak
melibatkan peran serta masyarakat secerah di negara-negara maju. Baik
berdasarkan konsep linc and match; (8) institusi maupun isinya masih memerlukan
pemberdayaan buku teks dan alat-alat perhatian ekstra pemerintah maupun
pendidikan penunjang; (9) pengakuan masyarakat. Dalam pendidikan formal,
masyarakat terhadap profesi guru; (10) selain ada kemajemukan peserta, institusi
perlunya pengukuhan program Akta yang cukup mapan, dan kepercayaan
Mengajar melalui peraturan perundangan; masyarakat yang kuat, juga merupakan
dan (11) kompetisi profesional yang positif tempat bertemunya bibit-bibit unggul yang
dengan pemberian kesejahteraan yang sedang tumbuh dan perlu penyemaian
layak. yang baik. Pekerjaan penyemaian yang
Apabila syarat-syarat baik itu adalah pekerjaan seorang guru.
profesionalisme guru di atas itu terpenuhi Jadi guru memiliki peran utama dalam
akan mengubah peran guru yang tadinya sistem pendidikan nasional khususnya
pasif menjadi guru yang kreatif dan dan kehidupan kita umumnya.
dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat Guru sangat mungkin dalam
Semiawan (1991) bahwa pemenuhan menjalankan profesinya bertentangan
persyaratan guru profesional akan dengan hati nuraninya, karena ia paham
mengubah peran guru yang semula bagaimana harus menjalankan profesinya
sebagai orator yang verbalistis menjadi namun karena tidak sesuai dengan
berkekuatan dinamis dalam menciptakan kehendak pemberi petunjuk atau
suatu suasana dan lingkungan belajar komando maka cara-cara para guru tidak
yang invitation learning environment. dapat diwujudkan dalam tindakan nyata.
Dalam rangka peningkatan mutu Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya
pendidikan, guru memiliki multi fungsi kemandirian atau otonomi itulah yang
yaitu sebagai fasilitator, motivator, mematikan profesi guru dari sebagai
informator, komunikator, transformator, pendidik menjadi pemberi instruksi atau
change agent, inovator, konselor, penatar. Bahkan sebagai penatarpun guru
evaluator, dan administrator (Soewondo, tidak memiliki otonomi sama sekali. Selain
1972 dalam Arifin 2000). itu, ruang gerak guru selalu dikontrol
Pengembangan profesionalisme melalui keharusan membuat satuan
guru menjadi perhatian secara global, pelajaran (SP). Padahal, seorang guru
karena guru memiliki tugas dan peran yang telah memiliki pengalaman mengajar
bukan hanya memberikan informasi- di atas lima tahun sebetulnya telah
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, menemukan pola belajarnya sendiri.
melainkan juga membentuk sikap dan jiwa Dengan dituntutnya guru setiap kali
yang mampu bertahan dalam era mengajar membuat SP maka waktu dan
hiperkompetisi. Tugas guru adalah energi guru banyak terbuang. Waktu dan
membantu peserta didik agar mampu energi yang terbuang ini dapat
melakukan adaptasi terhadap berbagai dimanfaatkan untuk mengembangkan
tantangan kehidupan serta desakan yang dirinya.
berkembang dalam dirinya. Akadum (1999) menyatakan dunia
Pemberdayaan peserta didik ini meliputi guru masih terselingkung dua masalah
aspek-aspek kepribadian terutama aspek yang memiliki mutual korelasi yang
intelektual, sosial, emosional, dan pemecahannya memerlukan kearifan dan
keterampilan. Tugas mulia itu menjadi kebijaksanaan beberapa pihak terutama

1038
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

pengambil kebijakan; (1) profesi keguruan PGRI sepantasnya mulai mengupayakan


kurang menjamin kesejahteraan karena profesionalisme para anggo-tanya.
rendah gajinya. Rendahnya gaji Dengan melihat adanya faktor-fak tor
berimplikasi pada kinerjanya; (2) yang menyebabkan rendahnya
profesionalisme guru masih rendah. profesionalisme guru, pemerintah
Selain faktor di atas faktor lain berupaya untuk mencari alternatif untuk
yang menyebabkan rendahnya meningkatkan profesi guru.
profesionalisme guru disebabkan oleh
antara lain; (1) masih banyak guru yang E. Upaya Meningkatkan
tidak menekuni profesinya secara utuh. Profesionalisme Guru SMK
Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang Pemerintah telah berupaya untuk
bekerja di luar jam kerjanya untuk meningkatkan profesionalisme guru
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari diantaranya meningkatkan kualifikasi dan
sehingga waktu untuk membaca dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih
menulis untuk meningkatkan diri tidak tinggi bagi tenaga pengajar Sekolah
ada; (2) belum adanya standar profesional Menengah Kejuruan. Program
guru sebagaimana tuntutan di negara- penyetaaan Diploma III bagi guru-guru
negara maju; (3) kemungkinan SMK. Meskipun demikian penyetaraan ini
disebabkan oleh adanya perguruan tinggi tidak bermakna banyak, kalau guru
swasta sebagai pencetak guru yang tersebut secara entropi kurang memiliki
lulusannya asal jadi tanpa daya untuk melakukan perubahan. Selain
mempehitungkan outputnya kelak di diadakannya penyetaraan guru-guru,
lapangan sehingga menyebabkan banyak upaya lain yang dilakukan pemerintah
guru yang tidak patuh terhadap etika adalah program sertifikasi. Selain
profesi keguruan; (4) kurangnya motivasi sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan
guru dalam meningkatkan kualitas diri di Indonesia untuk meningkatkan
karena guru tidak dituntut untuk meneliti profesionalisme guru, misalnya PKG
sebagaimana yang diberlakukan pada (Pusat Kegiatan Guru, dan KKG
dosen di perguruan tinggi. (Kelompok Kerja Guru) yang
Akadum (1999) juga memungkinkan para guru untuk berbagi
mengemukakan bahwa ada lima pengalaman dalam memecahkan
penyebab rendahnya profesionalisme masalah-masalah yang mereka hadapi
guru; (1) masih banyak guru yang tidak dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi,
menekuni profesinya secara total, (2) 1998).
rentan dan rendahnya kepatuhan guru Profesionalisasi harus dipandang
terhadap norma dan etika profesi sebagai proses yang terus menerus.
keguruan, (3) pengakuan terhadap ilmu Dalam proses ini, pendidikan prajabatan,
pendidikan dan keguruan masih setengah pendidikan dalam jabatan termasuk
hati dari pengambilan kebijakan dan penataran, pembinaan dari organisasi
pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari profesi dan tempat kerja, penghargaan
masih belum mantapnya kelembagaan masyarakat terhadap profesi keguruan,
pencetak tenaga keguruan dan penegakan kode etik profesi, sertifikasi,
kependidikan, (4) masih belum smooth- peningkatan kualitas calon guru, imbalan,
nya perbedaan pendapat tentang proporsi dll secara bersama-sama menentukan
materi ajar yang diberikan kepada calon pengembangan profesionalisme
guru, (5) masih belum berfungsi PGRI seseorang termasuk guru.
sebagai organisasi profesi yang berupaya Dengan demikian usaha
secara makssimal meningkatkan meningkatkan profesionalisme guru SMK
profesionalisme anggotanya. merupakan tanggung jawab bersama
Kecenderungan PGRI bersifat politis antara LPTK khususnya FPTK atau
memang tidak bisa disalahkan, terutama Fakultas Teknik Universitas Eks IKIP,
untuk menjadi pressure group agar dapat sebagai penghasil guru, instansi yang
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. membina guru (dalam hal ini Depdiknas
Namun demikian di masa mendatang

1039
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

atau yayasan swasta), PGRI dan determinan bagi keberhasilan pendidikan,


masyarakat. maka keberadaan dan peningkatan
Dari beberapa upaya yang telah profesi guru menjadi wacana yang sangat
dilakukan pemerintah di atas, faktor yang penting. Pendidikan di abad pengetahuan
paling penting agar guru-guru dapat menuntut adanya manajemen pendidikan
meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu modern dan profesional dengan
dengan menyetarakan banyaknya jam bernuansa pendidikan.
kerja dengan gaji guru. Program apapun Kemerosotan pendidikan bukan
yang akan diterapkan pemerintah tetapi diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh
jika gaji guru rendah, jelaslah untuk kurangnya kemampuan profesionalisme
memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan guru dan keengganan belajar siswa.
mencari pekerjaan tambahan untuk Profesionalisme menekankan kepada
mencukupi kebutuhannya. Tidak heran penguasaan ilmu pengetahuan atau
kalau guru-guru di negara maju kemampuan manajemen beserta strategi
kualitasnya tinggi atau dikatakan penerapannya. Profesionalisme bukan
profesional, karena penghargaan sekadar pengetahuan teknologi dan
terhadap jasa guru sangat tinggi. Dalam manajemen tetapi lebih merupakan sikap,
Journal PAT (2001) dijelaskan bahwa di pengembangan profesionalisme lebih dari
Inggris dan Wales untuk meningkatkan seorang teknisi bukan hanya memiliki
profesionalisme guru pemerintah mulai keterampilan yang tinggi tetapi memiliki
memperhatikan pembayaran gaji guru suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
diseimbangkan dengan beban kerjanya. Guru SMK yang profesional pada
Di Amerika Serikat hal ini sudah lama dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang
berlaku sehingga tidak heran kalau berarti pada tataran kematangan yang
pendidikan di Amerika Serikat menjadi mempersyaratkan willingness dan ability,
pola anutan negara-negara ketiga. Di baik secara intelektual maupun pada
Indonesia telah mengalami hal ini tetapi kondisi yang prima. Profesionalisasi harus
ketika jaman kolonial Belanda. Setelah dipandang sebagai proses yang terus
memasuki jaman orde baru semua ber menerus. Usaha meningkatkan
ubah sehingga kini dampaknya terasa, profesionalisme guru merupakan
profesi guru menduduki urutan terbawah tanggung jawab bersama antara LPTK
dari urutan profesi lainnya seperti dokter, sebagai pencetak guru, instansi yang
jaksa, dll. membina guru (dalam hal ini Depdiknas
atau yayasan swasta), PGRI dan
F. Kesimpulan dan Saran masyarakat.
Memperhatikan peran guru dan
tugas guru sebagai salah satu faktor

REFERENCE
Ani, M. Hasan, Dra., M.Pd. Pengembangan profesionalisme guru di abad pengetahuan.
(akses internet Pendidikan network). 2003.
Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. (Online)
(http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd, diakses 7 Juni
2001). Hlm. 1-2.
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era
Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Malang, 25-26 Juli 2001.
Dahrin, D. 2000. Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip:
Transformasi Pendidikan. Komunitas, Forum Rektor Indonesia. Vol.1 No. Hlm 24.
Degeng, N.S. 1999. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan
Demokrasi. Jurnal Getengkali Edisi 6 Tahun III 1999/2000. Hlm. 2-9.

1040
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional

Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-
Based Technology and Future Skill Sets. Educational Technology Nopember-
Desember 1999. Hlm. 14-22.
Maister, DH. 1997. True Professionalism. New York: The Free Press.
Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma and The Teacher of Tomorrow, 17th.
Convention of the Asean Council of Teachers (ACT); 5-8 Desember, 1996,
Republic of Singapore.
Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, (Alih
bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramdeia.
Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan Besar,
Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan. (Online) (http://www.suara
pembaharuan.com/ News/1998/08/230898, diakses 7 Juni 2001). Hlm. 1-2.
NRC. 1996. Standar for Professional Development for Teacher Science. Hlm. 59-70
Pantiwati, Y. 2001. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Program Sertifikasi
Guru Bidang Studi (untuk Guru MI dan MTs). Makalah Dipresentasikan. Malang:
PSSJ PPS Universitas Malang. Hlm.1-12.
Journal PAT. 2001. Teacher in England and Wales. Professionalisme in Practice: the PAT
Journal. April/Mei 2001. (Online) (http://members.
aol.com/PTRFWEB/journal1040.html, diakses 7 Juni 2001)
Semiawan, C.R. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang
Abad XXI. Jakarta: Grasindo.
Stiles, K.E. dan Loucks-Horsley, S. 1998. Professional Development Strategies:
Proffessional Learning Experiences Help Teachers Meet the Standards. The
Science Teacher. September 1998. hlm. 46-49).
Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No. 3-4/1996.
Hlm. 9-11.
Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud.
Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan Abad ke-
21 (I); Organisasi & Profesi. Suara Guru No. 7/1998. Hlm. 15-17.
Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif
Abad 21. Magelang: Indonesia Tera.
Trilling, B. dan Hood, P. 1999. Learning, Technology, and Education Reform in the
Knowledge Age or "We're Wired, Webbed, and Windowed, Now What"?
Educational Technology may-June 1999. Hlm. 5-18.

1041

You might also like