Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Penambahan Tepung Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) sebagai Substitusi Tepung
Tapioka terhadap Mutu Bakso Daging Ayam
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan tepung biji nangka sebagai substitusi tepung tapioka
terhadap mutu bakso daging ayam. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen meliputi preparasi sampel, perendaman,
pengeringan, pengayakan, uji mutu tepung, pembuatan bakso daging
ayam dan uji mutu bakso daging ayam. Mutu bakso daging ayam yang
dimaksud pada penelitian ini dilihat dari aspek kimia meliputi kadar
air, kadar abu, kadar ptotein, kadar lemak dan uji organoleptik
meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur. Pembuatan bakso daging
ayam menggunakan perbandingan 1 : 2 (tepung : daging ayam)
dimana tepung yang digunakan bervariasi yaitu a (100% tepung
tapioka : 100 gram daging ayam), b (50% tepung tapioka : 50%
tepung biji nangka : 100 gram daging ayam) dan c (100% tepung biji
nangka : 100 gram daging ayam). Hasil analisis aspek kimia bakso
daging ayam tepung biji nangka sebagai substitusi tepung tapioka
yaitu kadar air 64,69%, kadar abu 1,24%, kadar protein 8,34%, kadar
lemak 0,39% dan uji organoleptiknya yaitu warna 3,00, aroma 2,87,
rasa 2,81 dan tekstur 3,12.
Kata Kunci : Artocarpus heterophyllus Lamk, Tepung Biji Nangka,
Bakso Daging Ayam, Uji Organoleptik
ABSTRACT
This research aimed to determine the effect of jackfruit seed
flour addition as tapioka flour substituted to the quality of chicken
meatballs. This research was an experimental research consisted of
several stage include sample preparation, maseration, drying, sieving,
flour quality test, chicken meatballs production and chicken meatballs
quality test. Quality of chicken meatballs referred to the chemical
aspect include water content, ash content, ptotein content, fat content
and organoleptic test include color, aroma, flavor and texture. Chicken
meatballs was produced using a ratio of 1: 2 (flour: chicken), where
the flour used vary namely a (100% of tapioca flour : 100 grams of
chicken meat), b (50% tapioca flour : 50% jackfruit seeds flour : 100
grams of chicken meat) and c (100% jackfruit seed flour : 100 grams
chicken meat). The chemical aspect analysis result of chicken
meatball using jackfruit seed flour as tapioka flour substituted showed
ayam pada penelitian ini adalah batang Cawan petri yang telah dicuci
pengaduk, spatula, timbangan, oven, bersih dikeringkan dalam oven selama 15
pengayakan, tanur, gegep, eksikator, menit lalu didinginkan dalam eksikator,
erlenmeyer, spatula, labu ukur, pipet kemudian ditimbang beratnya. Bahan
volume, buret , pipet tetes, alat soxhlet, sampel ditimbang sebanyak 2 gr dengan
gelas ukur, labu alas bulat. menggunakan cawan petri yang telah
Bahan yang digunakan pada diketahui beratnya dan diovenkan pada
pembuatan bakso daging ayam adalah suhu 1050C selama 3 jam. Selanjutnya
tepung biji nangka, tepung tapioka, daging bahan didinginkan dalam eksikator, lalu
ayam, bawang merah, bawang putih, bahan tersebut ditimbang. Bahan
garam, es batu, merica, cabe, penyedap kemudian dipanaskan kembali dalam oven
rasa dan bahan yang digunakan pada selama 30 menit, kemudian didinginkan
pengujian mutu bakso daging ayam adalah dalam eksikator lalu ditimbang. Perlakuan
Asam Sulfat pekat (H2SO4), Natrium diulang hingga diperoleh berat konstan
Hidroksida (NaOH), Asam Borat (H3BO3) (selisih penimbangan berturut-turut 0,2
1%, larutan standar Asam Klorida (HCL) mg). Kadar air dihitung dengan
0,1 N, N-Heksan, Selen Reagent Mixture, menggunakan rumus sebagai berikut :
indikator fenolftalin (PP), indikator
Bromocresol green (BCG), aquades,
KadarAir = x100%
kertas saring dan lain-lain.
didestruksi di ruang asam sampai cairan ditimbang. Kadar lemak dapat dihitung
jernih, kemudian didinginkan. Cairan dengan mengggunakan rumus:
yang diperoleh selanjutnya diencerkan ke
dalam labu takar 250 ml, Tambahkan 2-3
x 100%
tetes indikator PP 0,1 % dan NaOH
hingga pH basah, kemudian didestilasi.
Hasil destilasi ditampung dalam 20 ml
asam borat (H3BO3) 1%, Lalu dititrasi HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan HCL 0,1 N menggunakan BCG. A. Hasil Penelitian
Untuk mengetahui kesalahan yang 1. Pembuatan tepung biji nangka
disebabkan oleh zat pereaksi, pelarut atau Pembuatan tepung biji nangka
kesalahan percobaan, maka dilakukan uji menggunakan biji yang yang masih segar,
titrasi tanpa menggunakan zat uji utuh dan tidak tergores. Proses pembuatan
(blanko). Kadar nitrogen diketahui dengan dimulai dengan membersihkan biji nangka
menggunakan rumus sebagai berikut : menggunakan air mengalir agar kotoran
yang melekat pada biji nangka hilang. Biji
N (%) = x 100%
nangka yang telah bersih dipisahkan dari
kulit luar dan kulit arinya dengan
Kadar protein (%) = % Nitrogen – faktor menggunakan pisau (Stainless stell)
Konfersi. kemudian dipotong kecil-kecil dengan
ukuran ±2 mm. Biji nangka direndam
d. Analisis kadar lemak (Sediaoetama, sebentar kemudian di lakukan pemutihan
1987) selama 10 menit. Biji nangka yang telah
Kadar lemak suatu bahan direndam ditiriskan dan di oven pada suhu
makanan dinyatakan dalam persen, lemak 600C selama 2,5 jam sampai diperoleh biji
yang ditentukan dengan metode soxhlet nangka kering. Biji nangka yang telah
adalah lemak total atau lemak kasar. kering dihaluskan mengunakan blender
Pengujian dimulai dengan menggerus kering kemudian diayak (80 Mesh) hingga
bahan kemudian ditimbang 2 gr, diperoleh tepung biji nangka yang
dibungkus dalam aluminium foil dan berwarna putih kecoklatan.
dikeringkan dalam oven pada suhu 1050C.
Masukkan sampel kedalam labu alas Tabel 1. Data Hasil Analisis Mutu Kimia
bulat yang telah diketahui beratnya Tepung Biji Nangka
kemudian tambahkan 15 mL N-Heksan Nilai Gizi
Komposisi Kimia
dan diamkan selama 8 jam. Pelarut Tepung
kemudian dipindahkan kedalam labu alas Kadar Air (%) 11,05
bulat kosong lain yang telah diketahui Kadar Abu (%) 3,39
beratnya. Labu alas bulat yang berisi
sampel ditambahkan kembali dengan N- Kadar Protein (%) 8,97
Heksan dan didiamkan selama 8 jam. Kadar Lemak (%) 0,62
Pelarut N-Heksan dipindahkan kedalam
labu alas bulat yang telah berisi N-Heksan 2. Pembuatan Bakso Daging Ayam
sebelumnya sampai pelarut N-Heksan Pembuatan bakso daging ayam
habis (2x). labu yang berisi pelarut N- terdiri dari empat tahap yaitu 1)
Heksan yang telah menguap kemudian penghancuran daging ayam, 2) pembuatan
adonan, 3) pencetakan bakso dan 4)
Warna cokelat ini berasal dari biji nangka ayam) sebesar 69,85%, sedangkan kadar
yang telah mengalami reaksi pencoklatan air yang terendah ditunjukkan pada
antara senyawa fenolik dan enzim perlakuan a (100% tepung tapioka : 100
polifenol oksidase yang menghasilkan gram daging ayam) sebesar 60,68%
pigmen warna cokelat (melanin). (Tabel 2). Menurut SNI 01-3818-1995
Dari penelitian yang dilakukan kadar air pada bakso daging maksimal 70
pada tepung biji nangka diperoleh kadar %, hal ini menunjukkan bahwa kadar air
air 11,05%, kadar abu 3,39%, kadar yang diperoleh pada penelitian ini sesuai
protein 8,97% dan kadar lemak 0,62%. dengan batasan air menurut SNI.
Menurut SNI kadar tepung yang bagus Penambahan tepung biji nangka
meliputi kadar air maksimal 14,5%, kadar pada adonan bakso daging ayam yang
abu maksimal 5%, kadar protein minimal dihasilkan akan semakin mengembang,
7%, dan kadar lemak maksimal 1,7% hal ini disebabkan karena kandungan pati
(Tabel 1). Dari hasil uji mutu tepung biji pada tepung biji nangka mengalami proses
nangka maka dapat disimpulkan bahwa gelatinisasi dimana pati mentah hanya
tepung biji nangka yang diperoleh sesuai akan menyerap air hingga sepertiga dari
dengan batasan SNI untuk tepung. beratnya, namun apabila pati dimasak
maka akan mampu menyerap air beberapa
2. Pengaruh Penambahan Tepung kali lipat dari beratnya sehingga
Biji Nangka Sebagai Substitusi ukurannya akan mengembang beberapa
Tepung Tapioka Terhadap Mutu kali lipat dari ukuran semula. Winarno
Bakso Daging Ayam (2004) menjelaskan pati mentah jika
Hasil penelitian analisis mutu dimasukkan ke dalam air dingin, granula
bakso ayam dan uji organoleptiknya dapat pati akan menyerap air dan membengkak,
dijelaskan sebagai berikut: namun pembengkakannya terbatas hingga
kadar 30%.
a. Analisis Mutu Bakso Daging Ayam
Dari Aspek Kimia 2) Kadar Abu
1) Kadar Air Abu adalah zat anorganik sisa
Kadar air adalah banyaknya air hasil pembakaran suatu bahan. Kadar abu
yang terkandung dalam bahan yang suatu bahan erat kaitannya dengan
dinyatakan dalam persen. Analisis kadar kandungan mineral suatu bahan.
air merupakan analisis yang sangat Pengujian kadar abu dilakukan untuk
penting karena akan mempengaruhi mengetahui kandungan mineral anorganik
penampakan, tekstur serta citarasa dalam sampel. Penentuan kadar abu
makanan. Selain itu sebagian besar dari dilakukan dengan mengoksidasi semua zat
perubahan-perubahan makanan terjadi organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar
dalam media air yang ditambahkan atau 500-600 kemudian menimbang zat yang
berasal dari bahan itu sendiri (Winarno, tertinggal setelah proses pembakaran.
2002). Prinsip pengukuran kadar air Kadar abu bakso daging ayam
adalah dengan mengeringkan bahan dalam terendah terdapat pada perlakuan a (100%
oven ±1050C sampai diperoleh bobot tepung tapioka : 100 gram daging ayam)
tetap. yaitu mengandung kadar abu sekitar
Kadar air yang paling tinggi 1,06%, sedangkan kadar abu tertinggi
ditunjukkan pada perlakuan c (100% ditunjukkan pada perlakuan c (100%
tepung biji nangka : 100 gram daging tepung biji nangka : 100 gram daging
yang berasal dari protein yang terkandung tepung yang digunakan, dimana tepung
dalam tepung biji nangka dan daging biji nangka dan tepung tapioka memiliki
ayam serta bahan tambahan lainnya struktur kimia kalsium dan fosfor yang
sehingga dapat meningkatkan aroma pada berbeda. Diduga perbedaan struktur kimia
bakso ayam yang dihasilkan. Pernyataan mempengaruhi kecepatan penerimaan
tersebut didukung oleh Schwedt (2005) rangsangan rasa. Perubahan tekstur atau
bahwa reaksi pembentukan aroma yang viskositas bahan dapat mengubah rasa dan
terjadi antara gula reduksi dengan asam bau yang timbul karena dapat
amino disebut dengan reaksi Maillard. mempengaruhi kecepatan timbulnya
Reaksi tersebut dapat menghasilkan rangsangan terhadap sel reseptor dan
perubahan warna dan aroma, dan kelenjer air liur (Winarno, 2004).
merupakan indikator untuk suatu proses
pemanasan bahan pangan. 4) Tekstur
Tekstur bakso ditentukan oleh
3) Rasa kandungan air, kandungan lemak dan jenis
Rasa merupakan faktor penentu karbohidrat. Kandungan air yang tinggi
daya terima konsumen terhadap produk akan menghasilkan tekstur yang lembek
pangan. Rasa produk bakso daging ayam begitu juga dengan kadar lemak yang
ditentukan dari hasil uji organoleptik tinggi akan menghasilkan bakso yang
terhadap panelis. Uji rasa bakso daging berlubang-lubang sehingga akan
ayam ini melibatkan panca indera lidah mempengaruhi tekstur bakso (Octavianie,
sehingga dapat diketahui tingkat kesukaan 2002). Aspek yang dinilai dari tekstur
konsumen terhadap rasa produk bakso bakso ditandai dengan kasar atau halusnya
daging ayam yang dihasilkan. produk yang dihasilkan (Soeparno, 2005).
Rasa pada bakso daging ayam Tekstur pada perlakuan b (50%
dengan perlakuan a (100% tepung tapioka tepung tapioka : 50% tepung biji nangka :
: 100 gram daging ayam) mendapatkan 100 gram daging ayam) mendapatkan skor
skor tertinggi yaitu 3,43 yang artinya tertinggi yaitu 3,12 yang artinya disukai
disukai, sedangkan skor terendah sedangkan skor terendah pada perlakuan c
ditunjukkan pada perlakun c (100% (100% tepung biji nangka : 100 gram
tepung biji nangka : 100 gram daging daging ayam) yaitu 2,49 yang artinya
ayam) yaitu 1,99 yang artinya tidak suka biasa. Perlakuan c (100% tepung biji
(Tabel 3). Semakin banyak jumlah nangka : 100 gram daging ayam)
penambahan tepung biji nangka maka rasa mendapatkan skor paling rendah (Tabel
bakso daging ayam yang dihasilkan akan 3), hal ini dikarenakan tidak adanya
semakin berasa khas tepung biji nangka penggunaan tepung tapioka yang
dan skor panelis akan semakin menurun. mengandung amilopektin lebih banyak
Hal ini disebabkan karena granula pati sehingga dapat memberikan kekenyalan
tepung biji nangka mengalami hidrolisis pada bakso daging ayam. Hal ini sesuai
yang menghasilkan monosakarida sebagai pendapat Djafar, et al., (2000) bahwa
bahan baku untuk menghasilkan asam dengan penambahan tapioka maka produk
organik. Senyawa asam volatile akan makanan akan mempunyai keunggulan
menghasilkan aroma dan cita rasa khas kualitas baik kenampakan secara fisik,
pada tepung biji yang cenderung langu. tekstur, rasa, warna, zat gizi ataupun
Adanya perbedaan rasa yang proses pengolahan yang lebih, mudah dan
dihasilkan diduga karena pengaruh dari cepat. Kandungan air dan kandungan
lemak yang tinggi pada bakso juga ikut perlakuan c (100% tepung biji nangka :
mempengaruhi tekstur yang dihasilkan. 100 gram daging ayam) dan dari segi
Kandungan air yang tinggi akan tekstur pada perlakuan b (50% tepung
menghasilkan bakso yang yang berlubang- tapioka : 50% tepung biji nangka : 100
lubang sehingga dapat mempengaruhi gram daging ayam).
tekstur bakso (Oktavianie, 2002)
Pada perlakuan b (50% tepung B. Saran
tapioka : 50% tepung biji nangka : 100 Pada proses pengeringan biji
gram daging ayam) mendapatkan skor nangka sebaiknya tidak terjadi kontak
yang paling tinggi karena pada perlakuan yang berlebihan terhadap udara, Pada
ini menggunakan dua jenis tepung yang proses pengeringan sebaiknya
berbeda yaitu tepung tapioka dan tepung menggunakan Cabinet Dryer yang
biji nangka. Dimana kedua tepung ini penggunaanya lebih efektif dan dapat
memiliki karakteristik yang berbeda. mengatur suhu dengan baik dan sebaiknya
Tepung biji nangka memiliki kandungan panelis tetap dan terlatih disetiap
amilosa sebesar 47,60% dan amilopektin pengujian serta kondisi pengujian
39,50% sedangkan tepung tapioka organoleptic lebih diperhatikan lagi.
memiliki kandungan amilosa sebesar
17,41% dan amilopektin sebesar 82,59%. DAFTAR PUSTAKA
Pati yang mengandung amilopektin tinggi, Djafar, Titek. F, Sitti Rahayu dan Rob
akan menghasilkan gel yang bersifat Mudjisihono. 2000. Teknologi
lengket dan elastis dibandingkan yang Pengolahan Sagu. Kanisius,
mengandung amilopektin rendah. Diduga Yogyakarta.
karena adanya penggunaan tepung yang Dwi, Desti. K., Sigit, B.A dan Rahadian,
berbeda pada perlakuan ini sehingga D.A.M., 2012. Pengaruh
berpengaruh terhadap tekstur yang Perlakuan dan Suhu
dihasilkan. Pengeringan Terhadap Sifat
Fisik, Kimia, dan Sensori Tepung
KESIMPULAN DAN SARAN Biji Nangka (Artocarpus
A. Kesimpulan heterophyllus). Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang Gaffar, R. 1998. Sifat fisik dan
diperoleh dapat disimpulkan bahwa palatabilitas bakso daging ayam
Penambahan tepung biji nangka sebagai dengan bahan pengisi tepung
substitusi tepung tapioka terhadap mutu sagu dan tepung tapioka. Skripsi.
bakso daging ayam dari aspek kimia Fakultas Peternakan, Institut
diperoleh kadar air 64,69%, kadar abu Pertanian Bogor, Bogor.
1,24%, kadar protein 8,34% dan kadar Legowo, Anang Mohamad dan
lemak 0,39%, Penambahan tepung biji Nurwantoro. 2004. Diklat Kuliah
nangka sebagai substitusi tepung tapioka Analisis Pangan. Universitas
terhadap uji organoleptik bakso daging Diponegoro. Semarang.
ayam yaitu warna 3,00, aroma 2,87, rasa Mukprasirat, A dan Sajjanantakul, K.
2,81 dan tekstur 3,12 dan Mutu 2004. Physic-Chemical
organoleptik bakso daging ayam dari segi Properties Of Flour and Startch
warna dan rasa yang paling disukai pada From Jackfruit Seeds
perlakuan a (100% tepung tapioka : 100 (Artocarpus Heterophyllus lamk)
gram daging ayam), dari segi aroma pada Compared with Modified