You are on page 1of 11

Nama : Aulia Ayu Safitri

NPM : 21110023
Kelas :A
Mata Kuliah : REKAYASA PERKERASAN JALAN RAYA

1. Sebutkan langkah-langkah dalam permbuatan formula campuran aspal ( mix design) dan beri
contoh analisa berhitunganya!
Jawab:
A. Langkah – langkah pembuatan formula campuran aspal (mix design) sbb :
1) Pemilihan tipe lapis perkerasan
Campuran aspal panas ( hot mix asphalt / HMA) gradasi rapat (dense graded) dibagi 3
kategori tergantung spesifikannya, yaitu :
a. Surface mixtures
 Campuran yang dirancang memiliki stabilitas dan durabilitas yang cukup
mengantisipasi beban lalu lintas dan efek udara, perubahan temperatur danair.
 Memiliki kadar aspal > lapisan binder dan lapisan base
 Maksimum ukuran agregat antara 3/8 – ¾ in
b. Binder mixtures
 Sering disebut juga intermediate layer
 Terletak antara lapisan permukaan dan lapisan base
 Memiliki ukuran maksimum agregat ¾ sampai 1,5 in
c. Base mixtures
 Dapat diletakkan langsung diatas lapisan subgrade yang didapatkan
 Memiliki ukuran maksimum agregat sampai 3 in
2) Pemilihan gradasi agregat
 Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga dalam campuran dan menentukan
worokability dan stabilitas campuran
 Gradasi agregat untuk campuran aspal ditunjukkan dalam persen terhadao berat
agregat dan harus berada diluar daerah larangan yang ditunjukkan pada tabel
 Selain batasan titik kontrol gradasi juga terdapat persyaratan khusus yaitu kurva
fuller dan daerah larangan. Kurva fuller adalah kurva gradasi dimana kondisi
campuran memiliki kepadatan maksimum dengan rongga diantara mineral agregat
(VMA) yang minimum. Kurva fuller tersebut ditentukan dengan persamaan
P = 100 × 0,45
3) Pemilihan jenis agregat
a. Agregat kasar
 Agregat kasar adalah agregat yang tertahan ayakan nomer 8
 Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah
 Memiliki nilai anguliritas seperti yang disyaratkan dalam tabel

b. Agregat halus
 Agregat halus terdiri dari pasir atau hasil ayakan batu pecah yang lolos no 8
 Pasir dapat digunakan dalam campuran aspal, persentase maksimum yang
disarakan untuk laston (AC) adalah 15%
 Harus bersih, keras dan bebas lempung
c. Bahan pengisi (filler)
 Dapat berupa debu batu kapur, semen portland, abu terbang, abu tenur atau bahan
non plastis lainya
 Ukuran butiran lolos no 200

4) Pemilihan jenis aspal


 Bahan aspal yang dapat digunakan adalah aspal keras pen 60, aspal polimer, aspal
modifikasi dengan Asbuton
 Aspal harus memenuhi kriteria spesifikasi uji laboratorium dengan persyaratan
menurut tabel berikut :
5) Menentukan kadar aspal optimum (KAO)
Salah satu metode menentukan KAO metode asphalt institute :
Pb = 0,0035 a + kc + F
Keterangan :
a. Presentase coarse (agregat kasar)
b. Presentase fine Aggregate (agregat halus)
c. Presentase fine filler (bahan pengisi)

K = 0,15 untuk 11 – 15% lolos no 200

0,18 untuk 6 – 10% lolos no 200

0,20 untuk < 5% lolos no 200

F = 0 – 2 % untuk penyerapan oleh agregat

Contoh perhitungan kadae aspal :

 Course aggregate (CA)


= 100% - (Lolos saringan No. 8)= 100% - 36,12%= 63,88%
 Fine aggregate (FA)
= Lolos saringan No. 8 - Lolos saringan No. 200
= 36,12% - 5,76% = 30,36%
 Filler = Lolos saringan No. 200
=5,76%
 Total = Course Aggregate + Fine Aggregate + Filler
= 63,88% + 30,36% + 5,76%= 100%
pKAO = 0,035(% CA) + 0,045(% FA) + 0,18 (%Filler) + Konstanta
Diketahui:
pKAO : Kadar aspal tengah/ideal, persen terhadap berat
campuran.CA : Persen agregat tertahan saringan
No.8.FA : Persen agregat lolos saringan No.8 dan tertahan saringan No.200
Filler : Persen agregat lolos No.200
Konstanta : 0,5 - 1,0 untuk Asphalt Concrete,
1,0 untuk Asphalt Concrete,diambil 1,0 (karena nilai penyerapannya tinggi)
=0,035(63,88%) + 0,045(30,36%) + 0,18(5,76%) + 1,0
= 5,63%
= 5,5

2. Jelaskan secara rinci tentang pengujian tes marshall pada campuran aspal dan beri contoh
perhitungannya
Jawab :
Pengujian tes masrhall sbb :
 SNI 06-2489-1991
 Dikembangkan oleh bruce marshall dari US Army Corps Of Engineers
 Bertujuan untuk memeriksa dan menetukan stabilitas campuran agregat dan aspal
terhadap kelelehan plastis (flow)
1. Alat uji test marshall
a. Cetakan dengan diameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm lengkap dengan plat alas dan
leher sambung
b. Mesin penumbuk berat 4,536 kg dan tinggi jatuh 45,7 cm
c. Alat marshalll yang terdiri dari :
 Kepala penekan
 Cincin penguji (proving ring)
 Arloji pengukur flow dengan ketelitian 0,25 mm
d. Oven
e. Water bath dengan pengukur suhu 20-60 °C
2. Tahapan Pengujian Marshall

a. Membuat campuran agregat sesuai dengan spesifikasi gradasi agregat


b. Melakukan pencampuran sesuai dengan grafik viskositas vs temperatur
c. Pemadatan sampel (minimum dengan 6 kadar aspal yang berbeda) untuk
mendapatkan kadar aspal optimal
d. Menentukan karakteristik dari rongga campuran (VFA,VIM,VMA)
e. Menetukan performance sampel dengan uji marshall untuk mengetahui stabilitasnya
3. Prosedur Uji Marshall
1) Persiapan Benda
a. Keringkan agregat pada suhu 105- 110 0C selama 4 jam
b. Pisahkan agregat ke dalam fraksi yang dikehendaki dengan saringan dan timbangan
sesuai berat masing-masing ukuran sesuai syarat gradasi
c. Tentukan kadar aspal perkiraan dan lakukan uji kekentalan aspal untuk
mendapatkan suhu pencampuran dan pemadatan
d. Panaskan aspal sampai mencapai kekentalan yang disyaratkan

2) Pencampuran Benda Uji


a. Untuk setiap benda uji dibutuhkan ± 1200 gram untuk menghasilkan tinggi 63,5 mm
± 1,27 mm (2,5 in ± 0,05 in)
b. Panaskan wadah pencampur ± 280C diatas suhu pencampuran
c. Masukan agregat dan aspal yang dipanaskan pada suhu pencampuran dan aduk
dengan cepat

3) Pemadatan Uji Benda


a. Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji dan panaskan sampai suhu 90 – 150°C
b. Letakkan cetakan pada landasan pemadat
c. Letakkan kertas saring sesuai ukuran dasar cetakan
d. Masukkan campuran kedasar cetakan dan tusuk dengan spatula sebanyak 15 kali di
sekeliling dan 10 kali ditengah
e. Padatkan dengan temperatur sesuai suhu pemadatan dengan jumlah tumbukan
(tinggi jatuh 457,2 mm) (75 lalu lintas berat) (50 lalu lintas sedang) dan (35 lalu
lintas ringan)

4) Persiapan Pengujian Marshall


a. Bersihkan benda uji dari kotoran – kotoran yang menempel
b. Berilah tanda pengenal pada masing – masing benda uji
c. Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm
d. Timbang benda uji
e. Rendam dalam air kira –kira 24 jam pada suhu ruangan
f. Timbang dalam air untuk mendapakan isi
g. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh
h. Bersihkan batang penuntun (guide rod) dan permukaan dalam dari kepala penekan,
sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur bebas (bila dikehendaki kepala
penekan direndam bersama-sama benda uji pada suhu 21,1 – 37,8o C untuk
mengurangi lengketnya benda uji terhadap permukaan dalam kepala penekan)

5) Cara Uji Marshall


a. Waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendaman atau
oven sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
Rendamlah benda uji dalam bak perendam (water bath) selama 30 – 40 menit
dengan suhu tetap 60o C (± 1o C) untuk benda uji yang menggunakan aspal padat,
untuk benda uji yang menggunakan aspal cair masukkan benda uji ke dalam oven
selama minimum 2 jam dengan suhu tetap 25o C (± 1o C)
b. Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan letakkan ke dalam
segmen bawah kepala penekan
c. Pasang segmen atas di atas benda uji, dan letakkan keseluruhannya dalam mesin
penguji
d. Pasang arloji pengukur alir (flow) pada kedudukannya di atas salah satu batang
penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung
tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan
e. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan
sehingga menyentuh alas cincin penguji
f. Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol
g. Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm per
menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau pembebanan menurun seperti
yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum
(stability) yang dicapai, untuk benda uji yang tebalnya tidak sebesar 63,5 mm,
koreksilah bebannya dengan faktor perkalian yang bersangkutan pada tabel angka
korelasi beban
h. Catat nilai alir (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur alir pada saat
pembebanan maksimum tercapai

6) Perhitungan marshall
Untuk menghitung hasil pengujian, digunakan rumus sebagai berikut
a. Persen aspal terhadap campuran (%) :
× 100%3
b. Berat isi (t/m3)

c. Stabilitas (kg)
Pembaca arloji tekan × angka korelasi beban
d. Alir (flow) (mm)
Dibaca pada arloji pengukur alir
 Contoh perhitungan :
Kepadatan (t/m3) stabilitas (kg) VIM (%)

kelelahan (mm) VMA(%)) MQ (kg/mm)

VFA (%) KAO Marshal = 5,45%

V IM

VIM
Refusal V M
A

V FA

Stabilitas
Kelelehan

KAO refusal =5,61%


3. lampirkan minimal 2 sumber referensi (jurnal atau buku) dan 1 sumber video!
Jawab:

 Standar Nasional Indonesia.1991. No 03-2531 Metode Pengujian Berat Jenis


Filler,Jakarta :Badan Standarisasi Nasional

 Bagus Afif,2017.Pengaruh Mutu Limbah Beton Sebagai Subtitusi Agregat


Kasar Pada Kualitas Campuran Asphalt Concrete – Binder Course.Jurnal
Konstruksi.1-14

 https://www.youtube.com/watch?v=p5TDOtMIpY8 (pengujian campuran aspal


dengan menggunakan alat marshall Te

You might also like