Professional Documents
Culture Documents
Modul - Sistem Harga Pokok Standar
Modul - Sistem Harga Pokok Standar
1. Pengertian
Secara garis besar sistem biaya atau penentuan harga pokok produk dapat dibedakan menjadi 3,
yaitu:
a. Sistem harga pokok sesungguhnya atau sistem harga pokok sesungguhnya
Penentuan harga pokok pembuatan produk atau penyerahan jasa berdasarkan biaya bahan yang
sesungguhnya, biaya tenaga kerja yang sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya.
b. Sistem harga pokok normal
Penentuan harga pokok pembuatan produk atau penyerahan jasa berdasarkan biaya bahan yang
sesungguhnya, biaya tenaga kerja yang sesungguhnya, dan biaya overhead pabrik berdarkan tarif
yang ditentukan di muka.
c. Sistem harga pokok standar
Penentuan harga pokok pembuatan produk atau penyerahan jasa berdasarkan biaya bahan yang
seharusnya terjadi untuk satuan-satuan produk atau untuk membiayai suatu kegiatan tertentu.
Harga pokok standar ditetapkan sebelum produk dibuat atau sebelum kegiatan dilakukan. Dalam
menentukan harga pokok standar atau biaya standar perusahaan harus mempertimbangan kondisi
sosial-ekonomi dan teknologi tertentu.
Harga pokok standar ditetapkan berdasarkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya terjadi. Apabila biaya yang sesungguhnya terjadi berbeda dengan
biaya standar maka biaya standarlah yang dianggap benar, kecuali apabila kondisi yang dipakai
sebagai dasar penentuan standar sudah tidak berlaku lagi. Misalnya kondisi ekonomi mengalami
perubahan secara drastis atau sumber daya manusia yang berkualitas tidak dapat dipenuhi.
Selisih antar biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya dianalisis dan diinvestasikan untuk
mengetahui sebab-sebabnya.
Perbedaan antara ketiga sistem pokok di atas dapat didiskripsikan dalam tabel berikut :
Kst x Hst
Dimana :
Kst = Kualitas Standar
Hst = Harga Standar
Sebagai ilustrasi, misalnya standar kuantitas bahan yan diperlukan untuk memproduksi
sebuah kemeja adalah 1,5 m kain. Sedangkan standar harga bahan baku (kain) dimisalkan Rp
1.000,00 Dengan demikian standar baiaya bahan baku untuk memproduksi satu buah kemeja
adalah 1,5 m @ Rp 1.000,00 atau Rp 1.500,00
Contoh :
Misal PT Remaja telah memproduksi 10 buah kemeja dan memakai bahan baku (kain)
sebanyak 18 meter dengan harga Rp 900,00 per meter. Standar biaya bahan baku yang
ditetapkan pada awal tahun 1,50 meter kain @ rp 500,00 per jam yang sesungguhnya 30 jam
dan tarif upah yang dibayarkan Rp 500,00 per jam. Sedangkan standar biaya tenaga kerja
yang ditetapkan adalh 2,50 jam kerja per buah kemeja dengan tarif standar Rp 600,00 per jam.
Berdasarkan informasi di atas kuantitas standar adalah 15 meter (10 x 1,5 m).
Selisih biaya bahan baku di hitung sebagai berikut:
(Kst x Hst) – (Ks x Hs)
= (15 x Rp 1.000) – (18x Rp 900,00)
= Rp 1.200,00
Dalam model analisis selisih ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standard
dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi. .
Analisis selisih biaya bahan baku menjadi selisih harga dan selisih kuantitas ditunjukkan untuk
membebankan tanggung jawab terjadinya masing-masing jenis selisih tersebut kepada manajer
yang bertanggung jawab. Selisih harga yang timbul menjadi tanggung jawab manajer fungsi
pembelian, sedangkan selisih kuantitas menjadi tanggung jawab manajer fungsi produksi.
1. Selisih harga bahan baku
Selisih harga terjadi jika ada perbedaan antara harga bahan baku menurut standar dengan
harga bahan baku menurut sesungguhnya terjadi. Jika didapati harga sesungguhnya lebih
besar dari harga standar, maka dapat dipastikan selisih harga bahan baku unfavorabl, dan
berlaku sebaliknya. Dengan mengetahui selisih bahan baku, maka dapat dimungkinkan untuk
mengetahui kinerja departemen pembelian dan mengetahui pengaruh kenaikan atau
penurunan harga terhadap laba perusahaan.
SHB = Ks x ( Hs – Hst )
Keterangan :
SHB : Selisih Harga Bahan baku Hs : Harga sesungguhnya
Ks : Kuantitas sesungguhnya Hst : Harga standar
Selisih kuantitas terjadi jika ada perbedaan antara kuantitas bahan menurut standard an
yang sesungguhnya terjadi, jika kuantitas sesungguhnya lebih besar dari kuantitas standar
maka selisih kuantitas pemakaian bahan baku berarti Unfavorable, berlaku juga pada keadaan
sebaliknya. Dengan mengetahui hal ini, maka dapat mengetahui kinerja departemen produksi
dan departemen perencanaan produk.
Rumus Perhitungan selisih kuantitas bahan baku:
SKB = Hst x ( Ks – Kst )
Keterangan :
SKB : Selisih Kuantitas Bahan baku
Ks : Kuantitas sesungguhnya
Kst : Kuantitas standar
Hst : Harga standar
Apabila pada kasus PT Remaja di atas selisih biaya bahan baku dianalisis menggunakan
métode dua selisih, maka selisih biaya bahan baku dihitung sebagai berikut.
Selisih Harga Bahan Baku = Ks x ( Hs – Hst )
= 18 x (Rp 900 – Rp 1.000)
= Rp 1.800 (Favorable)
Selisih Kuantitas Bahan Baku = Hst x ( Ks – Kst )
= Rp 1.000 x ( 18 – 15)
= Rp 3.000 (Unfavorable)
Dalam model ini, selisih antara biaya standar dengan baiya sesungguhnya dipecahkan menjadi
tiga macam selisih berikut ini: selisih harga, selisih kuantitas, dan selisih harga/kuantitas. Model
dua selisih menjadi tidak teliti untuk memisahkan selisih harga dan selisih kuantitas jika harga
dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga dan kuantitas
sesungguhnya atau jika kuantitas sesungguhnya lebih tinggi dari kuantitas standar, namun
sebaliknya harga sesungguhnya lebih rendah dari harga standar.
Dalam model tiga selisih, rumus perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas tergantung dari
jenis hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya tersebut di
atas.
Rumus slisih biaya bahan baku método tiga selisih:
Metode Rumus
Tiga Apabila Apabila Apabila Apabila
Selisih Hs<Hst, Hs>Hst, Hs<Hst Hs>Hst
Ks>Kst. Ks<Kst Ks<Kst Ks >Kst
Metode Rumus
Satu Selisih (JstxTst)-(JsxTs)
Dua Selisih Selisih Tarif Upah (STU)= Selisih Efisisensi Upah (SEU) =
Js (Ts-Tst) Tst (Js-Jst)
Tiga Selisih Apabila Apabila Apabila Apabila
Ts<Tst, Ts>Tst, Ts<Tst Ts>Tst
Js>Jst. Js<Jst Js<Jst Js >Jst
Langkah – langkah tarif biaya overhead pabrik pertama – tama menyusun anggaran biaya
overhead pabrik yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Kemudian menentukan dasar
pembebanan (kapasitas) yang telah ditentukan. Anggaran biaya overhead pabrik tersebut berguna
untuk menentukan harga pokok pesanan ataupun produk. Anggaran biaya overhead pabrik dapat
disusun untuk berbagai tingkat kapasitas yang disebut anggaran fleksibel.
Di dalam anggaran fleksibel nampak bahwa anggaran biaya tetap total tetap konstan pada
berbagai tingkat kapasitas yang masih dalam suatu kisaran (range) tertentu. sedangkan anggaran
biaya variabel bervariasi secara proporsional pada berbagai tingkat kapasitas. Dengan demikian
semakin besar kapasitasnya, semakin kecil besarnya anggaran biaya tetap per satuan. Sedangkan
biaya anggaran variabel per satuan tetap konstan pada berbagai tingkat kapasitas. Perhatikan
pengaruh tingkat kapasitas (volume) terhadap anggaran biaya overhead pabrik per unit pada
contoh anggaran fleksibel berikut ini :
Selisih biaya overhead pabrik variabel merupakan selisih antara biaya overhead pabrik
variabel sesungguhnya dan biaya overhead pabrik variabel pada anggaran fleksibel (yang
dibebankan).
Biaya overhead pabrik tetap hanya akan terserap seluruhnya apabila beroperasi pada tingkat
kapasitas yang dipakai sebagai dasar penentuan tarif biaya overhead pabrik. Selisih biaya
overhead pabrik tetap terjadi apabilatingkat kapasitas yang dipakai sebagai dasar penentuan tarif
tidak dapat dicapai atau dilampoi.
Tarif biaya overhead pabrik standar merupakan tarif yang ditentukan di muka (predetermined
rate) yang biasanya didasarkan jam kerja langsung atau jam mesin atau satuan produk. Berikut
ini contoh penyusunan anggaran fleksibel dan penentuan tarif biaya overhead pabrik standar.
PT ABC
Anggaran Fleksibel Bulanan
Departemen C
Tarif BOP Standar yang ditentukan berdasarkan jam kerja langsung pada pada kapasitas normal
(4000 jam kerja langsung) adalah sebagai berikut :
Rp 8.000
= atau Rp 2 / jkl
4.000 jkl
Tarif BOP Standar Total terdiri atas tarif BOP Variabel dan tarif BOP Tetap sebagai berikut :
Rp 4.800
= atau Rp 1,2 / jkl
4.000 jkl
Anggaran BOP Total
Tarif BOP Tetap Standar =
Jumlah Jam Kerja Langsung
Rp 3.200
= atau Rp 0,8 / jkl
4.000 jkl
Selisih Biaya Overhead Pabrik
Dalam sistem biaya standar suatu pesanan atau produk dibebani biaya overhead pabrik sebesar
jam kerja langsung standar dikalikan tarif BOP Standar. Jam kerja langsung standar dihitung
dengan mengalikan jam kerja langsung yang seharusnya diperlukan untuk menghasilkan satu
satuan produk dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode tertentu. jumlah
satuan produk adalah ekuivalen satuan produksi untuk biaya overhead pabrik departemen yang
bersangkutan (yang sedang dianalisis).
Pada setiap akhir bulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dibandingkan dengan
biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk berdasarkan tarif standar. Apabila biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi lebih rendah atau lebih tinggi daripada biaya yang
dibebankan berdasarkan tarif standar, maka terdapat selisih biaya overhead.
Misalkan pada akhir bulan Januari diperoleh data produksi dan biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya dari PT ABC departemen C sebagai berikut :
Kemudian selisih BOP tersebut dapat dianalisis lebih lanjut. Analisis tersebut dapat dibuat
dengan menggunakan salah satu dari metode – metode berikut :
Selisih BOP dapat dianalisis lebih lanjut. Analisis tersebut dapat dibuat dengan menggunakan
salah satu dari metode-metode berikut :
1. Metode dua selisih ( The two – variance method )
2. Metode tiga selisih ( The three – variance method )
3. Metode empat selisih ( The four – variance method )
Metode dua selisih
Apabila menggunakan metode ini maka selisih BOP dianalisis menjadi dua yaitu:
1. Selisih tekendali ( controllable variance )
2. Selisih volume ( volume variance )
Selisih terkendali adalah selisih antara biaya sesungguhnya terjadi dan anggaran fleksibel pada
jam standar untuk produksi yang sesungguhnya. Sedangkan selisih volume adalah selisih antara
anggaran fleksibel pada jam standar untuk produksi yang sesungguhnya dan biaya yang
dibebankan berdasarkan tarif standar.
Berdasarkan PT APA di atas selisih BOP sebesar Rp 584,- dapat dianalisis menajadi
selisih terkendali dan selisih volume sebagai berikut :
BOP Sesungguhnya Rp 7.384,-
BOP Anggaran Fleksibel (jam standar
pada produksi yang sesungguhnya) Sel Terkendali Rp 104,-(UF)
Tetap Rp 3.200,-
Variabel ( 3400jkl@Rp 1,2) = Rp 4.080,-
Rp 7.280,-
BOP yang dibebankan
Tetap ( 3.400 jkl @Rp 0,80= Rp 2.720,- Sel. Volume Rp 480,-(UF)
Variabel(3.400jkl @1,2 = Rp 4.080
Rp 6.800
Jumlah Selisih BOP Rp.584,-(UF)
Analisis selisih BOP di atas dapat dirangkum seperti nampak pada bagan berikut :
Dua Selisih Tiga Selisih Empat
Selisih
BOP Sesungguhnya Rp 7.384
Sel.A Rp 14 Sel.A Rp 14
(UF) (UF)
Sel Terkendali
Rp 104 (UF)
Anggaran Fleksibel pada
Jam Sesungguhnya Rp 7.370
Tetap Rp 3.200
Variabel 4.170
Hubungan antara metode-metode dua selisih, tiga selisih dan empat selisih adalah sebagai
berikut :