You are on page 1of 21

PENCEGAHAN KARHUTLA MELALUI

PEMBUKAAN LAHAN TANPA BAKAR


Oleh:
Purwantio
Sub Direktorat Sistem Kemitraan dan Masyarakat Peduli Api
Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
Rabu, 13 November 2019
PENYEBAB KENAIKAN LUAS KARHUTLA

El Nino Sumber Air


Terjadinya El-Nino Sulitnya sumber air
sedang di sejumlah untuk melakukan
provinsi rawan pemadaman
karhutla di
Indonesia Hari Tanpa
Hujan Kesiagaan
Hari tanpa hujan Kesiapsiagaan dari
yang panjang dari semua pihak yang
30 – 120 hari masih belum
Bahan maksimal
Bakaran
Penumpukan Bahan
Bakaran Sejak
Tahun 2015
Pergerakan
Uap Panas
Adanya pergerkan uap panas
dari Pasifik – Asia Tenggara Pembukaan Lahan
khususnya diwilayah Indonesia Pola pembukaan lahan /
(Sumatera dan Kalimantan) pembersihan lahan oleh
peroranagan/perusahaan masih
belum serupa secara
menyeluruh
Kabut asap 2015
menyebabkan kerugian
> 200 triliun
BUKAN
BENCANA TETAPI
ALAM BENCANA AKIBAT
KEBIASAAN
MEMBAKAR
HUTAN/LAHAN
PRINSIP KARHUTLA

99 % disebabkan
oleh manusia

PEMACU PEMICU
PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN

• Di Indonesia, 99% kebakaran hutan dan lahan disebabkan oleh


manusia (kebiasaan dan Prilaku). KEBUTUHAN LAHAN
• Penyebab
a. Kecemburuan sosial.
b. Konflik Lahan.
c. Ketidaksengajaan/kegiatan lain yang menimbulkan api PEMBUKAAN LAHAN DENGAN
(pencarian kayu bakar, rumput, rotan, madu, ikan, MEMBAKAR (KEBIASAAN, FAKTOR
EKONOMI)
berkemah, membakar sampah dll).
d. Kebutuhan akan lahan untuk pemukiman
e. Kebutuhan pertanian/ perkebunan (hutan dibuka dengan
membakar karena lebih cepat, mudah dan murah).

KONFLIK
+
FAKTOR PEMICU
• Cuaca kering/kemarau yang
panjang
• Gelombang Panas/El Nino
KEGIATAN LAIN YANG
• Bahan bakaran menumpuk di
MENIMBULKAN API
lapangan
UPAYA PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Perubahan Perilaku

PRINSIP KERJA
Mencegah bertemunya “segitiga api” Perubahan perilaku melalui
proses:
1. Transfer dan adaptasi pengetahuan
API 2. Perubahan sikap
FAKTOR MANUSIA 3. Perubahan perilaku/aksi/gerakan
SEBAGAI AKTOR
KUNCI

TAHAPAN PERUBAHAN PERILAKU


1. Masyarakat memiliki pengetahuan tentang
BAHAN pengendalian kebakaran hutan dan lahan
UDARA/
OKSIGEN BAKARAN 2. Masyarakat mempunyai sikap untuk mendukung
pengendalian kebakaran hutan dan lahan
3. Masyarakat melakukan aksi pengendalian kebakaran
hutan dan lahan
KEBIJAKAN DALKARHUTLA
PERAN PEMERINTAH (PUSAT & DAERAH) &
STAKEHOLDER (PERGURUAN TINGGI &
MASYARAKAT)
PENCEGAHAN BERBASIS DESA

BPPT
• Teknologi pengolahan lahan tanpa
bakar (PLTB) Kemendes
• Pengolahan Cuka Kayu • Penggunaan Dana Desa untuk
Dalkarhutla

Kementerian Pertanian
KLHK
• Memetakan potensi desa rawan Permentan No.05 Tahun 2018
• Membentuk kelompok dan melakukan • Menyediakan sarana produksi
pertanian (bibit, pupuk, peralatan)
fasilitasi kepada masyarakat.
• Merencanakan kegiatan sesuai potensi
desa
• Menyiapkan tenaga pendamping desa
PUPR
• Membangun sarana prasarana desa
(irigasi, embung) Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Keuangan • Membangun infrastruktur di gambut
Mendorong perluasan penggunaan Dana
(sekat kanal, Tak Terduga
• Menyiapkan regulasi terkait insentif Dana
Transfer Daerah

PAGE 22
STRATEGI PENGENDALIAN KARHUTLA 2020

Terus mengintensifkan upaya pengendalian karhutla yang dilakukan tahun 2019,


dan memperkuat aksi pencegahan di tingkat tapak, melalui :

1. Inventarisasi potensi setiap desa-desa rawan karhutla pada 4.140 desa rawan karhutla, meliputi : jumlah
masyarakat, jumlah pemilik lahan pertanian/perkebunan, luas lahan eksisting, peruntukan lahan tersedia,
Mata pencarian pokok, sumberdaya alam disekitar, usia produktif.
2. Meningkatkan livehood masyarakat desa, melalui diversifikasi usaha pertanian melalui pertanian terpadu.
Pemerintah memberikan insentif sesuai potensi desa, contoh : potensi perikanan harus diberikan
dukungan bibit dari KKP, pembangunan infrastruktur (embung, saluran air), pendampingan, sampai
dengan pemasaran yang dapat didukung melalui program CSR.
3. Mengembangkan penerapan teknologi pembukaaan lahan tanpa bakar (PLTB) melalui pengolahan
kompos, cuka kayu, briket arang dan mekanisasi pertanian yang disertai dengan pelatihan/pendampingan.
4. Perusahaan bidang kehutanan dan perkebunan diharuskan menjalankan kewajiban-kewajiban dalam
pencegahan karhutla yang telah diatur oleh regulasi, dan membantu masyarakat desa sekitar kawasannya
untuk mengembangkan alternatif usaha perekonomian
5. Dukungan anggaran terkait pencegahan karhutla, dari Pemerintah Pusat (APBN), Dana Desa, Pemerintah
daerah (APBD, DBH-DR)
PERAN PEMERINTAH (DAERAH & PUSAT)

PERAN PEMERINTAH PUSAT PERAN DAERAH

REGULASI
REGULASI
PENGANGGARAN / APBD

DUKUNGAN ANGGARAN
PERATURAN DAERAH

PENYIAPAN SDM DAN SARPRAS SDM DAN SARPRAS

PENDAMPINGAN SDM DAN SARPRAS


MATRIK PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Pokok Masalah Kelemahan yang ada Langkah Kerja

Kejadian kebakaran hutan dan lahan a. Rendahnya kapasitas masyarakat a. Pendampingan/ advokasi pencegahan
masih terjadi setiap tahun di propinsi desa dalam upaya pencegahan karhutla bagi masyarakat
rawan karhutla, Sumatera dan karhutla, b. Pelatihan pencegahan karhutla bagi
Kalimantan dan di luar pulau Sumatera b. Belum adanya kelembagaan masyarakat
dan Kalimantan terutama pada musim permanen terkait pencegahan c. Perlunya penggunaan Dana Desa untuk
kemarau yang cukup panjang. karhutla mendukung aktivitas pencegahan karhutla
termasuk mendukung kegiatan Pembukaan
Lahan Tanpa Bakar (PLTB)
d. Melibatkan Penyuluh Kehutanan dan MPA
PEMBUKAAN LAHAN TANPA BAKAR
PENGUATAN DESA SEBAGAI PELAKSANA DALKARHUTLA di TINGKAT TAPAK

DASAR PEMIKIRAN DAN AKSI PERUBAHAN PARADIGMA INTERVENSI


• UU No,. 6 tahun 2014, desa • Cara pandang lama: masyarakat desa • Peningkatan pengetahuan
didorong berperan aktif, memiliki sekitar gambut sebagai ancaman atau masyarakat desa untuk berperan
kewenangan dalam urusan tata objek pembangunan yang dalam dalkarhutla
ruang dan pengembangan kawasan tereksploitasi dan termarginalisasi • Penguatan kelembagaan desa
pedesaan serta sebagai bagian secara ekonomi politik dan sosial
terutama terkait perlindungan
sistem pembangunan • Cara Pandang Baru : Masyarakat desa ekologi desa
• Perubahan paradigma menuju desa menjadi bagian subjek aktif yang • Pendampingan desa terutama dalam
membangun makin berdaya dan berperan penting dalam perencanaan program desa dan
mengisyaratkan sistem pengendalian karhutla khususnya penggunaan dana desa untuk
perencanaan pembangunan yang dalam penyelamatan ekologi gambut memasukkan unsur perlindungan
partisipatoris untuk keperluan ekonomi dan
ekologi terutama pengendalian
kelestarian alam dan pembangunan
• Masyarakat desa adalah entitas karhutla
terdampak dalam kebakaran hutan • Mendorong terbentuknya satgas desa
dan lahan

MASYARAKAT DESA BERDAYA MENJAGA


LINGKUNGANNYA
TUJUAN

1. Mengubah pola budayla pembukaan lahan dengan membakar, menjadi


membudayakan kegiatan penyiapan lahan tanpa bakar.
2. Penerapan pemanfaatan teknologi inovasi ramah lingkungan, pemanfaatan potensi
limbah bahan bakaran dan potensi daya dukung sumberdaya alam di masing-masing
desa dengan memperhatikan kearifan lokal.
3. Peningkatan pendapatan masyarakat desa secara berkesinambungan dengan
maksimalisasi lahan milik masyarakat melalui integrated farmiing pertanian,
perternakan, perikanan serta kehutanan dalam satu kawasan terpadu.
4. Kolaborasi dengan para pihak dalam memasarkan hasil produksi.
SKEMA PEMBUKAAN LAHAN TANPA BAKAR
Melalui integrated farming system
Pemanfaatan hasil PLTB KLHK mengembangkan opsi
solusi PLTB bagi masyarakat
Biomass
melalui pemanfaatan sisa hasil
Pyrolisis Stove pembersihan lahan untuk
Power Plant
dimanfaatkan menjadi cuka
kayu, kompos dan briket arang.
Pengembangan PLTB
dilaksanakan di 35 daops
Manggala Agni;

Fodder P
Manures

Biodigeste
r
L
Wood Vinegar
(cuka Kayu) Charcoal
Bricket
T
B
Pilot Project Pembuatan Cuka Kayu oleh Daops Manggala Agni (Program PLTB)
Proses Pembuatan cuka kayu Pemanfaatan cuka kayu

Lokasi: Daops Manggala Agni Pengembangan cuka kayu saat ini sudah mendapatkan dukungan dari PT. Pupuk
Ketapang, Kalimantan Barat Kaltim untuk pembuatan plot contoh di Kalimantan Barat. Keberhasilan plot
contoh dengan tanaman jagung di Kalimantan Barat akan memasuki panen
kedua pada Bulan Agustus 2019.
1. Paling siap berubah
2. Siap menjadi inisiator
Ajung Tahun 1993/94, Lahan 3. Siap menjadi agen perubahan
Pertanian Luas 14 Ha, Desa 4. Jumlah sedikit
Rasau Utama, Rasau Jaya, 5. Efektif dikuatkan perannya
Kab. Kubu Raya (Kalbar) untuk menyebarkan “virus”
keberhasilan

SOLO KARIR

Achmad Tamaruddin,1980 1. BISA


Teknik Agroforestry MENJADI
Desa Klampangan 1,7 ha CONTOH
(Kalteng) UNTUK
INSENTIF
EKONOMI
MEMBANGUN
KELOMPOK TANI

Rustamaji, Pengalaman: 20
KEBIJAKAND
tahun sejak 2005
ESA
Filosofi: berbagi ilmu
Lokasi: Eks Lahan Transmigrasi,
Rasau Jaya 2, Rasau Jaya, Kab Kubu Raya
(Kalbar)
KESIMPULAN

1. Data Potensi Tiap Desa Harus Lengkap dengan keinginan masyarakat;


2. Pembuatan rencana komprehensif menitikberatkan pada kegiatan pencegahan;
3. Sistem penganggaran yang bisa mendukung kegiatan pencegahan kebakaran
hutan dan lahan;
4. Pemerintah (pusat, daerah) dan semua stakeholder bersinergi dalam mengatasi
bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan, mulai dari upaya pencegahan,
pemadaman darat dan udara serta penegakan hukum;
5. Upaya pencegahan permanen perlu terus dilakukan, dioptimalkan dan
diutamakan terutama pencegahan di tingkat tapak;
6. Bentuk kelembagaan yang harus ada seperti apa (di tingkat kecamatan/desa);
7. Kebakaran hutan dan lahan adalah masalah bersama, sehingga semua pihak
harus berkontribusi aktif sesuai dengan peran masing-masing dalam
pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
TERIMA KASIH

You might also like