You are on page 1of 15

SISTEM HARGA POKOK STANDAR

SISTEM BIAYA STANDAR

1. Pengertian
Secara garis besar sistem biaya atau penentuan harga pokok produk dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:
a. Sistem harga pokok sesungguhnya atau sistem harga pokok sesungguhnya
Penentuan harga pokok pembuatan produk atau penyerahan jasa berdasarkan biaya bahan yang
sesungguhnya, biaya tenaga kerja yang sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya.
b. Sistem harga pokok normal
Penentuan harga pokok pembuatan produk atau penyerahan jasa berdasarkan biaya bahan yang
sesungguhnya, biaya tenaga kerja yang sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik berdarkan tarif
yang ditentukan di muka.
c. Sistem harga pokok standar
Penentuan harga pokok pembuatan produk atau penyerahan jasa berdasarkan biaya bahan yang
seharusnya terjadi untuk satuan-satuan produk atau untuk membiayai suatu kegiatan tertentu.
Harga pokok standar ditetapkan sebelum produk dibuat atau sebelum kegiatan dilakukan. Dalam
menentukan harga pokok standar atau biaya standar perusahaan harus mempertimbangan kondisi
sosial-ekonomi dan teknologi tertentu.
Harga pokok standar ditetapkan berdasarkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya terjadi. Apabila biaya yang sesungguhnya terjadi berbeda dengan
biaya standar maka biaya standarlah yang dianggap benar, kecuali apabila kondisi yang dipakai
sebagai dasar penentuan standar sudah tidak berlaku lagi. Misalnya kondisi ekonomi mengalami
perubahan secara drastis atau sumber daya manusia yang berkualitas tidak dapat dipenuhi.
Selisih antar biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya dianalisis dan diinvestasikan untuk
mengetahui sebab-sebabnya.

Perbedaan antara ketiga sistem pokok di atas dapat didiskripsikan dalam tabel berikut :

Sistem Harga Biaya Bahan Biaya Biaya Overhead Pabrik


Pokok Sesungguhnya
Historis Yang Yang Yang sesungguhnya
(Actual) sesungguhnya sesungguhnya terjadi
terjadi terjadi
Normal Yang Yang Berdasarkan tarif yang
sesungguhnya sesungguhnya ditentukan di muka
terjadi terjadi
Standar Standar yang Standar yang Standar yang ditetapkan
ditetapkan ditetapkan

2. Tujuan Sistem Harga Pokok Standar


a. Penyusunan Anggara
Penetapan biaya standar bermanfaat untuk mempengaruhi penyusunan anggaran biaya. Seperti
diuraikan di muka bahwa biaya di susun untuk satu periode akutansi. Dengan demikian anggaran
biaya dapat ditentukan dengan mengalikan biaya standar dengan jumlah satuan produksi yang
direncanakan untuk periode yang bersangkutan.
b. Pengendalian biaya, memotivasi dan mengukur efisiensi
Dengan penetapan biaya standar dapat dikendalikan. Biaya standar dapat mendorong dan
memotivasi para pelaksana untuk bertindak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Di samping
itu biaya standar dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur efisiensi, yaitu dengan
membandingkan antara realisasi biaya dengan standar yang ditetapkan. Karen biaya standar
dianggap sebagai acuan atau patokan, maka apabila realisasi biaya melampoi baya standar berarti
telah terjadi inefisiensi. Sebaliknya apabila relaisasi biaya lebih rendah dari biaya standar telah
terjadi efisiensi.
c. Penyederhanaan prosedur penentuan harga pokok
Apabila dibandingkan dengan sistem harga pokok sesungguhnya atau sistem harga pokok
normal, maka pada sistem harga pokok standar dapat dihemat tenaga klerikal dan juga biaya.
d. Penentuan harga pokok persediaan
Harga pokok standar berguna untuk menentukan nilai persediaan bahan, persediaan barang
dalam proses, dan persediaaan barang jadi. Untuk tujuan penyusunan laporan keuangan (untuk
eksternal) penialaian persediaan berdasarkan nilai historis dapat ditentukan berdasarkan harga
pokok standar dengan penyesuaian.
e. Penentuan harga kontrak dan harga jual
Sistem harga pokok standar dapat digunakan sebagai dasar penentuan harga kontrak yang
digunakan dalam pengolahan produk berdasarkan kontrak atau pesanan atau sebagai dasar
penentuan harga jual produk yang pengolahannya berdasarkan proses atau kontinue. Baik dalam
proses produksi metode pesanan maupun dalam metode proses manajemen dihadapkan pada
masalah penentuan harga jual tanpa menunggu sampai selesainya pengumpulan biaya produksi.
Di samping itu penentuan harga jual berdasarkan standar menjamin harga jual lebih stabil bila
dibandingkan berdasarkan biaya sesungguhnya.

Penentuan Biaya Standar


Perhitungan harga pokok standar didasarkan pada standar fisik. Ada 3 tipe standar :
1. Standar tetap atau dasar (fixed or basic standards)
Yaitu penentuan buaya standar yang bersifat tetap. Biaya standar yang sudah ditetapkan tidak
akan diubah tetapi sebagai pedoman dasar.
2. Standar Ideal (ideal standards)
Yaitu penetapan biaya standar berdasarkan asumsi-asumsi :
a. Berdasarkan harga bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik minimum.
b. Pemakaian bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik terjadi secara optimal.
c. Perusahaan berproduksi pada kapasitas penuh (100%)
3. Standar yang dapat dicapai (attainablle standars )
Yaitu penetapan biaya standar berdasarkan asumsi-asumsi :
a. Berdasarkan harga bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik yang wajar.
b. Pemakaian tenaga kerja yang wajar (bukan dalam kondisi yang optimal).
c. Ada kejadian produk cacat yang normal
d. Perusahaan berproduksi pada kapasitas normal dan bukan pada penuh (100%)

Penentuan Biaya Standar Bahan Baku


Standar biaya bahan baku terdiri dari dua komponen standar, yaitu standr kuantitas
pemakaian bahan dan standar harga bahan baku
1. Standar Kuantitas (pemakaian) bahan baku
Adalah kualitas bahan yang seharusnya dipakai unntuk mengolah satu satuan produk yang
selesai.
Standar kuantitas bahan baku dapat ditentuakan berdasarkan :
a. Studi/penelitian teknis
b. Pengalaman masa lalu, antara lain :
• Rata-rata pemakaian bahan baku di masa lalu
• Rata-rata pemakaian bahan yang terbaik dan terpuruk di masa lalu
• Rata-rata pemakaian bahan yang terbaik di masa lalu
2. Standar harga bahan baku
Adalah harga yang ditetapkan sebagai standar dalam menentukan standar biaya bahan
baku. Standar harga bahan baku dapat ditentukan berdasarkan daftar harga dari pemasok, atau
katalog harga, dan informasi lain yang relevan untuk penentuan standar harga bahan baku
seperti biaya angkut dan potongan tunai.
3. Standar Biaya Bahan Baku
Standar baiaya bahan baku merupakan hasil kali antara kedua standar kuantitas bahan baku
dan standar bahan baku. Standar biaya biaya bahan baku dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :

Kst x Hst
Dimana :
Kst = Kualitas Standar
Hst = Harga Standar
Sebagai ilustrasi, misalnya standar kuantitas bahan yan diperlukan untuk memproduksi
sebuah kemeja adalah 1,5 m kain. Sedangkan standar harga bahan baku (kain) dimisalkan Rp
1.000,00 Dengan demikian standar baiaya bahan baku untuk memproduksi satu buah kemeja
adalah 1,5 m @ Rp 1.000,00 atau Rp 1.500,00

Selisih Biaya Bahan Baku


Apabila biaya bahan baku yang sesungguhnya terjadi berbeda dengan biaya bahan
baku yang ditetapkan sebagai standar maka ada selisih biaya bahan baku.
Ada 3 metode untuk menghitung/ menganalisis selisih biaya bahan baku, yaitu :
1. Metode satu selisih (The One-Way Model)
Selisih bahan baku dihitung dengan membandingkan antara biaya bahan baku dihitung
dengan membandingkan antara biaya bahan baku menurut standar dan biaya bahan baku yang
sesungguhnya.
Selisih biaya bahan baku dihitung dengan rumus :

(Kst x Hst) – (Ks x Hs)


Dimana:
Kst : Kuantitas bahan baku menurut standar
Ks : Kuantitas pemakaian bahan baku yang sesungguhnya
Hst : Harga per satuan bahan baku menurut standar
Hs : Harga per satuan bahan baku yang sesungguhnya

Contoh :
Misal PT Remaja telah memproduksi 10 buah kemeja dan memakai bahan baku (kain)
sebanyak 18 meter dengan harga Rp 900,00 per meter. Standar biaya bahan baku yang
ditetapkan pada awal tahun 1,50 meter kain @ rp 500,00 per jam yang sesungguhnya 30 jam
dan tarif upah yang dibayarkan Rp 500,00 per jam. Sedangkan standar biaya tenaga kerja
yang ditetapkan adalh 2,50 jam kerja per buah kemeja dengan tarif standar Rp 600,00 per jam.
Berdasarkan informasi di atas kuantitas standar adalah 15 meter (10 x 1,5 m).
Selisih biaya bahan baku di hitung sebagai berikut:
(Kst x Hst) – (Ks x Hs)
= (15 x Rp 1.000) – (18x Rp 900,00)
= Rp 1.200,00

Atau dihitung dengan cara sebagai berkut :


Biaya bahan baku standar : 1,50 m x 10 x Rp 1.000,00 = Rp 15.000,00
Biaya bahan baku sesungguhnya : 18 m x Rp 900 = Rp 16.200,00
Selisih biaya bahan baku (unfavorable) Rp 1.200,00
Metode Dua Selisih

Dalam model analisis selisih ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standard
dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi. .
Analisis selisih biaya bahan baku menjadi selisih harga dan selisih kuantitas ditunjukkan untuk
membebankan tanggung jawab terjadinya masing-masing jenis selisih tersebut kepada manajer
yang bertanggung jawab. Selisih harga yang timbul menjadi tanggung jawab manajer fungsi
pembelian, sedangkan selisih kuantitas menjadi tanggung jawab manajer fungsi produksi.
1. Selisih harga bahan baku
Selisih harga terjadi jika ada perbedaan antara harga bahan baku menurut standar dengan
harga bahan baku menurut sesungguhnya terjadi. Jika didapati harga sesungguhnya lebih
besar dari harga standar, maka dapat dipastikan selisih harga bahan baku unfavorabl, dan
berlaku sebaliknya. Dengan mengetahui selisih bahan baku, maka dapat dimungkinkan untuk
mengetahui kinerja departemen pembelian dan mengetahui pengaruh kenaikan atau
penurunan harga terhadap laba perusahaan.

SHB = Ks x ( Hs – Hst )
Keterangan :
SHB : Selisih Harga Bahan baku Hs : Harga sesungguhnya
Ks : Kuantitas sesungguhnya Hst : Harga standar

2. Selisih kuantitas pemakain bahan baku

Selisih kuantitas terjadi jika ada perbedaan antara kuantitas bahan menurut standard an
yang sesungguhnya terjadi, jika kuantitas sesungguhnya lebih besar dari kuantitas standar
maka selisih kuantitas pemakaian bahan baku berarti Unfavorable, berlaku juga pada keadaan
sebaliknya. Dengan mengetahui hal ini, maka dapat mengetahui kinerja departemen produksi
dan departemen perencanaan produk.
Rumus Perhitungan selisih kuantitas bahan baku:
SKB = Hst x ( Ks – Kst )
Keterangan :
SKB : Selisih Kuantitas Bahan baku
Ks : Kuantitas sesungguhnya
Kst : Kuantitas standar
Hst : Harga standar

Apabila pada kasus PT Remaja di atas selisih biaya bahan baku dianalisis menggunakan
métode dua selisih, maka selisih biaya bahan baku dihitung sebagai berikut.
Selisih Harga Bahan Baku = Ks x ( Hs – Hst )
= 18 x (Rp 900 – Rp 1.000)
= Rp 1.800 (Favorable)
Selisih Kuantitas Bahan Baku = Hst x ( Ks – Kst )
= Rp 1.000 x ( 18 – 15)
= Rp 3.000 (Unfavorable)

Metode Tiga Selisih

Dalam model ini, selisih antara biaya standar dengan baiya sesungguhnya dipecahkan menjadi
tiga macam selisih berikut ini: selisih harga, selisih kuantitas, dan selisih harga/kuantitas. Model
dua selisih menjadi tidak teliti untuk memisahkan selisih harga dan selisih kuantitas jika harga
dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga dan kuantitas
sesungguhnya atau jika kuantitas sesungguhnya lebih tinggi dari kuantitas standar, namun
sebaliknya harga sesungguhnya lebih rendah dari harga standar.
Dalam model tiga selisih, rumus perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas tergantung dari
jenis hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya tersebut di
atas.
Rumus slisih biaya bahan baku método tiga selisih:

Metode Rumus
Tiga Apabila Apabila Apabila Apabila
Selisih Hs<Hst, Hs>Hst, Hs<Hst Hs>Hst
Ks>Kst. Ks<Kst Ks<Kst Ks >Kst

SHB= SHB= SHB= SHB=


1. Kst (Hs-Hst) Ks (Hs-Hst) Ks (Hs-Hst) Kst (Hs-Hst)
(F) (UF) (F) (UF)

SKB = SKB = SKB = SKB =


2. Hs (Ks-Kst) Hst (Ks-Kst) Hs (Ks-Kst) Hst (Ks-Kst)
(UF) (F) (F) (UF)

SH/KB = Nol SH/KB = Nol SH/KB = SH/KB =


3. (Hs-Hst)(Ks-Kst) (Hs-Hst) (Ks-Kst)
(F) (UF)

Penentuan Standar Biaya Tenaga Kerja


Standar Biaya Tenaga Kerja terdiri atas dua komponen standar, yaitu
1. Standar Tarif Upah
Didasarkan apada perjanjian dengan serikat pekerja, bisa juga upah yang dibayarkan
berdasarkan satuan waktu, satuan produk, dan apakah ada tambahan bonus.
2. Standar Jam Kerja Langsung
Ditetapkan langsung oleh bagian industri atau teknik produksi.

Selisih Biaya Tenaga Kerja


Adalah selisih antara biaya tenaga kerjamenurut standard an biaya tenaga kerja yang
sesungguhnya.
Ada 3 jenis analisis biaya tenaga kerja yaitu:

1. Metode satu selisih,


2. Metode dua selisih, dan
3. Metode tiga selisih.

Rumus Perhitungan Selisih Upah Langsung:

Metode Rumus
Satu Selisih (JstxTst)-(JsxTs)

Dua Selisih Selisih Tarif Upah (STU)= Selisih Efisisensi Upah (SEU) =
Js (Ts-Tst) Tst (Js-Jst)
Tiga Selisih Apabila Apabila Apabila Apabila
Ts<Tst, Ts>Tst, Ts<Tst Ts>Tst
Js>Jst. Js<Jst Js<Jst Js >Jst

1. STU= STU= STU= STU=


Jst (Ts-Tst) Js (Ts-Tst) Js (Ts-Tst) Jst (Ts-Tst)
(F) (UF) (F) (UF)

2. SEU = SEU = SEU = SEU =


Ts (Js-Jst) Tst (Js-Jst) Ts (Js-Jst) Tst (Js-Jst)
(UF) (F) (F) (UF)
3.
ST/EU = Nol ST/EU = Nol ST/EU = ST/EU =
(Ts-Tst) (Js-Jst) (Ts-Tst) (Js-Jst)
(F) (UF)

Penentuan Standar Biaya Overhead Pabrik

Langkah – langkah tarif biaya overhead pabrik pertama – tama menyusun anggaran biaya
overhead pabrik yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Kemudian menentukan dasar
pembebanan (kapasitas) yang telah ditentukan. Anggaran biaya overhead pabrik tersebut berguna
untuk menentukan harga pokok pesanan ataupun produk. Anggaran biaya overhead pabrik dapat
disusun untuk berbagai tingkat kapasitas yang disebut anggaran fleksibel.

Di dalam anggaran fleksibel nampak bahwa anggaran biaya tetap total tetap konstan pada
berbagai tingkat kapasitas yang masih dalam suatu kisaran (range) tertentu. sedangkan anggaran
biaya variabel bervariasi secara proporsional pada berbagai tingkat kapasitas. Dengan demikian
semakin besar kapasitasnya, semakin kecil besarnya anggaran biaya tetap per satuan. Sedangkan
biaya anggaran variabel per satuan tetap konstan pada berbagai tingkat kapasitas. Perhatikan
pengaruh tingkat kapasitas (volume) terhadap anggaran biaya overhead pabrik per unit pada
contoh anggaran fleksibel berikut ini :

Kapasitas Produksi 80.000 st 90.000 st 100.000 st 110.000 st


Anggaran BOP
Variabel Rp 112.000 Rp 126.000 Rp 140.000 Rp 154.000
Tetap 60.000 60.000 60.000 60.000
Total Rp 172.000 Rp 186.000 Rp 200.000 Rp 214.000
Anggaran BOP/unit
Variabel Rp 1,40 Rp 1,40 Rp 1,40 Rp 1,40
Tetap 0,75 0,667 0,60 0,545
Total BOP/unit 2,15 2,067 2,00 1,945

Selisih biaya overhead pabrik variabel merupakan selisih antara biaya overhead pabrik
variabel sesungguhnya dan biaya overhead pabrik variabel pada anggaran fleksibel (yang
dibebankan).

Biaya overhead pabrik tetap hanya akan terserap seluruhnya apabila beroperasi pada tingkat
kapasitas yang dipakai sebagai dasar penentuan tarif biaya overhead pabrik. Selisih biaya
overhead pabrik tetap terjadi apabilatingkat kapasitas yang dipakai sebagai dasar penentuan tarif
tidak dapat dicapai atau dilampoi.

Tarif biaya overhead pabrik standar merupakan tarif yang ditentukan di muka (predetermined
rate) yang biasanya didasarkan jam kerja langsung atau jam mesin atau satuan produk. Berikut
ini contoh penyusunan anggaran fleksibel dan penentuan tarif biaya overhead pabrik standar.

PT ABC
Anggaran Fleksibel Bulanan
Departemen C

Kapasitas 80 % 100% 120%


Standar Produksi (satuan) 800 1000 1.200
Jam Kerja Langsung 3.200 4.000 4.800
BOP Variabel :
Upah tidak langsung Rp 1.600 Rp 2.000 Rp 2.400
Bahan Penolong 960 1.200 1.440
Suplai 640 800 960
Reparasi dan Pemeliharaan 480 600 720
Listrik 460 200 240
Jumlah BOP Variabel 3840 4.800 5.760
BOP Tetap
Supervisor Rp 1.200 Rp 1.200 Rp 1.200
Penyusutan Mesin 700 700 700
Asuransi 250 250 250
Pajak kekayaan 250 250 250
Listrik 400 400 400
Reparasi dan pemeliharaan 400 400 400
Jumlah BOP Tetap 3.200 3.200 3.200
Jumlah Total BOP Rp 7.040 Rp 8.000 Rp 8.960

Tarif BOP Standar yang ditentukan berdasarkan jam kerja langsung pada pada kapasitas normal
(4000 jam kerja langsung) adalah sebagai berikut :

Anggaran BOP Total


Tarif BOP Standar =
Jumlah Jam Kerja Langsung

Rp 8.000
= atau Rp 2 / jkl
4.000 jkl

Tarif BOP Standar Total terdiri atas tarif BOP Variabel dan tarif BOP Tetap sebagai berikut :

Anggaran BOP Total


Tarif BOP Variabel =
Jumlah Jam Kerja Langsung

Rp 4.800
= atau Rp 1,2 / jkl
4.000 jkl
Anggaran BOP Total
Tarif BOP Tetap Standar =
Jumlah Jam Kerja Langsung

Rp 3.200
= atau Rp 0,8 / jkl
4.000 jkl
Selisih Biaya Overhead Pabrik

Dalam sistem biaya standar suatu pesanan atau produk dibebani biaya overhead pabrik sebesar
jam kerja langsung standar dikalikan tarif BOP Standar. Jam kerja langsung standar dihitung
dengan mengalikan jam kerja langsung yang seharusnya diperlukan untuk menghasilkan satu
satuan produk dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode tertentu. jumlah
satuan produk adalah ekuivalen satuan produksi untuk biaya overhead pabrik departemen yang
bersangkutan (yang sedang dianalisis).

Pada setiap akhir bulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan
biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk berdasarkan tarif standar. Apabila biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi lebih rendah atau lebih tinggi daripada biaya yang
dibebankan berdasarkan tarif standar, maka terdapat selisih biaya overhead.

Misalkan pada akhir bulan Januari diperoleh data produksi dan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya dari PT ABC departemen C sebagai berikut :

Jumlah produk ekuivalen............................................................................... 850 st


Jumlah jam kerja langsung sesungguhnya.................................................... 3.475 jkl
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya.................................................. Rp 7.384

Berdasarkan data diatas

BOP Sesungguhnya....................................................................................... 850 st


BOP Standar.................................................................................................. 3.475 jkl
Sesilih BOP (Unfavorable)........................................................................... Rp 7.384

Kemudian selisih BOP tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Analisis tersebut dapat dibuat
dengan menggunakan salah satu dari metode – metode berikut :

1. Metode dua selisih


2. Metode tiga selisih
3. Metode empat selisih

Selisih BOP dapat dianalisis lebih lanjut. Analisis tersebut dapat dibuat dengan menggunakan
salah satu dari metode-metode berikut :
1. Metode dua selisih ( The two – variance method )
2. Metode tiga selisih ( The three – variance method )
3. Metode empat selisih ( The four – variance method )
Metode dua selisih
Apabila menggunakan metode ini maka selisih BOP dianalisis menjadi dua yaitu:
1. Selisih tekendali ( controllable variance )
2. Selisih volume ( volume variance )
Selisih terkendali adalah selisih antara biaya sesungguhnya terjadi dan anggaran fleksibel pada
jam standar untuk produksi yang sesungguhnya. Sedangkan selisih volume adalah selisih antara
anggaran fleksibel pada jam standar untuk produksi yang sesungguhnya dan biaya yang
dibebankan berdasarkan tarif standar.
Berdasarkan PT APA di atas selisih BOP sebesar Rp 584,- dapat dianalisis menajadi
selisih terkendali dan selisih volume sebagai berikut :
BOP Sesungguhnya Rp 7.384,-
BOP Anggaran Fleksibel (jam standar
pada produksi yang sesungguhnya) Sel Terkendali Rp 104,-(UF)
Tetap Rp 3.200,-
Variabel ( 3400jkl@Rp 1,2) = Rp 4.080,-
Rp 7.280,-
BOP yang dibebankan
Tetap ( 3.400 jkl @Rp 0,80= Rp 2.720,- Sel. Volume Rp 480,-(UF)
Variabel(3.400jkl @1,2 = Rp 4.080
Rp 6.800
Jumlah Selisih BOP Rp.584,-(UF)

Selisih volume dapat pula dihitung dengan cara sebagai berikut :


Kapasitas Normal 4.000 jkl
Kapasitas Standar pada produksi sesungguhnya 3.400 jkl
Selisih volume dalam jam (UF) 600 jkl
Tarif BOP Tetap Rp 0,8 x
Selisih Volume Rp 480,- (UF)
Metode tiga selisih
Apabila menggunakan metode ini maka selisih BOP dianalisis menjadi tiga selisih yaitu:
1. Selisih Anggaran ( spending variance)
2. Sellisih Kapasitas ( capacity variance )
3. Selisih efisiensi ( efficiency variance )
Selisih anggaran adalah selisih antara biaya yang sesungguhnya terjadi dan anggaran fleksibel
berdasarkan jam kerja sesungguhnya. Selisih kapasitas asalah selisih antara anggaran fleksibel
berdasarkan jam kerja sesungguhnya dan BOP yang dibebankan berdasarkan tarif standar pada
jam kerja sesungguhnya. Kedua jenis selisih ini identik dengan selisih anggaran dan selisih
kapasitas yang telah di bahas pada pembahasan selisih BOP bab sebelumnya. Kemudian yang
dimaksud dengan selisih efisiensi adalah selisih antara BOP yang dibebankan berdasarkan tarif
standar pada jam kerja sesungguhnya dan BOP yang dibebankan berdasarkan tarif standar pada
jam standar.
Berdasarkan data PT APA di atas selisih BOP sebesar Rp 584,- dapat dianalisis menjadi selisih
anggaran, selisih kapasitas dan selisih efisiensi sebagai berikut :

BOP Sesungguhnya Rp 7.384


BOP Anggaran Fleksibel
(jam sesungguhnya) Sel Anggaran Rp 14,-(UF)
Tetap Rp 3.200
Variabel (3.475 jkl @ Rp 1,2) 4.170
Rp 7.370
BOP yang Dibebankan pada
Jam sesungguhnya
Tetap ( 3.475 jkl @ Rp 0,80)= Rp 2.780,- Sel. Kapasitas Rp
420,- (UF)
Variabel (3.475jkl @ Rp 1,2)= 4.170
Rp 6.950
BOP yang dibebankan pada jam standar
Tetap ( 3.400jkl@ Rp 0,80)= Rp 2.720 Selisih efisiensi Rp 150,-
(UF)
Variabel(3.400jkl @Rp 1,2)= Rp4.080
Rp 6.800

Jumlah selisih BOP Rp 584,- (UF)

Metode Empat Selisih


Apabila metode ini digunakan maka selisih xxx dapat dianalisis menjadi empat selisih yaitu:
1. Selisih anggaran
2. Selisih kapasitas
3. Selisih efisiensi- variabel
4. Selisih efisiensi-tetap. Selisih anggaran dan selisih kapasitas pada metode ini sama
dengan selisih anggaran dan selisih kapasitas pada metode tiga selisih. Sedangkan selisih
efisiensi-variabel dan selisih efisiensi-tetap merupakan pemecahan dari selisih efisiensi pada
metode tiga selisih. Selisih efisiensi variabel adalah selisih efisiensi dari unsur biaya variabel
sedangkan selisih efisiensi tetap merupakan selisih efisiensi dari unsur biaya tetap.
Selisih efisiensi sebesar Rp 150,-(UF) pada metode tiga selisih dipecah menjadi dua, yaitu selisih
efisiensi-variabel dan selisih-tetap sebagai berikut :

Selisih efisiensi-variabel = TVst (Js-Jst)


=Rp 1,2 (3.475 – 3400)
= Rp 90,- (UF)

Selisih efisiensi-tetap = TTst (Js-Jst)


= Rp 0,80 ( 3.475 – 3.400)
= Rp 60,- (UF)

Analisis selisih BOP di atas dapat dirangkum seperti nampak pada bagan berikut :
Dua Selisih Tiga Selisih Empat
Selisih
BOP Sesungguhnya Rp 7.384
Sel.A Rp 14 Sel.A Rp 14
(UF) (UF)
Sel Terkendali
Rp 104 (UF)
Anggaran Fleksibel pada
Jam Sesungguhnya Rp 7.370
Tetap Rp 3.200
Variabel 4.170

Anggaran Fleksibel pada


Jam Standar Rp 7280 Sel Kapasitas Sel Kapasitas
Tetap Rp 3.200 Rp 420 (UF) Rp 420 (UF)
Variabel Rp 4.080

BOP yang dibebankan Sel Volume


Pada jam sesungguhnya Rp 6.950 Rp 480 (UF)
Tetap Rp 2.780 SE-V
Variabel Rp 4.170 Sel.Efisiensi Rp 90 (UF)
Rp 150 (UF) SE-T:
BOP yang dibebankan Rp 60 (UF)
Pada jam standar Rp 6.800
Tetap Rp 2.720
Variabel Rp 4.080

Jumlah Sel BOP (UF) Rp 584 Rp 584 Rp 584 Rp 584

Hubungan antara metode-metode dua selisih, tiga selisih dan empat selisih adalah sebagai
berikut :

Metode dua Selisih Metode empat selisih Metode tiga Selisih


Selisih Anggaran Selisih Anggaran
Selisih Terkendali
Sel Efisiensi Variabel
Selisih Efisiensi
Selisih Efisiensi Tetap
Selisih Volume
Selisih Kapasitas Selisih Kapasitas

You might also like