Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Nahriana *
ABSTRACT
Guru SMK yang profesional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada
tataran kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara
intelektual maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi harus dipandang sebagai
proses yang terus menerus. Usaha meningkatkan profesionalisme guru merupakan
tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai pencetak guru, instansi yang membina
guru (dalam hal ini Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI dan masyarakat
1033
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
1034
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
1035
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
1036
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini secara mendalam bahan/mata pelajaran
melalui sebuah proses observasi yang diajarkannya serta cara
fenomena alam, membuat penjelasan- mengajarnya kepada siswa, (3) Guru
penjelasan dan menguji penjelasan- bertanggung jawab memantau hasil
penjelasan tersebut berdasarkan belajar siswa melalui berbagai cara
fenomena alam; (2) Standar evaluasi, (4) Guru mampu berfikir
pengembangan profesi B adalah sistematis tentang apa yang dilakukannya
pengembangan profesi untuk guru sains dan belajar dari pengalamannya, (5) Guru
memerlukan pengintegrasian seyogyanya merupakan bagian dari
pengetahuan sains, pembelajaran, masyarakat belajar dalam lingkungan
pendidikan, dan siswa, juga menerapkan profesinya.
pengetahuan tersebut ke pengajaran Arifin (2000) mengemukakan guru
sains. Pada guru yang efektif tidak hanya Indonesia yang profesional dipersyaratkan
tahu sains namun mereka juga tahu mempunyai; (1) dasar ilmu yang kuat
bagaimana mengajarkannya. Guru yang sebagai pengejawantahan terhadap
efektif dapat memahami bagaimana siswa masyarakat teknologi dan masyarakat
mempelajari konsep-konsep yang penting, ilmu pengetahuan di abad 21; (2)
konsep-konsep apa yang mampu penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan
dipahami siswa pada tahap-tahap riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu
pengembangan, profesi yang berbeda, pendidikan sebagai ilmu praksis bukan
dan pengalaman, contoh dan representasi hanya merupakan konsep-konsep belaka.
apa yang bisa membantu siswa belajar; Pendidikan merupakan proses yang
(3) Standar pengembangan profesi C terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah,
adalah pengembangan profesi untuk para serta riset pendidikan hendaknya
guru sains memerlukan pembentukan diarahkan pada praksis pendidikan
pemahaman dan kemampuan untuk masyarakat Indonesia; (3) pengembangan
pembelajaran sepanjang masa. Guru kemampuan profesional
yang baik biasanya tahu bahwa dengan berkesinambungan, profesi guru
memilih profesi guru, mereka telah merupakan profesi yang berkembang
berkomitmen untuk belajar sepanjang terus menerus dan berkesinambungan
masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan antara LPTK dengan praktek pendidikan.
sehingga guru berkesempatan terus untuk Kekerdilan profesi guru dan ilmu
belajar; (4) Standar pengembangan pendidikan disebabkan terputusnya
profesi D adalah program-program profesi program pre-service dan in-service karena
untuk guru sains harus koheren pertimbangan birokratis yang kaku atau
(berkaitan) dan terpadu. Standar ini manajemen pendidikan yang lemah.
dimaksudkan untuk menangkal Dengan adanya persyaratan
kecenderungan kesempatan-kesempatan profesionalisme guru ini, perlu adanya
pengembangan profesi terfragmentasi dan paradigma baru untuk melahirkan profil
tidak berkelanjutan. guru Indonesia yang profesional di abad
Apabila guru di Indonesia telah 21 yaitu; (1) memiliki kepribadian yang
memenuhi standar profesional guru matang dan berkembang; (2) penguasaan
sebagaimana yang berlaku di Amerika ilmu yang kuat; (3) keterampilan untuk
Serikat maka kualitas Sumber Daya membangkitkan peserta didik kepada
Manusia Indonesia semakin baik. Selain sains dan teknologi; dan (4)
memiliki standar profesional guru pengembangan profesi secara
sebagaimana uraian di atas, di Amerika berkesinambungan. Keempat aspek
Serikat sebagaimana diuraikan dalam tersebut merupakan satu kesatuan utuh
jurnal Educational Leadership 1993 yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah
(dalam Supriadi 1998) dijelaskan bahwa dengan usaha lain yang ikut
untuk menjadi profesional seorang guru mempengaruhi perkembangan profesi
dituntut untuk memiliki lima hal: (1) Guru guru yang profesional.
mempunyai komitmen pada siswa dan Dimensi lain dari pola pembinaan
proses belajarnya, (2) Guru menguasai profesi guru adalah (1) hubungan erat
1037
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
antara perguruan tinggi dengan berat karena bukan saja guru harus
pembinaan SLTA; (2) meningkatkan mempersiapkan generasi muda memasuki
bentuk rekrutmen calon guru; (3) program abad pengetahuan, melainkan harus
penataran yang dikaitkan dengan praktik mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik
lapangan; (4) meningkatkan mutu sebagai individu maupun sebagai
pendidikan calon pendidik; (5) profesional.
pelaksanaan supervisi; (6) peningkatan Faktor-faktor Penyebab
mutu manajemen pendidikan berdasarkan Rendahnya Profesionalisme Guru Kondisi
Total Quality Management (TQM); (7) pendidikan nasional kita memang tidak
melibatkan peran serta masyarakat secerah di negara-negara maju. Baik
berdasarkan konsep linc and match; (8) institusi maupun isinya masih memerlukan
pemberdayaan buku teks dan alat-alat perhatian ekstra pemerintah maupun
pendidikan penunjang; (9) pengakuan masyarakat. Dalam pendidikan formal,
masyarakat terhadap profesi guru; (10) selain ada kemajemukan peserta, institusi
perlunya pengukuhan program Akta yang cukup mapan, dan kepercayaan
Mengajar melalui peraturan perundangan; masyarakat yang kuat, juga merupakan
dan (11) kompetisi profesional yang positif tempat bertemunya bibit-bibit unggul yang
dengan pemberian kesejahteraan yang sedang tumbuh dan perlu penyemaian
layak. yang baik. Pekerjaan penyemaian yang
Apabila syarat-syarat baik itu adalah pekerjaan seorang guru.
profesionalisme guru di atas itu terpenuhi Jadi guru memiliki peran utama dalam
akan mengubah peran guru yang tadinya sistem pendidikan nasional khususnya
pasif menjadi guru yang kreatif dan dan kehidupan kita umumnya.
dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat Guru sangat mungkin dalam
Semiawan (1991) bahwa pemenuhan menjalankan profesinya bertentangan
persyaratan guru profesional akan dengan hati nuraninya, karena ia paham
mengubah peran guru yang semula bagaimana harus menjalankan profesinya
sebagai orator yang verbalistis menjadi namun karena tidak sesuai dengan
berkekuatan dinamis dalam menciptakan kehendak pemberi petunjuk atau
suatu suasana dan lingkungan belajar komando maka cara-cara para guru tidak
yang invitation learning environment. dapat diwujudkan dalam tindakan nyata.
Dalam rangka peningkatan mutu Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya
pendidikan, guru memiliki multi fungsi kemandirian atau otonomi itulah yang
yaitu sebagai fasilitator, motivator, mematikan profesi guru dari sebagai
informator, komunikator, transformator, pendidik menjadi pemberi instruksi atau
change agent, inovator, konselor, penatar. Bahkan sebagai penatarpun guru
evaluator, dan administrator (Soewondo, tidak memiliki otonomi sama sekali. Selain
1972 dalam Arifin 2000). itu, ruang gerak guru selalu dikontrol
Pengembangan profesionalisme melalui keharusan membuat satuan
guru menjadi perhatian secara global, pelajaran (SP). Padahal, seorang guru
karena guru memiliki tugas dan peran yang telah memiliki pengalaman mengajar
bukan hanya memberikan informasi- di atas lima tahun sebetulnya telah
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, menemukan pola belajarnya sendiri.
melainkan juga membentuk sikap dan jiwa Dengan dituntutnya guru setiap kali
yang mampu bertahan dalam era mengajar membuat SP maka waktu dan
hiperkompetisi. Tugas guru adalah energi guru banyak terbuang. Waktu dan
membantu peserta didik agar mampu energi yang terbuang ini dapat
melakukan adaptasi terhadap berbagai dimanfaatkan untuk mengembangkan
tantangan kehidupan serta desakan yang dirinya.
berkembang dalam dirinya. Akadum (1999) menyatakan dunia
Pemberdayaan peserta didik ini meliputi guru masih terselingkung dua masalah
aspek-aspek kepribadian terutama aspek yang memiliki mutual korelasi yang
intelektual, sosial, emosional, dan pemecahannya memerlukan kearifan dan
keterampilan. Tugas mulia itu menjadi kebijaksanaan beberapa pihak terutama
1038
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
1039
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
REFERENCE
Ani, M. Hasan, Dra., M.Pd. Pengembangan profesionalisme guru di abad pengetahuan.
(akses internet Pendidikan network). 2003.
Akadum. 1999. Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan. (Online)
(http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd, diakses 7 Juni
2001). Hlm. 1-2.
Arifin, I. 2000. Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era
Globalisasi. Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muhammadiyah
Malang, 25-26 Juli 2001.
Dahrin, D. 2000. Memperbaiki Kinerja Pendidikan Nasional Secara Komprehensip:
Transformasi Pendidikan. Komunitas, Forum Rektor Indonesia. Vol.1 No. Hlm 24.
Degeng, N.S. 1999. Paradigma Baru Pendidikan Memasuki Era Desentralisasi dan
Demokrasi. Jurnal Getengkali Edisi 6 Tahun III 1999/2000. Hlm. 2-9.
1040
SEMINAR INTERNASIONAL
Revitalisasi Pendidikan Kejuruan dalam Pengembangan SDM Nasional
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-
Based Technology and Future Skill Sets. Educational Technology Nopember-
Desember 1999. Hlm. 14-22.
Maister, DH. 1997. True Professionalism. New York: The Free Press.
Makagiansar, M. 1996. Shift in Global paradigma and The Teacher of Tomorrow, 17th.
Convention of the Asean Council of Teachers (ACT); 5-8 Desember, 1996,
Republic of Singapore.
Naisbitt, J. 1995. Megatrend Asia: Delapan Megatrend Asia yang Mengubah Dunia, (Alih
bahasa oleh Danan Triyatmoko dan Wandi S. Brata): Jakarta: Gramdeia.
Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan Besar,
Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan. (Online) (http://www.suara
pembaharuan.com/ News/1998/08/230898, diakses 7 Juni 2001). Hlm. 1-2.
NRC. 1996. Standar for Professional Development for Teacher Science. Hlm. 59-70
Pantiwati, Y. 2001. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Program Sertifikasi
Guru Bidang Studi (untuk Guru MI dan MTs). Makalah Dipresentasikan. Malang:
PSSJ PPS Universitas Malang. Hlm.1-12.
Journal PAT. 2001. Teacher in England and Wales. Professionalisme in Practice: the PAT
Journal. April/Mei 2001. (Online) (http://members.
aol.com/PTRFWEB/journal1040.html, diakses 7 Juni 2001)
Semiawan, C.R. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang
Abad XXI. Jakarta: Grasindo.
Stiles, K.E. dan Loucks-Horsley, S. 1998. Professional Development Strategies:
Proffessional Learning Experiences Help Teachers Meet the Standards. The
Science Teacher. September 1998. hlm. 46-49).
Sumargi. 1996. Profesi Guru Antara Harapan dan Kenyataan. Suara Guru No. 3-4/1996.
Hlm. 9-11.
Supriadi, D. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: Depdikbud.
Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan Abad ke-
21 (I); Organisasi & Profesi. Suara Guru No. 7/1998. Hlm. 15-17.
Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif
Abad 21. Magelang: Indonesia Tera.
Trilling, B. dan Hood, P. 1999. Learning, Technology, and Education Reform in the
Knowledge Age or "We're Wired, Webbed, and Windowed, Now What"?
Educational Technology may-June 1999. Hlm. 5-18.
1041