You are on page 1of 10

BAB I

Pendahuluan

Iman kepada Allah adalah salah satu pokok terpenitng yang harus dilakukan oleh
seluruh umat islam di dunia ini, selain iman kepada Allah umat Islam juga beriman kepada
malaikat, kitab, rasul, iman kepada hari, dan kepada qada’ dan qadar. Manusia belum bisa
dikatakan beriman kepada Allah apabila ia tidak meyakini dalam hatinya. Allah adalah zat
yang maha esa dengan segala keagungan sifat-sifatnya.
Alam semesta ini ada karena Allah SWT. Allah menciptakan alam semesta untuk
kehidupan makhluknya. Allah menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Untuk mengetahui atau mengakui bahwa Allah SWT benar dan
keberadaannya memerlukan keyakinan dalam hati. Allah SWT adalah tuhan pencipta dan
pemelihara alam semesta dan segala isinya, Allah SWT maha esa dalam zat-Nya, artinya
Allah hanya satu tidak ada yang lain melainkan Allah SWT. Zat Allah tidak sama dengan
makhluk lain.
Umat Islam sebagai umat Allah wajib meyakini bahwa Allah mempunyai sifat yang
melekat pada-Nya, yang patutu dipercayai dan di imani. Sebagai umat Islam harus meyakini
adanya tuhan yaitu Allah SWT yang telah menciptakan bumi dan seisinya. Umat Islam juga
harus memahami hikmah iman kepada Allah SWT.
BAB II
ISI

A. Makna Iman Kepada Allah


Allah adalah asma tuhan yang berhak disembah. Selain Allah, tidak ada tuhan yang
patut untuk disembah. Demikianlah penegasan ajaran Islam sebagaimana yang wajib
dilafalkan oleh setiap muslim yang dikenal dengan dua kalimah syahadah,
“saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah; saya
bersaksi pula bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.”
Iman secara bahasa adalah percaya, secara istilah iman kepada Allah adalah
membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.
Pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah ada dengan
segala sifat keagungan dan kesempurnaanya, kemudian diakui dengan lisan dan dibuktikan
dengan amal perbuatan di dunia nyata. Beriman kepada Islam segala persoalan dalam ajaran
islam dapat dipecahkan dengan kunci iman kepada Allah. Oleh karenanya, masalah iman
kepada Allah harus mendapat perhatian sepenuhnya. Jangan sampai mempunyai pengertian
yang salah dan keyakinan yang salah pula.1 Beriman kepada Allah adalah dasar pokok ajaran
Islam. Segala persoalan dalam ajaran Islam dapat dipecahkan dengan kunci iman kepada
Allah. Oleh karena itu, masalah-masalah iman kepada Allah harus mendapat perhatian
sepenuhnya. Jangan sampai umat Islam mempunyai keyakinan yang salah.2
Yang dimaksud iman kepada Allah adalah membenarkan adanya Allah SWT, dengan
cara meyakini dan mengetahui bahwa Allah SWT wajib adanya karena dzatnya sendiri,
tunggal dan esa, raja yang maha kuasa, yang hidup dan berdiri sendiri, yang qadim dan azali
untuk selamanya. Dia maha mengetahui dan maha kuasa terhadap segala sesuatu, berbuat aoa
yang ia kehendaki, menentukan apa yang ia inginkan, tiada sesuatupun yang sama dengan-
Nya, dan dai maha mengetahui.3 Jadi iman kepada Allah adalah mempercayai adanya Allah
SWT beserta seluruh ke agungan Allah SWT dengan bukti-bukti yang nyata yang dapat
dilihat, yaitu dengan diciptakan dunia beserta isinya.
B. Dalil-dalil Iman kepada Allah
 Dalil Naqli Iman kepada Allah
1. QS. Faathir ayat 31
1
Ahmad Azhar Basyir, Beragama secara Dewasa (Akidah Islam), Yogyakarta, UII Press, 2002. hlm. 78-79
2
Ahmad Azhar Basyir, Pendidikan Agama Islam I (‘Aqidah), Yogyakarta, Andi Offset, 1983. hlm. 47
3
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumart dkk, Mengenal Mudan Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara
Terpadu, Bandung, Al-Bayan, 1998. hlm. 113
Artinya :
“Dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Kitab (Al-Quran)
itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat
(keadaan) hamba-hamba-Nya.”
2. QS. Al-Baqarah ayat 136

Artinya :
“Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang
Maha Pemurah dan Maha Penyayang.”

3. QS. Al-Baqarah 256


‫آ َم َن الَّر ُس وُل ِبَم ا ُأ ْن ِز َل ِإ َل ْي ِه ِم ْن َر ِّب ِه َو ا ْل ُم ْؤ ِم ُن وَن ۚ ُك ٌّل آ َم َن ِب ال َّل ِه َو َم اَل ِئ َك ِت ِه َو ُك ُت ِب ِه َو ُر ُس ِلِه اَل‬
‫ُنَف ِّر ُق َب ْي َن َأ َح ٍد ِم ْن ُر ُس ِلِه ۚ َو َق ا ُل وا َس ِم ْع َنا َو َأ َط ْع َناۖ ُغ ْف َر اَن َك َر َّبَنا َو ِإ َل ْي َك ا ْل َم ِص يُر‬

Artinya :
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami
dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan
kepada Engkaulah tempat kembali".
 Dalil Aqli Iman kepada Allah
1. Allah SWT tahu bahwa manusia merupakan makhluk yang lemah. Allah SWT
adalah Tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang, sehingga Allah
berkehendak memberi bimbingan kepada manusia supaya menjadi makhluk
yang paling mulia di sisi-Nya lewat kitab suci lengkap dengan contoh tauladan
yang baik berupa seorang Nabi dan Rasul.
C. Sifat-sifat Allah
1. Sifat Allah Dalam Pandangan Akal
 Menurut Akal Sehat
Apabila memperhatikan alam dan apa yang ada di dalamnya yang berupa hikmah
yang sangat indah dan menakjubkan, makhluk yang aneng mengagumkan, tekhnik
pembuatan yang teliti dan amat rapi serta besar dan luas, tumbuh-tumbuhan,
keindahan-keindahannya, harta yang terpendam didalamnya, binatang-binatang,
dan manusianya. Jika memandang itu semua niscaya di dalam jiwa akan timbul
suatu keyakinan ('aqidah), buah hasil berfikir yang sederhana itu – tanpa
mendatangkan dalil, bukti, ilham ataupun Al-Quran – bahwa ala mini penciptanya
yang membuat dan mewujudkannya. Pencipta itu sudah tentu Maha Agung jauh
berada di atas angan-angan akal manusia yang lemah tentang keagungan. Dia
berkuasa melebihi apa yang dibayangkan manusia tentang arti kekuasaan. Dia
hidup dengan pengertian hidup yang sempurna. Dia tidak membutuhkan makhluk
karena Dia telah ada sebelum makhluk itu terwujud. Diam aha mengetahui lebih
luas daripada batas-batas ilmu pengetahuan dan berada di atas ketentuan atau
peraturan ala mini karena Dia yang membuat peraturan itu.4
2. Keringkasan Sifat-Sifat Allah di dalam Al-Quran
Sifat-sifat Allah yang tersebut di dalam Al-Quran telah mengisyaratkan kepada
sebagian daripada sifat-sifat Allah yang wajib dan yang dituntut oleh status ketuhanan
yang sempurna. Berikut adalah sebagian sifat Allah yang terdapat dalam Al-Quran :
1. Wujud
Allah itu ada dengan cara melihat lingkungan alam sekitar. Adanya semua benda di
bumi pasti ada yang menciptakan yaitu Allah SWT.
“Allah lah yang menginginkan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy, dan menundukkan matahari dan bulan
masung-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan
(makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini
pertemuanmu dengan Tuhanmu.” Qs. Ar Ra’ad : 2
2. Qidam
Artinya adalah terdahulu, Allah adalah sang maha pencipta (khalik)
4
Syekh Hasan al Banna, ‘Aqidah Islam, Bandung, PT. Alma’arif, 1983. hlm. 32-33
3. Baqa
Allah memiliki sifat kekal dan tetap ada selama-lamanya.
“Semua yang ada di bumi ini akan binasa. Dan akan tetap kekal Dzat Tuhanmu
yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” Qs. Ar Rahman : 26-27
4. Mukhalafatul Lilhawaditsi
Allah berbeda dengan semua makhluknya dalam semua hal.
“Katakanlah, Dia-lah Allah yang maha esa. Allah adalah tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan
tidak seorangpun yang setara dengan Dia.” Qs. Al Ikhlas 1-4
5. Qiyamuhu Binafsihi
Allah SWT maha berdiri sendiri.
“Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya
6. Wahdaniyyah
Allah itu maha esa.
7. Qudrah
Allah itu berkuasa
“aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan
penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri dan
tidaklah aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong” Qs.
Al Kahfi 51
8. Iradah
Allah itu maha berkehendak.
“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu, hanyalah berkata
kepadanya, “Jadilah!” maka terjadilah ia.” Qs. Yasin 82
9. Ilmu Pengetahuan
Allah maha mengetahui segalanya karena Dia lah sumber pengetahuan.
“Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; dan mengetahui
apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan; dan Allah Maha
Mengetahui segala isi hati.” Qs. At Taghabun 4
10. Hayat (Hidup)
Allah itu tidak lahir dan tidak meninggal dan kekal.
“Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, yang hidup kekal, yang terus menerus
mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur” kenpunyaan-Nya apa
yang di langit dan apa yang di bumi.” Qs. Al-Baqarah 22
Sifat-sifat Allah tidak terbatas jumlahnya. Sifat-sifat yang tersebut di Al-Quran
banyak sekali dan sifat kesempurnaan-Nya itu tidak berkesudahan (tidak terbatas). Akal
manusia tidak mampu mengetahui hakekat daripada sifat dan kesempurnaan-Nya itu.
Maha suci Allah,manusia tidak sanggup menghitung sanjungan kepada-Nya sebagaimana
Dia menyanjung Dzat-Nya sendiri.5
D. Perbuatan Allah
Perbuatan Allah adalah setiap kejadian yang berlaku di ala mini dengan kehendak dan
iradah Allah SWT. contohnya ialah kejadian siang dan malam, bencana alam, pasang surut
lautan dan lain-lain adalah di bawah kekuasaan Allah. Semua ciptaan Allah mempunyai
hikmah dan rahasia yang tertentu. Orang yang menggunakan akal pikiran akan dapat
mengungkap rahasia ciptaan Allah.
Ada beberapa pendapat tentang pebuatan Allah dan terbagi menjadi beberapa aliran,
di antaranya :
1. Aliran Mu’tazilah
Aliran kalam yang bercorak rasional, berpendapat bahwa perbuatan Tuhan hanya
terbatas pada hal-hal yang dikatakan baik. Namun, ini tidak berarti bahwa Tuhan
tidak mampu melakukan perbuatan buruk. Tuhan tidak melakukan perbuatan
buruk karena ia mengetahui keburukan dari perbuatan buruk itu. Didalam Al-
Qur’an pun jelas dikatakan bahwa Tuhan tidaklah berbuat zalim.6
2. Aliran Asy’ariyah
Menurut aliran Asy’ariyah, faham kewajiban Tuhan berbuat baik dan terbaik bagi
manusia (ash-shalah al-ashlah). Sebagaimana dikatakan aliran Mu’tazilah, tidak
dapat diterima karena bertentangan dengan faham kekuasaan dan kehendak
mutlak tuhan. Hal ini ditegaskan Al-Ghazali ketika mengatakan bahwa tuhan tidak
berkewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia. Dengan demikian, aliran
Asy’ariyah tidak menerima faham tuhan mempunyai kewajiban. Tuhan dapat
berbuat sekehendak hati-Nya terhadap makhluk.Sebagaimana dikatakan Al-

5
Ibid. hlm. 38-63
6
Dedi Suardi, Makhluk Berdasi Mencari Tuhan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya
1993. hlm.57
Ghazali, perbuatan-perbuatan tuhan bersifat tidak wajib (ja’iz) dan tidak satu pun
darinya yang mempunyai sifat wajib.7
3. Aliran Maturidiyah
Mengenai perbuatan Allah ini, terdapat perbedaan pandangan antara Maturidiyah
Samarkand dan MaturidiyahBukhara. Aliran Maturidiyah Samarkand, yang juga
memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak tuhan, berpendapat
bahwa perbuatan tuhan hanyalah menyangkut hal-hal yang baik saja. Dengan
demikian, tuhan mempunyai kewajiban melakukan yang baik bagi manusia.
Demikian juga pengiriman rasul dipandang Maturidiyah Samarkand sebagai
kewajiban Tuhan.8
E. Kedudukan dan Makna Syahadat
Syahadat adalah kesaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi
dengan benar kecuali Allah SWT dan Muhammad SAW adalah hamba serta Rasul-Nya.
Kedua kesaksian ini merupakan keyakinan mantap yang di ucapkan dengan lisan. Dengan
kemantapan itu seakan-akan orang yang mengikrarkannya dapat menyaksikan keberadaan
Allah SWT.
Syahadat merupakan prinsip dasar yang menjadikan penenti keabsahan dan diterima
atau tidaknya amalan para hamba. Suatu amalan akan sah dan diterima apabila dilakukan
dengan keikhlasan hanya karena Allah SWT dan mengikuti sunah Rasul SAW. Yang
dimaksud dengan syahadat adalah membenarkan apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW
sehingga mencakup semua yang disebutkan tentang keyakinan (rukun iman yang enam
dan yang selainnya).
Makna syahadat la ilaha illallah adalah meyakini bahwa tidak ada yang berhak
mendapatkan ibadah kecuali Allah, konsisten dengan pengakuan itu dan mengamalkannya.
La ilaha menolak keberhakan untuk diibadahi pada diri selain Allah, siapapun orangnya.
Sedangkan illallah merupakan penetapan bahwa yang berhak diibadahi hanyalah Allah.
Sehingga makna kalimat ini adalah la ma’buda haqqun illallah atau tidak ada sesembahan
yang benar selain Allah. Sehingga keliru apabila la ilaha illallah diartikan tidak ada
sesembahan/tuhan selain Allah, karena ada yang kurang. Harus disertakan kata ‘yang
benar’ Karena pada kenyataannya sesembahan selain Allah itu banyak. Dan kalau
pemaknaan ‘tidak ada sesembahan selain Allah’ itu dibenarkan maka itu artinya semua
peribadahan orang kepada apapun disebut beribadah kepada Allah, dan tentu saja ini

7
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta, Universitas Indonesia, 1986. hlm. 132
8
Ibid. hlm. 130
adalah kebatilan yang sangat jelas. Orang yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat
berarti telah mempersiapkan diri sebagai hamba Allah semata.
F. Hikmah Iman kepada Allah
Hikmah iman kepada Allah dan meyakini Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya akan
memberikan banyak hikmah dan akan membuka pemikiran umat Islam mengenai
keagungan Allah SWT. Hikmah iman kepada Allah diantaranya :
1. Meyakini kebesaran Allah SWT
2. Meningkatkan rasa syukur kita atas segala yang telah diberikan Tuhan
3. Selalu menjalankan perintah Tuhan, karena telah mengetahui keagungan-Nya.
Sehingga umat Islam ataupun manusia tidak ada bandingannya daripada keagungan
Allah SWT
4. Selalu berusaha menjauhi dan meninggalkan larangan-Nya
5. Tidak takut menghadapi kematian.
BAB III
KESIMPULAN

Iman kepada Allah SWT merupakan keyakinan yang sangat mendasar dalam
beragama. Karena Allah lah tuhan dalam agama Islam. Jika umat Islam tidak meyakini atau
mengimani Allah SWT maka bukan umat Islam yang sebenarnya. Tanpa adanya iman kepada
Allah SWT, seseorang tidak akan beriman kepada yang lain, seperti beriman kepada
malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul Allah dan hari kiamat. Allah SWT sebagai pencipta
memiliki sifat waji yang agung dan hanya dimiliki oleh Allah SWT semata, tidak ada
makhluk lain yang dapat meniri sifat-sifat yang dimiliki oleh Allah SWT. Meyakini kepada
Allah SWT dengan sifat-sifat-Nya akan memberikan banyak hikmah diantaranya meyakini
kebesaran Allah SWT, meningkatkan rasa syukur, selalu menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya. Iman kepada Allah SWT menjadi pegangan hidup umat Islam untuk
menjalankan kehidupan yang baik dan untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
Daftar Pustaka

 Buku :
Ahmad Azhar Basyir, Beragama secara Dewasa (Akidah Islam), Yogyakarta, UII Press,
2002.
Ahmad Azhar Basyir, Pendidikan Agama Islam I (‘Aqidah), Yogyakarta, Andi Offset, 1983.
Dedi Suardi, Makhluk Berdasi Mencari Tuhan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya 1993
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta, Universitas Indonesia, 1986.
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumart dkk, Mengenal Mudan Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun
Ikhsan secara Terpadu, Bandung, Al-Bayan, 1998
Syekh Hasan al Banna, ‘Aqidah Islam, Bandung, PT. Alma’arif, 1983.
 Internet
https://www.academia.edu/9838795/Iman_kepada_Allah_SWT

You might also like