You are on page 1of 14

MAKALAH

MANAJEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

“PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DARI MASA KE MASA”


DOSEN PENGAMPU: DR. RASYID, S.PD., M.Pd.

Disusun Oleh:

NAMA: HASFINA
NIM: 22211015

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan keHadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Pendidikan Luar Sekolah Dari Masa Ke Masa”. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Manajemen Pendidikan luar
sekolah di Prodi Administrasi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Kendari.

Dalam penulisan makalah ini, Saya masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang Saya miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat Saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Kendari, 25 Oktober 2023

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Pendidikan luar sekolah sebenarnya bukanlah barang baru dalam khasanah budaya
dan peradaba nmanusia. Pendidikan luar sekolah telah hidup dan menyatu di dalam
kehidupan setiap masyarakat jauh sebelum muncul dan memasyarakat nya system
persekolahan. PLS mempunyai bentuk dan pelaksanaan yang berbedadengan sistem yang
sudah ada di pendidikan persekolahan. PLS timbul dari konsep pendidikan seumur hidup
dimana kebutuhan akan pendidikan tidakhanya pada pendidikan persekolahan / pendidikan
formal saja. PLS pelaksanaannya lebih ditekankan kepada pemberian keahlian dan
keterampilan dalam suatu bidang tertentu.
Berbagai kelemahan system persekolahan dimuntahkan, terutama pada aspek-aspek
prosedural yang dinilai mengeras, kaku, serbaketat dan formalistis. Pada intinya, walaupun
system persekolahan masih tetap dipandang penting, pijakan pemikiran sudah mulai
realistis yaitu tidak semata-mata mengandalkan system persekolahan untuk melayani
anekaragam kebutuhan pendidikan yang kian hari semakin mekar dan beragam.
Pembinaan dan pengembangan PLS dipandang relevan untuk bisa saling isi-mengisi atau
topang menopang dengan system persekolahan, agar setiap insane bisa menyesuaikan
hidupnya sesuai dengan perkembangan zaman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidikan Luar Sekolah?
2. Bagai Mana Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah?
3. Apa Faktor Pendukung Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Pendidikan Luar Sekolah?
2. Mengetahui Sejarah Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah?
3. Mengetahui Faktor Pendukung Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah?

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan LuarSekolah

Pendidikan luar sekolah seperti yang dikutip dari blog budak ciremba iadalah setiap
kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah dan
seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan
usia dan kebutuhan kehidupan, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan,
sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan bagi nya menjadi peserta-peserta yang efisien
dan efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan
negaranya.

Pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang dilaksanakan diluar pendidikan


formal untuk warga belajar agar mereka memperoleh suatu keterampilan dalam hidupnya.
Yang dikutip dari blog di internet.

Philip H. Combs yang di kutipdari blog fidanur laili mengungkap kan bahwa
pendidikan luar sekolah adalah setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang di
selenggarakan di luar system formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu
kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan pada sasaran didik
tertentu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Jadi pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi
yang teratur dan terarah diluar sekolah, dan seseorang memperoleh informasi,
pengetahuan, latihan, maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan kehidupan,
dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
memungkinkan bagian yang menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam
lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya.

Pendidikan luar sekolah adalah usaha sadar yang diarahkan untuk menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap
dan daya berkata untuk merebut. yang tumbuh dan berkembang dengan mengoptimalkan
penggunaan sumber-sumber yang ada dilingkungannya. Dalam pengembangan sumber
daya manusia yang berkualitas dan berorientasi masa depan yang akan menjadi pilar
utama pembangunan diberbagai sektor, pendidikan luar sekolah dapat memegang peran
yang sangat strategis.
Empat hal yang menjadi cetakan pengembangan pendidikan luar sekolah, yaitu:
1. Memperluas pelayanan kesempatan memperoleh pendidikan bagi masyarakat yang
tidak di belajarkan pada jalur pendidikan sekolah.
2. Meningkatkan relevansi, keterkaitan dan kesepadanan program-program pendidikan
luar sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
3. Peningkatan mutuhal dan hasil pendidikan luar sekolah.
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas hal pendidikan luar sekolah.
Empat hal diatas sebenarnya mengandung arti bahwa pendidikan luar sekolah harus
berorientasike masa depan. Untuk terwujud kebijakan tersebut pelembagaan
pendidikan luar sekolah dimasyarakat menjadi suatu tuntutan yang harus
dilaksanakan. Misi ini dilaksanakan untuk membantu percepatan tercapainya
masyarakat yang cerdas, keras, disiplin, berdaya berkata dan gemar membaca.

B. Sejarah Perkembangan Pendidikan LuarSekolah


Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan salah satu jenis pendidikan yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan nonformal yang bukan pendidikan formal dan
informal. Secara sederhana, PLS muncul sebagai penunjang pendidikan formal yang sudah
terselenggara, yang dirasa belum mampu secara maksimal menghasilkan lulusan yang
sesuai dengan kebutuhan rill dunia kerja dan kehidupan sosial Masyarakat selama ini.
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Pasal
26 ayat (1) dijelaskan bahwa “Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung Pendidikan
sepanjang hayat.”

Pada ayat (2) dijelaskan, “Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional”. Sementara di ayat
(3), disebutkan bahwa, “Pendidikan non formal meliputi Pendidikan kecakapan hidup,
Pendidikan anak usia dini, Pendidikan kepemudaan, Pendidikan pemberdayaan
perempuan, Pendidikan keaksaraan, Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
Pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.” Lalu ayat (4) menjelaskan bahwa, “Pelaksanaan satuan
pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, Lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis.” Terbentuknya Pendidikan LuarSekolah (PLS) ditentukan oleh beberapa aspek,
diantaranya:

a. Aspek Pelestarian Budaya


Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan yang terjadi dan
berlangsung di lingkungan keluarga dimana (melalui berbagai perintah, tindakan dan
perkataan) ayah dan ibunya bertindak sebagai pendidik. Dengan demikian PLS pada
permulaan kehadirannya sangat dipengaruhi oleh Pendidikan atau kegiatan yang
berlangsung di keluarga.
Di dalam keluarga terjadi interaksi antara orang tuadengan anak, atau antara anak
dengan anak. Pola-pola transmisi pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai dan
kebiasaan melalui asuhan, suruhan, larangan dan pembimbingan. Pada dasarnya
semua bentuk kegiatan ini menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik.
Semua bentuk kegiatan yang berlangsung di lingkungan keluarga dilakukan untuk
melestarikan dan mewariskan kebudayaan secara turun temurun.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan praktis di masyarakat dan
untuk meneruskan warisan budaya yang meliputi kemampuan, cara kerja dan
Teknologi yang dimiliki oleh Masyarakat dari satu generasi kepada generasi
berikutnya. Jadi, dalam keluarga pun sebenarnya telah terjadi proses-proses
pendidikan, Walaupun sistem yang berlaku berbeda dengan sistem Pendidikan
sekolah. Kegiatan belajar-membelajarkan yang asli inilah yang termasuk kedalam
kategori Pendidikan tradisional yang kemudian menjadi Pendidikan luar sekolah.
b. Aspekteoritis
Salah satu dasar pijakan teoritis keberadaan PLS adalah teori yang diungkapkan
oleh Philip H. Cooms (1973), tidak satupun Lembaga pendidikan formal, informal
maupun nonformal yang mampu secara sendiri-sendiri memenuhi semua kebutuhan
belajar minimum yang esensial.
Atas dasar teori di atas dapat dikemukakan bahwa, keberadaan Pendidikan tidak
hanya penting bagi segelintir Masyarakat tapi mutlak diperlukan keberadaannya bagi
Masyarakat lemah (yang tidak mampu memasukan anak-anaknya kelembaga
Pendidikan sekolah) dalam Upaya pemerataan kesempatan belajar, meningkatkan
kualitas hasil belajar dan mencapai tujuan pembelajaran yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa.

c. Aspek Dasar Pijakan


Kalau dari sejak awal muncul, ada tiga dasar pijakan bagi PLS sehingga
memperoleh legitimasi dan berkembang di tengah-tengah Masyarakat yaitu: UUD
1945, Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) dan Peraturan Pemerintah RI No.73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar
Sekolah (PLS).
Melalui ketiga dasar di atas dapat dikemukakan bahwa, PLS adalah Kumpulan
individu yang menghimpun dari dalam kelompok dan memiliki ikatan satu sama lain
untuk mengikuti program pendidikan yang diselenggarkan di luar sekolah dalam
rangka mencapai tujuan belajar.
Adapun bentuk-bentuk satuan PLS, sebagai mana diundangkan didalam UUSPN
tahun 1989 pasal 9:3 meliputi: Pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus dan
satuan Pendidikan sejenis. Satuan PLS sejenis dapat dibentuk kelompok bermain,
penitipan anak, padepokan persilatan dan pondok pesantren tradisional.
d. Aspek Kebutuhan Terhadap Pendidikan
Kesadaran Masyarakat terhadap Pendidikan tidak hanya pada Masyarakat daerah
perkotaan, melainkan Masyarakat daerah pedesaan juga semakin meluas. Kesadaran
ini timbul terutama karena perkembangan ekonomi, kemajuan iptek dan
perkembangan politik. Kesadaran juga tumbuh pada seseorang yang merasa tertekan
akibat kebodohan, keterbelakangan atau kekalahan dari kompetisi pergaulan dunia
yang menghendaki suatu keterampilan dan keahlian tertentu. Atas dasar kesadaran
dan kebutuhan inilah sehingga terwujudlah bentuk-bentuk kegiatan kependidikan baik
yang bersifat persekolahan ataupun di luar persekolahan.
e. Aspek keterbatasan lembaga pendidikan sekolah
Lembaga Pendidikan sekolah yang jumlahnya semakin banyak bersifat formal
atau resmi yang dibatasi oleh ruang dan waktu serta kurikulum yang baku dan kaku
serta berbagai keterbatasan lainnya. Sehingga tidak semua Lembaga Pendidikan
sekolah yang ada di daerah terpencil pun yang mampu memenuhi semua harapan
Masyarakat setempat, apalagi memenuhi semua harapan Masyarakat daerah lain.
Akibat dari kekurangan atau keterbatasan itulah yang memungkinkan suatu kegiatan
kependidikan yang bersifat informal atau nonformal diselenggarakan, sehingga
melalui kedua bentuk pendidikan itu kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.

C. Faktor Pendukung Perkembangan Pendidikan LuarSekolah


Dalam dunia pendidikan terjadi beberapa perkembangan yang disebabkan oleh era
globalisasi dan teknologi, banyak sekolah di era sekarang ini yan berbasis teknologi. Jauh-
jauh hari anak sudah dikenalkan dengan teknologi. Hal itu untuk mendukung pencetakan
generasi muda yang berkualitas. Selain pendidikan formal, kita juga mengenal pedidikan
non formal (luar sekolah).
PLS sangatlah penting adanya untuk solusi terhadap anak-anak yang kurang mampu,
putus sekolah, ataupun yang harus bekerja membantu orang tuanya. Sedangkan PLS
ditopang oleh 3 faktor:
1. Para praktisi di masyarakat
Penyelenggaraan pendidikan di masyarakat yang dilakukan oleh para praktisi di dorong
oleh hasrat dan rasa pengabdian mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
bangsa terhadap pendidikan. Para praktisi dalam masyarakat adalah para pemuda terdidik,
pemuka masyarakat, pemimpin organisasi, guru-guru sekolah dan tenaga sukarela lainnya.
Program PLS yang dilakukan oleh para praktisi ini sering dikaitkan dengan gerakan
pembangunan masyarakat. Program pendidikan ini bermacam ragam jenisnya, antara lain:
pendidikan orang dewasa, pemberantasan buta huruf fungsional, pendidikan perluasan,
latihan keterampilan pertanian, latihan kader koprasi, pendidikan kependudukan, keluarga
berencana, pendidikan gizi keluarga, latihan keterampilan produktif, pendidikan
kewanitaan, kerumah tanggaan, pendidikan dan latihan kepemudaan, organisasi pemuda,
dan latihan kader pembangunan masyarakat.
Program kemasyarakatan ini lebih mengutamakan kepentingan praktisi yaitu untuk
memenuhi kebutuhan belajar atau kebutuhan kependidikan yang dirasakan oleh
masyarakat yang sedang membangun.
Pendekatan yang dilakukan oleh para praktisi didasarkan atas suatu pandangan bahwa
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu merupakan bagian penting dan
sebagai pendekatan dasar dalam pembangunan, PLS mempunyai fungsi untuk
mengembangkan sumber daya manusia yang jadi pelaku utama dalam berbagai sektor
pembangunan.
PLS mempunyai peranan untuk membantu sekolah dan masyarakat dalam upaya
pemecahan masalah, PLS adalah sebagai pelngkap, penambah, dan pengganti pendidikan
sekolah.

a) Sebagai pelengkap pendidikan sekolah


Pelengkap (complementary education), PLS dapat menyajikan beberapa mata
pelajaran atau kegiatan pelajar yang belum termuat dalam kurikulum pendidikan
sekolah, sedangkan materi pelajaran atau kegiatan tersebut sangat dibutuhkan oleh
peserta didik dan masyarakat yang menjadi layanan sekolah.
b) PLS sebagai penambah pendidikan sekolah
Penambah (suplementary education), PLS dapat memberi kesempatan tambahan,
pengalaman belajar dalam mata peljaran yang sama yang ditempuh sekolah kepada
mereka yang masih bersekolah atau mereka yang telah menamatkan jenjang
pendidikan sekolah.
c) Sebagai pengganti pendidikan sekolah
Pengganti (substitute education), PLS dapat menggantikan fungsi sekolah di daerah-
daerah yang karena berbagai alasan, penduduknya belum terjangkau oleh pendiidkan
sekolah.
1) berkembangnya kritik terhadap pendidikan sekolah
Faktor kedua yang mendorong perkembangan pendidikan luar sekolah adalah munculnya
berbagai kritik terhadap kelemahan pendidikan sekolah serta akibat lain yang ditimbulkan
oleh jalur pendiidkan itu. Kritik terhadap pendidikan sekolah ini mulai berkembang dalam
dunia pendidikan pada tahun 60 an.
Contoh penyebab kelemahan pendidikan sekolah ada 4 yaitu:
1. Sebagai akibat pertambahan penduduk yang semakin pesat, maka keinginan
masyarakat untuk memperoleh pendidikan semakin meningkat sehingga beban yang
dipikul oleh pendidikan sekolah semakin berat.
2. Sumber-sumber yang digunakan untuk pendidikan kurang memadai sehingga
pendidikan sekolah mengalami hambatan untuk merespon secara tepat terhadap
kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
3. Kelambatan sistem pendidikan sekolah untuk menyesuaikan dengan perkembangan
yang terjadi di luar pendidikan.
4. Kelambanan masyarakat itu sendiri dalam memanfaatkan lembaga dan lulusan
pendidikan sekolah sehingga jurang perbedaan antara jumlah dan kemampuan para
lulusan dengan lapangan kerja semakin melebar.
Pada umumnya sejumlah praktisi dan pakar pendidikan melontarkan kritk terhadap
pendiidkan sekolah setelah menganalisisnya dari berbagai segi.
Pakar pendidikan yaitu Bruner (1966) mengemukakan asumsinya bahwa proses
pembelajaran pengetahuan (kognitif learning) akan berjalan dan berhasil dengan baik
apabila di dasarkan atas tiga hal :
1. Adanya dorongan yang tumbuh dari dalam peserta didik.
2. Adanya kebebasan peserta didik untuk memilih dan bebuat dalam kegiatan belajar.
3. Peserta didik tidak merasa terikat oleh pengaruh ganjaran dan hukuman yang datang
dari luar dirinya yaitu guru.
Gejala-gejala yang menunjukan adanya krisis pendidikan sekolah adalah:
1. Ketidakcocokan antara kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebutuhan nyata peserta didik.
2. Ketidaksesuaian antara pendidikan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat.
3. Ketidak seimbangan yang terus menerus anatra pendidikan dan dunia kerja.
4. Ketidak mapanan lembaga pendidikan sekolah untuk mmeberi kesempatan
pemerataan pendidikan bagi segi semua kelompok di masyarakat.
5. Meningkatkan biaya penyelenggaraan pendidikan yang tidak diimbangi oleh
kemampuan negara terutama negara berkembang untuk membiayainya.

2. para perencana pendidikan untuk Pembangunan


Upaya para perencana tersebut telah dimulai sejak tahun 60an bersamaan dengan
munculnya berbagai kritik terhadap kelemahan-kelemahan yang di derita oleh pendidikan
sekolah.
Para perenacana pendidikan untuk pembangunan sangat dipengaruhi oleh sejumlah
laporan penelitina dan karya ilmiah lainnya yang dihasilkan oleh berbagai lembaga atau
badan-badan internasional.
a. Masalah pendidikan di negara yang sedang berkembang
Commbes (1963) dalam konferensi internasional menulis sebuah laporan dengan
judul “The world education a system analysis” yang artinya membahas permasalahan
pendidikan sekolah yang dihadapi oleh negara berkembang. Masalah yang dihadapi oleh
negara berkembang anatra lain adalah banyaknya jumlah penduduk sehingga
memunculkan 5 masalah pendidikan :
 Anak usia pra sekolah yang banyak jumlahnya.
 Banyaknya usia anak sekolah dasar yang tidak tertampung oleh lembaga pendidikan
sekolah yang ada.
 Besarnya jumlah orang dewasa yang tidak mempunyai kesempatan mengikuti
pendidikan sekolah.
 Banyaknya anak putus sekolah.
 Besarnya jumlah lulusan suatu jenjang pendidikan sekolah ynag tidak menlanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi.
 Arah pembangunan di negara sedang berkembang
Pada tahun 1972 Seers menitikberatkan tujuan pembangunna pada 3 hal yaitu:
1. Untuk mengurangi kemiskinan
2. Menanggulangi pengangguran
3. Mengatasi ketidakadilan dalam pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
Prinsip-prinsip pembangunan yang dikemukakan oleh Seers telah mempengaruhi
kebijakan pemerintah di negara-negara berkembang dan lembaga-lembaga pemberi
bantuan pembangunan eonomi dan non ekonomi.
Strategi pembangunan di daerah pedesaan, menurut Coombs 1973 pembangunan
dititik beratkan pada peningkatan produktifitas pertanian dan pelayanan kebutuhan
masyarkat yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu, pelaksanaan pembangunan
tidak menunggu tercapainya tujuan pembangunan sektor ekonomi melainkan dilakukan
secara serempak dan terpadu. Pembangunan terpadu ini memerlukan waktu yang relatif
lebih lama dibandingkan dengan waktu yang diperlukan dalam pembangunan sectoral.
PLS memegang peranan penting dalam menunjang pendidikan pedesaan secara
terpadu karena pendidikannya memiliki program-program:
a. Berorientasi untuk memenuhi kebutuhan belajar penduduk pedesaan.
b. Memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan.
c. Menumbuhkan intonasi karena sifatnya luas dan fleksibel.
d. Menggunakan sumber-sumber yang terdapat di masyarakat setempat.
e. Menjadi forum kegiatan saling belajar bagi masyarkat.
f. Mendorong terjadinya komunikasi antara lembaga pemerintahan dan masyarakat yang
bergerak dalam kegiatan PLS dan pembangunan masyarakat.
g. Lebih murah biaya penyelenggaraannya dibandingkan dengan pembiayaan
pendidikan sekolah.
h. Pendekatan PLS terhadap pembangunan
Pendekatan PLS mengarah kepada program-program pendidikan dan keterampilan
untuk mendukung pembangunan fungsi-fungsi ekonomi dimasyarakat. Selain itu juga
dapat mengembangkan fungsi-fungsi non ekonmi untuk mendukung terwujudnya proses
pembangunan secara terpadu.
Berdasarkan berbagai macam latar belakang profesinya, para perencana dan pakar
pendidikan telah menyusun sejumlah karya ilmiah yang kemudian dibahas dalam
berbagai diskusi dan seminar. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh para perencana
pendidikan untuk pembangunan ialah menyelenggarakan studi kasus terhadap berbagai
program PLS yang diselenggarakan di negara-negara sedang berkembang. Hasil studi ini
berupa laporan analitik tentang berbagai kategori program PLS yang dilakukan oleh para
prakktisi perencana diberbagai kawasan.

3. Perluasan perencanaan pendidikan untuk pembangunan


Pendekatan perencanaan yang berorientasi nasional dilakukan oleh masing-masing
negara dengan mengkordinasi perencanaan pendidikan yang dilakukan oleh berbagai
departemen atau lembaga yang terdapat di negara berkembang. Pendekatan perencanaan
yang berorientasi daerah diselenggarakan ditingkat provinsi, kabupaten dan daerah-daerah
lainnya.
Para perencana telah meneliti ruang lingkup PLS dan kesadaran masyarkat tentang
pentingnya pendidikan non formal bagi pembangunan. Dari hasil penelitian ditingkat
regional memberikan informasi dan akhirnya memberi masukan bagi para perencana
pendidikan untuk pembangunan dalam mengembangkan upaya kordinasi semua program
pendidikan luar sekolah ditingkat lokal, regional dan nasional dalm konteks pembangunan
di daerah masing-masing.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Luar Sekolah (PLS) adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang
diselenggarakan di luar sistem sekolah, berlangsung seumur hidup, dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia
(sikap, tindak dan karya) sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar-
mengajar dan mampu meningkatkan taraf hidupnya.
Dalam dunia pendidikan terjadi beberapa perkembangan yang disebabkan oleh era
globalisasi dan teknologi, banyak sekolah di era sekarang ini yan berbasis teknologi. Jauh-
jauh hari anak sudah dikenalkan dengan teknologi. Hal itu untuk mendukung pencetakan
generasi muda yang berkualitas. Selain pendidikan formal, kita juga mengenal pedidikan
non formal (luar sekolah). Pendidikan Luar Sekolah (PLS) memiliki sejarah
perkembangan dan faktor pendukung tersendiri.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat di pertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.
DAFTAR PUSTAKA

https://kumpulanidependidikan.blogspot.com/2017/03/sejarah-perkembangan-pendidikan-
luar.html?m=1

https://imadiklus.or.id/pendidikan-luar-sekolah-dulu-sampai-sekarang/

You might also like